SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Disusun Oleh
Anniko Nugrahaning Widhi
1810010016
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 1810010016
PEMBIMBING
Marsitiningsih, S.H.,M.H
NIK : 19611221986032001
HALAMAN PENGESAHAN
I
Skripsi yang diajukan oleh:
Nama : Anniko Nugrahaning Widhi
NIM : 1810010016
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum
Judul : Tinjauan Yuridis Mengenai Pemberian Izin Melaksanakan Poligami
Oleh Hakim Pengadilan Agama Purwokerto (Studi Putusan Nomor :
1722/Pdt.G/2020/PA.PWT)
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
DEWAN PENGUJI
Diterapkan di : Purwokerto
Mengetahui:
Dekan Fakultas Hukum
II
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di :Purwokerto
Pada tanggal 26 Januari 2023
Yang menyatakan,
III
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar serta bukan hasil
penjiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti ada unsur
penjiplakan, saya bersedia mempertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
IV
MOTTO
V
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan
rahmat dan nikmat hingga terselesaikan penelitian ini. Dengan mengucap
bismillahirrahmanirrahim, saya mempersembahkan skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua saya, yaitu Alm. Thomas Purwoko ,S.H dan Ibu Candranita Purbani,
S.H, yang selama ini berjuang, berusaha untuk menyekolahkan saya dan yang selalu
memberikan dukungan dan do’a yang tiada henti untuk saya.
2. Keluarga besar saya khususnya kakak saya Rahmi Ichwandani Puri, S.H yang selalu
memberikan dukungan selama proses skripsi ini berjalan.
3. Teman-teman saya Rosyada Nur Anbiya.S,H, Kresna Anggoro, S.H, dan teman teman
lainnya yang merupakan teman seperjuangan yang selalu membantu, memberikan
semangat serta dukungan terhadap saya.
4. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Purwokerto Angkatan 2018, khususnya kelas A yang telah bersama berjuang dalam
setiap perkuliahan.
5. Almamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
VI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tinjauan Yuridis Pemberian Izin
Melaksanakan Poligami Oleh Hakim Pengadilan Agama Purwokerto (Studi Putusan Nomor:
1722/Pdt.G/2020/PA.PWT).
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Jebul Suroso, K.Kp., Ns., Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
2. Dr. Soediro, S.H. LL.M., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Purwokerto;
3. Ika Ariani Kartini, S.H., LL.M selaku Ketua Program Studi Hukum yang telah
memberi berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana penyusunan skripsi;
4. Astika Nurul Hidayah, S.H., M.H., selaku Ketua Komisi Tugas Akhir/ Skripsi yang
telah memberi berbagai informasi dan bimbingan tentang tata laksana penyusunan
skripsi;
5. Marsitiningsih, S.H., M.H., selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing saya dengan sabar dan sudah memberikan masukan-masukan dalam
penyusunan skripsi;
6. Susilo Wardani, S.H., S.E., M.Hum selaku dosen penguji 1 yang telah memberikan
berbagai saran dan masukan-masukan dan pertanyaan untuk menguji kelayakan
sebagai Sarjana Hukum;
7. Dr. Soediro, S.H., LL.M.,selaku penguji 2 yang telah memberikan arahan, motivasi
dan pertanyaan untuk menguji kelayakan sebagai Sarjana Hukum;
8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto telah
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini;
Kata akhir semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Aminnn.
VII
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................... III
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS........................................................................................ IV
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................. V
HALAMAN MOTTO........................................................................................................ VI
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................................ VII
KATA PENGANTAR....................................................................................................... VIII
DAFTAR ISI...................................................................................................................... IX
ABSTRAK.......................................................................................................................... XI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
A. Hasil Penelitian Terdahulu...................................................................................... 9
B. Landasan Teori........................................................................................................ 17
1. Teori Kepastian Hukum..................................................................................... 17
2. Teori Keadilan................................................................................................... 19
3. Tinjauan Tentang Perkawinan........................................................................... 21
4. Tinjauan Tentang Poligami............................................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran................................................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................
A. Jenis Penelitian........................................................................................................ 39
B. Spesifikasi Pemikiran.............................................................................................. 39
C. Data Penelitian......................................................................................................... 40
D. Metode Pengumpulan Data..................................................................................... 40
E. Metode Analisis Data.............................................................................................. 41
VIII
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................
A. Hasil Penelitian........................................................................................................ 42
1. Peraturan Perundang-Undangan....................................................................... 42
2. Tentang Perkawinan Di Indonesia.................................................................... 46
B. Pembahasan............................................................................................................. 48
1. Pelaksanaan Pemberian Izin Melaksanakan Poligami Oleh Hakim Pengadilan
Agama Purwokero (Studi Putusan Nomor : 1722/Pdt.G/2020/PA.PWT)........ 48
2. Hambatan Dalam Pelaksanaan Pemberian Izin Melaksanakan Poligami Oleh
Hakim Pengadilan Agama Purwokerto (Studi Putusan Nomor :
1722/Pdt.G/2020/PA.PWT...............................................................................59
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................... 62
B. Saran.................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 64
IX
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMBERIAN IZIN
MELAKSANAKAN POLIGAMI OLEH HAKIM
PENGADILAN AGAMA PURWOKERTO
(Studi Putusan Nomor : 1722/Pdt.G/2020/PA.PWT)
ABSTRAK
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Asas perkawinan yang berlaku pada
hukum perkawinan Indonesia adalah Asas Monogami yaitu dimana seorang pria hanya
diperbolehkan memiliki seorang isteri dan begitupun sebaliknya. Namun pada
kenyataannya di Indonesia masih banyak dimana seorang suami tidak cukup memiliki
seorang isteri. Seperti dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan menegaskan bahwa seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang,
maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan setempat. Tujuan penelitian
ini penulis ingin mengetahui pelaksanaan pemberian izin melaksanakan poligami oleh
Hakim Pengadilan Agama Purwokerto dan hambatan dalam pelaksanaan izin
melaksanakan poligami. Metode penelitian yang digunakan yuridis normatif disertai
wawancara. Dari hasil penelitian ini bahwa Hakim Pengadilan Agama Purwokerto
mengabulkan semua permohonan yang dilakukan oleh Pemohon untuk berpoligami
karena Pemohon telah memenuhi syarat dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan karenanya permohonannya patut diterima dan dikabulkan dan
hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan pemberian izin poligami ini, bahwa termohon
tidak penah hadir dalam persidangan sebanyak 2 kali walaupun sudah dipanggil secara
resmi dan patut.
1
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Purwokerto
X
JURIDICAL REVIEW REGARDING GRANTING PERMISSION TO
PERFORM POLYGAM BY JUDGE OF PURWOKERTO RELIGIOUS
COURT (Decision Study Number: 1722/Pdt.G/2020/PA.PWT)
ABSTRACT
Marriage is an inner and outer bond between a man and a woman as husband and wife
with the aim of forming a happy and eternal family (household) based on Belief in One
Almighty God. The principle of marriage that applies to Indonesian marriage law is the
principle of monogamy, namely that a man is only allowed to have one wife and vice
versa. But in reality in Indonesia there are still many where a husband is not enough to
have a wife. As in Article 4 of Law Number 1 of 1974 concerning marriage confirms
that a husband who will have more than one wife, he is obliged to submit an application
to the local court. As is the case in this case, the author wants to find out and analyze
how the implementation of the granting of permission to carry out polygamy by the
Judge of the Purwokerto Religious Court and what are the obstacles in implementing
the permit to carry out polygamy. The research method used is normative juridical
accompanied by interviews. From the results of this study, the Purwokerto Religious
Court Judge has decided on granted all requests made by the Petitioner for polygamy
because the Petitioner had complied with the terms and conditions of the applicable
laws and regulations and therefore his application should be accepted and granted and
the obstacles that occurred in the implementation of the granting of this polygamy
permit, that the respondent has never appeared in court for 2 summons even though he
has ben summoned officialy and properly.
3
Student Of Faculty Of Law University Of Muhammadiyah Purwokerto
4
Lecturer Of Faculty Of Law University Of Muhammadiyah Purwokerto
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
5
Santoso, S. (2016). Hakekat Perkawinan Menurut Undang-Undang Perkawinan, Hukum Islam dan Hukum
Adat. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam, 7(2), Hal 415
6
Maharani, S. D. (2016). Manusia Sebagai Homo Economicus: Refleksi Atas Kasuskasus Kejahatan Di
Indonesia. Jurnal Filsafat, 26(1), Hal 30.
7
Hasyim, D. (2007). Tinjauan teoritis asas monogami tidak mutlak dalam perkawinan. MIMBAR: Jurnal Sosial
dan Pembangunan
dalam perkawinan, antara suami isteri tersebut, sehingga akan
keluarga poligami.8
yang sama, setia kepada satu dan lainnya.9 Menurut Rothenberg dan
orang yaitu satu pria dan satu wanita yang saling berjanji dan disahkan
8
Susanti, D. O. (2016). Urgensi Pencatatan Perkawinan (Perspektif Utilities). Rechtidee, 11(2), Hal 166.
9
Riadi, H. (2019). Hukum Keluarga Islam di Indonesia dan Dinamikanya. Mukammil: Jurnal Kajian
Keislaman, 1(2), Hal 123.
10
Nawi, S., & Salle, S. (2020). Analisis Pengaruh Berbagai Variabel Terhadap Permohonan Dispensasi
Pernikahan. Journal of Lex Philosophy, 1(1), Hal 84.
2
they will be recoqnized as husband and wife”. Maksudnya bahwa
suatu perjanjian antara pria dan wanita yang secara sah memenuhi
ikatan lahir saja atau ikatan batin saja, tetapi merupakan perwujudan
suami.
yang bersangkutan.
11
Rini, E. S. (2006). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Keluarga Poligami Ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 di Kabupaten Wonosobo (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro).
12
Zahari, A. (2014). Telaah Terhadap Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam. Masalah-Masalah Hukum,
43(1), Hal 9.
3
seperti cacat fisik atau mental dan tidak dapat memberikan keturunan.
yang berasal dari bahasa Grik (Yunani) dan merupakan bentukan dari
dua kata yaitu polus dan gomes. Polus berarti banyak dan Gomes
praktek perkawinan lebih dari satu isteri yang dilakukan pada satu
poligami diatur pula dalam Pasal 56 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam
(KHI) yaitu:
syarat poligami.
13
Wiliam Moris, (1979), The Heritoge Iilustrased Dictionary of the English Language, vol II, Hougth Mifflin
Company, Boston, Hal 1016.
4
sebagai berikut :
menjadi pihak dalam perjanjian’ tidak ada kabar dari istri selama
minimal 2 tahun
cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Istri tidak
5
Suami harus memperoleh persetujuan istri dan adanya kepastian
dan permohonan izin diajukan atas dasar alasan yang sah menurut
14
Erizka permatasari S, H. (2021, April 28). Hukum Online. Dikutip : 19 Februari 2022, dari Hukum
Online.com:https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-poligami-dan-prosedurnya- yang-sah-di-indonesia-
lt5136cbfaaeef9
15
Azni. (2015). IZIN POLIGAMI DI PENGADILAN AGAMA. JURNAL RISALAH VOL 26, Hal 55-57
6
dapat disembuhkan diputusan ini tidak dijelaskan secara rinci
penyakit apa yang diderita sang isteri dan jelasnya disebutkan sang
Nomor 1722/Pdt.G/2020/PA.PWT).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Purwokerto.
Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini baik secara teoreitis maupun
7
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
pihak yang memiliki permasalahan yang sama terkait dengan hal ini.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
N Nama Judul Penelitian Rumusan Kesimpulan
o Penuli Masalah
s
1. Rika alfitri Persepsi 1. Apa Saja Faktor 1. Faktor
masyarakat Terjadinya Poligami penyebab
terhadap praktik Tanpa Izin di Desa utama
poligami tanpa ijin Muara Danau poligami
di desa Muara Kecamatan Pelawan pada masa
danau kecamatan Kabupaten sekarang
Pelawan kabupaten Sarolangun ? yang
Sarolanung 2. Apa Sanksi menjadi
Terhadap Pelaku pertimban
Praktik Poligami gan kaum
Tanpa Izin di Desa laki-laki
Muara Danau dalam
Kecamatan Pelawan poligami
Kabupaten adalah:
Sarolangun ? • Faktor
3. Bagaimana Persepsi biologis
Masyarakat • Faktor
Terhadap Poligami interna
Tanpa Izin di Desa l
Muara Danau Rumah
Kecamatan Pelawan tangga
Kabupaten • Faktor sosial
Sarolangun ?
2. Tindak
Pidana
Poligami
Perbuata
n
poligami
Diperbolehk
an apabila
telah
memenuhi
persyaratan
sebagaiman
a
disebutkan
didalam
Pasal (3),
Pasal 4 dan
Pasal 5
UUP,
apabila
ketentuan
tersebut
dilanggar
maka
pelaku
poligami
ilegal
diancam
dikenakan
sanksi
pidana
kategori
pelanggaran
sebagaiman
a diatur
Pasal 45
Peraturan
Pemerintah
Nomor 9
Tahun
1975.
Ketentuan
sanksi
pidana yang
diatur
didalam
Pasal 45
Peraturan
Pemerintah
Nomor 9
Tahun 1975
merupakan
peristiwa
pidana yang
digolongkan
kepada jenis
pidana
pelanggaran
. Ancaman
sanksi bagi
pelaku yang
melanggar
ketentuan
Pasal 3, 10
Ayat (3)
dan Pasal
40 PP No 9
Tahun 1974
tergolong
10
ringan yaitu
hanya
sanksi
dengan
ancaman
denda
setinggi-
tinggi Rp.
7.500.-
(tujuh ribu
lima ratus
rupiah).
Pasal 15
UUP yang
berbunyi
“barang
siapa karena
perkawinan
dirinya
masih
terikat
dengan
salah satu
dari kedua
belah pihak
dan atas
dasar masih
adanya
perkawinan
yang dapat
mencegah
perkawinan
yang
baru. .Katen
tuan Pasal
40 yang
dimaksud
pada Pasal
45 PP
Nomor 9
Tahun 1975
adalah
“apabila
seorang
suami
bermaksud
untuk
beristri
lebih dari
seorang
11
maka ia
wajib
mengajukan
permohonan
secara
tertulis
kepada
pengadilan”
. jika
ditanya
bagaimana
respon
masyarakat
awalnya,
mereka
pasti
terkejut
karena bagi
mereka
pelaku
awalnya
seperti laki-
laki setia
kelihatanya,
namun
ujung-ujung
tetap
melakukan
poligami
dan yang
parahnya
bukan
hanya sekali
tapi berkali-
kali, sebagai
orang yang
hanya bisa
melihat
tanpa berani
berkomentar
didepan
pelaku
masyarakat
seperti tidak
ambil
pusing dan
apapun
yang
dilakukan
pelaku asal
12
tidak
melakukan
sesuatu
yang
melanggar
norma
agama,
norma
kesopanan
dan norma
sosial,
masyarakat
tidak akan
mencampuri
urusan
pelaku.
2. NOPI Dampak poligami 1) Bagaimana Dampak 1. Kehilangan
YULI terhadap poligami terhadap hubungan
ANA keharmonisan keharmonisan baik dengan
keluarga keluarga di desa suaminya
(Studi Kasus di surabaya udik dan akan
Desa Surabaya kecamatan sukadana bertanya
Udik Kecamatan kabupaten lampung siapakah ia
Sukadana timur? sekarang.
Kabupaten Sebelumnya
Lampung Timur ia adalah
seorang
yang
dicintai,men
arik dan
berbagai hal
positif
lainnya.
Gambaran
ini berubah
setelah
suami
menikah
lagi.Gambar
an diri
berubah
menjadi
negatif,
korban
kehilangan
diri.
13
3. FIRMA Kajian hukum 1. Bagaimana Dalam
N terhadap kedudukan Peraturan
SYAHP perkawinan perkawinan Pemerintah
UTR A poligami ditinjau poligami serta Nomor 9
dari undang syarat-syarat Tahun 1975
undang no 1 tahun perkawinan Pasal 43
1974 tentang poligami? sebagai
perkawianan (studi 2. Bagaimana aturan
putusan nomor problematika praktik pelaksanaan
5/PDT.G/2019/PA. perkawinan dari
GST) poligami? Undang-
3. Bagaimana kajian undang
hukum terhadap Nomor 1
perkawinan poligami Tahun 1974
pada putusan Nomor disebutkan
5/Pdt.G/2019/PA. bahwa.
Gst? Apabila
pengadilan
berpendapat
bahwa cukup
alasan bagi
seorang suami
untuk beristeri
lebih dari
seorang maka
pengadilan
memberikan
keputusan
yang berupa
izin untuk
beristeri lebih
dari satu,
kemudian
pada Pasal 44
Undang-
undang
Nomor 1
Tahun 1974
tentang
Perkawinan
disebutkan
bahwa
sebelum ada
izin dari
pengadilan
maka Pegawai
Pencatat
14
Nikah
dilarang
melakukan
pencatatan
perkawinan
seorang suami
yang akan
beristeri lebih
dari satu.
Sedangkan
untuk syarat
berpoligami
diatur dalam
Undangundan
g Nomor 1
Tahun 1974
yang terdapat
dalam Pasal 3
ayat (2), Pasal
4 dan Pasal 5,
bunyi Pasal
tersebut
adalah : Pasal
3 ayat (2):
Pengadilan
dapat
memberi
izin kepada
seorang
suami untuk
beristeri
lebih dari
seorang
apabila
dikehendaki
oleh pihak-
pihak yang
bersangkutan.
Permusuhan
di antara istri
terjadi
karena suami
biasanya
lebih
memperhatik
an istri muda
dibanding
istri yang
terdahulu.
15
Berdasarkan tabel hasil penelian terdahulu di atas perasamaan dan perbedaan
pada keluarga, lebih tepatnya pengaruh poligami terhadap anak dan istri
Agama Purwokerto.
dan studi putusan yang menjadi perbedaan dengan penelitian ini dalam hal
16
B. Landasan Teori
terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan
perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu
dalam hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri.
bermasyarakat.
hukum erat kaitannya dengan keadilan, namun hukum tidak identik dengan
menyamaratakan.
17
1) Kejelasan Konsep yang digunakan Norma hukum berisi deskripsi
tertentu pula.
yang terkait engan atu subjek tertentu, tidak saling bertentangan antara
2. Teori Keadilan
18
John Rawls berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan bagi
dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang.
Keadilan, yaitu :
a) Keadilan Moral
kewajibannya.
b) Keadilan Prosedural
19
Mengatur pembagian barang-barang dan penghargaan kepada
(memberikan pengobatan).
arti formal dan keadilan dalam arti materil. Menurut Magnis Suseno
(prosedural) adalah keadilan dalam arti bahwa hukum itu berlaku secara
20
keadilan dalam arti bahwa setiap hukum harus sesuai dengan cita-cita
keadilan masyarakat.
1. Pengertian Perkawinan
adat istiadat, dan terutama menurut agama. Makna nikah adalah akad
menerima dari pihak laki-laki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan
sebagai bersetubuh.17
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama
16
M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, (2014), Fikih Munakahat (Kajian Fikih Nikah Lengkap), PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
17
Moh Zahid, Dua Puluh Lima Tahun Pelaksanaan UndangUndang Perkawinan, Departemen Agama RI Badan
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2002. Hal. 2.
21
saja merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan
rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai jalan
menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan
dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan
membutuhkan;
18
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010. Hal. 374
22
5) Mendekatkan dan saling menimbulkan pengertian antar golongan
3. Asas Perkawinan
untuk itu suami isteri perlu saling bantu membantu dan melengkapi
19
Abdul Djamali, (2002), Hukum Islam (Berdasarkan Ketentuan Kurikulum Konsorsium Ilmu Hukum), Masdar
Maju, Bandung.
20
Abdul Djamali, Ibid
23
5) Karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Hak dan
rumah keluarga dan isteri ibu rumah tangga. Suami isteri harus memiliki
kediaman yang tetap dan selalu bersama. Suami isteri wajib saling
batin yang satu dengan yang lain. Suami wajib menjaga isteri dan
5. Bubarnya Perkawinan
21
Ahmad Rafiq, (2000),Hukum Islam di Indonesia, PT. RajaGrafindo, Jakarta, Hal. 56-57.
22
Esi Amanda, (2020), Pemberian Izin Permohonan Poligami, (Universitas Muhammadiyah Magelang.
24
Batalnya perkawinan diatur dalam Undang-Undang Perkawinan.
garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri, pejabat berwenang
dirinya dengan salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih
yang baru dengan tidak mengurangi ketentuan pada Pasal 3 ayat (2)
isterinya. Jika dalam waktu 6 (enam bulan) suami isteri yang bersalah
24
Esi Amanda, Ibid
25
Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam Pasal 116, bahwa bubarnya
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
1. Pengertian Poligami
apolus yang berarti banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Maka
26
Secara terminologi poligami merupakan praktek perkawinan lebih
dari satu isteri yang dilakukan pada satu waktu (bersamaan). Dasar
hukum poligami dapat kita jumpai dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-
bersangkutan.”
diatur pula dalam Pasal 56 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI)
bahwa :
“Suami yang hendak beristeri lebih dari satu orang harus mendapat
laki boleh mempunyai lebih dari satu orang perempuan.27 Jadi yang
waktu bersamaan.
27
mutlak dan melarang adanya poligami. Adapula boleh poligami jika
tidak adanya batasan- batasan yang jelas, seperti agama Yahudi yang
2. Sejarah Poligami
28
Seorang Brahma berkasta tinggi bahkan juga dizaman modern ini,
Israil, poligami telah berjalan sejak sebelum zaman Nabi Musa AS.
Tsabit berkata:
mereka empat orang .31 Riwayat Serupa dari Ghailan ibn Salamah ats-
poligami itu sangat berat, dan hampir dapat dipastikan tidak ada yang
30
Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, hal 4.
31
Abu Dawud, (1990), Sunan Abu Dawud, Jilid I, Dar al-Fikr, Hal 499.
32
Musdah Mulia, Ibid.
29
mampu memenuhinya.Artinya Islam memperketat syarat poligami
mena terhadap isteri mereka seperti sedia kala. Maksud dari berlaku
hakiki.33
menonjol pada dua hal Pertama, Pada Bilangan isteri, dari tidak
masa itu sudah terbiasa dengan banyak isteri, lalu mereka disuruh
33
Tihami, Sohari Sahrani, (2010), Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap,( Jakarta : Rajawali Pers.
34
Ibid, Hal 5
30
beberapa bangsa sebelum Islam.35
bersangkutan”.
Khusus bagi yang beragama islam, dasar hukum poligami diatur pula
syarat-syarat poligami.
4. Syarat-Syarat Poligami
35
(Supardi Mursalin, Menolak Poligami studi tentang undang undang perkawian dan hukum islam, Hal (17-18)
31
pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri
bersangkutan. Menurut Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1) UU No. 1
isteri
disembuhkan
sebagai berikut :
36
Surjati, (2014), Tinjauan Kompilasi Hukum Islam Terhadap Poligami Di Indonesia, Jurnal Universitas
Tulungagung BONOWORO Vol. 1 No. 2.
32
daerah tempat tinggalnya, dengan syarat:Ada persetujuan
dari istri/istri-istri
bersamaan.
33
e. Suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya dan
5. Prosedur Poligami
Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur oleh
37
NOPI.Y.(2018), DAMPAK POLIGAMI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA (Studi Kasus di Desa
Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.
34
dengan Kompilasi Hukum Islam nya, telah mengatur hal tersebut sebagai
berikut:38
Pasal 56
Pasal 57
38
Slamet Abidin, (1999), H.Aminuddin, Fikih Munakahat 1,(Bandung: CV.Pustaka Setia ,Hal 126.
35
a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai
seorang isteri
dapat disembuhkan
6. Hikmah Poligami
39
Kompilasi Hukum Islam
40
Abdul Rohman Ghozali, (2008), Fiqh Munakahat, Hikmah Poligami Dlam Kajian Hukum Islam,Hal 136-137.
36
kewajibannya selaku suami isteri dalam keluarga, yang
D. Kerangka Pemikiran
Latar Belakang :
Penggugat mengajukan izin poligami kepada Pengadilan Agama Purwokerto yang
menurut pertimbangan hakim sang isteri memiliki penyakit yang tidak dapat
disembuhkan penyakit tersebut harus jelas tidak dapat disembuhkan dalam syarat
mengajukan poligami di Pengadilan Agama salah satunya adalah sang isteri memiliki
suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan di putusan ini tidak dijelaskan secara
rinci penyakit apa yang diderita sang isteri dan jelasnya disebutkan sang isteri sakit.
Tetapi tetap saja hakim Pengadilan Agama Purwokerto memutuskan untuk
memberikan izin pada penggugat untuk menikah lagi.
Rumusan Masalah :
1. Bagaimana pelaksanaan pemberian
41
izin melaksanakan poligami oleh
Tihami,Sohari
hakim Sahrani, (2010), agama
pengadilana Fikih Munakahat
kelas 1A:Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers,
Hal 153.
42
Ibid,
Purwokerto?
43 2. Apa hambatan
Amir Syarifuddin, dalam pelaksanaan
Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,(65Jakarta: Prenada Media Group), Hal 159.
pemberian izin melaksanakan
poligami oleh hakim pengadilan 37
agama Purwokerto?
Metode penelitian :
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu
meetode yuridis normatif
yaitu penelitian yang
Landasan teori : digunakan untuk
1. Teori kepastian hukum mendapatkan bahan bahan
2. Teori keadilan berupa dengan teori-teori
3. Tinjauan poligami hukum, sistem perundang-
undangan, konsep-konsep
hukum, asas-asas hukum
yang berkaitan dengan
1. Undang-undang Nomor 16 pokok pembahasan.
tahun 2019 tentang perubahan umum, komposisi, dan lain
atas Undang-undang No 1 sebagainya.
Tahun 1974 tentang
Perkawianan
2. Kompilasi Hukum Islam
Kesimpulan Kesimpulan
1 2
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode yuridis
dan ruang lingkup hukum. Disiplin sendiri memiliki arti kenyataan, dimana
hukum lainnya metode yuridis normatif ini juga dilengkapi dengan diskusi
B. Spesifikasi Penelitian
objek penelitian.45
C. Data Penelitian
44
Depri Liber Sonata, (2014), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Fakultas Hukum dan
Universitas Lampung, 8(1), hal 25
45
Zainuddin Ali, (2009), Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Hal.223.
Data yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
perkawinan
memahami bahan hukum primer antara lain yaitu Buku, Jurnal, Artikel,
dan Internet.
hukum sekunder.46
sekunder yang terkait dengan permasasalahan yang diajukan baik dari buku,
46
Soerjono Soekanto, d. S. (2020). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Dalam S.M. DR.H.
Ishaq, Metode penelitian hukum serta penulisan skripsi, thaesis serta disertasi (hal.13-14). Bandung: Penerbit
Alfabeta
40
E. Metode Analisis Data
Kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data secara deskrptif
analistis data berupa kata- kata tertulis atau lisan. Sehingga data primer dan
yang sesuai berdasarkan dengan Teknik Analisis Data dalam penelitian ini
data secara deskrptif analistis data berupa kata-kata tertulis atau lisan. Sehingga
Purwokerto.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Poligami
atau KUA sedangkan untuk agama non islam pencatatan dilakukan dikantor
a. Pasal 3
seorang suami
2. Pengadilan, dapat memberi ijin terhadap suami untuk beristri lebih dari
b. Pasal 4
1. Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana
tinggalnya
terhadap seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apa bila;
a) Istiri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.
disembuhkan;
c. Pasal 5
diperlukan
perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang
a. Pasal 4
1. Apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang maka
43
b. Pasal 41
1. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seorang suami kawin lagi,
ialah;
b) Bahwa istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan;
2. Ada tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun tertulis,
4. Ada atau tidaknya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-
istri dan anak-anak mereka dengan pernyataan atau janji dari suami yang
c. Pasal 42
1. Dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal hal pada pasal 40 dan 41,
44
berserta lampiran lampirannya.
d. Pasal 43
e. Pasal 44
seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebelum adanya izin
a. Pasal 85
b. Pasal 86
1. Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan harta isteri
karena perkawinan.
2. Harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasi pebuh olehnya, demikian
juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya.
c. Pasal 87
1. Harta bawaan masing-masing suami dan istri, dan harta yang diperoleh
45
Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai istri lebih
dari seorang, masing-masing terpisah dan berdiri sendiri, dan pad ayat 2
undangan yang mengatur tentang perkawinan dan tentu saja mencangkup tentang izin
dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-
Undang Perkawinan terdapat dalam Pasal 40 hingga Pasal 44. Pada dasarnya Undang-
Undang Perkawinan menganut asas monogami, tetapi hal tersebut tidak bersifat
ke Pengadilan Agama setempat, selain itu harus mendapatkan persetujuan dari isteri
49
Kompilasi Hukum Islam
50
https://kemenag.go.id/read/perkawinan-ideal-adalah-perkawinan-monogami-0em5, diakses pada tanggal 14
Desember 2022
46
atau isteri-isterinya yang terlebih dahulu dalam bentuk lisan maupun tertulis dimuka
sidang pengadilan oleh isteri itu sendiri untuk menghindari kecurangan yang
dilakukan oleh suami. Pemberian izin poligami dalam Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah tersebut harus memenuhi syarat-syarat dan alasan-alasan yang tepat dan
benar agar seorang suami dapat berpoligami. Berikut alasan-alasan seorang suami
2) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan
poligami diantaranya:
3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anaknya.
berlaku. Oleh karena itu pada pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai
pelaksanaan pemberian izin poligami pada kasus dimana suami mengajukan izin
disembuhkan.
51
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
52
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
47
B. PEMBAHASAN
Perkawinan, tidak banyak kesulitan yang dihadapi oleh suami lebih dari seorang
dilangsungkan syarat yang harus dipenuhi oleh suami bisanya cukup mudah dan
sederhana, yaitu pegawai pencatatan nikah akan meminta surat keterangan yang
Syarat tersebut tidak mutlak dan tidak memaksa, artinya ketika bisa disimpangi
mempersulit adanya poligami maka prosedur yang harus dipenuhi atau ditempuh
dalam setiap akan dilakukan poligami maka masing-masing pihak harus izin
baik untuk pria maupun wanita. Hanya apabila dikehendaki oleh kedua belah
53
Drs.H.Khamimudin,M.H., Hakim Pengadilan Agama Purwokerto, Wawancara, Purwokerto, 3 Januari 2023.
54
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-poligami-dan-prosedurnya-yang-sah-di-indonesia-
lt5136cbfaaeef9, diakses pada tanggal 17 desember 2020.
48
pihak karena hukum dan agamananya mengizinkannya, seorang suami dapat
beristri lebih dari seorang. Namun demikian perkawinan seorang suami dengan
lebih dari seorang istri, meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak-pihak yang
Seorang suami yang beragama islam yang menghendaki beristri lebih dari
agama, dengan syarat-syarat yang diatur dalam pasal 4 dan pasal 5 undang-
dianut oleh undang-undang nomor 1 tahun 1974, maka pengadilan agama dalam
2) Alasan izin poligami yang diatur dalam pasal 4 ayat 2 undang-undang nomor
1 tahun 1974 bersifat fakultatif, artinya bila salah satu persyaratan dapat
poligami.
55
https://banten.kemenag.go.id/det-berita-poligami-dalam--perspektif--khi.html. Diakses pada tanggal 17
Desember 2022
56
Mahkamah Agung RI, Buku II : Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, (Jakarta:
Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, 2013), Hal. 135
49
nomor 1 tahun 1974 besifat komulatif, artinya pengadilan agama hanya dapat
4) Harta bersama dalam hal suami beristri lebih dari satu orang, telah diatur
istri yang dinikahi terlebih dahulu oleh karena pasal tersebut harus dipahami
5) Harta yang diperoleh oleh suami selama dalam ikatan perkawinan dengan
istri pertama, merupakan harta benda bersama milik suami dan istri pertama.
Sedangkan harta yang diperoleh dari suami selama dalam ikatan perkawinan
dengan istri kedua dan selama itu pula suami masih terikat perkawinan
dengan istri pertama, maka harta tersebut merupakan harta bersama milik
suami, istri pertama dan istri kedua. Demikian pula halnya sama dengan
6) Ketentuan harta bersama tersebut tidak berlaku atas harta yang diperuntukan
terhadap istri kedua, ketiga dan keempat (seperti rumah, perabotan rumah
tangga dan pakaian) sepanjang harta yang diperunntukan istri kedua, ketiga
dan keempat tidak melebihi 1/3 (sepertiga) dari harta bersama yang diperoleh
7) Bila terjadi pembagian harta bersama bagi suami yanng mempunyai istri
lebih dari satu orang karena kematian atau perceraian, cara perhitungan yaitu
sebagai berikut : unntuk istri pertama ½ dari harta bersama dengan suami
diperoleh suami bersama dengan istri pertama dan istri kedua, ditambah ¼ X
57
Mahkamah Agung RI, Buku II : Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama, (Jakarta:
Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, 2013), Hal 135-136.
50
harta bersama yanng diperoleh suami bersama istri ketiga, istri kedua dan
istri pertama, ditambah 1/5 X harta bersama yanng diperoleh suami bersama
8) Harta yang diperoleh dari istri pertama, kedua, ketiga, dan keempat
atau istri yang pertama, atau harta bersama dengan istri-istrinya sebelumnya.
Dalam hal ini suami tidak mengajukan permohonan penetapan harta bersama
yang digabungkan dengan permohonan izin poligami, istri atau istrinya dapat
10) Dalam hal suami tidak mengajukan permohonan penetapan harta bersama
yang digabungkan dengan permohonan izin poligami dan istri terdahulu tidak
termohon, yaitu seorang perempuan bernama MINAH bin KASMIDI, pada ssat
Nikah KUA Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Sesuai dengan Kutipan Akta
51
Perkawinan No. 1722/Pdt.G/2020/PA.PWT tanggal 1 Desembet 1992, dari
pemohon yang saat ini berusia 47 tahun. Pemohon dan calon kedua isteri
Bahwa pemohon menyatakan secara tertulis akan berlaku adil baik kepada
isteri pertama maupun isteri kedua sesuai dengan surat pernyataan berlaku adil
yang telah ditandatangani pemohon. Bahwa harta yang dimiliki Pemohon dan
dan anak-anaknya, serta calon isteri Pemohon. Hal ini sesuai dengan surat
pasal 5 ayat (1) mengenai syarat izin poligami. Bahwa selama pernikahan
harta kekayaan milik bersama yang ditandatangani pemohon dan termohon antara
lain benda tidak bergerak yaitu Perkebunan karet dan Konveksi, dan benda
bergerak yaitu satu buah mobil Toyota Innova Venture, satu buah sepeda motor
Suzuki.
52
Berdasarkan uraian diatas pemohon memohon kepada ketua Pengadilan
SIKIN.
B. Amar Putusan
ATMOWIARJO SIKIN);
3. Menetapkan harta bersama yang tersebut dalam posita ke-10 yakni benda
tidak bergerak antara lain Perkebunan karet dan Konveksi, serta benda
bergerak antara lain satu buah mobil toyota Innova Venture dan satu buah
motor suzuki.
meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut sebanyak 2 (dua) kali, dan
mediator Hakim karena Termohon tidak pernah hadir. Bahwa, Majelis telah
53
berusaha menasehati pemohon namun tidak berhasil. Kemudian dibacakan
oleh Pemohon.
C. Pertimbangan Hakim
- Bahwa Termohon tidak keberatan dan rela untuk dimadu dengan calon isteri
harta bersama sebagaimana posita ke-10 dan harta-harta tersebut tidak bisa
2. Bahwa, antara pemohon dengan calon istrinya tidak ada larangan untuk
54
3. Bahwa, Pemohon termasuk orang yang mampu/ sanggup untuk menafkahi
Termohon.
Pemohon.
tetap pada jawabannya dan bersedia dimadu dengan calon isteri yang kedua
D. Analisis Putusan
58
Disebut contentiosa karena adanya 2 (dua) pihak yang berlawanan dalam perkara. Mardani, Hukum Acara
Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), Hal. 118
55
Hakim Pengadilan Agama Purwokerto, sependapat bahwa yang menjadi dasar
sebagai berikut:
ATMOWIARJO adalah cukup beralasan bagi hakim dalam memutus perkara ini
1. Peraturan Perundang-Undangan
yang berbunyi pengadilan, dapat memberi izin memberi ijin terhadap suami
untuk beristri lebih dari seorang apabila di kehendaki oleh pihak pihak yang
bersangkutan.59
2) Pasal 4 ayat (2) Huruf a dan b Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan istri tidak dapat melahirkan
keturunan.”
yang berbunyi:
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak
anak mereka.60
59
Drs.H.Khamimudin,M.H., Hakim Pengadilan Agama Purwokerto, Wawancara, Purwokerto, 3 Januari 2023.
60
Jo. Pasal 56 – 57 dalam Kompilasi Hukum Islam
56
4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Perkawinan, di dalam Pasal 40, 41, 42, dan Pasal 44. Pada pokoknya
dalam Surat An-Nisa ayat 3 yang artinya sebagai berikut: “maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja…”(Q.S.An-Nisa).61
bertanggung jawab terhadap kemauan dirinya mengenai resiko yang akan terjadi.
Dalam hal ini diantaranya surat pernyataan isteri pertama, surat pernyataan
pernyataan kesanggupan untuk selalu berlaku adil terhadap para isteri dan anak-
anaknya, surat pernyataan calon isteri kedua untuk tidak mengganggu gugat harta
Saksi merupakan orang yang dapat memberikan keterangan di depan hakim guna
mendengar, merasakan dan melihat dengan sendiri suatu peristiwa atau kejadian dalam
61
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-3. Diakses pada tanggal 17 Desember 2022.
57
perkara yang di persengketakan.62
ketentuan yang diatur dalam Pasal 35 dan 36 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Menimbang dari Pasal ayat tersebut diatas, maka seseorang dibolehkan akan
menikah lagi (berpoligami) dengan perempuan lain yang ia senangi dan sanggup
poligami dikabulkan dan memberi izin kepada pemohon WARKIM bin SUPARNO
untuk menikah lagi (poligami) dengan calon isteri bernama KASIATI binti
ATMOWIARJO SIKIN. Majelis Hakim memberikan izin atas dasar dan pertimbangan
hukum permohonan yang diajukan oleh pemohon dalam memutus perkara izin
poligami dan majelis hakim menganggap sudah cukup bukti dan beralasan sehingga
Agama Purwokerto
pokok tersebut. Hakim wajib membuat keputusan atau penetapan terhadap semua
62
Abdul Manan, (2006), Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet.4, (Jakarta:
Kencana, Hal. 249
63
Drs.H.Khamimudin,M.H., Hakim Pengadilan Agama Purwokerto, Wawancara, Purwokerto, 3 Januari 2023
58
perkara yang disidangkan. Dalam hukum beracara mengenai verstek telah diatur dalam
pasal 125-129 HIR dan Pasal 149-153 RBg. Dalam peraturan putusan verstek diartikan
putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim tanpa hadinya tergugat, ketidakhadirannya
itu tanpa alasan yang sah meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut (default
without reason).64
Dalam praktik acara di lingkungan Peradilan Agama terhadap putusan verstek ini
mengatakan bahwa dalam perkara perceraian, izin poligami apabila tergugat tidak hadir
dalam sidang pertama dan kedua padahal sudah dipanggil secara resmi dan patut, maka
terhadap perkara tersebut dapat diputus secara verstek tanpa dibuktikan terlebih dahulu.
Sebagian lagi mengatakan bahwa apabila tergugat (termohon) telah di pangil secara
patut dan resmi dan ternyata tergugat (termohon) tidak hadir tanpa alasan yang sah,
maka perkara tersebut baru boleh diputuskan kalau sudah diperiksa dengan teliti dan
telah terbukti dalil gugat yang diajukan, karena pembuktian dalam perkara itu mutlak
diperlukan.
Sehubungan dengan hal tersebut para praktisi hukum di Pengadilan Agama harus
pemberian izin poligami, sebab banyak aspek yang harus dipertimbangkan, rumit, dan
sangat kompleks. Apabila tergugat (termohon) telah dipanggil secara resmi dan patut
sebanyak 2 (dua) kali, dan tergugat (termohon) tidak mengirimkan wakilnya yang sah
dalam sidang yang telah ditetapkan, maka putusan tersebut telah berkekuatan hukum.
1722/Pdt.G/2020/PA.PWT, yaitu:
64
Abdul Manan, (2006), Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama (Cet,1; Jakarta:
Kencana, Hal. 212
59
Dalam pertimbangan hakim dalam menjatuhkan dan memutus putusan verstek,
dikarenakan pihak Termohon tidak hadir dan tidak pula mengirimkan wakilnya
yang sah meskipun ia telah dipanggil dengan secara resmi dan patut untuk hadir
(termohon), sekalipun ia tidak hadir namun tidak keberatan bersedia untuk dimadu
dan mengizinkan suaminya berpoligami dengan calon isteri kedua. Hal ini dapat
dilihat dari pihak yang tidak hadir, biasanya ada yang mengirimkan surat
a. Bahwa, pada hari persidangan yang telah ditetapkan Pemohon dan datang sendiri
mengirimkan wakilnya yang sah untuk mewakili dirinya, meskipun telah dipanggil
secara resmi dan patut sebanyak 2 (dua) kali, dan tidak ternyata kehadirannya karena
b. Bahwa, perkara ini tidak menempuh prosedur mediasi dengan bantuan mediator
c. Bahwa, Majelis Hakim telah berupaya menasehati kedua belah pihak berperkara
terutama kepada Pemohon tetapi Pemohon agar tetap mempertahankan satu isteri
65
Drs.H.Khamimudin,M.H., Hakim Pengadilan Agama Purwokerto, Wawancara, Purwokerto, 3 Januari 2023
60
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hakim dalam
tersebut tidak dibantah oleh termohon, dan termohon mengizinkan bahwa suami
persidangan.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
dan KHI. sebenarnya hakim memutus dengan menitikberatkan pada Pasal 3 ayat (2)
“pengadilan dapat memberi izin memberi ijin terhadap suami untuk beristri lebih
dari seorang apabila di kehendaki oleh pihak pihak yang bersangkutan”, dan Pasal 4
ayat (2). Beberapa pertimbangan yang digunakan hakim dalam memberikan izin
poligami yaitu:
di muka Persidangan.
dimadu.
disembuhkan.
Jadi, Majelis Hakim dalam memberikan izin atas dasar dan pertimbangan
dalam memutus perkara izin poligami, sudah cukup bukti dan beralasan
2. Hambatan atau kendala yang dihadapi hakim dalam pengambilan keputusan terkait
hakim PA Purwokerto bahwa hakim telah memutus verstek karena Termohon tidak
pernah hadir dalam persidangan walaupun sudah dipanggil secara resmi dan patut
sebanyak 2 kali, dan termohon tidak pernah mengirimkan wakilnya yang sah dalam
persidangan. Namun putusan ini tetap sah dimata hukum karena sudah mengikuti
B. Saran
1. Hakim dalam memutus izin poligami selain menerapkan ketentuan yang sudah
Karena tidak ada satupun perempuan yang rela atau ingin berbagi suaminya dengan
diajukan oleh Permohon, Termohon ikut serta atau hadir dipersidangan karena untuk
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Mardani, (2010), Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah,
(Jakarta: Sinar Grafika).
Friedman, (1990), Teori dan Filsafat Hukum, Telaah Kritis atas Teori-teori Hukum
Rajawali Press, Jakarta.
Moh Zahid, (2002), Dua Puluh Lima Tahun Pelaksanaan UndangUndang Perkawinan,
Departemen Agama RI Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan.
Soetanto Soepiadhy, Keadilan Hukum, Surabaya, diakses pada tanggal 21 juni 2022
Supardi Mursalin, Menolak Poligami (studi tentang undang undang perkawian dan
hukum islam)
Tihami, Sohari Sahrani, (2010) Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap,( Jakarta
: Rajawali Pers.
M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, (2014), Fikih Munakahat (Kajian Fikih Nikah
Lengkap), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Mahkamah Agung RI, (2013), Buku II : Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi
Peradilan Agama, (Jakarta: Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama).
Wiliam Moris, (1979), The Heritoge Iilustrased Dictionary of the English Language, vol
II, Hougth Mifflin Company, Boston.
Zahari, A. (2014). Telaah Terhadap Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam. Masalah-
Masalah Hukum.
Jurnal:
A, Rodli Maknum, Evi dan Lia Amalia,(2009), Poligami dalam Penafsiran Muhammad
Syahrur, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press).
Depri Liber Sonata, (2014), Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Fakultas
Hukum dan Universitas Lampung.
Hasyim, D, (2007), Tinjauan Teoritis Asas Monogami Tidak Mutlak Dalam Perkawinan,
MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan
Maharani, S.D. (2016), Manusia Sebagai Homo Economicus: Refleks Atas Kasus-Kasus
Kejahatan Di Indonesia, Jurnal Filsafat.
Nawi, S.,& Salle, S, (2020), Analisis Pengaruh Berbagai Variabel Terhadap Permohonan
Dispensasi Pernikahan, Jurnal Of Lex Philosophy.
Surjati, (2014), Tinjauan Kompilasi Hukum Islam Terhadap Poligami Di Indonesia, Jurnal
Universitas Tulungagung BONOWORO Vol, 1 No 2.
Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Skripsi:
Esi Amanda, (2020), Pemberian Izin Permohonan Poligami, (Universitas Muhammadiyah
Magelang.
NOPI.Y.(2018) DAMPAK POLIGAMI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA
(Studi Kasus di Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur
Rika Alfitri, (2021), Persepsi Masyarakat Terhadap Praktik Poligami Tanpa Izin di
Desa Muara Danau Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun
Firman Syahputra, (2021), Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Poligami Di Tinjau
Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Putusan
Nomor 5 /Pdt.G/2019/PA.Gst)
Internet:
Erizka permatasari S, H. (2021, April 28). Hukum Online. Dikutip : 19 Februari 2022, dari
Hukum Online.com:https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-poligami-dan-prosedurnya-
yang-sah-di-indonesia- lt5136cbfaaeef9
Departemen Pendidikan Nasional, E-book Kamus Besar Bahasa Indonesia
https://kemenag.go.id/read/perkawinan-ideal-adalah-perkawinan-monogami-0em5, diakses
pada tanggal 14 Desember 2022
https://banten.kemenag.go.id/det-berita-poligami-dalam--perspektif--khi.html. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2022
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukum-poligami-dan-prosedurnya-yang-sah-di-
indonesia-lt5136cbfaaeef9, diakses pada tanggal 17 desember 2020.