Anda di halaman 1dari 179

GANJA: ANTARA KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN

PENYAKIT SOSIAL
PERBANDINGAN ANTARA LINGKAR GANJA
NUSANTARA (LGN) DAN BADAN NARKOTIKA
NASIONAL (BNN)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana


Sosial (S.Sos)

Oleh :

Rio Rinaldy Supandi


NIM 11150541000083

KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M

1
GANJA: ANTARA KESEJAHTERAAN SOSIAL
DAN PENYAKIT SOSIAL
PERBANDINGAN ANTARA LINGKAR GANJA
NUSANTARA (LGN) DAN BADAN NARKOTIKA
NASIONAL (BNN)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Rio Rinaldy Supandi


NIM 11150541000083

Pembimbing

Dr. Arief Subhan, M.A.


NIP. 196601101993031004

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M

2
PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Rio Rinaldy Supandi
NIM : 11150541000083

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul GANJA:


ANTARA KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PENYAKIT
SOSIAL, PERBANDINGAN ANTARA LINGKAR GANJA
NUSANTARA (LGN) DAN BADAN NARKOTIKA
NASIONAL (BNN) adalah benar merupakan karya saya sendiri
untuk memperoleh gelar srata 1 (S1) dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Jika terdapat kutipan,
saya sudah mencantumkan sumbernya sesuai dengan peraturan
penulisan skripsi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika suatu
hari terbukti bahwa ini plagiat karya orang lain, saya bersedia
untuk menerima sanksi.

Jakarta, 13 Juli 2020

Rio Rinaldy Supandi


NIM 11150541000083

3
ABSTRAK

Rio Rinaldy Supandi, 11150541000083

Ganja: Antara Kesejahteraan Sosial dan Penyakit Sosial


Perbandingan Antara Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan
Badan Narkotika Nasional (BNN), 2020.

Lingkar Ganja Nusantara (LGN) memiliki pandangan


tentang nilai positif dari tanaman ganja yang dipercaya dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial. Sedangkan menurut
pandangan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) ganja
berpontensi dapat menyebabkan penyakit sosial. Oleh karena itu,
LGN dan BNN mempunyai sudut pandang yang berbeda
mengenai manfaat dan kerugian tanaman ganja.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui ganja dari persepsi
LGN dan BNN serta untuk mengetahui manfaat dan kerugian
tanaman ganja menurut LGN dan BNN. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif.
Teknik penelitian informan menggunakan Purposive Sampling.
Sedangkan untuk pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori persepsi sosial.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ganja berdasarkan
persepsi LGN dan BNN mempunyai nilai manfaat, salah satunya
seperti contoh seratnya yang dapat dibuat sebagai salah satu
bahan untuk membuat pakaian. Kemudian nilai kerugian dari
ganja, salah satu contohnya seperti ketika dikonsumsi dapat
membuat kehilangan kesadaran dikarenakan dosis yang belum
jelas. Selain itu ganja sangat mempengaruhi dalam segi ekonomi,
medis, dan lingkungan sosial yang dapat berpengaruh bagi
individu dan masyarakat.
Kata Kunci: Ganja, Persepsi Sosial, Lingkar Ganja
Nusantara (LGN), Badan Narkotika Nasional (BNN).

i
KATA PENGANTAR

Terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat dan kasih


sayang-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan pembuatan
skripsi ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Strata Satu
(S1). Walaupun sudah melakukan yang terbaik untuk skripsi ini,
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi. Maka dari itu, peneliti membutuhkan kritik dan
saran agar skripsi ini dapat menjadi skripsi yang baik.

Dalam pembuatan skripsi peneliti menyadari skripsi ini


tidak akan selesai dengan baik dan tepat pada waktu apabila tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dengan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu:

1. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu


Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah, BSW, MSW, selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Sihabudin Noor,
MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
Dan Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu
Hj. Nunung Khairiyah, MA, selaku Sekretaris Program
Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

ii
3. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
4. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, juga selaku dosen
pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan
ilmu pengetahuan dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang
telah membuka wawasan dan berbagi ilmu serta
memberikan bimbingan kepada Penulis selama mengikuti
perkuliahan di Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan
sumbangan wawasan dan keilmuan serta bimbingan
kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menjadi tempat ternyaman bagi Penulis
selama di kampus dengan segudang referensi baik buku,
jurnal, maupun skripsi.
8. Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan Badan Narkotika
Nasional (BNN) Kota Tangerang Selatan yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian.
9. Dhira Narayana, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN)
dan Umbaran Fathilah Kencan sebagau Ketua Regional

iii
Lingkar Ganja Nusantara yang sudah membantu dan
memberikan banyak informasi dalam penelitian ini.
10. Dr. Edy Kurniawan selaku Dokter Pertama Kasi
Rehabilitasi, Fiona Indah Fitriana, S.KM, selaku
Fasilitator Rehabilitasi, Kasi Rehabilitasi, dan Mba
Andini sebagai Humas yang sudah membantu dan
memberikan banyak informasi dalam penelitian ini.
11. Orang tua tersayang tercinta terkasih yang selalu memberi
dukungan dalam hal apapun dan tidak menekan peneliti
dalam situasi apapun yaitu Ayah Supandi Ismail dan
Mama Suhartini Supandi serta kakak Fanny Sulistia
Supandi dan Kenycono Satrio Putro yang selalu
menemani dan menghibur penulis.
12. Fadlillah Aldyni Winoto yang selalu ada sebagai tempat
curhat, menemani, memotivasi dan membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
13. Sahabat tercinta dari zaman putih abu-abu yang selalu
menghibur, mendengarkan curhat, dan selalu menjadi
saudara bagi penulis Gema Cafe.
14. Teman seperjuangan selama perkuliahan Aditya Iswandi,
Albert Supriadi, S.Sos, Rafika Aina Alfia, S.Sos, Dea
Riska, S.Sos, teman-teman tongkrongan SC, Yhajons
Crew, dan U.S.B.
15. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2015.
16. The Smiths yang selalu menemani penulis skripsi.

iv
Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
membuat skripsi dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga
skripsi ini dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya, serta dapat melengkapi khasanah keilmuan
kesejahteraan sosial.

Jakarta, 2020

Rio Rinaldy Supandi

v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................ ix
DAFTAR BAGAN ................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Batasan Masalah ................................................................ 7
C. Perumusan Masalah ........................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 8
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................ 9
F. Metode Penlitian ................................................................ 12
G. Sistematika Penulisan........................................................ 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Ganja ................................................................................. 20
B. Kesejahteraan Sosial .......................................................... 28
C. Penyakit Sosial .................................................................. 32
D. Teori Kognisi-Tingkah Laku ............................................. 41
E. Teori Persepsi Sosial.......................................................... 42
F. Kerangka Berpikir .............................................................. 43
BAB 111 GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Lingkar Ganja Nusantara (LGN).......................... 45
B. Visi dan Misi Lingkar Ganja Nusantara (LGN) ................ 47
C. Struktur Organisasi Lingkar Ganja Nusantara (LGN)....... 48

vi
D. Kegiatan Lingkar Ganja Nusantara (LGN) ....................... 48
E. Sejarah Badan Narkotika Nasional (BNN) ........................ 49
F. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional (BNN) .............. 54
G. Tugas dan Fungsi Badan Narkotika Nasional (BNN) ....... 54
H. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional (BNN) .... 60
I. Aktivitas Kegiatan Badan Narkotika Nasional (BNN) ....... 61
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Ganja Berdasarkan Persepsi LGN dan BNN..................... 67
B. Efek Ganja ......................................................................... 70
C. Ganja Bagi Kesejahteraan Sosial....................................... 72
D. Ganja Bagi Penyakit Sosial ............................................... 84
E. Manfaat dan Kerugian Ganja ............................................. 88
BAB V PEMBAHASAN
A. Persepsi Sosial ................................................................... 90
B. Ganja Berdasarkan Persepsi LGN ..................................... 91
C. Ganja Berdasarkan Persepsi BNN ..................................... 94
D. Kognisi Tingkah Laku....................................................... 97
E. Lingkar Ganja Nusantara (LGN) ....................................... 97
F. Badan Narkotika Nasional (BNN) ..................................... 99
G. Perbandingan Persepsi LGN dan BNN ............................. 100
H. Perspektif Islam Tentang Tanaman Ganja ................... ....103
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 107
B. Saran .................................................................................. 109
C. Implikasi ............................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 112

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bentuk daun Ganja jenis Sativa ......................... 26
Gambar 2.2 Bentuk daun Ganja jenis Indica ......................... 27
Gambar 2.3 Bentuk daun Ganja jenis Ruderalis .................... 28
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BNNK ................................ 60
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir................................................. 44
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Aktivitas BNNK Tahun 2018 ................................ 61
Tabel 5.1 Perbandingan pendapat tentang ganja .................... 101

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Ganja merupakan tanaman yang tumbuh secara alami,
melainkan tidak ada campur tangan dari manusia untuk
menciptakan ganja. Karena memang ganja merupakan tumbuhan
yang diciptakan langsung oleh sang pencipta. Namun ganja
menuai kontroversi di kalangan masyarakat atau sebuah negara.
Ganja menjadi golongan narkotika yang berbahaya dilihat
dari penyalahgunannya dan menjadi ilegal khususnya di negara
Indonesia. Sehingga memuncul sebuah perbandingan antara isu-
isu ganja tersebut. BNN (Badan Narkotika Nasional) adalah
sebuah lembaga yang mendukung ilegalisasi ganja di Indonesia
yang diyakini bahwa ganja merupakan tanaman jenis narkotika
yang dapat merusak. Dilain sisi ada sebuah organisasi yang
dinamai LGN (Lingkar Ganja Nusantara) yang mempercayai
bahwa ganja merupakan tanaman yang mengandung banyak nilai
manfaat dan seharusnya tanaman ini merupakan jenis yang legal
dan tidak berbahaya.

Pembahasan mengenai ganja dibutuhkan untuk melihat


apa nilai positif dan negatif dari tanaman tersebut yang dapat
mempengaruhi lingkungan. Sebelum membandingkan apa itu
nilai manfaat yang dapat memberikan kesejahteraan dan apa itu
kerugian yang dapat merusak dari jenis tanaman ganja ini.
Penjelasan mengenai Ganja, Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan

1
2

Badan Narkotika Nasional (BNN) dapat dijelaskan sebagai


berikut.

Secara etiomologi, istilah “ganja” diambil dari bahasa


sansekerta dengan arti yang sama seperti pada Bahasa Indonesia.
Sedangkan secara ilmiah ganja memiliki nama “cannabis sativa”
yang diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1753. Kata
Cannabis sebagai penanda dari ganja sendiri sebenarnya sudah
dikenal jauh sebelum itu, yang mana menunjukkan bahwa
manusia sudah lama mengenal tanaman ini. Bahkan Bahasa Cina
untuk ganja adalah Ma. Yang menyimbolkan dua tanaman dalam
satu keranjang, sudah dikenal lebih dari tiga ribu tahun yang lalu.
Bagian yang dapat memabukkan dari tanaman ganja ialah bulu-
bulu halus atau trikoma. Ia tumbuh diseluruh permukaan ganja,
terutama pada bagian daun dan bunga. Salah satu zat yang
dihasilkan oleh trikoma ialah THC yang sifatnya dapat
memabukkan dan paling mudah untuk di dapatkan di daerah
seperti Indonesia. Pada daerah tropis ganja memiliki jumlah THC
yang lebih banyak ketimbang ganja yang tumbuh di daerah
lainnya (Julian 2018, 1).

Ganja dengan kandungan THC yang rendah sering disebut


sebagai Hemp. Ganja jenis ini dibudidayakan di beberapa negara
untuk tujuan industri. Karena kadar THC-nya yang rendah, hemp
tidak bisa digunakan untuk tujuan rekreasional. Ahli botani dari
Harvard, Richard E. Schultes, yang mempelajari Cannabis di
tahun 1970-an menyimpulkan berdasarkan perbedaan
morfologinya bahwa ganja dapat dibagi setidaknya sebanyak tiga
3

spesies, yaitu Cannabis Sativa, Cannabis Indica dan Cannabis


Ruderalis. Dan adapula tiga jenis zat yang harus benar-benar
dipahami dalam tanaman ganja, yaitu Cannabinoid, THC dan
CBD (Julian 2018, 3)

Sebagai tanaman yang sudah dikenal selama bertahun-


tahun bahkan dari sebelum masehi, manusia menggunakan ganja
untuk berbagai tujuan. Dalam fungsi pembenargunannya yang
dapat menghasilkan beberapa manfaat dan ada pula dalam
penyalahgunaan yang dapat menjadikan tanamanan ganja bernilai
negatif.

Manfaat dari tanaman ganja yang dapat menimbulkan


suatu kesejahteraan sosial salah satunya adalah di mana ganja
yang dapat memberikan efek positif bagi kesejahteraan dalam
bidang ekonomi, sosial serta medis. Dan di sisi lain dalam segi
negatif ganja ini akan dapat menimbulkan penyakit sosial dalam
artian akan dapat merugikan banyak pihak dari segi ekonomi,
sosial dan medisnya.

Pada abad ke-19 ada sebuah contoh bahwa ganja dapat


mensejahterakan petani. Murizal Hamzah pada koran Sinar
Harapan edisi 2 Juli 2008. Dinyatakan bahwa Belanda sengaja
mendatangkan tanaman Ganja dari India ke Aceh sebagai
penghalau Hama Kopi Gayo, Aceh Tengah. Ganja juga
digunakan untuk melindungi tanaman tembakau dari hama ulat
dengan ditanam secara berdampingan. Masyarakat Aceh sendiri
memandang tanaman ganja sebagai tanaman multi-guna untuk
mengendalikan gulma, hama dan penyakit-penyakit pada
4

tanaman utama. (Menuju Jalan Panjang Mariyuana, 2018, diakses


pada tanggal 16 Maret tahun 2019 melalui web www.dw.com).

Namun selanjutnya pada tahun 1971 Presiden


mengeluarkan Intruksi No.6, yang berisi Koordinasi Tindakan
dan Kegiatan Dari dan atau Intansi yang Bersangkutan Dalam
Usaha Mengatasi, Mencegah, dan Memberantas Masalah
Pelanggaran. Oleh karena itu dengan membentuk badan
koordinasi yang terkenal dengan nama BAKOLAK INPRES
6/71. Ini adalah badan yang mengkoordinasikan (antar
departemen). Lembaga ini melakukan kegiatan penanggulangan
terhadap berbagai bentuk yang dapat mengancam keamanan
negara, yaitu pemalsuan uang, penyelundupan, bahaya narkotika,
kenakalan remaja, kegiatan subversif, dan pengawasan terhadap
orang-orang asing.

Kemudian pemerintah mengeluarkan Undang-Undang


No.9 tahun 1976, tentang Narkotika. Undang-Undang tersebut
antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran
gelap (illicit traffic). Disamping itu juga diatur tentang terapi dan
rehabilitasi korban narkotika, dengan menyebutkan secara khusus
peran dari dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk
menteri kesehatan. Dengan semakin merebaknya kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka UU Anti Narkoba
mulai di revisi. Sehingga disusunlah UU Anti Narkoba No.22
tahun 1997, menyusul dibuatnya UU Psikotropika No.5 tahun
1997.
5

Selanjutnya pada saat ini untuk lebih mengefektifkan


pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika, diatur mengenai
penguatan kelembagaan yang sudah ada, terbentuklah Badan
Narkotika Nasional (BNN).

BNN tersebut didasarkan pada Peraturan Presiden Nomer


83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan
Narkotika Provinsi, dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota. BNN
tersebut merupakan lembaga non struktural yang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang
hanya mempunyai tugas dan fungsi melakukan koordinasi. Dalam
Undang-Undang ini, BNN tersebut ditingkatkan menjadi lembaga
pemerintahan nonkementrian (LPNK) dan diperkuat
wewenangnya untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan.

Namun di lain sisi muncul sebuah organisasi yang


bertentangan dengan peraturan dari BNN, Khususnya pada
narkotika jenis ganja. Organisasi tersebut berdiri sejak tahun
2010 dengan visi misi untuk pembenargunaan ganja. Organisasi
tersebut bernama Lingkar Ganja Nusantara (LGN).

Ketertarikan organisasi Lingkar Ganja Nusantara (LGN)


akan isu kebijakan ganja baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional, berakar dari minat kepedulian LGN akan
permasalahan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.
Hal ini sering kali dipertajam atau diperburuk bukan hanya oleh
ekonomi neoliberalisme, tetapi juga oleh berbagai bentuk
pengendalian sosial seperti kebijakan pelarangan ganja.
6

Kebanyakan dari orang yang menjadi korban dari perang ganja


adalah kelompok masyarakat kelas menengah kebawah, yang
pada umumnya (hampir) tidak memiliki akses bantuan hukum
berkaitan dengan hak asasi masyarakat atas peradilan yang jujur
dan adil. (LGN, Hikayat Pohon Ganja 2019, 301)

Selanjutnya ada contoh kasus di Indonesia terkait tanaman


ganja yang terjadi pada tanggal 19 Februari 2017 di Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat. Fidelis Arie Sudewarto yang ditahan
akibat menanam 39 batang pohon ganja untuk pengobatan
istrinya, yaitu Yeni Riawati yang sedang menderita penyakit
tumbuhnya kista berisi carian (syrink) di dalam sumsum tulang
belakang.

Penggunaan ganja terjadi sebelum Fidelis ditahan dan


ketika kondisi Yeni semakin memburuk dengan tidak mau
makan, tidak bisa tidur, dan hanya dirawat dirumah. Fidelis
memberikan ekstrak ganja yang proses pengolahannya di
dapatkan melalui internet. Setelah menggunakan ekstrak ganja
terdapat perubahan terhadap Yeni seperti nafsu makan dan dapat
tertidur pulas. (Akhir Perjuangan Fidelis, 2017, diakses pada
tanggal 4 September tahun 2020 melalui web
www.regional.kompas.com).

Namun pada akhirnya pada tanggal 25 Maret 2017 Yeni


meninggal dunia, tepat 32 hari setelah Fidelis ditahan dengan
pasal 113 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009. Dengan hukuman 5
bulan penjara dan denda Rp. 800 juta subsider satu bulan penjara
karena terbukti melanggar pasal 111 ayat (2) UU No. 35 Tahun
7

2009 tentang narkotika. (Kasus Fidelis, 2017, diakses pada


tanggal 4 September tahun 2020 melalui web www.icjr.or.id).

Alasan peneliti tertarik membahas dan meneliti adalah


dilatarbelakangi dengan fakta banyaknya kasus narkotika yang
salah satunya adalah narkotika jenis ganja. Pada penelitian ini
peneliti tertarik untuk membahas perbandingan ganja dilihat dari
sisi positif (LGN) dan negatif (BNN) tanaman ganja serta
pembenargunaan dan penyalahgunaan tanaman ganja. Dari
pemikiran diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
penelitian “Ganja: Antara Kesejahteraan Sosial dan Penyakit
Sosial Perbandingan antara Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan
Badan Narkotika Nasional (BNN)”.

B. Batasan Masalah
Untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian
maka peneliti memfokuskan dan membatasi masalah ini pada
ganja di Indonesia dalam persepsi positif yang menghasilkan
kesejahteraan sosial dan persepsi negatif yang dapat
menyebabkan penyakit sosial. Kedua persepsi tersebut diwakili
oleh LGN seagai sisi positif dan BNN sebagai sisi negatif dari
tanaman ganja.
8

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan
permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana persepsi Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan
Badan Narkotika Nasional (BNN) tentang ganja?
2. Bagaimana ganja dapat berpengaruh untuk kesejahteraan
sosial dan penyakit sosial?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan
untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal berikut;
a. Untuk mengetahui ganja dari persepsi LGN dan BNN
b. Untuk mengetahui nilai kesejahteraan sosial dan
penyakit sosial dari ganja menurut LGN dan BNN

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan


manfaat baik secara akademis maupun praktis. Adapun
manfaatnya sebagai berikut.

a. Manfaat secara Akademis


penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
perspektif dalam pengetahuan terkait ganja yang
berpengaruh terhadap fungsional serta efek negatif
bagi kesejahteraan dalam lingkungan sosial.
9

b. Manfaat secara Praktisi


diharapkan dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa
atau pekerja sosial yang mendalami isu Narkoba
terkait ganja dalam penerapan pembenargunaan
ataupun penyalahgunaannya yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan sosial dan penyebab
penyakit sosial.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu


Pengujian terkait tanaman ganja telah diteliti sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan dan
mengembangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
terdahulu. perbedan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut;
1. Skripsi dari Dania Fatmawati Putri dengan NIM
0806344521 dari mahasiswi Universitas Indonesia
Jurusan Psikologi Tahun 2012 dengan Judul “Hubungan
Antara Tingkat Pengguna Ganja Dan Aspek-Aspek
Fungsi Psikososial”. Skripsi dari Dania, mempunyai isi
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
tingkat pengguna ganja dengan aspek-aspek fungsi
psikososial. Selain itu, penelitian ini juga ditunjukan
untuk mengetahui tingkat penggunaan ganja dan aspek-
aspek fungsi psikososial jika dilihat berdasarkan usia awal
mulai menggunakan ganja, banyaknya ganja setiap
mengkonsumsi, jangka waktu (lama) menggunakan ganja,
dan ukuran jumlah penggunaan ganja sepanjang hidup.
10

Adanya perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti


membahas terkait perbandingan ganja antara
kesejahteraan sosial dan penyakit sosial di Indonesia.

2. Selanjutnya Skripsi dari Mira Natasya Aulia Siregar,


mahasiswi Universitas Indonesia dengan Jurusan
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Tahun
2014 dengan Judul “Sikap Mahasiswa Terhadap
Gagasan Legalisasi Ganja Di Indonesia”. Skripsi dari
Mira mempunyai kesimpulan, yaitu responden yang
dalam hal ini mahasiswa UI, memiliki sikap netral
terhadap gagasan legalisasi ganja di Indonesia. Netral
tersebut terjadi karena adanya perbedaan sikap responden
pada masing-masing poin legalisasi ganja. Responden
cenderung tidak setuju apabila ganja dilegalkan untuk
rekreasional, namun sangat setuju apabila ganja menjadi
legal pemanfaatannya dalam bidang industri dan medis.
Sikap ini dipengaruhi oleh empat faktor, yakni gender,
media, pengalaman pribadi (self experience), dan
lingkungan pertemanan (significant others). Adanya
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti,
yaitu peneliti membahas perbandingan antara
kesejahteraan sosial dan penyakit sosial.

3. Tesis dengan Judul “Kebijakan Pendayagunaan Hemp


(Ganja Industri) Untuk Kebutuhan Industri Di
Indonesia”. Penulis M. Taufan Perdana Putra, Fakultas
11

Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini


membahas tentang kebijakan pendayagunaan hemp untuk
kepentingan industri di Indonesia meliputi pembentukan
badan pengawas hemp nasional, pengaturan tentang
mekanisme pembudidayaan hemp oleh petani, pengaturan
tentang mekanisme pemanfaatan hemp untuk kepentingan
industri oleh instansi dan pengaturan tentang mekanisme
eksport import. Adanya perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah lebih berfokus kepada ganja
yang mempunyai dampak bagi kesejahteraan sosial yang
positif atau dampak negatif yang dapat menimbulkan
penyakit sosial.

4. Skripsi dari Khalid Syaifullah mahasiswa Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Tahun 2017 dengan Judul
“Kontestasi Ganja: Diskursus Legitimasi Ganja Badan
Narkotika Nasional (BNN) dan Lingkar Ganja
Nusantara (LGN) Tahun 2011-2016” skripsi dari Khalid
bertujuan untuk melihat proses pembentukan diskursus
yang melibatkan masing-masing lembaga, proses
pergeseran epistemik (epistemic shift), dan tegangan-
tegangan yang terjadi di antara keduanya. Adanya
perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa peneliti
tidak membahas terkait diskursus melainkan peneliti
membahas tentang perbandingan ganja dari pihak LGN
12

dan BNN tentang kesejahteraan sosial dan penyakit sosial


yang ditimbulkan.

5. Skripsi dari Victor Andrean mahasiswa Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Pemerintahan
(Politik dan Pemerintah (Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta tahun 2014 membahas tentang judul
“Lingkar Ganja Nusantara, Advokasi, Legalisasi Ganja,
Ganja, Undang-Undang Narkotika”. Skripsi dari Victor
membahas tentang mengetahui dan berkolaborasi lebih
dalam tentang strategi advokasi yang ditempuh Lingkar
Ganja Nusantara untuk memperjuangkan visi dan misinya
sebagai organisasi pertama di Indonesia yang mengangkat
isu tentang legalisasi ganja. Adanya perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bahwa peneliti
lebih kepada perbandingan serta dampak yang
ditimbulkan dari segi kesejateraan sosial dan penyakit
sosial.

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk memahami suatu keadaan-keadaan sosial seperti
perilaku, persepsi ataupun berbagai tindakan yang ada, hal
ini tentu adanya proses dengan cara menggambarkan,
mendeskripsikan dan menemukan hasil penelitian secara
alamiah. Bukan mendeskripsipkan bagian dari hasil yang
13

dapat diukur atau digambarkan sebagaimana yang dilakukan


pada penelitian kuantitatif. Pendekatan tersebut nantinya
dapat menghasilkan data deskriptif seperti kata-kata tertulis
atau informasi yang didapat dalam bentuk proses lisan
melaui informan atau orang-orang yang menjadi objek dalam
penelitian tersebut. (Moleong 2009, 10).

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif yakni


penelitian yang menggambarkan sebuah situasi di lapangan.
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Data tersebut berasal dari wawancara secara
langsung, observasi dan dokumentasi (Bugin 2013, 23).

Berdasarkan pemahaman diatas, maka dalam penelitian


ini peneliti berusaha untuk menggambarkan dan menganalisa
manfaat tanaman ganja bagi kesejahteraan sosial serta
dampak negatif yang menyebabkan penyakit sosial
berdasarkan sudut pandang dari LGN dan BNN.

3. Sumber Data

Tehnik pengumpulan data dapat dibagi menjadi dua,


yaitu:

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari para


informan yang ada dalam LGN dan juga BNN. Penulis
14

melakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh


hasil informasi.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh penulis secara


tidak langsung seperti melalui perpustakaan, data-data
maupun buku yang penulis dapatkan dari berbagai sumber.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian yang beralokasi di Lingkar


Ganja Nusantara (LGN), yaitu Rumah Hijau LGN, tepatnya
di alamat Jl. Cempaka Lestari III No.63, RT.13/RW.07,
Lebak Bulus, Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta (12440) dan Badan Narkotika Nasional Kota
(BNNK) di Jl. Puspitek Serpong No.1, Setu, Kec. Setu, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15314. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Agustus 2019 sampai bulan Januari 2020.

5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data sangatlah penting dilakukan
agar dapat menjawab serta menjelaskan permasalahan ini.
Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi
Observasi (pengamatan) sebagai teknik pengumpulan
data, mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
pengumpulan data yang lain. Kalau wawancara dan
15

kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka


observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-
objek alam yang lain. Peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-
hari orang yang sedang menjadi sumber data atau yang
sedang diamati. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus 2019 hingga bulan Desember 2019.

b. Wawancara
Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan masalah yang harus diteliti,
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya
sedikit atau kecil. Wawancara merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data
tertentu. Adapun empat informan dalam penelitian ini
diantaranya, Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Ketua
Regional Lingkar Ganja Nusantara (LGN), Dokter Pertama
Kasi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang
Selatan (BNNK), dan Fasilitator Rehabilitasi Kasi
Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Kota Tangerang
Selatan (BNNK).

c. Dokumentasi
Dokumen setiap bahan yang tertulis atau foto, sehingga
dengan adanya bantuan dokumen peneliti terbantu
mendapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian.
16

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain dari


record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seseorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena
dalam banyak hal dokumentasi sebagai sumber data
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan (Moeloeng 2003). Dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber referensi bacaan yang ada
di Kantor Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan Badan
Narkotika Nasional Kota Tangerang Selatan (BNNK).

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif, yang


data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan tersebut
dideskripsikan dalam bentuk uraian. Menurut Bogdam,
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain (Sugiyono 2009, 15).

Pada saat menganalisis data hasil wawancara, peneliti


mengamatinya secara detail dan dilakukan berulang-ulang
dari awal sampai akhir kemudian menyimpulkannya. Setelah
itu menganalisis kategori-kategori yang terlihat pada data-
data tersebut. Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi
suatu objek dan peristiwa. Kategori dari analisa data
17

diperoleh berdasarkan fenomena yang terlihat pada tempat


penelitian tersebut.

7. Teknik Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan, penulis menggunakan teknik


Purposive Sampling. Yang artinya adalah salah satu bentuk
penentuan atau pemilihan sample dengan menggunakan
penimbangan tertentu terhadap sesuatu yang akan diteliti
sesuai dengan subjek dan objek penelitian (Sugiyono, 2009).
Dimana suatu responden atau informan akan dipilih oleh
peneliti secara tepat pada bidang yang ditekuninya yang dapat
memberikan berbagai informasi sesuai dengan kebutuhan dari
peneliti yang didasari setelah melalui proses wawancara,
observasi dan studi dokumentasi dari hasil peneltian yang
diteliti oleh penulis.

8. Teknik Keabsahan Data


Untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian,
penulis memilih teknik triangulasi. Triangulasi sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan antara
teknik pengumpulan data dengan sumber data. Apabila
penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik
triangulasi, maka sebenarnya penulis telah mengumpulkan
data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
keabsahan data dengan berbagai teknik pengumpulan data
(Sugiyono 2010).
18

9. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan penelitian kali mengacu pada Keputusan


Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun
2017 tentang pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis,
dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari 6 bab sebagai
berikut;

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari Latar Belakang,


Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian (yang
meliputi Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Sumber Data,
Tempat dan Waktu Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data, Teknik Pemilihan Informan, Teknik
Keabsahan Data, dan Pedoman Penulisan Skripsi), serta
Sistematika Penulisan.

BAB II KONSEP DAN TEORI, berisi tentang konsep dan teori


yang dipergunakan dalam analisis dengan fokus relevansi ganja
terhadap kesejahteraan sosial ataupun penyakit sosial.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN,


penulis menuliskan gambaran tempat penelitian yaitu dalam
Rumah Hijau LGN dan BNN baik secara historis, struktur
organisasi, visi misi, upaya yang dilakukan, relasi dengan pihak
lain, pendanaan.
19

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi uraian


penyajian dan data temuan peneliti yang didapatkan dalam
penelitian di lapangan sesuai dengan judul “Ganja: Antara
Kesejahteraan Sosial dan Penyakit Sosial Perbandingan antara
Legalisasi Ganja Nusantara dan Badan Narkotika Nasional”.

BAB V PEMBAHASAN, membahas tentang bagaimana manfaat


ganja berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial dan
penyalahgunaannya yang mengakibatkan penyakit sosial dalam
perspektif LGN dan BNN.

BAB VI PENUTUP, berisi simpulan dan implikasi dari hasil


penelitian yang dilakukan dan disertakan saran yang diajukan
pihak-pihak terkait sebagai bentuk dari hasil penelitian dalam
permasalahan yang telah diteliti.
BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti menjelaskan tentang konsep dan teori


yang berkaitan dengan judul “Ganja: Antara Kesejahteraan Sosial
dan Penyakit Sosial”. Pembahasan bagian ini berisi tentang
Ganja, Kesejahteraan Sosial, Penyakit Sosial, dan teori yang
dipakai dalam penulisan. Untuk penulisan ini menggunakan dua
macam teori, pertama teori Kognisi Tingkah Laku dan yang
kedua teori Persepsi Sosial. Kemudian kerangka berpikir untuk
mengetahui hasil dari perumusan masalah dari penelitian yang
dilakukan.

A. Ganja
Ganja (Cannabis) adalah nama singkatan untuk tanaman
Cannabis Sativa. Istilah ganja umunya mengacu kepada pucuk
daun, bunga dan batang dari tanaman yang dipotong, dikeringkan
dan diacah dan biasanya dibentuk menjadi rokok. Nama lain
untuk ganja itu sendiri adalah marijuana, grass, weed, pot, tea,
Mary Jane dan produknya hemp, hashish, charas, bhang, dagga
dan sinsemillia (Mahmood T 2010, 2).

Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter


dengan berdaun menjari dan memiliki bunga jantan dan betina
ada di tanaman yang berbeda. Ganja hanya tumbuh di
pegunungan tropis dengan elevasi diatas 1.000 meter di atas
permukaan air laut (BNN 2007, 61).

20
21

Tanaman ganja resmi dicatatkan ke dalam kerajaan


tanaman dengan nama ilmiah “Cannabis Sativa” oleh Carolus
Linnaeus pada tahun 1753, sebelumnya manusia telah mengenal
ganja dengan berbagai nama sepanjang zaman. Fakta sejarah
mengungkapkan sendiri kalau “cannabis” atau “ganja” adalah
salah satu kata dengan akar bahasa yang tertua di dunia.

Catatan tertulis pertama yang lengkap tentang tanaman


ganja berasal dari lempengan tanah liat yang ditulis dalam huruf
paku (cunriform) oleh bangsa Sumeria sekitar 3000 SM. Pada
masa itu, kata-kata dalam Bahasa Sumeria seperti “a-zal-la”
(tanaman yang memintal), “gur-gur-rum” (tali tambang) dan
“gan-zi-gun-na” (pencuri jiwa yang terpintal) merujuk pada satu
jenis tanaman, yaitu tanaman ganja.

Berbagai ahli bahasa memperkirakan bahwa “gan-zi” dan


“gun-na” dalam Bahasa Sumeria terpisah menjadi “ganja” yang
dipakai dalam Bahasa Sanskerta serta “qaneh” atau “qunubu”
yang dipakai dalam Bahasa Ibrani. Pada masa setelah peradaban
bangsa Sumeria, masih di lembah sungai Tigris dan Eufrat,
bangsa Asyur sudah menyebutnya dengan nama “qunnabu”.
Perubahan sebutan demi sebutan ini menandakan bahwa tanaman
ganja berevolusi terus menerus dalam kesadaran manusia sebagai
komoditas yang penting dari bangsa ke bangsa dan dari masa ke
masa. (LGN, Hikayat Pohon Ganja 2019, 4).

Bangsa Yunani lewat para ilmuwannya di zaman Romawi


seperti Dioskorides dan Galenus kemudian mengabadikan ganja
dalam literatur pengobatan Romawi dengan nama “kannabis”.
22

Setelah Yunani ditaklukan oleh bangsa Romawi, “kannabis‟


berubah dalam bahasa Latin menjadi “cannabis” untuk pertama
kalinya.

Tanaman ganja dalam peradaban Romawi merupakan


tanaman strategis dengan berbagai kegunaan. Ganja
dimanfaatkan sebagai analgesik (penghilang rasa sakit) dalam
situasi perang, bahan untuk tali temali, minyak untuk penerangan,
memasak, dan lain-lainnya. Fungsi yang banyak ini melahirkan
istilah “cannapaceus” atau “canape” yang bermakna segala
sesuatu yang dibuat dari cannabis (LGN, Hikayat Pohon Ganja
2019, 5).

Ganja di Indonesia pertama kali diperkenalkan pada abad


ke-19 di daerah Aceh yang sengaja di datangkan oleh Belanda
dari India untuk dijadikan penghalau hama kopi Gayo, Aceh
Tengah. Pada saat itu ganja yang fungsionalnya hanya penghalau
hama yang ditanam secara berdampingan dengan tanaman lain,
bahkan daun ganja yang digunakan untuk membalut tembakau
agar tetap kering dan tidak berulat ditemukan begitu saja di pasar
Aceh yang bersisian dengan Masjid Raya Baiturrahman Banda
Aceh hingga 1945.

Di dalam ganja terdapat tiga jenis kandungan zat, yaitu


Cannabinoid, THC dan CBD yang harus benar-benar dipahami.
Cannabinoid adalah senyawa kimia aktif di dalam ganja yang
memberikan efek medis dan rekreasional. Cannabinoid pada
ganja diproduksi dan disimpan pada trikoma (kristal) yang
23

terletak pada bunganya. Oleh karena itu trikoma inilah yang


membuat tanaman ganja terlihat berkilauan.

Selanjutnya THC (Tetrahydrocannbino) adalah komponen


yang paling sering diasosiasikan dengan marijuana. Ia adalah zat
psikoaktif yang berperan membuat penikmat ganja mengalami
kondisi “high”. Efek ini didapat setelah THC diterima oleh
reseptor CB1 di otak.

Dan yang terakhir adalah CBD (Cannabidiol), jenis ini


sudah dikenal karena efek medisnya. Selain itu CBD memiliki
efek psikoaktif yang sangat kecil, tidak seperti THC. CBD tidak
diterima oleh reseptor CB1 diotak, hal ini juga yang membuat
CBD tidak dapat membuat orang mengalami kondisi “high”
seperti pada THC (Julian 2018, 26).

Selain kandungan yang terdapat dalam tanaman ganja


tersebut adapun jenis ganja itu sendiri yaitu Cannabis Sativa,
Cannabis indica dan Cannabis ruderallis. Ketiga jenis ganja ini
memiliki kandungan tetrahidrokanabinol (THC) yang berbeda-
beda (BNN 2007, 32).

Asal geografis yang akurat dari tanaman ganja belum bisa


dipastikan sampai sekarang. Namun, ada kesepakatan dari para
ahli botani bahwa ganja muncul pertama kali di Asia Tengah,
dengan kemungkinan daerah awal adalah Afghanistan Utara yang
paling banyak disetujui oleh para ahli sebagai lokasi asal
penyebaran tanaman ganja.
24

Sampai saat ini masih terdapat perdebatan genus Cannabis


merupakan genus dengan karakteristik monotypic (terdiri atas
satu spesies) atau polytypic (terdiri atas banyak spesies).
Perdebatan ini masih berlangsung sejak tahun 1753, dimana
Carolus Linnaeus memberi nama ilmiah “Cannabis Sativa”
dalam karyanya, Spesies Plantarum hingga abad ke-21. Lima
tahun setelah Linnaeus menyatakan ganja sebagai spesies
tunggal, Jean-Baptiste Lamarck pada tahun 1758 memunculkan
konsep baru bahwa Cannabis adalah “polispesies” (berspesies
banyak) berdasar pada penemuannya akan spesies ganja dari
India Selatan, yang morfologi (bentuk luarnya) dan kandungan-
kandungan kimianya berbeda dari Cannabis Sativa. Dua puluh
tahun kemudian, seorang ilmuwan bernama Christian Hendrik
Persoon menolak konsep polispesies Lamarck dengan menyebut
bahwa spesies-spesies ganja baru dari Lamarck adalah sinonim
atau bagian dari Cannabis Sativa (LGN, Hikayat Pohon Ganja
2019, 7).

1. Jenis-jenis Ganja
Sejak masa itu, berbagai bentuk atau morfologi
tanaman ganja telah diidentifikasi oleh banyak ilmuwan di
seluruh dunia. Di antara variasi genetis tersebut terdapat tiga
yang paling menonjol perbedaan morfologinya dengan
varietas lain, yaitu Cannabis Indica yang ditemukan oleh
Lamarck di India, Cannabis Ruderalis yang dinamai oleh
Dmitry Janischevsky di Siberia Barat dan Asia Tengah, serta
Cannabis Sativa sendiri yang penyebarannya paling luas di
seluruh dunia.
25

Pada tahun 1970-an menurut ahli botani dari Harvard,


Richard E. Schultes, Cannabis Sativa adalah ganja paling
tinggi (bisa mencapai 4-5 meter) dengan tangkai yang lemah,
Cannabis Indica sedikit lebih pendek, berbentuk seperti
kerucut, dan memiliki pucuk daun yang lebih lebar, dan
Cannabis Ruderalis adalah yang paling pendek, batangnya tak
memiliki cabang, serta tumbuh liar di daerah Asia Tengah
(Julian 2018, 9).

2. Ciri-ciri spesifik dari jenis-jenis ganja adalah sebagai


berikut :
a. Cannabis Sativa, adalah jenis ganja yang paling
banyak digunakan orang-orang untuk tujuan
rekreasional. Daunnya panjang, halus, tidak lebar,
dan dalam satu tangkai bisa berbentuk seperti
tangan dan jari jemari manusia. Dengan tingginya
yang menjulang dan jenis daun seperti itu,
Cannabis Sativa sangat bagus untuk
dibudidayakan diluar ruangan. Cannabis Sativa
dapat berbunga dengan cepat. Membutuhkan
pasokan sinar matahari kurang lebih selama 12
jam, dan perubahan siklus cahaya dapat mengubah
kecepatan berbunganya. Kerananya Cannabis
Sativa lebih sering ditemukan di daerah dibawah
garis lintang 30 derajat seperti India, Indonesia,
Thailand, Nigeria, Meksiko, dan Kolombia. Sativa
memiliki THC Cannabinoid yang lebih dominan.
Hal ini menyebabkan ia jarang digunakan untuk
26

tujuan medis, walaupun pengobatan Aryuveda


terkadang masih memakainya. Kandungan THC
tersebut berguna untuk melawan gejala dpresi,
ADD, kelelahan dan gangguan mental.

Gambar 2.1

Bentuk daun Ganja jenis Sativa

Sumber: https://www.google.co.id/url-Hemp-Seed-
Oil-Cold-Pressed-Cannabis-Sativa-Oil

b. Cannabis Indica memiliki batang dan tangkai yang


lebih kuat daripada Sativa, dan tidak setinggi
ukuran dari Sativa. Oleh karena itu Indica bisa
dibudidayakan di dalam ruangan. Proses berbunga
Indica lebih cepat dan lebih mudah daripada
Sativa, kecepatan tumbuhnya bunga dapat di
rekayasa hanya dengan mengatur siklus cahaya
ada di sekitarnya. Cannabis Indica biasa tumbuh
diatas garis lintang 30 derajat, seperti daerah
Nepal, Libanon, Maroko, dan Afganistan.
Kandungan CBD yang dimiliki Indica lebih
banyak daripada Sativa, hal ini membuat orang-
orang merasa lebih rileks dan lebih banyak
27

penggunaan untuk dijadikan ganja medis dalam


hal konsumsinya.

Gambar 2.2

Bentuk daun Ganja jenis Indica

Sumber: https://www.google.co.id/url_indica

c. Cannabis Ruderalis adalah jenis ganja yang paling


jarang dibicarakan. Cannabis Ruderalis adalah
jenis ganja dengan ukurannya yang pendek
dibandingkan dengan Sativa dan Indica. Cannabis
Ruderalis banyak ditemui di bagian utara bumi.
Ruderalis berbunga dengan cepat karena tumbuh
di bagian utara, sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama seelum hawa dingin
menghampiri. Salah satu yang membuat Cannais
Ruderalis tidak terlalu terkenal dibandingkan
dengan Sativa dan Indica adalah kadar
psikoaktifnya yang sangat rendah. Ruderalis lebih
sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan
28

sandang ataupun papan, seperti tali-temali atau


bahan rajut untuk pakaian (Julian 2018, 16).

Gambar 2.3

Bentuk daun Ganja jenis Ruderalis

Sumber: https://www.google.co.id/ imgurl-leaf.jpg

B. Kesejahteraan Sosial
Ilmu Kesejahteraan Sosial berawal pada abad ke-13-18
dalam literatur „barat‟ bagian Eropa. Pada periode itu pemerintah
Inggris telah mengeluarkan beberapa peraturan perundangan
untuk menangani isu kemiskinan (Poor Law) yang ada pada saat
itu. Undang-undang kemiskinan yang paling terkenal pada
periode itu adalah Elizabethan Poor Law yang dikeluarkan pada
1601 yang membahas tiga kelompok orang miskin, dimana
diantara kelompok orang miskin ada yang dikelompokkan
sebagai orang miskin yang tidak perlu mendapatkan bantuan
negara (the able bodied poor), dan ada pula kelompok orang
miskin yang perlu mendapatkan bantuan dari negara, seperti the
29

impotent poor dan dependent children. (Istandi Rukminto Adi


2013, 4).

Undang-undang kemiskinan ini tidak mengizinkan


seseorang untuk menyatakan diri mereka sebagai orang yang
perlu mendapatkan bantuan apabila masih ada orang tua,
pasangan, anak ataupun saudara-saudara mereka yang masih
dapat memberikan dukungan pada orang tersebut. Undang-
undang kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth pada
1601 dianggap sebagai awal intervensi pemerintah terhadap
masyarakat dalam kaitan dengan penyampaian layanan
kesejahteraan sosial yang terorganisasi. Karena pada sebelumnya
kesejahteraan sosial lebih banyak dilakukan oleh kelompok
keagamaan. (Istandi Rukminto Adi 2013, 7).

Setelah pada saat itu, ilmu mengenai kesejahteraan sosial


terus berkembang, dapat terlihat hingga saat ini kesejahteraan
sosial tidak hanya meliputi masalah ekonomi (kemiskinan) saja,
melainkan kesejahteraan sosial juga membahas terkait perspektif
kesehatan, hukum, bahkan penyalahgunaan kekuatan (politik).
Landasan tersebut yang menjadikan kesejahteraan sosial sebagai
ilmu yang dapat berkaitan dengan ilmu lainnya, seperti sosiologi,
antropologi, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan ilmu hukum. Kelima
ilmu ini tergambar pula dari apa yang dikembangkan oleh
ESCAP (Economic and Sosial Commision for Asia and Pasific
adalah suatu organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa) ketika
merumuskan domain yang dibahas dalam pembangunan sosial.
(Istandi Rukminto Adi 2013, 22).
30

Ilmu kesejahteraan sosial diawali dengan upaya


memahami suatu fenomena dari konteks makro, masyarakat
dalam arti luas (society), dengan tanpa melupakan aspek mikro
dari persoalan tersebut. Midgley (1997, 5) melihat kesejahteraan
sosial sebagai suatu keadaan atau kondisi kehidupan manusia
yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola
dengan baik; ketika kebutuhan manusia dapat terpenuhi dan
ketika kesempatan sosial dapat dimaksimalkan).

Sedangkan di Indonesia, pengertian Kesejahteraan Sosial


tidak dapat dilepaskan dari apa yang telah dirumuskan dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, pasal 1 ayat 1:

“Kesejahteraan Sosial ialah kondisi terpenuhinya


kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”

Rumusan di atas menggambarkan Kesejahteraan Sosial


sebagai suatu keadaan yang digambarkan secara ideal yang
merupakan suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi
kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan
satu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba
melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. Titik
keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara aspek
sosial, material dan spiritual.

Dalam kaitan dengan definisi ilmu kesejahteraan sosial,


pada dasarnya Ilmu Kesejahteraan Sosial merupakan suatu ilmu
31

yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik


untuk meningkatkan derajat kesejahteraan suatu masyarakat.
Sedangkan bila melihat pada pengertian Kesejahteraan Sosial
yang dikemukakan oleh Midgley di atas, maka Ilmu
Kesejahteraan Sosial dapat di definisikan sebagai suatu ilmu
terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran
serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain melalui
pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat; dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat
untuk berkembang (termasuk di dalamnya kesempatan untuk
bekerja). (Istandi Rukminto Adi 2013, 24).

Dari definisi ini dapat terlihat bahwa Ilmu Kesejahteraan


Sosial pada dasarnya merupakan:

1. Ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata


(bersifat terapan).
2. Kajian baik secara teoritis maupun metodologis
terhadap upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas
hidup (derajat kehidupan) suatu masyarakat.

Regulasi ganja sebagai bentuk penegakan HAM demi


kesejahteraan bangsa membawa minat dan kepedulian LGN akan
permasalahan kesenjangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat
yang sering kali dipertajam atau diperburuk bukan hanya oleh
sistem ekonomi neoliberalisme, tetapi juga oleh berbagai bentuk
pengendalian sosial seperti kebijakan pelarangan ganja.
32

Regulasi pelarangan ganja menghilangkan suatu sumber


yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan sosial bagi bangsa
yang diyakini oleh LGN bahwa ganja memiliki nilai untuk
membangun kesejahteraan sosial jika ganja menjadi legal (LGN
Hikayat Pohon Ganja 2019, 298).

C. Penyakit Sosial
Masyarakat menyebut suatu peristiwa sebagai penyakit
sosial murni dengan ukuran moralistik. Maka kemiskinan,
kejahatan, pelacuran, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku
yang berkaitan dengan semua peristiwa tersebut dinyatakan
sebagai gejala penyakit sosial yang harus diberantas. Pada abad
ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefinisikan
penyakit sosial sebagai tingkah laku yang bertentangan dengan
norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak
milik, solidaritas, kekeluargaan, hidup rukun bertetangga,
disiplin, dan hukum formal. (Kartini Kartono 2014, 2)
Pihak yang dianggap “kompeten” dalam menilai tingkah
laku orang lain sebagai penyakit sosial antara lain adalah
rohaniawan, dokter, polisi, dan kaum ilmuwan di bidang sosial.
Sekalipun adakalanya dari mereka membuat beberapa kekeliruan
dalam membuat analisis dan penilaian terhadap gejala sosial,
tetapi pada umumnya mereka dianggap mempunyai peranan
menentukan dalam memastikan baik-buruknya pola tingkah laku
masyarakat. Mereka juga berhak menunjuk aspek-aspek
kehidupan sosial yang harus atau perlu diubah dan diperbaiki
(Kartini Kartono 2014, 2).
33

Menurut Kartini Kartono deviasi atau penyimpangan


diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi
sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat
kebanyakan/populasi. Sedang diferensiasi diartikan sebagai
tingkah laku yang berbeda dari tingkah laku yang ada pada
umumnya. Misalnya, kejahatan adalah semua bentuk tingkah laku
yang berbeda dan menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum,
serta bertentangan dengan hukum atau melawan peraturan yang
legal. Deviasi ini dapat dibagi menjadi tiga jenis: (Kartini
Kartono 1992, 15).
1. Deviasi Individual

Beberapa deviasi merupakan gejala personal, pribadi


atau individual, sebab ditimbulkan oleh ciri-ciri yang unik
dari individu itu sendiri. yaitu berasal dari anomali-
anomali (penyimpangan dari hukum, kelainan-kelainan),
variasi-variasi biologis, dan kelainan psikis tertentu yang
sifatnya hederiter ada sejak lahir.

Deviasi jenis ini seringkali sifatnya simptomatik. Yaitu


disebabkan oleh konflik-konflik intrapsikis yang kronis
dan sangat dalam atau berasal dari konflik-konflik yang
ditimbulkan oleh identifikasi-identifikasi yang
kontroversal bertentangan satu sama lain.

2. Deviasi Situasional
Deviasi jenis ini disebabkan oleh pengaruh bermacam-
macam kekuatan situasional atau sosial diluar individu
34

atau oleh pengaruh situasi, di mana pribadi yang


bersangkutan menjadi bagian integral dari dirinya. Situasi
yang dapat memberikan pengaruh yang memaksa individu
sehingga terpaksa untuk harus melanggar peraturan-
peraturan dan norma-norma umum atau hukum formal.

3. Deviasi Sistematik
Deviasi sistematik itu pada hakikatnya adalah suatu
subkultur, atau satu sistem tingkah laku yang disertai
organisasi sosial khusus, status formal, peran, nilai-nilai,
rasa kebanggaan, moral, dan norma tertentu yang
semuanya berbeda dengan situasi umum. Segala pikiran
dan perbuatan yang menyimpang dari norma umum,
kemudian dirasionalisasi atau dibenarkan oleh semua
anggota kelompok dengan pola yang menyimpang itu.
Sehingga penyimpangan tingkah laku deviasi-deviasi itu
berubah menjadi deviasi yang terorganisasi atau deviasi
sistematik. Pada umumnya, kelompok-kelompok deviasi
tersebut mempunyai peraturan yang ketat, sanksi, dan
hukum-hukum yang sangat berat yang diperlukan untuk
bisa menegakkan konformitas dan kepatuhan anggota-
anggotanya.
Kelompok-kelompok patologis dan menyimpang
secara sosial itu muncul dan bertambah banyak jumlahnya
pada periode transisional dan perubahan-perubahan sosial
yang cepat disertai dengan diskontinuitas dalam
kebudayaan dan dipenuhi dengan macam-macam krisis
serta konflik. Pada periode penuh konflik kultural
35

biasanya organisasi-organisasi yang menyimpang muncul


secara spontan dari deviasi situasional kumulatif. Dimana
individu-individu yang menyimpang terseut menjalin
interkomunikasi yang sangat intensif (Kartini Kartono
2007, 12)
Dereliasi diartikan sebagai tanggapan sangat keliru
mengenai dunia sekitar atau realitas yang ada, yang diputar-
balikkan, dipalsukan atau bergeser dari realitas sebenarnya. Jika
pemalsuan dan pergeseran realitas nyata itu berlaku terhadap diri
sendiri dan orang-orang lain, maka peristiwa ini disebut dengan
depersonalisasi. Pengalaman depersonalisasi hendaknya tidak
disamakan dengan pengalaman orang-orang kecanduan bahan
narkotika atau obat-obat bius, yang disebut pula sebagai drugs.
(Kartono Kartini 2005, 27)

Drugs ini terdiri dari hard drugs dan soft drugs, dalam
kategori hard drugs dimasukkan antara lain: candu, morfin,
codeine, papaverine, dicodid, heroine, LSD, DET atau
Diethytridamine, LAD atau Lyseric Acid Diethylamide,
hydromorphine, coca, cassaine, methadoze, codom, ogozine,
amvetamine, pethidine dan bahan synthetis lainnya. Jenis
narkotika ini mempengaruhi syaraf dan jiwa si penderita dengan
cepat dan keras. Waktu ketagihan berlaku relatif pendek. Jika si
pemakai tidak mendapatkan jatah obat-obatan tersebut, resiko
terburuk yang diterima si pemakai adalah kematian. (Kartini
Kartono 2005, 27)
36

Salah satu tanaman yang termasuk kedalam jenis soft


drugs ialah: ganja, mariyuana atau canabis satuva, yang biasa
dikatakan juga sebagai daun surga. Merupakan narkotika alami
yang bisa mempengaruhi jiwa dan syaraf penderita secara lembut.
Waktu kecanduan yang agak panjang. Dan walaupun pemakai
tidak mendapatkan ransum, tidak akan menyebabkan efek
kematian. Narkotika alam lainnya ialah: hasj-hisj, berupa pasta-
extract. (Kartini Kartono 2005, 28)

Narkotika berbahan tersebut merupakan psychotrapic


sustance yang bisa memperangkap-membelenggu dan mengubah
jiwa. Efek dari pemakaian ganja ialah: timbulnya ketergantungan
psikis (psychal dependence); yaitu orang jadi tidak merasa enak,
tidak senang, gelisah, dan bingung, jika memakainya. Sedang
pemakaian hard drugs, morfin dan LSD misalnya, akan
menimbulkan ketergantungan fisik (physical dependence); yaitu,
penderita jadi sangat gelisah, panik, seluruh badan merasa sakit-
sakit, keringat banyak keluar, muntah-muntah, kejang-kejang
hebat, merasa tidak karuan seperti menghadapi sakaratul maut,
pingsan, bahan tidak jarang berakibatnya kematian. (Kartini
Kartono 2005, 28)

Soft drugs dan hard drugs, kedua-duanya memuncullkan


efek memabukkan dan membius, lalu membuat pemakainya
dalam khayalan halusinasi. Inilah perasaan “high” atau “fly” yang
terjadi selama beberapa menit. Namun jelas pengalaman
“melayang” dan merangsang dalam waktu sangat pendek itu
37

sama sekali tidak memberikan makna atau arti bagi kehidupan


pribadi, hanya bergetar sejenak. (Kartini Kartono 2005, 31)

Para pemakai narkotika akan menjadi ketagihan, dengan


waktu yang semakin lama akan menjadi kronis. Jarak waktu
kecanduannya menjadi semakin pendek. Sehingga setiap kali
diperlukan dosis pemakaian yang lebih besar agar pemakai dapat
menikmati rasa “high” itu. Namun, oleh karena itu pemakainya
tidak tahu pasti berapa jumlah yang harus ditambahkan, maka
biasanya terjadi overdosis, yang mengakibatkan kefatalan dalam
bentuk kematian.

Pada saat si pemakai ada dalam pengaruh narkotika, akan


muncul perasaan nyaman, aman, kuat, senang, puas, merasa
seolah-olah mampu melakukan tugas-tugas besar. Namun setelah
habis pengaruh narkotika tersebut, pemakai menjadi lemas lesu,
tidak bergairah, dan tidak lengkap.

Tanda umum yang destruktif pada peristiwa ketagihan


ganja dan bahan narkotik lainnya, ialah sebagai berikut; (Kartini
Kartono 1997, 48)

1. Fisik/jasmaniah: badan tidak terurus, menjadi semakin


lemah, kurus, tidak suka makan, mata menjadi sayu
dan merah. Badan menjadi ketagihan. Sistem syaraf
melemah atau rusak total. Lalu timbul komplikasi
kerusakan pada hati dan jantung. Kondisi tubuh
menjadi rusak, karena muncul bermacam-macam
penyakit jasmaniah lainnya.
38

2. Psikis/rohaniah: pemakai menjadi pembohong,


pemalas, daya tangkap otaknya semakin melemah,
fungsi inteleknya menjadi semakin rusak. Tidak dapat
bereaksi dengan cepat atau sigap. Lalai dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya. Menjadi
gampang emosi, mudah marah, dan sangat mudah
meledak. Perilaku yang dilakukan hampir tidak dapat
dikendalikan oleh kesadaran. Daya kemauannya
berkurang drastis. Pola pikir dan perasaannya menjadi
hancur. Jiwa berubah murung dan mudah depresi.

Beberapa ganja dan bahan narkotika memiliki harga yang


terbilang mahal. Sedangkan untuk kebutuhan rutin diperlukan
supply yang dapat memberikan secara berlanjut. Karena itu
berapapun besarnya harta kekayaan, si pemakai pasti jadi
bangkrut tidak tertolong lagi. Bila pemakai sudah tidak memiliki
uang atau metarial yang cukup, namun badan dan jiwa terus
menerus ketagihan untuk mengkonsumsi drugs. Ketika pemakai
atau pecandu sudah kehabisan harta dalam bentuk apapun
memungkinkan dapat terjadi tindak kriminal. Berkembanglah
kemudian permasalahan di lingkungan sosial seperti: prostitusi
atau pelacuran, juvenile delinquency (kenakalan remaja),
kriminalitas, radikalisme ekstrim dengan jalan membunuh,
menculik, menyandera dan lain-lain. Juga dapat memunculkan
gangguan mental. Semua itu dapat menjadi masalah sosial yang
sangat mengganggu kesejahteraan pada masyarakat (Kartini
Kartono 1997, 45).
39

Dari perspektif yang sudah dibahas, penyakit sosial bisa


dikatakan berhubungan dengan kriminalitas. Dimana kriminalitas
atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan
sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis.

Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan oleh siapapun,


baik wanita maupun pria. Dapat berlangsung pada usia anak,
dewasa, ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan dapat dilakukan
secara sadar, seperti dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan
pada satu maksud tertentu secara sepenuhnya sadar.

Namun dapat juga dilakukan dengan setengah sadar


misalnya, didorong oleh hal-hal yang dapat memabukkan, disertai
oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat, ataupun oleh
karena obsesi. Kejahatan dapat juga dilakukan benar-benar secara
tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk
mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan
terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadinya peristiwa
pembunuhan.

Kriminalitas atau kejahatan adalah tingkah laku yang


melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, bentuk
tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan
(immoril), merugikan masyarakat dan sifatnya asosial.

Menurut objek hukum ada beberapa penyerangan


kejahatan seperti :

1. Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan,


penyelundupan, perdagangan barang-barang terlarang
40

(bahan narkotika, buku-buku dan bacaan pronografi,


minuman keras dan lain-lainnya), penyogokan dan
penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli
tertentu, dan lain-lain.
2. Kejahatan politik dan pertahanan keamanan,
pelanggaran ketertiban umum, pengkhianatan,
penjualan rahasia-rahasia negara pada agen-agen
asing, berfungsi sebagaisubversi, pengacauan,
kejahatan terhadap keamanan negara dan kekuasaan
negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin-
pemimpin negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-
lain.
3. Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan,
fitnah.
4. Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.

Ganja dalam segi penyakit sosial saat ini sangat


berpengaruh, dikarenakan dapat membuat individunya tidak
sadarkan diri atau lebih tepatnya merasakan kondisi “high” ketika
individu itu mengkonsumsinya. Dan semakin ditegaskan pada
saat ini oleh peraturan perundang-undangan ahwa ganja itu salah
satu jenis narkoba yang di ilegalkan. Dan menjadi suatu kejahatan
ketika menjual sesuatu barang yang ilegal dan menjadi ganja
merupakan penyakit sosial (Kartini Kartono 2014, 152)
41

D. Teori Kognisi-Tingkah Laku

Teori kognitif adalah bagian dari pengembangan teori dan


terapi tingkah laku, yang akhir-akhir ini dibangun oleh teori
belajar sosial. Ia juga tumbuh menjadi pengembangan terapeutik.
Teori kognitif berpendapat bahwa tingkah laku dapat dipengaruhi
oleh persepsi atau interpretasi terhadap lingkungan selama proses
belajar. Jika tingkah lakunya tidak sesuai maka bisa dipastikan
karena salah dalam mempersepsi dan menginterpretasi
lingkungan.

Teori belajar sosial (Bandura, 1997) memperpanjang ide


tersebut dengan argumentasi bahwa biasanya belajar dilakukan
oleh persepsi orang dan memikirkan tentang pengalaman apa
yang dimiliki. Mereka belajar dengan cara mencontoh orang yang
berada disekelilingnya (Fuaida 2011, 40).

Dalam negara Indonesia ini, ganja dipengaruhi oleh


persepsi negatif yang sudah lama dibicarakan tentang
penyalahgunaannya dan efek negatif yang ditimbulkan. Namun
baru sedikit orang yang mengetahui manfaatnya tanaman ganja
yang jika tidak disalahgunakan sama halnya negara-negara
bagian yang sudah melegalkan ganja tersebut.

Pada pengalaman sebelum kemerdekaan ganja


dipergunakan sangat bijak karena memang ganja sendiri ini sudah
tumbuh di Indonesia, namun beberapa waktu setelah
kemerdekaan ganja menjadi ilegal mengikut peraturan yang
diajukan pada Konvensi Tunggal PBB pada tahun 1961. Dibalik
42

sejarah karena ganja pernah legal dan berubah menjadi ilegal,


persepsi sangat berperan penting pada tanaman ganja ini.
Penulisan kali ini mengenai persepsi pada Organisasi Lingkar
Ganja Nusantara yang menganggap ganja itu adalah tanaman
bermanfaat dan Badan Narkotika Nasional yang menganggap
ganja itu adalah suatu hal yang negatif dan dapat menjadi
penyakit di dalam sosial.

E. Teori Persepsi Sosial


Menurut Heider (1958), persepsi sosial bersumber dari
dua kebutuhan, yaitu: (Rahman 2014, 74)

1. Memahami (need of cognition). Mempunyai kebutuhan


untuk memahami lingkungan, termasuk untuk
memahami kebutuhan orang-orang yang ada disekitar.
Cacioppo dan Petty (dalam Fiske dan Taylor, 1991)
mengatakan bahwa kita mempunyai kebutuhan yang
berbeda-beda dalam memahami perilaku orang lain.
Contoh individu yang begitu menyukai dan menikmati
aktivitas mencari, menganalisis, dan menilai perilaku
orang lain tidak mudah percaya, suka berpikir, tidak
mudah menilai, dan tidak gampang dirayu. Informasi
apapun diprosesnya secara serius dan hati-hati.
2. Kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan (need of
control). Kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan.
Kebutuhan untuk mengendalikan tersebut berkaitan
dengan kebutuhan untuk memahami. Pemahaman
mengenai karakteristik dan motivasi orang lain, akan
43

membuat kita lebih mudah dalam memprediksi dan


menentukan apa yang sebaiknya kita lakukan. Contoh
jika berada dalam situasi yang tidak kita ketahui, kita
akan mengalami ketidaknyamanan dan kebingungan
dalam menentukan sikap dan perilaku yang paling tepat
dan tidak akan menimbulkan kesulitan. Kebingungan
tersebut sebagiannya bersumber dari ketidaktahuan dan
ketidakmampuan mengendalikan lingkungan yang ada
di sekitar kita. Oleh karena itu, kita kemudian
melakukan melakukan persepsi sosial sehingga
lingkungan sosial menjadi lebih bisa dipahami.
(Rahman 2014, 75)

F. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir ini dibuat agar mempermudah proses
penelitian karena meliputi tujuan dari penelitian ini. Tujuan
keseluruhan dari penelitian yang diteliti ialah menemukan bukti-
bukti konkret mengenai tanaman ganja terkait dengan
kesejahteraan sosial dan penyakit sosial yang ditimbulkan dengan
persepsi individu. Penelitian ini difokuskan kepada organisasi
Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan Badan Narkotika Nasional
(BNN). Dimana pada organisasi Lingkar Ganja Nusantara
memiliki stigma positif akan ganja yang bertentangan dengan
lembaga Badan Narkotika Nasional. Berikut kerangka berfikir
menurut keterkaitan landasan teori dan organisasi serta lembaga
yang akan penulis teliti.
44

Bagan 1.1
Kerangka Berfikir

Ganja

1. Teori Persepsi Sosial


2. Teori Kognisi –
Tingkah Laku

Lingkar Ganja Badan Narkotika


Nusantara (LGN) Nasional (BNN)

Kesejahteraan Sosial Penyakit Sosial

Manfaat Kerugian
1. Ekonomi 1. Ekonomi
2. Medis (Kesehatan) 2. Medis (Kesehatan)
3. Lingkup Sosial 3. Lingkup Sosial
BAB III

Gambaran Umum Profil Lembaga Lingkar Ganja Nusantara


(LGN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Pada bab III ini, peneliti akan menjelaskan tentang sejarah


terbentuknya, visi dan misi, serta struktur organisasi dan juga
kegiatan yang dilakukan oleh Lingkar Ganja Nusantara (LGN)
dan Badan Narkotika Nasional (BNN) .

A. Sejarah Singkat Lingkar Ganja Nusantara


Lembaga Lingkar Ganja Nusantara yang biasa disebut
dengan LGN ini bermula dari ide legalisasi ganja muncul dari
ngobrol-ngobrol santai di Kampus UI Depok. Kemudian salah
seorang mengusulkan dan kemudian membuat Grup Facebook:
Dukung Legalisasi Ganja (DLG). Tanpa disadari jumlah
pendukung DLG mencapai angka 11.000 pada tahun 2009. Di
tahun itu pula DLG melakukan pertemuan pertama yang diinisiasi
oleh salah seorang aktivis NAPZA. Dari sinilah berawal untuk
memulai menggerakkan ide legalisasi ganja di Indonesia. LGN
sendiri saat ini berlokasi di Rumah Hijau, tepatnya di alamat Jl.
Cempaka Lestari III No.63, RT.13/RW.07, Lebak Bulus,
Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
(12440) dan Kantor BNNK Tangerang Selatan yang tepatnya
berada Jl. Puspitek Serpong No.1, Setu, Kec. Setu, Kota
Tangerang Selatan, Banten 15314.

Mei 2010, DLG memutuskan untuk ambil bagian dalam


merayakan event tahunan “Global Marijuana March” atau yang

45
46

disingkat GMM 2010. DLG melakukan aksi damai ini dengan


membagikan selebaran yang berisi informasi objektif terkait
pohon ganja di sekitar Bundaran HI, Jakarta. Pada waktu itu
jumlah DLG hanya 30 orang, tapi semangat juang DLG tidak
luntur sedikitpun. DLG tetap menggelar spanduk legalisasi ganja,
keluarkan ganja dari golongan narkotika, dan melakukan
sosialisasi mengenai pemanfaatan tanaman ganja.

Setelah GMM 2010, DLG rutin berkumpul semingu sekali


mendiskusikan bagaimana cara mewujudkan wacana legalisasi
ganja di Indonesia. Diskusi DLG tidak pernah lari dari manfaat
ganja untuk bangsa Indonesia. Setiap pertemuan selalu dihadiri
oleh orang-orang baru yang entah darimana datangnya. Semakin
hari semangat dan gagasan DLG semakin nyata dan jelas. Dalam
suatu diskusi seseorang berkata, “Kita harus membuat nama
organisasi yang bisa mewadahi isu yang sedang kita bangun ini!
Nama Dukung Legalisasi Ganja biarkan menjadi grup di
facebook, lagipula kurang pas untuk menjadi nama organisasi.”
Kemudian pada bulan Juni 2010 nama Lingkar Ganja Nusantara
resmi menjadi identitas kami.

Tahun 2011 awal jumlah pendukung DLG mencapai


42.000 orang dan saat itu pula grup yang berada di Facebook
menghilang. Kejadian itu justru membuat LGN semakin
semangat dan fokus pada website pribadinya www.lgn.or.id.
Selain itu, LGN mulai melakukan audiensi dengan pihak-pihak
yang dianggap bersinggungan langsung dengan visi dan misi
47

LGN. Berkunjung ke LSM-LSM, instansi-instansi pemerintah,


lembaga agama, maupun ke tokoh-tokoh masyarakat.

April 2011 LGN berhasil mendapatkan kantor pertama di


daerah Ciputat, Pulau Situ Gintung 3. Kantor itu biasa disebut
dengan Rumah Hijau LGN. Satu hal yang perlu ditekankan
bahwa Rumah Hijau LGN adalah pusat perjuangan legalisasi
ganja di Indonesia.

LGN menyadari bahwa isu pohon ganja adalah isu yang


selalu menuai kontroversi. Oleh karena itu, LGN memandang
perlunya sebuah badan hukum yang diakui pemerintah untuk
menjalankan kegiatan organisasinya. Semenjak November 2010
LGN melakukan proses pembentukan Yayasan Lembaga
Penelitian Tanaman Ganja yang sedang dalam proses pengesahan
dari Kementrian Hukum dan Hak Azazi Manusia (LGN, 2018,
diakses pada tanggal 17 September 2019 pukul 22.00 melalui
web http://www.lgn.or.id).

B. Visi dan Misi Lingkar Ganja Nusantara


1. Visi
Pemanfaatan pohon ganja sebagai aset kapital bangsa
demi mewujudkan rakyat adil, makmur dan sentosa
berdasarkan ajaran Pancasila.

2. Misi

Gotong Royong dalam segala bidang perjuangan:


terutama penelitian, edukasi dan membangun komunitas.
48

C. Struktur Organisasi Lingkar Ganja Nusantara

Saat ini Organisasi dari Lingkar Ganja Nusantara diketuai


oleh Dhira Narayana, S.Psi kemudian sekertaris Singgih Tomi
Gumilang, S.H lalu bendahara ada Iwan Jusack. Kemudian untuk
divisi dari Lingkar Ganja Nusantara ini terbagi menjadi dua
dalam team. Yang pertama ada ketua Divisi Art Director, yaitu
Angki Pu dan divisi yang kedua ada ketua Divisi Regional, yaitu
Umbaran Fathilah Kencana.

D. Kegiatan Lingkar Ganja Nusantara


Kegiatan di tahun 2019 dari Organisasi Lingkar Ganja
Nusantara dalam setahun ini, dimulai dari Januari hingga April,
team LGN melakukan riset terkait kebudayaan yang berhubungan
dengan ganja dari berbagai kota seperti, Medan, Aceh, dan lain
sebagainya. Riset yang dilakukan adalah mencari tau sejarah
tanaman ganja pada kota tersebut melalui peninggalan sejarah
seperti, kitab sejarah, candi-candi atau patung-patung yang
mempunyai tulisan ataupun gambar yang berkaitan dengan
tanaman ganja, atau berbicara dengan para tokoh sejarah era
tanaman ganja ketika masih legal.

Dilanjut dengan Roadshow buku Hikayat Pohon Ganja


yang LGN terbitkan, dimulai pada bulan Juni tepatnya tanggal 26
pada tahun 2019 team LGN Regional Bandung dengan lokasi di
The Panas Dalam Cafe. Selanjutnya pada tanggal 28 Juli 2019
team LGN Makassar dengan lokasi di Hotel Amaris
Pannakukang. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 2019 team
49

LGN Regional Medan yang belokasi di Universitas Negri Medan.


Dan diakhiri pada kota Jogjakarta dengan team Regional Yogya
pada tanggal 5 November 2019 yang berlokasi di Universitas
Islam Negri Yogyakarta. Setelah acara Roadshow Buku Hikayat
Pohon Ganja, LGN ikut berpartisipasi dalam acara Pekan
Kebudayaan Nasional, LGN membahas isu-isu terkait sejarah
kebudayaan Ganja di Indonesia. acara tersebut dilaksanakan pada
tanggal 07 Oktober 2019 hingga 13 Oktober 2019. Lokasi
Senayan Jakarta.

E. Sejarah Singkat Badan Narkotika Nasional


Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan
kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat
dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres)
Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi
Intelligen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam)
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang
palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan
penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja,
penanggulangan subversi, pengawasan orang asing.
Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk
Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya
adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah
sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil
dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen
Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di
bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN.
50

Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak


mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan
disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih


merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus
memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di
Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah
bangsa yang ber-Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata
membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah
terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat
permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata
uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan
bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya,
berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak
tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi
bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang


berkecenderungan terus miningkat, Pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah
(Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi
Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden Nomor
116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi
51

penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi


Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik


Indonesia (Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN
tidak mempunyai personil dan alokasi anggaran sendiri.
Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri), sehingga
tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai


lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin
serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN
diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN, sebagai
sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25
instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan
operasional, mempunyai tugas dan fungsi:

1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam


perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional
penanggulangan narkoba; dan
2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional
penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi


anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut,
BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama
dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur
kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya
52

bersifat koordinatif (kesamaan fungsional semata), maka BNN


dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu
menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan
makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini
segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007
tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi
(BNP) dan Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang
memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota
BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-
BNKab/Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional,
Provinsi dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung
jawab kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang
masing-masing (BNP dan BNKab/Kota) tidak mempunyai
hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang


terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI
Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun
2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI
untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan
DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas
UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun
2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika.
53

Berdasarkan undang-undang tersebut, status kelembagaan


BNN menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian (LPNK)
dengan struktur vertikal ke Provinsi dan kabupaten/kota. Di
Provinsi dibentuk BNN Provinsi, dan di Kabupaten/Kota
dibentuk BNN Kabupaten/Kota. BNN dipimpin oleh seorang
Kepala BNN yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
BNN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden. Kepala BNN dibantu oleh seorang Sekretaris
Utama, Inspektur Utama, dan 5 (lima) Deputi yaitu Deputi
Pencegahan, Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Deputi
Rehabilitasi, Deputi Pemberantasan, dan Deputi Hukum dan
Kerja Sama.

Saat ini, BNN telah memiliki perwakilan daerah di 33


Provinsi. Sedangkan di tingkat kabupaten dan kota, BNN telah
memiliki 100 BNNK/Kota. Secara bertahap, perwakilan ini akan
terus bertambah seiring dengan perkembangan tingkat kerawanan
penyalahgunaan Narkoba di daerah. Dengan adanya perwakilan
BNN di setiap daerah, memberi ruang gerak yang lebih luas dan
strategis bagi BNN dalam upaya P4GN. Upaya peningkatan
performa pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan serta
peredaran gelap Narkoba (BNN, 2018, diakses pada tanggal 18
September 2019 pukul 01.00 melalui web
https://bnnktangsel.com).
54

F. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional


1. Visi
Menjadi Lembaga Non Kementerian yang profesional
dan mampu menggerakkan seluruh koponen masyarakat,
bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan
Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan
Bahan Adiktif lainnya di Indonesia.

2. Misi
1) Menyusun kebijakan nasional P4GN
2) Melaksanakan operasional P4GN sesuai bidang
tugas dan kewenangannya.
3) Mengkoordinasikan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan bahan
adiktif lainnya (narkoba).
4) Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan
kebijakan nasional P4GN.
5) Menyusun laporan pelaksanaan kebijakan nasional
P4GN dan diserahkan kepada Presiden (BNNK,
2018, diakses pada tanggal 18 September 2019
pukul 02.00 melalui web https://bnnktangsel.com).

G. Fungsi Badan Narkotika Nasional


Badan Narkotika Nasional itu sendiri memiliki beberapa
tugas yang harus dijalankan, yaitu sebagai berikut :
55

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional


mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;
3. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkotika dan Prekursor Narkotika;
4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis
dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
6. Memantau, mengarahkan dan meningkatkan kegiatan
masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Psikotropika Narkotika;
7. Melalui kerja sama bilateral dan multiteral, baik
regional maupun internasional, guna mencegah dan
memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika;
8. Mengembangkan laboratorium Narkotika dan
Prekursor Narkotika;
9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan
penyidikan terhadap perkara penyalahgunaan dan
56

peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika;


dan
10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas
dan wewenang.
11. Selain tugas sebagaimana diatas, BNN juga bertugas
menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional
mengenai pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika,
prekursor dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Selain menjalankan tugas, BNN mempunyai fungsi


sebagai berikut :

1. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di


bidang pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
selanjutnya disingkat dengan P4GN.
2. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar,
kriteria dan prosedur P4GN.
3. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
4. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis
pencegahan, pemberdayaan masyarakat,
pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerjasama di
bidang P4GN.
57

5. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakna teknis


P4GN di bidang pencegahan, pemberdayaan
masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerjasama.
6. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada
instansi vertikal di lingkungan BNN.
7. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan
komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan
perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang P4GN.
8. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan
administrasi di lingkungan BNN.
9. Pelaksanaan fasilitasi dan pengkoordinasian wadah
peran serta masyarakat.
10. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.
11. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan
terorganisasi di bidang narkotika, psikotropika dan
prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol.
12. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun
komponen masarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi
dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta
perawatan lanjutan bagi penyalahguna dan/atau
pecandu narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif
58

lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan


alkohol di tingkat pusat dan daerah.
13. Pengkoordinasian peningkatan kemampuan lembaga
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu
narkotika dan psikotropika serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
14. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi
penyalahguna dan/atau pecandu narkotika dan
psikotropika serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan
adiktif tembakau dan alkohol berbasis komunitas
terapeutik atau metode lain yang telah teruji
keberhasilannya.
15. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian dan perumusan
peraturan perundang-undangan serta pemberian
bantuan hukum di bidang P4GN.
16. Pelaksanaan kerjasama nasional, regional dan
internasional di bidang P4GN.
17. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap
pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.
18. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional
instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
di bidang P4GN.
19. Pelaksanaan penegakan disiplin, kode etik pegawai
BNN dan kode etik profesi penyidik BNN.
59

20. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional


penelitian dan pengembangan, serta pendidikan dan
pelatihan di bidang P4GN.
21. Pelaksanaan pengujian narkotika, psikotropika dan
prekursor serta bahan adiktif lainnya, kecuali bahan
adiktif untuk tembakau dan alkohol.
22. Pengembangan laboratorium uji narkotika,
psikotropika dan prekursor serta bahan adiktif lainnya,
kecuali bahan adiktif tembakau dan alkohol.
23. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang P4GN (BNNK, 2018,
diakses tanggal 18 September 2019 pukul 02.00
melalui web https://bnnktangsel.com).
60

H. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional


Gambar 3.1
Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Kota
Tangerang Selatan (BNNK)
61

I. Aktivitas Badan Narkotika Nasional Pada Tahun 2018


Tabel 3.1
Aktivitas yang dilakukan Badan Narkotika Nasional
pada Tahun 2018
No Tanggal Tema Kegiatan Tempat Narasumber
Kegiatan

1 22 Januari Sosialisasi tentang SMPN 6 Kota AKBP


2018 bahaya Narkoba Tangerang Heri Istu
Selatan Hariono, S.Si

Desti Pratiwi,
S.I.Kom

2 31 Januari Sosialisasi tentang Pangkalan AKBP Heri Istu


2018 bahaya Narkoba Udara TNI AL Hariono, S.Si
Jakarta Pondok
Cabe

3 3 Februari Deklarasi Pelajar Lapangan SMP AKBP Heri Istu


2018 Anti Narkoba, Anti Cikal Harapan Hariono, S.Si
Kekerasan dan Anti BSD
Radikalisme Dinas
Pendidikan dan
Kebudayaan Kota
Tangerang Selatan
bersama BNN Kota
Tangerang Selatan

4 6 Februari Seminar Anti SMP Budi AKBP Heri Istu


62

2018 Narkoba “Menjadi Mulia Dua Hariono, S.Si


Generasi Sukses Bintaro Sony Gunawan,
Bebas Narkoba” SE

9 8 Maret Menciptakan Aula Kecamatan AKBP Heri Istu


2018 Keluarga Dan Serpong Utara Hariono, S.Si
Lingkungan Yang
Andie Nugroho
Bersih Dari
Desti Pratiwi,
Penyalahgunaan
S.I.Kom
Narkoba

14 23 Maret Penyuluhan SMP SMA AKBP Heri Istu


2018 Narkoba “Tidak Erenos Serua, Hariono, S.Si
Pada Narkoba” Ciputat – Kota dr. Edy
Tangerang
Kurniawan
Selatan
Andie Nugroho

18 11 April Pembinaan Dini Kantor AKBP Heri Istu


2018 Keluarga Mandiri Kelurahan Hariono, S.Si
dari Bahaya Babakan Desti Pratiwi,
Narkoba dan Zat S.I.Kom
Adiktif Tingkat
Kecamatan Setu

20 16 April Pembinaan Dini Kantor Sony Gunawan,


2018 Keluarga Mandiri Kelurahan SE
63

dari Bahaya Kademangan Desti Pratiwi,


Narkoba dan Zat S.I.Kom
Adiktif Tingkat
Kecamatan Setu

24 8 Mei Pengembangan Pranaya AKBP Heri Istu


2018 Kapasitas P4GN Boutique Hotel Hariono, S.Si
(Workshop) di BSD Sony Gunawan,
Instansi Pemerintah SE
Kota Tangerang
drg. Vinna
Selatan
Tauria

25 14 Mei Sosialisasi P4GN Kantor AKBP Heri Istu


2018 pada Kegiatan Kecamatan Hariono, S.Si
Pencegahan Pamulang Sony Gunawan,
Penyuluhan SE
Penyakit
Masyarakat

26 5 Juni Grup Therapy 3 Kantor BNN Warsono Hadi


2018 (Tahap I) Pasca Kota Tangsel Mulyono, S.Psi
Rehabilitasi (Kubik Leadership)
Reguler dengan
Topik Konsep Diri

27 7 Juni Sosialisasi P4GN PT Prima Desti Pratiwi,


2018 pada kegiatan Makmur S.I.Kom
Penyuluhan Rotokemindo,
64

Bahaya Narkoba di Cikupa,


Lingkungan Kerja Kabupaten
Tangerang

28 3 Juli Talkshow P4GN di Star Radio 107,3 AKBP Stince


2018 Star Radio 107,3 FM Kota Djonso, S.Si
FM Tangerang Sony Gunawan,
SE

29 20 Juli Penyuluhan SMKN 5 Nova Dwi


2018 Bahaya Narkoba Tangerang Ayuningtyas,
Bagi Pelajar pada Selatan AMKL
kegiatan Masa
Perkenalan
Lingkungan
Sekolah

30 8 Agustus Sosialisasi P4GN Aula PT. Sony Gunawan, SE


2018 di Lingkungan Mayora Indah
Pekerja Jayanti, Kab.
Tangerang

31 9 Agustus Sosialisasi Aula Kecamatan drg. Vinna


2018 Pembinaan Anti Serpong Utara Tauria
65

Narkoba Ir. Yusi Imam


Mahendra

Budy Tjoanda

32 13 Pembinaan dan Lapangan Sony Gunawan, SE


Septembe Pencegahan Persera
r 2018 Bahaya Narkoba Kecamatan Setu
“Selamatkan
Generasi Muda dari
Bahaya Narkoba”

33 15 Sosialisasi Bahaya Graha Widya Sony Gunawan,SE


Septembe Narkoba Bagi Bhakti Puspitek
r 2018 Peserta Didik Paket Setu
B dan Peserta
Didik Paket C
Tahun 2018
BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Ganja sudah ada di Indonesia sejak lama, karena seperti


hakikatnya tanaman tumbuh dan berkembang di bumi ini
berdasarkan alam. Namun, tanaman ganja ini masih terbilang
muda atau relatif baru bila dibandingkan dengan organisme-
organisme lain di kerajaan tanaman. Kemunculan tanaman ganja
dalam perjalanan evolusi diperkirakan terjadi sekitar tiga puluh
empat juta tahun yang lalu. Seperti halnya tanaman pada
umumnya, ganja bukan merupakan hasil rekayasa yang dibuat-
buat oleh manusia. Sejak dahulu pada masa legalisasi hingga
sekarang masa ilegalisasi terhadap tanaman ganja khususnya di
negara Indonesia peredaran ganja masih sangat ramai dan sangat
luas. Pada masa awal ilegalisasi ganja, yaitu sejak tahun 1976
muncul peraturan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 yang
mengatur berbagai hal khususnya tentang peredaran pasar gelap.
Kemudian pada tahap pembuatan Undang-Undang tersebut, ganja
termasuk ke dalam salah satu jenis narkotika. Disamping itu juga
diatur tentang terapi dan rehabilitasi korban narkotika yang
terdapat pada pasal 23, dengan menyebutkan secara khusus peran
dari dokter dan rumah sakit terdekat sesuai petunjuk menteri
kesehatan.

Hasil dari data dan temuan lapangan yang dilakukan


peneliti melalui Teknik wawancara dan dokumentasi, maka di
dapatkan beberapa informasi mengenai ganja berdasarkan
perspektif Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan Badan Narkotika

66
67

Nasional (BNN) dalam meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan


menyebabkan Penyakit Sosial.

Pada bab IV ini, peneliti memaparkan hasil temuan


penelitian terkait perspektif Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan
Badan Narkotika Nasional (BNN) mengenai ganja yang dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial ataupun ganja yang dapat
menyebabkan penyakit sosial.

A. Ganja berdasarkan persepsi LGN dan BNN

Pada dasarnya manusia saling terhubung dengan


lingkungan di sekitarnya, manusia dengan manusia, manusia
dengan hewan, manusia dengan tanaman, dan manusia dengan
lingkungan. Ganja di Indonesia menjadi hal yang sangat tabu
untuk dibicarakan, masyarakat masih memiliki spekulasi tentang
ganja berdasarkan sumber yang didapat di mana saja. Lingkar
Ganja Nusantara (LGN) sebagai Organisasi yang menilai ganja
positif yang percaya dengan manfaatnya, seperti yang dikatakan
menurut persepsi dari Dhira Narayana yang menyebutkan bahwa
ganja adalah:

“Pohon Kehidupan. Tanaman kehidupan yang merupakan


suatu anugerah karena lebih tua dari peradaban manusia
yang sakral, di mana tanaman ini telah memberi banyak
warna pada peradaban dan kebudayaan manusia.
Tanaman yang secara tidak sadar bisa disebut mengambil
tempat juga dalam sejarah manusia dari tanaman yang
membantu manusia dan manusia yang memanfaatkan
tanaman, saling berkesinambungan.” (Dhira, Ketua LGN.
2019).
68

Nilai positif ganja dari pernyataan Dhira mempunyai


perbedaan dengan pernyataan dari Dr. Edy sebagai Dokter sesi
Rehabilitasi, beliau mengatakan bahwa setelah diadakannya
penelitian dari berbagai pihak yang akhirnya membuat ganja ini
menjadi salah satu jenis narkotika. Yang kemudian membuat
pernyataan atas persepsi Dr.Edy bahwa:

“Ganja menurut saya sebagai staff BNN. Ganja itu


merupakan narkotika golongan 1 yang memang tumbuh
secara alami jadi bukan dibuat-buat seperti heroin atau
sabu ya yang sengaja dibuat. Tapi ganja ini secara alami
tumbuh secara sendirinya sebagai suatu tanaman semak
yang gampang sekali memperbanyak diri. Nah tapi dalam
perjalanannya ternyata memiiki efek-efek yang sifatnya
psiko aktif. Yang dalam artian bisa mempengaruhi pola
pikir, mempengaruhi perasaan, mempengaruhi perilaku
dari orang yang menggunakan tanaman itu.”(Dr. Edy,
Dokter Rehabilitasi BNN 2019).

Kedua pernyataan tersebut membuat ganja menjadi


tanaman yang sering dibicarakan, karena mempunyai dua pihak
dengan pendapat yang berbeda yang membuat ganja ini menjadi
tanaman yang sangat rumit. Seperti Lingkar Ganja Nusantara
(LGN) ataupun Badan Narkotika Nasional (BNN) yang
memperkuat pernyataan tersebut melalui:

“Melalui riset atau pun jurnal. Yaa paling itu awalnya kita
membaca melalui artikel-artikel, lingkungan sekitar,
ataupun jurnal-jurnal sampai akhirnya terbentuk LGN dan
dalam team tersebut baru kita mulai mengetahui ganja
lebih dalam melalui riset. Selain riset kebudayaan
Indonesia, kami team LGN juga sudah meriset ke
beberapa negara lainnya, seperti USA, Malaysia,
Thailand, dan lain sebagainya.”(Dhira, Ketua LGN. 2019)
69

“Karena memang sudah banyak bukti dari para pecandu


ganja, dampaknya seperti apa. Kemudian kerugian secara
materi maupun kerugian pribadi dari pengunanya. Jadi
kita bukan membangun argumen ya, tapi lebih kearah
menunjukkan fakta apasih akibat yang terjadi dari
penggunaan ganja dan tidak hanya BNN bahkan
pemberantasan internasional organisasi kesehatan
internasional (WHO) pun mengkategorikan ganja sebagai
narkotika golongan 1. Yaitu narkotika yang sampai saat
ini tidak atau belum disetujui pengguaannya untuk
kepentingan pengobatan, hanya sebatas penelitian. Dan
saat ini penelitian tentang ganja untuk penggunaan ke
manusia itu setau saya belum ada. Tetapi lebih kearah
percobaan, walaupun mungkin di luar sana banyak yang
mengklaim ganja dapat membantu menangani kanker,
dapat membantu orang-orang dengan gangguan kejiwaan.
Nah itu tadi saya bilang penelitian itu belum sampai ke
arah manusia, klaim-klaim itu juga tidak ada dasar
penelitian yang jelas dan hanya klaim sepihak dari orang
yang merasa pakai ganja nih untuk mengobati dirinya
sendiri, mengobati keluarganya, mengobati temannya atau
dan yang lain-lain. Belum ada penelitian yang sesuai
dengan tata cara penelitian yang sebenarnya”(Dr. Edy,
Dokter Rehabilitasi BNN. 2019).

Pernyataan tentang ganja yang berbeda tersebut membuat


masyarakat yang tidak mengenal ganja menjadi bingung karena
ada satu jenis tanaman, yaitu ganja yang mempunyai perdebatan
yang bertentangan. Oleh karena itu kedua pihak-pihak yang
terkait seperti LGN ataupun BNN dengan pengetahuan yang
dimiliki berusaha menyampaikan edukasi terkait tanaman ganja,
seperti:

“Ya, kami mengedukasi masyarakat dengan semua


pengetahuan yang kami miliki dengan tujuan agar
masyarakat Indonesia mulai terbuka pengetahuannya
terkait tanaman ganja ini. Karena faktanya dari tahun
70

Ilegalisasi ganja, yaitu tahun 1976 seakan-akan adalah


tanaman ganja ini merupakan suatu tindak kriminal, oleh
karena itu fakta-fakta serta informasi-informasi tentang
tanaman ganja ini sangat ditutupi dan dirahasiakan.
Adanya LGN saat ini salah satunya adalah untuk
mengungkapkan informasi-informasi serta fakta-fakta
terkait tanaman ganja untuk mengedukasi masyarakat
bahwa tanaman ini memiliki sisi positif yang sedari dulu
telah ditutup-tutupi.” (Dhira, Ketua LGN. 2019).

“Ya, kita selalu memberikan edukasi karna ganja itu


termasuk narkotika golongan 1, jadi kita memberitahukan
jangan sampai masyarakatpun beranggapan jika memakai
ganja itu aman dan bisa untuk pengobatan dan pemakaian
ganja itu sah. Tidak, karena narkotika golongan 1 diatur
dalam hukum penggunaan narkotika golongan 1 tanpa
izin dapat dipidana minimal 4 tahun penjara. Karena kita
juga sudah mengedukasi dari dampak ganja itu sendiri,
ganja sifatnya halusinogen depressan, sistem syaraf itu
juga merupakan dampak yang berbahaya. Belum lagi
tanaman ganja dapat menyebabkan ketergantungan dan
juga perubahan pola pikir perilaku yang sangat jelas
kelihatan.”(Dr.Edy, Dokter Rehabilitasi BNN 2019)
B. Efek ganja
Ganja mempunyai efek ketika seseorang
mengkonsumsinya, karena di dalam ganja mempunyai zat-zat
seperti (THC) dan (CBD) yang aktif di dalam tubuh seseorang
ketika mengkonsumsinya. Menurut pendapat dari Dhira ketua
umum Organisasi Ganja Nusantara (LGN) bahwa ganja;

“Kalo mau tau ganja itu memabukan atau tidak, cobain!


Gak akan mati kok karena nyoabain ganja, bahkan sampai
saat ini aku belum menemukan kasus orang meninggal
karena mengkonsumsi ganja doang yaa. Oleh karena itu
kalo kalian mau tau efeknya yaa cobain. Gambaran sedikit
bahwa ganja itu bisa merelaksasikan pikiran dan sangat
beda jauh efeknya dibandingkan alkohol.”
71

“Intinya balik lagi kepada orang tersebut, ketika memakai


ganja sendirian atau ketika sedang berada di lingkungan
sosial. Ini merupakan hal yang relatif, perilaku seseorang
ketika mengkonsumsi ganja ataupun tidak
mengkonsumsinya. Mau dibawa kemana ganja ini, apakah
menjadikan kita lebih kreatif atau hanya untuk tidur
merelaksasikan pikiran. Karena pada dasarnya ganja itu
bisa membuat rileks pikiran.”(Dhira Narayana, Ketua
LGN. 2019.)

Menurut pendapat Dr. Edy sebagai Dokter Rehabilitasi


Badan Narkotika Nasional (BNN) mengatakan bahwa ganja
mempunyai efek seperti;

“Efeknya kepada kognitif seperti gangguan perasaan,


perilaku, pola pikir atau tindakannya itu efeknya. Nah
kalau sifatnya tadi sudah dibahas jika ganja memiliki sifat
yang halusinogen dan juga depressan. Halusinogen itu
menyebabkan halusinasi kepada pengguna. Depressan itu
menenangkan sistem syaraf. Pengguna ganja itu sifatnya
males tidak mau ngapa-ngapain kalau dia sudah memakai
ganja. Dapat memicu kecemasan juga kalau halusinasinya
kearah yang paranoid. Mendapat halusinasi yang tidak
enak nah itu dapat menimbulkan kecemasan. Dalam hal
ini mood seseorang juga sangat berpengaruh dalam
menciptakan halusinasinya.”
“Kalau dia sedang dalam efek intoksidasi ganja otomatis
dia tidak akan bisa adaptasi dengan lingkungan sosial.
Tetapi kalau dia hanya pemakai ganja yang coba pakai
apabila dia sedang tidak memakai ya dia akan biasa aja
dalam lingkungan sosialnya sama saja seperti orang biasa
tidak ada pengaruh narkobanya. Tetapi kalau dia ada
dalam efek ganja dapat menimbulkan gesekan-gesekan
sifat halusinogen ketika dalam lingkungan sosialnya dapat
merubah mood dan tidak fokus dan mudah emosi.
Terintoksidasi ganja itu dapat berpengaruh dalam
lingkungan sosialnya.”(Dr. Edy, Dokter Rehabilitasi BNN
2019.)
72

C. Ganja bagi Kesejahteraan Sosial


Ganja mempunyai banyak manfaat menurut beberapa
pendapat, terutama dari satu-satunya organisasi di Indonesia yaitu
Lingkar Ganja Nusantara (LGN) yang berpendapat bahwa ganja
merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat untuk
sekitarnya. Manfaat tersebut dikaitkan dengan kondisi
kesejahteraan bagi lingkungan sosial dari beberapa aspek seperti;

1. Ekonomi
“Ganja untuk ekonomi atau biasa disebut hemp,
yaitu mengolah ganja untuk memproduksi sesuatu
seperti ganja menjadi dari sekeliling aja dulu nih
yaa, disini ada hemp plastik, pada zaman dulu
awal-awal mobil ford bodynya dibuat dari serat
ganja. Tembok, ada istilah hemp create yang
dibuat dari serat batang ganja dicampur pasir dan
semen bisa jadi tembok. Kain, pada dinasti china
para pejabat itu bajunya dibuat dari hemp, serat
ganja. Nah kalo warga biasanya pada saat itu
bahan dari kapas. Kanvas, media buat melukis,
akar katanya dari canevas dan mundur lagi itu dari
cannabis. Makanan, biji-bijinya bisa dipakai untuk
bumbu makanan. Nah di dalam ganja ini untuk
segi makanan itu mengandung omega 3, 6, dan
9.”(Dhira Narayana, Ketua LGN. 2019)
Hal tersebut juga disampaikan oleh Umbara
sebagai ketua regional dari Organisai Lingkar Ganja
Nusantara (LGN) yang memberikan penjelasan saat
wawancara pribadi peneliti yang bersangkutan, berikut
penjelasannya;

“Untuk ekonomi itu sudah pasti aset. Dunia itu


mengenalnya hemp. Dimana hemp ini jatuhnya
73

produktivitas yang dimana zat THC nya ini tidak


ada. Hemp itu didunia ini dari 2012 tingkat
pembelian sekitar 3billion us dollar. Sampai 2018
kemarin itu angkanya mencapai 900 persen.
Sekitar 300billion. Itu untuk ekonomi dari hasil
penjualan. Amerika sendiri itu negara importir
untuk hemp itu sendiri. Di Amerika ada peraturan
baru untuk Undang-Undang pertanahan dan
pertanian dia membolehkan lahan tani itu
digunakan untuk ganja, kalau dulu kan hanya
untuk batasan beberapa hektar. Nah kalau
sekarang bisa berpuluh-puluh hektar. Tahun depan
dia akan membuka lahan beratus-ratus hektar
khusus hemp. Kita menyebutnya hemp. Stigma
masyarakat itu yang mesti kita rubah hemp dengan
ganja. Ganja itu kalau hemp itu untuk diproduksi
dan bisa juga untuk berelaksasi.”(Umbara, Ketua
Regional LGN. 2019)

2. Medis
Selain dalam segi ekonomi, ganja juga memiliki
manfaat dari segi medis bagi beberapa penyakit. Hal ini
yang cukup sering dibicarakan oleh para dokter untuk
mencari kebenarannya dari khasiat tanaman ganja.
Organisasi Lingkar Ganja Nusantara (LGN) yang telah
melakukan riset dari beberapa sumber termasuk artikel-
artikel yang didapatkan dari luar negeri dan berdasarkan
fakta. Salah satu contohnya adalah artikel yang dimuat
oleh team LGN tentang risetnya untuk negara Inggris
yang ternyata adalah salah satu pusat farmasih terbesar di
seluruh dunia yang menggunakan ganja sebagai salah satu
bahan dasar bagi pengobatannya.
74

Selanjutnya menurut pendapat dari Dhira terkait


tanaman ganja ini mempunyai manfaat bagi medis atau
tidak, dan kemudian beliau memberi pendapat seperti;

“Ada banget, nih misalnya ganja untuk medis


yaitu, kebudayaan lokal, contohnya diabetes, kita
dikasih ramuan yang dibuat dari akar rebusan
ganja. Ada seorang nenek yang tinggal di bone
sulawesi selatan sakit diabetes parah yang hanya
rebahan aja di kasur. Akhirnya nenek tersebut
dikasih akar rebusan ganja 3- 7 hari akhirnya si
nenek tersebut bisa ke kamar mandi sendiri. nah
mungkin untuk orang yang sakit, ganja ini bisa
meredakan rasa sakit, bisa pula untuk relaksasi
agar tidak membuat otak semakin stress
memikirkan penyakitnya. Nah..”(Dhira Narayana,
Ketua LGN. 2019)
Dan pernyataan bahwa ganja memiliki manfaat
untuk medis diperkuat oleh pendapat dari Bara selaku
ketua regional dari Organisai Lingkar Ganja Nusantara
(LGN) yang memberikan penjelasan saat wawancara
pribadi peneliti yang bersangkutan, berikut penjelasannya;

“Untuk medis sudah pasti dari sisi medis, kita lihat


sendiri kasus di Indonesia fidelis belum lagi kasus-
kasus yang tidak terbuka. Saya sudah liat sendiri
dari penyakit diabetes itu. Semua bisa digunakan
untuk medis. Dari daun akar biji batang nya bisa
digunakan. Untuk penyakit epilepsi kanker dan
diabetes itu ada artikelnya. Nah kalau diabetes
saya lihat sendiri itu ada di Ambon. Dia minum
rebusan ganja ini, minggu pertama kedua itu
perubahannya ada signifikan. Minggu kedua dia
bilang sakit banget, kemudian minggu ketiga
keempat dan sekarang sudah sembuh. Itu untuk
medis bisa membantu devisa negara juga dan
ekonomi. Di Aceh sendiri sudah menggunakan
75

hemp ini untuk medis itu ada dalam


kitabnya.”(Umbara, Ketua Regional LGN. 2019)
Lebih jelasnya lagi LGN memberitahu manfaat
ganja bagi medis ini yang ditulis pada buku yang
diterbitkan oleh mereka, buku yang berjudul Hikayat
Pohon Ganja. Di dalam buku itu terdapat isi manfaat
ganja bagi medis, seperti;

a. Alzheimer
Penyakit saraf yang gejalanya ditandai dengan
kehilangan memori dan melambatnya respons alat gerak
tubuh. Penderita Alzheimer juga mengalami depresi,
agitasi, dan hilangnya nafsu makan.

Saat ini terdapat lebih dari 4,5 juta warga Amerika


yang mengidap Alzheimer. Belum ada pengobatan yang
dapat menghentikan penyakit ini. Namun pada tahun
2005, Journal of Neuroscience memuat penelitian dari
Complutense University dan Cajal Institute di Spanyol
yang melaporkan bahwa pemberian sintetis zat aktif ganja
dapat mencegah kerusakan kognisi dengan mengurangi
neurotoksisitas (sifat racun pada sel saraf) pada tikus yang
diinjeksi amyloid-beta peptide (protein yang diyakini
menjadi salah satu penyebab Alzheimer) juga mengurangi
peradangan yang disebabkan penyakit ini pada jaringan
sel-sel otak. Para ilmuwan dari Spanyol ini menyimpulkan
bahwa cannabinoid berhasil mencegah proses semakin
rusaknya sel saraf akibat penyakit Alzheimer.
76

Pada tahun 2006, ilmuwan dari Scripps Research


Institute di California melaporkan bahwa zat THC
menghambat berkembangnya enzim penyebab gejala
utama Alzheimer dengan lebih baik dibandingkan dengan
obat-obatan populer untuk mengatasi penyakit ini seperti
donepezil dan tacrine. Ilmuwan-ilmuwan ini menyatakan
bahwa THC mengobati secara bersamaan baik gejala
maupun proses berkembangnya Alzheimer.
Para ilmuwan dari Ohio State University dan
Departemen Psikologi dan Neurosains melaporkan bahwa
tikus berumur tua yang mendapat dosis cannabinoid
sintetis dalam waktu tiga minggu menunjukan hasil yang
jauh lebih baik dalam tes memori labirin-air. Tulisan
dalam Journal of Neurosains 2007 juga melaporkan
bahwa tikus yang diberikan cannabinoid ini mengalami
perbaikan memori sebesar 50% dan penurunan tingkat
peradangan sebesar 40-50% dibandingkan tikus lain yang
digunakan sebagai kontrol atau perbandingan.
Begitu juga British Journal of Pharmacology,
yang pada tahun 2007 memuat hasil penelitian Trinity
College of Neurosains, Irlandia, yang menyimpulkan
bahwa cannabinoid menyediakan mekanisme
perlindungan saraf dan mengurangi inflamasi akibat
Alzheimer. Secara bersamaan, cannabinoid juga
membanu proses perbaikan internal otak dengan
meningkatkan neurogenesis (pembentukan sel-sel saraf
baru). (LGN, Hikayat Pohon Ganja).
77

b. Glaukoma
Bola mata manusia berisi cairan yang memiliki
tekanan tertentu agar dapat mempertahankan bentuknya
yang bulat. Glaukoma adalah kondisi dimana sirkulasi
cairan mata ini terganggu karena salurannya tersumbat.
Penyumbatan meningkatkan tekanan cairan ke dalam bola
mata dan menghalangi masuknya darah, menekan sel-sel
saraf retina, serta pada akhirnya mengurangi kemampuan
penglihatan secara bertahap. Ciri penyakit saraf ini adalah
hilang atau berkurangnya jangkauan penglihatan (luas
daerah yang terliput oleh mata) secara perlahan-lahan
selama periode yang sangat lama sehingga sering tidak
didasari penderitanya.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor
dua setelah katarak. Setiap 2 dari 200 orang berusia
dibawah 50 tahun kemungkinan menderita penyakit ini.
Sedangkan untuk orang tua dengan umur 80 tahun keatas,
kemungkinan risiko terserang glaukoma jauh lebih tinggi,
yaitu 1 diantara 10 orang.
Tiga faktor utama penyebab glaukoma adalah
tingginya tekanan cairan dalam bola mata, penurunan
fungsi sel saraf mata, dan menipisnya kepala sel saraf
penglihatan. Penurunan fungsi sel saraf pada ganglion
retina dihubungkan dengan aktivitas eksitotoksisitas
(pelepasan neurotransmiter tertentu yang berlebihan) dari
glutamat dan sifat racun dari peroxynitrite.
78

Menurtu Profesor Neville Osborne dalam Euro


Times, penyerapan cahaya oleh protein mitokondria yang
berlebihan pada sel ganglion retina mengubahnya menjadi
penghasil radikal bebas. Radikal bebas yang banyak
terbentuk bila nitric oxide bereaksi dengan radical super
oxide. Penelitian Dr. Melanie Kelly dari Universitas
Dalhouise, Kanada, juga menunjukan bahwa cannabinoid
bisa menghambat mekanisme komunikasi dengan
perantara kalsium pada ganglion sel retina tikus. Ini
membuat tikus membangun sistem antibodi yang dapat
menghambat terbentuknya nitrit oksida dan melindungi
sel ganglion dari eksitotoksisitas.
Para pemakai ganja sangat familiar bahwa mata
“mabuk” ganja dapat menyebabkan mata merah. Efek ini
ternyata membawa dampak positif bagi kesehatan mata.
Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 1970
menunjukan bahwa memerahnya mata akibat menghisap
ganja disebabkan masuknya darah ke dalam mata akibat
turunnya IOP (intra ocular pressure) atau tekanan cairan
dalam bola mata, yang menjadi salah satu faktor penyebab
glaukoma. US National Eye Institute pada tahun 1978-
1984 membiayai studi penelitian mengenai kemungkinan
efek ganja yang dapat mengobati glaukoma. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa ganja memang dapat
menurunkan tekanan cairan dalam bola mata secara
efektik dibandingkan berbagai obat glaukoma yang ada
dipasaran. Pengobatan biasa memberikan efek samping
79

yang tidak nyaman dan kadang berbahaya, serta tidak


efektif menurunkan IOP pada penderita glaukoma tahap
lanjut. Banyak pasien penderita glaukoma jangka panjang
berhasil mempertahankan penglihatan mereka selama 20
sampai 25 tahun dengan mengkonsumsi ganja.

c. Depresi
Depresi merupakan gangguan psikis yang ditandai
berubahnya suasana hati, rasa tertekan, dan anhedonia
(kehilangan kesenangan atau minat terhadap sebagian
besar kegiatan atau aktivitas). Ciri-ciri depresi adalah
perubahan pada berat badan, pola tidur, perilaku
psikomotor, tingkat energi, dan fungsi kognitif.
Berbagai penelitian dengan hewan pada abad ke-
20 menyebutka bahwa depresi juga memiliki dimensi
neurologis yang berhubungan erat dengan rendahnya
produksi endocannabinoid. Penelitian-penelitian ini
menemukan bahwa meningkatnya aktivitas
endocannainoid pada reseptor CB1 menghasilkan efek
antidepresan. Pada sebuah penelitian lain, bagian otak
dentate gyrus pada hipokampus ditemukan sebagai bagian
yang berperan dalam proses neurogenesis atau
pertumbuhan sel-sel baru pada otak yang ternyata juga
menghasilkan efek antidepresan. Aktivitas zat-zat dari
ganja merangsang pertumbuhan sel-sel saraf pada bagian
hipokampus ini.
80

Artikel “The Brain’s Own Marijuana” juga


menyebetukan bahawa endocannabinoid berperan penting
dalam menghilangkan perasaan buruk ataupun
pengalaman sakit yang ditimbulkan oleh stimulus ingatan
masa lalu. Ini bertentangan dengan hal yang sering
dipublikasikan media bahwa pemakaian ganja
berhubungan erat dengan depresi seperti studi yang
dilakukan oleh Louis Degenhardt, Wayne Hall, dan
Michael Lynskey pada tahun 2003. Media tidak pernah
mempublikasikan bahwa kolerasi konsumsi ganja dan
depresi sangatlah kecil, dan hanya terjadi pada “pemakai
bermasalah” yang sudah memiliki masalah psikologis
berat sebelum mengkonsumsi ganja.
Dalam studi ilmiah mengenai pengobatan depresi
menggunakan ganja di abad ke-20, survei “Skala Depresi
dan Penggunaan Ganja” yang dilakukan oleh The Center
for Epidemiological Studies tercatat sebagai survei
dengan jumlah partisipan terbesar hingga tahun 2005,
dengan 4.494 responden. Hasil survei ini menunjukkan
bahwa sebanyak 861 orang yang menggunakan ganja
minimal sekali seminggu atau kurang memiliki tingkat
depresi yang rendah, sementara 3.233 orang yang
menggunakan ganja setiap hari juga menunjukan hasil
yang sama. Mereka menunjukan lebih banyak perasaan
yang positif dan lebih sedikit keluhan yang berhubungan
dengan tubuh mereka dibandingkan dengan 310 orang
yang tidak mengkonsumsi ganja.
81

d. Insomnia
Pada tahun 1890, J.R Reynolds, dokter pribadi
Ratu Victoria, menyimpulkan tiga puluh tahun
pengalamannya bersama ganja dengan
merekomendasikannya untuk pasien-pasiennya yang
menderita senile insomnia atau insomnia karena faktor
usia.
Reynold mengatakan bahwa ganja adalah obat
yang paling efektif untuk mengatasi masalah tidur
dibandingkan semua obat lain. Penggunaannya selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tidak
mengakibatkan toleransi dan bertambahnya dosis.
Insomnia, atau penyakit sulit tidur, biasa diobati dengan
bermacam obat-obatan psikotropika, salah satunya
valium.
Penelitian modern menunjukkan bahwa tidur yang
dibantu cannabinoid tidak berbeda dari tidur yang dibantu
dengan hipnotis. Penelitian menunjukkan bahwa zat CBD
(cannabinoid) mempunyai efek lebih baik daripada THC
dalam membantu masalah sulit tidur. Sementara tidur
yang dibantu valium dapat menghambat atau
memperpendek tahapan bermimpi dalam tidur. Pada tahun
2005, tercatat 1.450-an kematian di Amerika Serikat yang
disebabkan oleh overdosis valium. Sedangkan
penggunaan ganja sama sekali tidak memiliki catatan
overdosis.
82

e. Asma
Asma adalah gejala kesulitan bernapas, dan
bersin-bersin yang disebabkan kejangnya saluran
pernapasan. Ini menyebabkan meningkatnya produksi
mokus (lendir) dan membengkaknya membran mukus.

Penyakit ini membunuh lebih dari 4.000 orang di


Amerika setiap tahunnya. Penelitian klinis menunjukkan
bahwa THC memiliki efek bronchodilator atau
memperlebar saluran bronkus, membuka sumbatan udara,
dan melancarkan pernapasan. Dalam sebuah studi yang
dimuat oleh American Review of Respiratory Disease
pada tahun 1975 dengan judul “Effect of Smoked
Marijuana in Experimentally Induced Asthma”,
disebutkan bahwa ganja dapat mengobati kondisi
hiperinflasi pada paru-paru dan asma yang dipicu oleh
kelelahan dalam waktu seketika.

Eksperimen untuk menguji efek anti-asma dari


THC atau ganja sudah dimulai sejak tahun 1970. Merokok
ganja atau dengan memakannya memiliki efek
bronchodilator yang sama dengan obat-obatan untuk
asma seperti salbutamol dan isoprenaline. Walaupun THC
pada ganja memiliki khasiat melegakan saluran
pernapasan pada gejala asma, memakainya dengan cara
dirokok tentunya memiliki resiko kesehatan tersendiri,
oleh karena itu ilmuwan kesehatan saat ini sedang
berusaha membuat alat pengisap semacam penghisap atau
83

vaporizer (penguap) zat THC untuk asma yang tidak


menggunakan proses pembakaran.

f. Diabetes
Ada dua jenis diabetes. Pada diabetes jenis
pertama, pankreas penderita tidak dapat memproduksi
insulin sama sekali dan bergantung pada suplai insulin
dari luar. Sedangkan pada jenis kedua, pankreas masih
dapat memproduksi insulin, namun jumlahnya tidak
cukup. Dalam jangka waktu yang panjang diabetes dapat
menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf,
pengerasan pembuluh darah arteri, serta berbagai
komplikasi lain yang pada akhirnya menyebabkan
kematian.
Beberapa studi menunjukkan bahwa cannabinoid
dapat membantu mengurangi gejala-gejala akibat
diabetes. Dalam sebuah studi yang diterbitkan Journal of
Auto immunity, injeksi 5 mg CBD setiap hari dapat
mengurangi insiden timbulnya diabetes pada tikus
percobaan.
Pada penelitian lainnya, ilmuwan menemukan
tikus yang tidak diberikan cannabidiol mengidap diabetes
rata-rata pada minggu ke-17, sementara mayoritas (60%)
tikus yang diberikan zat tersebut tidak mengidap diabetes
sampai minggu ke-26. Sementara pemberian CBD pada
penelitian yang diterbitkan American Journal of Patology
tahun 2006 menyatakan bahwa zat aktif pada ganja ini
secara signifikan mengurangi risiko tikus yang menderita
84

diabetes mengalami kekurangan oksigen pada mata


sehingga penyaring darah ke retina terurai, yang
meruoakan penyebab kebutaan utama pada penderita
diabetes
Kemudian pada studi tahun 2001 mengungkap
peran senyawa delta-9-THC dalam pengobatan diabetes.
THC ditemukan dapat mengurangi kemungkinan diabetes
pada tikus yang diberikan kadar glukosa lebih dalam
darahnya dan pengurangan insulin secara buatan,
dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi THC. (LGN
2019, 170)

D. Ganja Penyakit Sosial

Sesuatu mempunyai nilai positif dan negatif, termasuk


tanaman ganja. Ketika ada organisasi LGN yang terus
menyuarakan tentang manfaat dan nilai positif dari ganja. Ada
sebuah instansi langsung dibawah Presiden yang mengatakan
bahwa ganja memiliki nilai yang negatif, yaitu instansi Badan
Narkotika Nasional (BNN) yang percaya bahwa ganja merupakan
sebuah narkotika dan sangat merugikan bagi individu ataupun
sebuah negara jika ganja terus tumbuh dan berkembang. BNN
berpendapat bahwa ganja salah satu hal yang memunculkan
adanya penyakit sosial seperti dari beberapa aspek Ekonomi dan
Kesehatan.

Penyakit sosial adalah suatu peristiwa sebagai murni


dengan ukuran moralistik. Maka kemiskinan, kejahatan,
85

pelacuran, kecanduan, perjudian, dan tingkah laku yang berkaitan


dengan semua peristiwa tersebut dinyatakan sebagai gejala
penyakit sosial yang harus diberantas. Seperti yang dikatakan
oleh Dr. Edy dan Fiona yaitu narasumber memberikan pernyataan
terkait penyakit sosial berikut

1. Ekonomi
Ganja merupakan sesuatu hal yang berbahaya
menurut BNN, oleh karena itu selain mencoba
memberantas pertumbuhan dari tanaman tersebut BNN
memiliki peraturan bahwa seseorang yang mengonsumsi
ganja harus diberi hukuman sesuai Undang-Undang
seperti yang dijelaskan oleh Fiona;
“UU 112 isinya itu barang siapa yang memakai
memiliki dan menguasai tanaman golongan 1
minimal 4 tahun penjara. Nah berapa banyaknya
barang itu ada di MA, kalau misalnya ganja
minimalnya 5 gram. 5 gram ganja itu minimalnya
4 tahun penjara. Kalau lebih dari 5gram itu bisa
sampai hukuman mati. UU nomer 112 itu kan
pasalnya yang memakai memiliki dan menguasai,
apabila yang sudah mengedarkan atau menjadi
kurir itu tambah lagi dengan UU 114 yang isinya
ya mengedarkan itu. Nah kalau seperti ini kan
sudah double pasal.”(Fiona, Fasilitator
Rehabilitiasi BNN. 2019)
karena ganja merupakan salah satu jenis narkotika
dan merupakan golongan 1, ganja merupakan suatu
narkotika yang sangat merugikan bagi pertumbuhan
ekonomi seseorang ataupun sebuah negara. Seperti yang
dikatakan oleh Dr. Edy;
86

“Terutama kalau dilingkungan terdapat bandar


ganja di mana bandar itu justru mengendalikan
sistem perekonomian didaerahnya. Narkotika itu
menjadi suatu bisnis yang sangat menyangkut
dengannya, bisnis yang menyangkut terkait
permasalahan ekonomi di lingkungan sekitarnya.
Ribuan juta kalilipat keuntungannya.”(Dr. Edy,
Dokter Rehabilitasi BNN. 2019)
Jika ada satu bandar narkoba di daerah
pemukiman warga, akan sangat mengganggu sistem
ekonomi yang ada pada lingkungan masyarakat tersebut.
Bisnis yang dapat menguntungkan hasil besar namun
hanya kepada individu-individunya saja dan melalui
“pasar gelap” atau melanggar hukum. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan dari Fiona yang menjelaskan bahwa
ganja;

“Kalau ini termasuk dalam kerugian negara karena


kan orang yang menggunakan ganja yang direhab
itu menggunakan uang negara. Coba kalau tidak
ada yang direhab berartikan negara tidak harus
mengeluarkan uang untuk merehab. Kalau untuk
individunya sendiri tadi saya sudah bilang tidak
terlalu menimbilkan kerugian karena masih
terjangkaulah harga ganja itu. Belum lagi jika
orang yang sudah tertangkap kasus karena ganja
itu ekonominya rendah. Si pemakai tersebut akan
kehilangan pekerjaan dan meninggalkan
keluarganya sehingga keluarganya semakin rendah
tingkat ekonominya.”(Fiona, Fasilitator
Rehabilitasi BNN. 2019)
2. Medis
Di dalam dunia kesehatan selain manfaat ganja
yang sudah dijelaskan oleh LGN, ternyata ada dampak
87

kesehatan yang buruk disebabkan ganja tersebut. Seperti


yang dikatakan oleh Dr. Edy sebagai berikut;
“Di perkembangan ini hanya isu penelitian yang
belum valid bahkan diinternasionalpun jurnal-
jurnal internasional belum ada yang berani
mengklaim ganja dapat digunakan atau memiliki
manfaat cara medis yang sempurna. Nah obat-
obatan yang beredar saat ini legal itu panjang
proses penelitiannya baru bisa diproduksi. Pasti ini
efek sampingnya jelas dan dosis yang digunakan
juga jelas. Kemudian dampak jangka panjangnya
jelas itu baru boleh keluar izin legalnya. Percobaan
obat itu dilakukan dari mulai didalam leboratium
kemudian pada binatang percobaan dengan
penyakit, kemudian baru ke manusia normal
dengan penyakit. Nah ini panjang sekali proses
untuk menglegalkan obat. Dan ganja belum
sampai itu prosesnya. Untuk mendapatkan izinpun
harus ke menteri kesehatan, harus ada dasar
penelitian terdahulu dengan bukti dan tujuannya
jelas seperti apa.”(Dr. Edy, Dokter Rehabilitasi
BNN. 2019)
Dr. Edy membuat pernyataan bahwa ganja untuk
kesehatan medis hanya merupakan klaim-klaim saja yang
dilakukan oleh orang-orang yang selalu menyuarakan
bahwa ganja memiliki manfaat pada bidang medis seperti
LGN. Dan pernyataan bahwa ganja memiliki dampak
buruk bagi kesehatan ini juga diperkuat oleh Fiona dengan
menyebutkan bahwa;

“Iyaa, racun yang ditimbulkan oleh ganja itu kan


tadi THC, yang dimana racun THC ini merusak
syaraf di otak. Syaraf itukan diibaratkan seperti
komputer yaitu CPUnya semuanya diatur diotak.
Nah kalau sel syaraf diotak itu jika sudah rusak
88

tidak mudah untuk balik, tidak seperti sel-sel kulit,


misalkan sel kulit dia robek paling 2 minggu sudah
balik gitu ya. Tapi kalau sel syaraf itu sifatnya
irreversible tidak bisa kembali tidak bisa utuh
seperti semula. Jadi THC itu merusak sel syaraf,
nah kalau dimedis itu kita menyebutnya seperti
adiksi yaitu penyakit otak kronis ini berlangsung
lama dan tidak bisa sembuh hanya bisa pulih
dalam artian menjaga. Contohnya seperti penyakit
diabetes, ketika dia tidak makan-makanan yang
manis dia tidak akan kenapa-kenapa. Sangat
disayangkan kalau ada orang yang menggunakan
ganja itu syarafnya jadi terganggu, terganggu juga
gangguan emosionalnya, psikis, penyakit
kejiwaan. Kasian juga saya kalau sudah sampai
penyakit kejiwaan, lebih baik penyakit fisik
daripada kejiwaan, karena kan kalau penyakit fisik
itu bisa disembuhkan dengan kita pergi ke dokter.
Kalau penyakit kejiwaan itu kan ke psikiater.
Sebenarnya bisa sembuh sih cuman kan kasian
saya kalau ini kan sudah menyerang syaraf.
Kebanyakan masalah dengan ganja ini kan
berakhir juga dengan masalah kejiwaan. Nah ini
berdasarkan fakta seperti di LIDO yang aku
temui.”(Fiona, Fasilitator Rehabilitasi BNN. 2019)

E. Manfaat dan Kerugian menggunakan ganja menurut


perspektif LGN dan BNN

Ganja mempunyai sifat positif dan negatif, seperti halnya


ganja dapat menyebabkan manfaat ataupun kerugian bagi
individu ataupun lingkungan. Karena hingga saat ini ganja bagi
masyarakat Indonesia merupakan suatu hal yang tabu untuk
dibicarakan. Oleh karena itu Dhira dan Bara sebagai aktivis dari
Organisasi LGN mempunyai perspektif terkait manfaat dan
kerugian ganja sebagai berikut;
89

“Manfaatnya seperti yang tadi saya sudah jelaskan, bahwa


ganja itu banyak sekali efek baiknya untuk medis bisa
menyembuhkan beberapa penyakit dan sudah dibuktikan.
Ganja hemp create bisa untuk memenuhi kebutuhan
sandang dan papan. Ganja bisa juga sebagai bumbu
makanan dimana ganja bisa berfungsi dari segi pangan.
Kalo kerugiannya sih gaada, paling Cuma rugi kalo hanya
mengetahui informasi ganja sebatas narkoba doang di
Indonesia. karena pada dasarnya ganja itu luas kalo kita
mau paham literatur dari ganja tersebut.”(Dhira, Ketua
LGN. 2019.)

“Manfaatnya itu sebagai aset negara, bisa


membudidayakan ganja untuk kepentingan negara. Untuk
kepentingan kelompok atau untuk kepentingan instansi
tertentu. Dampak buruknya untuk ganja ya itulah kita
kurangnya edukasi.”(Umbara, Ketua Regional LGN.
2019)

Begitupun ganja menurut staff dan anggota dari BNN,


yaitu Dr. Edy dan Fiona yang mempunyai perspektif tentang
manfaat dan kerugian ganja disebutkan sebagai berikut.

“Ya itu saja sudah kita bahas tadi kalau manfaatnya hanya
sebatas klaim-klaim saja. Sementara kerugiannya sangat
banyak dirasakan oleh orang tersebut ataupun lingkungan
sekitarnya.”(Dr. Edy, Dokter Rehabilitasi BNN. 2019)
“Manfaat ganja itu saya belum tau ya, karena saya juga
kan bukan peneliti. Kalau menurut saya manfaat ganja itu
pembelajaran hidup ya saya bersyukur masih diberikan
sehat tidak seperti mereka yang sulit sekali untuk keluar
dari itu. Dan menyusahkan orang-orang
disekelilinginya.”(Fiona, Fasilitator Rehabilitasi BNN.
2019)
90

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang


telah dilakukan dan dikaitan dengan latar belakang masalah serta
teori yang ditulis pada Bab II. Setelah dilakukan penelitian dan
pengumpulan data di lapangan, baik melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi, maka peneliti memperoleh
data informasi dalam kaitannya dengan “Ganja: Antara
Kesejahteraan Sosial Dan Penyakit Sosial, Perbandingan Antara
LGN Dan BNN”. Peneliti memperoleh data selama penelitian
dengan analisis data yang di peroleh dari wawancara sehingga
dapat diuraikan dalam penyajian data.

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, fokus


penelitian ini untuk mengetahui persepi antara Lingkar Ganja
Nusantara dan Badan Narkotika Nasional tentang tanaman Ganja.

A. Persepsi Sosial
Menurut Heider (1958), persepsi sosial bersumber dari
dua kebutuhan, yaitu: (Rahman 2014, 74)

1. Memahami (need of cognition). Mempunyai kebutuhan


untuk memahami lingkungan, termasuk untuk memahami
kebutuhan orang-orang yang ada disekitar. Cacioppo dan
Petty (dalam Fiske dan Taylor, 1991) mengatakan bahwa
kita mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda dalam
memahami perilaku orang lain. Contoh individu yang
91

begitu menyukai dan menikmati aktivitas mencari,


menganalisis, dan menilai perilaku orang lain tidak mudah
percaya, suka berpikir, tidak mudah menilai, dan tidak
gampang dirayu. Informasi apapun diprosesnya secara
serius dan hati-hati.
2. Kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan (need of
control). Kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan.
Kebutuhan untuk mengendalikan tersebut berkaitan
dengan kebutuhan untuk memahami. Pemahaman
mengenai karakteristik dan motivasi orang lain, akan
membuat kita lebih mudah dalam memprediksi dan
menentukan apa yang sebaiknya kita lakukan. Contoh jika
berada dalam situasi yang tidak kita ketahui, kita akan
mengalami ketidaknyamanan dan kebingungan dalam
menentukan sikap dan perilaku yang paling tepat dan
tidak akan menimbulkan kesulitan. Kebingungan tersebut
sebagiannya bersumber dari ketidaktahuan dan
ketidakmampuan mengendalikan lingkungan yang ada di
sekitar kita. Oleh karena itu, kita kemudian melakukan
melakukan persepsi sosial sehingga lingkungan sosial
menjadi lebih bisa dipahami. (Rahman 2014, 75)

B. Ganja berdasarkan Persepsi LGN


Ganja di Indonesia menjadi hal yang sangat tabu untuk
dibicarakan, masyarakat masih memiliki spekulasi tentang ganja
berdasarkan sumber yang didapat dimana saja. Namun tidak
untuk Lingkar Ganja Nusantara (LGN) sebagai satu-satunya
92

organisasi yang mendukung penuh tentang Legalisasi Ganja dan


yang sangat sering berbicara tentang ganja terhadap masyarakat
di Indonesia. LGN menejelaskan bahwa ganja merupakan
tanaman yang saling berkesinambungan dengan peradaban
manusia sejak lama. Ganja merupakan pohon kehidupan, karena
ganja memiliki banyak manfaat bagi sekitarnya. Seperti kepada
manusia yang dapat dipercaya dapat menyembuhkan beberapa
penyakit. Atau kepada tumbuhan lainnya dengan cara melindungi
tumbuhan yang ada di sekitar tanaman ganja dari hama.
Ganja dipercaya oleh LGN berdasarkan sumber serta riset
yang dilakukan bahwa ganja memang sudah ada sejak ribuan
tahun lalu. Ganja dipergunakan sebagai bahan sandang, pangan,
serta papan. Dijelaskan oleh LGN bahwa ganja memiliki manfaat
bagi sandang seperti seratnya yang dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu bahan pembuat pakaian seperti baju dan sepatu.
Kemudian ganja yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan, LGN
menyatakan sangat jelas hingga saat ini di beberapa kebudayaan
daerah di Indonesia masih menggunakan ganja sebagai bumbu
masakan. Ketika hari-hari raya dari sebuah daerah dipercaya
bahwa adanya ganja sebagai salah satu bumbu pada menu
makanan yang disajikan. Manfaat ganja bagi kebutuhan papan,
LGN menjelaskan bahwa dalam penggunaan ganja sebagai salah
satu bahan kebutuhan papan itu disebut dengan istilah ”hemp
create” dimana ganja bisa menjadi salah satu bahan pembuatan
seperti tali temali, pembuatan tembok dengan cara pasir, semen,
dan kemudian dicampur dengan serat-serat dari ganja, sebagai
kanvas untuk melukis yang dipercaya bahwa sejarahnya bahwa
93

dulu bernama “cannivas” dan kemudian berevolusi menjadi


kanvas.
Persepsi ganja bagi kebutuhan medis yang diyakini oleh
LGN sangat berpengaruh kepada kesehatan bagi masyarakat.
Melalui risetnya, LGN merangkum hasil temuan yang
dilakukannya dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti
Diabetes dengan cannabinoid dapat mengurangi gejala-gejala
diabetes, injeksi 5 mg CBD setiap hari mengurangi insiden
timbulnya diabetes, Asma dengan THC memiliki efek
bronchodilator atau memperlebar saluran bronkus, membuka
sumbatan saluran udara, dan melancarkan pernapasan, Insomnia
bahwa zat CBD mempunyai efek lebih baik daripada THC dalam
membantu masalah sulit tidur, cannabinoid tidak berbeda dari
tidur yang dibantu dengan hipnotis.
Pada tahun 1976 Indonesia melarang penggunaan ganja
baik secara dikonsumsi ataupun hanya menanamnya saja.
Peraturan yang membuat ganja menjadi suatu tindak kriminal
dikarenakan ada hukuman jeruji ataupun rehabiitasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku membuat ganja menjadi suatu hal
kriminal ketika pemakaiannya, karena dapat menghilangkan
kesadaran serta membuat orang menjadi kecanduan. Namun LGN
berpendapat bahwa belum pernah ada kasus kriminal yang
disebabkan oleh individu ketika mengkonsumsi ganja, dan efek
yang ditimbulkan itu lebih disebut kepada efek “High” dimana
manusia seharusnya menemukan titik tenang mereka dan
menggunakan itu untuk merelaksasikan tubuh serta pikiran-
pikiran dari stress dan bukan sepenuhnya menghilangkan
94

kesadaran manusia secara total. LGN menyebutkan bahwa ada


hal yang lebih membuat kecanduan di dunia ini seperti gula, kopi,
dan rokok yang di dalamnya mempunyai kandungan zat adiktif.

LGN bertujuan melakukan riset agar ganja lebih di


pahami oleh masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang
bermanfaat dan memiliki tujuan untuk membuktikan bahwa ganja
mempunyai banyak manfaat untuk bisa dikembangkan di
Indonesia. Ganja bisa menjadi aset bagi negara Indonesia
contohnya seperti negara-negara lain yang sudah melegalisasikan
ganja. Hukum yang berlaku di Indonesia saat ini dinilai sangat
menutupi informasi terkait nilai-nilai positif dari tanaman ganja
yang membuat munculnya sebuah gerakan untuk mengedukasi
masyarakat mengungkap sisi-sisi positif yang sudah lama di
rahasiakan oleh beberapa pihak terkait.

C. Ganja berdasarkan persepsi BNN


Ketika berbicara terkait tanaman ganja di Indonesia
membuat masyarakat menjadi bingung, bingung karena
minimnya informasi terkait tanaman ganja yang ada. Tanaman
ganja merupakan salah satu jenis narkotika di Indonesia yang
termasuk ke dalam golongan satu dan hal tersebut bisa terjadi
dikarenakan adanya instansi langsung dari Presiden, yaitu Badan
Narkotika Nasional (BNN). Secara resmi BNN menyebutkan
bahwa ganja memiliki kandungan zat adiktif yang dapat
menghilangkan kesadaran seseorang ketika mengkonsumsinya
sehingga masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki
ketakutan terhadap ganja. Hal tersebut yang membuat ganja
95

menjadi salah satu jenis narkotika dan informasi terkait tanaman


ganja pada masyarakat Indonesia hanya sebatas bahwa ganja
adalah salah satu jenis narkotika dan penggunaan ganja di
Indonesia baik secara di konsumsi atau dimanfaatkan menjadi
perbuatan yang ilegal dan dapat dikenakan pasal UU 112 isinya
itu barang siapa yang memakai memiliki dan menguasai tanaman
golongan 1 minimal 4 tahun penjara.
Rehabilitasi dipergunakan kepada pemakai ganja yang
sudah dikategorikan sebagai pecandu aktif, karena pada tanaman
ganja tersebut terdapat zat adiktif yang membuat seseorang
menjadi ketergantungan ketika sekali mencoba mengkonsumsi
ganja. BNN berdasarkan bukti yang sudah di dapat bahwa
pemakai ganja sangat merugikan ekonomi di sekitarnya, pasalnya
ketika pemakai ganja itu ditangkap oleh pihak yang berwajib dan
kemudian di rehabilitasi itu akan merugikan uang negara dan
ekonomi keluarga jadi terganggu karena berhentinya penghasilan
yang didapat ketika sedang menjalani proses. Ataupun semisal
pemakai tersebut adalah pelajar, mengganggu ekonomi karena
akan kecanduan ketika mengkonsumsi ganja dan bisa
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan membeli
ganja tersebut. Bagi bandar ganja sendiri pun dapat
mengendalikan ekonomi di sekitarnya, karena ganja itu
keuntungannya berkali lipat ketika dapat menguasi pasar gelap di
lingkungan sekitar.
Di dalam dunia medis pun ganja sangat merugikan bagi
pemakainya, dikarenakan racun yang ditimbulkan oleh THC yang
dapat merusak otak ketika seseorang sedang mengkonsumsinya.
96

Menurut BNN ketika otak yang sudah rusak tersebut tidak dapat
untuk dikembalikan hanya bisa untuk dipulihkan namun tidak
akan dapat kembali normal seperti biasanya. BNN berpendapat
bahwa apapun jenis ganja itu tidak dapat menyembuhkan
penyakit, BNN percaya data tersebut belum valid dikarenakan
dosis yang ada pada ganja sangat tidak jelas dan ketidak jelasan
tersebutlah yang membuat ganja menjadi ilegal dikarenakan
konsumsi yang belum jelas takarannya. Baik itu takaran untuk
anak dibawah umur, dewasa, maupun orang tua. Hal ini
dikarenakan tidak adanya penelitian oleh intansi terkait yang
berwenang sehingga mengakibatkan asumsi-asumsi praduga yang
menyebabkan kepastiannya belum dapat dipastikan.
Berdasarkan Organisasi Kesehatan Internasional (WHO)
menyebutkan bahwa ganja termasuk ke dalam kategori golongan
1 narkotika dimana sampai saat ini tidak atau belum disetujui
penggunaannya untuk kepentingan secara medis maupun
konsumsi, ganja diperbolehkan hanya sebatas penelitian.
Indonesia merupakan negara hukum oleh karena itu sesuai
dengan pasal yang tertera, yaitu pasal 112 yang menjadi pedoman
bagi siapapun yang mengkonsumsi atau menggunakan narkotika
golongan jenis 1 merupakan sebuah tindak kriminal dan akan
dikenakan hukuman. BNN saat ini menganggap ganja merupakan
sebuah hal yang negatif berdasarkan bukti pengguna ganja yang
mengalami kerugian baik secara fisik ataupun materi.
97

D. Kognisi-Tingkah Laku
Teori kognitif adalah bagian dari pengembangan teori dan
terapi tingkah laku, yang akhir-akhir ini dibangun oleh teori
belajar sosial. Ia juga tumbuh menjadi pengembangan terapeutik.
Teori kognitif berpendapat bahwa tingkah laku dapat dipengaruhi
oleh persepsi atau interpretasi terhadap lingkungan selama proses
belajar. Jika tingkah lakunya tidak sesuai maka bisa dipastikan
karena salah dalam mempersepsi dan menginterpretasi
lingkungan (Fuaida 2011, 40).

Dalam mempresepsi ganja, LGN yang melihat ganja dari


segi positif dan mempunyai banyak manfaat sedangkan BNN
berpresepsi sebaliknya dengan melihat sisi negatif dari ganja
yang akan merugikan bagi penggunanya. Oleh karena itu dalam
bertingkah laku ketika ada individu mengkonsumsi ganja LGN
berasumsi bahwa terdapat tiga jenis golongan, yaitu pemakai
diusia dini, pemakai diusia remaja, pemakai diusia dewasa dan
kebutuhan pemakaian ganja tersebut. Berbeda dengan LGN,
BNN berpendapat bahwa tingkah laku seseorang ketika
menggunakan ganja akan mengalami gangguan perasaan,
perilaku, pola pikir atau tindakan yang berasal dari efeknya
seperti halusinogen.

E. Lingkar Ganja Nusantara (LGN)


Tingkah laku seorang individu ketika menggunakan ganja
terbagi dari tiga golongan, usia dini, usia remaja, dan usia
dewasa. Ketiga golongan tersebut memakai ganja dan sangat
berpengaruh terhadap tingkah laku, karena pemakai ganja
98

dibawah usia 21 tahun itu berpengaruh terhadap otak. Jadi diusia


dini itu adalah disaat pemakai ganja tidak dapat mengontrol
pikirannya sehingga menyebabkan lebih sering tidak sadarkan
diri saat bertingkah laku. Saat tubuh merasa malas, pada saat usia
dini itu belum bisa untuk melawannya. Kemudian pemakaian
diusia remaja itu lebih bisa untuk menemukan diri sendiri,
melainkan dapat mengontrol tingkah laku ketika berada dalam
efek memakai ganja. Ketika seorang memakai ganja dan lebih
memilih untuk bermalas-malasan dan tidak digunakan untuk hal
yang kreatif, usia remaja ini akan mengikuti kemana perasaan
seseorang tersebut. Untuk pemakaian pada saat usia dewasa ini
sifatnya untuk rileks dari rutinitas. Sehingga pada saat usia
dewasa ini lebih memanfaatkan efek ganja sebagai kebutuhan dan
untuk merelaksasikan diri. Lebih sadar dan lebih terkontrol dalam
bertingkah laku.

LGN merasa di Indonesia itu memiliki kerugian dari ganja


melainkan kurangnya edukasi terhadap tanaman ganja kepada
masyarakat. Hal tersebut yang membuat LGN ada dan bergerak
dalam bertujuan untuk mengungkap rahasia terkait tanaman ganja
yang selama ini sudah di tutup-tutupi. Oleh karena itu LGN
merekrut serta menscreaning anggota-anggota baru untuk
menyebarluaskan informasi terkait tanaman ganja. Serta ketika
berada di LGN tidak boleh terlibat dengan pasar gelap, karena
memang tujuan dari LGN adalah untuk meriset, mencari
informasi tentang tanaman ganja dan kemudian mengedukasinya
kepada masyarakat.
99

F. Badan Narkotika Nasional (BNN)


Tingkah laku pengguna ganja memiliki gangguan
perasaan, perilaku, pola pikir atau dalam bertindak. Efeknya
memiliki sifat yang halusinogen dan juga depressan. Halusinogen
itu menyebabkan halusinasi kepada pengguna dan depressan itu
menenangkan sistem syaraf. Pengguna ganja itu memiliki sifat
malas dan dapat memicu kecemasan jika halusinasinya kearah
yang paranoid. Jika halusinasi pemakai ganja dalam keadaan
yang tidak baik maka akan menyebabkan tingkah laku yang
cemas. Ketika menggunakan ganja, perasaan hati seseorang juga
sangat berpengaruh dalam menciptakan halusinasinya.

Efek intoksidasi ganja, efek ini dapat menghilangkan


kesadaran seorang pemakai ganja yang menyebabkan tidak dapat
beradaptasi dengan baik ketika berada di lingkungan sosial. Efek
ganja dapat menimbulkan pertengkaran dikarenakan sifat
halusinogen ketika dalam lingkungan sosialnya dapat merubah
perasaan, tidak fokus dan mudah emosi. Terintoksidasi ganja itu
dapat berpengaruh dalam lingkungan sosialnya. Efek ganja sangat
berpengaruh terhadap otak, dapat mengganggu syaraf-syaraf yang
ada di otak. Seperti efek dari pemakaian ganja yang dapat
merubah tingkah laku menjadi lebih emosional, gampang lupa,
atau pun membuat lemah otak sehingga membuat seseorang
berpikir sangat lambat.

BNN berpendapat manfaat dalam ganja mungkin ada dan


tidak beranggapan bahwa suatu zat itu tidak ada positifnya. Yang
perlu diketahui bahwa dosis dalam ganja ini untuk meghasilkan
100

manfaat itu berapa takaran penggunaannya dan apakah


dampaknyapun sama atau ternyata berbeda-beda terhadap
individu. Memiliki informasi yang seimbang terkait nilai positif
dan negatif. Untuk saat ini tugas BNN untuk memberantas
narkotika yang ada di Indonesia, dan ganja termasuk kedalam
jenis narkotika tersebut. Sesuai dengan hukum di Indonesia setiap
individu pengguna ganja berhak dikenakan pasal 112 dan
kerugian yang sangat besar akan dialami bagi pengguna ganja
dari berbagai aspek seperti ekonomi, medis, atau pun efek relasi
kepada lingkungannya.

G. Perbandingan Persepsi Antara Lingkar Ganja Nusantara


(LGN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Perbandingan ganja tentang manfaat dan kerugiannya


berdasarkan informasi yang di dapat oleh hasil kesimpulan dari
wawancara bersama pihak Lingkar Ganja Nusantara (LGN), yaitu
Dhira Narayana sebagai Ketua dan Umbaran Fathilah Kencana
sebagai Ketua Regional. Dan dari pihak Badan Narkotika
Nasional Kota Tangerang Selatan (BNNK), yaitu Dr. Edi
Kurniawan sebagai Dokter Kasi Rehabilitasi dan Fiona Indah
Fitriana, S.Kom. sebagai Fasilitator Rehabilitasi. Dan hasilnya
sebagai berikut;
101

Tabel 5.1

Perbandingan pendapat tentang ganja

Indikator Lingkar Ganja Nusantara Badan Narkotika


(LGN) Nasional (BNN)
Ganja  Pohon Kehidupan  Tanaman
 Aset  Narkotika
 Bermanfaat bagi  Zat Psikoaktif
manusia
Ekonomi  Hemp  Kecanduan
Ganja merupakan salah mengkonsumsi ganja
satu material bagi dapat menyebabkan
kebutuhan manusia. kondisi ekonomi
Contoh, serat ganja seseorang menurun.
dapat dimanfaatkan  Menguasai pasar
menjadi salah satu gelap di lingkungan
bahan material sekitar ketika terdapat
pembuatan baju. bandar.
Ataupun menjadi salah  Mengkonsumsi ganja
satu bahan untuk melanggar aturan
penyedap makanan. hukum di Indonesia,
 Membangun ekonomi sehingga ketika
dengan memanfaatkan pemakai ganja
tanaman ganja untuk dikenakan hukuman
kebutuhan manusia pidana dan akan
dengan menciptakan dikenakan denda
lapangan pekerjaan. dengan nominal
relatif.
Medis  Ganja dapat  Menghilangkan
102

menyembuhkan Kesadaran ketika


beberapa penyakit mengkonsumsinya
menurut beberapa riset.  Menjadi kecanduan
Seperti, Diabetes, untuk
Depresi, Glaukoma, mengkonsumsinya
Asma, Insomnia, dan  ketika dikeringkan
Epilepsi. Pernyataan kemudian dibakar itu
tentang ganja medis ini akan muncul racun
juga diperkuat dengan yang namanya THC,
adanya buku Hikayat adalah zat yang
Pohon Ganja yang mempengaruhi syaraf,
dibuat oleh LGN nah itu yang
dengan mengumpulkan disalahgunakan oleh
berbagai riset dan jurnal sebagian masyarakat
menjadi satu buah buku. Indonesia. Dan
membuat otak
manusia menjadi
lemah atau terganggu.
Lingkungan  Ketika berada di  Lingkungan sosial
Sosial lingkungan ganja dapat yang tercemar dengan
membuat seseorang adanya ganja. Yang
menjadi kreatif dan dapat menyebabkan
mudah bersosialisasi lingkungan tersebut
dengan kondisi menjadi lingkungan
perasaan/mood yang pecandu.
baik.  Merubah perasaan
 Menjadi pribadi yang seseorang ketika
tenang ketika menggunakan ganja.
mengkonsumsi ganja Bahkan dapat
103

menyebabkan
halusinogen dan
menjadi lebih sensitif
perasaan seseorang
yang mengkonsumsi
ganja. Dan hal ini
dapat menyebabkan
kesalahpahaman
ketika berada di
lingkungan sosial.
 Ketika mengkonsumsi
ganja dan tidak sadar.
Ganja akan membuat
seseorang menjadi
kriminalitas, seperti
mencuri dan lainnya.

H. Persepsi Islam Tentang Tanaman Ganja


a. Al-Qur‟an. Surat Al-Hud‟: 6

‫ٱَّللِ ِر أزقُ َها َويَ أعلَ ُم ُم أ‬


‫ستَقَ َّرهَا‬ َّ ‫ض إِ ََّّل َعلَى‬ِ ‫َو َما ِمن َدآبَّ ٍة فِى أٱْلَ أر‬
‫ين‬
ٍ ‫ب ُّم ِب‬ ٍ َ‫ست أَى َد َع َها ۚ ُك ٌّل فِى ِك َٰت‬
‫َو ُم أ‬

“Dan tidak ada satu pun mahluk bergerak (bernyawa) di


bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia
mengetahui tempat kediamannya dan tempat
penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang
nyata (Lauh Mahfuz)”. (Qs. Al-Hud‟: 6).
104

‫ َو َما ِمن َدآبَّ ٍة‬: dan tidak ada satupun mahluk bergerak
(bernyawa)

ِ ‫فِى أٱْلَ أر‬


‫ض‬ : di bumi
َّ ‫إِ ََّّل َعلَى‬
ِ‫ٱَّلل‬ : melainkan Allah (yang menjamin)
‫ِر أزقُ َها‬ : rezekinya
‫َويَ أعلَ ُم‬ : Dia mengetahui
‫ستَقَ َّرهَا‬ ‫ُم أ‬ : tempat kediamannya
ۚ ‫ست أَى َد َع َها‬
‫ َو ُم أ‬: dan tempat penyimpanannya
‫ُك ٌّل‬ : semua
‫ب‬ٍ َ‫فِى ِك َٰت‬ : (tertulis) dalam Kitab
‫ين‬
ٍ ِ‫ُّمب‬ : yang nyata (Lauh Mahfuz)

Pada ayat ini menjelaskan Sesungguhnya Allah telah


menjamin rezeki semua makhluk yang berjalan di atas permukaan
bumi, sebagai bentuk karunia dariNya, dan Dia mengetahui
tempat tinggalnya saat hidup dan setelah matinya, dan
mengetahui tempat dimana ia akan mati. Semua itu sudah tertulis
di satu kitab di sisi Allah yang sudah menerangkan semua itu.

Dan bagian dari keluasan ilmu, kesempurnaan kuasa, dan


pehatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya; Allah menjamin setiap
makhluk yang ada di muka bumi, Dia memberinya rezeki,
mengetahui dimana ia tinggal selama hidupnya, baik itu di
sarang, liang, atau gua-gua; dan Allah mengetahui tempat ia nanti
105

setelah mati. Semua ini tertulis dalam lauhul mahfudz yang


mencatat segala hal kecil dan besar

Setiap mahluk sudah ditentukan rezekinya, dan mereka


harus mendapatkannya. "Dan tidak ada suatu binatang melata pun
di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya" ; bahkan
apa yang ia makan dari sesuatu yang haram pun masuk dalam
kategori rezeki ini! sebagaimana orang-orang kafir mendapatkan
rezeki mereka dan terkadang apa yang mereka dapat karena
perantara yang haram namun mereka diberikan rezeki yang baik,
adapun orang-orang bertaqwa Allah beri mereka rezeki dari arah
yang mereka tidak sangka, namun jatah yang mereka terima
bukan dari arah yang haram dan tidak pula dari sumber yang
kotor. (Tafsir QS. Al‟Hud‟ (11): 6. (tanggal 07 September 2020.
Pukul 00.00 melalui web www.tafsirweb.com ).

b. Hadist Riwayat Muslim No.2003


َ ُ َ ُ
‫ك ُّل ُم ْس ِك ٍر خ ْم ٌر َوك ُّل خ ْم ٍر َح َرام‬
“Setiap yang memabukkan adalah khomr dan setiap
khomr adalah haram.”(H.R Muslim No.2003 dari Hadits
Ibnu Umar, Bab Bayanu anna kulla muskirin khomr wa
anna kulla khomr harom, Abu Daud, No.3679)
ُ
ٌ‫ك ُّل‬ = setiap

‫ُم ْس ِك ٌٍر‬ = memabukkan


َ
‫خ ْم ٌر‬ ٌ = khomr
ُ
ٌُّ ‫َوك‬
‫ل‬ = dan setiap
106

َ
‫خ ْمر‬ = khomr

‫َح َرام‬ = haram

Sayyidina Umar bin Al-Khattab r.a. telah menjelaskan


tentang makna khomr, yakni “Sesuatu yang dapat menutupi dan
mengahalangi akal (untuk berpikir dengan jernih atau sadar)”.
Para sahabat Nabi saw. pun telah menyepakati penjelasan (makna
khomr) ini, keharaman khomr atau minuman keras, serta sebab
keharamannya adalah dapat memabukkan. Ganja di nilai
memiliki kesamaan efek seperti khomr yaitu dapat
menghilangkan akal atau kesadaran. Oleh karena itu ganja
termasuk kedalam golongan yang memabukkan. (Hadist Riwayat
Muslim, diakses melalui https://bincangsyariah.com/ubudiyah/dalil-
keharaman-minuman-keras-dalam-al-quran-dan-hadis/ pada tanggal 13
Maret 2020, Pukul 16.20).
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi Lingkar Ganja Nusantara (LGN) dan Badan


Narkotika Nasional (BNN) tentang ganja adalah:
Lingkar Ganja Nusantara (LGN) mempunyai
persepi bahwa ganja merupakan pohon kehidupan yang
ada sejak dahulu kala dan berhubungan dalam peradaban
manusia hingga saat ini. Ganja mempunyai banyak
manfaat bagi manusia dalam segi ekonomi, medis,
sandang, pangan, dan papan serta dapat dipercaya dapat
meningkatkan kualitas sebuah negara jika
pemanfaatannya digunakan secara benar. Pada umumnya
terdapat tiga jenis ganja, yaitu ganja jenis sativa, indica,
dan ruderalis yang mempunyai kadar zat yang berbeda.
Badan Narkotika Nasioal (BNN) mempunyai
persepsi bahwa ganja adalah sebuah jenis narkotika
golongan 1, merupakan tanaman yang tumbuh secara
alami dan tanpa dibuat-buat seperti narkotika jenis
lainnya. Namun pada dasarnya narkotika golongan 1
hanya diperbolehkan untuk penelitian saja, memiliki
ataupun menggunakannya dilarang dan akan dikenakan
hukuman pidana selama 4 tahun, seperti yang tertera pada
pasal 112 KUHP. Pemakaian ganja itu dapat

107
108

menghilangkan kesadaran dan membuat pemakainya


dapat bertindak kriminal ketika berada dalam pengaruh
ganja.

2. Manfaat dan kerugian ganja yang dapat


menyebabkan terwujudnya kesejahteraan sosial dan
menghindari penyakit sosial.

Ganja merupakan sebuah aset bagi ekonomi


negara dikarenakan dapat menunjang kualitas disebuah
negara. Dengan pemanfaatan ganja dari bidang eksport
dan import ataupun untuk mengurangi angka
pengangguran di suatu negara. Untuk bidang medis, dari
berbagai riset ganja dapat menyembuhkan ataupun
mencegah beberapa penyakit. Ganja pun dapat
dimanfaatkan dari segi sandang yang seratnya dapat
dimanfaatkan untuk pakaian, pangan untuk bumbu sebuah
makanan, serta papan sebagai salah satu bahan material
untuk kebutuhan properti.

Namun ganja juga dapat merugikan sebuah


negara, seperti saat ini di Indonesia hukum ganja yang
masuk kedalam golongan narkotika jenis 1 yang membuat
memakai, memiliki, serta mengedarkan menjadi sebuah
tindak kriminal. Peredaran ganja yang tidak terkendali di
Indonesia mengakibatkan tingginya tindak pidana kasus
ganja dan membuat anggaran negara semakin bertambah
untuk memenuhi kebutuhan narapidana yang ada di dalam
109

penjara. Selain itu, ganja juga dapat merugikan keluarga


pengguna ketika pengguna ganja tersebut merupakan
seseorang yang menafkahi keluarganya sehingga
terhentinya perekonomian dalam sebuah keluarga.

BNN menilai bahwa ganja dari segi medis dapat


menghilangkan kesadaraan seseorang ketika sedang
menggunakannya yang dikarenakan dosis yang masih
belum jelas untuk dikonsumsi. Dapat merusak syaraf otak
sehingga membuat seseorang menjadi lambat berpikir,
berhalusinasi, dan membuat perasaan menjadi tidak
menentu. Hal tersebut pun dapat memicu tindak kriminal
ataupun berselisih paham dengan lingkungan sosial.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, terdapat saran yang akan peneliti berikan untuk Lingkar
Ganja Nusantara (LGN) dan Badan Narkotika Nasional (BNN)
serta untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Lingkar Ganja Nusantara (LGN)


Peneliti berharap agar LGN dapat meriset ganja
lebih mendalam dan meluas ke berbagai aspek lainnya.
Serta LGN lebih giat dalam mengedukasi masyarakat di
Indonesia mengenai ganja terkait sisi positif dan sisi
negatifnya. Peneliti berharap agar LGN lebih dapat benar-
benar membuktikan kepada masyarakat mengenai riset
yang sedang dilakukan.
110

2. Badan Narkotika Nasional (BNN)


Peneliti berharap agar BNN tidak menutup mata
untuk informasi mengenai manfaat ganja. Karena tidak
ada salahnya jika manfaat ganja terbukti dapat menaikan
kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Peneliti berharap
agar BNN segera melakukan riset mengenai ganja untuk
membuktikan manfaat dan negatifnya agar tidak
menimbulkan asumsi-asumsi liar yang beredar oleh
masyarakat saat ini. Tidak ada salahnya BNN melibatkan
atau bekerja sama dengan pihak lainnya agar dapat
melakukan penelitian dengan lebih baik dan mendapatkan
yang maksimal.

3. Penelitian Selanjutnya
Peneliti berharap untuk penelitian sejanjutnya
dapat lebih mendalam terkait aspek-aspek lainnya yang
belum terungkap mengenai ganja. Penelitian selanjutnya
juga diharapkan mampu untuk lebih mengedukasi
mengenai nilai positif dan negatif selanjutnya yang belum
ada penelitiannya sampai saat ini sehingga dapat
bermanfaat bagi masyarakat maupun akademisi dan
praktisi.
111

C. Implikasi

Hasil dari penelitian ini tentu mempunyai manfaat untuk


akademis kedepannya, maka hasil dari implikasi tersebut ialah:

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi


referensi bacaan, menambah wawasan baru, dan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
keilmuan studi kesejahteraan sosial terutama dalam
pengetahuan tentang ganja. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan menjadi bahan rujukan atau
pembanding bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan


pengetahuan tentang manfaat dan kerugian dari
tanaman ganja. Serta efek positif dan negatif ketika
menggunakan ganja.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Aristedes Julian. 2018. Alegori 420. Yogyakarta: Vice Versa


Books.

Abdul Khaliq. 2017. Dunia Dalam Ganja. Yogyakarta: Penerbit


Jalan Baru dan Penerbit Katalika.

BNN. 2007. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia


Dini. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia

Bugin, Burhan. 2013. Analisis Data dan Penelitian Kualitatif.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet ke 2.

Dr. Agus Abdul Rahman. 2014. Psikologi Sosial. Jakarta,


Rajawali Pers.

Dr. Kartini Kartono. 2014. Patologi Sosial – Jilid 1. Jakarta,


Rajawali Pers.

Dr. Kartini Kartono. 1997. Patologi Sosial 3. Jakarta, PT Raja


Grafindo Persada.

Dr. Kartini Kartono. 2007. Patologi Sosial – Jilid 1. Jakarta, PT


Raja Grafindo Persada.

Dr. Agus Abdul Rahman. 2014. Psikologi Sosial. Jakarta,


Rajawali Pers.

Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan


Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

112
113

Fuaida, Siti Napsiyah Ariefzzuman dan Lisma Diawati. 2011.


Belajar Teori Pekerja Sosial. Jakarta: Lembaga UIN
Syarief Hidayatullah.

Isbandi Rukminto Adi. 2013. Kesejahteraan Sosial. Jakarta,


Rajawali Pers.

Mahmood T, Akhtar N dan Khan BA. 2010. "The Morphologi,


Characteristics, And Medicinal Properties Of Camellia
Sinesis Tea.". J Med Plans Res//JMPR 10.010.

Lingkar Ganja Nusantara. 2013. Kriminalisasi Ganja.


Yogyakarta: Indie Book Corner.

Moeloeng, J Lexy. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Moeloeng, J Lexy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. 2008. Penelitian


Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabeta , cet ke 5.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.

Tim LGN. 2019. Hikayat Pohon Ganja. Jakarta Selatan:


Perkumpulan Lingkar Ganja Nusantara.

W. Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.


114

Sumber Website:

https://tafsirweb.com/3498-quran-surat-hud-ayat-6.html

https://www.dw.com/id/menuju-jalan-panjang-pelegalan-
mariyuana-di-indonesia/a-44566925

https://www.google.co.id/url-Hemp-Seed-Oil-Cold-Pressed-
Cannabis-Sativa-Oil

https://www.google.co.id/url_indica

https://www.google.co.id/imgurl-leaf.jpg

http://www.lgn.or.id

https://regional.kompas.com/read/2017/04/04/16352471/akhir.per
juangan.fidelis.merawat.sang.istri.dengan.ganja.bagian.2.?page=3

https://icjr.or.id/kasus-fidelis-icjr-sampaikan-pendapat-hukum-
kepada-pn-sanggau/
115

LAMPIRAN
116

LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Ketua Lingkar Ganja Nusantara (LGN)

1. Bagaimana pandangan LGN terhadap ganja?


2. Bagaimana LGN membangun argument tentang
manfaat ganja kepada masyarakat?
3. Adakah keterkaitan antara ganja dengan
kesejahteraan sosial menyangkut kedalam ekonomi,
kesehatan dan ruang lingkup sosial?
4. Apakah LGN mengedukasi masyarakat terkait ganja?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan LGN untuk
menginformasikan kepada masyarakat bahwa ganja
itu memiliki manfaat?
6. Bagaimana LGN menangapi stigma negatif terhadap
ganja?
7. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?
8. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di
lingkungan sosial?
9. Apakah ganja dapat membuat seseorang menjadi
kriminalitas?
10. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan
ganja?
11. Manfaat dan Kerugian ganja?
117

Ketua Divisi Regional Lingkar Ganja Nusantara

1. Bagaimana pandangan LGN terhadap ganja?


2. Bagaimana LGN membangun argument tentang
manfaat ganja kepada masyarakat?
3. Adakah keterkaitan antara ganja dengan
kesejahteraan sosial menyangkut kedalam ekonomi,
kesehatan dan ruang lingkup sosial?
4. Apakah LGN mengedukasi masyarakat terkait ganja?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan LGN untuk
menginformasikan kepada masyarakat bahwa ganja
itu memiliki manfaat?
6. Bagaimana LGN menangapi stigma negatif terhadap
ganja?
7. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?
8. Apabila seseorang menggunakan ganja dari usia dini
kemudian memakai lagi sampai ke usia remaja dan
dewasa itu, apakah ada perubahan?
9. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di
lingkungan sosial?
10. Apakah ganja dapat membuat seseorang menjadi
kriminalitas?
11. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan
ganja?
12. Manfaat dan Kerugian ganja?
13. Apakah perspektif orang lain atau lingkungan dapat
mempengaruhi orang lain yang sebelumnya belum
memakai ganja ?
118

Dokter Pertama Divisi Kasi Rehabilitasi


1. Bagaimana pandangan BNN terhadap ganja itu
sendiri?
2. Bagamaina BNN membangun argumen tentang
kerugian memakai ganja?
3. Apakah BNN mengedukasi masyarakat terkait ganja?
4. Menurut pandangan BNN, adakah keterkaitan ganja
dengan penyakit sosial?
5. Bagaimana BNN menaggapi isu-isu bahwa ganja
dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang
medis?
6. Bagaimana upaya yang dilakukan BNN dalam
menanggapi stigma positif yang ada dalam ganja?
7. Adakah keterkaitan antara ganja dengan penyakit
sosial menyangkut kedalam ekonomi, kesehatan dan
ruang lingkup sosial?
8. Apakah ganja dapat memberikan dampak
kriminalisasi bagi penggunanya?
9. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?
10. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di
lingkungan sosial?
11. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan
ganja?
12. Manfaat dan Kerugian ganja?
13. Apakah ada kasus dalam penggunaan ganja dapat
menyebabkan tewas karena overdosis ?
119

Fasilitator Rehabilitasi Divisi Kasi Rehabilitasi

1. Bagaimana pandangan BNN terhadap ganja itu


sendiri?
2. Bagamaina BNN membangun argumen tentang
kerugian memakai ganja?
3. Apakah BNN mengedukasi masyarakat terkait ganja?
4. Menurut pandangan BNN, adakah keterkaitan ganja
dengan penyakit sosial?
5. Bagaimana BNN menaggapi isu-isu bahwa ganja
dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang
medis?
6. Bagaimana upaya yang dilakukan BNN dalam
menanggapi stigma positif yang ada dalam ganja?
7. Adakah keterkaitan antara ganja dengan penyakit
sosial menyangkut kedalam ekonomi, kesehatan dan
ruang lingkup sosial?
8. Apakah ganja dapat memberikan dampak
kriminalisasi bagi penggunanya?
9. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?
10. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan
ganja?
11. Manfaat dan Kerugian ganja?
12. Kenapa ganja digolongkan dalam golongan 1 ?
13. Menurut BNN, apakah perspektif orang lain terhadap
ganja dapat mempengaruhi orang lain juga yang tidak
menggunakan ganja?
14. Bagaimana peraturan ganja di Indonesia ?
120

15. Bagaimana caranya untuk direhabilitasi dalam BNN?


16. Berapa lamakah proses rehabilitasi ?
17. Contoh kasus dari efek negatif ganja?
121

TRANSKIP WAWANCARA TERKAIT GANJA,


ANTARA KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN
PENYAKIT SOSIAL. PERBANDINGAN ANTARA
LINGKAR GANJA NUSANTARA DAN BADAN
NARKOTIKA NASIONAL

Nama : Dhira Narayana

Jabatan : Ketua Lingkar Ganja Nusantara

Topik Wawancara : Perspektif Ganja dan Manfaat dari


Ganja

1. Bagaimana pandangan LGN terhadap ganja?


Pohon Kehidupan. Tanaman kehidupan yang merupakan
suatu anugerha karena lebih tua dari peradaban manusia
yang sakral, dimana tanaman ini telah memberi banyak
warna pada peradaban dan kebudayaan manusia.
Tanaman yang secara tidak sadar bisa disebut mengambil
tempat juga dalam sejarah manusia dari tanaman yang
membantu manusia dan manusia yang memanfaatkan
tanaman, saling berkesinambungan. Tanaman yang
banyak memiliki manfaat tapi telah dikriminalisasikan
oleh hukum-hukum yang dibuat sejak tahun 1972.
122

2. Bagaimana LGN membangun argument tentang


manfaat ganja kepada masyarakat?
Melalui riset atau pun jurnal. Yaa paling itu awalnya kita
membaca melalui artikel-artikel ataupun jurnal-jurnal
sampai akhirnya terbentuk LGN dan dalam team tersebut
baru kita mulai mengetahui ganja lebih dalam melalui
riset. Selain riset kebudayaan Indonesia, kami team LGN
juga sudah meriset ke beberapa negara lainnya, seperti
USA, Malaysia, Thailand, dan lain sebagainya.

3. Adakah keterkaitan antara ganja dengan


kesejahteraan sosial menyangkut kedalam ekonomi,
kesehatan dan ruang lingkup sosial?
Ada banget, nih misalnya ganja untuk medis yaitu,
kebudayaan lokal, contohnya diabetes, kita dikasih
ramuan yang dibuat dari akar rebusan ganja. Ada seorang
nenek yang tinggal di bone sulawesi selatan sakit diabetes
parah yang hanya rebahan aja di kasur. Akhirnya nenek
tersebut dikasih akar rebusan ganja 3- 7 hari akhirnya si
nenek tersebut bisa ke kamar mandi sendiri. nah mungkin
untuk orang yang sakit, ganja ini bisa meredakan rasa
sakit, bisa pula untuk relaksasi agar tidak membuat otak
semakin stress memikirkan penyakitnya. Nah..
Ganja untuk ekonomi atau biasa disebut hemp, yaitu
mengolah ganja untuk memproduksi sesuatu seperti ganja
menjadi dari sekeliling aja dulu nih yaa, disini ada hemp
plastik, pada zaman dulu awal-awal mobil ford bodynya
123

dibuat dari serat ganja. Tembok, ada istilah hemp create


yang dibuat dari serat batang ganja dicampur pasir dan
semen bisa jadi tembok. Kain, pada dinasti china para
pejabat itu bajunya dibuat dari hemp, serat ganja. Nah
kalo warga biasanya pada saat itu bahan dari kapas.
Kanvas, media buat melukis, akar katanya dari canevas
dan mundur lagi itu dari cannabis. Makanan, biji-bijinya
bisa dipakai untuk bumbu makanan. Nah di dalam ganja
ini untuk segi makanan itu mengandung omega 3, 6, dan
9.
Ruang lingkup tergantung pada perspektifnya, kalo ganja
itu kita bawa kepada suatu hal yang kreatif, bakalan jadi
kita membuat suatu hal yang kreatif. Atau ganja tersebut
digunakan untuk relaksasi melepas lelah, bisa juga
otomatis kita akan tertidur. Dengan ganja kita juga bisa
melingkar (duduk) ketemu orang-orang baru dan
melakukan semuanya untuk suatu hal yang positif.
pengalamanku dalam mengobservasi orang-orang
pemakai ganja bahkan aku mempelajari juga filosofi
pemakai ganja dari Johan Below, peneliti asal Amerika
yang belajar pengobatan tradisional di India dia bilang
ganja itu sederhana konsepnya. To Be Healthy, Is To Be
Happy, Is To Be Holy, itu tuh sebuah trinitas kesatuan
bahwa untuk tubuh lu harus sehat, pikiran harus segar,
jiwa harus suci.
124

4. Apakah LGN mengedukasi masyarakat terkait ganja?


Tentu iya, kami mengedukasi masyarakat dengan semua
pengetahuan yang kami miliki dengan tujuan agar
masyarakat Indonesia mulai terbuka pengetahuannya
terkait tanaman ganja ini. Karena faktanya dari tahun
Ilegalisasi ganja, yaitu tahun 1972 seakan-akan adalah
tanamanan ganja ini merupakan suatu tindak kriminal,
oleh karena itu fakta-fakta serta informasi-informasi
tentang tanaman ganja ini sangat ditutupi dan
dirahasiakan. Adanya LGN saat ini salah satunya adalah
untuk mengungkapkan informasi-informasi serta fakta-
fakta terkait tanaman ganja untuk mengedukasi
masyarakat bahwa tanaman ini memiliki sisi positif yang
sedari dulu telah ditutup-tutupi.

5. Bagaimana upaya yang dilakukan LGN untuk


menginformasikan kepada masyarakat bahwa ganja
itu memiliki manfaat?
Untuk mengedukasi masyarakat tentang tanaman ganja,
kami saat ini menggunakan banyak media sosial dalam
menyampaikan informasi. Seperti website, instagram,
youtube ataupun media cetak seperti buku yang kami
buat. Disamping melalui platform tersebut, kami juga
melakukan tour ke beberapa kota di Indonesia dan
mengadakan acara seperti seminar ataupun bedah buku.
Dalam acara tersebut kami membicarakan semua seputar
terkait tentang tanaman ganja. Baik ke remaja maupun
125

usia lanjut. Melalui instagram dan youtube kami sangat


rutin membahas terkait ganja di dunia.

6. Bagaimana LGN menangapi stigma negatif terhadap


ganja?
Agak susah, tapi biarin aja orang berpendapat apapun soal
ganja. Disini itu juga merupakan salah satu PR dari kita
team LGN untuk merubah stigma masyarakat dari ganja
hanya dipandang sebagai narkoba padahal ganja
merupakan tanaman yang sangat bermanfaat yang nilai
posistifnya ini menjadi pembahasan yang awam di
masyarakat. Itu fungsinya kami mengedukasi masyarakat
melalui media-media untuk bertujuan membuka pikiran
menjadi lebih luas kepada tanaman ganja ini.

7. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?


Kalo mau tau ganja itu memabukan atau tidak, cobain!
Gak akan mati kok karena nyoabain ganja, bahkan sampai
saat ini aku belum menemukan kasus orang meninggal
karena mengkonsumsi ganja doang yaa. Oleh karena itu
kalo kalian mau tau efeknya yaa cobain. Gambaran sedikit
bahwa ganja itu bisa merelaksasikan pikiran dan sangat
beda jauh efeknya dibandingkan alkohol.
126

8. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di


lingkungan sosial?
Intinya balik lagi kepada orang tersebut, ketika memakai
ganja sendirian atau ketika sedang berada di lingkungan
sosial. Ini merupakan hal yang relatif, perilaku seseorang
ketika mengkonsumsi ganja ataupun tidak
mengkonsumsinya. Karena pada dasarnya ganja itu bisa
memuat rileks pikiran.

9. Apakah ganja dapat membuat seseorang menjadi


kriminalitas?
Gaada, saat ini di Indonesia hanya ketika orang itu
memakai, mengkonsumsi, memiliki, serta menanam saja
mereka bisa dibilang kriminal karena hukum di Indonesia
yang memang mengilegalisasikan ganja. Diluar dari itu
tidak pernah ada yang namanya orang mengkonsumsi
ganja jadi anarki ataupun kriminal. Gaada efek ganja yang
membuat seseorang menjadi brutal.

10. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan


ganja?
Penyalahgunaan dan pembenargunaan ganja itu sangat
relatif dari cara penggunaannya. Contoh sedikit, air putih
adalah suatu hal yang sangat penting, isa dibilang sebagai
kebutuhan untuk manusia hidup. Itu sangat dinilai positif
dan memang itu benar digunakannya. Namun pada zaman
peperangan dahulu ada hukuman dimana korbannya itu di
127

gelonggong, yaitu memasukan kadar air yang berlebih


kedalam tubuh manusia sehingga menyebabkan paru-paru
yang terendam dan dapat berujung kepada kematian
akibat kembung dan pernapasan yang sudah terendam
oleh kadar air yang banyak. Dan itu suatu hal yang negatif
dimana disini adalah penyalahgunaan dari air tersebut.
Nah disini aku bertanya-tanya, penyalahgunaan ganja itu
seperti apa? Apa kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
ganja? Bob Marley dari sekitar umur 17 tahun sampai
akhir khayatnya dia mengkonsumsi ganja dan meninggal
bukan karena ganja melainkan karena infeksi luka yang
disebabkan karena bermain sepak bola dan hanya di
diamkan saja. Jadi penyalahgunaannya dimana?

11. Manfaat dan Kerugian ganja?


Manfaatnya seperti yang tadi saya sudah jelaskan, bahwa
ganja itu banyak sekali efek baiknya untuk medis bisa
menyembuhkan beberapa penyakit dan sudah dibuktikan.
Ganja hemp create bisa untuk memenuhi kebutuhan
sandang dan papan. Ganja bisa juga sebagai bumbu
makanan dimana ganja bisa berfungsi dari segi pangan.
Kalo kerugiannya sih gaada, paling Cuma rugi kalo hanya
mengetahui informasi ganja sebatas narkoba doang di
Indonesia. karena pada dasarnya ganja itu luas kalo kita
mau paham literatur dari ganja tersebut.
128

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Umbaran Fatlhilah Kencana

Jabatan : Ketua Regional Lingkar Ganja


Nusantara (LGN)

Topik Wawancara : Perspektif Ganja dan Manfaat dari


Ganja

1. Bagaimana pandangan LGN terhadap ganja?


ganja itu anugrah aset yang dimiliki setiap mahluk hidup.
Kan tidak cuman manusia saja mahluk hidup, melainkan
seperti binatang dan tumbuhan. Nah ini korelasinya ganja
bisa bermanfaat untuk itu semua. Untuk manusia bisa buat
obat membantu perabadan manusia itu sendiri. Ganja itu
ditemukan beberapa ribu tahun menghidupi peradaban
dunia. Jadi selama beberapa ribu tahun yang lalu kita
terpatok pada saat itu pada ganja. Jadi ganja itu digunakan
untuk membuat baju, nutrisi, papan. Karena memang yang
alami sebelum ada minyak bumi itu kita pakai nabati.
Pointnya Ganja adalah salah satu anugerah yang harus
kita manfaatkan.

2. Bagaimana LGN membangun argument tentang


manfaat ganja kepada masyarakat?
Berdasarkan ilmiah, buku, artikel dan berdasarkan
pengalaman pribadi dan pengalaman orang.
129

3. Adakah keterkaitan antara ganja dengan


kesejahteraan sosial menyangkut kedalam ekonomi,
kesehatan dan ruang lingkup sosial?
Untuk ekonomi itu sudah pasti aset. Dunia itu
mengenalnya ham. Dimana ham ini jatuhnya
produktivitas yang dimana zat THC nya ini tidak ada.
Ham itu didunia ini dari 2012 tingkat pembelian sekitar
3billion us dollar. Sampai 2018 kemarin itu angkanya
mencapai 900 persen. Sekitar 300billion. Itu untuk
ekonomi dari hasil penjualan. Amerika sendiri itu negara
importir untuk ham itu sendiri. Di Amerika ada peraturan
baru untuk Undang-Undang pertanahan pertanian dia
membolehkan lahan tani itu digunakan untuk ganja, kalau
dulu kan hanya untuk batasan beberapa hektar. Nah kalau
sekarang bisa berpuluh-puluh hektar. Tahun depan dia
akan membuka lahan beratus-ratus hektar khusus ham.
Kita menyebutnya ham. Stigma masyarakat itu yang mesti
kita rubah ham dengan ganja. Ganja itu akan habis kalau
ham itu untuk diproduksi dan untuk berelaksasi.
Untuk medis sudah pasti dari sisi medis, kita lihat sendiri
kasus di Indonesia fidelis belum lagi kasus-kasus yang
tidak terbuka. Saya sudah liat sendiri dari penyakit
diabetes itu. Semua bisa digunakan untuk medis. Dari
daun akar biji batang nya bisa digunakan. Untuk penyakit
epilepsi kanker dan diabetes itu ada artikelnya. Nah kalau
diabetes saya lihat sendiri itu ada di Ambon. Dia minum
rebusan ganja ini, minggu pertama kedua itu
130

perubahannya ada signifikan. Minggu kedua dia bilang


sakit banget, kemudian minggu ketiga keempat dan
sekarang sudah sembuh. Itu untuk medis bisa membantu
devisa negara juga dan ekonomi. Di Aceh sendiri sudah
menggunakan ham ini untuk medis itu ada dalam
kitabnya.
Kenapa masyarakat aceh identik dengan ganja ? ya dari
sejarahnya ganja memang tumbuh disana. Dan kenapa
LGN itu memperjuangkan? Ya karna ganja itu tumbuh di
Indonesia. Dari abad 16 sampai 18 itu ya digunakan untuk
obat. Jadi keseharian masyarakat sana melalui kitab.
Undang-undang dia ya kitab dari kerajaan-kerajaan ditulis
setelah digunakan kemudian diaplikasikan pada
masyarakat. Dan masyarakat aceh yang kita ketahui dia
yg paling survive berjuang dengan Belanda. Belanda
masuk ke jawa dan yang lainnya itu tidak lama. Tapi
ketika masuk ke Aceh itu dia berjuang lama. Nah itu dia
karna Aceh ini memiliki Undang-undangnya atau aturan
nya sendiri. Tetapi untuk ganja itu sama dilarang tetapi
untuk kita mengenalkan lingkar ganja nusantara itu ya
dari Aceh.
Yang terpenting adalah stigma masyarakat ini dulu yg
mesti dirubah. Mereka banyak yang tidak terima akan
masalah ganja ini. Mungkin ada beberapa yg setuju akan
penggunaan ganja untuk medis. Tapi relaksasi dan medis
itu beda tipis. Relaksasi itukan juga untuk medis. Tapikan
stigma nya beda.
131

Ruang lingkup sosial, yang tadi saya sudah bilang ruang


lngkup masyarakat kita yang masih belum menerima
suatu hal yang baru. Suatu hal yang baru padahal ini
sudah lama. Mereka tidak mau menerima satu ide satu
gagasan baru untuk hal yang sudah puluhan tahun tetapi
stigma nya jelek. Mereka tidak akan terima mentah-
mentah pasti ada aja penolakan. Tapi sisi baiknya kita
sudah punya sosial media, kita sudah punya temen-temen
kampus yang mau mengetahui tentang ganja untuk
penelitian. Itu menjadi salah satu aset kita juga. Semoga
dengan itu semua masyarakat bisa terbuka gitu, karena
yang ngomongin bukan anak-anak yang nongkrong
diterminal atau di pinggir jalan. Tapi yang ngomongin itu
kan anak-anak dari sisi akademis. Itu akan diterima
masyarakat kedepannya.

4. Apakah LGN mengedukasi masyarakat terkait ganja?


Satu buku dan sosial media, yang kedua ketemu langsung
kemudian bedah buku seminar, sama wawancara di tv itu
strategi bagus untuk mensupport edukasi masyarakat ini.
Media penting karena kan sekarang orang pasti melihat
apa aja dari media.
132

5. Bagaimana upaya yang dilakukan LGN untuk


menginformasikan kepada masyarakat bahwa ganja
itu memiliki manfaat?
Yaaa kita melalui edukasi sama lewat sosial media gitu
yaa

6. Bagaimana LGN menangapi stigma negatif terhadap


ganja?
Stigma masyarakat saat ini tentang ganja negatif itu masih
banyak. Walaupun ada stigma positif ya paling cuman
sekian persen saja sisanya ya negatif. Sebenernya hal ini
menjadi PR juga untuk LGN bagaimana LGN untuk
memberitahu hal positifnya itu. Dengan itu kami merekrut
dan menscreaning ketika kamu mau jadi pengurus ya
kamu gaboleh menjadi ikut pasar gelap atau penjualan.

7. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?


Kalo dari perspektif saya, kita bagi dulu pemakai itu kan
ada beberapa golongan. Yang pertama pemakai diusia
dini, kedua pemakai diusia remaja, ketiga pemakai diusia
dewasa. diusia dini itu menurut penelitian itu di Amerika
yang saya baca itu berpengaruh sama otak ketika kamu
memakai ganja dibawah usia 21 tahun itu berpengaruh
sama otak yaa. Jadi diusia dini itu saat lo makai ganja
gabisa mengontrol. Saat tubuh ngerasa males nih
yayaudah males gitu, pada saat usia dini itu belum bisa
melawan hal-hal kaya gitu. Itu yang ada di efek pada saat
133

usia dini yaa. Ganja itu kan menurut saya salah satu zat
yang unik kenapa kaya gitu. Karena pada saat orang
makai ganja itu, ngerasa jadi diri sendiri. Contohnya yg
tadi tidak bisa mengontrol diri, ya memang sebenernya
diri kamu tuh belum bisa mengontrol diri. Tapi
kebanyakan sih emang gabisa mengontrol pada usia dini
ini. Dan pemakaian diusia remaja itu, kamu bisa
menemukan ya diri sendiri. Contohnya pemalas ya berarti
memang kamu itu orangnya pemalas. Tapikan ganja juga
kan ada dua sativa dan indica. Sativa dan indica ini juga
memiliki sifat yang berbeda. Kenapa saya bilang ganja ini
adalah zat yang unik karena ganja jenis indica dan sativa
ini saja memiliki perbedaan. Sativa itu kamu akan merasa
rileks, kalau indica kamu akan merasa aktif. Jenis
tanaman yang sama ini tetapi memiliki akibat yang
berbeda. Jadi kadar THC nya ini juga berbeda-beda. Dan
untuk pemakaian pada saat usia dewasa ini sifatnya untuk
rileks dari rutinitas dan hal lain. Makanya kan pada tahu
2014 menurut BNN pemakai ganja itu terbanyak pada
lingkungan pekerja untuk merileksasi.

8. Apabila seseorang menggunakan ganja dari usia dini


kemudian memakai lagi sampai ke usia remaja dan
dewasa itu, apakah ada perubahan?
Pasti adalah, usia dini itu yang sudah saya bilang
pengaruh ke otak itu akan memeiliki kepribadian lain
pada saat remaja. itu mempengaruhi juga pada usia
134

remaja. saat kamu memakai ganja dari usia dini kemudian


memakai lagi pada usia remaja, saat tubuh kamu merasa
males ya itu akan terbawa nanti pada saat usia remaja.
Pada riset dikatakan usia 2 tahun keatas itu tidak
dianjurkan untuk pemakaian ganja, nah hal ini kan juga
harus diberitahukan pada masyarakat. Batasan-batasan
pada umur berapa yg boleh menggunakan ganja. Ini harus
diberitahu juga kepada masyarakat, yang kita tahu kita
hanya dilarang saja menggunakan ganja. Padahal jika kita
diberitahu pada saat usia berapa kita dibolehkan
menggunakan ganja. Kalau saja negara itu open minded
gitu terhadap ganja, kita mengedukasi ke sekolah-sekolah,
kampus dan sebagainya kita beritahu bentuk, bahaya dan
efek nya seperti apa dan jangan negatifnya terus yang
dibicarakan. Karena kan jika negatif terus ada saja
beberapa orang yang penasaran bahkan sampai mencari
tahu seperti itu.

9. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di


lingkungan sosial?
Untuk efek sampingnya sih ngga ada yaa, tidak
menimbulkan apa-apa. Ya kecuali pemakaian ganja diusia
yang masih dini.

10. Apakah ganja dapat membuat seseorang menjadi


kriminalitas?
135

Itu stigma masyarakat. Kriminal itu pasti kalian dianggap


kriminal ya karena kalian itu melanggar Undang-Undang
bukan karna kalian menyebabkan tindak kriminal.
Kriminalnya kalian ya karena melanggar Undang-Undang
itu. Pemakai ganja itu tidak menyebabkan menodong,
memperkosa orang.

11. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan


ganja?
Penyalagunaan ya itu seperti tadi kita harus memberi tahu
ganja itu tidak bagus untuk anak-anak usia dini.
Pembenargunaanya ya itu tadi juga kita harus
mengedukasi tingkat SD, SMP dan SMA jadi
pembenarannya dalam artian ini tuh ganja bukan untuk
merelaksasi tapi juga bisa untuk produksi. Jadi
masyarakat diberitahu terlebih dahulu. Di negera yang
mergulasikannya ada untuk usia-usia berapa nya dalam
pemakaian ganja, dan dalam sebulan bisa berapa gram
untuk menggunakan ganja tersebut. Hal-hal seperti itu
yang harus diberitahu manfaatnya dan efek sampingnya.

12. Manfaat dan Kerugian ganja?


Manfaatnya itu sebagai aset negara, bisa
membudidayakan ganja untuk kepentingan negara. Untuk
kepentingan kelompok atau untuk kepentingan instansi
tertentu. Dampak buruknya untuk ganja ya itulah kita
kurangnya edukasi.
136

13. Apakah perspektif orang lain atau lingkungan dapat


mempengaruhi orang lain yang sebelumnya belum
memakai ganja ?
Ya itu pastilah, karena kan tadi kita tidak diberitahu disaat
seperti itu kita harus mengambil langkah seperti apa.
137

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Dr. Edi Kurniawan

Jabatan : Dokter Pertama Kasi Rehabilitasi

Topik Wawancara : Perspektif Ganja dan Kerugian dari


Ganja

1. Bagaimana pandangan BNN terhadap ganja itu


sendiri?
Ganja menurut saya sebagai staff bnn. Ganja itu
merupakan narkotika golongan 1 yang memang tumbuh
secara alami jadi bukan dibuat-buat seperti heroin, shabu
ya sengaja dibuat. Tapi ganja ini secara alami tumbuh
secara sendirinya sebagai suatu tanaman semak yang
gampang sekali memperbanyak diri. Nah tapi dalam
perjalanannya ternyata memiiki efek-efek yang sifatnya
suka aktif. Yang dalam artian dia suka mempengaruhi
pola pikir, mempengaruhi perasaan, mempengaruhi
perilaku dari orag yang menggunakan tanaman itu.

2. Bagamaina BNN membangun argumen tentang


kerugian memakai ganja?
Karena memang sudah banyak bukti dari para pecandu
ganja, dampaknya seperti apa. Kemudian kerugian secara
materi maupun kerugian pribadi dari pengunanya. Jadi
kita bukan membangun argumen ya, tapi lebih kearah
menunjukkan fakta apasih akibat yang terjadi dari
138

penggunaan ganja dan tidak hanya bnn bahkan


pemberantasan internasional organisasi kesehatan
internasional (WHO) pun mengkategorikan ganja sebagai
narkotika golongan 1. Yaitu narkotika yang sampai saat
ini tidak atau belum disetujui pengguaannya untuk
kepentingan pengobatan, hanya sebatas penelitian. Dan
saat ini penelitian tentang ganja untuk penggunaan ke
manusia itu setau saya belum ada. Tetapi lebih kearah
percobaan, walaupun mungkin diluar sana banyak yang
mengklaim ganja dapat membantu menangani kanker,
dapat membantu orang-orang dengan gangguan kejiwaan.
Nah itu tadi saya bilang penelitian itu belum sampai
kearah manusia, kalim-klaim itu juga tidak ada dasar
penelitian yang jelas dan hanya klaim sepihak dari orang
yang merasa saya pakai ganja nih untuk mengobati diri
saya sendiri, mengobati keluarga saya, mengobati teman
saya atau dan yang lain-lain. Belum ada penelitian yang
sesuai dengan tata cara penelitian yang sebenarnya.

3. Apakah BNN mengedukasi masyarakat terkait ganja?


Ya, kita selalu memberikan edukasi karna ganja itu
termasuk narkotika golongan 1, jadi kita memberitahukan
jangan sampai masyarakatpun beranggapan jika memakai
ganja itu aman dan bisa untuk pengobatan dan
cpemakaian ganja itu sah. Tidak, karena narkotika
golongan 1 diatur dalam hukum penggunaan narkotika
golongan 1 tanpa izin dapat dipidana minimal 4 tahun
139

penjara. Karena kita juga sudah mengedukasi dari dampak


ganja itu sendiri, ganja sifatnya halusinogen depressan,
sistem syaraf itu juga merupakan dampak yang berbahaya.
Belum lagi tanaman ganja dapat menyebabkan
ketergantungan dan juga perubahan pola pikir perilaku
yang sangat jelas kelihatan.

4. Menurut pandangan BNN, adakah keterkaitan ganja


dengan penyakit sosial?
Penyakit sosial menurut pandangan seperti dilingkungan
sosial seperti yang tadi dokter sudah jelaskan contohnya
perubahan pola pikir. Lingkungan yang semulanya baik
menjadi tidak baik. Penyakit sosial adalah dia menjadi
sesuatu istilahnya itu seperti merusak tatanan sosial.
Ganja dapat menyebabkan lingkungan sosial yang tidak
baik, kecanduan. Kalau memang mau dikaitkan tentu saja
ada. Terutama kalau dilingkungan terdapat bandar ganja
dimana bandar itu justru mengendalikan sistem
perekonomian didaerahnya. Narkotika itu menjadi suatu
bisnis yang sangat menyangkut dengannya. Ribuan juta
kalilipat keuntungannya. Nah jika bandar tersebut
memiliki sistem bisnis yang juga dapat merusak tatanan
sosial otomatis akan menimbulkan penyakit sosial.
Dimana bandar itu contoh menyuplai ganja ke temannya
mungkin gratis ia kasih tapi dengan syarat sekitarnya itu
menutupi klalau ada pihak berwajib seperti bnn polisi dan
pihak berwajib lainnya, bandar itu akan ditutupi.
140

5. Bagaimana BNN menaggapi isu-isu bahwa ganja


dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang
medis?
Di perkembangan ini hanya isu penelitian yang belum
valid bahkan diinternasionalpun jurnal-jurnal
internasional belum ada yang berani mengklaim ganja
dapat digunakan atau memiliki manfaat cara medis yang
sempurna. Nah obat-obatan yang beredar saat ini legal itu
panjang proses penelitiannya baru bisa diproduksi. Pasti
ini efek sampingnya jelas dan dosis yang digunakan juga
jelas. Kemudian dampak jangka panjangnya jelas itu baru
boleh keluar izin legalnya. Percobaan obat itu dilakukan
dari mulai didalam leboratium kemudian pada binatang
percobaan dengan penyakit, kemudian baru ke manusia
normal dengan penyakit. Nah ini panjang sekali proses
untuk menglegalkan obat. Dan ganja belum sampai itu
prosesnya. Untuk mendapatkan izinpun harus ke menteri
kesehatan, harus ada dasar penelitian terdahulu dengan
bukti dan tujuannya jelas seperti apa.

6. Bagaimana upaya yang dilakukan BNN dalam


menanggapi stigma positif yang ada dalam ganja?
Manfaat dalam ganja mungkin ada, kita tidak beranggpan
bahwa suatu zat itu tidak ada positifnya. Yang perlu
diketahui adalah dosis dalam ganja ini yang meghasilkan
manfaat itu berapa. Apakah sama ketika kamu memakai
141

ganja 5mg lalu dia memakai ganja 5mg, apakah


manfaatnya sama, dampaknyapun sama atau ternyata
beda-beda. Nah apabila berbeda-beda itu susah.
Disesuaikan dosisnya terlebih dahulu. Seperti contohnya
obat yang sudah terstandar paracetamol 500mg sudah
jelas dampaknya turun demam. Semua sudah terstandar
nah kalau ganja ini belum. Kemudian yang kedua efek
samping dari ganja apakah sudah diteliti atau hanya
digembor-gemborkan manfaat-manfaatnya. Ternyata ada
efek samping yang ditutupi. Kadang itu informasi tidak
seimbang mereka yang mendukung legalisasi ganja
menggembor-grmborkan manfaat ganja, di negara lain
juga dilegalkan ganja. Tetapi mereka tidak memberikan
informasi seimbang, dilegalkannya seperti apa. Apakah
bebas legal atau legal dengan aturan yang ketat dalam
penggunaannya. Kemudian dampak yang memang di
gembor-grmborkan ada dampak negatifnya atau tidak,
efek sampingnya, kan obat yang sudah terstandarpun tetap
memiliki efek samping nah itu tidak disampaikan. Jadi
masyarakat dapat informasinya tidak menyeluruh, hanya
saja manfaat seperti ada yang beranggapan ganja lebih
baik dari merokok. Hal ini kan sangat menyesatkan. Kalau
memang ganja lebih baik dari merokok tidak mungkin
ganja digolongankan dalam golongan 1 dan bisa beredar
bebas dengan aturan ketat.
142

7. Adakah keterkaitan antara ganja dengan penyakit


sosial menyangkut kedalam ekonomi, kesehatan dan
ruang lingkup sosial?
Seperti yang sudah kita bahas tadi ini ada kaitannya antara
ganja dengan penyakit sosial, lingkungan sosial, ekonomi
dan bahkan sampai ke kesehatan.

8. Apakah ganja dapat memberikan dampak


kriminalisasi bagi penggunanya?
Tentu saja, karena ganja masih termasuk narkotika
golongan 1. Pengguna yang tidak memiliki izin otomatis
dapat terjerat dengan hukuman miminal 4 tahun penjara.
Bisa saja pengguna ganja melakukan tindak kriminal
seperti mencuri karena dalam zat itu dapat menyebabkan
halusinasi. Contohnya seperti ketika ia masuk rumah
ternyata itu bukan rumah dia. Atau mungkin dia
beranggapan jika dia memakai ganja itu akan
membuatnya lebih tenang, nah hal ini dapat menimbulkan
berbagai cara untuk ia tetap menggunakan ganja ya
melegalkan segala cara bisa saja dengan mencuri.
Otomatis kriminalitasnya akan tinggi.

9. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?


Efeknya kepada kognitif sepeti gangguan perasaan,
perilaku, pola pikir atau tindakannya itu efeknya. Nah
kalau sifatnya tadi sudah dibahas jika ganja memiliki sifat
yang halusinogen dan juga depressan. Halusinogen itu
143

menyebabkan halusinasi kepada pengguna. Depressan itu


menenangkan sistem syaraf. Pengguna ganja itu sifatnya
males tidak mau ngapa-ngapain kalau dia sudah memakai
ganja. Dapat memicu kecemasan juga kalau halusinasinya
kearah yang paranoid. Mendapat halusinasi yang tidak
enak nah itu dapat menimbulkan kecemasan. Dalam hal
ini mood seseorang juga sangat berpengaruh dalam
menciptakan halusinasinya.

10. Bagaimana efek pemakai ganja ketika berada di


lingkungan sosial?
Kalau dia sedang dalam efek intoksidasi ganja otomatis
dia tidak akan bisa adaptasi dengan lingkungan sosial.
Tetapi kalau dia hanya pemakai ganja yang coba pakai
apabila dia sedang tidak memakai ya dia akan biasa aja
dalam lingkungan sosialnya sama saja seperti orang biasa
tidak ada pengaruh narkobanya. Tetapi kalau dia ada
dalam efek ganja dapat menimbulkan gesekan-gesekan
sifat halusinogen ketika dalam lingkungan sosialnya dapat
merubah mood dan tidak fokus dan mudah emosi.
Terintoksidasi ganja itu dapat berpengaruh dalam
lingkungan sosialnya.

11. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan


ganja?
Kita bnn belum pernah atau tidak merekomendasikan
adanya pembenargunaan ganja. Karna tadi itu belum ada
144

data yang valid terkait ganja itu sendiri dengan dosis yang
tepat, kejelasan, manfaat, kerugian yang didapatkan dalam
penggunanya.

12. Manfaat dan Kerugian ganja?


Ya itu saja sudah kita bahas tadi kalau manfaatnya hanya
sebatas klaim-klaim saja.

13. Apakah ada kasus dalam penggunaan ganja dapat


menyebabkan tewas karena overdosis ?
Kalau pengunaan satu zat seperti ganja dapat
menyebabkan meninggal itu sih tidak ada kalau dari
overdosis. Yang seperti itu jika menggunakan beberapa
zat sekaligus yaitu menggunakan ganja, alkohol kemudian
obat penenang. Nah itu namanya multiple user bisa
menyebabkan overdosis. Terus apabila penggunaan ganja
dengan halusinasinya meningkat.
145

TRANSKIP WAWANCARA

Nama : Fiona Indah Fitriana, S.KM

Jabatan : Fasilitator Rehabilitasi Kasi


Rehabilitasi

Topik Wawancara : Perspektif Ganja dan Kerugian dari


Ganja

1. Bagaimana pandangan BNN terhadap ganja itu


sendiri?
Ganja itu adalah tanaman yang diciptakan Allah Swt yang
jika disalahgunakan yaa bisa berdampak negatif.
Kebanyakan dislahgunakan itu dikeringkan kemudian
dibakar dan dihisap seperti yang kita tahu seperti itu.
Karena ketika dikeringkan kemudian dibakar itu akan
muncul racun yang namanya THC yang mungkin kalau
tembakau juga ketika dia dikeringkan dan dibakar muncul
racun namanya TAR. Itulah yang merusak fisik kita. Dan
ganja itu juga sama ketika dikeringkan dan dibakar
muncul racun yaitu THC dan THC ini berbeda dengan
TAR. Kan kalau TAR itukan berbentuknya hitam seperti
aspal ya, yang menyebabkan paru-paru manusia itu
menjadi hitam gitu ya. Nah kalau THC itu adalah zat yang
mempengaruhi syaraf, nah itu yang disalahgunakan oleh
sebagian masyarakat Indonesia.
146

2. Bagamaina BNN membangun argumen tentang


kerugian memakai ganja?
Yang saya sudah bilang di awal racun yang ditimbulkan
oleh ganja itu kan tadi THC, yang dimana racun THC ini
merusak syaraf di otak. Syaraf itukan diibaratkan seperti
komputer yaitu cpunya semuanya diatur diotak. Nah kalau
sel syaraf diotak itu jika sudah rusak tidak mudah untuk
balik tidak seperti sel-sel kulit, kalau misalkan dia robek
paling 2 minggu sudah balik gitu ya. Tapi kalau sel syaraf
itu sifatnya irreversible tidak bisa kembali tidak bisa utuh
seperti semula. Jadi THC itu merusak sel syaraf, nah
kalau dimedis itu kita menyebutnya seperti adiksi yaitu
penyakit otak kronis ini berlangsung lama dan tidak bisa
sembuh hanya bisa pulih. Contohnya seperti penyakit
diabetes, ketika dia tidak makan-makanan yang manis dia
tidak akan kenapa-kenapa. Sangat disayangkan kalau ada
orang yang menggunakan ganja itu syarafnya jadi
terganggu, terganggu juga gangguan emosionalnya,
psikis, penyakit kejiwaan. Kasian juga saya kalau sudah
sampai penyakit kejiwaan, lebih baik penyakit fisik
daripada kejiwaan, karena kan kalau penyakit fisik itu
bisa disembuhkan dengan kita pergi ke dokter. Kalau
penyakit kejiwaan itu kan ke psikiater. Sebenarnya bisa
sembuh sih cuman kan kasian saya kalau ini kan sudah
menyerang syaraf. Kebanyakan masalah dengan ganja ini
kan berakhir juga dengan masalah kejiwaan.
147

3. Apakah BNN mengedukasi masyarakat terkait ganja?


Iya, kita mengedukasi masyarakat terkait ganja. Kita juga
sering untuk sosialisasi, pencegahan, dan pemberdayaan
masyarakat. Kita juga sering diajak untuk menangani
langsung kasus. Kita melihat kondisi mereka setelah
penggunaan ganja. Selain sosialisasi dan mengedukasi ke
masyarakat kita juga melakukan hal yang sama pada
keluarga klien atau orangtua untuk mencegah hal yang
serupa. Kalau sosialisasi ke masyarakatnya itu berupa
seminar, entah kita yang mengadakan atau kita diundang
oleh yg pembuat acara tersebut untuk menjadi
narasumber. Target nya itu iya untuk masyarakat, dalam
pendidikan, pekerjaan, sampai bahkan ke karangtaruna
juga. Edukasi dari BNN untuk masyarakat ini juga berupa
website, Instagram, sosial media. Semua zat tidak hanya
ganja saja yang kami edukasi ke masyarakat.

4. Menurut pandangan BNN, adakah keterkaitan ganja


dengan penyakit sosial?
Kalau menurut saya iya, karena inikan memiliki efek.
Efek itu adalah ketika ia masih dalam penggunaan zat.
Ketika dia makai masih dalam pengaruh zat itu namanya
efek. Kalau difek itu berpengaruh zat. Jadi itu sudah
permanen, seperti contohnya ada yang sudah direhap dan
berarti tidak memakai itu tetap saja masih emosional,
sensitif. Ganja ini kan bersifat halusinogen, nah
halusinogen ini dapat mengaburkan panca indera. Nah
148

halusinogen ini yang berbahaya bisa menyebabkan seperti


kesalahpahaman, sensitif, emosional bisa berakibat
tawuran. Nah diakan masih dalam pengaruh ya pede-pede
aja. Atau sensitif ketika dalam lingkungan dia merasa
diomongin oleh orang kenyataannya padahal dia tidak
diomongin. Kemudian pada akhirnya akan menyebabkan
perkelahian.

5. Bagaimana BNN menaggapi isu-isu bahwa ganja


dapat mensejahterakan masyarakat dalam bidang
medis?
Setiap zat itu pasti memiliki efek langsung dan efek
samping, nah efek langsungnya yaitu fungsi dari obat
tersebut mencegah efek samping. Mungkin alhamdulillah
dalam penelitian ketika ganja dapat menyembuhkan suatu
penyakit itu bisa dibilang efek sampingnya, tetapi ganja
itu menyerang sistem syaraf. Seperti contohnya kamu
minum antimo yang dicari sebenarnya efek sampingnya
untuk tidur atau mengantuk. Tapi efek langsungnya itu
jauh lebih besar jadi efek langsungnya menyerang sistem
syaraf dibandingkan dengan efek sampingnya. Yang
diharapkan sebenarnya dalam orang-orang yang ingin
melegalkan ganja itu dalam definisi yang dimananya dan
seperti apa. Legalnya itu seperti mereka menggunakan
ganja bareng-bareng atau legal seperti negara-negara yag
sudah ada melegalkan ganja dengan dosis yang sudah
149

ditentukan. Dan satu lagi ganja di Indonesia itu kadar


THC nya paling tinggi di dunia.

6. Bagaimana upaya yang dilakukan BNN dalam


menanggapi stigma positif yang ada dalam ganja?
Yaa memahami dan mengerti kenapa mereka seperti itu,
saya paham karena pandangan mereka terhadap ganja.

7. Adakah keterkaitan antara ganja dengan penyakit


sosial menyangkut kedalam ekonomi, kesehatan dan
ruang lingkup sosial?
Kalau ini termasuk dalam kerugian negara karena kan
orang yang menggunakan ganja yang direhab itu
menggunakan uang negara. Coba kalau tidak ada yang
direhap berartikan negara tidak harus mengeluarkan uang
untuk merehab. Kalau untuk individunya sendiri tadi saya
sudah bilang tidak terlalu menimbilkan kerugian karena
masih terjangkaulah harga ganja itu. Nah kalau sosialnya
dari individu tersebut, dari pengalaman klien yang pernah
direhab disini mereka banyak meresahkan lingkungan
sekitar. Ketakutan masyarakat itu takut anaknya juga ikut
menggunakan ganja atau takut menjadi inceran polisi.
Mereka banyak mengakui bahwa dampak sosialnya itu
sangat besar. Ada juga keluarga klien yang dikucilkan
dari masyarakat karena anaknya ini menggunakan ganja.
Karena kan stigma ganja sendiri masih negatif.
150

8. Apakah ganja dapat memberikan dampak


kriminalisasi bagi penggunanya?
Iya banyak, contohnya dia mencuri dan hasil curiannya ini
untuk membeli ganja. Karena dia jugakan tidak bekerja,
perusahaan-perusahaan kan juga tidak mau menerima
orang yang pengguna ganja. Dan juga sekarang kalau
ingin bekerja harus melampirkan surat-surat kesehatan.
Jadi para pengguna ganja ini tidak bisa kerja yang layak
atau terikat.

9. Bagaimana efek pemakai ganja bagi individu?


Karena yang diserang syaraf, dan syaraf itukan banyak.
Jadi masing-masing orang itu berbeda-beda. Tergantung
syaraf mana yang diserang oleh ganja itu. Efeknya itu
beda-beda ke masing-masing orang. Ada yang lemot ada
juga yang menyerang syaraf memorik orang menjadi
gampang lupa. Ataupun cara bicara nya pun udah gak
utuh satu kalimat, atau susah untuk menyusun kata-kata.
Ada juga yang menyerang syaraf membuat orang ini
menjadi emosional, sensitif. Ada juga yang menyerang
syaraf ke psikis contohnya menjadi fisiknya lebih tua.

10. Bagaimana penyalahgunaan dan pembenargunaan


ganja?
Mungkin kalau di Aceh yang kita tahu untuk dibuat
masakan, seperti itu. Mungkin tapi ini juga masih dalam
penelitian juga ya. Zat THC ini apakah muncul ketika
151

dimasak atau tidak, kan kalau dimasak ini dia tidak


dikeringkan dan dibakar terlebih dahulu. Seperti kamu
kalau masak sayur tembakau mungkin paru-parunya tidak
akan hitam. Tapi ya karna ilegal, ganja itu untuk
melindungi bangsa Indonesia jadi untuk tidak
disalahgunakan. Unutk sekarang ganja itu ilegal dalam
pembergunaanya entah untuk dimasak atau digunakan
dalam bentuk lain.

11. Manfaat dan Kerugian ganja?


Manfaat ganja itu saya belum tau ya, karena saya juga kan
bukan peneliti. Kalau menurut saya manfaat ganja itu
pembelajaran hidup ya saya bersyukur masih diberikan
sehat tidak seperti mereka yang sulit sekali untuk keluar
dari itu. Dan menyusahkan orang-orang disekelilinginya.

12. Kenapa ganja digolongkan dalam golongan 1 ?


Karena efek buruknya masih terlalu besar. Yang kedua
masyarakat masih belum terlalu wise dalam penggunaan
ganja. Mungkin beberapa orang sudah teredukasi terkait
ganja tapi kelompok lain ada juga belum teredukasi terkait
ganja ini.
152

13. Menurut BNN, apakah perspektif orang lain terhadap


ganja dapat mempengaruhi orang lain juga yang tidak
menggunakan ganja?
Berpengaruh banget. Karena kan sering ya dalam
lingkungan atau tongkrongan itu mengajak memakai
ganja dan temannya itu merasa tidak enakan kalau tidak
menggunakan padahal sudah diajak. Ada pula yang benar-
benar tidak tahu akibat yang dapat ditimbulkan oleh
pemakaian ganja. Karena kan biasanya kalau ditempat
tongkrongan gitu mereka hanya mengajak tidak
mengedukasi terlebih dahulu apa yang ditimbulkan oleh
efek ganja ini.

14. Bagaimana peraturan ganja di Indonesia ?


UU 112 isinya itu barang siapa yang memakai memiliki
dan menguasai tanaman golongan 1 minimal 4 tahun
penjara. Nah berapa banyaknya barang itu ada di MA,
kalau misalnya ganja minimalnya 5 gram. 5 gram ganja
itu minimalnya 4 tahun penjara. Kalau lebih dari 5gram
itu bisa sampai hukuman mati. UU nomer 112 itu kan
pasalnya yang memakai memiliki dan menguasai, apabila
yang sudah mengedarkan atau menjadi kurir itu tambah
lagi dengan UU 114 yang isinya ya mengedarkan itu. Nah
kalau seperti ini kan sudah double pasal.
153

15. Bagaimana caranya untuk direhabilitasi dalam BNN ?


Sebelum ketangkep polisi dan dia sukarela datang ke
BNN itu tidak masuk kedalam proses hukum. Ini kalau
dia sukarela untuk berobat sama saja seperti kalau kamu
sakit berobat ke puskesmas. Tapi kalau sudah ketangkep
terlebih dahulu dengan polisi, ya ini masuk ke proses
hukumnya polisi dulu. BNN bisa menolong dengan
namanya assesment terpadu. Inti dari assesment terpadu
ini adalah ingin mengeluarkan rekomendasi untuk
direhabilitasi. Tetapi hal ini tetap menjalankan proses
hukum. Putusan hakim nanti yang menentukan apakah dia
benar-benar direhabilitasi saja atau di penjara. Dalam
assesment ini ada dua yang menilai yaitu tim hukum dan
tim medis, kalau yang menyerahkan dengan sukarela itu
tadi yang menilai hanya medis.

16. Berapa lamakah proses rehabilitasi ?


Tergantung treatment. Assesment ini kan nanti dinilai
secara medis, tingkat penggunaannya dan terapi yang
dibutuhkan.

17. Contoh kasus dari efek negatif ganja?


Dampak ganja itu ada yg langsung dan tidak langsung.
Seprti pada kasus Afriani yang menggunakan ganja hanya
afriani tapi 9 orang meninggal itu penyebab ia tabrak. Jadi
ganja itu juga dapat membahayakan sekitar. Kasus
pemakaian ganja, kehilangan kesadaran, dan kecelakaan.
154

Sementara Heroin itu jika dia tidak makai dia akan sakaw
ke fisik kaya badannya sakit, menggigil. Nah kalau ganja
itu sakawnya ke psikis kaya gelisah, kaya ada yang
kurang. Kasus fidelis : terlepas dari manfaat yang dia
temukan sendiri untuk istrinya. Balik lagi dia
menggunakan itu di Indonesia, yang dimana Indonesia ini
belum melegalkan ganja. Meskipun ganja itu ada
manfaatnya ya silahkan ke negara yang meleglkan itu,
karena ya memang di Indonesia ini ganja di ilegal. Nah
kita juga harus menjalankan hukum. Disatu sisi dia
menyembuhkan istrinya tapi disisi lain dia juga melanggar
hukum seperti itu.
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166

Anda mungkin juga menyukai