Dosen Pengampu :
Akke Azhar Annisa, M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Moral Dan
Penyimpangan” ini. Sholawat beserta salam tak lupa kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari
alam kejahilia ke alam yang terang benderang yang disinari oleh ilmu
pengetahuan, iman dan islam.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1 Pengertian Penyimpangan…………......................................................... 5
2.2 Konsep Dasar Penyimpangan Sosial……................................................. 9
2.3 Karakter Pendidikan…………………………………………………….. 10
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok untuk mendewasakan, memben-tuk dan melatih seseorang atau kelompok
menjadi lebih baik. Pendidikan juga adalah proses pembelajaran dan pewarisan nila-nilai
budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat. Sekolah merupakan salah satu
pendidikan formal yang dibuat suatu negara untuk menciptakan masyarakat dan individu
yang memiliki kualitas dan meningkatkan setiap potensi yang ada dalam diri individu
untuk menjadi warga masyarakat yang lebih baik sehingga berguna bagi individu tersebut
maupun bagi orang lain dikemudian hari.
Perilaku atau tindakan manusia pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari proses
berpikir. Karena dari proses berpikilah yang menentukan tindakantindakan yang
dilakukan manusia. Proses berpikir adalah suatu kelebihan yang dimiliki manusia
dibandingkan mahkluk lain. Dengan berpikir, manusia menilai, menganalisis dan
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang diputuskannya.Dari berpikir inilah yang
membedakan manusia lebih dikatakan istimewa dibandingkan dengan makhluk
lainnya.Apa apa yang keluar dari pribadi individu tidak bisa dilepaskan dari proses
berpikir itu sendiri, terlebih khusus dengan tindakan yang dilakukan manusia. Tindakan
manusia itu sendiri tidak hanya bisa kita pelajari atau lihat dengan hanya berorientasi
pada impuls dan respon, melainkan juga kita harus mempertimbangkan proses dari antara
kedua hal tersebut sebelum manusia tersebut memutuskan sebuah tindakan yang
dilakukannya. Karena pada dasarnya tindakan manusia tidak bersifat universal namun
setiap tindakan memilki arti dan makna tertentu dari pelaku tindakan-tindakan itu secara
implisit. Perilaku/tindakan menyimpang menjadi salah satu objek kajian dari studi
sosiologi. Perilaku menyimpang sendiri dalam sosiologi adalah perilaku individu maupun
kelompok masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau
norma yang berlaku. Secara sederhana kita memang dapat mengatakan, bahwa seorang
berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat (minimal
di suatu kelompok atau komunitas tertentu) perilaku atau tindakan tersebut di luar
kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai atau norma sosial yang berlaku.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Penyimpangan ?
2. Bagaimana Konsep dasar penyimpngan sosial ?
3. Bagaimana bentuk Pendidikan dalam membentuk karakter?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian penyimpangan
2. Untuk mengetahui konsep dasar penyimpangan social
3. Untuk mengetahui bentuk Pendidikan karakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyimpangan
yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat, baik itu norma
hukum, norma kesusilaan, kesopanan dan juga norma agama. Menurut Bruce J,
Cohen, ukuran yang manjadi dasarnya penyimpangan bukan baik atau buruk, benar
atau salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai
Dalam norma agama, tindakan gantung diri ini merupakan suatu penyimpangan
sosial. Karena dalam pandangannya norma agama ini merupakan peraturan hidup
ajaran yang bersumber dari tuhan yang maha esa. Norma agama di tujukkan bagi
5
Tetapi pelanggaran terhadap norma agama akan mendapatkan hukuman dari tuhan
yang maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat berbeda dengan norma-norma lainnya.
yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal tercela dan diluar batas
yaitu: (i) penyimpangan positif Penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial
yang ideal (didambakan) walaupun cara yang dilakukan itu seolah-olah menyimpang
menyimpang secara positif jika dia berusaha merealisasikan suatu cita-cita, tetapi
dalam masyarakat yang dibuat untuk membina dan menuntut seseorang dan kelompok di
dalam masyarakat itu agar saling bertindak, berbuat, dan bertingkah laku sesuai dengan
aturan itu yang telah disusun dengan tujuan mencapai kebaikan bersama. Namun, masih saja
terdapat berbagai tindakan dan perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma
yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang ada di dalam masyarakat.
Penyimpangan sosial juga diartikan sebagai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai
kesusilaan (moral) dan kepatutan, baik dalam sudut pandang agama maupun sosial
6
319) mengutip pendapat Durkheim yang mengemukakan bahwa terjadinya penyimpangan
tingkah laku yaitu adanya tradisi yang telah menghilang dan telah terjadi deregulasi di dalam
dari suatu struktur masyarakat dimana aspirasi budaya yang telah terbentuk terpisah dari
Elly Setiadi dan Usman Kolip (Setiadi, 2011: 187) memberikan pengertian yang lebih
sederhana bahwa perilaku menyimpang adalah semua perilaku manusia yang dilakukan baik
secara individual maupun secara kelompok yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di dalam kelompok tersebut. Hal ini didukung oleh James Vander Zander, (Setiadi,
2011: 188) yang membuat batasan perilaku menyimpang meliputi semua tindakan yang
dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh sejumlah besar orang.
meliputi semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dari sistem itu untuk
setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau
kelompok tertentu dalam masyarakat. Paul B. Horton, penyimpangan adalah setiap perilaku
"tools for marking", "to engrave", dan "pointed stake". Kata ini mulai banyak digunakan
dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris
menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus
Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
7
budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas
dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir
atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik, dan berbeda atau
dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama
antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat
dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau
dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu dipengaruhi oleh faktor
bawaan (nature) dan faktor lingkungan (nurture). Menurut para developmental psychologist,
setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan,
termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilainilai kebajikan. Dalam hal ini,
Confusius -seorang filsuf terkenal Cinamenyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan dan
sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi binatang,
bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan anak yang berkaitan
di keluarga, sekolah, maupun lingkungan yang lebih luas - sangat penting dalam
pembentukan karakter seorang anak. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa dalam proses
penyelenggaraan pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun
lebih jauh dari itu, yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan
watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika
serta perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fenomena sosial yang muncul akhir-
menjadi hal yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi.
Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan kehendak satu
8
kelompok terhadap kelompok lain cenderung dianggap biasa. Hukum begitu jeli pada
kesalahan, tetapi buta pada keadilan. Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun
dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang
kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni
tersebut, dapat memunculkan keraguan akan fungsi utama pendidikan. Dalam hal ini fungsi
utama pendidikan telah tereduksi menjadi alat yang secara mekanik hanya menciptakan anak
didik yang pintar menguasai bahan ajar untuk sekedar lulus ujian. Padahal diketahui bahwa
warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun
peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan
yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat,
positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya,
jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan
peradaban yang dibangun pun menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dalam
fondasi yang amat lemah. Membangun karakter anak adalah modal dasar membangun
peradaban tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja-sama, patuh
pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan
sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Ketidakteraturan sosial menghasilkan berbagai
bentuk tindak kriminal, kekerasan, terorisme dan lain-lain. Oleh karena itu pendidikan
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyimpangan sosial sebagai perbuatan jahat atau negatif pada hakikatnya merugikan
diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat yang ada di sekitarnya. Namun demikian di era
globalisasi ini, di mana adanya kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
serta banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa kita, mengakibatkan semakin banyaknya jenis penyimpangan sosial yang
terjadi di masyarakat.
Disiplin siswa merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan dan tingkah laku
siswa sesuai dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di
sekolah. Adanya budaya tertib bagi siswa diharapkan siswa dapat memahami bahwa
ketertiban itu perlu agar dapat hidup serasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu
lembaga sekolah harus menggunakan metode-metode penerapan tata tertib yang tepat
agar siswa dapat mematuhi keinginan tuntutan pendidikan. Pendidik harus dapat
menunjukkan secara konsisten pada siswa mengenai tingkah laku mana yang dinilai baik
Peran dan tanggungjawab bapak dan ibu, dalam hal ini keluarga sangat menentukan
dalam pembentukan karakter anak, karena bapak dan ibu merupakan pendidik utama dan
pertama bagi anak-anaknya. Terutama Ibu, bukan hanya mengandung dan menyusui,
melainkan ibu dapat mendampingi seorang anak menghabiskan banyak waktunya. Di saat
10
itulah kontribusi pendidikan keluarga sangat menentukan pembentukan karakter anak.
Sentuhan rasa cinta dan kasih sayang, pembiasaan, dan keteledanan menjadi peletak dasar
terbentuknya karakter anak, hingga anak tersebut tumbuh menjadi dewasa dengan
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Danim, Sudarwan, Agenda
Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
tentang Pendidikan. Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo. Jakarta
Wawasan al-Quran, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan. Jakarta Shihab, M.
Quraish. 2006. Perempuan. Lentera Hati. Jakarta Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru
11