MAKALAH
Disusun oleh:
1. Siti Holisoh 1125020102
2. Siti Masyitoh 1125020103
3. Uswatun Hasanah 1125020113
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yuyun Wahyudin, Menguasai Balaghah (Cara Cerdas Berbahasa), (Yogyakarta: Nurma
Media Idea, 2007) hal.49
2
Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: Refika
Aditama, 2007) hal.31
3
Abdurarahman al-Ahdhori, Tarjamah Jauhar Maknun (Ilmu Balaghah), (Surabaya:
Mutiara Ilmu, 2009) hal.99
4
Yuyun Wahyudin, Op.cit., hal.51, lihat. Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Loc. Cit.
1
Berkenaan dengan majaz lughawi, memiliki dua kategori yakni majaz
isti’arah dan majaz mursal. Adapun majaz isti’arah telah dibahas dan dipaparkan
pada diskusi sebelumnya. Dan kali ini, segenap tim penyusun akan mencoba
mengupas secara singkat mengenai kategori yang kedua dari majaz lughawi,
yakni majaz mursal. Maka dari itu, kami tertarik untuk mengupas lebih lanjut
mengenai majaz mursal dengan makalah yang berjudul “Majaz Mursal dan
Macamnya.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Majaz Mursal?
2. Apa saja macam-macam Majaz Mursal?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
untuk:
1. Mengetahui pengertian Majaz Mursal
2. Mengetahui dan memahami macam-macam Majaz Mursal
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
wawasan khazanah ilmu pengetahuan dalam teknik kebahasaan dengan studi ilmu
Balaghah. Secara praktis makalah ini diharapkan dapat membantu untuk para
mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab agar terampil dalam berbahasa dengan
menggunakan aspek kajian ilmu Balaghah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Majas mursal ialah kalimat yang ‘alaqoh-nya tidak tasyabuh (tidak ada
persamaan). Ada yang diartikan se-juz (sebagian) dari lafaz yang artinya
kulli (semua), arti kulli dari lafaz juz’i atau sebaliknya, atau mengartikan
alat dari ma’lut atau mengartikan zharaf pada mazhruf, arti musabbab
pada arti sebab atau sebaliknya atau mengartikan yang sudah (madhi)
dengan arti mustaqbal atau arti mustaqbal dengan arti madhi, atau sesuatu
yang ditunggu-tunggu.”
5
Dalam KBBI, konotasi ialah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang
ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi.
6
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Arab-Indonesia), (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997) hal
7
Muhammad Gufran Zain ‘Alim, Balaghah Fii Ilmi Bayan, (Ponorogo: Gontor Press, 2006)
hal.73, lihat, Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani, Husnu Shiyaghah, (Rembang: Al-Barkah, 2007)
hal.162, lihat, Abdurrahman al-Ahdhori, Op.cit., hal.148
8
Abdurrahman al-Ahdhori, Op.cit,. hal 101
3
Perhatikan contoh di bawah ini:
Al-Mutanabbi berkata:9
أعدها منها وال أعدّدها# ي سابغة
ّ له أيّاد عل
“Ia mempunyai tangan-tangan yang berlimpah padaku, dan diriku ini merupakan
bagian darinya, dan aku tidak kuasa menghitungnya.”
1. Sababiyyah
Sababiyyah adalah salah satu indikator majaz mursal. Pada majaz ini
indikatornya adalah:
إطالق السبب و إرادة المسبب
“Menyebutkan sebab sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu yang
disebabkan.”
Maksudnya ialah majaz mursal yang menggunakan “sesuatu yang menjadi
penyebab” sebagai bahasan ungkapan, padahal makna yang dimaksud adalah
“akibat” atau musabbabnya.
9
Ali Al ــJarim dan Musthofa Amin, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah, (Bandung:
Sinar Baru Al-Gesindo, 2000) hal 150, lihat. Muhammad Ghufran Zain ‘Alim, Op.cit., hal 99
10
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Ibid.,
11
Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Op.cit., hal 38-41
4
Contoh:
بنى رئيس الجمهورية المساجد
“Presiden membangun masjid.”
Contoh di atas mengandung majaz mursal karena mengungkapkan sesuatu
melalui “penyebab kejadian” yaitu presiden, padahal makna yang dimaksud
adalah “al-ummal” (para pekerja bangunan) yakni orang yang disuruh oleh
presiden. Dalam hal ini, presiden adalah ‘sebab’dan para pekerja bangunan adalah
musabbab.
2. Musabbabiyah
Indikator kedua untuk majaz mursal adalah musababiyyah adalah:
إطالق المسبب و إرادة السبب
“Menyebutkan sesuatu yang disebabkan, sedangkan yang dimaksud adalah
sebabnya.”
Maksudnya ialah majaz mursal yang menggunakan “akibat dari sebuah
penyebab” sebagai bahasa ungkapan padahal makna yang dikehendaki adalah
“penyebabnya.”
Contoh:
ينزل لكم من السماء رزقا
"Dia menurunkan rizkimu dari langit."
Pada contoh ini, kata “rizq” digunakan pada majazinya yaitu “ghaits” (air
hujan) yang mengakibatkan kesuburan dan rizki yang banyak. Rizq adalah
musabbab dan air hujan adalah penyebab. Inilah yang dimaksud dengan ‘alaqah
musabbabiyyah.
3. Juziyyah
Konsep juziyyah sebagai indikator majaz mursal adalah:
إطالق الجزء و إرادة الك ّل
“Menyebutkan bagian dari sesuatu, sedangkan yang dimaksudnya adalah
keseluruhannya.”
5
Maksudnya yaitu majaz mursal yang menggunakan bahasa ungkapan
“sebagian”, padahal makna yang dimaksud adalah “keseluruhan.”
Contoh:
َّ ار َكعُوا َم َع
)٤٣( َالرا ِكعِين ْ َو
4. Kuliyyah
Kulliyyah sebagai indikator majaz mursal dalam ilmu Balaghah adalah:
إطالق الكل و إرادة الجزء
“Menyebutkan sesuatu keseluruhannya, sedangkan yang dimaksudnya adalah
sebagiannya.”
Maksudnya yaitu majaz mursal yang menggunakan bahasa ungkapan
“keseluruhan”, padahal makna yang dimaksud adalah “sebagiannya saja.”
Contoh:
قرأ األستاذ القرآن قبل التعليم
“Pak guru membaca al-Qur’an sebelum mengajar.”
Contoh di atas mengandung majaz mursal yaitu pada kata “al-Qur’an”.
Kata “al-Qur’an” sebagai sebuah keseluruhan mencakup semua surat dan ayat
yang ada di dalamnya. Namun, pada ungkapan di atas tidak digunakan dalam
makna kulliyahnya (keseluruhan), tetapi digunakan pada makna juziyyahnya,
yaitu sebagian dari ayat al-Qur’an. Dengan demikian, majaz mursal ini muncul
berdasarkan ‘alaqah kulliyah karena yang dimaksud “al-Qur’an” pada contoh di
atas adalah sebagian dari al-Qur’an.
6
5. I’tibaru maa kaana ""إعتبار ما كان
12
Muhammad Gufran Zain ‘Alim, Op.cit., hal.101
13
Ibid.
7
Dalam ungkapan di atas, kata yang mengandung makna majazi adalah kata
“an-naar” (api). Sedangkan yang dimaksud adalah “al-hathab” (kayu bakar).
Dalam hal ini, api menjadi sesuatu yang muncul dan terjadi kemudian setelah
kayu bakar itu dinyalakan terlebih dahulu. Demikianlah yang disebut dengan
I’tibar maa yakuunu.
7. Mahaliyyah )(المحلية
Mahaliyyah sebagai salah satu indikator majaz mursal adalah
menyebutkan tempat sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang
menempatinya.
Maksudnya ialah majaz mursal yang menggunakan “tempat” sebagai
bahasa ungkapan, padahal makna yang dimaksud adalah “sesuatu yang
menempatinya.”
Contoh:
يسرق اللص بيتا
Artinya:
“Pencuri itu telah mencuri rumah.”
Dalam ungkapan tersebut, kata “rumah” tidak digunakan dalam makna
ashly-nya sebagai sebuah tempat, tetapi digunakan dalam makna majazi-nya yaitu
“isi rumah” sebagai “sesuatu yang menempatinya”. Majaz seperti ini disebut
majaz mursal dengan ‘alaqah mahaliyyah, karena menggunakan tempat sebagai
bahasa pengungkapan padahal yang dimaksud adalah yang menempatinya.
8. Haliyyah )(الحالية
Haliyyah sebagai indikator majaz mursal adalah menyebutkan keadaan
sesuatu, sedangkan yang dimaksudkannya adalah yang menempatinya.
Maksudnya ialah majaz mursal yang muncul karena menggunakan “sesuatu yang
menempati” sebagai bahasa ungkapan, padahal makna yang dimaksud adalah
“tempatnya”.
Contoh:
8
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar dalam surga
yang penuh kenikmatan.” (QS. Al-Infithar, 82 : 13)
Firman Allah di atas menggunakan kata “na’im” (kenikmatan) dalam
makan majazy-nya yaitu jannah (surga). Kenikamatan adalah sesuatu yang berada
di surga, dan surga adalah tempat bagi kenikmatan tersebut. Dengan demikian,
maksud dari firman Allah di atas itu adalah “orang yang baik itu akan berada di
surga yang menjadi tempat bagi segala kenikmatan”. Majaz seperti ini disebut
majaz mursal dengan ‘alaqah haliyyah.
9. Aliyah ""ألية
Aliyah sebagai salah satu indikator majaz mursal adalah apabila
disebutkan alatnya, sedangkan yang dimaksudkannya adalah sesuatu yang
dihasilkan oleh alat tersebut.
Contoh:
Artinya:
“Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan
Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia.” (QS.Maryam: 50)
Pada ayat di atas, terdapat ungkapan ""لسان صدق. Secara leksikal ungkapan
tersebut bermakna “lisan yang jujur”. Sedangkan maksudnya adalah bahasa yang
jujur atau baik. Penggunaan alat لسانuntuk maksud اللغةdinamakan majaz mursal.
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, di-
antaranya:
1. Majaz Mursal adalah kata yang sengaja dipakai untuk menjelaskan bukan pada
makna aslinya yang alaqahnya tidak serupa dengan qarinahnya, akan tetapi
menunjukkan pada makna aslinya.
2. Macam-macam majaz mursal berdasarkan ‘alaqah (hubungan)-nya terbagi
menjadi sembilan macam, yakni:
a. Sabababiyyah
b. Musabbabiyyah
c. Juziyyah
d. Kulliyah
e. I’tibaru maa kaana
f. I’tibaru maa yakunu
g. Mahaliyyah
h. Haliyyah
i. Aliyyah
B. Saran
Berdasarkan pemaparan di atas, diharapkan bagi seorang sastrawan/i Arab
untuk benar-benar memahami aspek-aspek yang berkaitan dengan cara melakukan
pemilihan makna kata yang tepat agar dapat menghasilkan makna yang
diinginkan. Dan lebih memperbanyak bacaan mengenai aspek-aspek yang akan
dikaji.
10
DAFTAR PUSTAKA
Zain ‘Alim, Muhammad Ghufran, Balaghah Fii ‘Ilmi al-Bayan, Ponorogo: Gontor
Press, 2006.
11