Anda di halaman 1dari 13

1.

Krisis Moneter Pada Masa Orde Baru

Moneter adalah instrument yang digunakan pemerintah untuk mengatur jumlah mata uang yang
beredar dan menentukan suku bunga yang berlaku.

Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi yang berdampak buruk pada Negara dan rakyatnya.
Krisis ini terjadi dari awal 1998. Sejak era orde baru mulai terlihat kondisi Indonesia terus
mengalami kemerosotan, terutama dalam bidang ekonomi. Tingginya krisis ekonomi ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas infalsi, terjadi
penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar
negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.

Inflasi rupiah dan peningkatan besar harga bahan makanan menimbulkan kekacauan di Negara
Indonesia. Pada tahun 1998, presiden Soeharto memecat Gubernur Bank Indonesia,tapi ini tidak
cukup berjalan baik. Soehartopun dipaksa mundur sebagai presiden Indonesia pada pertengahan
1998 setelah sebelumnya terjadi kerusuhan. Inilah Puncak terjadinya Krisis Moneter di
Indonesia. Mundurnya Soeharto diperkirakan dapat meredakan krisis moneter, akan tetapi juga
tidak dapat berhasil. Rupiah tetap Rp. 11.000/Dollar. Kecenderungan melemahnya rupiah
semakin menjadi ketika terjadi penembakan mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dan
aksi penjarahan pada tanggal 14 Mei 1998. kurs Rupiah terjun bebas mencapai Rp. 17.000/Dollar
AS paling rendah dalam sejarah. KRISIS moneter Indonesia berawal dari kebijakan Pemerintah
Thailand di bulan Juli 1997 untuk mengembangkan mata uang Thailand Bath terhadap Dollar
US. Selama itu mata uang Bath dan Dollar US dikaitkan satu sama lain dengan suatu kurs yang
tetap. Devaluasi mendadak dari Bath ini menimbulkan tekanan terhadap mata-mata uang Negara
ASEAN dan menjalarlah tekanan devaluasi di wilayah ini.

Sementara ini telah berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi,
yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan
meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan
karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional
yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti kegagalan panen padi di
banyak tempat karena musim kering yang panjang dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama,
kebakaran hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda
banyak.

Pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki
inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar
yang besar, lebih dari 20 milyar dollar. Dari awal 1998, sejak era orde baru mulai terlihat
kebusukannya Indonesia terus mengalami kemerosotan, terutama dalam bidang ekonomi. Nilai
tukar semakin melemah, inflasi tak terkendali, juga pertumbuhan ekonomi yang kurang
berkembang di negara ini.
Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada
banyak faktor lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat. Berikut ini
diberikan rangkuman dari berbagai faktor tersebut menurut urutan kejadiannya:

1. Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai,
memungkinkan arus modal dan valas dapat mengalir keluar-masuk secara bebas
berapapun jumlahnya.

2. Tingkat depresiasi rupiah yang relatif rendah, berkisar antara 2,4% (1993) hingga 5,8%
(1991) antara tahun 1988 hingga 1996, yang berada di bawah nilai tukar nyatanya,
menyebabkan nilai rupiah secara kumulatif sangat overvalued. Ditambah dengan
kenaikan pendapatan penduduk dalam nilai US dollar yang naiknya relatif lebih cepat
dari kenaikan pendapatan nyata dalam Rupiah, dan produk dalam negeri yang makin
lama makin kalah bersaing dengan produk impor.

3. Akar dari segala permasalahan adalah utang luar negeri swasta jangka pendek dan
menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia
cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya ditambah sistim
perbankan nasional yang lemah.

Berbagai dampak Krisis Moneter timbul di Indonesia. Krisis Moneter membawa dampak yang
kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS,
yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap.
Dampak yang terlihat seperti : Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya dengan
alasan tidak dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah angka pengangguran di
Indonesia. Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang yang naik cukup tinggi, yang
mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-barang kebutuhan pokoknya. Utang luar
negeri dalam rupiah melonjak. Harga BBM naik.

Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter. Pada oktober 1998 jumlah keluarga miskin di
perkirakan sekitar 7.5 juta. Meningkatnya jumlah penduduk yang miskin tidak terlepas dari
jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antara
penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan pengeluaran yang meningkat
tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.

Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga mengurangi
pendapatan para pekerja yang lain. Banyak perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan
Negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang Negara.
Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah. Secara umum impor barang
menurun tajam. Sebaliknya arus masuk turis asing akan lebih besar, daya saing produk dalam
negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat sehingga bisa menahan impor dan
merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian.
2. Krisis Politik Pada Masa Pemerintahan Orde Baru

Pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru.
Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan
dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam
rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi
yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti “dari, oleh,
dan untuk rakyat”, melainkan demokrasi yang berarti “dari, oleh, dan untuk penguasa”. Pada
masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari
pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis/ yang mengkritik
kebijakan politik yang berkuasa. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:

1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).

2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi
rekayasa.

3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat tidak
memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.

4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung (membatasi) kebebasan setiap warga
negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapi pemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.

Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik.
Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak
dipegang oleh para penguasa.

Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya terhadap institusi pemerintah,
DPR, dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi.
Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang didukung oleh para dosen serta
para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti presiden, reshulffe cabinet, dan menggelar
Sidang Istimewa MPR dan melaksanakan pemilihan umum secepatnya. Gerakan reformasi
menuntut untuk dilakukan reformasi total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dan
MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN.

Gerakan Reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima paket indang-
undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya:
 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum.

 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR/MPR.

 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.

 UU No. 5 tahun 1985 tentang Referendum.

 UU No. 8 tahun 1985 tentang Organisasi Massa.

Namun, setahun sebelum pemilihan umum yang diselenggarakan pada bulan Mei 1997, situasi
politik dalam negeri Indonesia mulai memanas. Pemerintah Orde Baru yang didukung oleh
Golongan Karya (Golkar) berusaha untuk memenangkan secara mutlak seperti pada pemilu
sebelumnya. Sementara itu, tekanan-tekanan terhadap pemerintah Orde Baru di masyarakat
semakin berkembang, baik dari kalangan politisi, cendikiawan, maupun kalangan kampus.

Keberadaan partai-partai politik yang ada di legislatif seperti Parta Persatuan Pambangunan
(PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dianngap tidak mampu
menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Krisis politik sebagai factor penyebab
terjadinya gerakan reformasi itu, menyebabkan munculnya tuntutan masyarakat yang
menghendaki reformasi baik dalam kehidupan masyarakt, maupun pemerintahan di Indonesia.
Masyarakat juga menginginkan agar dilaksanakan demokratisasi dalam kehidupan social,
ekonomi, dan politik. Di samping itu, masyarakat juga menginginkan aturan hukum ditegakkan
dengan sebenar-benarnya serta dihormatinya hak-hak asasi manusia.

Di dalam kehidupan politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah terhadap


oposisi sangat besar, terutama terlihat dari perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok
yang menentang atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah.

Pada pemilu tahun 1997,Golkar menang mutlak,PPP berhasil menambah beberapa hasil kursinya
di DPR, sedangkan PDI mengalami penurunan secara drastis. Kemenangan Golkar tersebut
diikuti dengan munculnya dukungan kepada soeharto untuk menjadi presidendalam sidang
umum MPR 1998.Percalonan kembali soeharto sebagai presiden tidak dapat dipisahkan dari
komposisi anggota MPR/DPR yang lebih mengarah pada unsur-unsur nepotisme.Disamping
itu,DPR/MPR belum berfungsi sebagai lembaga legislatif seperti yang dihrapkan rakyat.Dalam
sidang umum MPR bulan Maret 1998 soeharto terpilih sebagai presiden dan wakil presiden B.J.
Habibie. MPR juga berhasil menetapkan beberapa ketetapan yang memberikan kewenangan
khusus kepada presiden untuk mengendalikan Negara.

Pada Tanggal 19 Mei 1998,mahasiswa dari berbagai kampus yang jumlahnya mencapai puluhan
ribu orang terus berdatangan ke Gedung MPR/DPR.Mereka mendesak soeharto mundur dari
kursi presiden dan menuntut reformasi total.
Salah satu penyebab mundurnya soeharto adalah melemahnya dukungan politik, yang terlihat
dari pernyataan politik kosgoro (salah satu organisasi di bawah Golkar) yang meminta soeharto
mundur. Pernyataan kosgoro pada tanggal 16 Mei 1998 tersebut diikuti dengan pernyataan ketua
umum Golkar,Harmoko yang pada saat itu juga menjabat sebagai ketua MPR/DPR RI meminta
soeharto untuk mundur.

3. Krisis Hukum Pada Masa Orde Baru

Soeharto adalah Presiden kedua Indonesia. Beliau dilantik oleh MPR pada tahun 1968 untuk
masa jabatan 5 tahun namun kemudian dilantik berturut turut hingga pada tanggal 21 Mei 1998,
Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan nya sebagai Presiden RI. Penyebab
mundurnya Soeharto karena unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa besar-besaran yang terjadi di
beberapa kota besar di Indonesia.

Mahasiswa menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan nya sebagai Presiden karena
mereka merasa tidak puas terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto. Ada enam
tuntutan mahasiswa dalam unjuk rasa yang berlangsung pada Mei 1998 tersebut yaitu :

 Amandemen UUD 1945


 Penghapusan dwifungsi ABRI
 Penegakan hukum, HAM dan pemberantasan KKN.
 Otonomi daerah
 Kebebasan pers
 Mewujudkan kehidupan demokrasi.

Dari enam tuntutan tersebut, terdapat tuntutan mengenai penegakan hukum, HAM dan
pemberantasan KKN. Hal ini dikarenakan mahasiswa menilai pada zaman Orde Baru, hukum
dan HAM tidak ditegakkan dengan baik.

Perkembangan Hukum di Indonesia pada Masa Orde Baru

Pada tahun 1966 merupakan titik akhir Orde lama dan dimulainya Orde Baru yang
membawa semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Namun Soeharto sebagai penguasa Orde Baru juga cenderung otoriter. Hukum yang lahir
kebanyakan hukum yang kurang/tidak responsif. Apalagi pada masa ini hukum "hanya" sebagai
pendukung pembangunan ekonomi karena pembangunan dari PELITA I - PELITA VI dititik
beratkan pada sektor ekonomi. Tetapi harus diakui peraturan perundangan yang dikeluarkan pada
masa Orde Baru banyak dan beragam.
Penyimpangan-penyimpangan pemerintah pada masa orde baru adalah:

1. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden, sehingga pemerintahan dijalankan


secara otoriter.
2. Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya melayani
keinginan pemerintah (Presiden).
3. Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis: pemilu hanya menjadi sarana untuk
mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga presiden terus menenrus dipilih kembali.
4. Terjadi monopoli penafsiran Pancasila: Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan pemerintah
untuk membenarkan tindakan-tindakannya.
5. Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul dan berpendapat.
6. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan
kehakiman tidak merdeka.
7. Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam konstitusi, yaitu Kopkamtib
yang kemudian menjadi Bakorstanas.
8. Terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang luar biasa parahnya sehingga merusak
segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multidimensi.

Dapat dikatakan, telah terjadi krisis hukum di zaman Orde Baru. Krisis tersebut terjadi akibat
terdapat banyak ketidakadilan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan
Orde Baru. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada pasal 24 UUD 1945 bahwa
kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan oterlepas dari kekuasaan pemerintah
(eksekutif). Namun pada saat itu, kekuasaan kehakiman dibawah kekuasaan eksekutif. Hakim
juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah atau
sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila peradilan itu menyangkut diri penguasa,
keluarga kerabat, atau para pejabat negara. Sejak munculnya gerakan reformasi oleh mahasiswa
masalah hukum menjadi salah satu tuntutan, mereka dan masyarakat menginginkan Reformasi
Hukum di percepat untuk dilakukan karena merupakan suatu tuntutan agar siap memajukan era
keterbukaan ekonomi dan globalisasi.

4. Krisis Kepercayaan

Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan


masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto. Ketidakmampuan pemerintah dalam
membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem
peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah
melahirkan krisis kepercayaan. Kronologi Peristiwa Reformasi Secara garis besar, kronologi
gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai Presiden
dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto membentuk dan
melantik Kabinet Pembangunan VII.

2. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-barang
kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.

3. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta
telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang
mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan
Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka.
Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan
kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.

4. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal dan
penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa itu,
puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar.

5. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan
sekitarnya menduduki DPR dan MPR Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu
juta manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri
pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X
dan Sri Paku Alam VII.

6. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan


pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri.

7. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan tokoh-
tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan
Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto.

8. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto meletakkan
jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota Mahkamah
Agung.

Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada Wakil
Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi
Presiden RI oleh Ketua MA.
Beberapa sebab lahirnya gerakan reformasi adalah krisis moneter, ekonomi, politik, hukum,
sosial, budaya, dan kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden Suharto. Nilai tukar rupiah
terus merosot. Para investor banyak yang menarik investasinya. Inflasi mencapai titik tertinggi
dan pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah selama pemerintahan Orde Baru. Kehidupan
politik hanya kepentingan para penguasa. Hukum dan lembaga peradilan tidak dapat
menjalankan fungsi dan perannya. Pengangguran dan kemiskinan terus meningkat. Nilai-nilai
budaya bangsa yang luhur tidak dapat dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah sampai pada titik yang paling kritis. Oleh karena
itu, krisis kehidupan masyarakat Indonesia sering disebut sebagai krisis multidimensional.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda
reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:

1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya

2. Laksanakan Amandemen UUD1945

3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI

4. Pelaksanaan Otonomi daerah seluas-luasnya

5. Tegakkan Supermasi Hukum

6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN

Setelah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998,
seluruh lapisan masyarakat Indonesia berduka dan marah. Akibatnya, tragedi ini diikuti dengan
peristiwa anarkis di Ibu kota dan di beberapa kota lainnya pada tanggal 13— 14 Mei 1998, yang
menimbulkan banyak korban baik jiwa maupun material. Semua peristiwa tersebut makin
meyakinkan mahasiswa untuk menguatkan tuntutan pengunduran Soeharto dari kursi
kepresidenan. Pilihan aksi yang kemudian dipilih oleh kebanyakan kelompok massa mahasiswa
untuk mendorong turunnya Soeharto mengerucut pada aksi pendudukan gedung DPR/MPR.
Pendudukan Gedung DPR/MPR RI adalah peristiwa monumental dalam proses pelengseran
Soeharto dari tampuk kekuasaan Presiden dan tuntutan reformasi. Dalam peristiwa ini, ribuan
mahasiswa dari berbagai kampus bergabung menduduki gedung DPR/MPR untuk mendesak
Soeharto.

 Latar belakang terjadinya Reformasi

Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh
karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan perikehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun, persoalan itu
tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama ketidakadilan
dalam kehidupan politik, ekonomi, dan hukum. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden
Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita
Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam
pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai
Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan
rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan.

Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan atas
kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan social. Reformasi bertujuan untuk menata kembali
kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai
luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan
pemerintahan orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan Namun,
karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang tidak mampu mengatasi persoalan
bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk

mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan Negara
Indonesia yang akan dating. Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan arah, dan bahkan
cenderung menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan demikian, cita-cita reformasi yang
telah banyak sekali menimbulkan korban baik jiwa maupun harta akan gagal. Untuk itu, kita
sebagi pelajar Indonesia harus dan wajib penjaga kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai
dengan harapan para pahlawan reformasi yang gugur.
Tuntutan dan Agenda Reformasi

Adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa
1990-an. Gerakan ini menjadi monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto
berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun
menjadi Presiden Republik Indonesia sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tanggal 11 Maret 1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998, Soeharto terpilih
kembali menjadi Presiden Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya (tanpa wakil presiden),
setelah didampingi Try Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-
Maret 1998). Namun, mereka tidak mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada
saat itu, hingga 1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai
Indonesia selama hampir 30 tahun, melebihi rezim PNI yang menguasai Indonesia selama 25
tahun. Namun, terpilihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan kecaman
dari mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk
Indonesia mengalami kemiskinan.

Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun
1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi pasca
Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya
beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan
mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat
simpati dan dukungan dari rakyat.

Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Reformasi
adalah gerakan untuk mengubah bentuk atau perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak
lagi disukai atau tidak sesuai dengan kebutuhan zaman, baik karena tidak efisien maupun tidak
bersih dan tidak demokratis. "Reformasi atau Mati". Demikian tuntutan yang di torehkan oleh
para aktivis mahasiswa. Gerakan ini bertujuan untuk melakukan tekanan agar pemerintah
melakukan perubahan politik yang berarti,melalui pelaksanaan reformasi secara total. Gerakan
reformasi tahun 1998 mempunyai 6 Agenda, yaitu :

1. Suksesi Kepemimpinan Nasional

2. Amandemen UUD 1945

Rakyat meminta agar UUD1945 di amandemen agar mengubah keadaan NKRI. Suharto bisa
berkuasa selama 32 tahun, dan Sukarno bisa berkuasa selama seumur hidup. Hal tersebut
disebabkan karena tidak adanya peraturan hukum yang menegaskan tentang pembatasan
kekuasaan, baik itu bagi presiden maupun menteri-menterinya.
3. Pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

Munculnya orde baru dengan maksud yang menggantikan kekuasaan sebelumnya ini malahan
menyebabkan negara ini tidak berjalan sesuai tujuan awalnya. Justru malah banyak sekali
keluarga elite yang berusaha sekeras-kerasnya agar bisa mengeruk harta negara sebesar-
besarnya.

4. Penghapusan Dwifungsi ABRI

ABRI atau Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada masa orde baru memiliki dwifungsi
atau dua fungsi, yaitu fungsi keamanan dan fungsi sosial politik, namun hal ini telah melenceng
sangat jauh. Bahkan tentara pada orde baru malah memiliki kekuatan yang besar dan malah
bukan seperti di bawah kendali sipil secara obyektif. Maka dari itu, hal ini merupakan salah satu
agenda reformasi agar nantinya segala sesuatu yang ada dalam negeri diatur oleh undang-
undang, dan agar tidak terjadi lagi penyelewengan fungsi lembaga.

5. Penegakan supremasi hukum

Pada kekuasaan orde baru, hukum justru digunakan untuk menghukum rakyat,dan para penguasa
negaranya bertugas untuk mempertinggi kekuasaannya dan memperkaya dirinya sendiri-sendiri.
Untuk itu, pada era reformasi ini supremasi hukum akan selalu ditegakkan, agar hukum yang ada
itu menjadi landasan penyelenggaraan kekuasaan di negara ini, bukan hanya digunakan untuk
menghakimi rakyat saja

6. Pelaksanaan otonomi daerah

Kekuasaan yang hanya berpusat pada satu titik menyebabkan banyak terjadinya penyelewengan
di beberapa daerah, maka dari itu perluasan otonomi daerah menjadi salah satu agenda reformasi.
Otonomi daerah harus diberlakukan seluas-luasnya agar semua daerah diberi kewenangan untuk
mengatur pembangunan dan nantinya dapat meratakan kesejahteraan penduduk di seluruh daerah
di Indonesia.

Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya sang Presiden
tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah gagal.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan empat
orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap
rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung
hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.
Tragedi Semanggi & Trisakti

Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya Soeharto telah
tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah gagal.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan empat
orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan terhadap
rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi Semanggi yang berlangsung
hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi. Akhirnya, setelah Soeharto mundur dan Baharuddin Jusuf
Habibie menjadi Presiden RI ke-3 untuk periode 1998-2003, pada November 1998, muncul
kembali Tragedi Semanggi.

Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi kembali pada
tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi Pembangunan Baharuddin Jusuf
Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil presiden. Mahasiswa juga menganggap bahwa
rejim Baharuddin Jusuf Habibie masih sama dengan rejim Soeharto. Kesamaan yang mudah
mereka lihat yaitu Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu,
masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat besar
dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di
Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk mencegah mahasiswa
berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat perhatian ekstra ketat dari
pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang tidak
menghendaki aksi mahasiswa.

Keadaan di Gedung Nusantara boleh dikatakan aman terkendali. Tidak ada satupun
mahasiswa yang mengacaukan keamanan berani masuk. Tidak mungkin mereka mampu
menerobos pintu gerbang karena telah digembok dan di-las oleh penjaga yang begitu ketatnya.
Penjagaan keamanan begitu diperketat sampai ke kawasan Semanggi. Semua kendaraan pribadi
dan umum dikosongkan. Namun, ketika mahasiswa bentrok dengan penjaga keamanan yang
begitu ketatnya, semua mahasiswa berhasil dibubarkan. Namun, ada sebagian kecil dari
mahasiswa yang dibubarkan, mereka meninggal di tempat karena ditembak aparat. Hal
tersebutlah yang membuat peristiwa itu dinamakan sebagai "Tragedi Trisakti".

Tragedi Semanggi berlanjut pada tanggal 24 September 1999. Sama seperti Tragedi
Trisakti, tragedi ini mampu menurunkan tahta kepresidenan Baharuddin Jusuf Habibie yang
cuma bertahan 1 tahun. Ketika itu, pada awal September 1999, sasaran unjuk rasa yang mereka
tuju adalah rumah dinas BJ Habibie, yang dituding mendapatkan harta kekayaannnya dari
korupsi. Namun, pada 24 September 1999, Baharuddin Jusuf Habibie akhirnya dilengserkan dari
jabatannya. Akhirnya, pada bulan Oktober 1999, MPR menunjuk Abdurrahman Wahid dan
Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI 1999-2004, walaupun Kabinet Persatuan
Indonesia Abdurrahman Wahid cuma bertahan 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

http://cyndiamalita.blogspot.com/2013/11/krisis-ekonomi-sosial-hukum-politik-dan.html?m=1

http://miftaalifia2.blogspot.com/2018/01/krisi-hukum-masa-orba.html?m=1

https://id.scribd.com/document/359039521/KRISIS-KEPERCAYAAN-ORBA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_Indonesia_1998

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gerakan_mahasiswa_Indonesia_1998

http://safitrifitrieka.blogspot.com/2012/04/terjadinya-krisis-moneter.html

Anda mungkin juga menyukai