Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Balaghah (Stilistika Alquran)
Oleh:
SITI KHOFIFAH (E03218027)
NELY SHELA SALSABILA (E73218059)
NURDIYANTI AKMALA (E93218121)
Dosen Pengampu:
MASNA HIMAWATI, MA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan makalah. Kemudian sholawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Alquran
dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Masna Hikmawati
MA., selaku dosen pengampu mata kuliah Balaghah (Stilistika Alquran) dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis yang selanjutnya. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Pengertian Majaz Mursal,Alaqah dan Qarinah ...................................................2
B. Ragam Alaqah (Hubungan) pada Majaz Mursal beserta contohnya ...................6
BAB III PENUTUP ...............................................................................................10
A. Kesimpulan ......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menciptakan bahasa sebagai perantara atau alat komunikasi antar sesama.
Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di
dalam hati. Namun,pula dapat diartikan bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Tanpa bahasa akan kesulitan untuk berkomunikasi, apalagi dengan
lawan bicara yang kebetulan berbeda bahasa. Bahasa juga dapat saling berhubungan,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan
kemampuan intelektual.
Telah kita ketahui, bahwa ada beraneka ragam bahasa, seperti contoh Bahasa
Indonesia, bahasa jawa, bahasa Inggris, Bahasa Perancis, bahasa isyarat, bahasa arab,
dll. Oleh karena itu, sebagai warga Negara Bangsa Indonesia, hendaknya kita harus
mampu memililah dan menggunakan bahasa sesuai dengan keperluannya.
Dalam berbahasa, pasti ada pula kata kiasan atau majaz yang berfungsi untuk
memperindah bahasa. Namun, dalam bahasa Arab Majaz merupakan Lafadz yang
digunakan pada selain makna aslinya, karena adanya keterkaitan makna disertai
Indikator yang mencegah dari pemahaman arti aslinya. Nah, pada kesempatan kali ini,
kami dari kelompok 9 akan berbagi ilmu sedikit tentang majaz mursal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majaz mursal?
2. Apa saja Alaqoh (hubungan) majaz mursal?
3. Bagaimana aplikasi Alaqah majaz mursal?
1
BAB II
PEMBAHASAN
المجاز المرسل كلمة استعملت في غير معناها األصلي لعالقة غير المشابهة مع قرينة مانعة من
إرادة المعنى األصلي
Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli
karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah yang
menghalangi pemahaman dengan makna yang asli. 3
1
Iwan Hermawan, Ushul Fiqih Metode Kajian Hukum Islam, (Kuningan: Hidayatul Quran,
2019), 203
2
Rima Rahma Yanti, Al Bayan Muhassinat Ma’nawiyah, (Malang: Universitas Negeri Malang,
t.th), 762.
3
Ali> Ja>rim dan Must}ofa> Ami>n, al-Bala>ghah al-Wa>d}ih}ah, (Jakarta: Raudhoh Press, 2007), 119.
2
3
المجاز المرسل وهو استعمال الكالمة في غير معناها الحقيقي لعال قة بينها وبين المعنى
المجازي غير المشابهة مع وجود قرينة تمنع إرادة المعنى الحقيقي للكلمة
Majaz mursal adalah penggunaan kata bukan untuk makna yang sebenarnya
karena adanya hubungan dengan makna majazi yang selain keserupaan serta
adanya qorinah yang menghalangi pemahaman makna kata yang sebenarnya”.4
c. Menurut Sayyid Ah}mad al-H{a>syimi> dalam kitab Jawa>hir al-Bala>ghah:
المجاز المرسل وهو الكالمة المستعملة قصدا في غير معناها األصلي لمالحظة عالقة غير
5
المشابهة مع قرينة دالة على عدم إرادة المعنى األصلي
Majaz Mursal ialah kata yang disengaja digunakan untuk menunjukkan selain
arti aslinya karena melihat persesuaian yang bukan penyerupaan serta adanya
pertanda yang menunjukkan untuk tidak menghendaki makna aslinya
و هو مجاز تكون العالقة بين المعنى الحقيقي و المجازي قائمة غير المشابهاة
Majaz mursal adalah majaz yang hubungan antara makna hakiki dan majazi
berupa hubungan tidak langsung.
Seperti contoh:
Fokus pembahasan dari contoh diatas yaitu kata رزقا (rizki). Yang dimaksud
hubungan yang tidak langsung yaitu adanya hubungan sebab ( ) عالقة سببية.
4
Emil Badi’ Ya’qu>b, al Mu’ayyin fi al Balaghah: al Bayan, al Badi’, al Ma’any, (Beirut: Alam
al Kutub, 2000), 30.
5
Al-Sayyid Ah}mad al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah (Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah,
t.th), 252.
4
Dalam contoh tersebut dijelaskan bahwa air hujan yang menjadi sebab adanya
rizki Allah.6
Majaz ini dinamakan Mursal karena lafaz إرسال artinya menurut bahasa
adalah إطالق yang berarti terlepas. isti’arah terikat karena adanya dakwaan
penyatuan makna musyabbah bih. Sedangkan majaz mursal terlepas dari ikatan
tersebut. Dikatakan pula bahwasanya majaz ini dinamakan mursal karena
terlepasnya dari ikatan (taqyid) dengan persesuaian khusus,7
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa majaz mursal ialah majaz yang
alaqahnya tidak memiliki keserupaan/ kesamaan.8 Jadi, suatu kalimat majaz dapat
diketahui mengandung majaz istiarah atau majaz mursal dengan melihat alaqahnya.
majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang banyak dibandingkan dengan
isti’arah yang hanya mempunyai satu persesuaian yaitu musyabbah (perserupaan).
d. Pengertian Alaqah
’Alaqah ( )عالقةadalah
Disebut ’alaqah karena dengan hal itu makna yang kedua dapat berkait dan
bersambung dengan makna yang pertama. Dengan demikian hati langsung
berpindah dari makna yang pertama menuju makna yang kedua. Dengan
diisyaratkannya melihat persesuaian, maka dikecualikan ucapan yang keliru atau
6
Kuswoyo, “Dualisme hakikat Majaz”, (Artikel tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi Nadhatul
Ulama Madiun, t.th), 83.
7
Abd al-Azi<z ibn Ali> al-H{arabi<, al-Bala>ghah al-Muyassarah (Beirut: Dar ibn H{azm, 2011), 64.
8
Ahmad Syatibi, Balaghah I (Ilmu Bayan): Pengantar Memahami Bahasa Alquran, Cet. 3
(Jakarta: Tarjamah Center, 2016), 117.
9
Irdayanti, “Analisis majaz mursal”, (Artikel tidak diterbitkan, Universitas Sumatra Utara
Medan, 2017), 22.
5
األمر الذي يجعله المتكلم دليال على أنه إراد باللفظ غير ما وضع له: القرينة هي
Qarinah adalah hal yang dijadikan oleh mutakallim sebagai petunjuk bahwa
dia menghendaki dengan suatu lafaz itu pada selain makna aslinya atau yang
di sebut juga mencegah makna aslinya (indikator) yang menghubungkan
makna majaz dan makna asli”.11
kenyataan yang ada. Contohnya ialah seperti ucapan kita رايت أسدا في المدرسة yang
artnya aku melihat seekor singa di madrasah. Qarinah pada contoh tersebut ialah
10
Muhammad Syamsudin Noor, “Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah” (Artikel tidak
diterbitkan, IAIN Antasari, t.th), 26.
11
Irdayanti, “Analisis majaz mursal” , 24.
6
lafadz madrasah. Karena singa yang sebenarnya mustahil berada di madrasah jadi
kalimat tersebut adalah majaz (isti’arah) yang qarinah-nya adalah lafzhiyyah.
Qarinah disebut sebagai haliyyah, apabila qarinah hanya dipahami dari
keadaan mutakallim atau dari kenyataan yang ada. Contohnya ialah firman Allah
12
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat (Surabaya: Al-Hidayah, t.th), 124.
13
Marjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’, (Yogyakarta: Teras, 2007), 41-
46.
14
Ramadani Sagala, Balaghah (Lampung: IAIN Raden Intan Press, 2016), 61.
15
Al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah, 253.
6
ِ
ْ فَ َم ْن َش ِه َد مْن ُك ُم الش
16
ُص ْمه
ُ ََّهَر فَ ْلي
Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa
Lafadz الشهرا bermakna majazi yaitu الهالل (bulan tsabit). Mengingat masuknya
bulan baru (Ramadhan) itu ditandai dengan melihat bulan tsabit, maka dapat
dikatakan bahwa hubungan antara makna hakiki dengan makna majazi adalah
hubungan musabbabiyah, karena masuknya bulan baru Ramadhan akibat dari
munculnya bulan tsabit. Adapun qarinah dari contoh tersebut adalah “berpuasa”.
3. Hubungan Kulliyah (( الكليةKeseluruhan))
mulut? Tidak, orang berbicara dengan lisan bukan mulut. Namun, kita boleh
mengatakan dengan dengan ungkapan بأفواههم نتكلم, yang dimaksud lafadz أفواههم
adalah makna majazinya, yaitu lisan.18 Dalam firman di atas disebutkan yang
umum, sedangkan yang dimaksud adalah bagian dari yang umum. Maka hubungan
yang ada adalah hubungan kulliyah.
16
Alquran: 2: 185.
17
Alquran: 3: 167.
18
Al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah, 254.
7
Lafadz عين yang berarti mata. Benarkah seseorang itu apabila senang hanya
matanya, sedang yang lainnya tidak senang? Tentu yang senang adalah seluruh
tubuhnya, bukan sebagian dari tubuh itu. ( عينmata) bagian جزءdari tubuh, namun
5. Hubungan melihat masa lalu (( اعتبار ما كانMenunjukkan masa lampau)), maksudnya
makna majaz menunjukkan kepada hal yang telah lalu.19 Seperti contoh dalam Q.S
Surah An-Nisa: 2
20
َوآتُوا الْيَ تَ َامى أ َْم َوالَ ُه ْم
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka.
Lafadz امى
َ َ( الْيَ تanak-anak yatim) jika makna hakiki adalah seorang anak-anak, tentu
tidak mungkin seorang anak-anak mengelola harta setelah orang tuanya meninggal.
Maka yang dimaksud adalah makna majazinya yaitu orang yang sudah dewasa
yang dulunya anak yatim. Lafadz اليتمىmakna hakikinya anak yatim dan makna
19
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat (Surabaya: Al-Hidayah, t.th), 127.
20
Alquran: 4: 2.
8
majazinya adalah orang dewasa yang dulunya yatim, maka hubungan yang ada
adalah melihat masa lalu. Qarinah contoh tersebut adalah harta.
6. Hubungan melihat masa depan (( اعتبار ما يكونMenunjukkan masa yang akan
datang)), maksudnya makna majaz yang menunjukkan apa yang akan terjadi.21
Lafadz خمرا yang berarti khamr. Khamr disini dimaksudkan kepada makna
majazinya, yaitu العنبyang berarti buah anggur. Buah anggur diperas kemudian
menghasilkan Anggur. Maka hubungan makna hakiki (khamr) dengan makna
majazinya (buah anggur) adalah melihat masa yang akan datang atau sesuatu yang
akan terjadi.
menunjukkan keadaan.
Lafadz فَِفى َر ْح َم ِة اللَّ ِه berarti di dalam rahmat Allah. Rahmat bukan suatu bentuk
ruangan jadi orang tidak bisa berada di dalamnya, rahmat Allah adalah suatu
keadaan yang membuat orang merasa nyaman atau sebaliknya. Yang dikehendaki
21
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat..., 127.
22
Alquran: 3: 107
9
pada lafadz فَِفى َر ْح َم ِة اللَّه adalah majazinya yaitu (surga).23 Maka hubungannya
Lafadz قريةyang berarti desa. Tentu kita tidak bisa bertanya kepada desa, sedang
yang dimaksud lafadz tersebut adalah penduduk desa. Yang dikemukakan adalah
desa, namun yang dimaksud adalah penduduk desa, maka hubungannya adalah
hubungan tempat.
23
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Majaz mursal ialah majaz yang alaqahnya tidak memiliki keserupaan/
kesamaan. Suatu kalimat majaz dapat diketahui mengandung majaz istiarah atau majaz
mursal dengan melihat alaqahnya. majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang
banyak dibandingkan dengan isti’arah yang hanya mempunyai satu persesuaian yaitu
musyabbah (perserupaan). Alaqah Majaz Mursal dikonsepkan menjadi 8 macam,
diantaranya:
1. Hubungan sebab ( )السبيية, yaitu makna majaz menunjukkan sebab sesuatu.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan, Iwan. Ushul Fiqih Metode Kajian Hukum Islam. Kuningan: Hidayatul
Quran. 2019.
Yanti, Rima Rahma. Al Bayan Muhassinat Ma’nawiyah. Malang : Universitas Negeri
Malang. t.th.
Ami>n, Ali> Ja>rim dan Must}ofa>. al-Bala>ghah al-Wa>d}ih}ah. Jakarta: Raudhoh Press. 2007.
Yaqub, Emil Badi’. Al-Mu’ayyin fi al Bala>ghah: al Baya>n, al Badi>’, al Ma’ani<. Beirut:
Alam al Kutub. 2000.
Kuswoyo. “Dualisme hakikat Majaz”. (Artikel tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi
Nadhatul Ulama Madiun).
Irdayanti, “Analisis majaz mursal”. (Artikel tidak diterbitkan, Universitas Sumatra
Utara, 2017)
Idris, Marjoko, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’. Yogyakarta: Teras. 2007
T{amu>m, Mus}t}afa> dkk. Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat. Surabaya: Al-Hidayah. t.th.
Al-H{arabi<, Abd al-Azi<z ibn Ali>. al-Bala>ghah al-Muyassarah. Beirut: Dar ibn H{azm.
2011.
Syatibi, Ahmad. Balaghah I (Ilmu Bayan): Pengantar Memahami Bahasa Alquran.
Cet. 3. Jakarta: Tarjamah Center. 2016.
Noor, Muhammad Syamsudin. “Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah” (Artikel
tidak diterbitkan, IAIN Antasari. t.th)
Ramadani Sagala, Balaghah (Lampung: IAIN Raden Intan Press, 2016), 61.