Anda di halaman 1dari 175

SKRIPSI

PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG GORONTALO (SUKU


HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19
DI DESA LEMBAH HIJAU

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyelesaikan program strata satu dan meraih gelar
Sarjana Keperawatan

Diajukan oleh:

NUR HIKMAH UMATI


NPM : 163010004

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2020

i
SKRIPSI

PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG GORONTALO (SUKU


HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19
DI DESA LEMBAH HIJAU

Disusun oleh:

NUR HIKMAH UMATI


NPM : 163010004

TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL ………………..

Oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Ns. A. Saputri Mulyana, S.Kep., M.Kep.) (Ns. Fhirawati, S.Kep., M.Kes.)

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan

(Sainah, S.ST., M.M.)

ii
SKRIPSI

PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG GORONTALO (SUKU


HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19
DI DESA LEMBAH HIJAU

Disusun oleh:

NUR HIKMAH UMATI


NPM : 163010004

Telah dipertahanankan di depan Tim Penguji


Pada tanggal………………
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Tim Penguji

………………………………………………………..

(Ketua Penguji)

………………………………………………………..

(Anggota)

………………………………………………………..

(Anggota)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS PATRIA ARTHA
2020

iii
ABSTRAK

NUR HIKMAH UMATI. (2020). PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG GORONTALO


(SUKU HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19 DI DESA LEMBAH HIJAU
(Dibimbing oleh A. Saputri Mulyana dan Fhirawati).

Perilaku sehat merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh setiap


individu untuk memelihara, dan meningkatkan kesehatannya, termasuk juga
dalam pencegahan suatu penyakit, perawatan diri, menjaga kebugaran tubuh
dengan cara berolah raga dan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi serta
kebersihan lingkungan. Sedangkan perilaku sakit adalah cara untuk
mendefinisikan gejala yang di alami oleh seseorang, melakukan upaya
penyembuhan, dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan yang tersedia.
Untuk mengetahui perilaku sehat-sakit pada orang Gorontalo (suku Hulontalo)
menyikapi pandemi COVID-19 di Desa Lembah Hijau”.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan


pendekatan fenomenologi yaitu memahami makna dari pengalaman hidup yang
dialami oleh partisipan. Tehnik penelitian dilakukan dengan wawancara
mendalam pada masyarakat desa Lembah Hijau pada tanggal 05-09 Oktober
2020. Jumlah partisipan 4 orang. Analisa data menggunakan metode “Colaizzii”
dengan membuat pedoman wawancara, membaca kembali deskripsi informasi,
mengidentifikasi kata kunci, memformulasikan kata kunci, dan
mengelompokkan tema. Tema penelitian yang dihasilkan: Orang Huluntalo
merasa terganggu dan takut bepergian akibat Covid-19, Perilaku sehat Orang
Hulontalo selama pandemi COVID-19 adalah membiasakan perilaku hidup bersih
dan sehat, meningkatkan kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan ramuan herbal, serta saling mengingatkan.Orang Hulontalo
berhadap COVID-19 segera berakhir dan mengharuskan keseriusan pihak
puskesmas dalam penanganannya.
Saran: Bagi Desa Lembah Hijau agar hasil penelitian ini dapat di manfaatkan
oleh masyarakat Desa Lembah Hijau sebagai referensi. Bagi profesi
keperawatan menggali dan mengembangkan pengetahuan dan pendidikan
tentang perilaku sehat-sakit dalam menyikapi COVID-19. Kepada peneliti
selanjutnya peneliti menyarankan agar memperlebar wilayah penelitian dengan
menambah jumlah variabel penelitian dan jumlah sampek penelitian sehingga
tidak hanya perilaku sehat-sakit dalam menyikapi COVID-19 saja yang diteliti.

Kata Kunci : COVID-19, sehat-sakit, transkultural


Pustaka : 46

iv
ABSTRAK

NUR HIKMAH UMATI. (2020). HEALTHY BEHAVIOR OF GORONTALO PEOPLE


(HULONTALO TRIBE) RESPECTING PANDEMI COVID-19 IN LEMBAH HIJAU VILLAGE
(Supervised by A. Saputri Mulyana and Fhirawati).

Healthy behavior is an action that must be taken by every individual to


maintain and improve their health, including in the prevention of a disease,
self-care, maintaining physical fitness by exercising and consuming healthy and
nutritious food and environmental hygiene. Meanwhile, sick behavior is a way
to define the symptoms experienced by a person, make healing efforts, and
take advantage of the available health care system. This is to find out the
health-sick behavior of the Gorontalo people (Hulontalo tribe) in responding to
the COVID-19 pandemic in Lembah Hijau Village.

The research design used is qualitative research with a phenomenological


approach, namely understanding the meaning of life experiences experienced
by participants. The research technique was carried out by in-depth interviews
with the Green Valley villagers on October 05-09 2020. The number of
participants was 4 people. Data analysis used the "Colaizzii" method by making
interview guidelines, rereading information descriptions, identifying keywords,
formulating keywords, and classifying themes. The resulting research theme:
The Huluntalo people feel disturbed and afraid of traveling due to Covid-19,
the healthy behavior of the Hulewan people during the COVID-19 pandemic is to
familiarize themselves with a clean and healthy lifestyle, increase their
immunity by consuming nutritious food and herbal ingredients, and remind each
other. Gorontalo for COVID-19 will end soon and requires the seriousness of the
health center in handling it.
Suggestion: For Lembah Hijau Village, the results of this research can be used
by the people of Lembah Hijau Village as a reference. The nursing profession
explores and develops knowledge and education about health-sick behavior in
responding to COVID-19. To the next researcher, the researchers suggested that
they widen the research area by increasing the number of research variables
and the number of research samples so that not only healthy and sick behavior
in responding to COVID-19 can be studied.

Keywords : COVID-19, transcultural, healthy-sick,


Reference : 46

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Perilaku Sehat-Sakit pada Orang Gorontalo (Suku Hulontalo)

Menyikapi Pandemi COVID-19 di Desa Lembah Hijau” ini tepat waktu. Skripsi

ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan Universitas Patria Artha.

Terima Kasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang

tuaku Bapak Yunardi Umati S.Pd.I dan Ibu Nur Ichlas Muhamad S.Pd. Saudara-

saudaraku tercinta yang aku sayangi Muchlis Arif Umati, Moh. Firmansyah

Umati, Moh. Efendi S. Karatte, Wahyuni Hunowu, S.Pd, dan Puspita Mohune,

M.Pd Serta Ponakan-ponakan yang telah memberikan support, perhatian, do’a

serta bantuan materi. Keluarga besar angkatan 2016 keperawatan Anterior

yang telah meluangkan waktunya untuk selalu memberikan semangat dan

memberikan dukungan dan motivasi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis juga menyadari bahwa banyak

pihak yang memberi bantuan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ibu Ita Hartati, AK, M.BA. sebagai Ketua Yayasan Universitas Patria Artha.

2. Bapak Bastian Lubis, SE., M.M. sebagai Rektor Universitas Patria Artha.

3. Ibu Sainah, S.ST., M.M sebagai Dekan Fakultas Kesehatan.

4. Bapak Muhammad Sofyan, S.Pd., S.Kep., Ners., FN sebagai Ketua Prodi S1

Ilmu Keperawatan Universitas Patria Artha.

vi
5. Ibu Ns. A. Saputri Mulyana, S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing pertama

yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama

proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Ns. Fhirawati, S.Kep., M.Kes. selaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan serta kritik

dan sarannya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Universitas Patria Artha atas bantuan dan

keramahannya kepada penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian

skripsi ini.

8. Kepala Desa Lembah Hijau yang telah memberikan izin penelitian dan

pengambilan data terkait penelitian ini.

9. Keluarga besar Mahasiswa Universitas Patria Artha yang selalu memberikan

suport dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga saran dan kritik serta tanggapan yang membangun

sangat dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Akhir kata penulis berharap semoga hasil karya ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak baik masyarakat maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Aamiin Ya Robbal Alamin.

Gorontalo, Oktober 2020

Penulis

(NUR HIKMAH UMATI)

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.........................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ii

ABSTRAK...................................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................iv

KATA PENGANTAR.......................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................vii

DAFTAR TABEL...........................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.........................................................................x

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................xi

DAFTAR ISTILAH..........................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................7

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................7

1.4 Manfaat Penelitian........................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................8

2.1 Tinjauan Umum COVID-19...............................................8

2.2 Tinjauan Umum Perilaku Sehat-Sakit..................................17

2.3 Tinjauan Umum Konsep Dasar Keperawatan..........................30

2.4 Tinjauan Umum Budaya/Nilai Adat Istiadat dalam Praktik

Keperawatan...............................................................34

2.5 Tinjauan Umum Budaya Gorontalo.....................................40

viii
2.6 Kerangka Pikir..............................................................50

BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................51

3.1 Desain Penelitian..........................................................51

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................52

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling...............................52

3.4 Sumber Data................................................................53

3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................54

3.6 Metode Analisis............................................................54

3.7 Etika Penelitian............................................................56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................52

4.1 Hasil Penelitian............................................................58

4.2 Hasil Analisis Penelitian Kualitatif......................................60

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................70

5.1 Kesimpulan.................................................................70

5.2 Saran........................................................................70

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk..........................................................47

Tabel 2.2 Kondisi Kesehatan.........................................................49

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan..................................................58

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Unsur Paradigma Keperawatan..........................................37

Gambar 2.2 Leininger Sunrise Model..................................................38

Gambar 2.3 Pasar Gorontalo............................................................40

Gambar 2.4 Kegiatan Olahraga yang dipandu Oleh Tim Puskesmas..............43

Gambar 2.5 Pembuatan Obat Tradisional oleh Wanita di Desa Lembah

Hijau.........................................................................44

Gambar 4.1 Tema Pengalaman Selama COVID-19...................................62

Gambar 4.2 Tema Perilaku Sehat dan Tindakan Pencegahan.....................63

Gambar 4.3 Tema Perilaku Sakit.......................................................65

Gambar 4.4 Tema Tindakan Promotif.................................................66

Gambar 4.5 Tema Harapan.............................................................68

Gambar 4.3 Tema Perilaku Sakit.......................................................65

xi
DAFTAR SINGKATAN

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome

CFR : Case Fatality Rate

COVID-19 : Coronavirus Disease 2019

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

KKMMD : Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang

Meresahkan Dunia

MERS : Middle Eastern Respiratory Syndrome

MERS-CoV : Middle Eastern Respiratory Syndrome Coronavirus

OdP : Orang dalam Pengawasan

OTG : Orang Tanpa Gelaja

Pemprov : Pemerintah Provinsi

PdP : Pasien dalam Pengawasan

PHEIC : Public Health Emergency of International Concern

PHBS : Peilaku Hidup Bersih dan Sehat

PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar

SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome

SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus

SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

S-O-R : Stimulus – Organisme – Respon

WHO : World Health Organization

USG : Ultrasonografi

xii
DAFTAR ISTILAH

Bronkoskopi : Bronkoskopi adalah tindakan medis yang

bertujuan untuk melakukan visualisasi

trakea dan bronkus

Bronkus : Cabang batang tenggorokan

Case Fatality Rate : Tingkat kematian kasus

Civet cats : Luwak

CT Scan : Computed Tomography scan

Droplet : Tetesan

Immuno compromised : Kelainan sistem imun

New Normal : Tatanan hidup baru

Pneumonia : Radang paru-paru

Pohala'a : Keluarga atau Kerajaan

Probable cases : Kasus yang mungkin terjadi

Social Distancing : Pembatasan sosial

Transcultural Nursing : Keperawatan transkultural

Work From Home : Bekerja di rumah

Physical Distancing : Pembatasan jarak fisik

Hulontalo : Gorontalo

Pandemi : Wabah penyakit Global

Corona virus : Virus yang menyerang sistem pernapasan.

World Health Organization : Badan Kesehatan Dunia

Zoonosis : Penyakit menular antara Hewan ke Manusia

Etiologi : Cabang biologi tentang penyebab penyakit

Fatigue : Kelelahan

xiii
Myalgia : Nyeri Otot

Gastrointestinal : Sistem Pencernaan

Kongesti hidung : Hidung Tersumbat

Melaise : Perasaan tidak nyaman

Sepsis : Napas pendek

Takipnea : Pernapasan cepat

Suspect case : Kasus Terduga

Swab : Cara untuk memperoleh bahan

pemeriksaan (sampel)

Nasofaring : Tenggorokan bagian atas yang terletak di

belakang hidung dan di balik langit-langit

rongga mulut

Orofaring : Bagian tengah faring.

Sputum : Dahak

Laring : Pangkal tenggorokan

Trakea : Batang tenggorokan

Pleura : Lapisan tipis yang melapisi paru-paru dan

dinding dada

Vaksin : Bahan antigenik yang digunakan untuk

menghasilkan kekebalan terhadap suatu

penyakit

Lockdown : Karantina Wilayah

Stimulus : Rangsangan dari luar

Organisme : Mahluk Hidup

Covert Behaviour : Perilaku tertutup

xiv
Overt Behaviour : Perilaku terbuka

Reward : Ganjaran

Punishment : Hukuman

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Untuk Menjadi Partisipan

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Responden

Lampiran 3 : Data Demografi Partisipan

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara

Lampiran 5 : Lembar Catatan Lapangan (Field Note)

Lampiran 6 : Transkrip Wawancara

Lampiran 7 : Kata Kunci

Lampiran 8 : Kategori

Lampiran 9 : Tema

Lampiran 10 : Pengantar Surat Penelitian Ke Desa Lembah Hijau

Lampiran 11 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 12 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 13 : Dokumentasi

Lampiran 14 : Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Lampiran 15 : Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada akhir 2019 dan awal 2020, dunia digemparkan dengan

munculnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus. Hal ini, ramai

diberitakan muncul dari suatu Pasar Grosir Makanan Laut Huanan yang ada

di Kota Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, Cina Tengah. Wuhan sendiri

termasuk kota megapolitan dengan total penduduk mencapai belasan juta

warga, sama seperti Beijing, Shanghai, dan lain-lain. Akibat virus ini,

korban pun berjatuhan dan diprediksikan akan menyebar kepenjuru dunia,

jika tidak ditangani dengan baik, cepat, dan tepat. Isolasi pun sudah

dilakukan oleh Pemerintah China di wilayah Wuhan sebagai wilayah

penyebaran virus [CITATION Muk20 \l 1033 ].

Awalnya, virus ini menyerupai flu dengan sekitar 500 pasien pada

tahun 1960. Selanjutnya, ada beberapa wabah yaitu Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) yang disebabkan oleh SARS Coronavirus

(SARS-CoV), mulai terjadi di Guangdong, China pada Tahun 2002 (Peiris et

al., 2003), Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) yang disebabkan

oleh MERS Coronavirus (MERS-CoV) dan mulai terjadi di Negara Arab Saudi

dan Timur Tengah pada tahun 2012 (Zumla, Hui, & Perlman, 2015), maka

dari kedua peristiwa itulah para pakar mulai berfokus pada penyebab dan

menemukan hasil apabila wabah ini diakibatkan oleh bentuk baru yaitu

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh SARS

Coronavirus 2 (SARS-Cov-2), kemunculannya diduga penyakit pneumonia,

dengan gejala serupa flu pada umumnya. Gejala yang timbul diantaranya:

1
2

demam, batuk, letih, sesak napas, dan tidak nafsu makan selama 14 hari.

Gejala virus corona dapat berkembang dengan cepat hingga

mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ serta menimbulkan

kematian [CITATION Abd \l 1033 ].

Virus corona (COVID-19) yang sangat meresahkan masyarakat dunia,

kasus COVID-19 sampai 31 Maret 2020 di China sebanyak 81.620, dengan

3.322 jiwa meninggal dunia, dan 76.571 jiwa berhasil sembuh. Virus ini

telah menyebar ke 203 negara, dengan kasus terkonfirmasi sejumlah

827.419 dengan angka kematian 40.777 jiwa. Indonesia tidak lepas dari

COVID-19, kasus pertama pada 2 maret 2020, yang diduga tertular dari

orang asing yang berkunjung ke Indonesia. Kasus di Indonesia pun terus

bertambah di seluruh Provinsi, hingga 02 April 2020 tingkat kematian

mencapai 10% termasuk angka kematian tertinggi diantaranya terdapat

1.790 kasus dengan angka kematian 170 jiwa. Kondisi ini sangat penting

untuk mendapatkan perhatian karena sangat rentan dengan penyebaran

wabah COVID-19 yang akhir-akhir ini menimbulkan keresahan seluruh

lapisan masyarakat[CITATION Sam \l 1033 ]. Tentunya langkah pemerintah

dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk meminimalisir terjadinya

peningkatan pasien sudah dilakukan, dan hal tersebut didukung oleh

kontribusi media sosial sebagai edukasi kepada masyarakat tentang

COVID-19.

Berdasarkan bukti yang ada, COVID-19 ditularkan melalui kontak

dekat dan droplet (tetesan), bukan melalui transmisi udara. Orang-orang

yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan dekat

dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Di


3

Indonesia itu sendiri, definisi operasional pada kasus COVID-19 mengacu

pada panduan yang telah ditetepkan oleh Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia yaitu dengan istilah Orang dalam Pengawasan (OdP),

Pasien dalam Pengawasan (PdP), dan Orang Tanpa Gelaja (OTG) yang

tidak memiliki resiko tertular atau ada kontak erat dengan pasien COVID-

19 [CITATION Han20 \l 1033 ].

Hingga saat ini, seluruh provinsi yang ada di Indonesia telah terdapat

kasus positif COVID-19, tak terkecuali Provinsi Gorontalo. Provinsi yang

terletak dibagian utara Sulawesi ini tercatat sebagai provinsi yang paling

akhir terkonfirmasi positif COVID-19 pada tanggal 09 April 2020, dengan

pasien 01 yang memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah. Sebelumnya

pasien tersebut menolak untuk diperiksa. Sebagaimana yang dilansir pada

salah satu situs resmi lokal Gorontalo yaitu Gopos.id bahwa angka

keseluruhan kasus positif COVID-19 di Gorontalo pertanggal 27 Juli 2020

telah tercatat mencapai 851 jiwa dengan pasien sembuh 397 jiwa,

meninggal dunia 33 jiwa dan sementara dalam perawatan ada 421 jiwa.

Semakin bertambahnya kasus COVID-19 di Gorontalo, dengan ini

pemerintah Provinsi Gorontalo (Pemprov) bersama pemerintah

kabupaten/kota telah memberikan peraturan untuk menekan angka

kenaikan kasus COVID-19 di Provinsi Gorontalo, seperti: menggunakan

masker ketika keluar rumah, jaga jarak, pembatasan sosial, peraturan

PSBB sebanyak 3 tahapan, dan tatanan hidup baru. Namun, hal ini

berbeda dengan pemerintah, kasus COVID-19 menimbulkan persepsi

negatif pada sebagian besar masyarakat, diantaranya mendorong

masyarakat menyembunyikan penyakit untuk menghindari diskriminasi,


4

mencegah masyarakat mencari perawatan kesehatan segera, dan

mencegah mereka untuk mengadopsi perilaku sehat.

Upaya mengantisipasi jumlah peningkatan pasien COVID-19 di seluruh

daerah, pemerintah Indonesia melakukan langkah demi langkah.

Diantaranya yaitu: memberikan kebijakan membatasi kegiatan keluar

rumah, kegiatan di sekolah dirumahkan, bekerja di rumah (work from

home), bahkan kegiatan ibadah pun dirumahkan, pembatasan social

(social distancing), dan pembatasan jarak fisik (physical distancing).

Kebijakan ini diharapkan masyarakat mampu beradaptasi dan membantu

pemerintah dalam meminimalisir penularan COVID-19 [CITATION Yun \l 1033

]. Munculnya COVID-19 menimbulkan perilaku sehat sakit yang baru di

tengah masyarakat, seperti tindakan mencuci tangan dengan sabun,

menggunakan masker, berjemur di bawah sinar matahari setidaknya 10-15

menit pada pukul 10 pagi, lebih sering berolah raga, dan meminum

ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan serta memperbanyak

mengonsumsi Vitamin C.

Sehat adalah keadaan yang lengkap dari sehat fisik, sosial, mental,

dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1946).

Sedangkan menurut Pemons, 1972 Sakit adalah suatu keadaan dimana

tubuh merasa terganggu. Sehat dan sakit merupakan proses yang

berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi

dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya

[CITATION Irw17 \l 1033 ].

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam suku

dan budaya yang ada di dalamnya. Salah satunya adalah suku Gorontalo.
5

Munculnya berbagai suku tersebut memberikan dinamika budaya pada

masyarakat Indonesia. Termasuk diantaranya adalah konsep sehat-sakit,

yaitu bagaimana mereka memandang sehat dan sakit.

Konsep dan perilaku sehat sakit Suku Gorontalo khusus yang berkaitan

dengan istilah "sakit" tidak lain adalah mengacu pada adanya kondisi fisik

yang tidak stabil akibat terjadinya gangguan serta disfungsional antara

zat-zat alam yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Perilaku sehat

sakit pada Suku Gorontalo: (1) Sifat solidaritas yang tinggi pada orang

Gorontalo juga di tunjukkan saat sakit. Hal ini terbukti dengan hadirnya

keluarga dan kerabat untuk membesuk jika ada yang dirawat di Puskesmas

maupun Rumah Sakit. (2) Ketika ada yang sakit, keluarga membawakan

air untuk di minum, dan ramuan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan di

basuh pada wajah serta badannya. Masyarakat suku Gorontalo untuk

mempertahankan kondisi kesehatan dengan cara mengkonsumsi

multivitamin untuk menjaga daya tahan tubuh, menjaga keseimbangan

tubuh, memperbanyak mengonsumsi air putih, dan berolahraga setiap hari

jum’at yang dipandu oleh Tim Kesehatan Puskesmas. Perilaku suku

Gorontalo saat sakit dengan cara beristirahat total, memilih

memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan dan mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

Perbedaan konsep dan perilaku sehat-sakit ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah faktor budaya, termasuk pada

masyarakat suku Gorontalo. Gorontalo mempunyai ragam etnis yang

membentuk atau terbentuk menjadi Pohala'a (yang berarti Keluarga atau


6

Kerajaan), diantaranya: Etnis Hulontalo, Etnis Suwawa, Etnis Limboto,

Etnis Bolango, dan Etnis Atinggola (gorontaloprov.go.id, 2016).

Di Provinsi Gorontalo meskipun telah mencapai angka 851 jiwa yang

terpapar COVID-19. Desa Lembah Hijau, Kecamatan Bonepantai,

Kabupaten Bone Bolango yang merupakan salah satu desa di Gorontalo ini

belum tercatat adanya kasus positif COVID-19 sampai saat ini pertanggal

10 Agustus 2020. Desa Lembah Hijau terletak di antara pegunungan dan

pantai yang secara otomatis masyarakatnya mayoritas adalah petani dan

nelayan dengan total penduduk 252 kepala keluarga dan 933 jiwa.

Hal ini menunjukkan bahwa lahirnya perbedaan budaya yang

berimplikasi pada perbedaan konsep dan perilaku sehat-sakit masyarakat

merupakan fenomena masyarakat yang tidak boleh dipandang sebelah

mata, termasuk pada pemberian pelayanan keperawatan. Hal ini

menegaskan bahwa perawat perlu mempertimbangkan latar belakang

budaya klien dalam memberikan asuhan keperawatan, yang dalam

istilahnya disebut dengan Transcultural Nursing [CITATION Mul181 \l 1033 ]

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya

pada proses belajar dan praktik keperawatan. Fokus dalam memandang

perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,

sehat sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan

tindakan, serta ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan

khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002

dalam [CITATION Isk19 \l 1033 ].


7

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

“Bagaimana Perilaku Sehat-Sakit Pada Orang Gorontalo (Suku Hulontalo)

Menyikapi Pandemi Covid-19 Di Desa Lembah Hijau”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Sehat-Sakit pada Orang

Gorontalo (Suku Hulontalo) Menyikapi Pandemi COVID-19 di Desa Lembah

Hijau”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perilaku sehat-sakit pada orang Gorontalo (suku

Hulontalo) menyikapi pandemi COVID-19 di Desa Lembah Hijau”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktik Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan edukasi dan

intervensi keperawatan yang dapat diterapkan oleh petugas kesehatan

dalam melakukan Asuhan Keperawatan dengan melihat budaya

masyarakat ditengah wabah virus Corona.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi terkait dengan

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Riset Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi

pengembangan keilmuan khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Patria Artha.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang COVID-19

1. Corona Virus

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua

jenis virus corona yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat

menimbulkan gejala berat, seperti:

a. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Pada tanggal 12 Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia (World

Health Organization / WHO) mengeluarkan suatu peringatan ke

seluruh dunia tentang adanya suatu penyakit yang disebutnya

sebagai sindrom penapasan akut parah (Severe Acuterespiratory

Syndrome/SARS). Penyakit ini sebagai radang paru (pneumonia)

yang berkembang secara sangat cepat, progresif, dan seringkali

bersifat fatal, dan diduga berawal dari suatu Provinsi di China

Utara, yaitu Provinsi Guangdong. Pada saat WHO mengumumkan,

kasus-kasus SARS diketahui telah menyerang beberapa negara

seperti Cina, Hongkong, Vietnam, Singapura, dan Kanada. Sampai

dengan tanggal 3 Mei 2003, telah ditemukan sebanyak 6.234

kasus (probable cases) dan 435 (6,97%) kematian di tiga puluh

negara. Sulit sekali untuk menentukan dengan pasti, berapa

jumlah kasus, berapa negara yang terkena wabah SARS dan

8
9

berapa angka kematian, oleh karena gambaran penyakit ini

setiap saat berubah dengan cepat [CITATION Sin \l 1033 ].

b. Middle East Respiratory Syndrome (MERS)

MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus)

adalah suatu virus Corona yang belum pernah ditemukan

menginfeksi manusia sebelumnya. Virus ini pertama kali

ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012. Berdasarkan laporan

WHO (World Health Organization), sejak September 2012 sampai

10 Juni 2015, telah ditemukan 1.257 kasus konfirmasi MERS-CoV

dengan 448 orang mengalami kematian (CFR (Case Fatality

Rate): 35,64%). MERS-CoV mulai berjangkit di Arab Saudi dan

menyebar ke Eropa serta dapat pula menyebar ke negara lain,

termasuk Indonesia. Salah satu warga negara Indonesia yang

terinfeksi MERS-CoV telah meninggal dunia pada April 2014 lalu.

Sampai saat ini belum tersedia vaksinasi untuk MERS-CoV.

Untuk menekan angka penyebaran penyakit MERS-CoV, hal

yang harus dipahami ialah dengan memahami pengaruh

pertumbuhan dan penyebaran penyakit menular. Banyak faktor

yang mempengaruhi dinamika populasi manusia akibat penyakit

menular, misalkan perpindahan populasi, gaya hidup, dan

meningkatnya perjalanan internasional. Untuk penyakit yang

menular seperti SARS-CoV dan MERS-CoV, ialah dengan

perpindahan populasi manusia yang menjadi faktor penting

dalam penyebaran penyakit diantara wilayah yang berbeda

[CITATION Yon \l 1033 ].


10

Gejala MERS-CoV pada umumnya yaitu demam, batuk,

gangguan pernafasan akut, kadang terdapat gangguan gejala

saluran pencernaan seperti misalnya diare, dan timbul

ganmbaran pneumonia. Kelompok yang rentan terhadap penyakit

ini yaitu anak-anak, wanita hamil, usia lanjut (lebih dari 60

tahun), dan penderita penyakit kronis seperti hipertensi,

diabetes militus, penyakit jantung dan pernafasan, serta

defisiensi immunitas (immune compromised). Sampai saat ini,

belum terdapat pengobatan dan vaksin pada penyakit ini

[CITATION KEM13 \l 1033 ].

c. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Coronavirus disease 2019 atau Coronavirus 2 (SARS-Cov-2),

mulai muncul di Wuhan, Hubei, Cina pada Desember Tahun 2019.

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru

yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona

adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing

luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.

Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini

sampai saat ini masih belum diketahui [CITATION KEM20 \l 1033 ].

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di

Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020,

China mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui


11

etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (coronavirus

disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah

menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang

Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International

Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19

berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar

negara [ CITATION KEM20 \l 1033 ].

2. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala

gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14

hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan

kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada

sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus

mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan

infiltrat pneumonia luas di kedua paru.

Infeksi COVID-19 menimbulkan gejala ringan, sedang, dan berat.

Gejala utama mencul yaitu deman (suhu>38OC), dan kesulitan

bernafas. Selain itu disertai dengan sesak memberat, fatigue,

myalgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran

pernapasan lain. Setengah dari pasien mengalami sesak napas dalam

satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan

progresif, seperti Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), syok

septik, asidosis metabolic yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau


12

disfungsi kooagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,

gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai demam.Kebanyakan

pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi

kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul

jika terinfeksi (PDPI, 2020 dalam [CITATION Yul20 \l 1033 ].

a. Tidak berkomplikasi

Pada pasien yang tidak terkontaminasi, gejala yang muncul

tidak spesifik. Gejala utama yang muncul seperti: demam, batuk

disertai dengan nyeri pada tenggorokan, kongesti hidung,

perasaan tidak nyaman (melaise), sakit kepala, dan nyeri otot.

Pada pasien lanjut usia gejala yang timbul menjadi tidak khas.

Selain itu, pada beberapa kasus yang ditemukan gejala yang

timbul tidak disertai dengan demam, dan tidak memiliki gejala

komplikasi seperti dehidrasi, serta sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia ringan

Gejala utama yang muncul seperti: demam, batuk, dan

sesak napas. Namun, tidak ada tanda pneumonia berat. Pada

anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk

atau susah bernapas.

c. Pnemumonia berat

Pada pasien dewasa gejala yang muncul diantaranya:

demam, dan dicurigai terjadi infeksi saluran pernapasan. Tanda

yang muncul yaitu: takipnea (frekuensi napas >30x/menit),

distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90%

udara luar.
13

3. Penegakan Diagnosis

Berdasarkan (Panduan Surveilans Global WHO, dalam [CITATION

Han20 \l 1033 ] untuk novel Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

pertanggal 20 Maret 2020, infeksi COVID-19 ini diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Kasus Terduga (suspect case)

a) Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya

satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak

napas), dan riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang

melaporkan penularan di komunitas dari penyakit COVID-19

selama 14 hari sebelum serangan gejala,

b) Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak

dengan kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19 dalam 14

hari terakhir sebelum terkontaminasi

c) Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan

setidaknya satu tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti

batuk, sesak napas dan memerlukan rawat inap) dan tidak

adanya alternatif diagnosis lain yang secara lengkap dapat

menjelaskan presentasi klinis tersebut.

b. Kasus probable (probable case)

a) Kasus terduga yang hasil tes dari COVID-19 inkonklusif,

b) Kasus terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan

karena alasan apapun.


14

c. Kasus terkonfirmasi, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

laboratorium infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau

tidaknya gejala dan tanda klinis.

4. Pemeriksaan Penunjang (PDPI 2020 dalam Yuliana 2020)

a. Pemeriksaan radiologi pada pneumonia dilakukan fototoraks, bisa

dilanjutkan dengan computed tomography scan (CT scan) toraks

dan USG toraks.

b. Pemeriksaan saluran napas atas dan bawah.

a) Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan

orofaring).

b) Saluran napas bawah (sputum dan bilasan bronkus).

c. Pemeriksaan bronkoskopi yaitu pemeriksaan yang dilakukan

untuk memeriksa bagian dalam paru-paru dan saluran napas

menggunakan alat bronkoskopi melalui tenggorokan, laring,

trakea, ke dalam bronkus.

d. Pemeriksaan fungsi pleura sesuai kondisi

e. Pemeriksaan kimia darah

f. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi kemungkinan

penularan).

5. COVID-19 di Indonesia

Indonesia tidak lepas dari COVID-19, kasus pertama pada 2 Maret

2020, yang diduga tertular dari orang asing yang berkunjung di

Indonesia. Kasus di Indonesia pun terus bertambah di seluruh

Provinsi, hingga 02 April 2020 tingkat kematian mencapai 10%

termasuk angka kematian tertinggi diantaranya terdapat 1.790 kasus


15

dengan angka kematian 170 jiwa. Tentunya langkah pemerintah

dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk meminimalisir

terjadinya peningkatan pasien sudah dilakukan, dan hal tersebut

didukung oleh kontribusi media sosial sebagai edukasi kepada

masyarakat tentang COVID-19 [ CITATION Sam \l 1033 ]. Informasi

COVID-19 tanggal 20 Agustus 2020 dengan kasus positif 147.211 jiwa,

sembuh 100.674 jiwa, dan meninggal 6.418 jiwa (Covid19.go.id).

Melihat begitu berbahayanya dampak yang ditimbulkan oleh

COVID-19, hampir setiap negara di dunia termasuk Indonesia

mengambil langkah-langkah preventif berupa pembatasan sosial,

pengaturan jarak fisik, serta karantina wilayah baik dalam skala

penuh maupun terbatas. Kebijakan ini terpaksa diambil oleh sejumlah

negara sebagai pilihan pahit untuk meminimalkan dan menekan

jumlah penyebaran COVID-19 yang terus meningkat dari waktu ke

waktu. Disaat yang sama, para ahli kesehatan di berbagai negara juga

belum menemukan vaksin tepat dan mampu mengobati orang yang

terinfeksi virus. COVID-19 bukan hanya menjadi pandemi, tetapi juga

telah menjadi bencana yang sangat mematikan bagi manusia di

berbagai negara [CITATION Ahy20 \l 1033 ].

Di Indonesia, istilah pembatasan sosial telah diatur dalam Pasal

59 dan 60 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina

Kesehatan (Setiawan, 2020 dalam [ CITATION Ahy20 \l 1033 ]. Aturan ini

juga menjelaskan perbedaan makna antara lockdown dan social

distancing. Menurut UU tersebut, karantina wilayah (lockdown)

adalah pembatasan penduduk dalam suatu wilayah termasuk wilayah


16

pintu masuk beserta isinya yang diduga dapat terinfeksi penyakit atau

mencegah penyebaran penyakit yang terkontaminasi. Sedangkan

pembatasan sosial (social distancing) adalah pembatasan kegiatan

tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi

penyakit atau untuk mencegah kemungkinan terjadi kontaminasi

[ CITATION Ahy20 \l 1033 ].

6. COVID-19 di Gorontalo

Seperti yang kita ketahui, Provinsi yang terletak dibagian utara

Sulawesi ini tercatat sebagai provinsi yang paling akhir terkonfirmasi

positif COVID-19 pada tanggal 09 April 2020, dengan pasien 01 yang

memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah. Sebelumnya pasien

tersebut menolak untuk diperiksa. Sebagaimana yang dilansir pada

salah satu situs resmi lokal Gorontalo yaitu Gopos.id Semakin

bertambahnya kasus COVID-19 di Gorontalo, dengan ini pemerintah

Provinsi Gorontalo (Pemprov) bersama kabupaten/kota telah

mengeluarkan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

sebanyak III tahapan, dengan membatasi segala aktivitas masyarakat

di luar rumah, tempat kerja, pusat pembelanjaan, minimarket, dan

mall juga di batasi jam beroperasi serta tempat wisata Gorontalo

ditutup. Namun, upaya pemerintah dalam mengeluarkan peraturan

membuat masyarakat bosan dan tidak disiplin lagi sehingga kasus

COVID-19 semakin bertambah setiap harinya. Pada tanggal 17 Juni

2020 yang lalu, pemerintah Gorontalo mengeluarkan peraturan baru

dengan menerapkan tatanan hidup baru (New Normal)

(Gorontalo.go.id, 2020).
17

2.2 Tinjauan Umum tentang Perilaku Sehat Sakit

1. Definisi Perilaku

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)

dalam [ CITATION Irw17 \l 1033 ] merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”

atau Stimulus – Organisme – Respon.

Menurut [ CITATION Adl15 \l 1033 ] perilaku merupakan

responatau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar

(stimulus). Perilaku dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Perilaku terbuka (Overt behaviour) yaitu: apabila respon

tersebut dalam bentuk tindakan maka dapat diamati oleh orang

lain (praktek).

b. Perilaku tertutup (covert behaviour) yaitu: perilaku yang terjadi

apabila respon stimulus belum bisa diamati oleh orang lain

secara jelas. Respon seseorang masih akan terbatas dalam

bentuk persepsi, perasaaan, perhatian bahkan sikap terhadap

stimulus yang bersangkutan.

Perilaku akan muncul sebagai akibat dari beberapa hal, yang

diantranya yaitu adanya hubungan timbal balik antara stimulus

dan respon yang lebih dikenal dengan rangsangan tanggapan.

Hubungan stimulus dan respon dapat membentuk pola perilaku


18

baru dengan suatu mekanisme dari proses belajar dari lingkungan

luar yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Misalnya

dengan ganjaran (reward) akan memberikan penguatan atau

mempertahankan respon sedangkan hukuman (punishment)

dapat melemahkan atau mengalihkan respon ke bentuk respon

yang lain. Perubahan ini akibat dari ganjaran atau hukuman yang

diberikan.

2. Faktor yang memengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam [CITATION Har18 \l 1033 ] tingkat

kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan,

alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Masyarakat bukan hanya berbekal fasilitas, pengetahuan, sikap

yang positif, melainkan diperlukan perilaku contoh atau acuan dari


19

toko masyarakat, agama, dan petugas kesehatan serta diperkuat oleh

undang-undang.

3. Definisi Sehat

Undang–Undang Kesehatan No. 36 Tahun (2009) definisi sehat

adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial

yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan

saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya

merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa

membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut, dan

tingkat sosial ekonominya [CITATION Kus17 \l 1033 ].

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun (2009) dalam

[CITATION Nad \l 1033 ] meliputi: fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan

ekonomi. Sehat fisik  yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit

dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan

berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental

(jiwa) mencakup:

a. Sehat pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu

berpikir secara logis (masuk akal),

b. Sehat spiritual tercermin dari cara seseorang dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan

terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari

praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik

yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.

c. Sehat emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.


20

d. Sehat sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan

dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan

orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku,

agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.

Setiap individu mempunyai hak akan hidup sehat, oleh karenanya

kesehatan baik individu maupun kelompok bermasyarakat merupakan

aset yang harus dijaga, di lindung, bahkan ditingkatkan (Notoatmodjo

2009 dalam Hajarti, dkk., 2012). Bagi masyarakat umum, sehat dapat

diartikan sebagai kondisi tidak sakit. Kesehatan adalah sesuatu yang

biasanya hanya dipikirkan bila sakit atau gangguan kesehatan yang

mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang (Ewles dan Simnet, 1994

dalam Hajarti, dkk., 2012).

4. Definisi Perilaku Sehat

Perilaku sehat merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh

setiap individu untuk memelihara, dan meningkatkan kesehatannya,

termasuk juga dalam pencegahan suatu penyakit, perawatan diri,

menjaga kebugaran tubuh dengan cara berolah raga dan mengonsumsi

makanan sehat dan bergizi serta kebersihan lingkungan (Notoatmodjo,

2010 dalam [ CITATION Irw17 \l 1033 ].

Perilaku sehat harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan

manusia kapan dan dimana saja termasuk di dalam lingkungan dan

tempat tinggal karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang

akan membentuk kebiasaan sehingga melekat dalam diri seseorang.

Salah satunya dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil


21

pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat

menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat [ CITATION Adl15 \l 1033 ].

5. Definisi Sakit

Sakit merupakan keadaan yang tidak nyaman yang menimpa

seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam beraktivitas baik

aktivitas rohani, jasmani, dan sosial (Pemons, 1972 dalam [ CITATION

Irw17 \l 1033 ].

Sakit juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik itu yang

berasal dari gaya hidup yang kurang sehat, lingkungan yang tidak

bersih, ataupun karena menurunnya metabolisme tubuh. Sakit tidak

lain adalah seseorang dikatakan sakit apabila seluruh aktivitasnya

terganggu atau dia menderita penyakit menahun (kronis). Walaupun

seseorang dikatakan sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin,

pilek, tetapi bila ia tidak merasa terganggu untuk melaksanakan

kegiatannya maka ia dianggap tidak sakit [ CITATION Kus17 \l 1033 ]

6. Definisi Perilaku Sakit

Menurut [ CITATION Irw17 \l 1033 ] perilaku sakit (illness

behaviour), yaitu semua aktivitas yang dilakukan oleh individu yang

merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatan atau rasa sakitnya,

pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal penyakit,

pengetahuan dan kemampuan individu tentang penyebab penyakit,

dan usaha-usaha untuk mencegah penyakit. Perilaku sakit merupakan

perilaku orang sakit yang meliputi:

a. Cara seseorang memantau tubuhnya saat sakit,


22

b. Mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami saat

sakit,

c. Melakukan upaya penyembuhan,

d. Pemanfaatan sistem pelayanan kesehatan.

Menurut Bauman (1965) dalam [CITATION Bud161 \l 1033 ]

perilaku sakit adalah cara untuk mendefinisikan gejala yang di alami

oelh seseorang, melakukan upaya penyembuhan, dan memanfaatkan

sistem pelayanan kesehatan yang tersedia. Seseorang dapat

melakukan tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit,

yaitu:

a. Adanya gejala naiknya temperature tubuh, nyeri yang

dirasakan,

b. Persepsi tentang bagaimana gejala yang mereka merasakan

baik, buruk, dan sakit,

c. Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti

bekerja dan sekolah.

7. Faktor yang memengaruhi Sakit

Menurut [ CITATION Bud161 \l 1033 ] pada dasarnya sakit

merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam proses tumbuh

kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta

terganggunya proses penyesuaian diri manusia. Apabila seseorang

mengalami sakit atau menderita suatu penyakit akan mengalami

berbagai perubahan terutama/perubahan perilaku, beberapar faktor

yang mempengaruhi perubahan perilaku ketika seseorang sakit:

a. Faktor Internal
23

a) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang

dialami.

Klien akan segera mencari bantuan jika gejala sakit

mengganggu aktivitas sehari-hari. Sebaliknya, apabila

seseorang takut terhadap sakit yang serius maka mereka

akan mencari cara untuk menyangkalnya dan tidak mau

mencari bantuan.

b) Asal atau Jenis penyakit

Jenis penyakit akut gejala yang timbul relatif singkat,

berat dan mungkin akan mengganggu seluruh fungsi dimensi

yang ada, maka klien akan mencari pertolongan dan

mematuhi program terapi. Sedangkan jenis penyakit kronis

gejala yang timbul biasanya berlangsung lama, kurang lebih

6 bulan sehingga jelas mengganggu fungsi dimensi yang ada,

maka penyakit kronis tidak dapat disembuhkan dan terapi

yang diberikan hanya dapat menghilangkan gejala dari sakit.

b. Faktor Eksternal

a) Gejala yang Dapat Dilihat

Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat

mempengaruhi Perilaku Sakit dan Citra Tubuh.

b) Kelompok Sosial
24

Kelompok sosial klien akan membantu mengenali

ancaman penyakit, atau justru menyangkal potensi

terjadinya suatu penyakit.

c) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang

bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi

sakit. Dengan demikian, perawat perlu memahami latar

belakang budaya yang dimiliki klien.

d) Ekonomi

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia

akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang ia

rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika

merasa ada gangguan pada kesehatannya.

e) Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan

Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat

pelayanan medis lain sering mempengaruhi kecepatan

mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.

Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan

yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk

mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur

yang rumit.

8. Dampak Sakit

Menurut [CITATION Yan \l 1033 ] perilaku sakit yang akan

berdampak pada psikologis (psikososial) seseorang terdiri dari

perilaku sakit menegaskan dan perilaku sakit yang menyangkal.


25

Perilaku sakit menegaskan yaitu seperti berpura – pura sakit,

gangguan buatan dengan gejala psikologis, kecemasan, kehilangan

memori atau hilangnya fungsi otak perilaku sakit yang menyangkal

penolakan simptomatology psikotik untuk menghindari stigma rumah

sakit saat mendapatkan perawatan, penolakan penyakit untuk

menghindari diskriminasi, penolakan untuk menerima pengobatan

dengan adanya diagnosis gangguan jiwa, penolakan penyakit (kurang

pengetahuan) depresi psikotik. Menurut [ CITATION Bud161 \l 1033 ]

dampak sakit meliputi:

a. Dampak Sakit terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung

pada asal penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang

dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang

singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan menimbulkan

sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.

Misalnya seorang ayah yang mengalami demam, mungkin akan

mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk

menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin

akan menjadi mudah marah dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam

kehidupannya dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku

yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan

menarik diri. Perawat berperan dalam mengembangkan koping

klien dan keluarga terhadap stress, karena stressor sendiri tidak

bisa dihilangkan.
26

b. Dampak Sakit terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti

pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau

sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran klien

tersebut dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut

mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat

secara drastis dan berlangsung lama. Individu/keluarga lebih

mudah beradaptasi dengan perubahan yang berlangsung singkat

dan tidak terlihat. Perubahan jangka pendek yakni klien tidak

mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi

pada perubahan jangka panjang, klien memerlukan proses

penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’. Peran perawat

adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana

keperawatan.

c. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap

penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan

perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan

bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan

tersebut. Reaksi klien/keluarga terhadap perubahan gambaran

tubuh itu tergantung pada: Jenis perubahan (mis: kehilangan

tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu), kapasitas

adaptasi, kecepatan perubahan, dan dukungan yang tersedia.

d. Dampak Sakit terhadap Konsep Diri


27

Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya

sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan

kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. Konsep diri

tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang

dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan

spiritual diri.

Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat

kompleks dan kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan

peran. Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang

dengan anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami

perubahan konsep diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi

memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya menimbulkan

ketegangan dan konflik. Akibatnya anggota keluarga akan

merubah interaksi mereka dengan klien. Misalnya klien tidak lagi

terlibat dalam proses pengambilan keputusan di keluarga atau

tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada

anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya

sehingga klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan

konsep diri klien, dengan mengembangkan rencana perawatan

yang membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat dan

kondisi yang dialami klien.

e. Dampak Sakit terhadap Dinamika Keluarga


28

Dinamika Keluarga merupakan proses dimana keluarga

melakukan fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan

kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap

perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Misalnya jika salah

satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan

akan tertunda sampai mereka sembuh. Jika penyakitnya

berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi

yang baru sehingga bisa menimbulkan stres emosional. Misal:

anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah

satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan

rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka

seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka

termasuk kalau perlu sebagai pencari nafkah.

9. Perilaku PEMELIHARAAN KESEHATAN (HEALTH MAINTENANCE)

DAN LINGKUNGAN Masyarakat

Perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan jika

sakit. Perilaku ini terdiri atas dua aspek yaitu sebagai berikut: (1)

Makan dengan menu seimbang, (2) Olahraga secara teratur, (3)

Tidak merokok, (4) Tidak minum – minuman keras, (5) Tidak

menggunakan narkoba, (6) Istirahat yang cukup, (7) Hindari stres,

dan (8) Gaya hidup yang sehat.

Menurut Hendrik L.Blum (1972) dalam Budiono (2017), faktor

lingkungan mempunyai kontribusi besar yang dapat mempengaruhi

derajat kesehatan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan


29

fisik, sosial budaya dan sebagainya. Apabila individu bisa mengelola

lingkungan dengan baik, maka lingkungan tidak akan mengganggu

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, misalnya:

pengelolaan sampah, air minum, pembuangan tinja, pembangunan

limbah dan sebagainya.

Menurut Budiono (2017), perilaku ini adalah respons individu

terhadap lingkungan sebagai determinant kesehatan manusia.

Lingkup perilaku ini sesuai lingkungan kesehatan lingkungan, yaitu:

a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan

air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau

kotoran. Disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik

dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah

cair maupun padat. dalam hal ini termasuk sistem pembuangan

sampah dan air limbah yang sehat dan dampak pembuangan

limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat

menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.

2.3 Tinjauan Umum tentang Konsep Dasar Keperawatan


30

1. Teori Keperawatan

Teori merupakan rangkaian variabel, definisi yang saling

berhubungan dengan sudut pandang mengenai fenomena yang

menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan

fenomena alamiah. Selain itu, teori beserta manfaatnya saling

berhubungan satu sama lain. Sedangkan teori keperawatan

merupakan teori yang dibuat untuk menjelaskan sebuah fenomena,

seperti perawatan diri sendiri atau pelayanan (Fawcett, 2005 dalam

[CITATION Pot \l 1033 ].

2. Teori Keperawatan Menurut Para Ahli

Teori keperawatan yang menjalankan praktik keperawatan, yang

dapat diaplikasikan pada saat memberikan asuhan keperawatan yakni

keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan dan sehat. Berikut

adalah pembahasan yang menjelaskan secara kronologis teori

perkembangan, pemilihan teori, dan konsepnya [ CITATION Pot \l

1033 ]:

a. Teori Nightingle

Usaha dari Florence Nightingale merupakan usaha awal dari

keperawatan. Nightingale tidak melihat bahwa keperawatan

sebagai batasan administrasi medikasi dan pengobatan,

melainkan lebih kepada penyediaan udara segar, kehangatan,

sanitasi, ketenangan, pencahayaan dan nutrisi yang lengkap

(Nightingale, 1860). Dengan melalui observasi dan kumpulan

data, Nightingale menghubungkan status kesehatan klien dengan


31

faktor faktor lingkungan, diawali dengan perbaikan hygiene dan

sanitasi.

b. Teori Peplau

Teori Hildegard Peplau (1952), berfokus kepada individu,

perawat, dan proses interaktif. Tujuannya adalah membangun

hubungan yang baik antar perawat dan klien, hal ini untuk

mendidik klien dan keluarganya serta membantu dalam

kematangan perkembangan personal. Ketika kebutuhan primer

klien telah terpenuhi, maka kebutuhan baru datang lagi.

c. Teori Henderson

Virginia Henderson mendefinisikan bahwa keperawatan

sebagai “penolong individu saat sakit atau sehat, dalam

melakukan kegiatan yang bertujuan untuk kesehatan, pemulihan,

dan kematian yang damai dan individu dapat melakukannya

sendiri jika mereka mempunyai kekuatan, keinginan, atau

pengetahuan”. Henderson dalam teorinya mengkategorikan

empat belas kebutuhan dasar semua orang dan mengikutsertakan

fenomena dari ruang lingkup klien, seperti: fisiologi, psikologis,

sosial kultural, spiritual, dan perkembang untuk bekerja sama

antara perawat dan klien dalam mendapatkan semua kebutuhan

dan mencapai tujuannya.

d. Teori Rogers

Martha Rogers (1970), menganggap individu sebagai energy

lingkungan yang berada dalam jagat raya, yang secara

keseluruhan manusia berinteraksi secara terus-menerus dengan


32

lingkungan, yang mempunyai integritas pribadi dan karakter

lingkungan, keterbukaan, bentuk dan organisasi, serta membantu

dalam perkembangan prinsip yang berhubungan dengan

perkembangan manusia.

e. Teori Dorothea Orem

Teori Dorothea Orem (1971), merupakan teori perawatan

diri yang berfokus pada kebutuhan pelayanan diri klien. Orem

mendefinisikan pelayanan diri sebagai suatu yang harus

dipelajari, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan klien untuk mendapat kebutuhannya seperti:

kehidupan yang diinginkan, kesehatan, perkembangan, dan

kesejahteraan.

3. Konsep Keperawatan

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang

abstrak yang dapat di organisir menjadi simbol yang nyata, sedangkan

konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka

konseptual atau model keperawatan (Hidayat, 2007 dalam [CITATION

Sap19 \l 1033 ].

Teori Keperawatan adalah konsep dari beberapa aspek

keperawatan untuk mencapai tujuan menjelaskan, menggambarkan,

memperkirakan, dan melaksanakan asuhan keperawatan (Maleis, 2006

dalam [ CITATION Pot \l 1033 ].

4. Tujuan Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu metode dimana

penerapannya dalam bentuk tindakan keperawatan. Proses


33

keperawatan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

memperoleh pengalaman dari suatu modalitas pemecahan masalah

yang didasari oleh metode ilmiah (metode yang memerlukan ilmu,

tehnik dan keterampilan interpersonal yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan pasien (Hutahaean, 2010 dalam [CITATION

Har19 \l 1033 ].

Tujuan dari proses keperawatan adalah mengidentifikasi

kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas,

memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi

kebutuhan klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan

dalam mencapai hasil dantujuan klien yang diharapkan (Potter &

Perry, 2005 dalam [ CITATION Har19 \l 1033 ].

Susanti Dewi 2017 dalam [ CITATION Har19 \l 1033 ] mengatakan

bahwa fungsi proses keperawatan memiliki beberapa fungsi,yaitu :

a) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi

tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui

asuhan keperawatan

b) Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan

melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan

komunikasi yang efektif dan efisien,

c) Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan

yang optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam

bidang kesehatan untuk menerapkan, merencanakan, dan

melaksanakan yankep dalam rangka membantu klien untuk

mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin. Tindakan


34

tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus dan dan

saling berkaitan dan dinamis.

2.4 Tinjuan Umum Budaya/Nilai Adat Istiadat dalam Praktik Keperawatan

1. Pengertian Budaya

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari berbagai

suku bangsa dengan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan

daerah (local culture) adalah kebudayaan yang hidup dalam suatu

wilayah bagian dari suatu negara. Junus Melalatoa dalam bukunya

yang berjudul “Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia” mengatakan

bahwa perbedaan bangsa disebabkan oleh adat istiadat dan pengaruh

agama yang berlainan [CITATION Dja11 \l 1033 ].

Budaya merupakan salah satu dari bentuk interaksi yang nyata

sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma,

adat istiadat menjadi acuan dari perilaku manusia dalam kehidupan

bermasyarakat. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu

tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang

dijalaninya. Keberlangsungan kehidupan terus-menerus dan lama

merupakan proses interlisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi

pembentukan karakter, pola piker, dan pola interaksi perilaku

masyrakat [ CITATION Rif13 \l 1033 ].

2. Nilai Adat Istiadat dalam Praktik Keperawatan

Menurut [CITATION Rif13 \l 1033 ] nilai tradisi/adat istiadat dalam

praktik keperawatan bersumber dari budaya masyarakat yang

beragam, maka budaya berarti hal akal budi dan adat istiadat
35

sedangkan kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin

(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

Dalam istilah keperawatan, prinsip nilai tradisi/adat istiadat

tersebut dikenal dengan keperawatan transkultural (Transcultural

Nursing) yaitu suatu kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan

maupun kesamaan nila-nilai budaya pada seorang perawat saat

melakukan asuhan keperawatan kepada pasien.

3. Transcultural Nursing

Transcultural Nursing merupakan suatu keilmuan budaya pada

proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang

perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai

asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,

kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan

asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada

manusia (Leininger, 2002 dalam [CITATION Mul181 \l 1033 ].

Menurut [CITATION Par19 \l 1033 ] konsep keperawatan yang

didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai

cultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan

bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya

dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien.

Bila hal tersebut diabaikan, akan mengakibatkan terjadinya cultural

shock. Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang

unik karena bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah, yang

secara konstektal melibatkan banyak hal, seperti bahasa yang


36

digunakan, tradisi, nilai historis yang teraktualisasikan, serta

ekonomi.

4. Paradigma Keperawatan

Paradigma keperawatan adalah cara pandangan secara global

yang dianut atau dipakai oleh mayoritas kelompok keperawatan atau

menghubungkan berbagai teori yang membentuk suatu susunan yang

mengatur hubungan diantara teori guna mengembangkan model

konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja

keperawatan.

Paradigma keperawatan terbentuk atas empat unsur, yaitu:

manusia atau klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Ke

empat unsur/elemen ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu

sama lainnya. Unsur-unsur yang membentuk paradigma keperawatan

inilah yang membedakan dengan paradigma teori lain. Teori

keperawatan didasarkan pada keempat konsep tersebut, yakni:

a. Manusia atau klien sebegai penerimaan asuhan keperawatan

(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat).

b. Lingkungan yakni: keadaan internal dan eksternal yang

mempengaruhi klien. Hal ini meliputi lingkungan fisik.

c. Kesehatan: meliputi derajat kesehatan dan kesejahteraan klien.

d. Keperawatan, atribut, karakteristik dan tindakan dari perawat

yang memberikan asuhan bersama-sama dengan klien [ CITATION

Bud161 \l 1033 ].
37

Manusia

Keperawatan Kesehatan

Lingkungan/
Masyarakat

Gambar 2.1 Unsur Paradigma Keperawatan

5. Kerangka Keperawatan Transkultural

Berdasarkan konsep, teori, dan asumsi, pendukung model

Leininger dalam [CITATION PER \l 1033 ] menampilkan kerangka kerja

keperawatan transkultural yang spesifik dikenal dengan Leininger

Sunrise Model. Dari gambar tersebut, dijelaskan bahwa konsep utama

transkultural adalah sebagai berikut:


38

Gambar 2.2 Leininger Sunrise Model


Sumber: [ CITATION PER \l 1033 ]

a. Pelayanan Budaya (Culture Care)

Nilai-nilai, keyakinan, norma, pandangan hidup yang

dipelajari dan diturunkan serta di asumsikan yang dapat

membantu mempertahankan kesejahteraan dan kesehatan serta

meningkatkan kondisi dan cara hidupnya.

b. Tampilan Dunia (World View) / Tinjauan

Cara pandang individu atau kelompok dalam memandang

kehidupannya sehingga menimbulkan keyakinan dan nilai.

c. Dimensi Budaya Dan Struktur Sosial (Culture and Social Structure

Dimension)

Pengaruh dari faktor-faktor budaya tertentu (sub budaya)

yang mencakup religius, kekeluargaan, politik dan legal,

ekonomi, pendidikan, teknologi dan nilai budaya yang saling

berhubungan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku dalam

konteks lingkungan yang berbeda.

d. Sistem Keperawatan Generik (Generic Care System)

Budaya tradisional yang diwariskan untuk membantu,

mendukung, memperoleh kondisi kesehatan, memperbaiki atau

meningkatkan kualitas hidup untuk menghadapi kecacatan dan

kematiannya.

e. Sistem Profesional (Profesional System)/Praktik Pelayanan

Pengobatan Profesional
39

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan

kesehatan yang memiliki pengetahuan dari proses pembelajaran

di institusi pendidikan formal serta melakukan pelayanan

kesehatan secara professional.

f. Pemeliharaan Pelayanan Budaya/Pengelolaan (Culture Care

Preservation/Maintenance)

Upaya untuk mempertahankan dan memfasilitasi tindakan

profesional untuk mengambil keputusan dalam memelihara

dalam memelihara dan menjaga nilai-nilai pada individu atau

kelompok sehingga dapat mempertahankan kesejahteraan,

sembuh dan sakit, serta mampu menghadapi kecacatan dan

kematian.

g. Akomodasi Pelayanan Budaya/Negosiasi (Culture Care

Acomodation/Negotiation)

Teknik negosiasi dalam memfasilitasi kelompok orang

dengan budaya tertentu untuk beradaptasi/berunding terhadap

tindakan dan pengambilan kesehatan.

h. Pembentukan kembali Pelayanan Budaya/Restrukturisasi

(Cultural Care Repattering/Restructuring)

Menyusun kembali dalam memfasilitasi tindakan dan

pengambilan keputusan professional yang dapat membawa

perubahan cara hidup seseorang.

i. Culture Congruent / Nursing Care

Suatu kesadaran untuk menyesuaikan nilai-nilai

budaya/keyakinan dan cara hidup individu/golongan atau


40

institusi dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang

bermanfaat.

2.5 Tinjauan Umum Budaya Gorontalo dan Desa Lembah Hijau

1. Sejarah Singkat Gorontalo

Menurut sejarah, Gorontalo terbentuk kurang lebih 400 tahun

lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Makassar,

Pare-Pare, dan Manado. Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu

pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur, yaitu dari

Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut

Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di

wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli,

Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi

Tenggara. Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan

karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian

selatan), dan Laut Sulawesi (bagian utara) (BPCB Gorontalo, 2014).

Gambar 2.3 Pasar Gorontalo, 1907.


Sumber: BPCB Gorontalo, 2014.

Kedudukan Kerajaan Gorontalo mulanya berada di Kelurahan

Hulawa Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai

Bolango. Menurut penelitian, pada tahun 1024 H, kota Kerajaan ini


41

dipindahkan dari Keluruhan Hulawa ke Dungingi Kelurahan Tuladenggi,

Kecamatan Kota Barat sekarang. Kemudian pada masa Pemerintahan

Sultan Botutihe kota Kerajaan ini dipindahkan dari Dungingi di

pinggiran sungai Bolango, ke satu lokasi yang terletak antara dua

kelurahan yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B. Dengan

letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan

perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo

sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat

pemerintahan yang disebut dengan Kepala Daerah Sulawesi Utara

Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya

seperti Buol Toli-Toli, Donggala, dan Bolaang Mongondow. Sebelum

masa penjajahan keadaan daerah Gorontalo berbentuk kerajaan-

kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan Gorontalo.

Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam satu ikatan kekeluargaan yang

disebut “Pohala’a”. Daerah Gorontalo ada lima pohala’a: Pohala’a

Hulontalo, Pohala’a Limboto, Pohala’a Suwawa, Pohala’a Boalemo,

dan Pohala’a Atinggola (Gorontaloprov.go.id, 2020).

Dengan hukum adat itu maka Gorontalo termasuk 19 wilayah adat

di Indonesia. Gorontalo lebih dikenal dengan sebutan Hulontalo Lipu’u

(Gorontalo daerahku), merupakan suatu daerah yang terletak di

bagian timur Indonesia. Mayoritas penduduk beragama Islam

melahirkan filosofi adat bersendikan syara, syara’ bersendikan

kitabullah, artinya semua tatanan adat di Gorontalo berlandaskan

Islam dan tertuang dalam Al-Quran (Apriyanto, 2012 dalam [CITATION

Anw15 \l 1033 ].
42

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo

dipelopori oleh Bpk H. Nani Wartabone berjuang dan merdeka pada

tanggal 23 Januari 1942. Selama kurang lebih dua tahun yaitu sampai

tahun 1944 wilayah Gorontalo berdaulat dengan pemerintahan sendiri.

Perjuangan patriotik ini menjadi tiang kemerdekaan bangsa Indonesia

dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah sekitar bahkan secara

nasional. Oleh karena itu Bpk H. Nani Wartabone dikukuhkan oleh

Pemerintah RI sebagai pahlawan perintis kemerdekaan

(Gorontaloprov.go.id, 2020).

Pada dasarnya masyarakat Gorontalo mempunyai jiwa

nasionalisme yang tinggi. Dapat dibuktikan yaitu pada saat "Hari

Kemerdekaan Gorontalo" yaitu 23 Januari 1942 dikibarkan bendera

merah putih dan dinyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal saat itu

Negara Indonesia sendiri masih merupakan mimpi kaum nasionalis

tetapi rakyat Gorontalo telah menyatakan kemerdekaan dan menjadi

bagian dari Indonesia (Gorontaloprov.go.id, 2020).

Selain itu, pada saat pergolakan Pemerintahan Revolusi Republik

Indonesia (PRRI) Permesta di Sulawesi Utara masyarakat wilayah

Gorontalo dan sekitarnya berjuang untuk tetap menyatu dengan

Negara Republik Indonesia dengan semboyan "Sekali ke Djogdja tetap

ke Djogdja" sebagaimana pernah didengungkan pertama kali oleh

Ayuba Wartabone di Parlemen Indonesia Timur ketika Gorontalo

menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur [CITATION BPN \l 1033 ].

2. Kebiasaan masyarakat Desa Lembah Hijau terhadap Sehat Sakit


43

Setiap individu pasti mengalami sehat dan sakit secara bergantian

dan terus-menerus (Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Oleh karena itu,

sehat sakit merupakan dua hal yang tidak terpisah. Ketika berada

dalam kondisi sakit, individu akan melakukan hal-hal yang sekiranya

dapat mengubah kondisi sakit menjadi sehat, misalnya melalui

pengobatan. Sedangkan ketika sehat, individu akan berupaya untuk

menjaga kondisinya agar tetap sehat. Sehingga, penting untuk

mengungkapkan bagaimana konsep sehat-sakit pada masyarakat

sehingga para pelaku atau pelayan kesehatan dapat mengkonstruksi

model pelayanan kesehatan tertentu yang sesuai dengan konsep sehat

sakit pada masyarakat (Palmarani, 2010).

a. Kebiasaan Masyarakat Lembah Hijau dalam Memelihara Kesehatan

Gambar 2.4 Kegiatan Olahraga yang dipandu oleh Tim Puskesmas


Lokasi: Pantai Muara Kasih
Kegiatan olahraga seperti senam merupakan alternative yang

dipilih oleh masyarakat kecamatan Bone Pantai untuk memelihara

kesehatannya. Perkembangan zaman yang semakin maju, maka

partisipasi masyarakat dalam pembangunan olahraga akan

menentukan postur dan kemajuan pembangunan olahraga sampai

ke suatu daerah. Pembangunan olahraga yang bertumpu pada

peran serta masyarakat dahulu telah dicoba dalam kemasan


44

"gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan

masyarakat". Artinya seluruh warga masyarakat mengenal dan

menggemari berbagai jenis olahraga serta membiasakan diri untuk

berolahraga. Meningkatkan partisipasi segenap lapisan

masyarakat, sehingga menjadi bagian dari kebiasaan. Dengan

demikian, tercipta masyarakat yang (1) sehat jasmani dan rohani,

(2) terbentuk kepribadian, yang antara lain berani, berdisiplin,

jujur, dan cinta tanah air, bangsa, dan negara, (3) berkembang

tingkat pengetahuan dan kecerdasan, dan (4) berkembang rasa

sosial (Direktorat Keolahragaan, 1987 dalam Prasetyo, 2013).

b. Kebiasaan Sakit Masyarakat Lembah Hijau

Gambar 2.5
Pembuatan obat tradisional oleh wanita di Desa Lembah Hijau
Budaya pemanfaatan obat tradisional yang berasal dari

tanaman ini juga terdapat pada masyarakat Gorontalo dari dulu

kala dan dilaksanakan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal

dengan obat-obat modern. Sampai saat ini, masyarakat masih

mengakui dan memanfaatkan pelayanan dengan obat tradisional

mampu menyembuhkan dari suatu penyakit. Kondisi ini didukung

oleh potensi wilayah Gorontalo yang masih memiliki wilayah


45

hutan yang cukup luas yang ditumbuhi oleh berbagai tanaman

yang bisa diolah dan di jadikan sebagai obat.

Salah satu daerah di Gorontalo yang masih menjaga tradisi

leluhur adalah Kabupaten Bone Bolango khususnya di desa Lembah

Hijau. Selain menjaga tradisi, masyarakat ini juga sangat

menghargai sekaligus berguru pada alam sehingga mereka

memiliki potensi pengetahuan yang besar tentang tumbuhan obat.

Masyarakat memanfaatkan tanaman obat untuk kebutuhan sehari-

hari dalam mengobati suatu penyakit yang mereka derita. Mereka

sering mendapatkan tumbuhan berkhasiat obat dengan cara

pengumpulan dan budidaya, adapun cara pengumpulan tersebut

meliputi pencarian di pekarangan rumah yang merupakan

tanaman liar, mencari di hutan atau membeli dipasar namun

sebagian dari mereka juga sudah membudidayakan tumbuhan

berkhasiat obat.

3. Sejarah Desa Lembah Hijau

Desa Lembah Hijau merupakan desa pemekaran dari desa Tolotio

(desa Induk), dan nama Desa Lembah Hijau diberikan oleh masyarakat

melalui musyawarah desa. Desa Lembah Hijau yang berada di

Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo,

yang diresmikan oleh Bupati Bone Bolango yaitu Drs. Ismet Mile M.M

pada tanggal 22 Juli 2007 sebagai desa persiapan yang dipimpin oleh

Kepala Desa Mahyudin Djarati.

Adapun pelaksanaan pemerintahan Desa Lembah Hijau sejak awal

terbentuknya sampai saat ini adalah:


46

a. Mahyudin Djarati : Tahun 2007-2012

b. Nurhayati D. Muhammad : Tahun 2012-2013

c. Abiding Suaiba : Tahun 2014-2018

d. Nurhayati D. Muhammad : Tahun 2018-2019

e. Nurmin Dai : Tahun 2019

f. Nurhayati D. Muhammad : Tahun 2020-Sekarang

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 06 Juli 2020 bersama

Kepala Desa Lembah Hijau mengenai bagaimana persepsi masyarakat

tentang sehat-sakit dalam menyikapi COVID-19 yaitu: kehidupan

masyarakat desa Lembah Hijau sebagian besar berputar pada

kehidupan yang masih tradisional dikarenakan sistem jaringan

komunikasi digital yang masih belum menjangkau keseluruhan

membuat masyarakat di desa ini terhitung minim dalam memperoleh

informasi yang lebih update termasuk mengenai COVID-19. Maka

untuk penanganan COVID-19 itu sendiri di desa tersebut sebagian

hanya mengandalkan penyuluhan-penyuluhan yang disampaikan oleh

pihak aparat desa bersama tim kesehatan secara langsung kepada

masyarakatnya, termasuk perilaku sehat-sakit dalam menyikapi

pandemi COVID-19 ini. Keadaan tersebut maka sangat memungkinkan

berpengaruh dalam membentuk perilaku dan pola pencarian

pengobatan tradisonal masyarakat desa Lembah Hijau ketika mereka

sakit saat berada ditengah-tengah pandemi seperti sekarang.

Sedangkan dalam rangka peningkatan penanggulangan COVID-19

perilaku tentang sehat-sakit dan pola pencarian pengobatan oleh


47

masyarakat cukup memberi pengaruh yang signifikan dalam mencegah

kasus positif COVID-19 di desa tersebut.

4. Kondisi Geografis Desa Lembah Hijau

Secara Geografis desa Lembah Hijau terletak di wilayah utara

Kecamatan Bonepantai dengan luas 16,31 terdiri dari luas dataran

rendah 3,07 Km2. Desa Lembah Hijau dapat ditempuh dengan jarak

kurang lebih 4 km dari ibu kota Kecamatan Bonepantai. Desa Lembah

Hijau di bagi menjadi 4 dusun yaitu : Dusun Luwoo, Dusun Limehu,

Dusun Lalula dan Dusun Lawanu. Iklim desa Lembah Hijau, mempunyai

iklim Kemarau, Penghujan dan Pancaroba sebagaimana desa-desa pada

umumnya yang ada di wilayah Indonesia. Hal ini mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam dan keadaan masyarakat di Desa

Lembah Hijau.

6. Kondisi Demografi Desa Lembah Hijau

Desa Lembah Hijau mempunyai jumlah penduduk 933 Jiwa (469

laki-laki dan 464 perempuan), yang terdiri dari 239 kepala keluarga.

Penduduk desa tersebar di 4 wilayah dusun dengan rincian rincian

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Jumlah penduduk


No Jenis Kelamin 2016 2017 2018 2019 2020

1 Laki-Laki 436 435 453 467 469


2 Perempuan 453 453 464 460 464
Jumlah 889 888 917 927 933

Sumber data: Profil Desa Lembah Hijau Juni 2020

7. Kondisi Sosial Budaya


48

Tak dapat dipungkiri, adanya kemajuan teknologi komunikasi yang

semakin canggih dapat berdampak langsung kepada beberapa kondisi

masyarakat disuatu wilayah dari perubahan sosial di masyarakat desa.

Kemajuan teknologi pada masa kini. Berikut adalah beberapa kondisi

social masyarakat yang berhubungan erat dengan etika dan budaya

desa, diantaranya : (1) menjunjung tinggi kesederhanaan, (2)

cenderungan mudah curiga, (3) menjunjung tinggi norma-norma yang

berlaku, (4) memiliki sifat kekeluargaan yang erat, (5) cenderungan

berbicara apa adanya, (6) sangat tertutup dengan hal yang menyangkut

keuangan, (7) berjiwa demokratis menjunjung tinggi agama, (8)

menjunjung tinggi sikap gotong royong, (9) bersikap sopan santun dan

ramah tamah, (10) menjunjung tinggi adat istiadat budaya leluhur, dan

(11) selalu bermusyawarah.

Sedangkan untuk menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi

diantara masyarakat desa ialah dengan selalu menggunakan metode

yang berupa bentuk-bentuk kontak sosial primer, seperti: (1) perangkat

desa yang dihormati didesa tersebut berusaha meminta, membujuk atau

mengajak adanya penyelesaian kepada orang yang sedang mengalami

konflik, (2) memberikan sanksi yang mendidik, (3) masyarakat yang

sedang konflik harus patuh terhadap aturan desa, (4) melakukan

sosialisasi norma agar masyarakat dapat memegang erat dan orang yang

berkonflik erat merubah perilakunya.


49

8. Kondisi Kesehatan

Beberapa indikator penting kesehatan di desa dapat dilihat

dalam table berikut ini :

Tabel 2.2 Kondisi Kesehatan

No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020


Penolong balita tenaga
1
kesehatan - - - 1 1
2 Angka kematian bayi (IMR) - - - - -
Angka kemtian ibu
3
melahirkan (MMR)
- - - - -
4 Cakupan imunisasi - - - - 10
5 Balita gizi buruk - - - - 3

Sumber data: Profil Desa Lembah Hijau Juni 2020

Dari data diatas dilihat bahwa jumlah penolong balita oleh

tenaga kesehatan mengalami penurunan, namun kasus kematian bayi,

dan ibu melahirkan tidak pernah terjadi.

9. Visi dan Misi

Visi: Meningkatkan hubungan antar desa dengan pemerintah kecamatan

dan hubungan antar desa tetangga, meningkatkan kemandirian

desa dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat, serta

mengoptimalkan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya

alam (SDA) yang berbasis pada sector unggulan.

Misi: Menetapkan sarana desa yang hendak dicapai;

a) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam aspek pertanian,

peternakan, ekonomi, pendidikan, dan social budaya yang

dimiliki.
50

b) Menerapkan aktivitas dan efisiensi dan pelayanan masyarakat.

c) Menerapkan pengelolaan keuangan desa yang efektif, efisien

dan akuntabilitas.

2.6 Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir pada penelitian ini adalah seperti pada

gambar 2.11 di bawah ini:

COVID-19

Perilaku Sehat Perilaku Sakit

Keperawatan Dasar

Budaya/Nilai Adat Istiadat dalam


Praktik Keperawatan

Budaya Gorontalo dan


Desa Lembah Hijau

Kebiasaan masyarakat dalam


memelihara kesehatan dan cara
menyembuhkan penyakit

Perilaku Sehat-Sakit Pada Orang


Gorontalo (Suku Hulontalo) Menyikapi
Pandemi Covid-19
DI DESA LEMBAH HIJAU

Gambar 2.6 Kerangka Pikir

(Budiono, 2016., Kemenkes, 2020., Potter & Perry, 2010)


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian Kualitatif menurut [CITATION Dha \l 1033 ] adalah penelitian

yang berfokus menggambarkan dan memahami fenomena (konsep) dalam

dunia sosial dari perspektif individu yang memiliki pengalaman dalam

dunia sosial. Berdasarkan definisi ini penelitian kualitatif dalam

keperawatan lebih menekankan pada investigasi pengalaman, proses

sosial atau aspek dengan kesehatan. Penelitian Kualitatif dalam

keperawatan dianggap yang paling sesuai untuk meneliti proses yang

berhubungan dengan kesehatan atau penyakit[ CITATION Muh19 \l 1033 ]

(grounded theory), budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat

dan respon terhadap penyakit (ethnography) serta pengalaman

sehat/sakit yang dialami oleh individu (phenomenology).

Studi fenomenologi adalah suatu pendekatan dalam mempelajari

makna dari pengalaman manusia menjalani suatu fase dalam

kehidupannya. Fenomenologi adalah suatu pendekatan ilmiah yang

bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan sebuah fenomena

sebagaimana fenomena tersebut dialami secara langsung oleh manusia

dalam hidupnya sehari-hari, seperti melahirkan dan belajar (Asih, 2005).

Tujuan penelitian fenomenologi adalah memahami makna dari

pengalaman kehidupan yang dialami oleh partisipan dari menjelaskan

perspektif filosofi yang mendasari fenomena tersebut (Jenita,2016).

Penelitian ini mencoba melihat bagaimana perilaku sehat-sakit pada

orang Gorontalo (Suku Hulontalo) menyikapi pandemi COVID-19 di desa

51
52

Lembah Hijau, sehingga pendekatan yang digunakan peneliti yaitu

pendekatan fenomenologi (phenomenological research).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini akan dilakukan di Desa Lembah Hijau

Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September-Oktober 2020.

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generalisasi (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua masyarakat desa Lembah Hijau dengan jumlah 252 kepala

keluarga dan 933 jiwa yang nantinya akan dipilih yang dianggap

peneliti memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Sampel

Penentuan sampel saat peneliti mulai turun ke lapangan setelah

pengumpulan data dan berakhir jika terjadi saturasi data. (Murti,

2010) saturasi data adalah ketika peneliti tidak lagi menemukan data

baru dari informan atau terjadi kejenuhan informasi.

3. Tehnik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

purposive sampling, metode pemilihan sampel yang dilakukan

berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh


53

peneliti. Seseorang dapat dijadikan sebagai sampel karena peneliti

menganggap bahwa orang tersebut memiliki informasi yang

diperlukan untuk penelitiannya. Metode ini sangat tepat diterapkan

terutama jika informasi atau data yang diinginkan hanya dimiliki oleh

orang-orang tertentu saja dalam populasi [ CITATION Dha \l 1033 ].

Pengumpulan data yang dilakukan secara selektif dengan cara

menetapkan kriteria inklusi sebelumnya. Jadi, subjek yang diteliti

benar-benar pilihan dan sesuai dengan topik yang diteliti oleh peneliti

[CITATION Jen161 \l 1033 ] adapun kriteria penelitian ini yaitu :

1. Kriteria Inklusi :

a) Warga yang berdomisili di Desa Lembah Hijau

b) Bersedia terlibat menjadi partisipan

c) Kooperatif

d) Bersuku Gorontalo (Suku Hulontalo)

2. Kriteria Esklusi :

a) Partisipan yang tidak mengikuti proses penelitian sampai akhir

b) Tidak mengetahui tentang Suku Gorontalo (Suku Hulontalo)

c) Masyarakat yang kurang kooperatif

3.4 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data yang dihasilkan diperoleh dari studi dokumentasi, dan

wawancara secara langsung oleh peneliti terhadap sasaran.


54

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh di buku, jurnal

penelitian dan instansi terkait dalam hal ini tempat penelitian Desa

Lembah Hijau dan bukan dilakukan langsung oleh peneliti itu sendiri.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2014).

1. Human Instrumen berarti yang menjadi instrumen atau alat

penelitian adalah penelitian itu sendiri.

2. Instrument Penunjang

Alat –alat yang dibutuhkan peneliti untuk mendapatkan data adalah:

Pedoman Wawancara, Field Note (catatan lapangan) dan Alat

Perekam Suara berupa hp.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan perekam suara

berupa Voice recorder dari handphone. Data yang sudah direkam

kemudian dilakukan proses analisa data dengan mendengarkan

kembali informasi dari partisipan serta informasi tersebut dapat

diputar berulang-ulang.

3.6 Metode Analisis

Metode analisa data yang digunakan untuk menganalisa data dalam

penelitian ini ialah metode Colaizzii [ CITATION Sar17 \l 1033 ]

a. Membuat deskripsi atau pedoman wawancara dan diskusi tentang

fenomena dari narasumber dalam bentuk narasi yang bersumber

dari wawancara.
55

b. Membaca kembali secara keseluruhan deskripsi informasi dari

narasumber untuk memperoleh perasaan yang sama seperti

pengalaman narasumber. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali

untuk memperoleh sumber dari narasumber terkait persepsinya

tentang fenomena yang akan diteliti.

c. Mengidentifikasi kata kunci melalui penyaringan pernyataan

narasumber yang signifikan dengan fenomena yang di teliti.

Pernyataan-pernyataan yang merupakan pengulangan dan

mengandung makna yang sama atau mirip maka pernyataan ini

diabaikan.

d. Memformulasikan arti kata kunci dengan cara mengelompokan kata

kunci yang sesuai pernyataan penelitian selanjutnya

mengelompokan lagi kata kunci yang sejenis. Penelitian sangat

berhati-hati agar tidak membuat penyimpangan arti dari

pernyataan yang signifikan. Cara yang perlu dilakukan adalah

menelah kalimat satu dengan kalimat yang lain.

e. Mengorganisasikan arti-arti yang telah teridentifikasi dalam

beberapa kelompok tema. Setelah tema-tema teroganisir, peneliti

memvalidasi kembali.

f. Mengintergrasikan semua hasil penelitian dalam suatu narasi yang

menarik dan mendalam sesuai dengan topik penelitian.

g. Mengembalikan semua hasil penelitian pada masing-masing

informan lalu diikut sertakan pada deskripsi hasil akhir penelitian.


56

3.7 Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2014), etika yang mendasari dilaksanakan suatu

penelitian meliputi:

a. Informed Consent (Surat Persetujuan)

Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian.

Informent Consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

partisipan. Lembar persetujuan ini diberikan kepada partisipan yang

akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar ini juga dilengkapi

dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

partisipan tidak bersedia, maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati keputusan partisipan.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

partisipan, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti

nama partisipan berupa inisial.

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti harus merahasiakan keadaan pasien, meskipun pasien

sudah meninggal kecuali diminta oleh institusi yang berkompeten.

d. Justice (Prinsip Keadilan)

Penelitian memberikan kesempatan yang sama bagi partisipan

yang memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Selain itu, peneliti memberikan kesempatan yang sama dengan

partisipan untuk mengungkapkan bagaimana perilaku sehat-sakit orang

Gorontalo dalam menyikapi COVID-19.


57

e. Prinsip Non Maleficience

Prinsip Non-Maleficence, yaitu melarang tindakan yang

membahayakan atau memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal

sebagai “primum non nocere” atau “do no harm”. Prinsip ini

berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan “saya

akan menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan

kemampuan dan pendapat saya, tetapi saya tidak akan pernah

menggunakannya untuk merugikan atau mencelakakan mereka”.

Prinsip ini memegang peranan penting dalam pengambilan

keputusan untuk mempertahankan atau mengakhiri kehidupan.

Penerapannya dapat dilakukan pada pasien yang kompeten maupun

tidak kompeten. Pada dasarnya, prinsip non-maleficence memberikan

peluang kepada pasien, walinya dan para tenaga kesehatan untuk

menerima atau menolak suatu tindakan atau terapi setelah

menimbang manfaat dan hambatannya dalam situasi atau kondisi

tertentu. Pada penelitian ini, peneliti menerapkan protokol kesehatan

seperti menggunakan masker baik peneliti maupun partisipan,

mencuci tangan sebelum masuk ke rumah partisipan dan keluar

rumah, sebelum melakukan wawancara peneliti memastikan bahwa

partisipan sudah mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer,

dan tidak bersentuhan langsung dengan partisipan guna untuk

mencegah risiko penularan COVID-19.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Partisipan

Desa Lembah Hijau merupakan desa pemekaran dari desa

Tolotio (desa Induk), dan nama Desa Lembah Hijau diberikan oleh

masyarakat melalui musyawarah desa. Desa Lembah Hijau yang

berada di Kecamatan Bonepantai, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi

Gorontalo.

Maka penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kebiasaan

masyarakat dalam memelihara kesehatan dan cara menyembuhkan

penyakit dengan menganalisa perilaku sehat-sakit pada orang

gorontalo (suku hulontalo) menyikapi pandemi COVID-19. Sampel

yang digunakan dalam wawancara ini sebanyak 4 orang (P1-P4) yaitu

partisipan yang bersedia mengikuti jalannya penelitian dari awal

sampai akhir dan partisipan yang dapat bekerjasama.

58
59

Adapun karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

Kategori P1 P2 P3 P4

No. Partisipan 01 02 03 04

Umur 48 Tahun 50 tahun 51 Tahun 29 Tahun

Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki


Jenis Kelamin

Islam Islam Islam Islam


Agama

Sekolah
Pendidikan Sekolah
Sarjana Sarjana Menengah
terakhir Dasar
Atas (SMA)

Wiraswasta Guru
Pekerjaan Kepala Desa (ojek PNS/Kepala Nelayan
bentor) Sekolah

Sudah Sudah Sudah Sudah


Status Pernikahan
menikah menikah menikah menikah

Berdasarkan tabel 4.1 tergambarkan tentang latar belakang

partisipan bahwa umur partisipan berbeda-beda. Terdapat 2 (dua)

partisipan dengan latar belakang pendidikan sarjana (S1) dengan

pekerjaan kepala desan dan Guru PNS (Pegawai Negeri Sipil), satu

orang dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar (SD) dengan

pekerjaan wiraswasta (ojek bentor), dan satu orang lainnya dengan

latar belakang pendidikan SMA dengan pekerjaan nelayan.

2. Alur Penelitian
60

Pembuatan skripsi ini dimulai dengan penulis mengajukan judul

skripsi dan selang beberapa hari penulis mengawali dengan studi

pendahuluan dan pengambilan data awal untuk menyusun proposal

penelitian. Studi pendahuluan dan penyusunan proposal dilakukan

pada bulan Februari dilanjutkan seminar proposal tanggal 01

September 2020, kemudian dilakukan revisi atau perbaikan proposal

agar penelitian dapat berjalan lebih lancar sesuai dengan harapan.

Setelah revisi proposal selesai, penulis mendapat izin penelitian dari

instansi dengan mengurus surat izin dari Kantor Desa Lembah Hijau

Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

sebagai lahan atau tempat dilaksanakannya penelitian.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 di Desa

Lembah Hijau. Jumlah partisipan yang bersedia menjadi partisipan

pada penelitian ini adalah sebanyak 4 orang. Untuk memperoleh

data dengan menggunakan wawancara mendalam.

4.2 Hasil Analisis Penelitian Kualitatif

Penelitian ini mengidentifikasi 5 (lima) tema terkait dengan

perilaku sehat sakit dalam menyikapi COVID-19 di Desa Lembah Hijau,

Kecamatan Bonepantai Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo,

dengan melihat perspektif budaya Gorontalo melalui studi

fenomenologi. Tema tersebut akan dideskripsikan melalui narasi hasil

penelitian dan hasil wawancara.

1. Pengalaman Masyarakat Selama COVID-19


61

Tema “Situasi COVID-19 sekarang ini membuat semua orang

terganggu dan takut untuk bepergian”, terbentuk dari 2 (dua)

kategori yaitu situasi sekarang membuat orang merasa terganggu,

dan takut untuk bepergian.”

Pengalaman merupakan sebuah pembelajaran bagi setiap orang

yang melakukan suatu kegiatan ataupun kebiasaan sehari-hari, dari

pengalaman yang dialami setiap hari maka akan terjadi sebuah

kebiasaan atau budaya dari perilaku sosial setiap individu akan

berbeda antara satu sama lain. Dampak yang cukup terasa dalam

hal ini yang terkait dengan wabah virus COVID-19 salah satunya

yaitu kebiasaan sosial atau sosial cultural yang telah melekat pada

masyarakat sebelumnya, dengan pemberlakuannya pembatasan

sosial maka keseharian masyarakat dapat terpengaruh, berbagai

kegiatan yang berkaitan dengan kerumunan, ataupun pengumpulan

massa tidak bisa dilakukan dan membuat masyarakat memutar otak

untuk tetap bertahan hidup dengan melakukan pekerjaan tanpa

mengabaikan peraturan pembatasan sosial. Dalam hal ini

pengalaman yang dialami oleh masyarakat desa Lembah Hijau dapat

di gambarkan dari penyataan 3 (tiga) orang partisipan yang

menyatakan bahwa “COVID-19 membuat semua orang merasa

terganggu dan takut untuk bepergian. Bahkan guru-guru dan siswa

tidak bisa bersekolah disekolah seperti biasa…”(P2, P3, P4).

Pernyataan ini di dukung oleh Brooks dkk. (2020), dalam

[ CITATION Vib20 \l 1033 ] selama pandemi ini dampak psikologi

diantaranya adalah gangguan stres pascatrauma (post-traumatic


62

stress disorder), ketakutan akan infeksi, gelisah, frustasi,

kebingungan, insomnia, bahkan ada yang merasa tidak berdaya.

Adapun beberapa psikolog dan psikiatris mencatat hampir semua

jenis gangguan mental ringan hingga berat terjadi akibat dampak

pandemi ini. Potret masyarakat saat ini di tengah pandemi yang

penuh dengan ketidakpastian membuat masyarakat dihinggapi

dengan perasaan cemas yang berlebihan membuat kondisi kesehatan

fisik pun terganggu.

Kategori Tema

Situasi sekarang membuat


orang merasa terganggu. (P4)
Orang Hulontalo merasa
terganggu dan takut
Takut untuk bepergian bepergian akibat Covid-19
(P2, P3)

Gambar 4.1 Tema situasi COVID-19 sekarang ini membuat

semua orang terganggu dan takut untuk bepergian.

2. Perilaku Sehat Dan Tindakan Preventif Yang Dilakukan Oleh

Masyarakat

Tema “Perilaku sehat selama pandemi yaitu membiasakan

perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan kekebalan

tubuh.”

Perilaku sehat dan cara mencegah COVID-19 oleh masyarakat

desa Lembah Hijau dapat digambarkan dari pernyataan 4 (empat)

orang partisipan yang menunjukkan bahwa perilaku sehat dimasa

pandemi COVID-19 yaitu dengan “membiasakan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) dengan cara memakai masker, mencuci


63

tangan dengan air mengalir dan pakai sabun, dan jaga jarak (P1,

P2, P3, P4)”. Serta meningkatkan kekebalan tubuh yaitu dengan

cara mengkonsumsi makanan yang begizi, dan berolahraga (P1, P3,

P4)”.

Pernyataan diatas di dukung oleh[CITATION Ros20 \t \l 1033 ]

yaitu di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) pun kembali diterapkan oleh pemerintah

pada masyarakat demi pemutusan penyebaran virus. Penerapan

PHBS kepada masyarakat untuk mencegah COVID-19 seperti

penggunaan masker, menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang

lain, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hal ini

tampak mudah, namun pada dasarnya sulit diterapkan secara

konsisten di tengah masyarakat karena hal ini merupakan sebuah

tindakan yang baru dan belum menjadi kebiasaan apalagi perilaku di

masyarakat. Mengenalkan tindakan baru kepada masyarakat sangat

memerlukan waktu dan promosi secara berulang-ulang.


64

Kategori

Membiasakan perilaku Tema


hidup bersih dan sehat.
(P1) Perilaku sehat Orang Hulontalo
selama pandemi COVID-19 adalah
Meningkatkan kekebalan
tubuh. (P4) membiasakan perilaku hidup
bersih dan sehat, meningkatkan
kekebalan tubuh dengan
Langkah-langkah mencegah COVID-
mengkonsumsi makanan bergizi
19 yaitu dengan memakai masker,
dan ramuan herbal, serta saling
mencuci tangan dengan air
mengingatkan.
mengalir dan memakai sabun, jaga
jarak, berolahraga, berjemur, dan
mengkonsumsi makanan yang
bergizi seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan. (P1,P2,P3, P4)

Gambar 4.2 Tema perilaku sehat selama pandemi yaitu

membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat serta meningkatkan

kekebalan tubuh.

3. Perilaku Sakit

Tema “Perilaku sakit selama pandemi yaitu upaya dalam

menyembuhkan dan melindungi diri di masa pandemi adalah dengan

mengkonsumsi ramuan tradisional.

Perilaku sakit dimasa pandemi COVID-19 oleh masyarakat desa

Lembah Hijau dapat digambarkan dari pernyataan 3 (tiga) orang

partisipan yang menunjukkan bahwa perilaku sakit dimasa pandemi

COVID-19 yaitu dengan “mengkonsumsi ramuan tradisional yang

berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti (jahe, kunyit, temulawak,

dan lengkuas) yang olah dengan cara direbus dan airnya di konsumsi
65

(P2,P3, P4)” hal ini di percaya oleh masyarakat dapat melindungi

diri dari COVID-19.

Pernyataan diatas didukung oleh WHO, (2000) dalam [ CITATION

Tri17 \l 1033 ] pengobatan tradisional adalah total jumlah

pengetahuan, keterampilan dan praktek yang berdasarkan teori,

pengalaman dan keyakinan masyarakat terhadap adat dan budaya

yang berbeda. Hal ini digunakan oleh masyarakat untuk memelihara

kesehatan serta dalam pencegahan, perbaikan atau pengobatan

penyakitnya secara fisik juga mental. Tumbuhan obat adalah

tanaman yang digunakan sebagai obat atau ramuan. Pemanfaatan

tanaman sebagai obat telah dilakukan sejak zaman dahulu kala.

Mengelola tumbuhan obat dengan beberapa cara yakni direbus, di

parut, diremas, dimakan dan diminum langsung, ditumbuk,

diteteskan, dan diseduhan. Hal ini dilakukan untuk menjaga

keutuhan pengetahuan masyarakat dalam mengelola dan

penggunaan obat tradisional atau tumbuhan obat [ CITATION Mau20 \l

1033 ].

Kategori Tema

Upaya dalam menyembuhkan dan


Ramuan tradisional
melindungi diri di masa pandemi adalah
(P2, P3, P4)
dengan mengkonsumsi ramuan

tradisional.

Gambar 4.3 Tema upaya dalam menyembuhkan dan

melindungi diri di masa pandemi adalah dengan mengkonsumsi

ramuan tradisional.
66

4. Tindakan Promotive

Tema “Kewajiban menjaga kesehatan dan mematuhi aturan-

aturan protokol kesehatan di masa pandemi.”

Tindakan promotive oleh masyarakat desa Lembah Hijau dapat

digambarkan dari pernyataan 3 (tiga) orang partisipan yang

menunjukkan bahwa dengan “mematuhi aturan-aturan dimasa

pandemi dengan cara memakai masker, dan menjaga kesehatan

dimasa pandemi sebagai kewajiban(P1, P2, P3).

Pernyataan ini didukung oleh Panduan Pencegahan dan

Pengendalian CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) (2020) tindakan

pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapadi pelayanan

kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang

paling efektif di masyarakat diantaranya adalah penerapan etika

batuk dan bersin dengan menutup hitung dan mulut dengan lengan

bagian dalam atau menggunakan tisu dan buanglah tisu ke tempat

sampah. Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut.

Melakukan kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan

sabun jika tangan terlihat kotor, namun jika tidak terlihat kotor

kebersihan tangan dengan menggunakan handsanitizer, memakai

masker, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian ini, yaitu di dapatkan hasil bahwa

tindakan promotive yang dilakukan di masa pandemi COVID19 yaitu

dengan kewajiban menjaga kesehatan dan mematuhi aturan-aturan

protokol kesehatan di masa pandemi.


67

Kategori

Mensosialisasikan aturan- Tema

aturan di masa pandemi


Kewajiban menjaga
kepada masyarakat dan
kesehatan dan mematuhi
keluarga. (P1)
aturan-aturan protokol
Kewajiban menjaga
kesehatan di masa pandemi.
kesehatan. (P2, P3)
Gambar 4.4 Tema kewajiban menjaga kesehatan dan mematuhi

aturan-aturan protokol kesehatan di masa pandemi.

5. Harapan tekait COVID-19 dan Pelayanan Kesehatan

Tema “Masyarakat mengaharapkan keseriusan pihak puskesmas

dalam penanganan COVID-19 dan COVID segera berakhir.”

Harapan masyarakat desa Lembah Hijau dapat digambarkan

dari pernyataan 3 (tiga) orang partisipan yang menunjukkan bahwa

dengan “COVID-19 agar segera berakhir dan hidup kembali normal.

(P2, P3, P4). Masyarakat pun berharap keseriusan dari pihak

puskesmas dalam penanganan COVID-19.” (P2, P3, P4).

Pernyataan ini didukung oleh Elbay, Selim, & Karadere (2020)

dalam[ CITATION Kun20 \l 1033 ] yaitu COVID-19 membuat semua

orang mungkin sudah bosan dan lelah dengan keadaan serba di atur

seperti keluar rumah wajib menggunakan masker, menjaga jarak

dengan orang lain, mencuci tangan masuk dan saat keluar rumah.

Dunia berubah sejak di umumkannya virus ini, tentang gangguan

psikologi selama pandemi COVID-19 beberapa penyebabnya terjadi

karena stres diantaranya: kekhawatiran individu terhadap kesehatan


68

diri dan orang-orang yang dicintai yang diberi stigma negatif oleh

bebebrapa kelompok. Faktor lainnya yang membuat masyarakat di

berbagai negara mengalami gangguan psikologis diantaranya adalah

status pekerjaan secara signifikan membuat individu cemas bahkan

sampai depresi hal ini di karenakan pemotongan gaji dan

ketidakpastian atau ketidakamanan masa depan mungkin terjadi,

tekanan pekerjaan membuat beberapa karyawan tidak terbiasa

dengan terget waktu yang di berikan, dan larangan perjalanan,

kantor ditutup dan bekerja dari rumah. Dengan ini masyarakat

berhadap pandemi COVID-19 agar segera berakhir dan bisa

beraktivitas seperti sedia kala.

Kategori

Harapan masyarakat
COVID-19 agar segera
berakhir. (P2, P3, P4) Tema

Hidup normal Masyarakat mengaharapkan


kembali. (P2)
keseriusan pihak puskesmas
Puskesmas agar
jangan semua sakit dalam penanganan COVID-19
dikatakan COVID-19.
(P2, P3) dan COVID segera berakhir.

Perlu diadakan
pemeriksaan rapid tes
di puskesmas. (P3, P4)

Gambar 4.5 Tema masyarakat mengaharapkan keseriusan

pihak puskesmas dalam penanganan COVID-19 dan COVID segera

berakhir.
69

6. Keterbatasan Penelitian

a. Referensi penelitian terdahulu

Kurangnya referensi yang berkaitan tentang penelitian

kualitatif perilaku sehat sakit di masa pandemi COVID-19 baik

buku maupun skripsi yang menggunakan metode penelitian

kualitatif.

b. Acuan Landasan Teori

Sedikitnya teori-teori tentang kesehatan trankultural yang

menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Juga materi

tentang perilaku sehat sakit dalam menyikapi pandemi COVID-

19. Kurangnya refensi yang berkaitan tentang penelitian

kualitatif baik di buku atau penelitian terdahulu juga

merupakan keterbatasan penelitian

c. Peneliti harus sabar ketika ada masyarakat yang menolak untuk

di wawancarai.

Dalam hal ini, partisipan memiliki persepsi yang berbeda

mengenai pengalaman dan mempunyai kesamaan dalam perilaku

sehat sakit, langkah-langkah preventif dan bagamaina upaya

promotif yang dilakukan dimasa pandemi COVID-19 khususnya di

Desa Lembah Hijau.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Orang Hulontalo merasa terganggu dan takut berpergian akibat

COVID-19.

2. Perilaku sehat Orang Hulontalo selama pandemi COVID-19 adalah

membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan

kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan

ramuan herbal, serta saling mengingatkan.

3. Orang Hulontalo berhadap COVID-19 segera berakhir dan

mengharuskan keseriusan pihak puskesmas dalam penanganannya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, dapat di

kemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Desa Lembah Hijau

Hasil penelitian ini dapat di manfaatkan oleh masyarakat Desa

Lembah Hijau sebagai referensi.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Menggali dan mengembangkan pengetahuan dan pendidikan

tentang perilaku sehat-sakit dalam menyikapi COVID-19.

3. Bagi penelitian lain

Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya memperlebar

wilayah penelitian dengan menambah jumlah variabel penelitian

70
71

dan jumlah sampel penelitian sehingga tidak hanya perilaku sehat-

sakit dalam menyikapi COVID-19 saja yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. (2020). Stigma terhadap Orang PositifCOVID-19. Diperoleh dari:


http://eprints.binadarma.ac.id/4163/1/Abdillah2020%20KitaMenulis
%20%5BStigma%20Terhadap%20Orang%20Positif%20COVID-19%5D.pdf.
Diakses dari 1 Juli 2020.

Adliyani, Z. O. (2015). Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat.


Majority , 4 nomor 7. Diperoleh dari :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1
458. Diakses dari: 16 Juli 2020.

Ahyar. (2020). PENGARUH PHYSICAL DISTANCING DAN SOCIAL DISTANCING


TERHADAP KESEHATAN DALAM PENDEKATAN LINGUISTIK. Diperoleh
dari :
http://jurnal.syntaxtransformation.co.id/index.php/jst/article/view/42
/58. Diakses dari: 16 Agustus 2020.

Akbar, & Aidha. (2020). PERILAKU PENERAPAN GIZI SEIMBANG MASYARAKAT


KOTA BINJAI PADA MASA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020. Diperoleh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/326210-perilaku-
penerapan-gizi-seimbang-masyara-2ced8ffe.pdf. Diakses dari:12
November 2020.

Anwar, & dkk. (2015). INTERNALISASI NILAI-NILAI BUDAYA GORONTALO


“RUKUNO LO TAALIYA” DALAM PENETAPAN HARGA JUAL PADA
PEDAGANG TRADISIONAL DI KOTA GORONTALO. Diperoleh dari:
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/akuditi/article/download/1386
1/11132. Diakses dari: 18 Agustus 2020.

Athena, Laelasari, & Puspita. (2020). PELAKSANAAN DISINFEKSI DALAM


PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 DAN POTENSI RISIKO TERHADAP
KESEHATAN DI INDONESIA. Diperoleh dari:
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/31
46/1611. Diakses dari: 12 November 2020.

Bakry. (2016). Nilai-Nilai Religiusitas Adat Mo Me’ati Pada


MasyarakatKotaGorontalo (Replika Islam Nusantara). Diperoleh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/184355-ID-nilai-nilai-
religiusitas-adat-mo-meati-p.pdf. Diperoleh dari: 11 Agustus 2020

BPNC, G. (2014). Retrieved Agustus 2020, from


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbgorontalo/sejarahgorontalo_i
ndonesia/.

Budiono. (2016). KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Diperoleh dari :


bppsdmk.kemkes.go.id.Konsep-dasar-keperawatan-Komprehensif.Pdf.
Diakses dari: 15 Juli 2020.
Buruardi. (2014). TRADISI SASTRA DIKILI DALAMPELAKSANAAN UPACARA
ADATMAULIDAN DI GORONTALO. Diperoleh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/23772-ID-tradisi-sastra-
dikili-dalam-pelaksanaan-upacara-adat-maulidan-di-gorontalo.pdf.
Diakses dari 11 Agustus 2020.

Dharma. (2013). Buku Metodologi Penelitian Keperawatan (pedoman


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian). Jakarta Timur: CV
Trans Info media.

Djakaria, & dkk. (2011). Buku Tradisi Tombilotohe Pada Masyarakat Gorontalo.
Balai Pelestarian Sejarah Beringin Lingkungan V Manado.

Donsu, J. D. (2016). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


baru press.

Handayani, & dkk. (2020). Corona Virus Disease 2019. Diperoleh dari:
https://jurnalrespirologi.org/index.php/jri/article/view/101. Diakses
dari: 1 Juli 2020.

Harahap. (2019). FUNGSI PROSES KEPERAWATAN DALAM MELAKUKANTINDAKAN


KEPERAWATAN. Diperoleh dari:https://osf.io/tajnf. Diakses dari 07
Agustus 2020.

Hardiyanti. (2018). Jurnal dan Tesis PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


BERBASIS KOMUNITAS TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA PEREMPUAN DI
WILAYAH PUSKESMAS MARTAPURA 1. Diperoleh
dari:http://repository.unair.ac.id/77134/. Diakses dari: 16 Juli 2020

Irwan. (2017). Buku Etika dan Perilaku Kesehatan (1 ed.). Yogyakarta: CV.
ABSOLUTE MEDIA.

Iskandar. (2019). Aplikasi Teori Transcultural Nursing Dalam Proses


Keperawatan. Diperoleh
dari:https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger. Diakses
dari: 2 Januari 2020.

KEMENKES. (2013). PEDOMAN UMUMKESIAPSIAGAAN MENGHADAPIMIDDLE EAST


RESPIRATORY SYNDROME-CORONA VIRUS(MERS-CoV). Retrieved 2020,
from www.kemenkes.go.id. Diperoleh dari: www.kemenkes.go.id.
Diakses dari: 06 Agustus 2020.

KEMENKES. (2020). Retrieved Agustus 2020, from www.kemenkes.go.id Diakses


dari: www.kemenkes.go.id. Diakses dari: 06 Agustus 2020.

Kuntari, & dkk. (2020). FAKTOR PENYEBAB STRES PADA TENAGA KESEHATAN
DAN MASYARAKAT. Diperoleh dari:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKL/article/download/5990/pdf
. Diakses dari : 13 NOVEMBER 2020.
Kusumah. (2017). Pengobatan Tradisional Orang Bugis-Makassar. Diperoleh dari:
http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjal
a/article/download/22/pdf. Diakses dari: 2 Juli 2020.

Mahmudah, & Supriah. (2018). TRADISI DUTU PADA PERKAWINAN ADAT


SUKUHULONTALO DI KOTA GORONTALO PERSPEKTIF MAQÂSID AL-
SYARÎ’AH. Diperoleh dari:
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/mizani/article/downloa
d/1445/1226. Diakses dari: 16 Agustus 2020.

Maulidiah, & dkk. (2020). PEMANFAATAN ORGAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT


YANG DIOLAH SECARA TRADISIONAL DI KECAMATAN KEBUN TEBU
KABUPATEN LAMPUNG BARAT. Diperoleh dari:
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/2720
. Diakses dari: 12 November 2020.

Mukharom, & Aravik. (2020). Kebijakan Nabi Muhammad Saw menangani wabah
penyakit menular dan implementasi dalam konteks penanggulangan
Coronavirus Covid-19. Diperoleh dari:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15096.
Diakses dari: 1 Juli 2020.

Mulyana, & dkk. (2018). Gambaran perilaku sehat-sakit pada masyarakat suku
bugis. Diperoleh dari:
http://ejournal.patriaartha.ac.id/index.php/jns/article/view/115.
Diakses dari: 2 Juli 2020.

Nadya. (2013). KONSEP SEHAT DAN SAKIT. Diperoleh dari: https://uin-


alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-sehat-dan-sakit. Diakses dari: 6
Juli 2020.

Nasuru, & dkk. (2017). MAKNA SIMBOLIK ADAT MOLAPI SARONDE PADA
RANGKAIAN PERNIKAHAN ADAT DAERAH GORONTALO. Diperoleh dari:
http://ft.ung.ac.id/ejurnal-file/5k8tnyi6fp. Diakses dari: 11 Agustus

Parawansah. (2019). PENGARUH PENDEKATAN TRANSKULTURAL NURSING


TERHADAP PRILAKUPENGGUNA PIL PARACETAMOL, CAFEIN, DAN
CARISOPRODOL DI KOTA KENDARI. Diperoleh dari:
http://ojs.uho.ac.id/index.php/snt2bkl/article/download/5356/3992.
Diakses dari: 06 Agustus 2020.

Palmarani. (2010). REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT


PADA ORANG JAWA YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA. Diperoleh dari:
http://repository.usd.ac.id/id/eprint/28798. Diakses dari: 8 September
2020.

Potter, & Perry. (2010). Buku Fundamental Of Nursing (Fundamental


Keperawatan). Singapore: Salemba Medika.
Prasetyo. (2016). PERSPEKTIF KEPERAWATAN TRANS-BUDAYA:BUDAYA
TRADISIONAL MASYARAKAT DAN PERAWAT TERHADAP PENYAKIT KUSTA
DENGAN PENDEKATAN MODEL KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DI
KABUPATEN TUBAN. Diperoleh dari:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/bestari/article/view/125.
Diakses dari: 07 Agustus 2020.

Prasetya, & Hidayat. (2020). Pengalaman Pekerja Informal diTengah Pandemi


Covid-19 di Kota Bandung. Diperoleh dari
http://ejurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/KOMASKAM/article/view/30
0/238. Diakses dari: 11 November 2020.

Prasetyo Yudik. (2013). KESADARAN MASYARAKAT BEROLAHRAGA UNTUK


PENINGKATAN KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Diperoleh
dari: https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=KESADARAN+MASYARAKAT+BEROLAHRAGA+...+-
+Journal+UNY+journal.uny.ac.id+%E2%80%BA+medikora+
%E2%80%BA+article+%E2%80%BA+download. Diakses dari: 10 September
2020.

Rifiani. (2013). Buku Prinsip-Prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta Timur: Dunia


Cerdas.

Rosidin, Rahayuwati, & Herawati. (2020). Perilaku dan Peran Tokoh Masyarakat
dalam Pencegahan dan Penanggulangan Pandemi Covid -19 di Desa
Jayaraga, Kabupaten Garut. Diperoleh dari:
http://jurnal.unpad.ac.id/umbara. Diakses dari: 11 November 2020.

Sampurno, Kusumondoyo, & Islam. (2020). Budaya Media Sosial, Edukasi


Masyarakat dan Pandemi COVID-19. Diperoleh dari:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15210.
Diakses dari: 1 Juli 2020.

Saputri. (2019). KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN DALAM FALSAFAH DAN


PARADIGMA KEPERAWATAN. Diperoleh dari:
https://osf.io/preprints/inarxiv/au6yh/. Diakses dari: 07 Agustus 2020

Surwawidjaja. (2003). Sindrom pernapasan akut parah(severe acuterespiratory


syndrome/SARS) :suatu epidemi baru yang sangat virulen. Diperoleh
dari: https://univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Julius.pdf.
Diakses dari : 06 Agustus 2020.

Triyono, & Hardiyanto. (2017). KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA INDIVIDU
DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU) DI KABUPATEN KLUNGKUNG,
BALI. Diperoleh dari:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/37124/22490.
Diakses dari: 11 November 2020.
Vibriyanti. (2020). KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT: MENGELOLA KECEMASAN
DI TENGAH PANDEMI COVID-19. Diperoleh dari:
https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/55
0. Diakses dari:11 November 2020.

Wati, & Ridlo. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di
Kelurahan Rangkah Kota Surabaya. Diproleh dari:  https://e-
journal.unair.ac.id/PROMKES/article/download/10106/10223. Diakses
dari: 12 November 2020.

Yanitawati, Mardiyah, & Widianti. (2017). Hubungan Perilaku Sakit Dalam Aspek
Psikososial Dengan Kualitas Hidup Remaja Thalasemia. Diperoleh dari:
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/download/1572
/1411. Diakses dari: 18 Agustus 2020

Yong, & Owen. (2015). Model Penyebaran Penyakit Menular MERS-CoV: Suatu
Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah Umrah/Haji Indonesia.
Diperoleh dari:
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/1610.
Diakses dari: 06 Agustus 2020.

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literature.


Diperoleh dari:
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026. Diakses
dari: 18 Agustus 2020.

Yunus, & Rezki. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi


Penyebaran Corona Virus Covid-19. Diakses dari:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15083/pdf.
Diperoleh dari: 2 Juli 2020.
LAMPIRAN 1

PERMOHONAN UNTUK MENJADI PARTISIPAN

(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa
Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Patria Artha Makassar.
Nama : NUR HIKMAH UMATI
NPM ` : 163010004
Alamat : Jl. Tun Abdul Razak, Btn Pao-Pao Permai,
Paccinongang, Kab. Gowa
Akan mengadakan penelitian dengan judul “PERILAKU SEHAT-
SAKIT PADA ORANG GORONTALO (SUKU HULONTALO) MENYIKAPI
PANDEMI COVID-19 DI DESA LEMBAH HIJAU”.
Penelitian ini tidak merugikan Bapak/Ibu sebagai partisipan,
kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu telah menjadi
wakil partisipan dan terjadi hal-hal yang merugikan, maka
diperbolehkan mengundurkan diri untuk tidak berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon untuk
menandatangani lembar persetujuan atas kesediaannya saya ucapkan
terima kasih.

Gorontalo, Oktober 2020

Peneliti
(NUR HIKMAH UMATI)
LAMPIRAN 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI PARTISPAN PENELITIAN

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan tentang prosedur

penelitian ini, maka saya bersedia menjadi partisipan dalam penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Universitas Patria Artha Makassar atas nama : NUR HIKMAH UMATI, NPM

163010004, dengan judul : “PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG

GORONTALO (SUKU HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19 DI

DESA LEMBAH HIJAU”.

Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui ”Perilaku Sehat-Sakit pada Orang Gorontalo

(Suku Hulontalo) Menyikapi Pandemi Covid-19 di Desa Lembah Hijau”

dan sebagai syarat dalam rangka penyelesaian tugas akhir dari peneliti.

Partisipasi saya dalam penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi

saya sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan

dijaga kerahasiaannya, oleh karena itu saya bersedia menjadi partisipan

pada penelitian ini.

Gorontalo, Oktober 2020

Partisipan Peneliti

(……………………………………) (NUR HIKMAH UMATI)


LAMPIRAN 3

DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN

A. Identitas Partisipan

No. Partisipan :..................................................

1. Inisial :..................................................

2. Umur :..................................................

3. Agama :..................................................

4. Jenis Kelamin :..................................................

5. Pendidikan :..................................................

6. Pekerjaan :..................................................

7. Alamat :..................................................
LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA

Studi kualitatif tentang “PERILAKU SEHAT-SAKIT PADA ORANG GORONTALO

(SUKU HULONTALO) MENYIKAPI PANDEMI COVID-19 DI DESA LEMBAH HIJAU”

A. ORIENTASI

1. Memperkenalkan diri

2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan menjelaskan

bahwa kerahasiaan partisipan terjamin.

3. Menjamin kesediaan calon partisipan menandatangani pernyataan

kesediaan menjadi partisipan.

4. Melakukan kontrak wawancara, menawarnakan waktu wawancara 15-20

menit.

B. PERTANYAAN

Setelah calon partisipan menandatangani surat pernyataan kesediaan

menjadi prtisipan, selanjutnya peneliti mewawancarai partisipan dengan

merekam isi pembicaraan.

Pernyataan yang akan disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengalaman Bapak/Ibu selama pandemi COVID-19?

2. Bagaimana perilaku sehat sakit Bapak/Ibu dalam menyikapi COVID-19 ?

3. Apa saja langkah-langkah preventif(Pencegahan) Bapak/Ibu agar tidak

tertular COVID-19 ?

4. Bagaimana tindakan promotive (Peningkatan) dalam rangka mencegah

penularan COVID-19 di Desa Lembah Hijau Bapak/Ibu ?

5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terkait dengan keadaan COVID-19 ?


6. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terkait dengan upaya pelayaan kesehatan

terutama di Puskesmas dalam menyikapi COVID-19 ?


LAMPIRAN 5

LEMBAR CATATAN LAPANGAN (FIELD NOTE)

Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Pewawancara :
Partisipan :
Posisi duduk/ media wawancara (jika tidak memungkinkan melakukan
wawancara face to face) :
Situasi wawancara :
Karakteristik partisipan (penampilan, pakaian, dan lain-lain):

No. Respon yang Diamati Arti dari Respon


1 Komunikasi non verbal yang sesuai
dengan komunikasi verbal partisipan:

2 Komunikasi non verbal yang tidak


sesuai dengan komunikasi verbal
partisipan:

3 Situasi lingkungan saat wawancara:


LAMPIRAN 6

Transkrip Wawancara

Partisipan : P1

Topik : Perilaku sehat sakit dalam menyikap COVID-19

Tanggal : Senin, 05 Oktober 2020

Tempat : Kantor Desa Lembah Hijau

Waktu :

1. Tiba di kantor desa, pukul 09.30 WITA; mulai wawancara formal pukul 10.00 WITA dan berakhir pukul 10.35;

meninggalkan kantor desa pukul 11.45 WITA.

Informasi relevan : Usia P1 48 tahun, perempuan, pendidikan terakhir Sarjana, pekerjaan Kepala Desa

Keadaan khusus : Posisi duduk berhadapan, Partisipan setuju untuk direkam suaranya, P1 menggunakan pakaian kerja (Kemeja

putih, celana hitam, jilbab ungu bercorak), penampilan santai namun sangat antusias mengikuti wawancara,

ekspresif.
Waktu Teks Wawancara Koding 1 (kata kunci)
10:35 Baiklah ibu, langsung saja kepertanyaan. (Sambil

mengambil Hp dan mulai merekam suara). Bagaimana

pengalaman ibu selama pandemi COVID-19 ini, dari bulan

maret-sampai sekarang bulan oktober?

Ya, Alhamdulillah dari bulan maret sejak gencarnya COVID- 1. “masyarakat sudah terbiasa dengan pola hidup

19 di negeri kita in, alhamdulillah sampai dengan bulan penanganan dan pemutusan rantai penyebaran

oktober ini masyarakat sudah terbiasa dengan pola hidup virus covid-19”

penanganan dan pemutusan rantai penyebaran virus COVID-

19 (Suara melemah).

Bagaimana perilaku ibu kalau ibu itu sedang dalam

keadaan sehat dan sementara sakit?

Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, lebih 2. “membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat”

mengutamakan kepada hal-hal yang prinsifil seperti mencuci 3. “mengutamakan mencuci tangan”
tangan, menggunakan masker ketika keluar rumah, 4. “mengutamakan menggunakan masker”

menghindari kerumunan ini biasa dilakukan secara 5. “mengutamakan menguhindari kerumunan”

keseluruhan pada masyarakat yang ada di desa Lembah 6. “keadaan sehat yang pertama saya lakukan itu

Hijau termasuk pribadi saya sendiri. Kalau dalam keadaan selalu berdo’a untuk tetap sehat”

sehat yang pertama saya lakukan itu selalu berdo’a untuk 7. “selalu menjalankan protokol kesehatan”

tetap sehat kemudian selalu menjalankan protokol 8. ketika sakit sesegera mungkin memeriksakan diri

kesehatan sebagaimana yang di anjurkan dalam ketetapan ke puskesmas atau ke klinik terdekat.

pemutusan rantai COVID-19, dan ketika sakit di masa

COVID-19 secara pribadi sesegera mungkin memeriksakan

diri ke puskesmas(suara agak lantang) atau ke klinik

terdekat.

Apa saja langkah-langkah preventif (pencegahan) ibu agar

tidak tertular COVID-19?

Alhamdulillah, langkah-langkah pencegahan ini sudah 9. “langkah-langkah pencegahan membiasakan

dilakukan sebagai mana yang telah diuraikan tadi yakni mencuci tangan menggunakan sabun”
dengan cara membiasakan mencuci tangan menggunakan 10. “memakai masker”

sabun, kemudian memakai masker, menghindari 11. “menghindari kerumunan”

kerumunan(suara agak tegas), ini langkah-langkah yang 12. “melakukan olahraga”

dilakukan untuk tidak tertular. Ada beberapa langkah juga 13. “mengkonsumsi makanan yang bergizi”

yakni sering melakukan olahraga, kemudian mengkonsumsi

makanan yang bergizi.

Kan sebelumnya ibu mengatakan pencegahan COVID-19

itu seperti mencuci tangan, menggunakan masker ketika

keluar rumah, menghindari kerumunan, kenapa ibu

melakukan itu?

Iya, jika ditanya secara keseluruhan saya melakukan 14. “melakukan protokoler kesehatan”

protokoler kesehatan seperti yang saya umuraikan pada 15. “mencegah diri secara pribadi”

minggu-minggu kemarin. Ini yang pertama saya lakukan demi 16. “di lingkungan keluarga”

mencegah diri secara pribadi maupun di lingkungan keluarga 17. “di lingkungan masyarakat di lingkungan

serta di lingkungan masyarakat agar supaya kita tidak masyarakat”


terjangkit atau tertular dengan COVID-19 (suara

bersemangat).

Sebelumnya ibu juga bilang, biasa dilakukan secara

keseluruhan pada masyarakat yang ada di desa Lembah

Hijau termasuk pribadi saya sendiri. Yang saya mau

tanyakan, sejak kapan ibu melakukan hal ini?

Ya, sejak (berpikir sejenak sebelum bercerita) di 18. “hal-hal pencegahan(bercerita dengan antusias)

tetapkannya pandemi COVID-19 di negeri kita ini, mulai saat kepada masyarakat terutama pada diri saya

itulah saya melakukan hal-hal pencegahan(bercerita dengan sendiri”

antusias) kepada masyarakat terutama pada diri saya sendiri 19. “tidak meninggalkan anjuran yang sudah di

dan juga lebih meluasnya karena kita tidak menginginkan sampaikan baik oleh pemerintah maupun oleh

COVID ini akan masuk ke desa Lembah Hijau maka dengan dinas terkait”

segala daya dan upaya (berpikir sejenak sebelum bercerita

dan suara bersemangat) ini kami lakukan dengan tidak

meninggalkan anjuran yang sudah di sampaikan baik oleh


pemerintah maupun oleh dinas terkait.

Ibu juga memakai masker, dan menghindari kerumunan.

Kalau ibu memakai masker, masker apa yang ibu gunakan?

Ya, selama ini saya menggunakan masker kain. 20. “masker kain”

Kenapa ibu lebih memilih masker kain dari pada masker

medis?

Ya, saya memilih masker kain karena masker kain itu masa 21. ”saya memilih masker kain kegunaannya sampai

pemanfaatannya itu sangat tidak bisa kita batasi sepanjang berulang kali”

masker itu masih boleh kita pakai, sepanjang itu pula 22. “bisa di cuci ulang kemudian dipakai”

masker itu tetap bermanfaat, karena masker kain itu 23. “bisa di jamin kebersihannya”

kegunaannya sampai berulang kali, bisa di cuci ulang

kemudian dipakai. Sehingga bisa di jamin kebersihannya.

Ibu juga mengatakan berolahraga secara teratur. Itu


berolahraga seperti apa?

Ya, berolahraga secara teratur yang saya terapkan di Desa 24. “berolahraga secara teratur”

Lembah Hijau ini (bercerita dengan agak tegas dan 25. “mengajak masyarakat untuk melakukan

semangat), mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas aktivitas”

di bawah terik matahari, itu dari jam 7 pagi sampai jam 9 26. “senam bersama”

paling cepat dan jam 10 itu saya sering bersama masyarakat

melakukan kegiatan yang menimbulkan kita merasa sehat,

misalnya kita berkeringat kemudian juga dalam seminggu

sekali khususnya aparat desa itu kami melakukan kegiatan

senam bersama.

Senam bersama itu dilakukan berapa kali dalam seminggu?

Kami lakukan seminggu sekali.

Pada hari apa?

Pada hari sabtu (suara melemah )


Ibu juga mengatakan mengkonsumsi makanan yang

bergizi. Makanan yang bergizi itu contohnya apa?

Kalau makanan bergizi itu pada umumnya kita yang berada 27. “makanan bergizi”

didaerah pesisir, itu lebih umum untuk lauknya(berpikir 28. “mencari lauk segar”

sejenak) kita sering mencari lauk yang masih segar karena di 29. “mengkonsumsi sayuran (suara agak lantang)”

daerah pesisir pada umumnya juga masyarakat disini lebih 30. “mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang sama

senang dengan lauk yang baru diambil, baru di dapat oleh pepaya”

para nelayan untuk dijadikan bahan konsumsi. Kemudian

makanan bergizi lainnya itu saya sering melakukan atau

sering mengajak kepada masyarakat untuk tetap

mengkonsumsi ini seperti sayuran(suara agak lantang),

kemudian lauk yang beragam karena kita disini banyak lauk

jadi lauknya itu sering saya sampaikan ke masyarakat untuk

kita memilih lauk yang lebih banyak proteinnya. Terutama

diberikan kepada mereka yang masih usia dibawah misalnya

usia anak sampai usia remaja. Kemudian untuk buahnya itu


buah yang ada di desa(suara tegas), kita lebih umum itu

pisang sama pepaya karena saya lebih menganjurkan

masyarakat untuk mengkonsumsi tanaman atau buah yang

tidak banyak menggunakan pupuk.

Ibu juga mengatakan hal ini dilakukan agar tidak tertular

dengan COVID-19. Bagaimana pendapat ibu tentang

COVID-19?

Ya…(suara melemah dan diam berpikir sejenak), untuk


31. “melihat dari media sosial covid-19 ini adalah
COVID-19 ini memang kita tidak bisa lihat secara nyata atau
satu virus yang mematikan(suara tegas)”
secara kasat mata itu tidak bisa kita lihat, namun ketika
32. “tak henti-hentinya mengajak kepada
kita melihat dari media sosial COVID-19 ini adalah satu virus
masyarakat untuk tetap waspada”
yang mematikan(suara tegas) sehingga secara keseluruhan
saya tak henti-hentinya mengajak kepada masyarakat untuk 33. “ mengajak tetap menjaga kesehatan”

tetap waspada, tetap menjaga kesehatan, tetap juga 34. “tetap juga menghidari hal-hal yang nanntinya

menghindari hal-hal yang nantinya akan menyebabkan akn menyebabkan penularan covid-19” (suara

penularan virus COVID-19 (suara menghimbau), dan khusus menghimbau)”

desa Lembah Hijau ini sejak bulan maret kemarin sampai 35. “tetap juga menghindari hal-hal menyebabkan

dengan sekarang kami masih sangat menutup masyarakat penularan virus covid-19”

yang datang dari luar daerah, kemudian masyarakat kami 36. “kami masih sangat menutup masyarakat yang

yang ketika mereka pulang dari bepergian ke daerah lain datang dari luar daerah”

sampai dengan sekarang ini kami anjurkan mereka untuk 37. “masyarakat yang pulang dari bepergian kami

tetap melakukan isolasi mandiri. anjurkan untuk isolasi mandiri”

Selanjutnya, bagaimana tindakan promotive

(peningkatan) dalam rangka mencegah penularan COVID-

19 di Desa Lembah Hijau ibu?

Iya, tindakan promotive yang sering dilakukan ini berupa


mengajak ataupun mensosialisasikan kepada keluarga

khususnya yang ada dirumah dan kepada tetangga lebih 38. “tindakan promotive mengajak ataupun

umum agar selalu mentaati aturan atau menjalankan mensosialisasikan kepada keluarga”

kebiasaan dalam pola hidup sehat bersih. 39. “mentaati aturan atau menjalankan kebiasaan

dalam pola hidup sehat bersih”

Tindakan promotive yang sering dilakukan berupa

mengajak dan mensosialisasikan khususnya kepada

keluarga, lebih umum kepada tetangga agar selalu

mentaati protokol kesehatan. Bagaimana cara ibu untuk

mensosialisasikan ini kepada keluarga?

Ya, kalau ditanya persoalan mensosialisasikan kepada

keluarga, alhamdulillah khusus untu keluarga saya sejak 40. “mensosialisasikan kepada keluarga”

bulan maret kemarin sampai dengan sekarang. Dari 4 M yang 41. “mensosialisasikan kepada masyarakat”

dianjurkan itu, alhamdulillah sampai dengan sekarang masih 42. “tak henti-hentinya kami publikasikan melalui

tetap ditaati oleh khusus keluarga saya dan bahkan ini saya pengeras suara yang di masjid.
sampaikan kepada masyarakat setiap ada pertemuan atau

setiap ada misalnya kedukaan warga disitu kami juga tetap

mengajak kepada masyarakat. Tak henti-hentinya kami

melakukan ini (suara semangat dan antusias), bahkan setiap

minggunya sampai dengan sekarang itu kami publikasikan

melalui pengeras suara yang di masjid, kepada masyarakat

agar tetap juga kita mentaati semua ini. Melalui hal ini

mensosialisasikan kepada masyarakat.

Bagaimana harapan Ibu terkait dengan keadaan COVID-19?

Ya, alhamdulillah(suara bersyukur kemudian tersenyum)

untuk desa Lembah Hijau sampai dengan detik sekarang ini 43. “sampai dengan detik sekarang ini belum ada

belum ada yang terpapar COVID-19(suara sedikit lantang dan yang terpapar covid-19”

tegas). Sehingganya, terkait dengan keadaan ini, saya 44. “saya sangat berharap kepada masyarakat untuk

sangat berharap kepada masyarakat untuk tetap tetap menjalankan protokol kesehatan”

menjalankan protokol kesehatan(suara tegas).


Terkait dengan desa Lembah Hijau sampai dengan detik

ini belum ada yang terpapar COVID-19. Sehingga, ibu

tetap mengharapkan kepada masyarakat untuk tetap

mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan. Menurut

ibu kenapa atau apa faktor yang menyebabkan hal ini

sehingga di desa Lembah Hijau belum ada yang terpapar

COVID-19?

Ya, faktor penyebabnya itu kita kembalikan kepada

himbauan dari peran aktif serta kita sebagai pemerintah 45. “peran aktif serta kita sebagai pemerintah”

masyarakat yang sampai dengan detik sekarang ini belum 46. “tetap mentaati protokol kesehatan”

mengakhiri kegiatan himbauan kepada masyarakat untuk 47. “kita lakukan teguran secara lisan(suara tegas)

tetap mentaati protokol kesehatan, terutama untuk mereka kepada masyarakat yang tidak mentaati

yang sering melakukan kegiatan atau aktivitas di luar protokol kesehatan yang tidak menggunakan

rumah, kami tetap menganjurkan bahkan ketika kami masker”

bertemu dengan masyarakat yang beraktivitas diluar rumah


kami lakukan teguran secara lisan (suara tegas) kepada

masyarakat yang tidak mentaati protokol kesehatan

terutama yang tidak menggunakan masker.

Teguran yang seperti apa yang ibu sampaikan kepada

masyarakat?

Ya memang teguran ini bermacam-macam, yang sering saya

lakukan ketika bertemu dengan masyarakat yang tidak 48. “teguran ini bermacam-macam”

menggunakan masker itu langsung kami sapa(perilaku 49. “tidak menggunakan masker itu langsung kami

ramah) bahkan ini kami sampaikan kepada aparat setiap sapa(perilaku ramah)”

kita bertemu dengan masyarakat(dengan suara lembut) yang 50. “janganlah kita patah semangat untuk

melakukan aktivitas diluar rumah janganlah kita patah menegur(dengan suara tegas) dan tegurlah

semangat untuk menegur(dengan suara tegas) dan tegurlah sesuai, secara baik agar supaya tidak

sesuai, secara baik agar supaya tidak menyinggung perasaan menyinggung perasaan”

dari masyarakat yang kita tegur, bahkan kami juga 51. “kami juga memberikan masker”

memberikan masker kepada masyarakat. Sampai dengan 52. “kami edarkan kurang lebih 500 lembar masker.

sekarang itu masker yang sudah kami edarkan kepada


masyarakat kurang lebih 500 lembar masker.

Bagaimana harapan ibu terkait dengan upaya Puskesmas

dalam menyikapi COVID-19?

Ya, terkait dengan harapan upaya pelayanan kesehatan, ini

kami sering melakukan publikasi tentang pemutusan 53. “melakukan publikasi”

penyebaran virus COVID-19 ini selalu mengadakan 54. “mengadakan komunikasi”

komunikasi dengan pihak-pihak terkait terutama mereka 55. “bekerja sama pihak puskesmas bonepantai dan

yang ada di pihak Puskesmas Bonepantai dan Polsek polsek bonepantai”

Bonepantai, itu dalam setiap 2 minggu sekali itu ada 56. “publikasi kepada masyarakat melalui mobilisasi”

publikasi kepada masyakat melalui mobilisasi.

Di desa Lembah Hijau ini kan sering melakukan publikasi

tentang pemutusan penyebaran virus COVID-19 bekerja

sama dengan pihak Puskesmas dan Polsek Bonepantai

dengan mengadakan sosialisasi dan mobilisasi seperti


menyemprot rumah warga sebanyak 2 minggu sekali.

Dengan kegiatan sepeti ini, bagaimana respon masyarakat

setempat?

Ya, alhamdulillah ini sangat di apresiasi oleh masyarakat

karena dengan cara inilah dengan cara seperti ini membuat 57. “betapa pentingnya penyebaran pemutusan

masyarakat sadar bahwa betapa pentingnya hal-hal yang rantai virus covid-19”

dilakukan ini untuk penyebaran pemutusan rantai virus 58. “publikasi 1 bulain 1 kali bekerja sma dengan

COVID-19, karena dengan sering dilakukan publikasi dan pihak puskemas dan polsek ”

mobilisasi sehingga masyarakat juga sering-sering mereka 59. “sehingga masyarakat tetep waspada ketika

itu merasa di peringati. Jadi ketika mereka publikasi itu melakukan aktivitas”

dilakukan secara berkala setiap 1 bulan 1 kali itu kami 60. tidak dengan protokol-protokol kesehatan”

bekerja sama dengan pihak puskesmas dan polsek untuk

melakukan publikasi, sehingga masyarakat sampai dengan

detik sekarang masih tetep waspada ketika bertemu atau

ketika melakukan aktivitas yang kurang berkenan atau tidak

dengan protokol-protokol kesehatan.


Ya, terima kasih atas kesempatannya. Saya ucapakn

terima kasih ibu(suara senyum).

Ya, terima kasih juga kepada adik semoga apa yang di

lakukan pada hari ini. Ini akan menjadi jalan pembuka untuk

adik menuju sukses Insya Allah (Suara senyum dan

berharap). Amin Ya rabballalamin


Transkrip Wawancara

Partisipan : P2

Topik : Perilaku sehat sakit dalam menyikap COVID-19

Tanggal : Selasa, 06 Oktober 2020

Tempat : Rumah P2. Dusun 2 Limehu

Waktu :

2. Tiba di rumah, pukul 17.10 WITA; mulai wawancara formal pukul 17.25 WITA dan berakhir pukul 18:05; meninggalkan

rumah 18.30 WITA.

Informasi relevan: Usia P2 50 tahun, laki-laki, pendidikan terakhir Sekolah Dasar, pekerjaan Wiraswasta (Ojek bentor)

Keadaan khusus: Posisi duduk berhadapan, Partisipan setuju untuk direkam suaranya, P2 menggunakan pakaian rumah (kaos

berkerah, celana hitam pendek, dan menggunakan masker), penampilan santai namun sangat antusias mengikuti

wawancara, ekspresif.
Waktu Teks Wawancara Koding 1 (kata kunci)
18:05 Oke pak, torang langsung saja kapertanyaan aa. (Sambil

mengambil Hp dan mulai merekam suara). Bagaimana

pengalaman li pak selama pandemi COVID-19 ini, kan ini

COVID dari bulan maret-sampai sekarang ini sampe bulan

oktober, bagaimana ti pak pe pengalaman selama

beberapa bulan ini dirumah?

COVID boti bo mamo hemo ohe to tau boti COVID boti 1. “COVID boti bo mamo hemo ohe to tau ma

(berbicara dengan logat kental Gorontalo), karna ma kurangi kurangi ta he ndandalengo”

ta he ndandalengo ma mohe lo COVID beyito. Pondapatan to

bentor biasa anaanam puluh, masatiya bolo demo tapu dulo

puluh, dulo puluh ka atas karna ma mohe lo COVID tahe

ndandalenga(berbicara dengan suara lemah).

Berarti itu yang 60rb yang ti pak jaga dapa, berarti waktu

itu sebelum COVID?


Sebelum COVID itu(menjelaskan sambil senyum). Setelah so

ada COVID ini bolo hemo tapu dua dua puluh lima.

Jadi dengan 25rb itu pas dengan ti pak pe kehidupan

sehari-hari deng keluarga?

Ma po sambewolo uwito(berbicara dengan logat kental 2. “debo he usahalo tetap mo po sambewolo

Gorotalo). Mo’o sambe u dila mo sambe debo he usahalo uwito”

tetap mo po sambewolo uwito (berbicara dengan agak

lantang).

Jadi bgimana cara li pak supaya ti pak itu tetap sehat,

baru di masa COVID bagini COVID bulum selesai bagini baru

dengan pendapatan yang setiap hari menurun. Bagimana ti

pak pe cara supaya sehat?

Anu watiya sesehati tetap mopehumo(berbicara dengan

tegas). 3. “Anu watiya sesehati tetap mopehumo”


Kalau sakit?

Kalau sakit ti maituwa ma popehumala ramuan (berbicara

dengan agak latang). 4. “Kalau sakit ti maituwa ma popehumala

Ramuan apa-apa itu? ramuan”

Eeee….(berpikir sedikit sebelum berbicara) Meelito,

alawahu, temulawa, timbuale.

5. Meelito, alawahu, temulawa, timbuale.

Itu ramuan mo bekeng bagimana, ti pak langsung mo

minum atau bagimana depe cara ba bekeng?

Mo cuci dulu(bercerita sambil berpikir) ulowalo, pata’o

tumbuwolo, pata’o tiyo lahelo wawu air 4 galas mo bkeng 3

galas(bercerita dengan antusias), baru mo campur dengan 6. ulowalo, tumbuwolo, lahelo, baru mo campur

gula madu, baru somo minum(berbicara dengan tegas). dengan gula madu.

Itu ramuan yang ti pak mo minum, berapa kali dia satu


hari ti pak mo minum?

Po’o tolu.

Oh, berarti satu kali tiga dia mo minum?

Pagi, tengah hari, sore.

Itu satu keluarga li pak mo minum samua?

Iyo, mo minum samua(berbicara dengan logat kental

Gorontalo).

Bagimana langkah-langkah li pak supaya torang itu tidak

mo ta kana COVID, mencegah?

Mongulo ulu’u, mo make masker, mo wawalahe mo ti


7. Mongulo ulu’u
hulo’o, mo olahraga tumete’o (berbicara dengan antusias).
8. mo make masker

9. mo wawalahe mo ti hulo’o
Jadi kalo ti pak itu mo pake masker, masker apa yang ti
pak pake?

Masker kain.

Kinapa ti pak ba pilih masker kain?

Bo uwito oluwo(berbicara dengan logat kental Gorontalo),

mowali po hutowalo lo hilawo wawu to tonula tambati 10. “mowali po hutowalo lo hilawo wawu to tonula

oluwo ma potaliyalo. tambati oluwo”

Kalau masker medis?

Masker medis mahale wawu dialuwo o’ taliyolo.

11. “Masker medis mahale”

Baru kalau ti pak moba olahraga, ba olahraga bagimana

itu?

Tumete’o.

Tumete’o, pagi atau siang?


Dumodupo.

Barapa menit ti pak mo bekeng itu mo lari?

30 menit bagitu (berbicara dengan logat kental Gorontalo

dan senyum).

Baru bagimana cara li pak supaya meningkatkan dalam

rangka mencegah ini COVID?

Madelo engondiye, mo make masker, mo jaga jarak, mo nao

mota to bele lo tau musti mo cuci tangan , mo olahraga. 12. “Mo make masker”

Oh, jadi bagimana ti pak punya harapan dengan COVID-19 13. “mo jaga jarak”

di 2020 ini? 14. “nao mota to bele lo tau musti mo cuci tangan”

Harapani latiya COVID botie mamo (berbicara dengan 15. “Harapani latiya COVID botie mamo berenti

berharap dan melemah) berenti ma’o asali po pehumalo ma’o, asali normal ma biasa.”

tingga ma monguli ma’o normal ma biasa. 16. “Harapani lamiyatiya bo tonula ta nao mola

mongoto ja’ bo hetanggulalo poli ma’ COVID”


Jadi bagimana ti pak punya harapan dengan puskesmas

yang ada?

Harapani lamiyatiya bo tonula ta nao mola mongoto ja’ bo

hetanggulalo poli ma’ COVID.

Oh, iya terima kasih atas jawabannya

Sama-sama (tersenyum).

Transkrip Wawancara

Partisipan : P3

Topik : Perilaku sehat sakit dalam menyikap COVID-19

Tanggal : Selasa, 06 Oktober 2020

Tempat : Rumah P3. Dusun 3 Lalula

Waktu :
3. Tiba di rumah, pukul 18.45 WITA; mulai wawancara formal pukul 19.05 WITA dan berakhir pukul 19.22; meninggalkan

rumah 19.40 WITA.

Informasi relevan: Usia P2 51 tahun, perempuan, pendidikan terakhir Sarjana, pekerjaan Guru PNS/Kepala Sekolah

Keadaan khusus: Posisi duduk bersampingan, Partisipan setuju untuk direkam suaranya, P3 menggunakan pakaian rumah (daster,

jilbab hitam dan menggunakan masker), penampilan santai namun sangat antusias mengikuti wawancara,

ekspresif.

Waktu Teks Wawancara Koding 1 (kata kunci)


19:22 Baiklah ibu, langsung saja kepertanyaan. (Sambil

mengambil Hp dan mulai merekam suara). Bagaimana

pengalaman li ibu selama pandemi COVID-19 ini?

(berpikir sedikit sebelum berbicara)yaitu, pengalaman saya 1. “masker pengalaman saya yang pertama pada

yang pertama pada anak didik mereka tidak bisa bersekolah anak didik mereka tidak bisa bersekolah
disekolah, mereka hanya sekolah dirumah-rumah, kelompok- disekolah”

kelompok belajar dirumah karna masih dilarang untuk anak- 2. “hanya sekolah dirumah-rumah”

anak itu dengan guru-guru berkerumun, jadi jaga jarak itu 3. “dilarang untuk anak-anak guru-guru

(berbicara dengan menggunakan logat Gorontalo yang berkerumun”

kental, namun tetap berbahasa Indonesia). Kemudian dalam 4. “jaga jarak”

pembelajaran anak-anak menggunakan masker semua 5. “dalam pembelajaran anak-anak menggunakan

(berbicara dengan agak lantang) sekalian dengan guru- masker”

gurunya juga memakai masker, begitu juga kalau mau keluar 6. “kemana saja itu di harapkan”

rumah atau kemana saja itu di harapkan(berbicara dengan

tegas)di anjurkan untuk memakai masker.

Masker apa yang ti ibu ada pake?

Masker yang di pakai yaitu masker kain di jahit(berbicara 7. “Masker yang di pakai yaitu masker kain di jahit”

dengan agak lantang). Karena itu yang harganya murah dan 8. “Masker yang harganya murah”

dapat di jangkau oleh masyarakat, dan ini juga

mempergunakan penjahit yang ada di desa (berbicara


dengan menggunakan logat Gorontalo yang kental, namun

tetap berbahasa Indonesia).

Jadi kalau ti ibu sehat, apa yang ti ibu lakukan di masa

pandemi ini?

Yaitu kalau ingin sehat yaitu selalu berolahraga setiap pagi,


9. “kalau ingin sehat selalu berolahraga setiap
kemudian di jam-jam 10 begitu di usahakan juga(berbicara
pagi”
sambil berpikir) berjemur selama 15 menit, kemudian untuk
10. ”berjemur selama 15 menit”
makanan itu yaitu makanan yang bergizi yaitu misalnya
11. “makanan yang bergizi”
makan sayur-sayuran kalau di desa sayur-sayuran itu masih
12. “sayur-sayuran”
murah, kemudian masih ada juga buah-buahan itu seperti
13. “buah-buahan pisang, pepaya”
pisang, pepaya itu yang terbanyak di desa buah-

buahan(berbicara dengan antusias).

Dengan apa yang ti ibu lakukan ti ibu itu sakit?

Yang dilakukan pada saat sakit misalnya batuk-batuk minum


ramuan tradisional misalnya daun mayana di campur dengan 14. “pada saat sakit batuk-batuk minum ramuan

madu, kemudian(berbicara sambil berpikir) jeruk di campur tradisional”

dengan kecap(berbicara dengan agak lantang), kemudian 15. “ramuan tradisional misalnya daun mayana di

juga daun jambu yang masih muda itu di minum supaya kita campur dengan madu”

mengurangi batuk-batuk atau leher(berbicara dengan 16. “ramuan tradisional jeruk di campur dengan

menggunakan logat Gorontalo yang kental, namun tetap kecap”

berbahasa Indonesia) rasa tidak enak.

Itu daun mayana di rebus atau langsung di peras?

Daun mayana di cuci kemudian ee.. di peras airnya di ambil

setelah di peras langsung di saring dan di campur dengan 17. “Daun mayana di cuci, di peras, airnya di saring,

gula madu kemudian di minum, itu bisa saja seperti obat di campur dengan gula madu kemudian di

dokter itu bisa di minum 3x1. minum”

Kalau daun jambu?

Kalau daun jambu itu di cuci langsung di kunya kemudian


airnya langsung di telan. Kalau untuk anak-anak prosesnya 18. “daun jambu di cuci langsung di kunya, airnya

masih di peras kemudian menggunakan leper untuk di minum langsung di telan”

oleh anak-anak, kalau untuk orang-orang dewasa itu bisa 19. “Kalau untuk anak-anak masih di peras dan

saja langsung di kunyah(berbicara dengan menggunakan langsung di suruh minum menggunakan sendok.”

logat Gorontalo yang kental, namun tetap berbahasa 20. “kalau orang dewasa itu langsung di kunyah”

Indonesia).

Oh, jadi apa saja langkah-langkah li ibu dalam mencegah

supaya torang itu tidak terkena COVID?

Langkah-langkah yang di lakukan yaitu seperti apa yang

telah saya jelaskan tadi, kita berolahraga kemudian 21. “Langkah-langkah yang dilakukan berolahraga”

memakai masker, mencuci tangan dengan menggunakan air 22. “memakai masker”

mengalir kemudian dengan pakai sabun, kemudian jaga 23. “mencuci tangan dengan menggunakan air

jarak, jadi ini langkah-langkah yang di lakukan ee(berpikir mengalir kemudian dengan pakai sabun”

sambil berpikir) supaya kita terhindar dari COVID. 24. “jaga jarak supaya terhindar dari COVID”
Kalau mencuci tangan berapa kali biasa perhari ti ibu

lakukan?

Itu mencuci tangan sudah harus merupakan kebiasaan setiap

kali kita melakukan sesuatu itu harus mencuci tangan, 25. “mencuci tangan sebelum dan sesudah makan”

kemudian setelah melakukan sesuatu juga kita harus 26. “mencuci tangan sebelum dan sesudah

mencuci tangan contohnya sebelum makan dan sesudah menyentuh sesuatu”

makan, kemudian di waktu kita bekerja sebelum kita 27. “mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh apa ee(berbicara sambil berpikir) yang kita melakukan pekerjaan”

kerjakan kita cuci tangan dulu, kemudian setelah melakukan 28. “mencuci tangan setelah memegang uang”

pekerjaan kita langsung mencuci tangan, begitu juga untuk 29. “mencuci tangan sudah disediakan di rumah-

memegang uang atau apa kita langsung mencuci rumah, kantor, dan pertokoan.

tangan(barbicara dengan tegas), kemudian sekarang ini 30. “Dilarang berkerumun”

sudah di budayakan di rumah-rumah atau di kantor, atau di

pertokoan itu semuanya sudah ada di depan rumah masing-

masing yaitu tempat mencuci tangan dengan air mengalir

(berbicara dengan menggunakan logat Gorontalo yang


kental, namun tetap berbahasa Indonesia).

Jadi, bagaimana tindakan ibu untuk meningkatkan dalam

rangka mencegah COVID-19 di desa Lembah Hijau?

Eee.. Untuk eee(berbicara sambil berpikir) tindakan

peningkatan pada COVID-19 ini yaitu untuk membiasakan 31. “tindakan peningkatan membiasakan menjaga

misalnya kalau kita mau pergi ke pesta kita harus jaga jarak, jarak”

di larang juga untuk berkerumun kita segera saja 32. “mencuci tangan”

melaksanakan aktivitas dengan menjaga jarak kemudian 33. “menjaga kesehatan”

memakai masker itu sudah merupakan kebiasaan apabila 34. “memakai masker”

kalau kita mau keluar kemana saja itu sudah merupakan 35. “mencuci tangan”

kebiasaan dan akan di budayakan(berbicara dengan tegas), 36. “menjaga kesehatan”

kemudian juga untuk mencuci tangan ini, jangan hanya pada

masa COVID ini di harapkan setiap kegiatan kita harus

mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.


Itu di harapakan menjadi kebiasaan dan menjadi budaya

untuk kita, kewajiban kita sebagai untuk menjaga kesehatan

kita kapan saja dan dimana saja(berbicara dengan antusias).

Jadi bagaimana harapan li ibu terkait dengan COVID-19

ini?

Harapan saya untuk terkait dengan keadaan COVID-19 ini,

harapan saya supaya COVID-19 agar segera berakhir 37. “harapan saya supaya COVID-19 agar segera

(berbicara sambil berharap) kemudian untuk anak-anak berakhir”

bersekolah sebagaimana di tahun-tahun yang kemarin yaitu 38. “anak-anak bersekolah sebagaimana di tahun

berada di dalam kelas dan berkumpul sebagai mana siswa sebelumnya”

pada tahun-tahun kemarin dan harapannya mudah-mudahan 39. “ASN juga dapat melaksankan tugas di kantor

insya Allah COVID-19 ini agar segera berakhir di kita. masing-masing”

Kemudian ASN juga dapat melaksankan tugas di kantor

masing-masing(berbicara dengan menggunakan logat

Gorontalo yang kental, namun tetap berbahasa Indonesia).


Bagaimana harapa li ibu terkait dengan puskesmas dalam

menyikapi COVID-19 ini?

Harapan dengan upaya pelayanan kesehatan dalam

menyikapi COVID ini yaitu mudah-mudahan cepat ada obat 40. “harapan dari petugas puskesmas jangan

pencegah COVID ini. Kemudian untuk pelayanannya ini di menganggap bahwa semua yang sakit itu adalah

harapkan dari petugas puskesmas jangan menganggap bahwa COVID”

semua yang sakit itu adalah COVID, jadi sekarang ini 41. “pelayanan kesehatan itu di harapkan agar

masyarakat sudah takut mau ke puskesmas karena dengan supaya tiadakan rapid tes di puskesmas atau pos-

perkembangan COVID ini mereka sudah tidak mau lagi pos kesehatan”

berobat jadi harapan sekarang yaitu mudah-mudahan tidak

lagi dengan keadaan yang COVID ini segera berakhir dan di

harapkan untuk melayani masyarakat di dalam pelayanan

kesehatan itu di harapkan agar supaya diadakan rapid tes itu

ada di puskesmas supaya masyarakat itu tidak lagi

mengadakan rapid tes itu nanti di perkotaan, jadi kami yang


ada di desa ini agak sulit untuk rapid tes jadi sebaiknya di

laksanakan saja di puskesmas atau di pos-pos kesehatan

yang ada di desa.

Iya, terima kasih atas jawaban yang sudah diberikan.

Terima kasih ibu

Iya sama-sama. Semoga adik ini bisa berhasil dan dalam

pendidikan ini dan dapat berguna nusa dan bangsa terutama

yang ada di desa Lembah Hijau.

Amin, Makasih ibu.


Transkrip Wawancara

Partisipan : P4

Topik : Perilaku sehat sakit dalam menyikap COVID-19

Tanggal : Kamis, 08 Oktober 2020.

Tempat : Rumah P4. Dusun 2 Limehu

Waktu :

4. Tiba di rumah, pukul 17.10 WITA; mulai wawancara formal pukul 17.25 WITA dan berakhir pukul 18:05; meninggalkan

rumah 18.30 WITA.

Informasi relevan: Usia P4 29 tahun, laki-laki, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan nelayan

Keadaan khusus: Posisi duduk bersampingan, Partisipan setuju untuk direkam suaranya, P4 menggunakan pakaian rumah (kaos

berkerah warna biru, celana selutut kotak-kotak hijau dan menggunakan masker), penampilan santai namun

sangat antusias mengikuti wawancara, ekspresif.


Waktu Teks Wawancara Koding 1 (kata kunci)
18:05 Oke pak, torang langsung saja kapertanyaan aa. (Sambil

mengambil Hp dan mulai merekam suara). Bagaimana

pengalaman li pak selama COVID-19 ini, kan yang torang

tau ini COVID ada dari bulan maret-sampai sekarang ini

bulan oktober sekarang, bagaimana pengalaman li pak

selama dirumah?

Pengalaman saya selama di rumah rasa terganggu juga sama 1. “selama di rumah rasa terganggusituasi yang

situasi yang seperti skarang pandemi skarang. Dulunya kan sekarang”

kalo setiap hari saya pergi di laut cari ikan, skarang so susah 2. “tidak turun ke laut saya cuma di rumah saja”

soalnya dulu-dulunya kan saya cuma ikut kapal lo orang

(berbicara dengan menggunakan logat Gorontalo, namun

tetap berbahasa Indonesia) jadi kalo orangnya yang punya

kapal tidak turun ke laut saya cuma di rumah saja, tidak ada

pemasukan(suara melemah).

Itu kalo ti pak mo pigi ba laut banyak orang mo pigi ba laut


itu?

Iya banyak sekitar(bercerita sambil berpikir) kadang 15 3. “sekarang kondisinya lagi pandemi bos juga

orang, 20 orang jadi di laut itu sehari 2 hari pulang, kalo khawatir turun ke laut”

tangkapan sudah di rasa sudah cukup torang mo pulang 4. “tetangga-tetangga juga merasa terganggu”

langsung mo bawa ke pelelangan ikan(suara melemah).

Cuma kan sekarang kondisinya lagi pandemi bos juga

khawatir, khawatir eee apa(berpikir) khawatir kan biasanya

sebelum ke laut itu kita kumpul dulu di rumah bos(berbicara

dengan menggunakan logat Gorontalo, namun tetap

berbahasa Indonesia), sedangkan di lingkungan rumahnya bos

itu waktu pertama kali muncul corona itu kan orang-orang

langsung khawatir semua. Jadi orang-orang luar kadang

datang, tetangga-tetangga juga merasa terganggu

begitu(berbicara dengan menggunakan logat Gorontalo,

namun tetap berbahasa Indonesia).


Oh, jadi ti pak punya pendapatan waktu sebelum COVID

sama pas COVID sekarang bagimana? Ada penurunan atau

bagimana?

Ya, kalo skarang bukan penurunan lagi pendapatan malah 5. “skarang bukan penurunan lagi pendapatan

hilang pendapatan skarang(senyum). Cuma saya kan malah hilang”

berusaha juga cari-cari tambahan buat makan keluarga, 6. “saya berusaha skarang bukan penurunan lagi

anak-anak juga kan tiap hari minta jajan ini(sura melemah pendapatan malah hilang”

kembali). Jadi kalo pagi kadang saya ke pantai mancing jadi 7. “kalo pagi kadang saya ke pantai mancing”

kalo dapat banyak Alhamdulillah bisa di makan, kalo dapat

lebih bisa juga saya jual untuk jajan anak-anak.

Oh, berarti ti pak itu mo ba pancing macam orang ba

panah bagitu atau nae perahu?


8. “selama pandemi ini mancing sendiri di pinggir
Yaaaa(berpikir), kalo saya selama pandemi ini mancing
laut”
sendiri kadang di pinggir laut kadang olo kalo misalnya saya
ba pancing kurang rasa kurang saya ini (berbicara dengan

menggunakan logat Gorontalo, namun tetap berbahasa

Indonesia) kadang ba panah ikan menyelam sendiri, kadang

juga istri bantu karna kadang kalo menyelam sendiri kadang

saya takut juga kalo ini.

Oh, berarti ti pak punya istri jaga ba panah olo pigi deng

ti pak di laut ?

Tidak, istri saya kadang cuma awasin dari jauh(berbicara

dengan menggunakan logat Gorontalo, namun tetap

berbahasa Indonesia) takutnya kenapa-kenapa nantikan, kan

kalo biasanya orang ba panah itu eh tidak mo tau kamari ini

apa yang ada di dalam laut to.

Jadi, bagimana ti pak punya cara supaya ti pak itu sehat

di masa pandemi ini, di masa COVID yang sekarang ini?


Kalo untuk supaya sehat(berpikir), kan biasanya kata 9. “Kalo sehat biasanya meningkatkan kekebalan

apa(berpikir) pemerintah kan harus meningkatkan kekebalan tubuh”

tubuh, jadi kalo misalnya pagi-pagi itu sebelum berangkat 10. “pagi-pagi sebelum beraktivitas istri kadang

keluar cari tambahan uang. Istri kadang bikin di rumah itu bikin ramuan”

ramuan-ramuan(berbicara dengan menggunakan logat

Gorontalo, namun tetap berbahasa Indonesia)

Ramuan-ramuan yang bagimana itu pak?

Ramuan tradisional eeee, biasanya dia ambe kamari 11. “ramuan tradisional timbuwale, alawahu, sama

timbuwale, alawahu, sama temulawa(berbicara sambil temulawa”

berpikir). Aaaa ini racikan tradisional.

Oh itu timbuwale, alawahu, dengan temulawa bagimana

cara ti pak punya istri ba bekeng supaya ti pak itu ba

konsumsi, ti pak mo minum kah atau ti bagimana?


12. “Ramuan mo ambe kamari dari kobong”
Biasanya kalo saya pe istri ada ba bekeng itu ramuan bagitu,
13. “di cuci, di rebus, mo minum, kalo rasa pahit
(berbicara dengan antusias) dia mo ambe kamari kan dari
kobong ini timbuale, sama alawahu, temulawa dia mo ambe campur dengan gula madu”

dari kobong, dia mo cuci dia mo rebus baru kalo ini ya kira-

kira kalo so masa mo ini no(berpikir), mo apa mo minum,

kalo rasa-rasa pahit boleh olo mo campur dengan gula madu

supaya debo enak olo mo maso.

Baru itu ramuan berapa kali perhari ti pak mo minum?

Kadang kalo ini(berpikir) kadang kalo hari biasa kadang


14. “ba bekeng itu ramuan bagitu”
cuma 1 kali, cuma kalo kemarin-kemarin olo kadang saya
15. “kalo rasa demam minum 3 kali sehari”
rasa demam to, jadi maitua ada kadang suruh minum 3 kali

sehari.

Oh dia macam obat-obat dari dokter setiap 3 kali 1 ti pak

mo minum?

Tidak olo, maksudnya tergantung kalo badan so rasa ini

kadang 3 kali, kadang 4 kali. Itu kan tradisional itu jadi


tergantung (berikcara sambil berpikir) pa maitua, kalo

maitua bekeng akan saya mo minum no.

Baru itu ramuan biasa bertahan sampe barapa kali, barapa

hari ti pak mo minum?

Kalo masalah ketahanan itu minuman saya bulum tau(logat

Gorontalo), soalnya kalo saya pe maitua abis mo ba bekeng


16. “ketahanan itu minuman saya bulum tau”
langsung saya mo minum saya tidak mo sisa, suka mo dapa
17. “minum obat tradisional”
jalo kamari(tersenyum).

Baru itu ramuan bisa satu keluarga li pak mo minum? Ti

pak pe anak-anak bagitu jaga minum olo?

Ya (berbicara dengan antusias), kalo pagi-pagi maitua

kadang bekeng banyak anak-anak sekalian dia ada minum

olo.

Jadi kalo misalnya tadi ti pak bilang kalo demam.


Bagimana cara li pak supaya ti pak itu mo sehat kembali,

bisa mo pigi lagi ba laut. Apa yang ti pak lakukan supaya ti

pak somo sehat kamari?

Itu no mo minum obat itu sama rajin-rajin ba olahraga,

rajin-rajin baaa(bercerita sambil berpikir) ba jemur di

matahari tiap pagi.


18. “rajin-rajin ba olahraga”

19. “rajin-rajin ba jemur di matahari tiap pagi”

Itu ba olahraga yang bagimana ti pak jaga bekeng? Kan

biasa itu senam, atau olahraga mo lari, kan biasa ba

bagitu. Kalo ti pak bagimana ti pak punya olahraga?

Adakalanya di samping rumah(mikir sebentar sebelum

diucapkan), kan agak seperti lapangan kecil. Jadi saya

kadang sendiri ba olahraga disitu, kadang lari-lari kecil


20. “olahraga lari-lari kecil sampe ba suar”
pokoknya sampe kaluar kamri suar, baru mo ba jemur abis

itu mo mandi, istrahat.


Baru biasa kalo ti pak mo lari-lari kecil itu biasa dari jam

barapa sampe jam barapa? Itu lagi ba jemur biasa ti pak

jaga bekeng jam-jam barapa?

Kalo saya(berbicara sambil berpikir) lari-lari pagi kadang

kalo matahari so nae so mulai ba olahraga. Biasanya kalo pa

torang sini(logoat Gorontalo) dari jam 7 so muncul kamari

ini matahari. Jadi kalo so jam 7 bagitu saya so kaluar ba 21. “Olahraga jam 7, ba jemur badan supaya mo

olahraga, ba jemur badan supaya mo dapa kamari dapa kamari suar”

suar(berbicara dengan antusias).

Itu ti pak ba olahraga cuma ti pak sandiri atau dengan istri

dengan ti pak pe anak-anak bagimana?

Biasanya kalo olahraga saya sandiri(suara agak menekan),

cuma kadang kalo maitua suka olo mo ba olahraga kadang

dia mo ba iko kamari(logat Gorontalo), napa anak-anak olo


kalo suka sama-sama mo ba olahraga torang.

Jadi bagimana cara li pak supaya mo ba cegah ini COVID

ini tidak mo ta tular pati pak dengan ti pak pe keluarga?

Kalo mencegah(mikir sebentar sebelum diucapkan) misalnya

kalo saya kaluar itu, kaluar dari rumah apalagi waktu masih

pertama-pertama pandemi kan lagi heboh bagitu saya sering

pake masker kalo mo kaluar kamari. Pake masker, sering- 22. “Kalo mencegah, keluar rumah pake masker,

sering cuci tangan, kadang kalo mo kaluar saya ba bawa olo cuci tangan, dan saya bawa handsanitizer”

itu handsanitizer.

Itu masker, masker apa yang ti pak ada pake? Kan

sekarang ada masker kain, masker medis. Masker apa ti

pak dengan ti pak pe keluarga ada pake?

Kalo saya pe masker ini masker kaeng (Logat kental

Gorontalo), soalnya maitua ada bekeng sandiri. Jadi kalo


misalnya so pake(suara agak meninggi), mo cuci boleh mo

pake ulang. Kalo masker medis kan atau masker yang dia 23. “kalo saya pake masker kain”

jaga jual kamari di apotik itu kan bo 1 kali mo pake, kadang 24. “masker medis 1 kali mo pake tidak boleh mo

kalo somo lapas dari ini mo simpan, so malas mo pake ulang cuci lagi”

so kotor kong tidak boleh mo cuci lagi. Makanya saya pe

maitua ada ba bekeng masker.

Berarti banyak yang ti pak pe maitu ada bekeng masker

untuk ti pak dengan keluarga?

Tidak bo saya punya saja ti maitua ada bekeng kamari 3

untuk saya anak-anak olo. Pokoknya masing-masing 3 lah,

jadi kalo misalnya so kotor mo cuci ulang kong mo pake.

Baru itu moba cuci tangan biasa ti pak jaga bekeng 1 hari

itu barapa kali, kalo ti pak mo kaluar atau mo pigi di

rumah, mo maso dalam rumah mo ba cuci tangan atau


bagimana?

Iya kalo saya dari tampa-tampa rame to(berbicara dengan

antusias dan tersenyum), misalnya dari ada ba urus-urus apa

bagitu baru abis baku campur deng kerumunan orang kadang

kalo saya somo maso dalam rumah itu, di rumah itu kan saya
25. “abis dari tempat kerumunan kadang langsung
bekeng kamari itu penampungan air yang di ember baru mo
mo mandi, ganti baju”
saya ada pasang akan kran aer, jadi mo cuci tangan disitu

boleh di samping pintu ada so bekeng kamari di luar sana

napa sana ye (sambil menujukkan arah). Cuma kalo misalnya

kita abis dari tempat kerumunan banyak orang(berbicara

dengan menggunakan logat Gorontalo, namun tetap

berbahasa Indonesia) kadang saya pas sampe rumah kadang

langsung mo mandi, capat ganti baju.

Oh, jadi bagimana cara li pak supaya meningkatkan untuk

mencegah ini corona ini tidak mo ta kana pati pak, pati


pak pe keluarga, dengan di desa Lembah Hijau ini.

Bagimana cara li pak?

Bo dulu waktu(berbicara dengan antusias) awal-awal

pandemi itu waktu masi heboh-heboh napa dorang pemuda-

pemuda kampung itu kalo ada yang mo maso kamari orang-


26. “awal-awal pandemi yang mo maso kamari dia
orang dari luar Lembah Hijau dia mo dola di jalan soalnya
mo dola di jalan, dorang ada pasang tiang dia mo
dorang ada pasang kamari itu portal bagitu yang tiang dia
pele akan jalang”
mo pele akan jalang(berbicara dengan menggunakan logat

Gorontalo, namun tetap berbahasa Indonesia). Supaya orang-

orang luar tidak mo maso kamari sebelum mo tes kamari

dorang depe suhu (suara agak menekan).

Oh, berarti waktu awal-awal COVID itu di kampung di

Lembah Hijau ini dorang ada palang? Yang dari luar tidak

boleh mo maso, yang dari dalam tidak boleh mo kaluar?

Kalo (bercerita sambil berpikir) yang dari luar, kalo misalnya


itu yang orang torang kanal yang orang Lembah Hijau torang

mo kase maso tapi kalo mo maso mo priksa depe suhu. Cuma

kalo orang-orang yang bukan Lembah Hijau kalo tidak terlalu 27. “orang torang kanal mo maso kamari mo periksa

penting mo kamari di Lembah Hijau torang mo dola(logat depe suhu”

kental Gorontalo), torang mo suruh bale ulang.

Oh, berarti selama pandemi ini orang-orang yang bukan

dari Lembah Hijau mo larang mo maso disitu, tidak boleh

itu biasakan dari jao-jao, cape, lala bagitu. Misalnya kan

orang dari kota lala suka mo ba singgah pa dorang pe

keluarga yang di Lembah Hijau, berarti dorang tidak boleh

mo maso kasitu?

Booo(berpikir) yang ta pasang palang bagitu yang ba pele

akan jalan itu bo dulu, waktu masih awal-awal pandemi,

sekarang dorang so kase kaluar. Jadi orang-orang somo

bebas kamari kaluar maso di Lembah Hijau.


Oh, tapi masih debo masih ada itu ba palang-palang?

Eeee, so ini dorang so apa, soalnya napa dorang orang-orang

sini so jaga mulai cuek. Sedangkan napa dorang kalo mo

kaluar kamari so jarang pake masker.

28. “orang-orang so jaga mulai cuek”


Jarang pake masker bagimana pak?
29. “jarang pake masker”
Biasanya kan sekarang pemerintah suruh pake masker kan

kalo mo kaluar(suara agak meninggi). Kadang anak-anak

muda dorang mo kaluar kamari di ini, entah dorang lupa

dorang pe masker atau dorang tidak ada masker atau

bagimana(suara akan menekan). 30. “Kadang anak-anak muda dorang lupa depe

masker”

Tapi dari pemerintah yang ada di desa Lembah Hijau

tetap to jaga ba larang, jaga ba tegur kayak “ee pake

masker” biasa bagitu atau bagimana pak?


Biasa kalo apalagi aparat desa so dapa lia kamari ini orang-

orang yang tidak pake masker dorang mo togor, dorang mo

kase tau, trus kalo dorang abis ba kse tau bagitu dorang mo

kase masker, langsung suruh pake.


31. “aparat desa so dapa lia kamari ini orang yang

tidak pake masker dorang mo togor”


Oh, berarti ada pembagian masker olo di desa ini?

Iya, ada kemarin cuma so abis, bo sadiki (suara melemah).

Tapi (kembali antusias) skrang napa di kantor desa sana

napa kita lia kamari so ada tampa cuci tangan, kadang kalo

ada yang mo maso ka dalam dorang mo kase masker olo.

32. “kantor desa sana tampa cuci tangan”


Jadi bagimana harapan li pak dengan COVID-19 ini?

Kita pe harapan sih semoga ini pandemi cepat selesai lah

supaya kita olo ini, kita mo bisa kembali seperti dulu torang

samua, mancari doi ini. Kalo skarang pe susah(suara

melemah). Yah mudah-mudahan(suara agak meninggi) ini


pandemi cepat berlalu lah supaya mo kembali semula kayak

dulu lagi. 33. “semoga pandemi ini cepat selesai”

34. “bisa kembali seperti dulu”

Jadi bagimana ti pak punya harapan dengan puskesmas

yang ada di Bonepantai ini?

Saya pe harapan sih untuk skarang, untuk puskesmas skrang

ini. Kalo boleh jangan bolo samua ini orang-orang ba batuk,

orang saki puru, saki kaki, saki kapala(berbicara dengan

antusias, nada agak meninggi), dorang mo tes kamari rapid

tes ini dorang mo bilang kamari positif, aw pas datang 35. “Harapan sekarang untuk puskesmas jangan bolo

kamari dorang bo saki puru ti(logat kental Gorontalo) bo samua yang batuk, saki puru, saki kaki, saki

dorang mo vonis kamari so positif corona(suara agak sedikit kapala, dorang mo tes kamari rapid tes mo vonis

marah). positif corona.”

Jadi, menurut li pak efektif itu rapid tes atau bagimana?

Ai(suara agak meninggi), menurut kita itu rapid tes itu


kurang bagus jadi kalo misalnya ini, kalo bole habis rapid tes

kalo memang positif kalo bole mo langsung mo swap tes itu

supaya lebe akurat.

36. “rapid tes itu kurang bagus”


Kan tadi ti pak bilang harapan li pak supaya mo kembali
37. “kalo bole habis rapid tes kalo memang positif
normal. Normal bagimana itu pak, menuru ti pak?
kalo bole mo langsung mo swap tes”
Normal kayak dulu(berpikir), tidak ada lagi ini mo larang-

larang kamari torang mo kasana kamari(logat kental

gorontalo, agak sedikit menekan dan meninggi). Napa saja

torang ini biar mo ba bekeng acara pe susah mo minta izin

inilah itulah,mo pake inilah, mo pake masker, mo suru

kamari perawat ba jaga di tampa pesta. Pokoknya banyak 38. “Normal tidak ada lagi ini mo larang-larang

skali ini aturan skarang ini semenjak pandemi. Kita pe banyak skali ini aturan”
harapan ini cepat berlalu lah supaya kembali ke dulu lagi.

Baru pak ini saya dengar kan di Bonepantai ini bulum ada
itu rapid tes. Orang yang ba rapid tes harus mo pigi di

kota, bagimana harapan li pak dengan yang ba bagitu itu?

Kita pe harapan sih yang pemerintah daerah harusnya kase

apa namanya(berbicara sambil berpikir) bantuan lah, kayak

mo ba rapid tes haruska kota. Jangankan swap sedang ba

rapid tes saja harus mo pigi di kota.

Tapi yang saya dengar olo kalo orang yang so ba batuk


39. “Harapan untuk pemerintah daerah kase
bagitu debo somo rapid disitu tapi kalo orang yang
bantuan”
perjalanan biasa kan ada bagitu om om yang ada
40. “kasian juga orang tua kalo mo ba rapid tes
perjalanan harus mo ka kota, baru perjalanan dari desa,
harus ke kota.”
dari Lembah Hijau ini mo ka kota kan jao bagimana ti pak

punya harapan dengan pelayanan kesehatan yang ada?

Kalo misalnya ini, tapi kayaknya di puskes itu ada yang ba

rapid tes atau waktu kapan stau(berpikir), pokoknya kita so

lupa(tersenyum).
Jadi ti pak punya harapan itu ye, yang usahakan ada rapid

tes di puskes kalo selesai rapid kalo memang positif di

rapid harus adakan lagi swap disitu, supaya orang-orang

so tidak mo pigi kota ye?

Ya, apalagi torang pe kampung Lembah Hijau ini lumayan

jauh kalo mo ka kota. Kasian ini anak-anak kalo orang tua

mo ka kota kalo mo apa ba rapid bagitu harus mo ka kota.

Oh, iya pak makasih dengan ti pak punya jawaban-

jawaban.

oh, iya-iya nou.


LAMPIRAN 7

KATA KUNCI P1

No Kata Kunci
1 Masyarakat sudah terbiasa dengan pola hidup penanganan dan pemutusan rantai penyebaran virus COVID-19
2 Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat
3 Mengutamakan mencuci tangan
4 Mengutamakan menggunakan masker
5 Mengutamakan menghindari kerumunan
6 Keadaan sehat sang pertama saya lakukan itu selalu berdo’a untuk tetap sehat
7 Selalu menjalankan protokol kesehatan
8 Ketika sakit sesegera mungkin memeriksakan diri ke puskesmas atau klinik terdekat
9 Langkah-langkah pencegahan membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun
10 Memakai masker
11 Menghindari kerumunan
12 Melakukan olahraga
13 Mengkonsumsi makanan yang bergizi
14 Melakukan protokoler kesehatan
15 Mencegah diri secara pribadi
16 Di lingkungan keluarga
17 Di lingkungan masyarakat di lingkungan masyarakat
18 Hal-hal pencegahan(bercerita dengan antusias) kepada masyarakat terutama pada diri saya sendiri
19 Tidak meninggalkan anjuran yang sudah di sampaikan baik oleh pemerintah maupun oleh dinas terkait
20 Masker kain
21 Saya memilih masker kain kegunaannya sampai berulang kali
22 Bisa di cuci ulang kemudian dipakai
23 Bisa di jamin kebersihannya
24 Berolahraga secara teratur
25 Mengajak masyarakat untuk melakukan aktivitas
26 Senam bersama
27 Makanan bergizi
28 Mencari lauk segar
29 Mengkonsumsi sayuran
30 Mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang sama pepaya
31 Melihat dari media sosial COVID-19 ini adalah satu virus yang mematikan
32 Tak henti-hentinya mengajak kepada masyarakat untuk tetap waspada
33 Mengajak tetap menjaga kesehatan
34 Tetap juga menghidari hal-hal yang nanntinya akn menyebabkan penularan COVID-19
35 Tetap juga menghindari hal-hal menyebabkan penularan virus COVID-19
36 Kami masih sangat menutup masyarakat yang datang dari luar daerah
37 Masyarakat yang pulang dari bepergian kami anjurkan untuk isolasi mandiri
38 Tindakan promotive mengajak ataupun mensosialisasikan kepada keluarga
39 Mentaati aturan atau menjalankan kebiasaan dalam pola hidup sehat bersih
40 Mensosialisasikan kepada keluarga
41 Mensosialisasikan kepada masyarakat
42 Tak henti-hentinya kami publikasikan melalui pengeras suara yang di masjid
43 Sampai dengan detik sekarang ini belum ada yang terpapar COVID-19
44 Saya sangat berharap kepada masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan
45 Peran aktif serta kita sebagai pemerintah
46 Tetap mentaati protokol kesehatan

47 Kita lakukan teguran secara lisan kepada masyarakat yang tidak mentaati protokol kesehatan yang tidak menggunakan masker
48 Teguran ini bermacam-macam
49 Tidak menggunakan masker itu langsung kami sapa(perilaku ramah)
50 Janganlah kita patah semangat untuk menegur dan tegurlah sesuai, secara baik agar supaya tidak menyinggung perasaan
51 Kami juga memberikan masker
52 Kami edarkan kurang lebih 500 lembar masker
53 Melakukan publikasi
54 Mengadakan komunikasi
55 Bekerja sama pihak puskesmas bonepantai dan polsek Bonepantai
56 Publikasi kepada masyarakat melalui mobilisasi
57 Betapa pentingnya penyebaran pemutusan rantai virus COVID-19
58 Publikasi 1 bulain 1 kali bekerja sma dengan pihak puskemas dan polsek
59 Sehingga masyarakat tetep waspada ketika melakukan aktivitas
60 Tidak dengan protokol-protokol kesehatan
KATA KUNCI P2

No Kata Kunci  
1 COVID boti bo mamo hemo ohe to tau, ma kurangi ta he ndandalengo  
2 Debo he usahalo tetap mo po sambewolo  
3 Anu watiya sesehati tetap mopehumo  
4 Kalau sakit ti maituwa ma popehumala ramuan  
5 Meelito, alawahu,temulawa,timbuale  
6 Ulowalo, tumbuwolo, lahelo, mo campur dengan gula madu  
7 Mongulo ulu'u  
8 Mo make masker  
9 Mo wawalahe mo ti hulo'o  
10 Mo olahraga  
11 Masker kain mowali po hutuwalo wawu to tonula tambati owulo  
12 Masker medis mahale  
13 Mo make masker  
14 Mo jaga jarak  
15 Mo nao to bele lo tau musti mo cuci tangan  
16 Harapani latiya COVID-19 mamo berenti ma'o, asali mamo normal  
17 Harapani latiya ta nao mola mongoto ja' bo hetanggulalo poli ma' COVID  
KATA KUNCI P3

No Kata Kunci

1 Pengalaman saya pertama pada anak didik mereka tidak bisa bersekolah di sekolah

2 Hanya bersekolah di rumah-rumah

3 Dilarang anak-anak dan guru-guru berkerumun

4 Jaga jarak

5 Dalam pembelajaran anak-anak menggunakan masker

6 Kemana saja di anjurkan memakai masker

7 Masker yang dipakai yaitu masker kain

8 Masker kain harganya murah

9 Kalau ingin sehat berolahraga setiap pagi

10 Berjemur selama 15 menit

11 Makanan yang bergizi

12 Sayur-sayuran

13 Buah-buahan seperti pisang, pepaya

14 Pada saat sakit misalnya batuk-batuk minum ramuan tradisional


15 Ramuan tradisional misalnya daun mayana di campur dengan madu

16 Ramuan tradisional jeruk di campur dengan kecap

17 Ramuan tradisional daun jambu yang masih muda

18 Daun mayana dicuci, di peras, airnya disaring, dicampur dengan gula madu di minum

19 Daun jambu dicuci langsung di kunya, airnya langsung di telan

20 Kalau untuk anak-anak masih di peras dan lansung di suruh minum mrnggunakan sendok

21 Kalau untuk orang dewasa langsung di kunya

22 Langkah-langkah yang dilakukan berolah raga,

23 Memakai masker

24 Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir dan menggunakan sabun

25 Jaga jarak supaya terhindar dari COVID

26 Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

27 Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh sesuatu

28 Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan

29 Mencuci tangan setelah memegang uang

30 Mencuci tangan sudah disediakan di rumah-rumah, kantor, dan pertokoan


31 Tindakan peningkatan membiasakan jaga jarak

32 Dilarang berkerumun

33 Menjaga jarak

34 Memakai masker

35 Mencuci tangan

36 Menjaga kesehatan

37 Harapan saya COVID-19 agar segera berakhir

38 Anak-anak bersekolah sebagaimana di tahun sebelumnya

39 ASN melaksanakan tugas di kantor masing-masing

40 Harapan dari petugas puskesmas jangan menganggap semua yang sakit itu COVID-19

41 Pelayanan kesehatan diharapkan agar diadakan rapid tes di puskesmas atau pos-pos kesehatan
KATA KUNCI P4

No Kata Kunci
1 Selama di rumah rasa terganggu situasi yang sekarang
2 Tidak turun ke laut, saya cuma di rumah saja
3 Sekarang kondisinya lagi pandemi bos juga khawatir turun ke laut
4 Tetangga-tetangga juga merasa terganggu
5 Sekarang bukan penurunan lagi pendapatan malah hilang
6 Saya berusaha cari-cari tambahan buat makan keluarga, anak-anak
7 Kalo pagi kadang ke pantai mancing
8 Selama pandemi mancing sendiri di pinggir laut
9 Kalo sehat biasanya meningkatkan kekebalan tubuh
10 Pagi-pagi sebelum beraktivitas istri kadang bikin ramuan
11 Ramuan tradisional, timbuwale, alawahu, temulawa
12 Ramuan mo ambe kamari dari kobong
13 Di cuci, di rebus, mo minum, kalo rasa pahit campur dengan gula madu
14 Kalo rasa demam minum 3 kali sehari
15 Ketahanan ramuan tradisional saya belum tau
16 Minum obat ramuan
17 Rajin-rajin ba olahraga
18 Rajin-rajin ba jemur di matahari tiap pagi
19 Olahraga lari-lari kecil sampe ba suar
20 Olahraga jam 7, ba jemur supaya dapa kamari suar
21 Kalo mencegah, keluar rumah pake masker, cuci tangan, dan saya bawa handsanitizer
22 Kalo saya pake masker kain
21 Masker kain mo cuci boleh mo pake ulang
22 Masker medis 1 kali pake tidak boleh mo cuci lagi
23 Abis dari tempat kerumunan kadang langsung mo mandi, capat ganti baju
24 Awal-awal pandemi yang maso kamari dia mo dola di jalan, dorang pasang tiang dia mo pele kamari jalan
25 Orang torang kanal mo maso mo priksa depe suhu
26 Orang-orang so jaga mulai cuek
27 Jarang pake masker
28 Kadang anak muda dorang lupa depe masker
29 Aparat desa dapa lia orang tidak pake masker dorang mo tegur
30 Kantor desa sana so ada tampa cuci tangan
31 Semoga pandemi ini cepat selesai
32 Bisa kembali seperti dulu
Harapan sekarang untuk puskesmas jagan bolo samua yang batuk, saki puru, saki kaki, saki kapala dorang mo tes kamari
33 rapid tes mo vonis positif corona
34 Rapid tes itu kurang bagus
35 Kalo boleh habis rapid tes kalo memang positif langsung swap tes
36 Normal tidak ada lagi larang-larang, banyak skli aturan
37 Harapan untuk pemerintah daerah kase bantuan
38 Kasian juga orangtua kalo mo ba rapid harus mo ka kota.
LAMPIRAN 8

KATEGORI
No Partisipan Kategori
1 P2 dan P3 Situasi sekarang membuat orang merasa terganggu dan takut untuk bepergian

2 P1 dan P4 Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, meningkatkan kekebalan tubuh

3 P2, P3, dan P4 Perilaku sakit yaitu mengkonsumsi ramuan tradisional


4 P1, P2, P3, dan Langkah-langkah mencegah covid-19 memakai masker, mencuci tangan dengan air mengalir dan pakai sabun,

P4 jaga jarak, berolahraga


5 P1, P2, dan P3 Mensosialisasikan aturan di masa pandemi kepada keluarga maupun masyarakat. Hal ini di harapkan

menjadi kewajiban untuk menjaga kesehatan

6 P2, P3, dan P4 Harapan agar covid-19 agar segera berakhir dan kembali normal
7 P2, P3, dan P4 Harapan kami terhadap puskesmas agar jangan semua sakit di katakan covid-19. Dan perlu diadakan

pemeriksaan rapid tes di puskesmas kecamatan agar masyarakat yang rencana bepergian pun bisa dengan

mudah menjangkau jaraknya


LAMPIRAN 9

TEMA

No Partisipan Kategori TEMA

1.   Situasi sekarang membuat orang merasa terganggu


Orang Huluntalo merasa terganggu dan
1 P2, P3, P4
takut bepergian akibat Covid-19
2.   Takut untuk bepergian

1.      mencegah COVID-19 dengan memakai masker, mencuci


tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, dan jaga jarak. Perilaku sehat Orang Huluntalo selama
2 P1, P2, P3, P4 pandemi Covid-19 adalah membiasakan
2.      Meningkatkan kekebalan tubuh dengan berolahraga, perilaku hidup bersih dan sehat,
mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran dan meningkatkan kekebalan tubuh dengan
buah-buahan mengkonsumsi makanan bergizi dan
ramuan herbal, serta saling mengingatkan.
3. Mensosialisasikan aturan-aturan di masa pandemi kepada
3 P1, P2, P3
masyarakat dan keluarga.

1.   Harapan masyarakat COVID-19 agar segera berakhir


Orang Huluntalo berharap Covid-19 segera
4 P2, P3, P4 2.   Hidup normal kembali berakhir dan mengaharapkan keseriusan
3.   Puskesmas agar jangan semua sakit dikatakan COVID-19 pihak puskesmas dalam penanganannya

4.   Perlu diadakan pemeriksaan rapid tes di puskesmas.


LAMPIRAN 10

PENGANTAR SURAT PENELITIAN KE DESA LEMBAH HIJAU


LAMPIRAN 11

SURAT IZIN PENELITIAN


LAMPIRAN 12

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


LAMPIRAN 13

DOKUMENTASI
Kerja bakti di masjid Al-
Qamar

Kerja bakti membersihkan selokan paska hujan

Kerja bakti di Lapangan Lembah Pembatasan masyarakat keluar masuk desa


hijau lembah hijau dan pembagian masker
kepada orang yang tidak menggunakan
masker
Pembuatan ramuan oleh ibu
rumah tangga
LAMPIRAN 14

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : NUR HIKMAH UMATI

NPM : 163010004

Tempat, tanggal lahir : BONEPANTAI KAB.GORNTALO, 04-November 1996

Program studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul skripsi : Perilaku Sehat-Sakit Pada Orang Gorontalo (Suku


Hulontalo) Menyikapi Pandemi COVID-19 Di Desa
Lembah Hijau.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar karya saya. Jika pada suatu hari terbukti

bahwa skripsi ini hasil plagiat, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan

dan bersedia menanggung resiko umum yang di timbulkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sesadar-sadarnya sebagai tanggung

jawab akademik untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gowa, November 2020

Yang membuat pernyataan,

(NUR HIKMAH UMATI)


LAMPIRAN 15

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama Lengkap : NUR HIKMAH UMATI

NPM : 163010004

Tempat/Tanggal Lahir : BONEPANTAI KAB.GORONTALO

04-11-1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan

Alamat : BTN Pao pao Permai, Blok C10 NO.12

Email : nurhikmaumati@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tamat SDN 1 BILUNGALA Tahun 2009

2. Tamat SMP Negeri 1 BONEPANTAI Tahun 2012

3. Tamat MAN MODEL GORONTALO Tahun 2015


4. Mengikuti Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan di Universitas Patria

Artha Makassar Mulai Tahun 2016 - Sekarang.

Anda mungkin juga menyukai