Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
- : ()
- : ()
i
KATA PENGANTAR
Kami berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
mahasiswa prodi teknologi pakan ternak, khususnya dalam Perhitungan Molaritas
dan Normalitas Larutan. Selain itu, laporan ini juga diharapkan dapat menjadi
acuan dan motivasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang ini.
Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran
yang konstruktif untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Akhir kata,
kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
2.1 NaCl(Garam).......................................................................................................
2.2 HCl 37%..............................................................................................................
2.3 Ethanol 96%........................................................................................................
2.4 Gula Pasir............................................................................................................
2.5 Aquades...............................................................................................................
BAB III MATERI DAN METODE............................................................................
3.1 Waktu dan tempat..............................................................................................
3.2 Alat dan bahan...................................................................................................
3.3 Langkah kerja....................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
4.1 Hasil dan Pembahasan Uji Coba Moralitas dan Normalitas Larutan................
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan disebut juga campuran yang homogen. Disebut campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah dan disebut homogen susunannya begitu seragam
sehingga batas antara zat-zat yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Campuran-campuran homogen dari
gas, emas dan perunggu dapat dikatakan pula sebagai larutan. Tetapi istilah
larutan biasanya digunakan untuk fasa cair.
Zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas lazimnya disebut sebagai zat terlarut
(solute) sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut. Suatu zat
dikatakan sebagai pelarut apabila memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan jumlah zat terlarut. Dalam kondisi tertentu misalnya campuran
antara alkohol dan air dengan perbandingan 50:50. Dari campuran tersebut sedikit
meragukan untuk menentukan mana yang bertindak sebagai pelarut dan mana
yang bertimdak sebagai zat terlarutnya. Dari campuran yang demikian air dan
alkohol dapat dikatakan sebagai pelarut dan dapat pula dikatakan sebagai zat
terlarut.
Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu larutan digunakan
istilah konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam
setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam
satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume dan satuan kimia, misalnya
mol, massa rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal,
persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan molaritas dan normalitas, serta bagaimana
contoh soal dari keduanya beserta pembahasannya ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu molaritas dan normalitas serta contoh soal dari
keduanya beserta pembahasannya.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gula
Gula adalah bagian komponen struktural penting dari sel hidup dan
sumber energi di banyak organisme. Hal ini disebabnya kebutuhan manusia
seperti makanan, membuat makanan lebih enak dan menyediakan energi makanan
mempergunakan garam. Bahkan setelah sereal dan minyak nabati, gula yang
berasal dari tebu dan bit menghasilkan rata-rata lebih banyak kilokalori per kapita
per hari daripada kelompok makanan lain.
Akan tetapi, konsumsi gula yang berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan, salah
satunya yaitu meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Secara
umum, gula diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit monomer yang ada. Salah
satunya adalah gula sederhana yang mengacu pada monosakarida. Contohnya
yaitu sukrosa atau gula meja (gula pasir).
Gula
Gula merupakan salah satu golongan karbohidrat yang rasanya manis. Hal ini juga
merupakan bahan bakar yang cepat dan mudah untuk digunakan tubuh.
Karbohodrat, terutama polisakarida, adalah salah satu dari empat kelompok utama
biomolekul. Yang lainnya adalah protein, asam amino, dan asam nukleat.
Karbohidrat mengacu pada salah satu kelompok senyawa organik yang terdiri dari
karbon, hidrogen, dan oksigen, biasanya dalam perbandingan 1 :2 :1, oleh karena
itu rumus umumnya: Cn (H2O) n. Karbohidrat adalah yang paling melimpah di
antara kelas-kelas utama biomolekul. Mereka adalah salah satu nutrisi utama,
menyediakan energi yang akan memicu berbagai proses metabolisme.
Pengertian Gula
Gula adalah nama generik untuk rasa manis, karbohidrat yang larut, banyak di
antaranya digunakan dalam makanan. Gula ditemukan di jaringan sebagian besar
tumbuhan. Madu dan buah merupakan sumber alami gula sederhana yang
berlimpah.
1. Collins Dictionry, Gula adalah zat manis yang digunakan untuk membuat
makanan dan minuman menjadi manis. Biasanya berbentuk kristal kecil
berwarna putih atau coklat.
2. Merriam Webster, Gula adalah bahan manis yang dapat mengkristal
yang seluruhnya atau pada dasarnya terdiri dari sukrosa, tidak berwarna
atau putih bila cenderung murni menjadi coklat bila kurang dimurnikan,
diperoleh secara komersial dari tebu atau bit gula dan kurang ekstensif dari
sorgum, maple, dan palem, dan penting sebagai sumber karbohidrat
makanan dan sebagai pemanis dan pengawet makanan lain. Oleh karena
itulah gula menjadi salah satu dari berbagai senyawa yang larut dalam air
2
yang sangat bervariasi dalam kemanisan, termasuk monosakarida dan
oligosakarida, dan biasanya aktif secara optik.
2.2 Dedak
Sifat dan Komposisi Dedak: Dedak memiliki sifat yang ringan, kasar, dan
memiliki tekstur yang serbuk atau serpihan. Warna dedak bervariasi tergantung
pada jenis biji yang digiling, namun umumnya cenderung kuning atau coklat.
Dedak terdiri dari sejumlah komponen nutrisi, serat, dan senyawa lain yang dapat
memberikan manfaat dalam berbagai aplikasi.
1. Komponen Nutrisi: Dedak mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat,
serta sejumlah vitamin dan mineral. Namun, kandungan nutrisi dalam
dedak bervariasi tergantung pada jenis biji yang digiling dan proses
penggilingan yang digunakan.
2. Serat: Dedak mengandung serat kasar yang tinggi. Serat kasar bermanfaat
untuk kesehatan pencernaan, membantu meningkatkan gerakan usus, dan
mengatur penyerapan gula dan kolesterol dalam tubuh.
3. Lemak: Dedak mengandung sejumlah kecil lemak, yang umumnya terdiri
dari lemak tidak jenuh. Lemak ini dapat memberikan kelembutan dan
kekayaan rasa pada produk makanan yang mengandung dedak.
4. Protein: Dedak juga mengandung protein dalam jumlah yang signifikan.
Meskipun kandungan proteinnya tidak sebanyak dalam biji utuh, dedak
masih dapat memberikan kontribusi protein dalam produk pangan atau
sebagai bahan pakan ternak.
3
3. Pakan Ternak: Dedak merupakan salah satu bahan pakan ternak yang
penting. Dedak padi, sebagai contoh, digunakan dalam pakan unggas,
ternak ruminansia, dan ikan. Dedak mengandung serat kasar, protein, dan
energi yang dapat memberikan sumber pakan yang baik untuk
pertumbuhan dan produksi ternak.
4. Bahan Baku Industri: Dedak juga digunakan dalam berbagai industri non-
pangan. Dedak beras, misalnya, digunakan dalam industri farmasi sebagai
bahan baku untuk produksi vitamin, suplemen, dan obat-obatan lainnya.
Dedak juga digunakan dalam produksi bioetanol sebagai bahan bakar
alternatif.
5. Pupuk Organik: Dedak dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Ketika dedak digunakan sebagai pupuk, ia
dapat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas
penahan air, dan menyediakan nutrisi penting bagi tanaman.
6. Bahan Bangunan: Dedak juga dapat digunakan dalam industri bahan
bangunan. Dedak dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam
campuran beton atau aditif dalam pembuatan bata dan blok. Penggunaan
dedak dalam bahan bangunan dapat memberikan keuntungan termal dan
mekanik pada material yang dihasilkan.
Penting untuk dicatat bahwa dedak harus disimpan dengan baik untuk
mencegah kerusakan atau pembusukan. Dedak yang basah atau terkontaminasi
dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya yang dapat
merusak dedak dan mengurangi kualitasnya.
2.3 Konsentrat
4
Jenis-jenis Konsentrat: Ada berbagai jenis konsentrat yang diproduksi untuk
berbagai tujuan. Berikut adalah beberapa jenis konsentrat yang umum digunakan:
1. Konsentrat Pangan: Konsentrat pangan adalah produk yang dikembangkan
untuk meningkatkan konsentrasi nutrisi dalam makanan. Konsentrat
protein, seperti bubuk protein whey, digunakan dalam industri makanan
dan minuman untuk meningkatkan kandungan protein. Konsentrat jus
buah dan sayuran juga digunakan untuk menghasilkan minuman kaya
nutrisi dengan rasa dan aroma yang pekat.
2. Konsentrat Minuman: Konsentrat minuman adalah produk yang digunakan
untuk membuat minuman dengan cara mengencerkannya dengan air
sebelum dikonsumsi. Konsentrat minuman sering digunakan dalam
industri minuman ringan dan minuman kemasan untuk menghasilkan
minuman berperisa seperti minuman soda, sirup, atau minuman olahraga.
3. Konsentrat Ternak: Konsentrat ternak adalah produk pakan yang
digunakan untuk memberikan nutrisi yang tinggi kepada hewan ternak.
Konsentrat ternak biasanya mengandung campuran biji-bijian, protein,
vitamin, mineral, dan aditif lainnya. Konsentrat ternak digunakan dalam
industri peternakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi hewan
ternak.
4. Konsentrat Bahan Kimia: Konsentrat bahan kimia adalah produk yang
digunakan dalam industri kimia untuk menghasilkan larutan konsentrat
yang kemudian dapat diencerkan sesuai kebutuhan. Contoh konsentrat
bahan kimia termasuk larutan asam, basa, atau larutan pembersih industri.
5
mentah. Proses ini dapat melibatkan penggunaan zat pengering seperti
gula atau garam yang menarik air dari bahan, atau menggunakan bahan
kimia seperti asam sulfat untuk menghilangkan air secara kimia. Proses ini
sering digunakan dalam industri kimia untuk menghasilkan larutan
konsentrat.
Konsentrat adalah produk pangan atau pakan yang dihasilkan melalui proses
penghilangan sebagian air dari bahan mentah. Konsentrat digunakan dalam
berbagai industri termasuk pangan, minuman, dan pakan ternak. Proses
pembuatan konsentrat melibatkan pengeringan, penyaringan, atau penghilangan
air secara kimia. Konsentrat memiliki manfaat dalam meningkatkan nutrisi,
penghematan ruang dan transportasi, kepraktisan, dan umur simpan yang lebih
lama. Dengan memanfaatkan konsentrat, kita dapat menghasilkan produk dengan
konsentrasi nutrisi yang tinggi dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai
industri.
6
2.4 Pelet
Pelet adalah bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan
konsentrat atau hijauan. Pelet ini merupakan salah satu bentuk pengawetan bahan
pakan dalam bentuk yang lebih terjamin tingkat pengadaan dan kontinuitas
penyediaannya untuk mempertahankan kualitas pakan
Usaha untuk mendapatkan pellet dengan kualitas yang baik menurut Parker
(1986) dalam sitasi Sutrisno et al. (2005) dilakukan dengan beberapa tahapanyaitu
penggilingan (grinding), pencampuran (mixing), penguapan (conditioning),
pencetakan (pelleting), pendinginan (cooling) dan pengeringan
(drying).Pencampuran (mixing) adalah proses mengkombinasikan bahan baku
sehingga masing-masing bahan baku dapat terdistribusikan secara merata. Tujuan
dari proses pencampuran adalah untuk menghasilkan produk yang mempunyai
nilainutrisi yang homogen (Suparjo, 2010).
7
Pellet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan dan dicetak
dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik (Nilasari, 2012). Pelet
merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan
konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan
(Parker, 1988).
Menurut Stevent, 1981 dalam Sutrisno et al., 2005, pengolahan pakan bentuk
pellet dapat dijadikan pilihan karena mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya:
2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan
yang tercecer
Kualitas pakan yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu tertentu.
Oleh sebab itu, uji kualitas fisik pakan sangat penting untuk diketahui. Uji kualitas
fisik tersebut meliputi: berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan
kerapatan pemadatan bahan. Sifat fisik pakan merupakan sifat dasar pakan,
sehingga dengan mengetahui sifat fisik dari pakan maka dapat mengetahui batas
maksimal penyimpanan pakan pada gudang industri, sehingga pakan yang akan
didistribusikan hingga sampai berada ditangan peternak masih memiliki kualitas
nutrisi yang baik.
Kerapatan Tumpukan
8
Diukur dengan cara menuangkan bahan pakan kedalam gelas ukur dengan
menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 100 ml. gelas ukur yang
telah berisi bahan ditimbang. Pada setiap pemasukan bahan harus sama baik
cara maupun ketinggian dalam penuangan. Selama penuangan bahan harus
dihindari guncangan bahan. Adapun perhitungan kerapatan tumpukan adalah
dengan cara membagi berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya.
Satuan kerapatan tumpukan adalah gram/ml.
Sudut Tumpukan
Ketahanan Benturan
9
Ketahanan benturan adalah pengukuran ketahanan pelet terhadap benturan
diukur dengan cara menjatuhkan pelet dari ketinggian 2 meter pada lempeng
besi setebal 2 mm. Pelet dijatuhkan secara bersamaan dengan mengukur berat
pelet terlebih dahulu, lalu dilakukan penyaringan dengan vibrator ball mill
german the sive analisis dan dilakukan penimbangan.
10
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat
Alat yang digunakan yaitu semua alat-alat yang ada dilaboratorium meluputi
yaitu: Gelas arloji, spatula, timbangan analitik, Erlenmeyer, gelas
ukur,corong, gelas beker, batang pengaduk, labu ukur, pipet.
Tahap Pertama Pemilihan dan persiapan bahan baku yang akan digunakan,
Seperti menimbang garam dan gula menggunakan timbangan analitik dan
mempersiapkan cairan HCl 37%, Ethanol 96%, Aquades yang sudah di ukur
menggunakan gelas ukur.
2. Pencampuran
1 5,85gr 100ml
2 75ml 25ml
3 2,925gr 70ml
11
Tahap selanjutnya siapkan air hangat sebanyak 500ml, siapkan perekat atau
tapioca sebanyak 5 gram dilarutkan.
Tahap yang terakhir Pencampuran (Mixing). Campur semua bahan menggunakan
pengaduk atau tangan , tambahkan larutan tapioca sedikit – demi sedikit.
Kerapatan Tumpukan
12
Kerapatan Pemadatan Tumpukan
Sudut Tumpukan
Keterangan :
α = Sudut tumpukan bahan pakan dinyatakan dengan satuan derajat (º)
d = diameter dasar
t = tinggi
Ketahanan Benturan
13
Berat Jenis
Keterangan :
x = berat cawan kosong
y = berat sampel awal
z = berat cawan dan sampel (setelah pengeringan
14
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerapatan tumpukan
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
A 0.383 0.348 0.376 0.367 0.369
B 0.385 0.349 0.370 0.313 0.354
C 0.365 0.369 0.343 0.382 0.365
D 0.367 0.405 0.393 0.375 0.385
E 0.376 0.376 0.369 0.352 0.368
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
P1.A 0.456 0.440 0.442 0.452 0.448bc
P2.B 0.481 0.499 0.463 0.447 0.473a
P3.C 0.451 0.461 0.464 0.450 0.457cd
P4.D 0.477 0.488 0.462 0.442 0.467ab
P5.E 0.417 0.444 0.450 0.440 0.438d
16
Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat
berpengaruh nyata (P<0.05) terdadap nilai kerapatan pemadatan tumpukan pakan
pellet. Berdasarkan Tabel.3 di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung
tapioka sebagai perekat pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak
mempengaruhi hasil akhir. Nilai sifat fisik pakan tertinggi terdapat pada perlakuan
P2.B (2%) yaitu 0.473 dan nilai sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan
P5.E (5%) yaitu 0.438 Nilai kerapatan pemadatan tumpukan yang didapatkan
pada PBL ini menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai
kerapatan tumpukan. Menurut Akbar et al. (2017) nilai kerapatan pemadatan
tumpukan lebih besar daripada nilai kerapatan tumpukan dikarenakan adanya
pemadatan sehingga berat per volumenya akan semakin meningkat.
Sudut tumpukan
17
sudut tumpukan, dimana pakan yang mempunyai nilai sudut tumpukan kecil akan
lebih mudah dalam penanganan pada industri seperti kecepatan dan keefisienan
pada proses pengosongan silo vertikal untuk memindahkan bahan menuju
penimbangan, lebih mudah diangkut dan akan lebih cepat dalam proses pengisian
silo vertical (Syamsu, 2007)
Berat jenis
Ulangan
Perlakuan Rataan
1 2 3 4
P1.A 6.420 10.540 1.345 1.767 5.018
P2.B 1.978 6.030 5.350 8.990 5.587
P3.C 11.190 10.250 11.150 11.290 10.97
P4.D 12.540 4.197 14.490 11.270 10.624
P5.E 5.195 10.310 2.000 5.000 5.626
Kadar Air
18
P2.B 5.490 5.400 5.484 5.197 5.39275
P3.C 5.393 4.320 4.960 5.713 5.0965
P4.D 4.880 5.247 5.691 4.598 5.104
P5.E 4.844 4.889 5.943 5.140 5.204
Ketahanan Benturan
Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
70.7913
b
P1.A 76.149 77.004 72.789 57.223
P2.B 96.881 96.400 94.985 90.113 94.5948a
P3.C 84.348 91.005 88.390 98.624 90.5918a
69.6323
b
P4.D 63.761 77.663 72.075 65.03
P5.E 91.944 87.100 73.424 85.709 84.5443a
19
berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Perbedaan nilai ketahanan terhadap
benturan dapat diakibatkan karena meningkatnya kadar air pada pakan pellet
sehingga ikatan antar partikel di dalam pellet akan semakin renggang dan
menurunkan nilai ketahanan benturan pellet. Faktor lain yang menyebabkan
menurunnya nilai ketahanan benturan pellet adalah adanya serangan serangga.
Aktivitas serangga pada pakan pellet menurunkan kekokohan dari pellet sehingga
pakan pellet menjadi mudah rapuh (Akbar et al, 2017).
Rataan nilai ketahanan benturan pellet pada PBL ini adalah 69,6323
sampai 94,4998%. Rataan nilai ketahanan benuturan pada penelitian ini jika
dibandingkan dengan rataan nilai pakan komersil menurut Retnani et al. (2010)
berbeda jauh. Rataan nilai ketahanan benturan pakan komersil menurut Retnani
(2010) adalah sebesar 99.2%. Menurut Akbar et al. (2017) Salah satu fungsi dari
ketahanan benturan untuk mengetahui ketahanan benturan antar pellet saat proses
pengemasan. Dengan lebih rendahnya nilai ketahanan benturan pakan yang
diperoleh pada PBL ini maka memungkinkan lebih banyak pakan yang hancur
saat proses pengemasan.
20
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Pada Project Based Learning (PBL) berikutnya, dapat diharapakan
pembuatan pakan pellet menggunakan alat atau teknologi yang lebih baik,
sehingga hasil atau kualitas pakan pellet baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M.R.L., D. M. Suci, I. Wijayanti. 2017. Evaluasi Kualitas Pellet Pakan Itik
Yang Disuplementasi Tepung Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Dan
Disimpan Selama 6 Minggu. Buletin Makanan Ternak, 104 (2) : 31 – 48
Bustomi, M. A., & Dzulfikar, Z. (2014). Analisis Distribusi Intensitas RGB Citra
Digital untuk Klasifikasi Kualitas Biji Jagung menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan. 127–132.
Dewi, H., Endah, S., & Renan, S. (2020). Kajian Pemanfaatan Limbah Pertanian
Sebagai Bahan Konsentrat Hijauan Pakan Ternak Kelinci. Jurnal Penelitian
Agrismudra, 7(2), 111–122. https://doi.org/10.33059/jpas.v7i2.3079
Faisal, D. (2018). Pengaruh Jenis Perekat Dalam Pembuatan Pelet Pada Ayam
Pedaging Terhadap Kualitas Fisik Pakan. Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Hanum, Z., & Pertanian, F. (2011). Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi
Dengan Penambahan Isi Rumen. 11(1), 39–44.
Ihya, M., & Muddin, U. (2019). Identifikasi Varietas Benih Jagung ( Zea Mays
L .) Menggunakan Pengolahan Citra Digital Berbasis Jaringan Syaraf
Tiruan. 8(November). https://doi.org/10.34148/teknika.v8i2.173
Marhaeniyanto, E., Susanti, S., Murti, A. T., Pertanian, F., Tunggadewi, U. T.,
Malang, K., & Timur, J. (2020). DIBERI PAKAN KONSENTRAT
BERBASIS DAUN TANAMAN Performance of Production Peranakan
Etawa Goat Fed with Tree Foliage Based Concentrate. 21(2), 93–101.
https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.02.2
22
Marhamah, S. U., Akbarillah, T., Peternakan, J., Pertanian, F., Bengkulu, U.,
Supratman, J. W. R., & Limun, K. (2019). Kualitas Nutrisi Pakan
Konsentrat Fermentasi Berbasis Bahan Limbah Ampas Tahu dan Ampas
Kelapa dengan Komposisi yang Berbeda serta Tingkat Akseptabilitas pada
Ternak Kambing. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(2), 145–153.
Retnani Y, Hasanah N, Rahmayeni, Herawati L. 2010. Uji sifat fisik ransum ayam
broiler bentuk pellet yang ditambahkan perekat onggok melalui proses
penyemprotan air. Agripet. 10(1):13-18.
Santoso, J. (2018). Nilai Gizi Konsentrat Protein Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepenus) Ukuran Jumbo. 1(2), 77–86.
Syarief, R. dan A. Irawan. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. PT.
Melton Putra. Jakarta.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, dan berat jenis. Media Peternakan, 22(1): 1-11.
Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor
higroskopis. Media Peternakan, 22(1): 33-42.
Muller, Z., K.C. Chou dan K.C. Nah, 1976. Cassaya as Total Substitute for Cereal
in Livestock, Poultry Ration. FAO. Pig and Poultry Research and
TraningInstitute Singapore.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius
Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal:
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media
Peternakan Vol 22 (1): 1-11. Khalil. 1999b.
23