Anda di halaman 1dari 29

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by JURNAL ILMIAH MIMBAR DEMOKRASI

VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017


46

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN


EMOSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA SMA
NEGERI 27JAKARTA

Oleh: Nurzengky Ibrahim

ABSTRACT

This study aimed to reveal the effect of Emotional Intelligence Learning Method
and the History of Student Learning Outcomes SMAN Jakarta. Metode experimental
method used is to design treatments by level 2 x 2 with variable outcome variables
studied history and learning methods as well as one independent variable 2 emotional
intelligence. The results showed (1) The study of high school students who follow the
history of learning methods sociodramatic higher than students who take conventional
learning methods, (2) there is a significant interaction effect between emotional
intelligence learning methods and learning outcomes history of high school students.
(3) for students with high emotional intelligence learning methods sociodramatic better
learning outcomes than conventional learning methods, and (4) for students who have
low emotional intelligence with conventional teaching methods better learning
outcomes than learning methods sociodramatic. It can be concluded that the method
of teaching sociodramatic can improve learning outcomes for students with a history
of high emotional intelligence.

Keywords: Methods of learning, emotional intelligence, learning outcomes history.

A. PENDAHULUAN kemampuan teknis, mengembangkan


1. Latarbelakang kepribadian kokoh, danmembentuk
Pendidikan nasional bertujuan karakter yang kuat. Untuk mendukung
untuk mengembangkan manusia yang tercapainya tujuan dari pendidikan
bertanggung jawab. Pendidikan nasional, maka perlu didukung oleh
nasional mempunyai misi mulia berbagai macam faktor. Salah satu
terhadap individu, yakni membangun faktor yang menentukan keberhasilan
pribadi yang memiliki ilmu suatu pendidikan adalah sekolah.
pengetahuan, meningkatkan Ketersedian sekolah di suatu


Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 47

masyarakat sangatlah penting karena guru dalam pendidikan, maka tidak


sekolah akan dapat membentuk dapat dihindari bahwa seorang guru
pendidikan itu secara tersistem dan dituntut untuk dapat menggunakan
terkendali atau tidak liar (Aldi Albani, metode pembelajaran yang tepat agar
http://aldialbani. blogspot. siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.
com/2013/01/teori-sekolah-efektif. Kejenuhan siswa dalam belajar
html). dikhawatirkan akan menghambat
Sekolah adalah lembaga tercapainya keberhasilan dalam proses
pendidikan yang dibentuk oleh pendidikan.
pemerintah sebagai upaya untuk Sejarah merupakan salah satu
mengembangkan segala potensi yang mata pelajaran yang diajarkan
dimiliki oleh siswa. Sekolah dapat disekolah. Sejarah adalah rekonstruksi
membentuk siswa yang terdidik dan masa lalu (Kuntowijoyo 2001: 18).
berkualitas untuk mengisi Sebagai sebuah mata pelajaran, sejarah
pembangunan nasional di masa membicarakan peristiwa-peristiwa
mendatang. Sistem pembelajaran di pada masa lalu yang berpengaruh bagi
sekolah memiliki berbagai komponen kehidupan manusia. Melalui sejarah,
yang saling berkaitan dan menentukan siswa tidak hanya diajak mengetahui
keberhasilan proses pendidikan. peristiwa-peristiwa pada masa lalu,
Komponen tersebut adalah guru, siswa, tetapi juga diajak berpikir kritis dan
kurikulum, metode pembelajaran, mengambil hikmah dari peristiwa-
lingkungan sekolah, dan lingkungan peristiwa tersebut. Apabila siswa
diluar sekolah. mengerti perkembangan suatu masalah
Guru merupakan komponen yang yang mutakhir pada masa lalu, maka
paling menentukan dalam sistem siswa akan dapat lebih mengerti
pendidikan secara keseluruhan implikasi-implikasi yang diakibatkan
sehingga guru seharusnya mendapatkan oleh masalah tersebut pada masa
perhatian yang paling utama (Mulyasa sekarang. Hal tersebut merupakan
2008: 5). Karena pentingnya peranan suatu pencarian untuk menemukan
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 48

pelajaran-pelajaran sejarah yang akan dengan tepat suasana hati, temperamen,


membantu manusia untuk memecahkan motivasi, dan keinginan orang lain.
masalah-masalah yang terjadi pada Sebaliknya, Gardner lebih menekankan
masa sekarang (Gottschalk 2006: 138). kecerdasan antarpribadi ini pada aspek
Gardner mengoreksi keterbatasan kognisi atau pemahaman, sedangkan
cara berpikir seseorang yang faktor emosi atau perasaan kurang
konvensional, yaitu cara berpikir diperhatikan. Menurut Goleman, faktor
tunggal menjadi cara berpikir ganda. emosi ini sangatlah penting dan
Konsep cara berpikir ganda tersebut memberikan suatu warna yang kaya
dikenal dengan sebutan kecerdasan dalam kecerdasan antarpribadi atau
ganda (multiple intelegence). kecerdasan emosional yang
Kecerdasan tidak hanya terbatas pada dikembangkan oleh Gardner.
kecerdasan intelektual yang diukur Informasi faktual tentang metode
dengan menggunakan tes inteligensi. pembelajaran Sejarah dan kecerdasan
Namun, kecerdasan juga emosional siswa dalam
menggambarkan kemampuan mempelajarinya ternyata sangat
seseorang untuk mencintai menarik untuk dibahas karena adanya
lingkungannya. Teori Gardner ini beberapa informasi yang sangat
selanjutnya dikembangkan dan mendalam, antara lain adalah seperti
dilengkapi oleh para ahli lain, dalam hasil pengamatan di Kelas XI
diantaranya adalah Goleman yang IPS SMA Negeri 3 Jakarta:
memperkenalkanemotional intelligence 1) Pada umumnya, metode yang
(Goleman 2002: 2). selama ini dikembangkan dalam
Goleman memberikan perhatian pembelajaran sejarah adalah metode
khusus pada aspek kecerdasan konvensional, yaitu melalui metode
interpersonal atau antarpribadi. Inti ceramah yang tidak divariasikan
sari dari kecerdasan ini adalah dengan metode lain.
mencakup kemampuan seseorang 2) Dengan menggunakan metode
untuk membedakan dan menanggapi ceramah tersebut, maka
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 49

menimbulkan kesan bahwa sejarah suatu peristiwa yang


hanya merupakan cerita tentang dilanjutkan dengan pertanyaan
masa lalu yang tidak dapat siapa, di mana, dan kapan
dikembangkan atau diberdayakan peristiwa itu terjadi.
padahal ada beberapa metode lain 7) Pertanyaan tersebut menuntut siswa
yang dapat digunakan selain metode untuk menghafal tokoh, tempat, dan
konvensional. tahun kejadian dari suatu peristiwa
3) Ada anggapan dari siswa bahwa sejarah. Penggunaan metode
sejarah dapat dipelajari sendiri tanpa pembelajaran yang kurang tepai
harus dibimbingan oleh guru. merupakan salah satu kelemahan
Mereka beranggapan bahwa yang dalam pembelajaran Sejarah. Guru
penting ada bahan ajar dan sumber cenderung hanya menggunakan
lain. metode ceramah secara monoton
4) Hal tersebut menyebabkan siswa untuk menyampaikan fakta-fakta
kurang memperhatikan penjelasan sejarah.
guru ketika pembelajaran sedang 8) Namun, apabila dikaji secara
berlangsung karena mereka mendalam ada banyak faktor yang
beranggapan bahwa ketika tiba di turut mempengaruhinya. Faktor
rumah, materi tersebut dapat dibaca tersebut antara lain adalah nilai
dan dipelajari sendiri. sebagian siswa masih ada yang tidak
5) Mata pelajaran Sejarah selama ini memenuhi KKM (Kriteria
dianggap sebagai mata pelajaran ketuntasan minimum), yaitu 7,5.
yang penuh dengan dongeng dan Berdasarkan data di atas, dapat
harus dihafalkan oleh siswa. diketahui bahwa metode pembelajaran
6) Salah satu penyebab adanya yang digunakan oleh guru dan tingkat
anggapan tersebut antara lain kecerdasan emosional siswa dapat
karena guru menyajikan materi mempengaruhi hasil belajar siswa.
sejarah hanya terfokus pada Oleh karena itu, diperlukan metode
tokoh dan waktu terjadinya yang dapat meghubungkan kecerdasan
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 50

emosional seseorang dengan perolehan hasil belajar Sejarah diajar dengan


hasil belajar. metode konvensional?
Penelitian ini dilakukan dengan 2. Apakah terdapat pengaruh
tujuan untuk mengetahui seberapa interaksi antara metode
besar pengaruh antara metode pembelajaran dengan kecerdasan
pembelajaran yang digunakan oleh emosional terhadap hasil belajar
guru mata pelajaran Sejarah kepada sejarahpada siswa SMA?
siswa dengan tingkat kecerdasan 3. Apakah terdapat perbedaan hasil
emosional yang berbeda terhadap hasil belajar sejarah antara siswa yang
belajar. siswa di salah satu SMA Negeri memiliki kecerdasan emosional
di Jakarta Pusat yang bertempat di Jalan tinggi yang diajar dengan metode
Mardani, Kelurahan Johar Baru. Judul sosiodrama dengan siswa yang
penelitian ini sesuai dengan fungsi memiliki kecerdasan emosional
pendidikan nasional, yaitu untuk tinggi yang diajar dengan metode
mengembangkan pengetahuan dan konvensional?
membentuk watak serta peradaban 4. Apakah terdapat perbedaan hasil
bangsa yang bermartabat dalam belajar sejarah antara siswa yang
rangka mencerdaskan kehidupan memiliki kecerdasan emosional
bangsa. rendah yang diajarkan dengan
metode sosiodrama dengan siswa
2. Rumusan Masalah yangmemilki kecerdasan
Sesuai dengan pembatasan emosional rendah yang diajar
masalah, masalah penelitian ini dengan metode konvensional ?
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: B. KAJIAN TEORETIK
1. Apakah terdapat antara siswa yang a. Deskripsi Konseptual
diajar dengan metode sosiodrama 1. Hasil Belajar Sejarah
dengan siswa yang perbedaaan Sejarah adalah ilmu tentang asal
usul. Secara harfiah kata sejarah berasal
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 51

dari bahasa Arab, yaitu syajarah yang (salah satu provinsi Yunani di Asia
berarti pohon (Gazalba 1981: 2). Kata Muka), seperti Hecatheus 500 SM.
ini masuk ke Indonesia setelah terjadi Menggunakannya untuk merujuk hasil
akulturasi antara kebudayaan Indonesia penelitian tentang gejala / keadaan
dengan kebudayaan Islam. Pengertian alam di kawasan yang sudah dihuni
syajarah sama dengan apa yang kini di oleh manusia (Kuntowijoyo 1999: 27).
Indonesia disebut silsilah, yakni daftar Dalam perkembangan selanjutnya, kata
asal-usul atau daftar keturunan. Silsilah latin scientie (yang sama artinya
kalau kita gambarkan secara skematis, dengan historia) lebih sering digunakan
akan tampak seperti pohon dengan untuk menyebutkan upaya
cabang-cabang dan ranting-rantingnya ilmiah mengenai gejala alam dari pada
menurut Notosusanto (Nugroho historia (Kochhar 2008: 27).
Notosusanto 1971: 1). Selain itu, Belajar sejarah adalah belajar
pengertian sejarah mengandung suatu mengenai peristiwa dan
konsep, yaitu: sejarah sebagai suatu ilmu merekonstruksi masa lampau untuk
dan seni (Kuntowijoyo 1999: 59). mengambil hikmah dari peristiwa
Sejarah dapat dikatakan tersebut sehingga lebih bijaksana dalam
sebagai “datu“, ”ibu“ atau “induk” dari menghadapi masa kini. Peran dan
ilmu sosial. Kata sejarah berasal dari kedudukan sejarah begitu penting
bahasa Arab yaitu asyajara yang berarti dalam kelangsungan kehidupan
terjadi, syajarah berarti pohon, berbangsa dan bernegara sehinga tidak
syajarahan-nasab berarti pohon perlu diragukan lagi oleh siswa maupun
silsilah. ; apabila dialihbahasakan ke guru Sejarah. Mengingat pentingnya
dalam bahasa Inggris history yang peranan Sejarah dalam kehidupan
berasal dari bahasa Latin dan Yunani manusia, lebih lanjut Cicero dalam
historia. Dalam bahasa Yunani disebut Kartodiharjo mengemukakan bahwa
istoria, sedangkan dalam bahasa Latin barang siapa tidak mengenal
disebut histoire. Kata historio ketika di sejarahnya, maka akan tetap menjadi
gunakan oleh para ilmuwan dari Ionia
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 52

anak kecil (Sartono Kartodirdjo 2002: melatih kecerdasan, membentuk sikap,


206). watak dan kepribadian siswa.
Belajar sejarah menggambarkan Sebagai sarana pendidikan,
belajar mengenai peristiwa masa pengajaran sejarah termasuk
lampau sehingga lebih bijaksana dalam pengajaran normatif karena tujuan dan
menghadapi masa kini. Penilaian hasil sasarannya lebih dutujukan pada segi-
belajar sejarah dinilai melalui tes yang segi normatif yaitu segi nilai dan makna
disusun berdasarkan aspek kognitif yang sesuai dengan tujuan pendidikan
siswa. Hasil tersebut dapat diwujudkan itu sendiri (Maqdalia Alfian 2007: 1).
dengan rumus tertentu dalam bentuk Adapun tujuan instruksional
angka untuk member jarak atau pembelajaran sejarah di Sekolah
kategori yang satu dengan yang lain. Menengah Atas menurut S. K. Kochhar
Hasil belajar sejarah adalah tingkat adalah mengembangkan (1)
perubahan siswa yang mencakup aspek pengetahuan, (2) pemahaman, (3)
kemampuan pemahaman, sikap dan pemikiran kritis, (4) keterampilan
nilai serta keterampilan dalam bidang praktis, (5) minat, dan (6) perilaku.
sejarah. Sarana pembelajaran sejarah Penilaian hasil belajar sejarah
dapat terlihat melalui pemahaman dinilai melalui tes yang disusun
tentang sejarah merupakan cabang ilmu berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan
pengetahuan yang menelaah tentang psicomorik siswa. Hasil tersebut dapat
asal-usul dan perkembagan serta diwujudkan dengan rumus tertentu
peranan masyarakat dimasa lampau dalam bentuk angka untuk memberi
berdasarkan metode dan metodologi kategori yang satu dengan yang lain,
tertentu (Sapriya 2009: 208-209). dan dalam bentuk peran selain dalam
Terkait dengan pendidikan sejarah di paparan bercerita. Hasil belajar siswa
sekolah dasar hingga sekolah adalah perubahan tingkah laku yang
menengah, pengetahuan masa lampau terjadi pada diri siswa setelah melalui
tersebut mengandung nilai-nilai kegiatan pembelajaran. Bloom
kearifan yang dapat digunakan untuk menggolongkan tiga kategori perilaku
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 53

belajar yang berkaitan dan saling yang dimaksud adalah metode ceramah
melengkapi. Ketiga kategori ini disebut yang sering digunakan oleh guru mata
ranah kognitif, afektif, dan pelajaran Sejarah dalam proses
psikomotorik. Ranah yang paling pembelajaran, sedangkan metode
banyak dinilai adalah ranah kognitif sosiodrama adalah metode baru yang
atau pengetahuan, sedangkan ranah akan dieksperimenkan ke dalam
afektif dan psikomotorik sangat jarang pembelajaran sejarah.
sekali dinilai karena sulit.
Penilaian hasil belajar pada mata a. Metode Pembelajaran
pelajaran Sejarah dinilai melalui tes Sosiodrama
yang disusun berdasarkan aspek Istilah sosiodrama dan bermain
kognitif. Selain dalam bentuk paparan peran dalam metode pembelajaran
bercerita, hasil belajar tersebut dapat merupakan dua istilah kembar, bahkan
diwujudkan dengan rumus tertentu di dalam pelaksanaannya dapat
dalam bentuk angka untuk memberi dilakukan dalam waktu bersamaan dan
kategori yang satu dengan yang lain dan silih berganti. Sosiodrama adalah suatu
dalam bentuk peran. Hasil belajar cara mengajar yang dilakukan dengan
tersebut dapat dilihat dari perubahan cara mendramatisasikan bentuk tingkah
siswa yang mencakup aspek laku dalam hubungan sosial pada
kemampuan pemahaman, perubahan metode bermain peran (Atwi Suparman
perilaku dan nilai, serta keterampilan 2010: 91). Titik tekanannya terletak
dalam bidang sejarah. pada keterlibatan emosional dan
pengamatan indera ke dalam suatu
2. Metode Pembelajaran situasi masalah yang secara nyata
Metode Pembelajaran yang akan dihadapi. Kedua istilah ini yaitu
dibahas dalam penelitian ini sosiodrama dan bermain peran. Metode
ialah metode pembelajaran sosiodrama ini kadang-kadang disebut juga sebagi
dan metode pembelajaran metode dramatisasi.
konvensional. Metode konvensional
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 54

Perbedaannya kedua metode serta topik-topik lainnya. Dalam


tersebut tidak disiapkan terlebih dahulu pelajaran sejarah, misalnya guru ingin
naskahnya. Dalam pendidikan metode menggambarkan kisah heroik
pembelajaran sosiodrama dan bermain kepahlawan bangsa dalam beradaptasi
peran ini efektif dalam menyajikan dengan pristiwa kedatangan bangsa
tokoh dalam pristiwa proklamasi, atau hindu dan budha serta kedatangan
kedatangan agama hindu ke indonesia Islam

b. MetodePembelajaran Metode ceramah ditandai dengan cara


Kelebihan Metode pembelajaran Kelemahan metode pembelajaran
sosiodrama sosiodrama dan terletak pada :
1. Kegiatan ini dapat dijadikan review 1. Sosiodrama memerlukan waktu
karena berulang ulang, dapat yang relatif panjang / banyak
dikenang dan berkesan tahan lama
dalam ingatan siswa. 2. Memerlukan kreativitas
2. Merupakan pengalaman yang 3. Siswa yang ditunjuk sebagai
menyenangkan pemeran merasa malu
3. Menjadi dinamis dan penuh 4. Apabila pelaksanaan sosiodrama
antusias mengalami kegagalan, bukan saja
4. Membangkitkan gairah dan dapat memberi kesan kurang
semangat optimisme dalam diri baik, tetapi sekaligus berarti
siswa serta menumbuhkan rasa tujuan tercapai
kebersamaan dan kesetiakawanan 5. Tidak semua materi pelajaran
sosial yang tinggi dapat disajikan melalui metode
5. Dapat menghayati peristiwa yang ini
berlangsung dengan mudah,
memetik hikmah yang terkandung
di dalamnya dengan penghayatan
siswa sendiri
Konvensional mengajar guru yang lebih banyak
Metode konvensional yang menekankan pada konsep-konsep
dimaksud dalam penelitian ini adalah bukan kompetensi. Tujuannya adalah
metode yang selama ini sering agar siswa mampu mengetahui sesuatu
digunakan oleh guru dalam proses bukan mampu untuk melakukan
pembelajaran, yaitu metode ceramah. sesuatu sehingga pda proses
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 55

pembelajaran siswa lebih banyak c. Pendekatan tersebut cenderung


mendengarkan. tidak memerlukan pemikiran yang
Pengajaran tradisional kritis.
merupakan perilaku pengajaran yang d. Pendekatan tersebut
paling umum diterapkan di sekolah- mengasumsikan bahwa cara
sekolah di seluruh dunia. Pengajaran belajar siswa itu sama dan tidak
model ini dipandang efektif, terutama bersifat pribadi.
untuk: Hasil pengamatan peneliti dalam
a. Berbagi informasi yang tidak observasi awal di lapangan
mudah ditemukan di tempat lain. menunjukkan bahwa pembelajaran
b. Menyampaikan informasi dengan sejarah dengan menggunakan metode
cepat. pembelajaran cermah sering
c. Membangkitkan minat akan menimbulkan kurang mencukupi
informasi. cakupan siswa di dalam mencapai
d. Mengajari siswa yang cara belajar ketuntasan belajar (mastery learning).
terbaiknya dengan mendengarkan. Keadaan seperti inilah yang
Walaupun demikian, pendekatan menyebabkan siswa menjadi frustrasi
pembelajaran tersebut mempunyai pada saat belajar sejarah sehingga
beberapa kelemahan sebagai berikut: pelajaran sejarah di Sekolah Menengah
a. Tidak semua siswa memiliki cara Atas (SMA) sering dikenal sebagai
belajar terbaik dengan pelajaran yang membosankan dan tidak
mendengarkan. menarik untuk dipelajari.
b. Sering terjadi kesulitan untuk
menjaga agar siswa tetap tertarik
dengan apa yang dipelajari.
3. Kecerdasan Emosional mengelola emosi diri sendiri dan
Kecerdasan emosional pada memahami emosi orang lain. Sarwono
hakekatnya merupakan kemampuan menjelaskan kecerdasan emosi dalam
yang dimiliki oleh setiap orang untuk perkembanagan ilmu psikologi. Orang
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 56

pernah percaya bahwa intelegensi atau perasaannya, mengelola emosi.


kecerdasan, yang lebih dikenal dengan memberi dorongan diri sendiri,
sebutan IQ (intelligence quotient) mengekspresikan empati, dan
adalah yang terpenting dalam menangani hubungan dengan orang
menentukan keberhasilan seseorang. lain. Lebih lanjut dinyatakan bahwa
Hal tersebut menimbulkan anggapan orang-orang yang memiliki kecerdasan
bahwa orang dengan IQ diatas 120 pasti emosional yang unggul lebih sukses
bisa masuk universitas, mendapatkan dalam keadaan tertentu di pekerjaan.
pekerjaan yang bagus, dan sukses Berdasarkan uraian diatas dapat
seperti Habibie. disimpulkan bahwa kecerdasan
Menurut LeDoux, emosi adalah emosional adalah penyataan seseorang
persepsi mental yang merupakan dalam mendeteksi, mengelola emosi
umpan balik dari stimulus (LeDoux diri sendiri dan mengenal emosi orang
1996: 143). Berbeda dengan pendapat lain, dengan Indikator (1) kesadaran
Strangman, bahwa emosi ditinjau dari diri sendiri (self-awareness), (2)
sudut pandang biologi adalah ekspresi pengelolaan diri sendiri (setf-
dan perasaan. Dalam hal ini ekspresi managemertf). (3) empati(empathy),
berada pada hypothalamus, sedangkan (4) kecakapan sosial (social skills).
perasaan pada cortex (Sirangman 1998:
143). Salovey dan Sulyster b. Hipotesis Penelitian
mendefinisikan emosi dari konteks Hipotesis penelitian ini sebagai
sosial adalah perasaan pribadi dan berikut :
pendekatan perilaku, emosi dipandang 1. Secara keseluruhan, hasil belajar
sebagai bawaan (Salovey and Sulyster Sejarah pada siswa SMA yang
1997: 13). diberikan metode pembelajaran
Menurut Fuancevicd, sosiodrama lebih tinggi
Konopaske, dan Metteson kecerdasan dibandingkan dengan siswa yang
emosional adalah kemampuan diberikan metode pembelajaran
seseorang untuk mengenali terhadap
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 57

konvensional melalui metode 4. Hasil belajar Sejarah pada siswa


ceramah. SMA dengan kecerdasan
2. Terdapat pengaruh interaksi emosional rendah yang diberikan
antara metode pembelajaran metode pembelajaran sosiodrama
dengan kecerdasan emosional lebih rendah dibandingkan dengan
terhadap hasil belajar Sejarah siswa dengan kecerdasan
pada siswa SMA. emosional rendah yang diberikan
3. Hasil belajar Sejarah pada siswa metode pembelajaran
SMA dengan kecerdasan konvensional.
emosional tinggi yang diberikan
metode pembelajaran sosiodrama C. METODOLOGI PENELITIAN
lebih tinggi dibandingkan dengan 1. Tujuan Penelitian
siswa dengan kecerdasan Penelitian ini bertujuan untuk
emosional tinggi yang diberikan mengetahui pengaruh metode
metode pembelajaran pembelajaran dan kecerdasan
konvensional. emosional terhadap hasil belajar
Sejarah pada siswa SMA.

Metode Pembelajaran (A)


Kecerdasan Emosional
(B) Sosiodrama (A1) Konvensional (A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2


akibat pengaruh penggunaan metode
Metode penelitian ini
pembelajaran sosiodrama dan metode
menggunakan metode eksperimen
pembelajaran konvensional pada siswa
dengan dua variabel bebas, yaitu
dengan kecerdasan emosional tinggi
perbedaan hasil belajar sejarah siswa
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 58

dan rendah. Penelitian ini Variabel X1 = Metode pembelajaran


menggunakan rancangan treatment by Variabel X2 = Kecerdasan emosional
Variabel

terikat
level 2x2 seperti matrik di bawah ini : Variabel Y = Hasil belajar Sejarah

Keterangan : 2. Populasi dan Teknik


A1= Kelompok siswa yang mengikuti Pengambilan Sampel
metode pembelajaran Populasi target dalam
sosiodrama penelitian ini adalah semua siswa
A2= Kelompok siswa yang mengikuti SMA Negeri 27 Jakarta Pusat,
metode pembelajaran sedangkan populasi terjangkau
konvensional adalah semua siswa kelas XI IPS
A1B1= Kelompok siswa dengan pada tahun pelajaran 2011/2012.
kecerdasan emosional tinggi Pengambilan sampel dilakukan dengan
yang belajar dengan metode menggunakan teknik simple random

pembelajaran sosiodrama. sampling. Langkah pertama yang


dilakukan adalah menetapkan
A1B2= Kelompok siswa dengan
secararandom SMA Negeri 27 sebagai
kecerdasan emosional rendah
tempat penelitian. Langkah kedua
yang belajar dengan metode
adalah menetapkan siswa kelas XI IPS
pembelajaran sosiodrama.
sebagai kelas yang akan dijadikan
A2B1= Kelompok siswa dengan sampel penelitian. Selanjutnya,
kecerdasan emosional tinggi peneliti melakukan pengundian
yang belajar dengan metode terhadap seluruh kelas XI IPS untuk
pembelajaran konvensional. menentukan dua kelas yang nantinya
A2B2= Kelompok siswa dengan akan diteliti. Setiap kelas akan diberi
kecerdasan emosional rendah perlakuan yang berbeda pada saat

yang belajar dengan metode proses pembelajaran. Kelas yang


pertama akan diberikan perlakuan
pembelajaran konvensional
dengan menggunakan metode
Variabel pembelajaran sosiodrama, sedangkan
1. Variabel Penelitian bebas
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 59

kelas kedua menggunakan metode Setiap kelas terdiri dari 37


pembelajaran konvensional. Kelas orang siswa yang dibagi menjadi dua
yang terpilih adalah kelas XI IPS1 kelompok, yaitu kelompok siswa
untuk metode pembelajaran dengan kecerdasan emosional tinggi
sosiodrama dan kelas XI IPS2 untuk dan siswa dengan kecerdasan
metode pembelajaran konvensional. emosional rendah

D. HASIL PENELITIAN data (standar deviasi) diuraikan


Hasil penghitungan untuk pada tabel berikut ini:
ukuran sentral (rata-rata, modus dan Deskripsi Data
median) dan ukuran penyebaran
Statistik
No Kelompok _ Rentang
n Max Min Mo Me S
x
A1 20 44 19 44 30. 32. 8. 49 25
1
5 05
2 A2 20 34 23 34 28 2865 3. 70 11
3 A1B1 10 44 33 44 40 39. 6 4. 12 11
A1B2 10 28 19 26 25. 24. 5 2. 95 9
4
5
5 A2B1 10 34 24 34 30 29. 6 3. 75 10
A2B2 10 34 23 28 27. 27. 7 3. 59 11
6
5

Adapun rangkuman skor selengkap untuk masing-masing kelompok dapat dilihat


pada tabel berikut ini:
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 60

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Sejarah

No. Kelompoka N Lo Lt Kesimpulan


Rangkuman Skor Hasil
Data ( =
Belajar Sejarah
0,05)
1 Kelompok 20 0. 0. Normal
A1 129 190
2 Kelompok 20 0. 0. Normal
A2 116 190
3 Kelompok 10 0. 0. Normal
A1B1 219 258
4 Kelompok 10 0. 0. Normal
A1B2 195 258
5 Kelompok 10 0. 0. Normal
A2B1 144 258
6 Kelompok 10 0. 0. Normal
A2B2 125 258
Populasi target dalam akan diteliti. Setiap kelas akan diberi
penelitian ini adalah semua siswa perlakuan yang berbeda pada saat

SMA Negeri 27 Jakarta Pusat, proses pembelajaran. Kelas yang


pertama akan diberikan perlakuan
sedangkan populasi terjangkau
dengan menggunakan metode
adalah semua siswa kelas XI IPS
pembelajaran sosiodrama, sedangkan
pada tahun pelajaran 2011/2012.
kelas kedua menggunakan metode
Pengambilan sampel dilakukan dengan
pembelajaran konvensional. Kelas
menggunakan teknik simple random
yang terpilih adalah kelas XI IPS1
sampling. Langkah pertama yang
untuk metode pembelajaran
dilakukan adalah menetapkan
sosiodrama dan kelas XI IPS2 untuk
secararandom SMA Negeri 27 sebagai
metode pembelajaran konvensional.
tempat penelitian. Langkah kedua
Setiap kelas terdiri dari 37 orang siswa
adalah menetapkan siswa kelas XI IPS
yang dibagi menjadi dua kelompok,
sebagai kelas yang akan dijadikan
yaitu kelompok siswa dengan
sampel penelitian. Selanjutnya,
kecerdasan emosional tinggi dan siswa
peneliti melakukan pengundian
dengan kecerdasan emosional rendah
terhadap seluruh kelas XI IPS untuk
menentukan dua kelas yang nantinya
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 61

E. HASIL PENELITIAN data (standar deviasi) diuraikan


Hasil penghitungan untuk pada tabel berikut ini:
ukuran sentral (rata-rata, modus dan Deskripsi Data
median) dan ukuran penyebaran

Statistik
No Kelompok _ Rentang
n Max Min Mo Me S
x
A1 20 44 19 44 30. 32. 8. 49 25
1
5 05
2 A2 20 34 23 34 28 2865 3. 70 11
3 A1B1 10 44 33 44 40 39. 6 4. 12 11
A1B2 10 28 19 26 25. 24. 5 2. 95 9
4
5
5 A2B1 10 34 24 34 30 29. 6 3. 75 10
A2B2 10 34 23 28 27. 27. 7 3. 59 11
6
5

Adapun rangkuman skor selengkap untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Sejarah

No. Kelompoka N Lo Lt Kesimpulan


Rangkuman Skor Hasil Data ( =
0,05)
Belajar Sejarah
1 Kelompok 20 0. 0. Normal
A1 129 190
2 Kelompok 20 0. 0. Normal
A2 116 190
3 Kelompok 10 0. 0. Normal
A1B1 219 258
4 Kelompok 10 0. 0. Normal
A1B2 195 258
5 Kelompok 10 0. 0. Normal
A2B1 144 258
6 Kelompok 10 0. 0. Normal
A2B2 125 258
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 62

Berdasarkan tabel di atas terlihat sehingga persyaratan normalitas


bahwa nilai Liliefors hasil terpenuhi.
perhitungan (Lo) untuk semua Rangkuman hasil penelitian
kelompok data lebih kecil dari nilai pengujian homogenitas varians
Liliefors tabel (Lt). Hal ini kelompok kombinasi perlakuan
menunjukkan bahwa kelompok dapat dilihat pada tabel di bawah
sampel penelitian ini berasal dari ini.
populasi yang berdistribusi normal,

Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians

Varians
Nilai 2hitu
Kelompok Varians (S )2
Gabungan 2tabel (0,95,3) Kesimpulan
B ng
(S2)
A1B1 16. 93
A2B1 14. 04 40.
13. 15 1. 00 7,81 Homogen
A1B2 8. 72 26
A2B2 12. 90

Dari tabel bahwa 2hitung adalah 1. 00 dan dk (0,95;3). Dengan demikian maka
dan 2tabel adalah 7. 81 dengan =0,05 varians untuk semua kelompok
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 63

d RK=J Fh=RK/R Ft
Sumber JK
b K/db KD α=0,05 α=0,01
Metode 8. 7,39
115.
Pembelaj 1 115. 6 7908745 4. 11
6
aran 25
Kecerdas 7,39
54.
an 722.
1 722. 5 9429657 4. 11
Emosiona 5
8
l
33. 7,39
435.
Interaksi 1 435. 6 1254752 4. 11
6
9
Perlakuan 3 1273. 7
Dalam 3 13.
473. 4
(d) 6 15
Total 3
1747. 1
Dikoreksi 9
perlakuan adalah homogen, sehingga (metode pembelajaran sosiodrama dan
persyaratan homogenitas terpenuhi. konvensional) dan kecerdasan
emosional terhadap hasil belajar sejarah
B. Pengujian Hipotesis siswa. Selain itu pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis, dilakukan dilakukan untuk mengetahui ada atau
analisis varians dua jalur dengan tidaknya interaksi antara variable-
interaksi (ANAVA 2 X 2) terlebih variabel bebasnya. Hasil perhitungan
dahulu dengan tujuan untuk ANAVA pada taraf signifikansi  =
mengetahui perbedaan pengaruh 0,01 dan  = 0,05. Berikut rangkuman
perlakuan metode pembelajaran penghitungannya:
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 64

= 4,11 pada taraf nyata  = 0. 05.


Berdasarkan hasil perhitungan Karena nilai Fhitung>Ftabel, maka
analisis varians dua jalur tersebut dapat hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1
disimpulkan sebagai berikut: diterima dan menunjukkan bahwa hasil
1. Hipotesis Pertama belajar sejarah siswa yang belajar
Terdapat Perbedaan Hasil Belajar dengan metode pembelajaran
Sejarah Siswa Yang Belajar Dengan sosiodrama lebih tinggi dari siswa yang
Metode Pembelajaran Sosiodrama Dan belajar dengan metode pembelajaran
Siswa Yang Belajar Dengan Metode konvensional.
Pembelajaran Konvensional. Pengujian hipotesis pertama
Hipotesis ini secara statistik menunjukkan bahwa terdapat hasil
dirumuskan sebagai berikut : belajar antara siswa yang belajar
H0 : A1<A2 dengan metode pembelajaran
H1 : A1>A2 sosiodrama lebih tinggi dari pada siswa
Keterangan : yang menggunakan metode
A1:rata-rata hasil belajar sejarah pembelajaran konvensional.
kelompok siswa yang
belajardengan metode 2. Hipotesis Kedua
pembelajaran sosiodrama Terdapat pengaruh interaksi antara

A2:rata-rata hasil belajar sejarah metode pembelajaran dan kecerdasan

kelompok siswa yang emosional terhadap hasil belajar sejarah

belajardengan metode siswa.

pembelajaran konvensional. Hipotesis ini secara statistik


dirumuskan sebagai berikut :

Berdasarkan perhitungan H0 : INT. A x B = 0

ANAVA dua jalur diperoleh Fhitung H1 : INT. A x B ≠ 0

untuk metode pembelajaran (dalam Keterangan :

kolom) sebesar 8. 791, sedangkan Ftabel


VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 65

H0: Tidak terdapat interaksi antara kedua teruji kebenarannya, karena


metode pembelajaran terdapat pengaruh interaksi antara
danKecerdasanemosional terhadap metode pembelajaran dan kecerdasan
hasil belajar sejarah siswaSMA. emosional terhadap hasil belajar sejarah
H1:Terdapat interaksi antara metode siswa SMA, sehingga hasil belajar
pembelajaran dankecerdasan sejarah siswa SMA akan lebih baik jika
emosional terhadap hasil belajar menggunakan metode pembelajaran
sejarah siswa SMA. sosiodrama untuk siswa yang
Berdasarkan hasil perhitungan mempunyai kecerdasan emosional
ANAVA dapat dilihat bahwa Fhitung tinggi.
untuk faktor interaksi yaitu 54. 94 lebih
besar dari pada Ftabel yaitu 4,11 pada 3. Hipotesis Ketiga
taraf nyata  = 0,05. Hal ini Hasil belajar sejarah siswa yang
menunjukkan terdapat pengaruh belajar dengan metode pembelajaran
interaksi antara penggunaan metode sosiodrama lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran dan kecerdasan dengan metode pembelajaran
emosional terhadap hasil belajar sejarah konvensional pada siswa yang memiliki
siswa SMA. Dengan demikian maka kecerdasan emosional tinggi.
H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis ini secara statistik
dirumuskan sebagai berikut :
H0 : A1B1<A2B1
H1 : A1B1>A2B1
Keterangan :
A1B1 : Rata-rata hasil belajar sejarah
siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran
Berdasarkan gambar histogram
sosiodrama dengan
tersebut diatas maka menunjukkan hasil
kecerdasan emosional tinggi.
pengujian menunjukkan hipotesis
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 66

A2B1 : Rata-rata hasil belajar sejarah terhadap hipotesis ketiga dapat dilihat
siswa yang belajar dengan pada tabel berikut
metode pembelajaran Kelompok Qtabel
yang Qhitung =
konvensional dengan
Dibandingkan 0,05
kecerdasan emosional tinggi.
A1B1 dan 12. 33 3. 58
A2B1
Guna membuktikan metode
pembelajaran yang memberikan hasil
yang lebih baik perlu dilakukan uji Pengujian terhadap hipotesis

perbandingan untuk kedua metode ketiga menunjukkan bahwa siswa yang

pembelajaran tersebut dengan uji mempunyai kecerdasan emosional

Tuckey. Hasil pengujian membuktikan tinggi yang belajar menggunakan

adanya perbedaan antara kelompok metode pembelajaran sosiodrama, hasil

siswa yang mempunyai kecerdasan belajar sejarah yang diraihnya lebih

emosional tinggi yang belajar dengan baik daripada siswa yang belajar

metode pembelajaran sosiodrama dengan metode pembelajaran

dengan siswa yang belajar dengan konvensional. Ini menunjukkan bahwa

metode pembelajaran konvensional. metode pembelajaran secara signifikan

Hasil analisis varians dan uji dapat meningkatkan hasil belajar

pembanding dengan uji Tuckey sejarah siswa.

disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah Pemahaman yang mendalam

siswa yang mempunyai kecerdasan yang kemudian diwujudkan dengan

emosional tinggi yang belajar dengan hasil belajar yang baik diawali dengan

metode pembelajaran sosiodrama lebih proses pembelajaran dimana siswa

tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibawa untuk melakoni proses dari

belajar dengan metode pembelajaran peristiwa sejarah memungkinkan siswa

konvensional. Rangkuman uji Tuckey lebih menguasai materi dalam


pembelajarannya karena setiap siswa
dimungkinkan untuk memerankan dan
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 67

menjadi pelaku dari peristiwa sejarah metode pembelajaran


baik secara individu maupun kelompok sosiodrama dengan kecerdasan
melalui tampilan presentasi yang emosional rendah
disajikan. Metode pembelajaran A2B2 =Rata-rata hasil belajar sejarah
sosiodrama dapat meningkatkan hasil siswa yang belajar dengan
belajar sejarah siswa karena diduga metode pembelajaran
karena memunculkan pemahaman akan konvensionaldengan kecerdasan
pelaku dan peristiwa sejarah dimana emosional rendah.
siswa seakan-akan berada atau sebagai
pelaku dari peristiwa tersebut sehingga Untuk membuktikan metode
dapat meningkatkan penguasaan pembelajaran yang memberikan hasil
materi. belajar yang lebih baik perlu dilakukan
uji perbandingan untuk kedua metode
4. Hipotesis Keempat pembelajaran tersebut dengan uji
Siswa yang mempunyai Tuckey. Berdasarkan hasil analisis
kecerdasan emosional rendah yang varians dan uji Tuckey terhadap dua
belajar dengan metode pembelajaran kelompok perlakuan tersebut dapat
sosiodrama hasil belajarnya lebih disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah
rendah dibandingkan siswa yang belajar pada kelompok siswa yang mempunyai
dengan metode pembelajaran kecerdasan emosional rendah yang
konvensional. belajar dengan metode pembelajaran
Hipotesis ini secara statistik konvensional tidak lebih baik
dirumuskan sebagai berikut : dibandingkan dengan kelompok siswa
H0 :A1B2 >A2B2 yang belajar dengan metode
H1 :A1B2 <A2B2 pembelajaran sosiodrama.
Keterangan : Rangkuman uji Tuckey terhdap
A1B2 =Rata-rata hasil belajar sejarah hipotesis keempat dapat dilihat pada
siswa yang belajar dengan tabel berikut:
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 68

Kelompok Qtabel
yang Qhitung
 = 0,05
dibandingkan
A1B2 dan
A2B2 3. 95 3,58

Keterangan : Pengujian hipotesis ini


A1B2 : Hasil belajar sejarah siswa yang angkanya menunjukkan lebih besar
belajar dengan metode pada metode sosiodrama, sedangkan
pembelajaran sosiodrama yang seharusnya angka tersebut harus lebih
mempunyai kecerdasan kecil Q hitung dari Q tabel yang
emosional rendah. berikutnya menunjukkan hasil yang
A2B2 : Hasil belajar sejarah siswa yang tidak signifikan, artinya hasil belajar
belajar dengan metode siswa yang mempunyai kecerdasan
pembelajaran konvensional emosional rendah yang belajar dengan
yang mempunyai kecerdasan metode pembelajaran konvensional
emosional rendah. masih lebih rendah dibandingkan
dengan siswa yang belajar dengan
metode pembelajaran sosiodrama.

Kelompok yang Qhitung Qtabel Kesimpulan


dibandingkan
A1 dan A2 5. 93 3. 44 signifikan

A1B1 dan A2B2 14. 67 3. 58 signifikan

A2B1 dan A1B2 6. 29 3. 58 signifikan

A1B1 dan A2B1 12. 33 3. 58 signifikan

A1B2 dan A2B2 3. 95 3. 58 tidak signifikan


VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 69

F. KESIMPULAN, menunjukkan hasil belajar yang lebih


IMPLIKASIDAN SARAN baik apabila menggunakan metode
a. Kesimpulan pembelajaran konvensional.
Setelah semua tahap penelitian Ketiga, siswa dengan
dilakukan, mulai dari pembuatan kecerdasan emosional tinggi terbukti
proposal penelitian, tinjauan pustaka, dapat menunjukkan hasil belajar
penyusunan instrumen penelitian yang Sejarah yang lebih baik apabila
dilanjutkan dengan uji coba dan menggunakan metode pembelajaran
penyempurnaan instrumen penelitian, sosiodrama dibandingkan dengan
sampai dengan pengumpulan data dan metode pembelajaran konvensional.
analisis data, maka ditariklah sebuah Keempat, siswa dengan kecerdasan
kesimpulan penelitian. emosional rendah tidak dapat
Pertama, terdapat perbedaan menunjukkan hasil belajar Sejarah yang
hasil belajar Sejarah pada siswa SMA; lebih baik apabila menggunakan
yakni antara siswa yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional
metode pembelajaran sosiodrama dan dibandingkan dengan metode
siswa yang mendapatkan metode pembelajaran sosiodrama.
pembelajaran konvensional. Kedua,
terdapat pengaruh interaksi antara b. Implikasi
penggunaan metode pembelajaran dan
kecerdasan emosional yang dimiliki Pertama, jika terdapat
oleh siswa terhadap hasil belajar perbedaan hasil belajar Sejarah pada
Sejarah. Siswa dengan kecerdasan siswa SMA; yakni antara siswa yang
emosional tinggi menunjukkan hasil mendapatkan metode pembelajaran
belajar yang lebih baik apabila sosiodrama dan siswa yang
menggunakan metode pembelajaran mendapatkan metode pembelajaran
sosiodrama, sedangkan siswa dengan konvensional, maka penelitian ini
kecerdasan emosional rendah menunjukkan adanya pengaruh
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 70

penggunaan metode pembelajaran maka sebaiknya siswa tersebut


sosiodrama terhadap metode diberikan metode pembelajaran
pembelajaran konvensional. Kedua, sosiodrama.
jika terdapat pengaruh interaksi antara
penggunaan metode pembelajaran dan c. Saran
kecerdasan emosional yang dimiliki Pertama, guru mata pelajaran
oleh siswa terhadap hasil belajar Sejarah SMA sebaiknya dapat
Sejarah, maka siswa dengan kecerdasan menggunakan metode pembelajaran
emosional tinggi akan menunjukkan sosiodrama sehingga dapat
hasil belajar yang lebih baik apabila meningkatkan hasil belajar yang lebih
menggunakan metode pembelajaran baik. Kedua, dalam menerapkan
sosiodrama, sebaliknya, siswa dengan metode pembelajaran, guru hendaknya
kecerdasan emosional rendah akan memperhatikan kecerdasan emosional
menunjukkan hasil belajar yang lebih siswanya. Dengan mengetahui
baik apabila menggunakan metode kecerdasan emosional siswa, guru
pembelajaran konvensional. dapat memilih metode pembelajaran
Ketiga, jika terdapat pengaruh mana yang dapat mengakomodasi
antara siswa dengan kecerdasan kecerdasan emosional siswa baik tinggi
emosional tinggi dan metode maupun rendah sehingga dapat
pembelajaran sosiodrama, maka siswa meningkatkan hasil pembelajaran.
tersebut akan menunjukkan hasil Ketiga, apabila guru
belajar Sejarah yang lebih baik mendapatkan bahwa siswanya
dibandingkan dengan metode memiliki kecerdasan emosional tinggi,
pembelajaran konvensional. Keempat, guru sebaiknya menggunakan metode
jika siswa dengan kecerdasan pembelajaran sosiodrama sehingga
emosional rendah diberikan metode dapat meningkatkan hasil belajar yang
pembelajaran konvesional ternyata lebih baik. Keempat, apabila guru
menunjukkan hasil belajar pada mata mendapatkan bahwa siswanya
pelajaran Sejarah yang lebih rendah, memiliki kecerdasan emosional rendah,
VOLUME 16,
VOLUME 16, NOMOR
NOMOR 2,
2, APRIL
APRIL 2017
2017 71

guru sebaiknya menggunakan metode Arifin, Eva, Teknik Konseling di Media


Massa, Yogyakarta: Graham
pembelajaran konvensional untuk
Ilmu, 2010.
memperoleh hasil belajar yang lebih
Borba,Michele, Membangun
baik.
Kecerdasan Moral Tujuh
Kebajikan Utama Agar Anak
Bermoral Tinggi, (Building
DAFTAR PUSTAKA
Moral Intelligence The Seven
Essential Vitues That Teach
Abdullah , Taufik, Di Sekitar
Kids To Do The Right Thing),
Pengajaran Sejarah yang
Penerjemah : Lina Yusuf,
Rekflektif dan Inspiratif. Sejarah
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
No. 6 Pebraari . Jakarta:
Utama. , 2008,
Gramedia, 1996,
Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily
Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia
Calhoun, Model-Model
Sukses Membangun
Pengajaran Edisi Kedelapan,
Kecerdasan Emosional dan
Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
spiritual, Jakarta : Agra, 2003
2009
Albani, Aldi http://aldialbani. blogspot.
Enterprise, Jubilee, Meningkatkan
com/2013/01/teori-sekolah-
Prestasi Akademik Dengan
efektif. html. , (diakses jam 0832
Internet Apapun Masalah Di
ahad minggu 24932013E).
Bangku Sekolah Bisa
Dipecahkan Di Dunia Maya,
Alfian, Magdalia. 2007. “Pendidikan
Jakarta : PT Elex Media
Sejarah dan Permasalahan
Komputindo, 2010,
yang Dihadapi”.
Makalah. Disajikan dalam
E Mulyana, Kurikulum Tingkat Satuan
Seminar Nasional Ikatan
Pendidikan, KTSP Suatu
Himpunan Mahasiswa Sejarah
Panduan Praktis, Bandung: PT
Se-Indonesia (IKAHIMSI),
Remaja Rosdakarya, 2010.
Semarang 16 April 2007
Gagne, Robert, Kondisi Belajar dan
Anderson, Lorin W. Krathwohl, David
Teori Pembelajaran.
(2001). A Taxonomy for
Terjemahan Munandar, MA,
Learning, Teaching, and
Jakarta: Depdikbud, 1989
Assessing. New York: Addison
Wesley Longman, Inc. 2001.
Gazalba, Sidi, Pengantar Sejarah
Sebagi Ilmu, jakarta : Bratara, 1981.
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 72

Goleman, Daniel. Emotional


Intelligence Isjoni. . Pembelajaran Sejarah Pada
(terjemahan),Jakata : PT Satuan Pendidikan. Bandung :
Gramedia Pustaka Utama, 2002 Alfabeta, 2007

Gottschalk, Louis,Mengerti Sejarah Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu


Jakarta: UI Press, 2006 Sosial Dalam Metodologi
Sejarah, Jakarta : PT Gramedia
Gottman, John, dan Claire, Joan De, Pustaka, 2002
Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Anak, Jakarta : PT Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu
Gramedia Pustaka Utama, Sejarah,Yogyakarta: Bentang Bhudaya
2008,. 2009.

Haryanto, Nia, Ada Apa Dengan Otak Mangkunegara, Anwar Prabu, Evaluasi
Tengah Mengungkap Rahasia Kinerja SDM, (Bandung :
Di Balik Kesehatan Otak Refika Cipta, 2005), h.
Tengah Di Tengah Kontroversi 3Goleman, Daniel. Emotional
Disertai Panduan Mandiri Intelligence
Mengoptimalisasi Otak Tengah, (terjemahan),Jakata : PT
Yogyakarta :Gradient Gramedia Pustaka Utama, 2002
Mediatama, 2010
Mulyasa. Standar Kompetensi dan
Hastomo, Agung dan Rukmini, Srii. Sertifikasi Guru, Bandung :
Penerapan metode Rosda Karya, 2008
pembelajaran sosiodrama
dalam membimbing siswa Notosusanto, Nugroho, Unsure Unsure
berperilaku mal-adaptif pada Dasar Penelitian Dan
Sekolah Dasar Negeri Penulisan Sejarah Seri Teks
Minomartani VI Ngaglik Book Sejarah Abri, Jakarta :
Sleman Yogyakarta (hasil Hankam Pusjarah ABRI, 1971
penelitian,. 2008, dalam PDII-
LIPI), Peter Solevey dan D J Sulyster
Emotional devekiokent and
Hassan, Aini. ‘Pengajaran dan Emotional Inteligence, New
Pembelajaran Sejarah di York;, Basic Book, 1997
Sekolah : Guru Sebagai Broker
Ilmu Sejarah’ Dalam Jurnal Prasetyo, J Reza, dan Andriani, Yeni,
Masalah Pendidikan. Jilid 21. Multiply Your Multiple
Hal 109-123. http://myais. Intelligences Melatih
fsktm. um. edu. my/5154/1/8. Kecerdasan Majemuk Pada
pdf (diakses pada tanggal 28 Anak Dan Dewasa, Yogyakarta:
Desember 2009) Adi, 2009
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 73

Sirangman, K T, The Psychology of


Ramayulis, Metodologi Pendidikan, emtion New York : Chichester,
Jakarta : Kalam Mulia, 2010 John Wiley & Sons, 1998

S. K. Kochhar, Pembelajaran Sejarah. Smith, Mark K dkk, (terjemahan


Terjemahan Purwanta dan Shaleh, Qodir Abdul), Teori
Yovita Hardiati. (Jakarta : PT Pemelajaran Dan Pengajaran
Grasindo, 2008. )Hassan,. Mengukur Kesuksesan Anda
1998. “Pengajaran dan Dalam Proses Belajar
Pembelajaran Sejarah di Mengajar Bersama Psikog
Sekolah : Guru Sebagai Broker Pendidikan Dunia Dilengkapi
Ilmu Sejara”. Dalam Jurnal Dengan Manajemen Ingatan
Masalah Pendidikan. Jilid 21. Emosional Dan Cara Cepat
Hal 109-123. Dalam Memperbaiki Daya Ingat,
http://myais. fsktm. um. edu. Sebuah Panduan Inspiratif Bagi
my/5154/1/8. pdf (diakses pada PengajarDan Pembelajar,
tanggal 28 Desember 2009) Bandung : Mirza Media
Pustaka, 2009
-------,Pembelajaran Sejarah.
Terjemahan Purwanta dan Sujiono, Nurani Yuliani, dan Sujiono,
Yovita Hardiati. (Jakarta : PT Bambang, Bermain Kreaktif
Grasindo, 2008. ) Berbasis Kecerdasan Jamak,
Jakarta, PT Indeks, : 2010
Sangkanparan,Hartono, Dahsyatnya
Otak Tengah Jadikan Anak Sukmadinata, Syaolih Nana, Metode
Anda Cerdas Saat Ini Juga, Penelitian Pendidikan,
Jakarta :, Visimedia. , 2010 Bandung :, kerjasama Program
Pasca Sarjana Universitas
Sapriya. Pendidikan IPS. Bandung : PT Pendidikan Indonesia dengan
Remaja Rosda Karya, 2009. PT Remaja Rosdakarya, 2010

Sarasehan nasional pengembangan Suparman, Atwi, Model Model


pendidikan budaya dan karakter Pembelajaran Interaktif,
bangsa, Jakarta : STIA LAN, 2010

Sarwono, Sarlito Wirawan, Kecerdasan Triyono, Pengaruh Kecerdasan


Emosi, (koran Suara Indonesia) Emosional Sikap Kerjadan
Joseph LeDoux, The Emotional Motivasi Kerja Terhadap
Brain (New York: Simon & Pengambilan Keputusan
Schuster, 1996) Individual Kausal di Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia
2009, disertasi Program Studi:
VOLUME 16, NOMOR 2, APRIL 2017 74

Manajemen Pendidikan, PPs Kecerdasan, Jakarta : Bumi


UNJ, Jakarta, 2010 Aksara, 2010,

Uno, H Hamzah B dan Kuadrat, Masri, Wahab, Azis H Abdul, Metode Dan
Mengelola Kecerdasan Dalam Model Model Mengajar, Ilmu
Pembelajaran Sebuah Konsep Pengetahuan Sosial (IPS),
Pembelajaran Berbasis Bandung : Alfabeta, 2007,

Anda mungkin juga menyukai