Kelompok :
Adib Santoso (190721637703)
Agus Setyo Budi (190721637687)
Alifvia Novita Putri Romadhoni (190721637603)
Aulia Nindy Fadila Gastama (190721637625)
Ayuni Nunuk Fatmasari (190721637694)
Chahya Ramadhanti Amalia I. (197221637735)
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya yang telah memberikan kami kemudahan dalam menyusun makalah
ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Selain itu, kami mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua,
keluarga serta Bapak/Ibu dosen yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dengan
judul “Moral dan Spiritual”.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untulk itu, kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca
agar nantinya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP14
4.1. Kesimpulan …………………………………………………………...14
4.2. Saran ………………………………………………………………….14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Soseno (dalam Muryono, 2009) moral adalah keyakinan
mengenai apa yang baik dan apa yang buruk serta keyakinan akan norma-
norma kelakuan manusia untuk menentukan apakah suatu tindakan atau sikap
itu benar atau salah. Perkembangan moral merupakan hal yang sangat penting
karena di era global sekarang ini banyak perilaku yang menyimpang dari
kepribadian Indonesia. Oleh sebab itu perlu adanya bimbingan dari orang tua
atau guru untuk mendidik moral anak. Ada banyak tahapan dalam
perkembangan moral ini yaitu Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-
Konvensional), Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) danTingkat
Post Konvensional (Moralitas Post-konvensional).
1
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui definisi dari moral dan spiritual
1.3.2. Mengetahui proses perkembangan moral dan spiritual
1.3.3. Mengetahui Tahapan perkembangan moral dan spiritual
1.3.4. Mengetahui implikasi moral dan spiritual pada guru
1.3.5. Mengetahui permasalahan perkembangan moral dan spiritual
1.3.6. Mengetahui solusi permasalahan moral dan spiritual
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
keindahan, kebenaran, kesatuan, dan pengorbanan dalam hidup, serta
individu mampu menghargai individu yang lain dan makhluk hidup
lainnya.
4
perkembangan keagamaannya cendeung lebih baik dibanding anak
yang tidak dibesarkan dengan kebiasaan keagamaan.
Saat memasuki usia lanjut, individu tidak lagi berpusat pada diri
sendiri. Mungkin ia akan membagikan ilmu keagamaannya kepada
oarng lain walaupun sebatas kelompok kecil seperti keluarga.
5
2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Moral dan Spiritual
6
2. Tahap 3: Orientasi mengenai anak yang baik, anak
memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain.
3. Tahap 4: Mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas,
menyadari kewajiban untuk melaksanakan normanorma yang
ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma,
artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial
harus menerima peraturan yang telah disepakati bersama dan
melaksanakannya.
7
2.3.2. Tahap Perkembangan Spiritual
1. Tahap prima faith terjadi pada usia 0-2 tahun yang ditandai
dengan rasa percaya dan setia anak pada pengasuhnya
2. Tahap intuitive-projective, berlangsung antara usia 2-7 tahun.
Pada tahap ini kepercayaan anak bersifat peniruan karena
kepercayaan yang dimiliki merupakan gabungan hasil pengajaran
dan contoh-contoh dari orang dewasa.
3. Tahap mythic-literal faith, dimulai dari usia 7-11 tahun. Anak
secara sistematis mulai mengambil makna dari tradisi
masyarakatnya. Gambaran tentang Tuhan diibaratkan sebagai
seorang pribadi, orang tua atau penguasa yang bertindak dengan
sikap memerhatikan secara konsekuen dan tegas.
4. Tahap synthetic-coventional faith, terjadi pada usia 12 sampai
akhir remaja. Adanya kesadaran tentang simbolisme dan memiliki
lebih dari satu untuk mengetahui kebenarannya. Remaja mulai
mencapai pengalaman bersatu dengan transenden melalui symbol
dan upacara keagamaan. Selanjutnya muncul pengakuan bahwa
Tuhan lebih dekat dengan dirinya sendiri.
5. Tahap individuative – reflective faith,terjadi pada usia 19 tahun.
Tahap ini mulai muncul sintesis kepercayaan dan tanggung jawab
individual terhadap kepercayaan tersebut.
6. Tahap Conjuctive – faith, dimulai pada usia 30 tahun sampai
masa dewasa akhir. Ditandai dengan perasaan terintegrasi dengan
symbol-simbol, ritual-ritual dan keyakinan agama. Seseorang juga
lebih terbuka terhadap pandangan-pandangan yang paradox dan
bertentangan yang berasal dari kesadaran akan keterbatasan dan
8
pembatasan seseorang.
7. Tahap universalizing faith, berkembang pada usia lanjut.
Munculnya sistem kepercayaan transcendental untuk mencapai
perasaan ketuhanan serta adanya desentransasi diri dan
pengosongan diri. Pada tahap ini orang mulai berusaha mencari
kebenaran universal.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1. Moral
3.1.2. Spiritual
10
3.2. Permasalahan Perkembangan Moral dan Spiritual
11
pemerkosaan, perjudian, pencurian, dan sebaginya.
12
Pada usia lanjut, seseorang pasti akan berpikiran bahwa dirinya
akan mati. Dengan begitu pastilah perasaan seperti ketidak tenangan,
resah dan takut ada di dalam diri seorang lansia.
13
mengatakan bahwa diperlukannya situasi bermain melalui outdoor
playing dimana ada keterlibatan Guru dan pendamping bagi anak
berkebutuhan khusus, sehingga permasalahan anak berkebutuhan
khusus dapat tertangani secara maksimal.
Anak SD dan SMP ini hendaknya perlu ada bimbingan baik dari
keluarga maupun guru di sekolah serta guru ngaji. Mengapa demikian?
Karena anak usia SD dan SMP merupakan masa pembentukan
kepribadian individu. Sehingga sangat perlu adanya bimbingan
spiritual.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Moral adalah keyakinan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk
serta keyakinan akan norma-norma kelakuan manusia untuk menentukan
apakah suatu tindakan atau sikap itu benar atau salah. Spiritual merupakan
bagian dari perkembangan individu, aspek spiritual dapat mendorong
individu untuk mencari hakikat mengenai keberadaan diri, yang pada
akhirnya dapat memandu individu dalam mencapai aktualisasi diri sebagai
makhluk ciptaan Tuhan. Tahap perkembangan moral menurut Kohlberg ada 3
yaitu Tingkat Pra Konvensional, Tingkat Konvensional dan Tingkat Post
Konvensional. Ada banyak sekali permasalahan perkembangan moral dan
spiritual ini maka perlu adanya kesadaran diri untuk memperbaiki dan untuk
anak-anak harus lebih diawasi oleh orang tua.
4.2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Rochmadi, Nur Wahyu. 2002. Dasar & Konsep Pendidikan Moral. Malang:
Wineka Media.
Wade, Carole. Carol Travis., dan Maryanne Garry. 2016. Psikologi Edisi
Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
http://etheses.uin-malang.ac.id/772/6/07410003%20Bab%202.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rita-eka-izzaty-spsi-msi/f-
perkembangan-moral-kuliah-pp1-0509.pdf
https://www.merdeka.com/peristiwa/video-siswa-sd-di-labura-dianiaya-kakak-
kelas-viral-keluarga-sepakat-damai.html
http://ejournal.upi.edu/index.php/eduhumaniora/article/download/6150/4157
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/1554/1297
https://www.researchgate.net/publication/317430155_PENDEKATAN_KONSEL
ING_SPIRITUAL_PADA_LANJUT_USIA_LANSIA
15