Oleh:
Erina Dwi Trisnawati
NPM: 19.0201.0046
Hari :
Tanggal :
II
PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
NPM : 19.0201.0046
571/Pdt.P/2021/PA.Mkd)” adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
NIM : 19.0201.0046
Fakultas : Hukum
Dibuat di : Magelang
Pada tanggal : 17 Mei 2023
Yang menyatakan,
V
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Only you can change your life, Nobody else can do it for you”
Orang lain engga akan bisa paham struggle dan masa sulitnya kita, yang mereka
ingin tahu hanya bagian succes stories. Berjuanglah untuk diri sendiri walaupun
ngga ada yang tepuk tangan, kelak diri kita dimasa depan akan sangat bangga
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk diri saya sendiri yang telah berjuang
sampai di titik ini, dosen pembimbing saya Ibu Nurwati, S.H., M.H dan Ibu Puji
Sulistyaningsih, S.H., M.H yang telah membimbing serta memberikan bantuan
masukan dan saran sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa
untuk kedua orang tua saya karena mereka lah yang membuat segalanya menjadi
mungkin sehingga saya bisa sampai pada tahap dimana skripsi ini akhirnya
selesai. Terima kasih atas segala pengorbanan, nasihat, dan doa baik yang tidak
pernah berhenti kalian berikan padaku. Selamanya aku bersyukur dengan
keberadaan kalian sebagai orang tua ku.
VI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim,
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya serta rasa hormat kepada:
1. Keluarga saya yang sangat saya cintai, ayah saya Bapak Sutrasno dan Ibu
saya Robiyati yang selalu memberikan kasih sayang, nasihat, semangat,
dukungan moril maupun materiil serta tak pernah lupa mendoakan saya
dalam segala hal termasuk kelancaran supaya dapat menyelesaikan skripsi
ini, serta kakak saya Erlina Widyastuti yang selalu memberikan dukungan
dan semangat kepada saya. Terima kasih banyak atas perhatian dan kasih
sayangnya yang selalu membuat saya bahagia;
2. Seluruh jajaran pimpinan Universitas Muhammadiyah Magelang;
3. Ibu Nurwati S.H., M.H selaku dosen pembimbing pertama saya yang telah
membimbing, memberikan arahan, dan masukan, serta memberikan
motivasi demi terselasaikannya skripsi ini;
VII
4. Ibu Puji Sulistyaningsih, S.H., M.H selaku dosen pembimbing kedua saya
yang telah membimbing, memberikan arahan, dan masukan, serta
memberikan motivasi demi terselasaikannya skripsi ini;
5. Segenap dosen Fakultas Hukum yang telah membantu penulis dalam
mendidik dan memberikan ilmunya selama masa perkuliahan;
6. Sahabat dan teman-teman saya yang selalu ada menemani, mendoakan,
menguatkan, mendukung, membantu, dan memberikan semangat di saat
saya mengalami kendala, serta mendengarkan semua keluh kesah saya
ketika menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Magelang hingga
saya menyelesaikan skripsi ini;
7. Bapak Drs Ali Irfan, S.H., M.H, Ibu Anis Nasim Mahiroh, S.HI., M.H dan
Bapak Taufiqurrachman, M.H selaku hakim Pengadilan Agama Mungkid
yang telah membantu saya dalam memberikan data dan wawancara;
8. Bapak Masrukin, S.H., M.A.g, Bapak Foead Kamaludin, S.Ag, dan Bapak
Syafrul, S.H.I., M.Sy selaku hakim di Pengadilan Agama Temanggung
yang telah membantu saya dalam memberikan data dan wawancara;
9. Ibu Lita Apriyana, S.E., M.M selaku Kepala Bidang Pengelolaan
Administrasi Kependudukan dan Pemanfaatan Data Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Magelang yang telah membantu saya dalam
memberikan data dan wawancara;
10. Bapak Drs. Husain Haikal, M.A selaku Kepala Kantor Urusan Agama
Secang yang telah membantu saya dalam memberikan data dan
wawancara;
11. Bapak Dr. Nurodin Usman, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Magelang yang telah membantu saya dalam
memberikan data dan wawancara;
12. Teman-teman angkatan 2019 yang sudah menemani saya selama masa
perkuliahan, memberikan semangat serta dukungan kepada saya;
13. Segenap pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu saya selama masa studi di Fakultas Hukum, Universitas
Muhammadiyah Magelang.
VIII
Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuan, semangat, motivasi, kasih sayang, dan
terutama doa kepada saya selama ini. Semoga segala kebaikan yang telah
diberikan kepada saya mendapatkan berkah dan balasan dari Allah SWT, serta
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya.
Penulis
IX
Abstrak
X
Abstrak
ERINA DWI TRISNAWATI: Juridical Analysis of the Determination of the
Religious Courts Regarding Children from Siri Marriage (Study of Decision
Number 571/Pdt.P/2021/PA.Mkd). Thesis. Magelang: Faculty of Law, University
of Muhammadiyah Magelang, 2023.
Siri marriage is a marriage that has fulfilled the pillars and conditions of
marriage in Islam but is not registered. Children born to unregistered married
couples only have a civil relationship with their mother, so their parents must
apply for the origin of the child so that the child's status is clear and has a civil
relationship with their father. This thesis aims to find out what the judge's legal
considerations are in cases of the origin of children who determine them as
biological children and the legal consequences for children after the
determination of children resulting from unregistered marriages as biological
children. This research uses a type of normative legal research which is analyzed
qualitatively with the case approach method. The sources and types of material in
this study are primary materials, namely from the results of interviews with
Religious Court Judges, Heads of KUA, Religion Experts, Civil Registry and
Population Service Employees. Secondary legal materials, namely the Koran,
laws, law books, legal journals.
The results of this study indicate that the decision of the Religious Court judge in
determining the child as a biological child in the study of decision Number
571/Pdt.P/2021/PA.Mkd is correct. The judge's consideration in determining the
case of the origin of the child is to ensure that the siri marriage has fulfilled the
pillars and conditions of Islamic marriage, besides that the time of the child's
birth is also a consideration. The legal consequence that arises for biological
children is that the legal relationship of biological children is not as wide as that
of legitimate children, if legitimate children get full civil rights to inherit from
their father. Meanwhile, biological children only get living expenses such as
living expenses, education costs, health costs, housing but, they do not get
inheritance from their father and cannot be related to their father. even if
obtaining inheritance through a mandatory will after the biological father dies. In
the birth certificate of a biological child it is still written as the mother's child, the
Population and Civil Registry Office cannot follow up on the determination of
biological children, because the Population and Civil Registry Service is guided
by the registration of child validation.
Keywords: Siri Marriage, Determination of Judges, Origin of Children.
XI
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Vokal
Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
XII
harkat, transliterasinya sebagai berikut:
2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harkat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Gabungan
Tanda dan Huruf Nama Nama
Huruf
ي fathah dan ya ai a dan i
و fathah dan waw au a dan u
Contoh:
kataba : كتب
fa’ala : فعل
żukira : ذكر
yażhabu : يذﻫب
Su’ila : سعل
Kaifa : كيف
Haula : ﻫول
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Contoh:
qāla : قا ل
ramā : رما
qĩla : قيل
Yaqūlu : يقول
XIII
4. Ta marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua:
a. Ta marbuṭah hidup
Tamarbutah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah
dan dhmamah, transliterasinya adalah “t”.
b. Ta marbuṭah mati
Tamarbutah yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah “h”.
c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti oleh
kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata
itu terpisah, maka ta marbuṭah itu di transliterasikan dengan ha
“h”.
Contoh:
: المدينة المنورةrauḍah al-atfâl : روضة األطفل
: طلحه al-Madînah al-munawwarah
Ṭalḥah
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydîd, dalam transliterasi ini
tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang
sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:
: ر ّبنا
: ّزلrabbanâ
نnazzala
al-birr :الب ّر
al-ḥajj :الح ج
nu’ima :ن ّعم
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu: ال, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu
dibedakan atas kata sandang yang ikuti yang diikuti oleh huruf syamsiah
dan kata
a. Kata sandang diikuti oleh huruf syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf /i/ diganti dengan huruf yang sama
dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
XIV
b. Kata sandang diikuti oleh huruf qamariah
Kata sandang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai
dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan
bunyinya, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf qamariah, kata
sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan
dengan tanda sempang.
Contoh:
ar- : الرجل
as- : السيدةrajulu
: الشمسsayyidatu
: القلمasy-syamsu
al-qalamu
al- : البديع
badî’u
al- : الجالل
jalãlu
XV
Daftar isi
Cover …………………………………………………………………………………………………………………. I
Abstrak ……………………………………………………………………………………………..………………. X
Abstrak ……………………………………..……………………………………………………………………… XI
XVI
A. Fokus Penelitian …………………………………………………………………………………… 39
1. Gambaran Umum Pengadilan Agama Mungkid …………………………….. 39
a. Sejarah Pengadilan Agama Mungkid ……………………………………..… 39
b. Letak Geografis dan Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama
Mungkid ………………………………………………………………………….……….. 40
c. Kewenangan Pengadilan Agama Mungkid ………………………………. 40
2. Studi Putusan Nomor 571/Pdt.P/2021/PA.Mkd ……………………………… 41
B. Pertimbangan Hakim dalam penetapan anak hasil perkawinan siri ..……. 44
C. Akibat hukum terhadap anak setelah penetapan ………………………….……….. 61
A. Kesimpulan ……………………..…………………………………………………………..………. 70
B. Saran …………………………………………………………………………………………………….. 71
XVII
BAB I
PENDAHULUAN
Perkawinan siri secara etimologi dari kata “sirri” berasal dari bahasa
Arab, yaitu “sirrun” yang artinya rahasia, diam, tersembunyi, kata sirri ini
kemudian digabung dengan kata nikah sehingga menjadi nikah siri dalam
diam tidak diumumkan kepada khalayak ramai atau pernikahan yang tidak
perkawinan siri yang menjadi masalah karena tidak diketahui oleh pejabat
1
ۤ ۤ
ّٰ ي ِم ُْن ِعبَ ِاد هك ُْم َواَِما ِٕى هك ُْم اِ ُْن يَّ هك ْونه ْوا فه َقَرا ُءَ يه ْغنِ ِه هُم
ُالله َُ ْ الصلِ ِح ِ ِ
ّٰ َواَنْك هحوا ْاْلَ ََي ٰمى مْن هك ُْم َو
dengan karunia-Nya.
yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang. Hal ini terlihat dari
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
Tata cara perkawinan yang sah menurut hukum negara dan hukum
2
1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Bahwa dalam Islam pernikahan
jika telah memenuhi rukun dan syarat maka hukum pernikahan tersebut
menjadi sah. Hal ini berbeda dengan hukum negara yang menyatakan
Sipil mengatur dalam hal pelaporan kelahiran tidak disertai kutipan akta
tanggung jawab mutlak atas kebenaran data dengan diketahui (2) dua
bukti lain yang sah tetapi status hubungan dalam Kartu Keluarga
Maka dari Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa pasangan nikah siri
bisa membuat kartu keluarga (KK). Namun, ada syarat khusus yang harus
dipenuhi oleh pasangan nikah siri atau dalam peraturan ini disebut
3
perkawinan yang belum dicatatkan. Syarat tersebut, yakni membuat surat
Dalam peraturan ini, SPTJM atas kebenaran data dapat dibuat bagi
pasangan suami isteri yang tidak memiliki buku nikah atau kutipan akta
perkawinan.
yang sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan untuk mentaati perintah Allah
ٍ ض ُك ْم اِ ٰٰل بَ ْع
ض َّواَ َخ ْذ َن ِمْن ُك ْم ِِّمْي ثَاقًا َغلِْيظًا ُ ف ََتْ ُخ ُذ ْونَهّ َوقَ ْد اَفْضٰى بَ ْع
َ َوَكْي
kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka
dari kamu”.
memenuhi rukun dan syarat tetapi karena alasan tertentu tidak dicatat di
antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim walaupun jika dilihat
secara psikologis, moril, sosial, dan materil belum ada kesiapan yang
kawin siri apabila terjadi permasalahan di kemudian hari maka tidak akan
menganggap perkawinan tersebut tidak pernah ada sebab tidak ada bukti
pencatatan perkawinan. Dalam hal ini yang akan menjadi korban adalah
siri yang dilakukan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab, akan
seperti tidak terjaminnya hak isteri untuk memperoleh nafkah, suami bisa
yang sulit untuk dituntut secara hukum karena tidak adanya alat bukti
5
Akibat hukum lainnya terhadap anak yaitu kesulitan dalam perwalian
waris, statusnya dalam hukum negara tidak jelas. Selain itu anak yang
Terkait dengan Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diajukan oleh
sudah terpenuhi rasa keadilan terhadap status anak luar nikah. Khususnya
hak anak di mata hukum dan masyarakat. Karena fakta yang terjadi selama
6
ini dalam kasus anak yang lahir di luar nikah belum ada hukumnya,
sehingga memberikan rasa keadilan bagi anak di luar nikah yang menurut
yang mewajibkan kedua orang tua kandung atau orang tua biologis
(Usman, 2014).
seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang
Pasal 100 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa “Anak yang lahir di
keluarga ibunya”.
status kawin tidak tercatat sebanyak 8.784 penduduk (4.392 KK). Dari
kasus ini dapat kita lihat bahwa walaupun sudah ada peraturan yang jelas,
7
perkawinan siri tanpa memikirkan dampak yang bisa merugikan
sehingga tidak mempunyai kutipan akta nikah resmi yang dikeluarkan oleh
telah dikarunia satu orang anak laki-laki yang bernama Reyza Alvino yang
lahir pada tanggal 31 Januari 2011 dan pada akta kelahiran anaknya hanya
tertulis nama ibunya saja. Oleh karena itu keduanya melakukan pernikahan
secara biologis dan mempunyai anak laki-laki, dan juga faktanya mereka
Kelahiran anak tercantum nama pemohon. Maka dari itu, pemohon ingin
8
dalam akta kelahiran anak menerangkan bahwa anak tersebut adalah anak
akta nikah, dapat diajukan isbat nikah ke Pengadilan Agama” hal ini dapat
Selain itu, perkawinan siri dalam hukum islam, sah atau tidaknya suatu
perkawinan terletak pada syarat dan rukun pernikahan yakni ijab, qabul,
dua orang mempelai, wali, dan dua orang saksi (Kusumo, 2017).
Selain isbat nikah, solusi lain bagi pasangan yang telah menikah siri
tentang asal usul anak. Ketentuan ini bertujuan untuk menegaskan status
hukum seorang anak sebagai anak kandung dari kedua orang tuanya
namun disisi lain akan ada dampak dan akibat hukum yang merugikan
9
khususnya bagi anak, dari bukti kelemahan yang ada salah satunya dalam
mana pada kasus tersebut istri pemohon telah meninggal dunia sehingga
hak anak yang sebenarnya anak tersebut adalah anak kandung dari
pemohon.
maka penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis dalam skripsi yang
B. Rumusan Masalah
perkawinan siri?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
10
a. Kegunaan teoritis
kawin siri dan diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan referensi bagi
peneliti selanjutnya.
b. Kegunaan praktis
Mungkid.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a. Penelitian Terdahulu
Skripsi yang ditulis oleh Mirza Muis (2018) dengan judul “Analisis
yang sah sehingga tidak memenuhi syarat dan rukun perkawinan Islam di
hadits tersebut. Oleh karena itu, jika permohonan ingin dikabulkan sesuai
Islam, anak yang lahir di luar nikah hanya dapat memiliki hubungan
darah dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dasar hukum putusan anak
13
Perkara yang diajukan ke pengadilan negeri terkualifikasi sebagai perkara
khususnya yang kaitan dengan hak anak luar kawin terhadap ayahnya.
ini adalah ditolaknya permohonan pengesahan asal usul anak yang lahir
sehingga anak yang dilahirkan dalam perkawinan tersebut tidak diakui dan
oleh pemohon sah secara agama tetapi tidak dicatat. Jadi, anak yang
penetapan asal usul anak yang lahir dalam perkawinan yang tidak
14
perkara ini, Majelis Hakim dapat menerapkan Putusan Mahkamah
teknologi atau alat bukti lain misalnya tes DNA. Sehingga dapat
Jenis penelitian ini yaitu hukum normatif yang dianalisis secara kualitatif.
asal-usul anak luar nikah tersebut dengan mengacu pada ketentuan hukum
15
Berdasarkan penelitian diatas terdapat perbedaan dimana peneliti
b. Kerangka Teori
a. Perkawinan
(Syarifuddin, 2006).
16
ْۢ
فَاِ ْن طَلَّ َق َها فَ ََل ََِت ُّل لَهّ ِم ْن بَ ْع ُد َح ِّّٰت تَ ْن ِك َح َزْو ًجا َغ ْ َْيهّ ۗ فَاِ ْن
kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia
menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain
17
2) Tata cara perkawinan dilakukan menurut hukum masing-
berikut:
1. Rukun perkawinan
a. Calon suami;
b. Calon isteri;
c. Wali nikah;
a. Beragama Islam;
f. Bersifat adil;
18
d. Pernikahan Siri
orang islam.
oleh pemerintah walaupun nikah siri ini sah secara agama, namun
19
1. Pernikahan tanpa wali atau saksi, pernikahan ini dilakukan
2. Pernikahan yang dihadiri oleh wali dan dua orang saksi, tetapi
saksi yang adil serta adanya ijab qobul, namun pernikahan ini
yang sah.
20
dijauhkan dari zina dan dosa (Aminah, 2014). Tujuan kawin siri
a. Pengertian Anak
kepada anak, seperti hak untuk hidup, tumbuh dan, dan hak atas
anak tanpa ayah atau ibu. Ko Tjai Sing mengatakan, bahwa di masa
BW;
22
perkawinan dengan nama Allah disucikan. Dalam Kompilasi
(enam) bulan dari perkawinan yang sah, Oleh karena itu bila
23
2. Menurut Undang-Undang Perkawinan
1) Anak sah
1. Anak sah
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai
24
Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.
2. Anak angkat
kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain
(Edyar, 2016).
25
perkawinan dengan demikian anak hasil zina tetap tidak
bahwa anak zina tidak dapat diakui oleh orang tua biologisnya
5. Anak asuh
26
d. Hak-Hak Anak Sah
27
sebagai seseorang yang lahir sebagai akibat adanya
kewarganegaraan;
28
sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh
sosial.
a. Hak Hidup
29
b. Hak Mendapat Pengakuan Nasab
30
anaknya pada hari kiamat, sebelum anak-anak diminta
tuanya.
31
dalam hal yang bersifat non materi, sebagaimana Nabi
ِ ْالِْ ِب واللُّط
ف َ ِّ
lembut”.
2020).
32
tersebut sebagaimana tercantum dalam Pasal 2 KUH Perdata
ayah dan ibu atau ibunya mengakui seorang anak yang lahir itu
33
perkawinan yang sah, tidak dapat disebut dengan anak yang sah,
biasa disebut dengan anak zina atau anak di luar perkawinan yang
anak dengan ayahnya karena adanya akad nikah yang sah dan
anak dan lain-lain. Dalam hal Pembuktian asal usul anak telah
2. Bila akta kelahiran atau alat bukti lainnya yang tersebut dalam
yang sah.
34
daerah hukum Pengadilan Agama tersebut mengeluarkan akta
a. Kedudukan
cepat, dan biaya ringan salah satu asas hukum berupa aturan
35
b. Landasan Hukum
perbuatan hukum.
c. Kewenangan
(Sudirman, 2021).
36
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan penulis teliti yaitu Putusan Majelis Hakim
571/Pdt.P/2021/PA.Mkd.
4. Sumber Data
Data-data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data sebagai
berikut:
a) Data Primer
37
Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yaitu hasil dari
Catatan Sipil.
b) Data Sekunder
penetapan yang terkait asal usul anak, buku dan bahan bacaan
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Fokus Penelitian
Mungkid
40
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-
asal usul anak sebagai sample dari penelitian ini terkait dengan
571.Pdt.P/2021.PA.Mkd
yaitu: Wali nikah dengan Bapak Darmoko dan dua orang saksi
yaitu Muhammad Arifin dan Darsoko, dan saat Ijab Qabul wali
41
nikah menyerahkan kepada Bapak Kyai Pangati. Mahar berupa
perempuan lain;
42
14102021-0028 dalam kutipan akta kelahiran tersebut tertulis (satu
PRIMAIR
43
Pencatatan Sipil sebagai anak kandung yang sah dari Pemohon dan
Anak Biologis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Ali Irfan, S.H., M.H
pernikahan itu harus sah dalam agama dan dicatat, terkait nikah siri yang
sudah mempunyai anak, karena ada kepentingan anak maka anak harus
agama maka anak tersebut dapat dikatakan anak sah dari pasangan tersebut,
pernikahan itu bisa disahkan, sehingga permohonan asal usul anak dapat
44
dengan wanita yang dihamilinya dan mayoritas permohonan asal usul anak
tanggal 8-3-2023).
usul anak manakala perkawinan sirinya tidak melanggar hukum maka anak
yang lahir dari akibat perkawinan siri bisa disahkan, sehingga perkawinan
siri harus diperiksa terlebih dahulu apakah melanggar hukum atau tidak.
Anak luar kawin tidak bisa menjadi anak sah, namun ayah biologisnya
pendidikan, sehingga anak yang lahir sebelum perkawinan resmi maka anak
dan terkait status anak yang lahir setelah perkawinan sah maka anak itu
dianggap anak sah, tetapi jika anak lahir sebelum perkawinan sah maka
anak itu tidak bisa dikatakan anak sah, tetapi akan dianggap anak biologis
sah. Sehingga jika ada kasus seseorang telah menikah siri dan anak sudah
lahir maka sebaiknya isbath nikah saja, sehingga anak akan langsung ikut
45
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Syafrul, S.H.I., M.Sy
usul anak harus diajukan oleh pasangan suami isteri, jika orang tersebut
telah melakukan perkawinan siri maka harus menikah resmi dahulu atau
juga bisa untuk isbath nikah. Jika pasangan tersebut mengakui sebelum
menikah siri sudah hamil duluan dianggap anak zina, tetapi bisa diajukan
penetapan asal usul anak demi melindungi anak tersebut karena orang tua
sudah memiliki ikatan perkawinan. Maka dari itu orang tersebut seharusnya
isbath nikah supaya dalam akta kelahiran anak lahir setelah pernikahan
terlebih dahulu pernikahan sirinya apakah sudah sesuai dengan rukun dan
M.H selaku hakim Pengadilan Agama Mungkid bahwa nikah siri sebaiknya
dihindari, tetapi jika dilihat dari segi hukum nikah siri dapat dikatakan sah
asalkan memenuhi rukun dan syarat. Oleh karena itu negara tidak mengakui
memiliki akta nikah, maka tidak bisa memayungi anak yang lahir sebelum
pernikahan ulang tersebut untuk itu solusinya yaitu asal usul anak, maka
aman, tidak ada yang melanggar, dan memenuhi syarat dan rukun, pada
46
dasarnya semua permohonan asal usul anak itu pasti dikabulkan, hanya
permasalahnya yang dikabulkan itu apakah dia dianggap anak sah atau
itu, Pemohon tidak memiliki bukti perkawinan yaitu berupa akta nikah
Agama dilatar belakangi dengan perkawinan siri, seperti yang kita ketahui
harus dicatatkan. Sehingga jika orang tua anak ingin mengajukan penetapan
47
asal usul anak agar anak mendapatkan status hukum yang jelas, maka salah
kepastian Hukum bagi Orang tua yang sudah melakukan perkawinan siri,
agar anak-anak yang lahir dalam perkawinan tersebut dapat memiliki akta
Kependudukan dan Catatan Sipil hanya tercantum nama ibunya saja, dalam
kutipan akta kelahiran anak Pemohon tertulis “satu anak laki-laki dari Ibu
menikah ulang secara resmi di KUA pada tanggal 31 Mei 2012 supaya
Agama, selain itu Pemohon ingin didalam akta kelahiran anak tercantum
nama ayahnya atau nama Pemohon, untuk itu sesuai dengan Pasal 103
hukum terhadap kedudukan atau status anak dapat mengajukan asal usul
48
571/Pdt.P/PA.Mkd bahwa Pemohon telah menikah siri dengan istrinya
melakukan perkawinan siri wali nikahnya yaitu Bapak Darmoko (ayah dari
almarhumah Rahmita), ada dua orang saksi yaitu Mohammad Arifin dan
Darsoko kemudian mahar atau mas kawin berupa uang tunai sebesar Rp.
100.000,- dan saat Ijab dan Qabul dilaksanakan oleh Bapak Kyai Pangati
bahwa perkawinan siri yang dilakukan oleh Pemohon dan isterinya sah
karena telah memenuhi semua rukun dan syarat perkawinan dalam agama
adanya calon suami, calon isteri, wali, saksi, ijab dan qabul. Terkait dengan
kondisi isteri yang sedang hamil enam bulan saat pernikahan itu tidak
(1) “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria
yang menghamilinya”
49
(2) “Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat
Alvino lahir setelah perkawinan siri yang sah yaitu tiga bulan setelah
sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah,
maka dalam kasus tersebut memang anak sah karena anak lahir setelah
biologis karena anak Pemohon lahir tiga bulan setelah pernikahan yang sah.
yaitu enam bulan, maka anak yang dilahirkan dalam waktu kurang dari
enam bulan setelah akad nikah tidak dapat dinasabkan kepada laki-laki atau
suami dari yang menghamilinya karena anak tersebut dianggap tidak legal,
perkawinan yang sah yaitu anak lahir tiga bulan setelah pernikahan sah,
jawab terhadap anak sesuai pada Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor
sakit, karena didalam akta kelahiran anak hanya tercantum nama ibu yang
hukum sebagaimana pada Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang
(1) Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, dan
negara.
(2) Hak anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingan hak anak
kandungan.
meliputi :
a. Non diskriminasi;
untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya
sendiri”. Dari Pasal diatas penulis menyimpulkan bahwa anak wajib dan
hukum, kemanfaatan hukum, dan keadilan yang mana dalam perkara a quo
perkawinan sirinya sah atau tidak dan istilah anak biologis dalam rangka
52
dinamakan keadilan, termasuk perlindungan anak terhadap hak anak yang
merupakan hak asasi manusia, sehingga anak yang lahir dari perkawinan
kesejahteraan anak. Salah satu lembaga negara yang telah mendukung dan
dimaksud yaitu tentang perlindungan anak yang lahir dari hasil zina, maka
Fatwa MUI Nomor 11 Tahun 2012 tentang status anak zina dan
kewajiban untuk melindungi anak yang lahir dari perzinaan dan mencegah
53
Hakim juga berpendapat bahwa berdasarkan Pasal 43 ayat (1)
ayahnya.
dianggap sebagai anak sah dan memiliki hubungan pewarisan dengan ayah
kandungnya. Namun jika Pemohon sudah melampirkan hasil tes DNA tetapi
saat melakukan perkawinan siri ternyata tidak memenuhi rukun dan syarat
maka anak tersebut akan ditetapkan sebagai anak biologis, termasuk juga
walaupun Pemohon telah melampirkan hasil tes DNA tetapi si anak lahir
dianggap sebagai anak biologis, maka dari itu yang menjadikan acuan
54
pertimbangan hakim dalam menetapkan anak juga dipastikan waktu
kelahiran anak.
untuk menjadi anak sah bila kedua orang tuanya melakukan perbuatan
melakukan pernikahan dan telah memenuhi syariat dalam Islam maka anak
dianggap sah apabila anak lahir dari perkawinan yang sah yaitu perkawinan
yang tercatat dalam dokumen negara sesuai pada Pasal 2 ayat (2) Undang-
yang bernama Reyza Alvino ditetapkan sebagai anak biologis karena anak
tersebut memang anak sah tetapi sah menurut agama Islam karena anak lahir
Islam. Namun dalam kacamata hukum Indonesia anak tersebut tidak bisa
dianggap sah karena anak lahir sebelum perkawinan yang sah menurut
nikah.
55
terjadi pernikahan yang sah dan jika para pemohon tidak bisa
membuktikan bahwa orang tua si anak telah terjadi pernikahan yang sah
maka permohonan asal usul anak tersebut tetap dikabulkan tetapi sebagai
tentang anak hasil perkawinan siri, jika anak lahir sebelum perkawinan
anak biologis, tetapi jika anak lahir setelah pernikahan sah maka akan
dianggap sebagai anak sah walaupun anak lahir satu hari setelah
pernikahan sah.
perkawinan siri walaupun sah di dalam agama Islam tetapi tindakan itu tidak
KUA maka pernikahan itu dianggap tidak ada, dan yang hanya bisa
56
dan Catatan Sipil dan Kementerian Agama tidak seirama karena untuk
menulis akta kelahiran seorang anak seharusnya orang tua anak mempunyai
buku nikah. Tetapi menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bisa
dalam hal SPTJM tersebut bagi KUA tidak bisa menjadi pedoman bahwa
siri tetapi anak sudah lahir maka jalan yang harus ditempuh yaitu isbat nikah
di Pengadilan Agama. Tetapi jika anak belum lahir pasangan yang sudah
menikah siri bisa menikah ulang di KUA sesuai dengan syarat dan prosedur
Permendagri Nomor 109 Tahun 2019 anak yang lahir dari pasangan suami
istri yang pernikahan tidak tercatat maka tetap tercantum nama ayah dan
anak. Terkait dengan pengesahan asal usul anak yang ditetapkan oleh
Pengadilan Agama hanya sebagai anak sah, sehingga jika saat mengajukan
57
permohonan dan ketika pembuktian anak lahir setelah perkawinan sah maka
anaknya. Tetapi jika hasil penetapan sebagai anak biologis maka tidak ada
M.A selaku Dekan Fakultas Agama Islam Unimma bahwa nikah siri ada
nikah yang telah memenuhi syarat dan rukunnya tetapi tidak dicatatkan di
KUA. Sehingga nikah siri yang tidak memenuhi syarat dan rukun akan
batal, tetapi kalau nikahnya memenuhi syarat dan rukun hukumnya sah
siri harus dipastikan terlebih dahulu selagi akad dan syarat rukun
pernikahannya benar dan sesuai maka anak tersebut bukan anak zina.
semakin kecil dan masih bisa ditoleransi selama syarat dan rukun terpenuhi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Ali Irfan, S.H., M.H
adanya penetapan asal usul anak, jika perkawinan itu telah memenuhi rukun
58
dan syarat maka dianggap anak sah, dan jika lahirnya juga masih batas
wajar yaitu diatas enam bulan setelah pernikahan. Kemudian jika hakim
menetapkan status anak sebagai anak biologis karena dianggap anak diluar
nikah yaitu anak yang lahir dalam waktu kurang lebih tiga bulan setelah
menikah siri, dan anak yang berstatus biologis tidak bisa dinasabkan dengan
ayahnya termasuk waris, tetapi orang tua wajib untuk mencukupi kebutuhan
hidup anak dan memberikan harta setelah ayah biologis meninggal dunia
luar kawin tidak bisa menjadi anak sah, tetapi ayah biologisnya
pendidikan, sehingga anak yang lahir sebelum perkawinan resmi maka anak
tersebut dianggap anak biologis atau anak luar kawin (wawancara tanggal
13-03-2023).
setelah adanya penetapan asal usul anak maka status anak akan jelas
sehingga bisa mengetahui nasab si anak, dalam penetapan asal usul anak ada
dua penetapan hakim yaitu anak sah dan anak biologis, jika anak berstatus
anak sah maka nasab bisa ayah kandungnya, tetapi jika anak berstatus
59
termasuk waris dari ayahnya, sebagaimana pada Putusan Mahkamah
setelah ada penetapan yaitu status anak menjadi jelas, dan merujuk pada
kemanfaatan manusia maka orang tua wajib memberikan biaya hidup dan
M.H selaku hakim di Pengadilan Agama Mungkid bahwa dalam produk asal
usul anak hakim bisa menetapkan anak sah dan anak biologis, jika anak
ditetapkan sebagai anak biologis maka anak tersebut bisa diberikan wasiat
wajibah oleh hakim. Selagi anak lahir setelah perkawinan sah maka anak itu
perbuatannya yang zina tetapi anaknya tidak bisa dikatakan anak zina
karena lahir setelah ijab. Sebaiknya jika mereka sudah mempunyai anak
setelah diteliti pernikahan sirinya jika sudah sesuai maka tinggal membuat
akta nikah bahwa pada saat itu sudah terjadi pernikahan, sehingga anak
sudah langsung ikut terlindungi menjadi anak sah karena anak lahir setelah
60
dilihat dari hukum positif yaitu sesuatu perkawinan yang melanggar, tetapi
jika dilihat dari segi keabsahan akan dianggap sah selama sesuai dengan
rukun dan syarat perkawinan secara Islam. Akibatnya anak yang dilahirkan
memang anak sah tetapi status hukum anak tersebut tidak mempunyai hak-
hak sebagaimana anak yang lahir dari perkawinan tercatat. Secara Undang-
Undang anak yang lahir setelah perkawinan resmi adalah anak sah,
termasuk anak lahir setelah perkawinan siri bisa dianggap sah oleh negara
hamil bisa dikatakan anak biologis karena anak lahir sebelum perkawinan
resmi. Untuk itu jika seseorang telah mempunyai anak lebih tepatnya untuk
isbath nikah karena pengadilan lebih menjamin, jika menikah ulang itu tidak
tepat karena anaknya tidak ikut terlindungi secara hukum, sehingga harus
mengajukan asal-usul anak tetapi jika anak lahir setelah pernikahan resmi
Tahun 1974 juga memiliki potensi untuk merugikan anak yang dilahirkan
dari perkawinan tersebut. Potensi kerugian yang utama bagi anak adalah
anak tidak dilindungi oleh negara. Ada stigma negatif yang melekat pada
anak jika anak tidak mempunyai ayah kandung, stigma ini merupakan
61
potensi kerugian bagi anak terutama psikososial yang sebenarnya dapat
hal ini kurang tepat jika anak harus menanggung kerugian akibat
ۤ ۤ
ّٰ ي ِم ُْن ِعبَ ِاد هك ُْم َواَِما ِٕى هك ُْم اِ ُْن يَّ هك ْونه ْوا فه َقَرا ُءَ يه ْغنِ ِه هُم
ُالله َُ ْ الصلِ ِح ِ ِ
ّٰ َواَنْك هحوا ْاْلَ ََي ٰمى مْن هك ُْم َو
dengan karunia-Nya.
adanya kedudukan anak yang lahir dari atau akibat perkawinan yang sah
seperti dalam hak waris, nasab, dan hak menjadi wali nikah bagi anak
62
perempuan. Namun demikian sangat tidak adil apabila seorang anak
hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-
dan teknologi dan/ atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai
bahwa: “Oleh karena itu, tidak tepat dan tidak adil manakala hukum
menetapkan bahwa anak yang lahir dari suatu kehamilan karena hubungan
tersebut sebagai ibunya. Adalah tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum
63
dengan hubungan seksual antara seorang perempuan dengan seorang laki-
laki adalah hubungan hukum yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban
secara bertimbal balik, yang subyek hukumnya meliputi anak, ibu dan
bapak”.
Konsitusi diatas bahwa akan muncul hubungan hukum antara anak tidak sah
dengan ayah biologisnya yang ternyata dan terbukti bahwa ayah dan anak
sebelum perkawinan yang sah maka anak tersebut akan ditetapkan sebagai
karena Pemohon sudah menikah siri maka jalan seharusnya yang ditempuh
anak sudah lahir maka anak akan langsung ikut terlindungi dengan adanya
isbath nikah, sehingga jika mereka sudah menikah siri lalu mereka
dicatatkan yaitu pada tanggal 31 Mei 2012 sedangkan anak Pemohon yang
64
bernama Reyza Alvino lahir pada tanggal 31 Januari 2011 maka dilihat
oleh hakim maka anak tersebut tidak bisa mendapatkan hak waris dari
akibat hukum yang ditimbulkan bagi anak Pemohon yang bernama Reyza
Alvino karena para ulama mazhab fiqh sepakat bahwa nasab merupakan
hakikatnya nasab juga merupakan nikmat dan karunia bersar yang Allah
SWT berikan kepada hamba-Nya. Oleh karena itu nasab harus selalu
Maka dari itu akibat hukum terhadap anak Pemohon yang berstatus
anak biologis hanya bisa menuntut untuk biaya nafkah, biaya pendidikan,
biaya kesehatan, dan biaya tempat tinggal sesuai yang tercantum pada
diberikan wasiat wajibah oleh hakim sebagai terobosan untuk hak anak,
65
oleh kedua orang tuanya merupakan pemberian kejelasan asal-usul anak dan
nikah karena melanggar norma hukum agama dan negara. Dengan adanya
sebagai perlindungan terhadap anak biologis agar dapat hidup secara layak.
Ketiga, sebagai efek jera bagi pelaku zina, sehingga dapat meminimalisir
seperti anak sah, karena anak sah sudah pasti mendapatkan waris dan nasab,
sedangkan anak biologis tidak bisa mendapatkan waris dan nasab dari
VIII/2010 tentang anak luar kawin. Oleh karena itu telah terjadi beberapa
wajibah. Wasiat wajibah ini merupakan solusi yang ditawarkan oleh ulama
untuk ahli waris yang ditangguhkan oleh syara' untuk menerima bagian
mereka dari harta ahli waris yang menjadi haknya. Ada dua macam ahli
66
waris yang berhak mendapat bagian. Pertama, ahli waris non muslim,
kedua, anak luar kawin, dan ketiga, anak angkat. Mereka memiliki hak
Oleh sebab itu Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa Nomor
terhadapnya. Anak zina atau anak di luar nikah oleh ayah dengan cara
biologis maka akta kelahiran anak tidak bisa ditambahkan nama ayah, dan
akta kelahiran anak yang bernama Reyza Alvino tetap seperti semula yaitu
hanya terdapat nama ibu saja yaitu “anak laki-laki dari Ibu Rahmita”, tetapi
mempunyai bukti bahwa anak tersebut benar-benar anak biologis dari orang
tua anak yang bernama Reyza Alvino. Beda halnya jika akta sebelumnya
hanya ada nama ibu, kemudian hakim menetapkan sebagai anak sah maka
kelahiran anak dan akta pengesahan anaknya. Jika saja Pemohon tidak
67
tersebut bisa dianggap anak sah, karena jika Pemohon mengajukan isbath
terjadi pernikahan sah yang dilakukan oleh Pemohon dan isterinya lalu
bukti dari penetapan dari Pengadilan Agama, maka saat Pemohon membuat
anak otomatis akan berstatus sebagai anak sah karena anak lahir setelah
Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa “anak yang sah adalah
anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah” dan dalam
putusan hakim sudah tepat tetapi tindakan yang dilakukan Pemohon kurang
melakukan isbath nikah maka sebenarnya anak yang bernama Reyza Alvino
akan dianggap anak sah karena lahir setelah perkawinan sah menurut agama
Islam yang mana perkawinan tersebut telah memenuhi rukun dan syarat
dalam Islam maka perkawinan tersebut adalah sah hanya saja tidak
dicatatkan.
68
Menurut penulis berdasarkan kasus putusan 571/Pdt.P/2021/PA.Mkd
bahwa anak ditetapkan sebagai anak biologis dari ayahnya atau Pemohon,
namun saat Pemohon mengurus akta kelahiran anak supaya tercantum nama
Pemohon didalam akta kelahiran anak tetap tertulis nama ibu saja, pihak
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tidak merubah akta kelahiran anak
Catatan Sipil berpedoman pada Pasal 75 ayat 1 (b) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 108 Tahun 2019 tentang Pencatatan Pengesahan Anak, yang
mana hanya anak yang ditetapkan sebagai anak sah saja yang bisa
menggunakan istilah anak sah dan anak biologis, namun jika hakim
anaknya.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian diatas yang telah peneliti lakukan, maka dapat
hukum anak biologis tidak seluas dengan anak sah, jika anak sah
70
waris yang sah, sedangkan anak biologis hanya mendapatkan biaya
anak biologis tidak tidak bisa dinasabkan dengan ayahnya, dan jika
kelahiran anak biologis tetap tertulis sebagai anak ibu saja, pihak
B. Saran
1. Masyarakat
mendapatkan waris dan nasab dari ayahnya, selain itu dengan adanya
untuk mendapatkan bukti buku nikah sebagai syarat asal usul anak di
di Pengadilan Agama. Selain itu pihak KUA bisa bekerja sama dengan
walaupun didalam akta kelahiran anak akan tertulis anak biologis dari
ayahnya setidaknya ada akta atau bukti yang kuat bahwa anak tersebut
72
DAFTAR PUSTAKA
73
VI(7), 2013–2015.
Hasibuan, I. H. (2019). Inheritance Rights For Adultery Children; An Analysis Of
Prosperity Approach To The Inherintance Rights For Adultery Children In
The Islamic Law Compilation. International Journal on Language, Research
and Education Studies, 3(3), 351–363.
https://doi.org/10.30575/2017/IJLRES-2019091202
Ismawati, S. (2021). Penal and non-penal approaches to the legal enforcement of
child marriage: A political analysis of criminal law. International Journal of
Criminology and Sociology, 10(1), 45–50. https://doi.org/10.6000/1929-
4409.2021.10.07
Isnaini, E. (2014). Perkawinan Siri Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum
Positif Dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Independent, 2(1), 51.
https://doi.org/10.30736/ji.v2i1.18
Jamaluddin, N. A. (2016). Buku Ajar Hukum Perkawinan. In M. . Dr. Faisal,
S.Ag, S.H (Ed.), Unimal Press (Vol. 4, Issue 1).
Kharisudin. (2021). Nikah Siri Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam Dan
Undang-Undang Perkawinan Indonesia. Perspektif, 26(1), 56.
https://doi.org/10.30742/perspektif.v26i1.791
Koniyo, V. F. M. (2020). Analisis Sosio Yuridis Terhadap Penetapan Asal Usul
Anak Pernikahan Sirih Untuk kepentingan Pemenuhan Hak Anak. Jurnal
Legalitas, 13(02), 94–102. https://doi.org/10.33756/jelta.v13i02.7683
Kusumo, B. A. (2017). Perkawinan Sirri Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum
Positif. 75–88.
Lia Amaliya. (2022). Penetapan Asal Usul Anak Sebagai Upaya Perlindungan
Hukum Terhadap Anak hasil Dari Perkawinan Siri (Studi Kasus di
Pengadilan Agama Karawang). E-ISSN : 2(April 2020), 375.
M. Iqbal. (2022). Legal Position Of Children Resulting From Contract In The
Context Of Marriage Legal In Indonesia. Journal Of Law Mitzvah, 1(1), 53–
70.
Muhaimin. (2020). Metode Penelitian Hukum. Mataram University Press.
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Pangaribuan, M. I. (2019). Tinjauan Yuridis Status Hukum Anak Hasil
Perkawinan Sirri Dan Akibat Hukumnya (Menurut Hukum Islam Dan
Hukum Positif Indonesia) | Pangaribuan | Jurnal Civil Law Usu. Jurnal Civil
Law, 2. https://jurnal.usu.ac.id/index.php/civil_law/article/view/25632
Sholihah, H. (2018). Perbandingan Hak-Hak Anak Menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Dan Hukum Islam. Al-
Afkar: Journal for Islamic Studies, 1(2), 88–111.
https://doi.org/10.5281/zenodo.3554863
74
Sipahutar, A. (2019). Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Anak Dari Hasil
Perkawinan Siri Yang Ditelantarkan Menurut Hukum Islam Dan Undang-
Undang Perlindungan Anak. Doktrina: Journal of Law, 2(1), 66.
https://doi.org/10.31289/doktrina.v2i1.2383
Sudirman. (2021). Hukum Acara Peradilan Agama (M. S. . ABD. Karim Faiz
(ed.); Vol. 4, Issue 1). IAIN Parepare Nusantara Press.
Susanto. (2020). E-Court As the Prevention Efforts Against the Indonesia Judicial
Corruption. Yustisia Jurnal Hukum, 9(1), 116.
https://doi.org/10.20961/yustisia.v9i1.41127
Umar Haris Sanjaya, A. R. F. (2017). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. In
A. RM (Ed.), Asy-Syir’ah: Vol. Vol. 46 (Issue II). Gama Media.
Usman, R. (2014). Prinsip Tanggung Jawab Orangtua Biologis terhadap Anak Di
Luar Perkawinan. Jurnal Konstitusi, 11(1), 168–193.
Zainuddin, S.H., M. . . (2017). Kepastian Hukum Perkawinan Siri dan
Permasalahannya Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (M. .
Dr. Fuadi, S.H. (ed.)). Deepublish.
75