Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEGIATAN KIMIA

“PERHITUGNAN MORALITAS DAN NORMALITAS LARUTAN”

Dosen Pengampu

Bunga Putri Febrina, S.Pt., M.Si

Disusun Oleh :

M. Putra Ansyari : (2306401008)

- : ()

- : ()

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PAKAN TERNAK


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan Praktikum kimia. Laporan ini disusun untuk memenuhi beberapa tugas
mata kuliah Teknologi pakan ternak. Laporan ini berjudul "Perhitungan Molaritas
dan Normalitas Larutan’

Kami berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
mahasiswa prodi teknologi pakan ternak, khususnya dalam Perhitungan Molaritas
dan Normalitas Larutan. Selain itu, laporan ini juga diharapkan dapat menjadi
acuan dan motivasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang ini.

Kami ingin mengucapkan Terima kasih kepada dosen pengampu ibu


Bunga Putri Febrina, S.Pt., M.Si .Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi nyata dalam Perhitungan Molaritas dan Normalitas
Larutan.

Akhir kata, kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan
dan keterbatasan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran
yang konstruktif untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Akhir kata,
kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Pelaihari 06 September 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
2.1 NaCl(Garam).......................................................................................................
2.2 HCl 37%..............................................................................................................
2.3 Ethanol 96%........................................................................................................
2.4 Gula Pasir............................................................................................................
2.5 Aquades...............................................................................................................
BAB III MATERI DAN METODE............................................................................
3.1 Waktu dan tempat..............................................................................................
3.2 Alat dan bahan...................................................................................................
3.3 Langkah kerja....................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
4.1 Hasil dan Pembahasan Uji Coba Moralitas dan Normalitas Larutan................
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................
5.1 Kesimpulan........................................................................................................
5.2 Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Fromulasi pakan sesuai perlakuan…………...


……………………………...13

Tabel 2. Hasil Uji Kerapatan Tumpukan


Pakan……………………………………..19

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan Pellet


………..19

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Sudut Tumpukan Pakan


Pellet………………………….20

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Berat Jenis Pakan


Pellet.......................;...........................21

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Kadar Air Pakan


Pellet………………………………….21

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Ketahanan Benturan Pakan


Pellet………………………22

iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan disebut juga campuran yang homogen. Disebut campuran karena
susunannya dapat berubah-ubah dan disebut homogen susunannya begitu seragam
sehingga batas antara zat-zat yang melarut dan pelarut tidak dapat dibedakan
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Campuran-campuran homogen dari
gas, emas dan perunggu dapat dikatakan pula sebagai larutan. Tetapi istilah
larutan biasanya digunakan untuk fasa cair.
Zat-zat yang memiliki fasa padat dan gas lazimnya disebut sebagai zat terlarut
(solute) sedangkan yang berfasa cair dikatakan sebagai pelarut. Suatu zat
dikatakan sebagai pelarut apabila memiliki jumlah yang lebih banyak
dibandingkan jumlah zat terlarut. Dalam kondisi tertentu misalnya campuran
antara alkohol dan air dengan perbandingan 50:50. Dari campuran tersebut sedikit
meragukan untuk menentukan mana yang bertindak sebagai pelarut dan mana
yang bertimdak sebagai zat terlarutnya. Dari campuran yang demikian air dan
alkohol dapat dikatakan sebagai pelarut dan dapat pula dikatakan sebagai zat
terlarut.
Untuk menyatakan jumlah atau banyak zat terlarut dalam suatu larutan digunakan
istilah konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam
setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam
satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume dan satuan kimia, misalnya
mol, massa rumus, dan ekivalen. Cara menyatakan konsentrasi: molar, molal,
persen, fraksi mol, bagian per sejuta (ppm), dll.
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan molaritas dan normalitas, serta bagaimana
contoh soal dari keduanya beserta pembahasannya ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu molaritas dan normalitas serta contoh soal dari
keduanya beserta pembahasannya.

1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gula
Gula adalah bagian komponen struktural penting dari sel hidup dan
sumber energi di banyak organisme. Hal ini disebabnya kebutuhan manusia
seperti makanan, membuat makanan lebih enak dan menyediakan energi makanan
mempergunakan garam. Bahkan setelah sereal dan minyak nabati, gula yang
berasal dari tebu dan bit menghasilkan rata-rata lebih banyak kilokalori per kapita
per hari daripada kelompok makanan lain.

Akan tetapi, konsumsi gula yang berlebihan juga berbahaya bagi kesehatan, salah
satunya yaitu meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Secara
umum, gula diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit monomer yang ada. Salah
satunya adalah gula sederhana yang mengacu pada monosakarida. Contohnya
yaitu sukrosa atau gula meja (gula pasir).

Gula
Gula merupakan salah satu golongan karbohidrat yang rasanya manis. Hal ini juga
merupakan bahan bakar yang cepat dan mudah untuk digunakan tubuh.
Karbohodrat, terutama polisakarida, adalah salah satu dari empat kelompok utama
biomolekul. Yang lainnya adalah protein, asam amino, dan asam nukleat.

Karbohidrat mengacu pada salah satu kelompok senyawa organik yang terdiri dari
karbon, hidrogen, dan oksigen, biasanya dalam perbandingan 1 :2 :1, oleh karena
itu rumus umumnya: Cn (H2O) n. Karbohidrat adalah yang paling melimpah di
antara kelas-kelas utama biomolekul. Mereka adalah salah satu nutrisi utama,
menyediakan energi yang akan memicu berbagai proses metabolisme.

Pengertian Gula
Gula adalah nama generik untuk rasa manis, karbohidrat yang larut, banyak di
antaranya digunakan dalam makanan. Gula ditemukan di jaringan sebagian besar
tumbuhan. Madu dan buah merupakan sumber alami gula sederhana yang
berlimpah.

Pengertian Gula Menurut Para Ahli


Adapun definisi gula menurut para ahli, antara lain:

1. Collins Dictionry, Gula adalah zat manis yang digunakan untuk membuat
makanan dan minuman menjadi manis. Biasanya berbentuk kristal kecil
berwarna putih atau coklat.
2. Merriam Webster, Gula adalah bahan manis yang dapat mengkristal
yang seluruhnya atau pada dasarnya terdiri dari sukrosa, tidak berwarna
atau putih bila cenderung murni menjadi coklat bila kurang dimurnikan,
diperoleh secara komersial dari tebu atau bit gula dan kurang ekstensif dari
sorgum, maple, dan palem, dan penting sebagai sumber karbohidrat
makanan dan sebagai pemanis dan pengawet makanan lain. Oleh karena
itulah gula menjadi salah satu dari berbagai senyawa yang larut dalam air

2
yang sangat bervariasi dalam kemanisan, termasuk monosakarida dan
oligosakarida, dan biasanya aktif secara optik.

2.2 Dedak

Dedak adalah salah satu produk sampingan yang dihasilkan dari


pengolahan beras atau biji-bijian lainnya. Ini merupakan lapisan luar yang terdiri
dari kulit dan lapisan biji yang terpisah selama proses penggilingan beras. Dedak
memiliki berbagai kegunaan dalam industri pangan, pakan ternak, dan industri
lainnya.

Sifat dan Komposisi Dedak: Dedak memiliki sifat yang ringan, kasar, dan
memiliki tekstur yang serbuk atau serpihan. Warna dedak bervariasi tergantung
pada jenis biji yang digiling, namun umumnya cenderung kuning atau coklat.
Dedak terdiri dari sejumlah komponen nutrisi, serat, dan senyawa lain yang dapat
memberikan manfaat dalam berbagai aplikasi.
1. Komponen Nutrisi: Dedak mengandung karbohidrat, protein, lemak, serat,
serta sejumlah vitamin dan mineral. Namun, kandungan nutrisi dalam
dedak bervariasi tergantung pada jenis biji yang digiling dan proses
penggilingan yang digunakan.
2. Serat: Dedak mengandung serat kasar yang tinggi. Serat kasar bermanfaat
untuk kesehatan pencernaan, membantu meningkatkan gerakan usus, dan
mengatur penyerapan gula dan kolesterol dalam tubuh.
3. Lemak: Dedak mengandung sejumlah kecil lemak, yang umumnya terdiri
dari lemak tidak jenuh. Lemak ini dapat memberikan kelembutan dan
kekayaan rasa pada produk makanan yang mengandung dedak.
4. Protein: Dedak juga mengandung protein dalam jumlah yang signifikan.
Meskipun kandungan proteinnya tidak sebanyak dalam biji utuh, dedak
masih dapat memberikan kontribusi protein dalam produk pangan atau
sebagai bahan pakan ternak.

Manfaat dan Penggunaan Dedak: Dedak memiliki berbagai manfaat dan


digunakan dalam berbagai industri. Berikut adalah beberapa manfaat dan
penggunaan dedak:
1. Pangan: Dedak digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan.
Dedak beras sering digunakan dalam roti gandum atau produk roti lainnya
untuk meningkatkan kandungan serat dan nutrisi. Dedak juga digunakan
dalam pembuatan sereal sarapan, makanan ringan, dan produk olahan
lainnya.
2. Produk Gula: Dedak juga digunakan dalam produksi gula. Dedak tebu,
yang merupakan produk sampingan dari proses pengolahan tebu menjadi
gula, digunakan sebagai bahan bakar dalam boiler dan juga sebagai
sumber energi dalam produksi gula itu sendiri.

3
3. Pakan Ternak: Dedak merupakan salah satu bahan pakan ternak yang
penting. Dedak padi, sebagai contoh, digunakan dalam pakan unggas,
ternak ruminansia, dan ikan. Dedak mengandung serat kasar, protein, dan
energi yang dapat memberikan sumber pakan yang baik untuk
pertumbuhan dan produksi ternak.
4. Bahan Baku Industri: Dedak juga digunakan dalam berbagai industri non-
pangan. Dedak beras, misalnya, digunakan dalam industri farmasi sebagai
bahan baku untuk produksi vitamin, suplemen, dan obat-obatan lainnya.
Dedak juga digunakan dalam produksi bioetanol sebagai bahan bakar
alternatif.
5. Pupuk Organik: Dedak dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Ketika dedak digunakan sebagai pupuk, ia
dapat membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas
penahan air, dan menyediakan nutrisi penting bagi tanaman.
6. Bahan Bangunan: Dedak juga dapat digunakan dalam industri bahan
bangunan. Dedak dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam
campuran beton atau aditif dalam pembuatan bata dan blok. Penggunaan
dedak dalam bahan bangunan dapat memberikan keuntungan termal dan
mekanik pada material yang dihasilkan.

Penting untuk dicatat bahwa dedak harus disimpan dengan baik untuk
mencegah kerusakan atau pembusukan. Dedak yang basah atau terkontaminasi
dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan mikroorganisme lainnya yang dapat
merusak dedak dan mengurangi kualitasnya.

Dedak adalah produk sampingan yang dihasilkan dari pengolahan beras


atau biji-bijian lainnya. Dedak memiliki berbagai manfaat dalam industri pangan,
pakan ternak, dan industri lainnya. Dengan kandungan nutrisi, serat kasar, dan
komponen lainnya, dedak dapat digunakan dalam pembuatan makanan, produksi
gula, sebagai bahan pakan ternak, dan dalam industri lainnya seperti farmasi dan
bahan bangunan. Dengan memanfaatkan dedak dengan bijaksana, kita dapat
mengurangi limbah dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih efisien.

2.3 Konsentrat

Konsentrat adalah produk pangan atau pakan yang dihasilkan melalui


proses penghilangan sebagian air dari bahan mentah untuk meningkatkan
konsentrasi nutrisi. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, termasuk
pengeringan, penyaringan, atau penghilangan air secara kimia. Konsentrat
digunakan dalam berbagai industri, termasuk pangan, pakan ternak, dan farmasi.
Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan tentang konsentrat, jenis-jenisnya,
proses pembuatannya, serta manfaat dan penggunaannya.

4
Jenis-jenis Konsentrat: Ada berbagai jenis konsentrat yang diproduksi untuk
berbagai tujuan. Berikut adalah beberapa jenis konsentrat yang umum digunakan:
1. Konsentrat Pangan: Konsentrat pangan adalah produk yang dikembangkan
untuk meningkatkan konsentrasi nutrisi dalam makanan. Konsentrat
protein, seperti bubuk protein whey, digunakan dalam industri makanan
dan minuman untuk meningkatkan kandungan protein. Konsentrat jus
buah dan sayuran juga digunakan untuk menghasilkan minuman kaya
nutrisi dengan rasa dan aroma yang pekat.
2. Konsentrat Minuman: Konsentrat minuman adalah produk yang digunakan
untuk membuat minuman dengan cara mengencerkannya dengan air
sebelum dikonsumsi. Konsentrat minuman sering digunakan dalam
industri minuman ringan dan minuman kemasan untuk menghasilkan
minuman berperisa seperti minuman soda, sirup, atau minuman olahraga.
3. Konsentrat Ternak: Konsentrat ternak adalah produk pakan yang
digunakan untuk memberikan nutrisi yang tinggi kepada hewan ternak.
Konsentrat ternak biasanya mengandung campuran biji-bijian, protein,
vitamin, mineral, dan aditif lainnya. Konsentrat ternak digunakan dalam
industri peternakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi hewan
ternak.
4. Konsentrat Bahan Kimia: Konsentrat bahan kimia adalah produk yang
digunakan dalam industri kimia untuk menghasilkan larutan konsentrat
yang kemudian dapat diencerkan sesuai kebutuhan. Contoh konsentrat
bahan kimia termasuk larutan asam, basa, atau larutan pembersih industri.

Proses Pembuatan Konsentrat: Proses pembuatan konsentrat melibatkan


penghilangan sebagian air dari bahan mentah untuk meningkatkan konsentrasi
nutrisi. Berikut adalah beberapa metode umum yang digunakan untuk membuat
konsentrat:
1. Pengeringan: Metode pengeringan melibatkan penghilangan sebagian atau
seluruh air dari bahan mentah dengan pemanasan atau pengeringan udara.
Ini dapat dilakukan dengan menggunakan oven, pemanggangan, atau
pengeringan alami dengan sinar matahari. Proses ini membantu
meningkatkan konsentrasi nutrisi dalam bahan dan meningkatkan umur
simpan.
2. Penyaringan: Metode penyaringan melibatkan pemisahan partikel-partikel
padat dari cairan dengan menggunakan filter atau penyaring. Ini digunakan
dalam industri minuman untuk memisahkan serat atau biji yang tidak
diinginkan dari jus buah atau sayuran. Proses ini membantu menciptakan
produk dengan tekstur yang lebih halus dan konsentrasi nutrisi yang lebih
tinggi.
3. Penghilangan Air Kimia: Metode penghilangan air kimia melibatkan
penggunaan bahan kimia untuk menghilangkan sebagian air dari bahan

5
mentah. Proses ini dapat melibatkan penggunaan zat pengering seperti
gula atau garam yang menarik air dari bahan, atau menggunakan bahan
kimia seperti asam sulfat untuk menghilangkan air secara kimia. Proses ini
sering digunakan dalam industri kimia untuk menghasilkan larutan
konsentrat.

Manfaat dan Penggunaan Konsentrat: Konsentrat memiliki berbagai manfaat dan


digunakan dalam berbagai industri. Berikut adalah beberapa manfaat dan
penggunaan konsentrat:
1. Peningkatan Nutrisi: Konsentrat digunakan untuk meningkatkan
kandungan nutrisi dalam makanan, minuman, atau pakan ternak. Dengan
menghilangkan sebagian air, konsentrat dapat meningkatkan konsentrasi
vitamin, mineral, protein, atau zat-zat gizi lainnya. Ini membantu dalam
menyediakan makanan atau pakan yang lebih kaya nutrisi.
2. Penghematan Ruang dan Transportasi: Konsentrat memiliki volume yang
lebih kecil dibandingkan dengan bahan mentah, sehingga menghemat
ruang penyimpanan dan biaya transportasi. Dalam industri pangan dan
minuman, konsentrat dapat mengurangi volume dan berat produk yang
harus dikemas dan dikirim. Ini membantu dalam mengurangi biaya
logistik dan pengemasan.
3. Kepraktisan: Konsentrat seringkali lebih praktis dan mudah digunakan
dibandingkan dengan bahan mentah. Misalnya, konsentrat minuman dapat
diencerkan dengan air untuk membuat minuman siap minum dalam
sekejap. Hal ini memberikan kemudahan penggunaan dan mengurangi
waktu dan upaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan makanan atau
minuman.
4. Umur Simpan yang Lebih Lama: Konsentrat memiliki umur simpan yang
lebih lama dibandingkan dengan bahan mentah. Dengan menghilangkan
sebagian air, konsentrat membantu mengurangi aktivitas mikroorganisme
dan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan. Ini
memungkinkan produk dapat bertahan lebih lama tanpa perlu pendinginan
atau perlakuan khusus.

Konsentrat adalah produk pangan atau pakan yang dihasilkan melalui proses
penghilangan sebagian air dari bahan mentah. Konsentrat digunakan dalam
berbagai industri termasuk pangan, minuman, dan pakan ternak. Proses
pembuatan konsentrat melibatkan pengeringan, penyaringan, atau penghilangan
air secara kimia. Konsentrat memiliki manfaat dalam meningkatkan nutrisi,
penghematan ruang dan transportasi, kepraktisan, dan umur simpan yang lebih
lama. Dengan memanfaatkan konsentrat, kita dapat menghasilkan produk dengan
konsentrasi nutrisi yang tinggi dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai
industri.

6
2.4 Pelet

Pelet adalah bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan
konsentrat atau hijauan. Pelet ini merupakan salah satu bentuk pengawetan bahan
pakan dalam bentuk yang lebih terjamin tingkat pengadaan dan kontinuitas
penyediaannya untuk mempertahankan kualitas pakan

Keuntungan pakan yang berbentuk pelet yaitu meningkatkan konsumsi,


densitas dan efisiensi pakan, membunuh bakteri patogen, mempermudah handling
produk, mengurangi terbentuknya debu, mengurangi penyusutan akibat tercecer,
meningkatkan kadar energi metabolis pakan, lebih tahan terjadinya kerusakan
pada saat penyimpanan, meningkatkan palatabilitas, menurunkan ongkos
pemberian pakan, tidak memberikan kesempatan kepada ternak untuk memilih
jenis bahan makanan yang disukai, menurunkan jumlah pakan yang tercecer,
memperpanjang lama penyimpanan, khusus ternak ruinansia dapat memanfaatkan
jumlah dan jenis hijauan yang lebih besar menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi
pakan dan mencegah oksidasi vitamin.

Usaha untuk mendapatkan pellet dengan kualitas yang baik menurut Parker
(1986) dalam sitasi Sutrisno et al. (2005) dilakukan dengan beberapa tahapanyaitu
penggilingan (grinding), pencampuran (mixing), penguapan (conditioning),
pencetakan (pelleting), pendinginan (cooling) dan pengeringan
(drying).Pencampuran (mixing) adalah proses mengkombinasikan bahan baku
sehingga masing-masing bahan baku dapat terdistribusikan secara merata. Tujuan
dari proses pencampuran adalah untuk menghasilkan produk yang mempunyai
nilainutrisi yang homogen (Suparjo, 2010).

Proses pelleting dapat dilakukan tanpa melalui proses pemanasan


(conditioning) atau metode dingin. Pelleting dengan metode dingin dilakukan
apabila bahan yang digunakan mengandung pati yang bila terkena air akan
mampu merekatkan bahan (Tillman et al., 1998). Wheat brand dan pollard
memiliki pati yang mengandung amilosa 25% dan amilopektin75% yang dapat
menyebabkan gelatinisasi (Purnomo, 2000).

Kualitas adalah kesesuaian dengan standar yang mampu memberikan


kepuasan konsumen dan diukur berbasis proses perbaikan
berkesinambungan.Kualitas ditentukan pada desain produk dan dicapai dengan
pengendalian proses yang efektif dimana produk cacat dihindari dalam
keberlangsungannya (Mulyana., 2010). Kualitas pellet dapat diukur secara kimia,
fisik dan biologis. Kualitas fisik pellet yang dapat diukur antara lain durasi,
kekerasan, penampakan, tekstur, warna, keseragaman dan kekompakkan (Behnke,
2013).

7
Pellet adalah bahan baku pakan yang telah dicampur, dikompakkan dan dicetak
dengan mengeluarkan dari die melalui proses mekanik (Nilasari, 2012). Pelet
merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan
konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan
(Parker, 1988).

Menurut Stevent, 1981 dalam Sutrisno et al., 2005, pengolahan pakan bentuk
pellet dapat dijadikan pilihan karena mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya:

1) meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi


tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan
penyajian pakan

2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan
yang tercecer

3) mencegah “de-mixing” yaitu penguraian kembali komponen penyusun pellet


sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.

Pellet dirancang untuk memberikan nutrisi yang seimbang dan lengkap


bagi unggas. Mereka dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan
nutrisi spesifik dari berbagai jenis unggas. Pellet memiliki ukuran dan bentuk
yang konsisten, sehingga lebih mudah dikonsumsi oleh unggas. Pellet memiliki
kepadatan energi yang tinggi dan konsentrasi nutrisi yang tinggi, sehingga
memberikan pakan yang efisien bagi unggas. Hal ini dapat membantu
meningkatkan pertumbuhan dan produksi unggas secara keseluruhan. Pellet juga
dapat diformulasikan untuk mencakup suplemen Kesehatan, seperti vitamin atau
obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan unggas.

2.5 Mutu Pelet

Kualitas pakan yang disimpan akan turun jika melebihi batas waktu tertentu.
Oleh sebab itu, uji kualitas fisik pakan sangat penting untuk diketahui. Uji kualitas
fisik tersebut meliputi: berat jenis, sudut tumpukan, kerapatan tumpukan, dan
kerapatan pemadatan bahan. Sifat fisik pakan merupakan sifat dasar pakan,
sehingga dengan mengetahui sifat fisik dari pakan maka dapat mengetahui batas
maksimal penyimpanan pakan pada gudang industri, sehingga pakan yang akan
didistribusikan hingga sampai berada ditangan peternak masih memiliki kualitas
nutrisi yang baik.

Kerapatan Tumpukan

8
Diukur dengan cara menuangkan bahan pakan kedalam gelas ukur dengan
menggunakan corong dan sendok teh sampai volume 100 ml. gelas ukur yang
telah berisi bahan ditimbang. Pada setiap pemasukan bahan harus sama baik
cara maupun ketinggian dalam penuangan. Selama penuangan bahan harus
dihindari guncangan bahan. Adapun perhitungan kerapatan tumpukan adalah
dengan cara membagi berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya.
Satuan kerapatan tumpukan adalah gram/ml.

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Kerapatan pemadatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan


terhadap volume ruang yang ditempatinya setelah melalui proses pemadatan
seperti penggoyangan. Nilai kerapatan pemadatan tumpukan akan lebih besar
daripada nilai kerapatan tumpukan karena adanya penggetaran yang
menyebabkan terjadinya pemadatan sehingga volume per ml bahan semakin
kecil. Pengukurannya hampir sama dengan pengukuran kerapatan tumpukan,
tetapi volume bahan dibaca setelah dilakukan pemadatan dengan cara
menggoyanggoyangkan gelas ukur dengan tangan selama 10 menit. Satuan
kerapatan pemadatan tumpukan adalah gram/ml.

Sudut Tumpukan

Sudut Tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh bahan pakan


diarahkan pada bidang datar. Pengukuran sudut tumpukan pelet dengan cara
menjatuhkan 0,5 kg sampel ke bidang datar melalui corong plastik. Ketinggian
tumpukan bahan harus berada di bawah corong. Sampel dicurahkan dengan
perlahan dan sedekat mungkin pada dinding corong plastik untuk menghindari
penyumbatan pakan di ujung corong plastik dan mengurangi gaya berat pakan.
Pakan pellet dengan bahan perekat tepung tapioka mempunyai nilai sudut
tumpukan terkecil yaitu pada Perlakuan 3 yaitu 25,78125° dan yang paling
besar pada perlakuan 5 yaitu 39,30875°. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh
penambahan tepung yang masih terdapat tekstur kasar, dimana tepung yang
masih mengandung bahan yang kasar, membuat ukuran pellet menjadi besar.
Dengan ukuran pellet yang lebih besar akan menurunkan nilai sudut tumpukan,
dimana pakan yang mempunyai nilai sudut tumpukan kecil akan lebih mudah
dalam penanganan pada industri seperti kecepatan dan keefisienan pada proses
pengosongan silo vertikal untuk memindahkan bahan menuju penimbangan,
lebih mudah diangkut dan akan lebih cepat dalam proses pengisian silo vertical
(Jasmal, 2007).

Ketahanan Benturan

9
Ketahanan benturan adalah pengukuran ketahanan pelet terhadap benturan
diukur dengan cara menjatuhkan pelet dari ketinggian 2 meter pada lempeng
besi setebal 2 mm. Pelet dijatuhkan secara bersamaan dengan mengukur berat
pelet terlebih dahulu, lalu dilakukan penyaringan dengan vibrator ball mill
german the sive analisis dan dilakukan penimbangan.

Akbar, et al (2017) menyatakan ketahanan benturan pada pakan pellet


penting untuk diketahui untuk menentukan kualitas dari pellet yang dihasilkan.
Salah satu fungsi dari ketahanan benturan adalah mengetahui ketahanan
benturan antar pellet pada proses pengemasan. Perbedaan nilai ketahanan
terhadap benturan dapat diakibatkan karena meningkatnya kadar air pada
pakan pellet sehingga ikatan antar partikel di dalam pellet akan semakin
renggang dan menurunkan nilai ketahanan benturan pellet. Faktor lain yang
menyebabkan menurunnya nilai ketahanan benturan pellet adalah adanya
serangan serangga. Aktivitas serangga pada pakan pellet menurunkan
kekokohan dari pellet sehingga pakan pellet menjadi mudah rapuh (Akbar et al,
2017).

Ketahanan benturan merupakan metode pengujian yang dilakukan untuk


mengetahui ketahanan bahan pakan terhadap gesekan. Rumus perhitungan nilai
durability dengan cara menimbang bobot bahan pakan sebelum dimasukkan ke
dalam alat holmen, kemudian membagi bobot tersebut dengan bobot sampel
yang telah dimasukkan ke dalam holmen yang disaring dahulu, setelah itu
dikalikan 100%

10
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan tempat

Lab.Mutu Pakan Ternak, Gedung Teknologi Industri Pertanian Politeknik


Negeri Tanah Laut. Di laksanakan pada hari Senin 04 September 2023 Pukul
14.00 s/d Selesai.

3.2 Alat dan bahan

a. Alat-alat yang digunakan adalah :

Alat yang digunakan yaitu semua alat-alat yang ada dilaboratorium meluputi
yaitu: Gelas arloji, spatula, timbangan analitik, Erlenmeyer, gelas
ukur,corong, gelas beker, batang pengaduk, labu ukur, pipet.

b. Bahan-bahan yang digunakan adalah :

NaCl(Garam), HCl 37%, Ethanol 96%, Gula Pasir, Aquades

3.3 Langkah kerja

1. Persiapan alat dan bahan

Tahap Pertama Pemilihan dan persiapan bahan baku yang akan digunakan,
Seperti menimbang garam dan gula menggunakan timbangan analitik dan
mempersiapkan cairan HCl 37%, Ethanol 96%, Aquades yang sudah di ukur
menggunakan gelas ukur.

2. Pencampuran

Bahan yang telah ditakar kemudian dapat di gunakan dalam pencampuran.


Adapun komposisi yang di sajikan ada pada table dibawah ini.

Praktek Jenis bahan


NaCl(Garam) HCl Ethanol Gula
37% 96% Pasir Aquades

1 5,85gr 100ml
2 75ml 25ml
3 2,925gr 70ml

11
Tahap selanjutnya siapkan air hangat sebanyak 500ml, siapkan perekat atau
tapioca sebanyak 5 gram dilarutkan.
Tahap yang terakhir Pencampuran (Mixing). Campur semua bahan menggunakan
pengaduk atau tangan , tambahkan larutan tapioca sedikit – demi sedikit.

1. Tahap pembentukan pelet

1. Pemadatan: Campuran bahan baku kemudian dipadatkan untuk


menghilangkan kelembaban dan meningkatkan kepadatan. Ini dapat dilakukan
dengan menggunakan tangan.
2. Pembentukan pelet: Campuran yang telah dipadatkan kemudian diproses
dalam mesin pelet. Mesin pelet akan memampatkan campuran tersebut menjadi
pelet dengan menggunakan tekanan tangan,lalu seorang akan memutar gagang
pemutar dan pellet yang sudah berbentuk Panjang kemudian di letakan didalam
wadah atau nampan, Setelah itu dianginkan.
3. Pengeringan atau dianginkan : Pelet yang baru dibentuk biasanya memiliki
suhu yang tinggi. Oleh karena itu, pelet tersebut perlu dianginkan untuk
menjaga kestabilan dan kualitasnya. Pengeringan atau dianginkan dapat
dilakukan dengan menggunakan suhu udara.
4. Pengovenan : pellet yang suda dianginkan kemudian di masukkan kedalam
oven panggang pellet dengan suhu 60oC selama 24 jam

5. Pengayakan dan pengemasan: Setelah dianginkan, pelet dapat diayak untuk


memisahkan ukuran yang tidak sesuai. Selanjutnya, pelet siap dikemas dalam
kemasan yang sesuai untuk penyimpanan, distribusi, atau penjualan.

4. Analisis Kualitas Fisik Pelet

 Kerapatan Tumpukan

Kerapatan tumpukan dapat dihitung dengan cara terlebih dahulu gelas


ukur ditimbang dengan menormalkan timbangan terlebih dahulu. Gelas ukur
yang diatas timbangan dimasukkan perlahan bahan dengan metode curah
menggunakan kertas putih sampai batas ukur 100 ml, diperoleh hasil berat
bahan. Kerapatan tumpukan dinyatakan dalam gram/ml dan dihitung dengan
rumus :

12
 Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Pengukuran kerapatan pemadatan tumpukan pelet dapat dihitung dengan


cara yang sama dengan penentuan kerapatan tumpukan, tetapi volume bahan di
baca setelah dilakukan proses pemadatan dengan cara menggoyang-goyangkan
gelas ukur sampai volume tidak berubah lagi. Pemadatan dilakuakan dalam waktu
tidak lebih dari 10 menit. Kerapatan pemadatan tumpukan dihitung dengan rumus:

 Sudut Tumpukan

Pengukuran sudut tumpukan pelet dengan cara menjatuhkan 0,5 kg sampel


ke bidang datar melalui corong plastik. Ketinggian tumpukan bahan harus
berada di bawah corong. Sampel dicurahkan dengan perlahan dan sedekat
mungkin pada dinding corong plastik untuk menghindari penyumbatan pakan di
ujung corong plastik dan mengurangi gaya berat pakan. Pengukuran diameter
dilakukan pada sisi yang sama pada semua pengamatan dengan bantuan mistar.
Pengukuran tinggi dilakukan pada tinggi pakan dari bidang datar sampai puncak
pakan pada semua pengamatan dengan bantuan mistar. Besarnya sudut
tumpukan dapat diukur dengan rumus :

Keterangan :
α = Sudut tumpukan bahan pakan dinyatakan dengan satuan derajat (º)
d = diameter dasar
t = tinggi

 Ketahanan Benturan

Pengukuran ketahanan pelet terhadap benturan diukur dengan cara


menjatuhkan pelet dari ketinggian 2 meter pada lempeng besi setebal 2 mm.
Pelet dijatuhkan secara bersamaan dengan mengukur berat pelet terlebih dahulu,
lalu dilakukan penyaringan dengan vibrator ball mill german the sive analisis
dan dilakukan penimbangan.Ukuran ketahanan benturan pelet dirumuskan
sebagai berikut:

13
 Berat Jenis

Pengukuran berat jenis pelet dapat dihitung dengan cara memasukkan


sampel bahan dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml menggunakan sendok
secara perlahan sampai mencapai batas volume 30 ml. Gelas ukur yang sudah
berisi bahan ditimbang selanjutnya sebanyak 50 ml aquades dimasukkan
kedalam gelas ukur tersebut, lalu dilakukan pengadukan untuk mempercepat
penghilangan ruang udara antar partikel pelet. Widyaningrum (2007)
menyatakan perubahan volume setelah dicampur dengan aquades merupakan
volume bahan sesungguhnya. Berat jenis suatu pelet dapat diukur sebagai
berikut:

 Analisis Kadar Air

Pengukuran kadar air pelet diukur dengan menggunakan oven 105oC


selama 6-8 jam untuk mengetahui kadar air dalam bahan. Cawan porselin terlebih
dahulu dibersihkan dan dikeringkan dalam oven dengan temperatur 105 oC selama
1 jam, setelah 1 jam cawan dikeluarkan dari oven kemudian cawan didinginkan
didalam desikator selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu cawan tersebut
ditimbang (X) menggunakan timbangan analitik dan kemudian timbang sampel
sebanyak lebih kurang 2 gram (Y), setelah itu cawan yang berisi bahan
dimasukkan kedalam oven 105oC selama 8 jam, setelah 8 jam cawan berisi
sampel dikeluarkan dari dalam oven, kembali dimasukkan kedalam desikator
untuk pendinginan setelah dingin bahan ditimbang (Z). Perhitungan kadar air
dapat dilakukan dengan rumus :

Keterangan :
x = berat cawan kosong
y = berat sampel awal
z = berat cawan dan sampel (setelah pengeringan

14
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Uji Fisik Pelet

Kerapatan tumpukan

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Kerapatan Tumpukan Pakan Pellet

Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
A 0.383 0.348 0.376 0.367 0.369
B 0.385 0.349 0.370 0.313 0.354
C 0.365 0.369 0.343 0.382 0.365
D 0.367 0.405 0.393 0.375 0.385
E 0.376 0.376 0.369 0.352 0.368

Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat tidak


berpengaruh nyata (P>0.05) terdadap nilai kerapatan tumpukan pakan pellet.
Berdasarkan Tabel.2 menunjukkan rata-rata penggunaan tepung tapioka sebagai
perekat pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak berpengaruh nyata.
Rataan kerapatan tumpukan pakan komersil yang berbentuk pellet menurut
Retnani et al. (2010) adalah sebesar 0.7/g ml. Sedangkan hasil yang didapatkan
pada PBL ini berkisar pada angka 0.354 sampai 0.385 g/ml. Lebih kecilnya hasil
yang didapatkan pada PBL ini maka dengan berat pakan pellet yang sama yang
dibuat pada PBL ini lebih membutuhkan ruang atau volume yang lebih luas. Hasil
ini dapat mempengaruhi besarnya kemasan serta proses pengangkutan pakan
pellet (Akbar et al, 2016).

Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Tabel 3. Hasil Analisis Uji Kerapatan Pemadatan Tumpukan Pakan Pellet

Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
P1.A 0.456 0.440 0.442 0.452 0.448bc
P2.B 0.481 0.499 0.463 0.447 0.473a
P3.C 0.451 0.461 0.464 0.450 0.457cd
P4.D 0.477 0.488 0.462 0.442 0.467ab
P5.E 0.417 0.444 0.450 0.440 0.438d

16
Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat
berpengaruh nyata (P<0.05) terdadap nilai kerapatan pemadatan tumpukan pakan
pellet. Berdasarkan Tabel.3 di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung
tapioka sebagai perekat pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak
mempengaruhi hasil akhir. Nilai sifat fisik pakan tertinggi terdapat pada perlakuan
P2.B (2%) yaitu 0.473 dan nilai sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan
P5.E (5%) yaitu 0.438 Nilai kerapatan pemadatan tumpukan yang didapatkan
pada PBL ini menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai
kerapatan tumpukan. Menurut Akbar et al. (2017) nilai kerapatan pemadatan
tumpukan lebih besar daripada nilai kerapatan tumpukan dikarenakan adanya
pemadatan sehingga berat per volumenya akan semakin meningkat.

Sudut tumpukan

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Sudut Tumpukan Pakan Pellet

Perlakua Ulangan Rataan


n 1 2 3 4
P1.A 18.306 29.932 39.508 32.471 30.054bc
P2.B 30.964 30.256 38.660 41.987 35.467ab
P3.C 27.661 23.199 24.044 28.301 25.801c
P4.D 37.235 33.207 32.471 33.130 34.011abc
P.5E 34.992 45.000 37.954 39.289 39.309a

Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat


berpengaruh nyata (P<0.05) terdadap nilai sudut tumpukan pakan pellet.
Berdasarkan Tabel. 4 di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung tapioka
sebagai perekat pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan Nilai sifat fisik pakan
tertinggi terdapat pada perlakuan E (5%) yaitu 39,31° dan nilai sifat fisik pakan
terendah terdapat pada perlakuan C (3%) yaitu 25,80°. Hal tersebut menujukkan
bahwa hasil tepung tapioka pada taraf 3% memberikan nilai fisik sudut tumpukan
yang baik. Karena menurut Prambudi (2001) bahwa sudut tumpukkan bahan <35°
memiliki kebebasan bergerak yang baik. Selain itu, ukuran pellet juga sangat
berpengaruh terhadap sudut tumpukkan yang dihasilkan. Berdasarkan penjelasan
Jayusmar, (2000) faktor utama yang mempengaruhi ukuran dari pellet adalah
pemadatan dari mesin pengempa (pelleter). Oleh karena itu diduga mesin pellet
yang digunakan pada saat membuat ukuran pellet menjadi membesar dan
berpengaruh terhadap sudut tumpukan yang dihasilkan. Perbedaan ini juga diduga
disebabkan oleh penambahan tepung yang masih terdapat tekstur kasar, dimana
tepung yang masih mengandung bahan yang kasar, membuat ukuran pellet
menjadi besar. Dengan ukuran pellet yang lebih besar akan menurunkan nilai

17
sudut tumpukan, dimana pakan yang mempunyai nilai sudut tumpukan kecil akan
lebih mudah dalam penanganan pada industri seperti kecepatan dan keefisienan
pada proses pengosongan silo vertikal untuk memindahkan bahan menuju
penimbangan, lebih mudah diangkut dan akan lebih cepat dalam proses pengisian
silo vertical (Syamsu, 2007)

Berat jenis

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Berat Jenis Pakan Pellet

Ulangan
Perlakuan Rataan
1 2 3 4
P1.A 6.420 10.540 1.345 1.767 5.018
P2.B 1.978 6.030 5.350 8.990 5.587
P3.C 11.190 10.250 11.150 11.290 10.97
P4.D 12.540 4.197 14.490 11.270 10.624
P5.E 5.195 10.310 2.000 5.000 5.626

Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat tidak


berpengaruh nyata (P>0.05) terdadap nilai berat jenis pakan pellet. Berdasarkan
tabel di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung tapioka sebagai perekat
pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak mempengaruhi hasil akhir. Nilai
sifat fisik pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1.C (3%) yaitu 10,97 dan nilai
sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan P1.A (1%) yaitu 5,02. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf pemberian hasil tepung tapioka
maka semakin menurun berat jenis pelletnya. Hal ini diduga karena homogenitas
dari partikel tepung tapioka lebih stabil dalam campuran ransum, sehingga
membuat berat jenis pellet mengalami penurunan. Sesuai dengan pendapat Khalil
(1999) menyatakan bahwa berat jenis dengan ukuran partikel bertanggung jawab
terhadap homogenitas penyebaran partikel dan stabilitasnya dalam suatu
campuran pakan.

Kadar Air

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Kadar Air Pakan Pellet

Perlakua Ulangan Rataan


n 1 2 3 4
P1.A 4.731 7.146 5.586 6.687 6.0375

18
P2.B 5.490 5.400 5.484 5.197 5.39275
P3.C 5.393 4.320 4.960 5.713 5.0965
P4.D 4.880 5.247 5.691 4.598 5.104
P5.E 4.844 4.889 5.943 5.140 5.204

Analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bahan perekat tidak


berpengaruh nyata (P>0.05) terdadap nilai kadar air pakan pellet. Berdasarkan
tabel di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung tapioka sebagai perekat
pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak mempengaruhi hasil akhir. Nilai
sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan P3. C (3%) yaitu 5,09%dan dan
nilai sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan P1.A (1%) yaitu 6,03%.
Berdasarkan data SNI 7783.2:2013 maksimal kadar air yang ada pada pakan
pellet ayam buras adalah 14%. Dari data yang telah didapatkan, pellet yang telah
dibuat pada PBL tidak melebihi kadar air air yang telah ditetapkan oleh SNI.
Pellet yang memiliki kadar air tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur dan
kerusakan pellet (Ismi et al., 2017). Berdasarkan data yang didapatkan,
penambahan tepung tapioka berpengaruh terhadap penurunan kadar air pellet. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Junaidi. et al (2017) semakin banyak perekat tapioka
yang diberikan maka kadar air pellet dihasilkan semakin rendah, karena kecilnya
ukuran partikel perekat tapioka dapat mengisi rongga-rongga kosong pada pellet
yang dapat mengurangi partikel air yang terjebak dirongga-rongga pellet

Ketahanan Benturan

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Ketahanan Benturan Pakan Pellet

Perlakua Ulangan
Rataan
n 1 2 3 4
70.7913
b
P1.A 76.149 77.004 72.789 57.223
P2.B 96.881 96.400 94.985 90.113 94.5948a
P3.C 84.348 91.005 88.390 98.624 90.5918a
69.6323
b
P4.D 63.761 77.663 72.075 65.03
P5.E 91.944 87.100 73.424 85.709 84.5443a

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rata-rata penggunaan tepung


tapioka sebagai perekat pellet ayam terhadap kerapatan tumpukan tidak
mempengaruhi hasil akhir. Nilai sifat fisik pakan tertinggi terdapat pada perlakuan
B (2%) yaitu 94,59 dan nilai sifat fisik pakan terendah terdapat pada perlakuan D
(4%) yaitu 69,63. Penambahan bahan perekat tepung tapioka dengan level yang

19
berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Perbedaan nilai ketahanan terhadap
benturan dapat diakibatkan karena meningkatnya kadar air pada pakan pellet
sehingga ikatan antar partikel di dalam pellet akan semakin renggang dan
menurunkan nilai ketahanan benturan pellet. Faktor lain yang menyebabkan
menurunnya nilai ketahanan benturan pellet adalah adanya serangan serangga.
Aktivitas serangga pada pakan pellet menurunkan kekokohan dari pellet sehingga
pakan pellet menjadi mudah rapuh (Akbar et al, 2017).
Rataan nilai ketahanan benturan pellet pada PBL ini adalah 69,6323
sampai 94,4998%. Rataan nilai ketahanan benuturan pada penelitian ini jika
dibandingkan dengan rataan nilai pakan komersil menurut Retnani et al. (2010)
berbeda jauh. Rataan nilai ketahanan benturan pakan komersil menurut Retnani
(2010) adalah sebesar 99.2%. Menurut Akbar et al. (2017) Salah satu fungsi dari
ketahanan benturan untuk mengetahui ketahanan benturan antar pellet saat proses
pengemasan. Dengan lebih rendahnya nilai ketahanan benturan pakan yang
diperoleh pada PBL ini maka memungkinkan lebih banyak pakan yang hancur
saat proses pengemasan.

20
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

Setelah dilakunnya PBL dan penelitian penambahan tepung tapioka


sebagai perekat, diperoleh kesimpulan bahwa penambahan 2% tepung tapioka
pada ransum pellet menghasilkan sifat fisik terbaik yaitu kerapatan tumpukan
sebesar 0.354 g/ml dan kerapatan pemadatan tumpukan sebesar 0.473 g/ml, sudut
tumpukan 2% tepung tapioka menghasilkan sifat fisik terbaik yaitu sudut 35.467°,
berat jenis 2% tepung tapioka menghasilkan 5.587 dan kadar air 5.39275% serta
ketahanan benturan yang diperolah 2% tepung tapioka yaitu 94.5948.

5.2 Saran
Pada Project Based Learning (PBL) berikutnya, dapat diharapakan
pembuatan pakan pellet menggunakan alat atau teknologi yang lebih baik,
sehingga hasil atau kualitas pakan pellet baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M.R.L., D. M. Suci, I. Wijayanti. 2017. Evaluasi Kualitas Pellet Pakan Itik
Yang Disuplementasi Tepung Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Dan
Disimpan Selama 6 Minggu. Buletin Makanan Ternak, 104 (2) : 31 – 48

Bustomi, M. A., & Dzulfikar, Z. (2014). Analisis Distribusi Intensitas RGB Citra
Digital untuk Klasifikasi Kualitas Biji Jagung menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan. 127–132.

Dewi, H., Endah, S., & Renan, S. (2020). Kajian Pemanfaatan Limbah Pertanian
Sebagai Bahan Konsentrat Hijauan Pakan Ternak Kelinci. Jurnal Penelitian
Agrismudra, 7(2), 111–122. https://doi.org/10.33059/jpas.v7i2.3079

Faisal, D. (2018). Pengaruh Jenis Perekat Dalam Pembuatan Pelet Pada Ayam
Pedaging Terhadap Kualitas Fisik Pakan. Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Hanum, Z., & Pertanian, F. (2011). Analisis Proksimat Amoniasi Jerami Padi
Dengan Penambahan Isi Rumen. 11(1), 39–44.

Ihya, M., & Muddin, U. (2019). Identifikasi Varietas Benih Jagung ( Zea Mays
L .) Menggunakan Pengolahan Citra Digital Berbasis Jaringan Syaraf
Tiruan. 8(November). https://doi.org/10.34148/teknika.v8i2.173

Ismi, R. S., R. I. Pujaningsih dan S. Sumarsih. 2017. Pengaruh penambahan level


molases terhadap kualitas fisik dan organoleptik pellet pakan kambing
periode penggemukan. JIPT. 5 (3) : 58 – 63.
Jasmal A. Syamsu. 2007. Karakteristik Fisik Pakan Itik Bentuk Pellet Yang Diberi
Bahan Perekat Berbeda Dan Lama Penyimpanan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Ternak. Vol. 7 No. 2 : 128 – 134

Junaidi, Ariefin, Mawardi I. 2017. Pengaruh Persentase Perekat Terhadap


Karakteristik Pellet Kayu Dari Kayu Sisa Gergajian. Jurnal Mesin Sains
Terapan Vol (1). Hal : 13-17.

Marhaeniyanto, E., Susanti, S., Murti, A. T., Pertanian, F., Tunggadewi, U. T.,
Malang, K., & Timur, J. (2020). DIBERI PAKAN KONSENTRAT
BERBASIS DAUN TANAMAN Performance of Production Peranakan
Etawa Goat Fed with Tree Foliage Based Concentrate. 21(2), 93–101.
https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2020.021.02.2

22
Marhamah, S. U., Akbarillah, T., Peternakan, J., Pertanian, F., Bengkulu, U.,
Supratman, J. W. R., & Limun, K. (2019). Kualitas Nutrisi Pakan
Konsentrat Fermentasi Berbasis Bahan Limbah Ampas Tahu dan Ampas
Kelapa dengan Komposisi yang Berbeda serta Tingkat Akseptabilitas pada
Ternak Kambing. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(2), 145–153.

Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Retnani Y, Hasanah N, Rahmayeni, Herawati L. 2010. Uji sifat fisik ransum ayam
broiler bentuk pellet yang ditambahkan perekat onggok melalui proses
penyemprotan air. Agripet. 10(1):13-18.

Santoso, J. (2018). Nilai Gizi Konsentrat Protein Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepenus) Ukuran Jumbo. 1(2), 77–86.
Syarief, R. dan A. Irawan. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. PT.
Melton Putra. Jakarta.
Khalil. 1999a. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan
tumpukan, dan berat jenis. Media Peternakan, 22(1): 1-11.

Khalil. 1999b. Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap perubahan
perilaku fisik bahan pakan lokal: sudut tumpukan, daya ambang dan faktor
higroskopis. Media Peternakan, 22(1): 33-42.

Merriam.W_Online Dictionary – tapioca". Diakses tanggal 2007-02-19

Muller, Z., K.C. Chou dan K.C. Nah, 1976. Cassaya as Total Substitute for Cereal
in Livestock, Poultry Ration. FAO. Pig and Poultry Research and
TraningInstitute Singapore.
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta: Kanisius
Pengaruh kandungan air dan ukuran partikel terhadap sifat fisik pakan lokal:
kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan tumpukan dan berat jenis. Media
Peternakan Vol 22 (1): 1-11. Khalil. 1999b.

23

Anda mungkin juga menyukai