Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Adabul Bahtsi wal
Munazharah
Disusun oleh :
BANDUNG – CIGANITRI
1444 H/2023 M
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan hanya kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat iman dan Islam kepada kita semua sehingga bisa memberikan
kemudahan dalam mengerjakan tugas makalah ini dengan judul “Memahami
Macam-Macam Definisi”.
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Adabul Bahtsi wal Munazharah Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa penulisan makalah ini
memiliki kekurangan sehingga jauh dari kata sempurna. Karena pada hakikatnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
memberi manfaat kepada kita khususnya untuk penulis, dan umunya kepada kalian
sebagai pembaca. Akhir kata kami ucapkan terimakasih dengan teriringnya do’a
“jazaakumullah khairan katsiran”.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Definisi.................................................................................................2
B. Macam-macam Definisi.........................................................................................2
A. Kesimpulan............................................................................................................6
B. Saran.......................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam berargumen seseorang dituntut juga untuk menguasai batasan serta
pengertian dari setiap kata yang diungkapkannya. Jika menguasai maknanya, ia
memiliki kekuatan alasan mengapa memilih kata-kata seperti itu. Sebaliknya, jika
seorang yang berargumen hanya pintar bicara tanpa mengetahui makna kata yang
diucapkannya, hal itu akan membuatnya rentan atas setiap pertanyaan apalagi
sanggahan-sanggahan yang disampaikan kepadanya. Dengan demikian, penguasaan
seseorang atas cakupan makna suatu kata atau istilah menjadi sangat perlu. Hal itu
dapat dilakukan melalui pemahaman batasan pengertian suatu kata atau istilah.
Dengan begitu, setiap kata akan menjadi jelas dan tegas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan definisi?
2. Apa saja macam-macam definisi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari definisi
1
Nanih Machendrawaty dan Aep Kusnawan. 2003. Teknik Debat Dalam Islam, (Bandung: CV.
Pustaka Setia), hlm. 73
4
2. Mengetahui macam-macam dari definisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Definisi
5
Secara harfiah, definisi atau ta’rif itu bermakna pengenalan, dari kata kerja
‘arrafa-yu’arrifu, yang artinya memberitahu atau memperkenalkan. Dalam bahasa
Arab definisi itu dinamai ta’rif karena dialah yang memperkenalkan kita pada makna
utuh dari sesuatu yang sebelumnya tidak kita kenal.
عَِباَر ٌة َعْن ِذْك ِر َش ْيٍئ َتْس َتْلِز ُم َم ْع ِر َفْتُه َم ْع ِر َفَة َش ْيٍئ آَخ ٍر
“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”4
B. Macam-macam Definisi
Pada dasarnya manusia selalu memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam
batas-batas memahami dan kadar batas maknanya, padahal dalam bahasa, mereka itu
sama. Oleh karena itulah dibutuhkan adanya pegangan atau sandaran untuk memahami
suatu hal, namun tidak semua definisi atau ta’rif itu bisa memperkenalkan makna
sesuatu yang ingin dikenal secara tepat, benar dan utuh. Dengan kata lain, ada
beberapa jenis ta’rif yang cacat sehingga ia tidak bisa dijadikan pegangan atau
sandaran, khususnya dalam diskusi-diskusi ilmiah, karena ia tidak menjelaskan
hakikat sesuatu yang hendak didefinisikan.
2
Reza Ervani, Pengertian Ta’rif, https://rezaervani.com/2018/05/03/pengertian-tarif/, diakses pada
14.34 15 Maret 2023
3
Muhammad Nuruddin, Mengenal Macam-Macam Definisi, https://www.qureta.com/post/mengenal-
macam-macam-definisi/, diakses pada 18.59 17 Maret 2023
4
Reza Ervani, Pengertian Ta’rif, diakses pada 14.34 15 Maret 2023
6
Setidaknya ta’rif yang tidak bisa dijadikan sandaran itu ada lima: 5
1. Ta’rif bil isyarah. Ta’rif dengan isyarat. Contoh: Ketika ada yang bertanya kepada
kita tentang definisi handphone. Lalu kita memberi isyarat pada yang
bersangkutan bahwa handphone itu seperti yang ada dalam genggaman tangan
kita.
2. Ta’rif lafzhiy. Ta’rif dengan suatu lafaz tunggal. Artinya mendefinisikan suatu
lafadz menggunakan lafadz lain yang semakna dan menurut pendengar dianggap
lebih masyhur. Contoh: Bahtera dan lautan, penistaan dan penghinaan. Seperti
orang berkata, penistaan itu adalah penghinaan.
3. Ta’rif tanbihiy. Ta’rif yang fungsinya hanya mengingatkan, dari kata nabbaha-
yunabbihu, yang artinya mengingatkan. Contoh: Ada orang yang lupa tentang arti
kata dahaga. Lalu kita mengatakan bahwa dahaga itu adalah haus. Artinya, dalam
konteks ini kita “mengingatkan” dia dengan bahasa yang lebih populer.
4. Ta’rif bil mistal, adalah ta’rif dengan memberikan contoh. Contohnya: Definisi
buah-buahan itu seperti apel, atau definisi nama itu seperti Muhammad.
5. Ta’rif bittaqsim. Ta’rif dengan pembagian. Lebih jelasnya, dalam ta’rif ini kita
menjelaskan sesuatu dengan bagian yang tercakup oleh sesuatu itu, bukan
menjelaskan esensinya. Contohnya: Definisi pohon itu adalah akar, batang, ranting
dan daun, atau definisi music itu adalah pop, jaz, dangdut dan lain sebagainya.
Semua ta’rif di atas tidak bisa dijadikan sandaran dalam diskusi dan
percakapan-percakapan intelektual, meskipun hampir sering kita gunakan dalam
percakapan sehari-hari. Karena masing-masing dari ta’rif tersebut tidak menjelaskan
esensi utuh dari sesuatu. Sebagaimana ia juga tidak bisa digunakan dalam setiap
kondisi.
Para ahli ilmu mantik memperkenalkan dua istilah ta’rif yang bisa dijadikan
dasar, yaitu:6
5
Muhammad Nuruddin, Mengenal Macam-Macam Definisi, diakses pada 18.59 17 Maret 2023
6
Ibid, diakses pada 19.34 17 Maret 2023
7
1. Ta’rif dengan hadd. Hadd artinya batasan. Ta’rif dengan hadd adalah definisi
yang membatasi hakikat sesuatu sehingga dengan adanya pembatasan tersebut
kita bisa membedakan sesuatu itu dengan sesuatu yang lain. Ta’rif hadd ada
dua macam, yaitu:
a. Hadd tam. Tam artinya sempurna. Dengan demikian, hadd tam adalah
salah satu macam ta’rif yang pembatasannya bersifat sempurna. Ta’rif
tam ini dirangkai melalui jins qarib dan fashl qarib. Contoh: Mobil
adalah kendaraan beroda empat. Kendaraan adalah jins qarib kepada
mobil karena tidak ada lagi jins di bawahnya. Sedangkan beroda empat
adalah fashl qarib baginya.
b. Hadd Naqish, yaitu ta’rif yang menggunakan rangkaian jins ba’id dan
fashl qarib atau hanya dengan fashl qarib saja. Contoh: Mobil adalah
benda mati beroda empat. Benda mati adalah jins ba’id bagi mobil dan
beroda empat adalah fashl qarib baginya.
2. Ta’rif dengan rasm, adalah ta’rif yang lebih menitikberatkan pada aksiden
(‘aradh), atau hal-hal yang berada di luar esensi dari sesuatu itu. Karena
itu, ta’rif ini tidak memberikan batasan yang tegas. Biasanya, yang disinggung
dalam ta’rif rasm ini ialah kekhususan (khash) yang dimiliki oleh sesuatu,
kegunaannya, manfaatnya, dampaknya, pengaruhnya, dan lain sebagainya.
Kalaupun ada penyertaan esensi, esensi yang disertakan itu hanya separuh saja,
tidak seutuhnya. Ta’rif rasm ada dua macam, yaitu:
a. Rasm tam, yaitu ta’rif yang menggunakan rangkaian jins qarib dan
khash. Contoh: Manusia adalah hewan yang dapat tertawa. Hewan
adalah jins qarib bagi manusia sedangkan tertawa adalah khash
baginya.
b. Rasm Naqish, yaitu ta’rif yang menggunakan rangkaian jins ba’id dan
khash atau hanya dengan khash saja. Contoh: Manusia adalah benda
hidup yang bisa tertawa. Benda hidup adalah jins ba’id bagi manusia
dan tertawa adalah khash baginya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi Secara harfiah, definisi atau ta’rif itu bermakna pengenalan, dari kata
kerja ‘arrafa-yu’arrifu, yang artinya memberitahu atau memperkenalkan. Dalam
9
bahasa Arab definisi itu dinamai ta’rif karena dialah yang memperkenalkan kita pada
makna utuh dari sesuatu yang sebelumnya tidak kita kenal.
Ada beberapa jenis ta’rif yang tidak bisa dijadikan pegangan atau sandaran,
khususnya dalam diskusi-diskusi ilmiah, karena ia tidak menjelaskan hakikat sesuatu
yang hendak didefinisikan, yaitu: ta’rif bil isyarah, ta’rif lafzhiy, ta’rif tanbihiy, ta’rif
bil mistal, dan ta’rif bittaqsim.
Sedangkan ta’rif yang bisa dijadikan dasar menurut para ahli ilmu mantiq ada
dua, yaitu: ta’rif dengan hadd dan ta’rif dengan rasm.
Ta’rif hadd juga dibagi menjadi dua macam lagi, yaitu hadd tam dan hadd naqish.
a. Had tam: yaitu ta’rif yang menggunakan jins qarib dan fashl qarib.
b. Had naqish: yaitu ta’rif yang menggunakan jins ba’id dan fashl qarib atau fashl
qarib saja.
Ta’rif rasm juga dibagi menjadi dua macam lagi, yaitu rasm tam dan rasm naqish.
a. Rasm tam: yaitu ta’rif yang menggunakan jins qarib dan khash.
b. Rasm naqish: yaitu ta’rif yang menggunakan jins ba’id dan khash atau khash
saja.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan opini mengenai
pembahasan makalah kami.
10
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi.. Ilmu Mantik Teknik Dasar Berpikir Logik, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2007)
11
Machendrawaty, Nanih dan Aep Kusnawan. 2003. Teknik Debat Dalam Islam,
(Bandung: CV. Pustaka Setia)
12