Anda di halaman 1dari 27

Pendidikan Agama Dan Sikap Remaja Terhadap Agama

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Psikologi Agama

Dosen Pengampu : Abdul Khobir, M.Ag

Di Susun Oleh :

Windah Triani (2021116073)

Aeni Nurul Hikmah (2021116077)

Dian Safira (2021116134)

Krismon Yusuf (2021116221)

Kelas C

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PEKALONGAN

2017

1
FILOSOFI POHON CEMARA

Pohon cemara adalah sebuah pohon yang terdapat dihampir semua daerah
atau Kota atau Kabupaten atau bahkan lingkunganrukun warga. Jika dilihat dari
dimensi, pohon cemara adalah pohon yang relatif tinggi dibandingkan dengan
pohon lainnya. Jika dilihat dari sisi bentuk pohon dan posisi batang/daun yang
relatif ramping.
Nilai atau filosofi apa yang anda dapatkan dari ketiga hal tersebut?
1. Pohon cemara bisa tumbuh dimana saja (selama media tanamnya adalah
tanam). Yang artinya pohon cemara memiliki kemampuan adaptasi
yang cukup tinggi walaupun tempat dan kondisinya berbeda.
2. Pohon cemara memiliki postur yang cukup tinggi, dimana bagian
batang dan daun yang paling ujung mengalami terpaan angin yang lebih
kuat dibandingkan batang daun yang ada dibawahnya.Semakin tinggi
posisi batang dan daun, maka semakin kuat juga terpaan angin yang
dirasakan. Semakin tinggi jabatan dan atau tanggung jawab anda, maka
akan semakin kuat pula terpaan badai yang akan anda alami atau
rasakan. Apakah anda sadar dengan posisi anda saat ini? Sudah siapkah
anda? Jika belum, latih dan bersiaplah untuk menghadapi hal tersebut,
karena itu akan membangun mental dan menunjukkan siapa anda
sebenarnya.
3. Pohon cemara memiliki bentuk pohon yang menyerupai segitiga,
dimana semakin keujung semakin runcing. Semakin keatas jumlah
batang dan daunnya pun bertambah sedikit.
Apakah anda sadar level jabatan saat ini?? Apakah anda juga sadar
bahwa anda semakin merasa “sendiri”??
Semakin tinggi level jabatan anda, maka semakin sedikit pula jumlah
orangnya dan semakin sedikit juga jumlah teman yang bisa diajak berdiskusi
atau sharing..semakin kuat pula tuntutan pada diri untuk jadi orang yang
tangguh dan tak terelakkan.

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamiin puji syukur kami ucapkan kepada Allah


SWT yang telah melimpahkan karunia, hidayah, dan juga nikmat yang tak
terhingga kepada kita semua, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa suatu halangan apapun.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi kita
Nabi Agung Muhammad SAW dan semoga kita termasuk ummatnya yang
mendapatkan syafa’atnya kelak di yaumil akhir.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada kedua orangtua kami, dosen
pengampu, serta teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam
pembuatan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua
dan juga untuk penulis.

Dan kami selaku penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika


terdapat kata-kata yang kurang berkenan bagi pembaca, karena kami sadar kami
jauh dari kata sempurna.

Pekalongan, 16 Maret 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

FILOSOFI POHON CEMARA.. ................................................................... 2

KATA PENGANTAR. .................................................................................. 3

DAFTAR ISI .................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ................................................................................... 5


b. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
c. Tujuan ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Fungsi Pendidikan Agama Bagi Remaja ........................................... 7


B. Cara Pembinaan Agama Bagi Remaja ............................................... 8
C. Basis Pembinaan Pendidikan Agama bagi Remaja ............................ 10
D. Sikap Remaja Terhadap Agama ......................................................... 16
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap Keagamaan Pada
Remaja................................................................................................ 20

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ........................................................................................ 26
b. Saran ................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 27

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri).
Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja yang
memberikan dasar bagi masa dewasa. Dapat juga dikatakan sebagai aspek
sentral bagi kepribadian yang sehat yang mampu merefleksikan kesadaran
diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan
agar dapat berpartisipasi dalam kebudayaannya.
Sebenarnya masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh
seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa, atau dapat dikatakan bahwa
masa remaja adalah perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai
kedewasaannya. Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya,
maka penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak
keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor
perkembangan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja fungsi Pendidikan Agama Bagi Remaja?
2. Bagaimana Cara Pembinaan Agama Bagi Remaja?
3. Bagaimana Basis Pembinaan Pendidikan Agama bagi Remaja?
4. Bagaimana Sikap Remaja terhadap Agama?
5. Faktor Apa Sajakah yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap Keagamaan
pada Remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya fungsi pendidikan agama bagi remaja
2. Untuk megetahui cara pembinaan agama bagi remaja
3. Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata pengantar ilmu hadits.
4. Untuk mengetahui basis pembinaan pendidikan agama bagi remaja.
5. Untuk mengetahui sikap remaja terhadap agama.

5
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap
keagamaan pada remaja

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi pendidikan agama bagi remaja


Masalah agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat,
termasuk remaja, karena agama diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Secara yuridis agama berfungsi untuk menyuruh dan melarang. Unsur suruhan
dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan dan membimbing
agar seseorang mempunyai kepribadian yang baik dan terbiasa dengan yang
baik menurut ajaran agam masing-masing.
Ada yang berpendapat bahwa pribadi itu tak lain dari kumpulan
pengalaman pada tahun-tahun pertama dari pertumbuhan. Pengalaman yang
dimaksud adalah senmua pengalaman yang dilaui, baik pengalaman melaui
pendengaran, penglihatan maupun perlakuan yang diterima sejak lahir.
Sikap orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriyah tanpa
mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber kepada agama yang dianutnya
menyebabkan generasi muda mengalami kebingungan dalam bergaul karena
apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan
apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri di rumah. Apabila faktor-faktor
dan unsur-unsur yang membina itu bertentangan anatar satu sama lain, akan
goncanglah jiwa yang dibina, terutama mereka yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perubahan cepat, yaitu usia remaja.
Disamping itu, remaja pun merasa hari depannya suram, yang biasa
mereka sebut dengan masa suram, karena mereka tahu bahwa apa yang terjadi
pada diri mereka dalah yang merugikan, tetapi mereka mengatasi perasaan
yang tak menyenangkanitu dengan mencari obat penenang, yaitu narkotika atau
kelakuan nakal. Jadi, bahaya akan terjadi dan meluas apabila kehidupan moral
dan agama dalam masyarakat yang negatif itu dibiarkan menjalar dan
mempengaruhi generasi muda.1

1
http://referensicf.blogspot.com/2016/10/pendidikan-agama-bagi-remaja.html?m=1, diunduh
pada tanggal 20 maret 2017, 15:49 WIB

7
B. Cara pembinaan agama bagi remaja
Remaja adalah manusia muda yang masih dalam pertumbuhan dan
perkembangan untuk mencapai tingkat kematangan. Mereka bukan lagi anak-
anak yang dapat dinasihati, dididik dan diajar dengan mudah, dan bukan pula
orang dewasa yang dapat kita lepaskan untuk bertanggung jawab sendiri atas
pembinaan pribadinya, tetapi mereka adalah orang-orang yang sedang berjuang
untuk mencapai kedudukan sosial yang mereka inginkan, dan bertarung dengan
bermacam-macam problem kehidupan untuk memastikan diri, serta mencari
pegangan untuk menenteramkan batin dalam perjuangan hidup yang tidak
ringan itu.
Diantara para remaja ada yang mengalami faktor sosial yang cepat
memberi kepercayaan dan penghargaan kepadanya, karena sikap dan perilaku
mereka sudah seperti selayaknya orang dewasa ynag telah matang cara
berpikirnya, sehingga mereka dapat diterima sebagai anggota masyarakat yang
bisa didengar pendapatnya. Dan kehidupan seperti inilah yang membuat
mereka lebih cepat matang dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Sebenarnya tidaklah mudah memilih cara atau metode yang tepat dan baik
bagi anak yang berusia remaja itu, namun demikian bukan berarti tidak bisa
dilakukan, untuk membina kepribadian seorang remaja mungkin ada beberapa
langkah yang dapat kita usahakan, antara lain yaitu:
a. Tunjukkanlah bahwa kita memahami mereka
Sebagai orang tua atau guru atau orang dewasa lainnya yang punya
tanggung jawab untuk mendewasakan orang lain harus berusaha untuk
dapat memahami karakteristik dan kepribadian orang yang akan
dibinanya, dalam hal ini adalah seorang remaja. Maka sebaiknya kita
tunjukkan bahwa apa yang mereka alami, rasakan atau mereka derita
itu kita fahami terlebih dahulu agar kita bisa lebih hati-hati dan tidak
salah langkah dalam memberi pengertian pada mereka, sehingga pada
akhirnya mereka bisa menerimanya dengan penuh kesadaran diri.
Setiap orang terutama kaum remaja akan merasa senang, apabila orang
lain dapat memahami dan mau mengerti perasaannya. Dengan

8
demikan mereka akan merasa simpati kepada orang yang mau
mengerti perasaan dan penderitaannya. Apabila rasa simpati itu telah
tercipta, biasanya mereka akan dengan mudah menerima saran atau
nasehat kita.
b. Pembinaan dengan cara konsultasi
Hendaknya orang tua atau guru atau orang dewasa lainnya itu
menyadari bahwa seorang remaja adalah manusia, bukan barang yang
dapat seenaknya saja diperlakukan. Mereka punya jiwa yang tidak
terlihat, tidak dapat dipegang atau diketahui secara langsung. Mereka
punya perasaan, keinginan, motivasi, minat yang jelas berbeda dengan
manusia yang lain, yang menuntut untuk diperlakukan secara berbeda
pula. Oleh karena itu hendaklah sebagai orang tua atau guru terbuka
untuk menampung atau mendengar ungkapan perasaan yang dialami
oleh masing-masing mereka. Dengan demikian berarti kita telah
memberi kesempatan kepada remaja itu untuk menumpahkan segala
yang menegangkan perasaannya, dan sesudah itu akan terbukalah hati
mereka untuk menerima saran atau alternatif-alternatif penyelesaian
bagi segala problem yang dialaminya.
c. Dekatkan agama dalam hidup
Kehidupan bermoral tidak dapat dipisahkan dari keyakinan beragama.
Karena nilai-nilai moral yang tegas, pasti dan tetap, tidak berubah
karena keadaan, tempat dan waktu, adalah nilai yang bersumber dari
agama. Hukum dan ketentuan agama itu perlu mereka ketahui. Jangan
sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang agama hanya
sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Menurut Zakiyah Daradjat (1969) agama memberikan arti yang
teramat besardalam kehidupan manusia karena agama mempunyai
bebrapa fungsi yang antara lain:
1. Agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
2. Agama dapat menolong dalam menghadapi kesukaran

9
3. Agama dapat menenteramkan batin.
Sebenarnya agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak
sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadianya, akan
cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala
keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul. Karena
keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu,
akan mengatur sikap dan tingkah laku seseorang secara otomatis dari
dalam. Ia akan selalu berbuat yang terbaik dalam hidupnya buka
karena ingin mendapatkn pujian dari orang lain, tetapi karena benar-
benar ingin mendapatkan kasih sayang dan ridho dari Tuhan.2
C. Basis Pembinaan Pendidikan Agama bagi Remaja
1. Lingkungan Keluarga
Dapat dipahami bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama anak
yang mempunyai pengaruh vital terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak atau generasi muda. Suasana keluarga yanag kurang mendukung,
pertumbuhan dan perkembangan anak atau generasi muda tersebut antara lain
terlihat dalam berbagai masalah yang dihadapi oleh orangtua dan juga oleh
anak itu sendiri di dalam keluarganya, antara lain ialah:

a. Adanya (gejala-gejala) perselisihan atau pertentangan antara anak,


terutama yang telah menginjak dewasa atau remaja, dengan orang tuanya,
sehingga anak dikatakan tidak patuh terhadap orangtua, sedang orangtua
dianggap tidak dapat memahami tingkah laku anak.
b. Kurang terpenuhinya secara memadai kebutuhan dan perlengkapan bagi
pembinaan pertumbuhan dan perkembangan di lingkungan keluarga, baik
dari segi fisik, biologis, maupun dari sosial, psikologis, dan spiritual.
c. Kebiasaan-kebiasaan tradisional dan konvensional, terutama pada
keluarga-keluarga di lingkungan masyarakat daerah pedesaan.

2
Noer Rohmah, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta: Teras, 2013), hlm. 137-142

10
Permasalahan di atas timbul dan berkembang akibat beberapa faktor yang
memengaruhinya, dan sekaligus menjadi faktor penghambat bagi pembinaan
generasi muda, yaitu sebagai berikut:

a. Keseimbangan yang tidak cukup antara kemajuan teknologi dan


perkembangan serta perubahan sosial yang cepat dan luas dengan
kesiapan keluarga sebagai lembaga pembina utama.
b. Kewibawaan dan perhatian orangtuayang minim terhadap anak.
c. Ekonomi keluarga yang relatif lemah.
d. Faktor-faktor intern pada diri anak, seperti rendahnya tingkat inteligensia
anak, terlalu sensitif terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan yang
diterima anak melalui berbagai macam media, dan lain sebagainya.
Namun demikian, masih ada rasa optimisme yang masih cukup kuat
karena adanya faktor-faktor yang pendukung yang dapat dimanfaatkan untuk
kelancaran usaha-usaha pembinaan, antara lain:

a. Masih ada rasa kekeluargaan yang erat yang menjadi ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia.
b. Usaha-usaha kesejahteraan keluarga dan anak serta usaha-usaha serupa
lainnya yang terus diperkembangkan dan disempurnakan.
c. Masih kuatnya rasa keagamaan dikalangan keluarga dan masyarakat yang
akan bermanfaat bagi pengarahan dperkembangan generasi muda.

2. Lingkungan Sekolah
Sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya merupakan lingkungan
kedua yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembinaan pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak atau generasi muda Indonesia. Akan tetapi, sekolah-
sekolah atau lembaga-lembaga formal tersebut sampai dewasa ini belum dapat
sepenuhnya melaksanakan fungsi membina generasi muda sebagaimana
mestinya. Kenyataan ini ditunjukkan oleh adanya berbagai masalah, baik yang
dihadapi oleh sekolah atau lembaga pendidikan formal itu sendiri ataupun

11
yang dihadapi oleh anak-anak/ generasi muda, orangtua/ kerluarga serta
masyarakat diantara masalah itu adalah:
a. Keterbatasan prasarana, sarana, dan tenaga bagi penyelenggaraan
pendidikan, baik kuantitas maupun kulaitas.
b. Kuantitas dan kualitas pendidikan keterampilan praktis yang kurang
langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh keluarga dan anak-anak
didik/siswa-siswi yang bersangkutan.
c. Ada gejala penurunan dan pengurangan wibawa guru-guru terhadap siswa
dan gejala perubahan tingkah laku dan sikap dari pada siswa yang
menghendaki pergaulan/hubungan sosial secara lebih bebas.
d. Kurang pengertian dan perhatian masyarakat, orangtua, dan anak-anaj atau
generasi muda sendiri tentang tujuan dan sitem pendidikan yang
berlangsung, tentang jurusan atau keahlian-keahlian yang dapat ditempuh
sesuai dengan bakat dan kemampuannya serta lapangan kerja.
e. Masih belum cukup memadainya perhatian-perhatian masyarakat pada
umumnya dan keluarga-keluarga pada khususnya terhadap pembinaan dan
perkembangan pendidikan luar biasa serta terhadap hak dan kebutuhan
generasi muda golongan tuna (tunamental, tunasosial, dan tuna fisik).
f. Cukup banyak jumlah anak berhenti sekolah dan jumlah anak yang tidak
sekolah.
g. Banyaknya usaha pendidikan persekolahan, kurus-kursus atau training-
training yang diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah dan
swasta.
Semua permasalahan diatas terjadi karena beberapa faktor yang
menghambat kelancaran pembinaan generasi muda Indonesia, diantaranya
adalah :
a. Belum diterapkannya pola sistem pendidikan persekolahan ataupun
pendidikan formal lainnya.
b. Kurang memadainya usaha-usaha peneyberan pengertian dan motivasi
pada masyarakat.

12
c. Kurang diperhatikannya kesejahteraan guru dan kurang cukup
memadainya usaha-usaha peningkatan kemampuan guru.
d. Masih terbatasnya anggaran belanja pemerintah bagi perkembangan dan
peningkatan pendidikan.
e. Hubungan formal maupun informal diantar guru dengan orangtua serta
siswa baik secara individual maupun secara organisatorik belum cukup
intensif dan efektif.
Secara spesifik, pendidikan agama bagi para remaja di sekolah
harus memperhatikan minimal tiga unsur pokok, yaitu:
1) Guru
Setiap guru yang ingin berhasil dalam tugasnya mendidik anak-
anak yang dipercayakan kepadanya, harus memahami perkembangan jiwa
anak yang dihadapinya, disamping kemampuan ilmiah yang dimiliki, serta
penguasaan terhadap metode dan keterampilan mengajar.
Pendidikan agama memiliki tujuan utama untuk membentuk
kepribadian anaka yang sesuai dengan ajaran agama. pembinaan sikap,
mental, dan akhlaq jauh lebih penting daripada kepandian menghafal dalil-
dalil dan hukum-hukum agama yang tak diserapkan dan dihayati dalam
hidup. Pendidikan Agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak,
sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dan pribadinya yang akan
menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk tujan
pembinnan pribadi, pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru
yang benar-benar dapat merefleksikan agama dalam sikap, tingkah laku,
gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan,
dan dalam keseluruhan pribadinya.
Pendidikan agama akan lebih berkesan dan berhasil, berguna serta
berdaya apabila seluruh lingkungan hidup yang ikut mempengaruhi
pembinaan pribadi anak (keluarga, sekolah, masyarakt) sama-sama
mengarah pada pembinnan jiwa agama pada anak. Untuk benar-benar
dihayati, dipahami, dan digunakan pedoman hidup bagi manusia, agama
hendaknya menjadi unsur kepribadiannya. Pendidikan agama yang baik

13
tidak hanya memberi manfaat bagi anak didik yang bersangkutan, tetapi
juga membawa keuntungan dan mafaat bagi masyarakat lingkungannya,
bahkan masyarakat ramai dan ummat manusia seluruhnya.
Berkenaan dengan pendidikan agama bagi remaja, seorang guru
agama hendaknya memahami keadaan anak yang sedang mengalami
kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat dan
segala keinginan, dorongan, dan ketidakstabilan, kepercayaan. Guru yang
tidak mengerti perkembangan jiwa remaja akan menyangka bahwa murid-
muridnya tak mau menerima penjelasannya atau mencari soal yang
memojokkannya sehingga membuatnya marah atau menjawabnya dengan
hukum dan ketentuan agama yang jelas.
Berikutnya, pada masa remaja akhir, tahapan-tahapan
perkembangan jiwa anak tidak terlalu tajam. Pada masa remaja akhri ini,
perkembangan jasmani dsn kecerdasan remaja telah mendekati
kesempurnaanya. Hal ini berarti bahwa tubuh dengan seluruh anggotanya
telah dapat berfungsi dengan baik. Demikian pula dengan kecerdasannya
yang dapat dianggap selesai pertumbuhannya. Sisanya adalah
perkembangan dan penggunaannya secara proposional. Disamping
pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan kecerdasannya, pengetahuan
remaja juga berkembang. Berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh
berbagai guru sesuai dengan bidang keahlian masing-masing yang telah
memenuhi otak remaja.
Meskipun kecerdasan remaja telah sampai pada tingkat menuntut
agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal, dapat dipahami, dan
dijelaskan secara ilmiah dan rasional, tetapi perasaanya masih memgang
peranan pentig dalam sikap dan tindakan agama. telah dikemukakan
bahwa masa remaja adalah masa dimana berbagai macam perasaan
bergejolak yang terkadang satu sama lain saling bertentangan, sehingga
remaja menjadi teromabing-ambing antara berbagai gejolak emosi yang
saling bertentangan itu. Diantara sebab kegoncangan persaan yang sering

14
terjadi pada masa remaja akhir itu adalah pertentangan dan ketidakserasian
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Disamping itu adanya perbedaan antara nilai-nilai akhlaq yang
diajarkan oleh agama dengan kelakuan orang disekitarnya juga
menggelisahkan remaja terutama apabila pertentangan itu terjadi pada
orangtua, guru, para pemimpin, dan tokoh-tokoh agama. sasaran utama
kekecewaan para remaja akan akan ditujukan kepada para tokoh agama
karena menurut mereka para tokoh agamalah yang dianggap harus
menjaga dan memperbaiki akhlaq masyarakat.
2) Kurikulum
Kurikulum sekolah hendaknya disusun untuk menghadapi tuntutan
masa remaja dan membantu mereka dalam menghadapi persoalan yang
terjadi, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Dengan
demikan, para remaja memiliki dan bertambah kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkunagn tempat mereka tinggal dan
berinteraksi dengan berbagai peristiwanya baik dikeluarga, sekolah
maupun masyarakat. Kurikulum dapat pula melengkapi alat-alat olahraga
dan pendidikan jasmani bagi pelajar sehingga mereka tertolong dalam
menghadapi problem kesehatan.
3) Administrasi Sekolah
Sekolah dapat menolong remajanya mengatasi problema pemilihan
pekerjaan dan kesempatan belajar yang sangat banyak. Akhirnya sekolah
dan pemerintah harus dapat menolong pelajar dalam soal keungan dengan
jalan mendirikan asrama-asrama pelajar, terutama bagi mereka yang
datang dari daerah yang jauh dan tak begitu mampu dalam keungan.
Denga demikian, dapatlah dikurangi problema keungan dan perumahan
yang mereka lakukan.
3. Lingkungan Masyarakat
Bagaimanapun keadaan suatu masyarakat juga mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk memberikan pembinaan kepada
generasi muda agar kedewasaan yang diharapkan dapat tercapai. Diantar

15
masalah yang dianggap mendesak adalah kurangnya usaha strategis
inegral dari generasi dewasa untuk menanggapi dan memahami
perubahan-perubahan nilai kehidupan dan penghidupan pada generasi
muda akibat pengaruh kemajuan-kemajuan ekonomi dan teknologi serta
perkembangan dan perubahan sosial kultural yang cepat. Permasalahan
generasi muda yang kompleks itu tidak mungkin hanya
dibebankantanggung jawabnya kepada salah satu komponen masyarakat
semata. Pemerintah yang dapat membuat kebijakan-kebijakan hukum yang
dijadikan pijakan untuk merealisasikan langkah-langkah konkret guna
mengatasi problematika generasi muda, terutama masalah pendidikan
keagamaan mereka.
Berbagai macam usaha payung hukum telah dilaksanakan oleh
instansi-instansi pemerintah baik dipusat maupun didaerah sebagai suatu
proyek atau program kegiatan yang berhubungan dengan masalah
kesejahteraan generasi muda. Diantaranya, usaha-usaha tersebut adalah :
a. Dibentuknya Badan Koordinasi Nasional Untuk Kesejahteraan
Keluarga.
b. Diselenggarakannya Konverensi Nasional Tentang Anak Dan
Pemuda (Knap) Pada Tahun 1969.
c. Diadakannya Workshop Perundang-Undamgan Tentang Anak Dan
Pemuda Pada Tahun 1970.
d. Terbitnya Inpres No. 6/1971 Serta Terbentuknya Badan
Koordinasi Pelaksana Inpres.
e. Seminar Nasional Pembinaan Generasi Muda Indonesia Yang
Berlangsung Sekarang Ini Tahun 1972.3
D. Sikap Remaja terhadap Agama
Sikap dan minat remaja terhadap permasalahan keagamaan dapat
dikatakan sangat bergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan
agama yang mempengaruhi besar kecil minat mereka terhadap masalah
keagamaan. Sebagaimana telah diketahui, bahwa diantara faktor-faktor

3
Bambang Syamsul Arifin. Psikologi Agama. (Bandung: Pustaka Setia. 2008). Hlm 91-101

16
yang mempengaruhi sikap remaja terhadap permasalahan keagamaan
adalah: (a) pertumbuhan pikiran dan mental, (b) perkembangan perasaan,
(c) perkembangan moral.
Berdasarkan faktor-faktor dominan diatas, ahli psikologi membagi
sikap remaja terhadap keagamaan sebagai berikut:
a. Percaya turut-turutan.
Kebanyakan remaja percaya kepada tuhan dan menjalankan
ajaran agama adalah mereka yang terdidik dalam lingkunganyang
beragama, ibu-bapaknya beragama, teman-teman dan masyarakat
sekelilingnya rajin beribadah.
Kenyataan ini dapat dilihat diman-dimana, sehingga banyak
sekali remaja yang beragama hanya karena orangtuanya beragama.
Cara seperti ini merupakan lanjutan dari cara keberagamaan
dimasa kanak-kanak. Sehingga, seakan-akan tak terjadi perubahan
pada pikiran mereka tentang keberagamaannya. Namun, setelah
diteliti dari setiap remaja seperti itu dapat diketahui bahwa dalam
hati mereka ada pertanyaan yang tersembunyi.
Kepercayaan turut-turutan baiasanya terjadi apabila
orangtua memberikan didikan agama dengan cara yang
menyenangkan, jauh dari pengalaman pahit diwaktu kecil, dan
dimasa remaja tidak mengalami masalah yang menggoncangkan
jiwa, sehingga cara kekanak-kanakan dalam beragama terus
berjalan dan berkelanjutan. Tetapi, ketika dalam usia remaja
mereka menghadapi peristiwa yang mendorongnya meneliti
kembali pengalamannya diwaktu kecil, ketika itu kesadaraannya
akan timbul sehingga dalam dirinya akan muncul semangat
beragama yang tinggi atau ragu-ragu bahkan anti agama.
Percaya turut-turutan biasanya dijhadapi pada usia masa
remaja awal (13-16 tahun). Setelah itu, biasanya akan terjadi
perkembangan kearah jiwa yang lebih kritis dan lebih sadar.
b. Percaya dengan kesadaran

17
Masa remaja adalah masa perubahan dan kegoncangan
disegala bidang dimulai dari perubahan jasmani yang sangat cepat,
jauh dari keseimbangan dan keserasian.
Kegelisahan dan ketakutan bercampur aduk dengan rasa
bangga dan kesenangan serta bermacam-macam fikiran dan
hayalan sehingga remaja betul-betul tertarik untuk memperhatikan
dan memikirkan dirinya sendiri.
Setelah kegoncangan remaja pertama agak reda, sekitar usia
16 tahun dan pertumbuhan jasmani hampir selesai, remaja dapat
berpikir lebih matang dan pengetahuaanya semakin bertambah dan
mendorong remaja lebih tenggelam lagi memikirkan dirinya
sendiri yaitu mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat.
Terkadang, pertumbuhan jiwanya secara abnormal atau
menyimpang sehingga mereka bergabung dalam geng-geng nakal
dan terkadang pula tumbuh dalam bentuk kesadaran agama yang
berlebihan.
Semangat keagamaan pada masa remaja dimulai dengan
kecenderungannya untuk meninjau dan meneliti ulang cara ia
beragama dimasa kecil dulu. Kepatuhan dan ketundukan kepada
ajaran tanpa komentar atau alasan tak lagi menggemberikannya.
Mereka ingin menjadikan agama sebagai lapangan baru untuk
membuktikan pribadinya. Sehingga mereka tak mau lagi beragama
sekedar ikut-ikutan saja. Semangat keagamaan sepert itu tidak
terjadi sebelum usia 17-18 tahun.
Semangat keagamaan mempunyai 2 bentuk, yaitu :
 Semangat agama positif
Semangat agama positif berusaha melihat agama
dengan pandangan yang kritis, tak mau lagi
menerima hal yang tak masuk akal dan bercampur
dengan khurafat-khurafat. Pandangan seperti itu

18
membangkitkan rasa aman pada remaja terhadap
agamanya.
Tindakan dan sikap agama orang-orang memiliki
semangat agama seperti ini terlihat berbeda-beda
sesuai denagn kecenderungan kepribadian yang
extravert (berkepribadian terbuka, yaitu orang-orang
yang dengan mudah mengungkapkan perasaannya
keluar (kepada orang lain)). Atau introvert
(kepribadian tertutup yaitu orang yang lebih
cenderung kepada menyendiri dan menyimpan
perasaannya).
 Semangat agama khurafi
Remaja yang mempunyai kecenderungan pikiran
kekanak-kanakan biasanya cenderung mengambil
unsur-unsur luar dan mencampurkannya kedalam
agama dan keyakinannya, misal khurafat, bid’ah-
bid’ah, dan sebagainya.
Apabila agama yang bersifat khurafi terjadi pada
orang yang memiliki sifat terbuka (extravert)
praktik-praktik dan keyakinannya terhadap khurafat-
khurafat itu tidak hanya untuk dirinya saja tetapi dia
juga akan mengajak orang lain untuk meyakini
keyakinannya bahkan dijadikan alat pergaulan dalam
masyarakat.
c. Percaya tetapi agak ragu-ragu (kebimbangan beragama)
Kebimbangan remaja terhadap agama tak sama antara yang
satu dengan yang lainnya sesuai dengan kepribadian masing-
masing. Ada yang mengalami kebimbangan ringan yang secara
cepat dapat diatasi dan ada yang sangat berat sampai untuk berubah
agama. kebimbangan terjadi sesudah perkembangan kecerdasan tak
dapat dipandang sebagai suatu kejadaian yang berdiri sendiri,

19
tetapi berhubungan dengan segala pengalaman dan proses
pendidikan yang dilaluinya sejak kecil. Hal ini karena pengalaman
itu ikut membina pribadinya.
Kebimbangan remaja tergantung pad 2 faktor, yaitu:
 Kebimbangan dan keingkaran kepada tuhan merupakan
pantulan keadaan masyarakat yang dipenuhi oleh
penderitaan, kemerosostan moral dan kebingungan.
 Pantulan dari kebebasan berfikir yang menyebabkan agama
menjadi sasaran dan arus sekulerisme.
d. Tak percaya sama sekali atau cenderung atheis
Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir
masa remaja adalah mengingkari adanya wujud tuhan sama sekali
dan mengganti dengan keyakinan lain.
Perkembangan remaja kearah tiada percaya adanya tuhan
sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari hal kecil. Apabila
seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kedzaliman
orangtua kepadanya maka ia telah memendam sesuatu tantangan
terhadap kekuasaan orangtua dan kekuasaan terhadap siapapun
termasuk kekuasaan tuhan.4
E. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sikap Keagamaan pada
Remaja

Perkembangan pada masa remaja menduduki masa progresif.


Penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang
tampak padaremaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Adapun perkembangan pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor
perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut
W. Starbuck (Dalam Jalaludin, 2002) adalah:

a. Pertumbuhan pikiran dan mental

4
Ibid., hlm 70-76

20
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa
kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis
terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama merekajuga
tertarik dengan masalah kebudayaan, ssial, ekonomi, dan norma-norma
kehidupan lainnya. Dari hasilpenelitian Allport, Gillesphy dan Young
menunjukkan bahwa agama yang ajarannya lebih bersifat konservatif lebih
mempengaruhi bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya.
Begitu pula sebaliknya agama yang ajarannya kurang konservatif-
dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan pikiran
dan mental para remaja sehingga mereka banyak meninggalkan ajaran
agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental
remaja mempengaruhi sikapkeagamaan mereka.
b. Perkembangan perasaan
Pada masa remaja berbagaiperasaan telah berkembang misalnya
perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri
kehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan
mendorong para remaja untuk lebih cenderung kepada kehidupan religius
pula. Sebaliknya kehidupan yang liberal yakni para remaja yang hidupnya
kurang mendapatkan siraman pendidikan dan pengalaman agama yang
cukup, maka hidupnya juga cenderung bebas, dan bahkan tidak jarang
mereka terperosok ke dalam tindakan seksual demi melampiaskan nafsu
birahinya. Menurut hasil penyelidikan Dr. Kinsey diAmerika Serikat pada
sekitar tahun 1950-an, mengungkapkan bahwa 90 % pemuda Amerika
telah mengenal masturbasi, homo seks, dan onani.
c. Pertimbanagan sosial
Dalam kehidupan keagamaan pada masa remaja banyak timbul
konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung
menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih dipengaruhi akan
materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya untuk bersikap
materialis. Hasil penyelidikan Ernest Harms terhadap 1789 remaja
Amerika antar usia 18-29 tahun menunjukkan bahwa 70 % pemikiran

21
remaja ditujukan bagi kepentingan keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan,
kehormatan diri, dan masalah kesenangan pribadi lainnya, sedangkan
masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6 %, masalah soail 5,8 %.
Dari sini terlihat bahwa corak keagamaan para remaja salah satunya
ditandai oleh adanya pertimbangan soaial.
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan
usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada remaja
juga mencakup:
1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan
pertimbangan pribadi.
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan
agama.
4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat.
e. Sikap dan minat
Besar-kecil sikap dan minat para remaja terhadap agama ternyata
juga dipengaruhi oleh kebiasaan dan lingkungan agama yang mereka
terima sejak kecil. Anak yang sejak kecil sudah dibiasakan untuk taat
terhadap ajaran agama maka ketika masa remaja dimungkinkan anak
tersebut akan lebih cenderung mempunyai sikap dan minat yang lebih
tinggi terhadap ajaran agama, dan begitu pula sebaliknya.
f. Ibadah
Pada masa remaja ini kondisi jiwa agama belum stabil, hal ini
dikarenakan secara kejiwaan mereka masih belum mencapai kematangan
sehingga dalam beragamapun terkadang mengalami keraguan yang
akhirnya akan muncul konflik dalam jiwa remaja tersebut.

22
Menurut hasil penelitian Ross dan Oskar Kupky, tentang
pandangan para remaja terhadap ajaran agama yakni masalah ibadah dan
doa.
Beranjak dari kenyataan, sikap keagamaan seseorang terbentuk
oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal :
1. Faktor internal
a. Faktor hereditas
Jiwa keagamaan memang bukan secara langsung sebagai
faktor bawaan yang diwariskan secara turun-temurun,
melainkan terbentuk dari berbagai unsur kejiwaan lainnya
yang mencakup kognitif, afektif, dan konatif.
b. Tingkat usia
Hubungan antara perkembangan usia dan perkembangan
jiwa keagamaan tampaknya tak dapat dihilangkan begitu
saja. Apabila konversi lebih dipengaruhi oleh sugesti,
tentunya konversi akan lebih banyak terjadi pada anak-
anak, mengingat tingkat usia tersebut, mereka lebih mudah
menerima sugesti. Namun, kenyataannya hinga usia baya
pun masih terjadi konversi agama.
c. Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri dari dua
unsur yaitu herditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan
antara unsur hereditas dan pengaruh lingkungan inilah yang
membentuk kepribadian. Adanya kedua unsur yang
membentuk kepribadian itu menyebabkan munculnya unsur
konsep tipologi dan karakter. Tipologi lebih ditekankan
kepada unsur bawaan sedangkan karakter lebih ditekankan
oleh adanya pengaruh lingkungan.
d. Kondisi kejiwaan

23
Gejala-gejala kejiwaan yang abnormal ini bersumber dari
kondisi saraf (neurosis), kejiwaan (psikis), dan kepribadian
(personality).
Kondisi kejiwaan yang disebabkan oleh gejala psikosis
umumnya menyebabkan seseorang kehilangan kontak
hubungan dengan dunia nyata. Gejala ini ditemui penderita
schizoprenia, paranoia, maniac, serta infantileautism
(berperilaku seperti anak-anak).

2. Faktor eksternal
a. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana
dalam kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas
ayah, ibi, dan anak-anak, keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama yang dikenalnya. Dengan demikian,
kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi
pembentukan jiwa keagamaannya.
b. Lingkungan institutional
Lingkungan institutional yang ikut mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa institusi
formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti
berbagai perkumpulan atau organisasi. Sekolah sebagai
institusi pendidikan formal yang ikut memberi pengaruh
dalam membantu perkembangan kepribadian anak.
c. Lingkungan masyarakat
Dapat dikatakan bahwa anak setelah menginjak usia
sekolah, sebagaian besar waktu jaganya dihabiskan
disekolah dan masyarakat. Berbeda dengan situasi dirumah
dan di sekolah, umumnya pergaulan di masyarakat kurang
menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi
secara ketat.

24
Meskipun tampak longgar, kehidupan bermasyarakat
dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung
oleh warganya. Oleh karena itu setiap warga berusaha
untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma
dan nilai-nilai yang ada. Dari sini dipahami bahwa
kehidupan bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang
terkondisikan.5

5
Ibid., hlm 76-85

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanaman pendidikan agama bagi remaja terjadi pada beberapa basis,
yaitu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat,
dimana dari ketiga basis tersebut memiliki peranannya masing-masing serta
sangat mempengaruhi didalam pertumbuhan dan perkembangan jiwa
keagamaan setiap remajanya.
Ada beberapa cara didalam membina pribadi remaja agar menjadi pribadi
yang memiliki jiwa keagamaan yang baik, yaitu dengan cara menunjukkan
kepada remaja bahwa pembina memahami keadaan mereka, kemudian
membina secara konsultasi dan mendekatkan agama kepada kehidupan remaja
yang dibina.
B. Saran
Sebagai remaja yang berpendidikan dan mengetahui sedikit tentang
agama, hendaknya kita harus menjadi lebih baik daripada yang lain, dan
mengajarkan ilmu yang kita punya.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://referensicf.blogspot.com/2016/10/pendidikan-agama-bagi-remaja.html?m=1
Rohmah, Noer, 2013, Pengantar Psikologi Agama, (Yogyakarta: Teras)
Arifin, Bambang Syamsyul, 2008, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia)

27

Anda mungkin juga menyukai