Anda di halaman 1dari 11

Moral Dan Penyimpangan

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu :
Akke Azhar Annisa, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 3


1.Muhammad Faisal Husain (0101.2001.103)
2. Nanda Nul Alfiah ( 0101.2001.073)
3. Fani Nur Anggraeni ( 0101,2001,062 )

Kelas Kuantitatif X / Non Reguler / Semester 6

FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI DR.KH.EZ.Muttaqien Purwakarta
Jl. Raya Terusan Maracang No.35 Purwakarta Jawa Barat
Email: kampuskita@staimuttaqien.ac.id Website: www.staimuttaqien.ac.id

TAHUN AKADEMIK 1444-1445H / 2023-2024M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Moral Dan
Penyimpangan” ini. Sholawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari
alam kejahilia ke alam yang terang benderang yang disinari oleh ilmu
pengetahuan, iman dan islam.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah


membantu dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “ Moral Dan
Penyimpangan” ini. Kami sadar, dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.

Purwakarta,27 Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1 Pengertian Penyimpangan…………......................................................... 5
2.2 Konsep Dasar Penyimpangan Sosial……................................................. 9
2.3 Karakter Pendidikan…………………………………………………….. 10
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok untuk mendewasakan, memben-tuk dan melatih seseorang atau kelompok
menjadi lebih baik. Pendidikan juga adalah proses pembelajaran dan pewarisan nila-nilai
budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat. Sekolah merupakan salah satu
pendidikan formal yang dibuat suatu negara untuk menciptakan masyarakat dan individu
yang memiliki kualitas dan meningkatkan setiap potensi yang ada dalam diri individu
untuk menjadi warga masyarakat yang lebih baik sehingga berguna bagi individu tersebut
maupun bagi orang lain dikemudian hari.
Perilaku atau tindakan manusia pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari proses
berpikir. Karena dari proses berpikilah yang menentukan tindakantindakan yang
dilakukan manusia. Proses berpikir adalah suatu kelebihan yang dimiliki manusia
dibandingkan mahkluk lain. Dengan berpikir, manusia menilai, menganalisis dan
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang diputuskannya.Dari berpikir inilah yang
membedakan manusia lebih dikatakan istimewa dibandingkan dengan makhluk
lainnya.Apa apa yang keluar dari pribadi individu tidak bisa dilepaskan dari proses
berpikir itu sendiri, terlebih khusus dengan tindakan yang dilakukan manusia. Tindakan
manusia itu sendiri tidak hanya bisa kita pelajari atau lihat dengan hanya berorientasi
pada impuls dan respon, melainkan juga kita harus mempertimbangkan proses dari antara
kedua hal tersebut sebelum manusia tersebut memutuskan sebuah tindakan yang
dilakukannya. Karena pada dasarnya tindakan manusia tidak bersifat universal namun
setiap tindakan memilki arti dan makna tertentu dari pelaku tindakan-tindakan itu secara
implisit. Perilaku/tindakan menyimpang menjadi salah satu objek kajian dari studi
sosiologi. Perilaku menyimpang sendiri dalam sosiologi adalah perilaku individu maupun
kelompok masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau
norma yang berlaku. Secara sederhana kita memang dapat mengatakan, bahwa seorang
berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat (minimal
di suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau tindakan tersebut di luar
kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai atau norma sosial yang berlaku.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Penyimpangan ?
2. Bagaimana Konsep dasar penyimpngan sosial ?
3. Bagaimana bentuk Pendidikan dalam membentuk karakter?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penyimpangan
2. Untuk mengetahui konsep dasar penyimpangan social
3. Untuk mengetahui bentuk Pendidikan karakter

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyimpangan

Penyimpangan merupakan sisi negatif dari bentuk perilaku positif, perilaku

yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat, baik itu norma

hukum, norma kesusilaan, kesopanan dan juga norma agama. Menurut Bruce J,

Cohen, ukuran yang manjadi dasarnya penyimpangan bukan baik atau buruk, benar

atau salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai

sosial suatu masyarakat.

Penyimpangan sosial pada umumnya dikaitkan dengan hal-hal yang negative.

Dalam norma agama, tindakan gantung diri ini merupakan suatu penyimpangan

sosial. Karena dalam pandangannya norma agama ini merupakan peraturan hidup

yang harus diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan-larangan dan ajaran-

ajaran yang bersumber dari tuhan yang maha esa. Norma agama di tujukkan bagi

umat manusia agar mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala

larangannya.Yang bersumber darikitab suci bagi masing-masing penganut agama.

5
Tetapi pelanggaran terhadap norma agama akan mendapatkan hukuman dari tuhan

yang maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat berbeda dengan norma-norma lainnya.

Menurut James V. Zanden (Nurseno, 2007:101), penyimpangan merupakan perilaku

yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas

toleransi.Nurseno (2007: 102) penyimpangan sebenarnya tidak selalu berarti negatif,

melainkan ada yang positif.

Dengan demikian, penyimpangan sosial dapat di bedakan menjadi dua macam,

yaitu: (i) penyimpangan positif Penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial

yang ideal (didambakan) walaupun cara yang dilakukan itu seolah-olah menyimpang

dari norma yang berlaku, padahal sebenarnya tidak. Seseorang dikatakan

menyimpang secara positif jika dia berusaha merealisasikan suatu cita-cita, tetapi

masyarakat tidak dapat menerima caranya, (ii) Penyimpangan Negatif Penyimpangan

negatif adalah kecenderungan bertindak kearah nilai-nilai sosial yang di pandang

rendah dan akibatnyapun selalu buruk

B. Konsep Penyimpangan Sosial

Konsep Penyimpangan sosial Dalam perbuatan sehari-hari, terdapat berbagai aturan

dalam masyarakat yang dibuat untuk membina dan menuntut seseorang dan kelompok di

dalam masyarakat itu agar saling bertindak, berbuat, dan bertingkah laku sesuai dengan

aturan itu yang telah disusun dengan tujuan mencapai kebaikan bersama. Namun, masih saja

terdapat berbagai tindakan dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma

tersebut.Penyimpangan sosial merupakan suatu perilaku, tanggapan, sikap, ataupun perbuatan

yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat.

Penyimpangan sosial juga diartikan sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai

kesusilaan (moral) dan kepatutan, baik dalam sudut pandang agama maupun sosial

kemasyarakatan. Salah seorang kriminolog Indonesia, Romli Atmasasmita (Anwar, 2010:

6
319) mengutip pendapat Durkheim yang mengemukakan bahwa terjadinya penyimpangan

tingkah laku yaitu adanya tradisi yang telah menghilang dan telah terjadi deregulasi di dalam

masyarakat. Selanjutnya, masih menurut Romli Atmasasmita yang mengutip pendapat

Merton, mengemukakan bahwa penyimpangan tingkah laku atau deviantmerupakan gejala

dari suatu struktur masyarakat dimana aspirasi budaya yang telah terbentuk terpisah dari

sarana yang tersedia dari masyarakat.

Elly Setiadi dan Usman Kolip (Setiadi, 2011: 187) memberikan pengertian yang lebih

sederhana bahwa perilaku menyimpang adalah semua perilaku manusia yang dilakukan baik

secara individual maupun secara kelompok yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang

berlaku di dalam kelompok tersebut. Hal ini didukung oleh James Vander Zander, (Setiadi,

2011: 188) yang membuat batasan perilaku menyimpang meliputi semua tindakan yang

dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.

Adapun Robert M. Z. Lawang (Setiadi, 2011: 188), membatasi perilaku menyimpang

meliputi semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu

sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dari sistem itu untuk

memperbaiki perilaku tersebut. Bruce J. Cohen membatasi perilaku menyimpang sebagai

setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau

kelompok tertentu dalam masyarakat. Paul B. Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku

yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat

C. Pendidikan dan Pembentukan Karakter


Akar kata karakter dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya

"tools for marking", "to engrave", dan "pointed stake". Kata ini mulai banyak digunakan

dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris

menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus

Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

7
budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas

dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir

atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik, dan berbeda atau

dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama

antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat

dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau

`berkarakter' tercela). Karakter sebagai pengembangan kualitas diri, tidak berkembang

dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor

bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para developmental psychologist,

setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan,

termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilainilai kebajikan. Dalam hal ini,

Confusius -seorang filsuf terkenal Cinamenyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki

potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan

sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi binatang,

bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan anak yang berkaitan

dengan nilai-nilai kebajikan – baik.

di keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas - sangat penting dalam

pembentukan karakter seorang anak. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa dalam proses

penyelenggaraan pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun

lebih jauh dari itu, yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan

watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika

serta perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fenomena sosial yang muncul akhir-

akhir ini cukup mengkhawatirkan. Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah

menjadi hal yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi.

Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan kehendak satu

8
kelompok terhadap kelompok lain cenderung dianggap biasa. Hukum begitu jeli pada

kesalahan, tetapi buta pada keadilan. Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun

dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang

kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni

kelompok-kelompok baru yang saling mengalahkan, bahkan saling meniadakan. Fenomena

tersebut, dapat memunculkan keraguan akan fungsi utama pendidikan. Dalam hal ini fungsi

utama pendidikan telah tereduksi menjadi alat yang secara mekanik hanya menciptakan anak

didik yang pintar menguasai bahan ajar untuk sekedar lulus ujian. Padahal diketahui bahwa

pendidikan merupakan upaya memanusiawikan manusia, yang di dalamnya tercermin proses

transformasi nilai-nilai luhur peradaban.

Pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan

warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun

peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan

yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat,

positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya,

jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan

peradaban yang dibangun pun menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dalam

fondasi yang amat lemah. Membangun karakter anak adalah modal dasar membangun

peradaban tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja-sama, patuh

pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan

sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Ketidakteraturan sosial menghasilkan berbagai

bentuk tindak kriminal, kekerasan, terorisme dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan

memiliki tanggung jawab besar untuk mengembangkan karakter bangsa.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyimpangan sosial sebagai perbuatan jahat atau negatif pada hakikatnya merugikan

diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun demikian di era

globalisasi ini, di mana adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,

serta banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

budaya bangsa kita, mengakibatkan semakin banyaknya jenis penyimpangan sosial yang

terjadi di masyarakat.

Disiplin siswa merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan dan tingkah laku

siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di

sekolah. Adanya budaya tertib bagi siswa diharapkan siswa dapat memahami bahwa

ketertiban itu perlu agar dapat hidup serasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu

lembaga sekolah harus menggunakan metode-metode penerapan tata tertib yang tepat

agar siswa dapat mematuhi keinginan tuntutan pendidikan. Pendidik harus dapat

menunjukkan secara konsisten pada siswa mengenai tingkah laku mana yang dinilai baik

dan mana yang tidak.

Peran dan tanggungjawab bapak dan ibu, dalam hal ini keluarga sangat menentukan

dalam pembentukan karakter anak, karena bapak dan ibu merupakan pendidik utama dan

pertama bagi anak-anaknya. Terutama Ibu, bukan hanya mengandung dan menyusui,

melainkan ibu dapat mendampingi seorang anak menghabiskan banyak waktunya. Di saat

10
itulah kontribusi pendidikan keluarga sangat menentukan pembentukan karakter anak.

Sentuhan rasa cinta dan kasih sayang, pembiasaan, dan keteledanan menjadi peletak dasar

terbentuknya karakter anak, hingga anak tersebut tumbuh menjadi dewasa dengan

kepribadian yang utuh

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Danim, Sudarwan, Agenda

Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

tentang Pendidikan. Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo. Jakarta

http://www.investorindonesia.com/21 Oktober 2009

http://www.mediaindonesia.com/read/21 Oktober 2009 Shihab, M. Quraish. 2000.

Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan. Jakarta Shihab, M.

Quraish. 2006. Perempuan. Lentera Hati. Jakarta Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru

Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai