Anda di halaman 1dari 15

AL-MAJA<Z AL-MURSAL

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Balaghah (Stilistika Alquran)

Oleh:
SITI KHOFIFAH (E03218027)
NELY SHELA SALSABILA (E73218059)
NURDIYANTI AKMALA (E93218121)

Dosen Pengampu:
MASNA HIMAWATI, MA

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan makalah. Kemudian sholawat beserta salam kita sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Alquran
dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Masna Hikmawati
MA., selaku dosen pengampu mata kuliah Balaghah (Stilistika Alquran) dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis yang selanjutnya. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 15 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. Pengertian Majaz Mursal,Alaqah dan Qarinah ...................................................2
B. Ragam Alaqah (Hubungan) pada Majaz Mursal beserta contohnya ...................6
BAB III PENUTUP ...............................................................................................10
A. Kesimpulan ......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menciptakan bahasa sebagai perantara atau alat komunikasi antar sesama.
Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di
dalam hati. Namun,pula dapat diartikan bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat
untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Tanpa bahasa akan kesulitan untuk berkomunikasi, apalagi dengan
lawan bicara yang kebetulan berbeda bahasa. Bahasa juga dapat saling berhubungan,
saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan
kemampuan intelektual.
Telah kita ketahui, bahwa ada beraneka ragam bahasa, seperti contoh Bahasa
Indonesia, bahasa jawa, bahasa Inggris, Bahasa Perancis, bahasa isyarat, bahasa arab,
dll. Oleh karena itu, sebagai warga Negara Bangsa Indonesia, hendaknya kita harus
mampu memililah dan menggunakan bahasa sesuai dengan keperluannya.
Dalam berbahasa, pasti ada pula kata kiasan atau majaz yang berfungsi untuk
memperindah bahasa. Namun, dalam bahasa Arab Majaz merupakan Lafadz yang
digunakan pada selain makna aslinya, karena adanya keterkaitan makna disertai
Indikator yang mencegah dari pemahaman arti aslinya. Nah, pada kesempatan kali ini,
kami dari kelompok 9 akan berbagi ilmu sedikit tentang majaz mursal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majaz mursal?
2. Apa saja Alaqoh (hubungan) majaz mursal?
3. Bagaimana aplikasi Alaqah majaz mursal?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majaz Mursal, Alaqah dan Qarinah


1. Majaz Mursal
Majaz sendiri berasal dari kata Al-Jawaz yang artinya melampui, menurut
istilah majaz adalah lafadz yang digunakan bukan pada asalnya karena adanya
keterkaitan makna disertai Indikator yang mencegah dari pemahaman arti aslinya.1
Majaz dibagi menjadi 2, yaitu majaz aqli dan majaz lafdz, Majaz ‘aqli yaitu
menyandarkan sebuah aktivitas bukan pada pelaku yang sebenarnya. Sedangkan
majaz Lughawi adalah memaknai sesuatu dengan makna yang bukan sebenarnya
karena memang tidak bisa dimaknai dngan sebenarnya.
Adapun majaz lughowi dibagi menjadi 2, yaitu majaz mursal dan majaz
isti’arah. Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan pada tempatnya
(menggunakan kata lain) karena adanya suatu hubungan.2 Beberapa ulama juga
mendefinisikan majaz mursal, sebagai berikut:
a. Majaz mursal menurut Ali Jarim dan Musthofa Amin adalah :

‫المجاز المرسل كلمة استعملت في غير معناها األصلي لعالقة غير المشابهة مع قرينة مانعة من‬
‫إرادة المعنى األصلي‬
Majaz mursal adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli
karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada qorinah yang
menghalangi pemahaman dengan makna yang asli. 3

b. Menurut Emil Badi’ Ya’qub adalah :

1
Iwan Hermawan, Ushul Fiqih Metode Kajian Hukum Islam, (Kuningan: Hidayatul Quran,
2019), 203
2
Rima Rahma Yanti, Al Bayan Muhassinat Ma’nawiyah, (Malang: Universitas Negeri Malang,
t.th), 762.
3
Ali> Ja>rim dan Must}ofa> Ami>n, al-Bala>ghah al-Wa>d}ih}ah, (Jakarta: Raudhoh Press, 2007), 119.

2
3

‫المجاز المرسل وهو استعمال الكالمة في غير معناها الحقيقي لعال قة بينها وبين المعنى‬
‫المجازي غير المشابهة مع وجود قرينة تمنع إرادة المعنى الحقيقي للكلمة‬
Majaz mursal adalah penggunaan kata bukan untuk makna yang sebenarnya
karena adanya hubungan dengan makna majazi yang selain keserupaan serta
adanya qorinah yang menghalangi pemahaman makna kata yang sebenarnya”.4
c. Menurut Sayyid Ah}mad al-H{a>syimi> dalam kitab Jawa>hir al-Bala>ghah:
‫المجاز المرسل وهو الكالمة المستعملة قصدا في غير معناها األصلي لمالحظة عالقة غير‬
5
‫المشابهة مع قرينة دالة على عدم إرادة المعنى األصلي‬
Majaz Mursal ialah kata yang disengaja digunakan untuk menunjukkan selain
arti aslinya karena melihat persesuaian yang bukan penyerupaan serta adanya
pertanda yang menunjukkan untuk tidak menghendaki makna aslinya

Dalam referensi lain, mengartikan majaz mursal adalah :

‫و هو مجاز تكون العالقة بين المعنى الحقيقي و المجازي قائمة غير المشابهاة‬
Majaz mursal adalah majaz yang hubungan antara makna hakiki dan majazi
berupa hubungan tidak langsung.

Seperti contoh:

‫و ينزل لكم من السماء رزقا‬


Dan kami menurunkan rizki dari langit buat kamu sekalian”.

Fokus pembahasan dari contoh diatas yaitu kata ‫رزقا‬ (rizki). Yang dimaksud

dengan rizki disini bukanlah makna hakikinya, melainkan makna majazinya,


yaitu air hujan. Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi di sini adalah

hubungan yang tidak langsung yaitu adanya hubungan sebab ( ‫) عالقة سببية‬.

4
Emil Badi’ Ya’qu>b, al Mu’ayyin fi al Balaghah: al Bayan, al Badi’, al Ma’any, (Beirut: Alam
al Kutub, 2000), 30.
5
Al-Sayyid Ah}mad al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah (Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah,
t.th), 252.
4

Dalam contoh tersebut dijelaskan bahwa air hujan yang menjadi sebab adanya
rizki Allah.6

Majaz ini dinamakan Mursal karena lafaz ‫إرسال‬ artinya menurut bahasa

adalah ‫إطالق‬ yang berarti terlepas. isti’arah terikat karena adanya dakwaan

penyatuan makna musyabbah bih. Sedangkan majaz mursal terlepas dari ikatan
tersebut. Dikatakan pula bahwasanya majaz ini dinamakan mursal karena
terlepasnya dari ikatan (taqyid) dengan persesuaian khusus,7
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa majaz mursal ialah majaz yang
alaqahnya tidak memiliki keserupaan/ kesamaan.8 Jadi, suatu kalimat majaz dapat
diketahui mengandung majaz istiarah atau majaz mursal dengan melihat alaqahnya.
majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang banyak dibandingkan dengan
isti’arah yang hanya mempunyai satu persesuaian yaitu musyabbah (perserupaan).
d. Pengertian Alaqah

’Alaqah (‫ )عالقة‬adalah

‫ المناسبة بين المعنى المنقول عنه والمنقول اليه‬: ‫العالقة هي‬


‘Alaqah adalah persesuaian yang menghubungkan antara makna yang berpindah
dan makna yang dipindahkan.9

Disebut ’alaqah karena dengan hal itu makna yang kedua dapat berkait dan
bersambung dengan makna yang pertama. Dengan demikian hati langsung
berpindah dari makna yang pertama menuju makna yang kedua. Dengan
diisyaratkannya melihat persesuaian, maka dikecualikan ucapan yang keliru atau

6
Kuswoyo, “Dualisme hakikat Majaz”, (Artikel tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi Nadhatul
Ulama Madiun, t.th), 83.
7
Abd al-Azi<z ibn Ali> al-H{arabi<, al-Bala>ghah al-Muyassarah (Beirut: Dar ibn H{azm, 2011), 64.
8
Ahmad Syatibi, Balaghah I (Ilmu Bayan): Pengantar Memahami Bahasa Alquran, Cet. 3
(Jakarta: Tarjamah Center, 2016), 117.
9
Irdayanti, “Analisis majaz mursal”, (Artikel tidak diterbitkan, Universitas Sumatra Utara
Medan, 2017), 22.
5

Ghala>t.} 10 Seperti ucapan, “ambillah buku ini”, dengan mengisyaratkan kepada


seekor kuda misalnya. Sebab dalam contoh ini tidak ada persesuaian yang bisa
dilihat.
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa ’alaqah adakalanya penyerupaan dan
adakalanya bukan penyerupaan. ’alaqah merupakan penyerupaan terdapat dalam
isti’arah sedangkan ’alaqah yang bukan penyerupaan terdapat dalam majaz mursal
dan majaz ’aqliy. ’Alaqah yang bukan penyerupaan ada beberapa macam. Diantara
macam-macam itu ada yang khusus terdapat pada majaz mursal, ada yang khusus
terdapat pada majaz aqliy dan ada pula yang bisa berlaku pada kedua macam majaz
tersebut.
e. Pengertian Qarinah
Qarinah ialah:

‫ األمر الذي يجعله المتكلم دليال على أنه إراد باللفظ غير ما وضع له‬: ‫القرينة هي‬
Qarinah adalah hal yang dijadikan oleh mutakallim sebagai petunjuk bahwa
dia menghendaki dengan suatu lafaz itu pada selain makna aslinya atau yang
di sebut juga mencegah makna aslinya (indikator) yang menghubungkan
makna majaz dan makna asli”.11

Dengan ketentuan qarinah yang “menghalangi untuk menghendaki makna asli”,


maka dikecualikan bentuk “kinayah” Sebab kinayah mempunyai qarinah yang
tidak menghalangi untuk menghendaki makna asli.
Qarinah dibagi menjadi 2, yaitu qarinah lafdziyyah dan halliyah. Qarinah
Lafdziyyah adalah qarinah yang diucapkan dalam susunan kalimat. Sedangkan
qarinah Halliyah adalah qarinah yang dipahami dari keadaan mutakallim atau dari

kenyataan yang ada. Contohnya ialah seperti ucapan kita ‫رايت أسدا في المدرسة‬ yang

artnya aku melihat seekor singa di madrasah. Qarinah pada contoh tersebut ialah

10
Muhammad Syamsudin Noor, “Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah” (Artikel tidak
diterbitkan, IAIN Antasari, t.th), 26.
11
Irdayanti, “Analisis majaz mursal” , 24.
6

lafadz madrasah. Karena singa yang sebenarnya mustahil berada di madrasah jadi
kalimat tersebut adalah majaz (isti’arah) yang qarinah-nya adalah lafzhiyyah.
Qarinah disebut sebagai haliyyah, apabila qarinah hanya dipahami dari
keadaan mutakallim atau dari kenyataan yang ada. Contohnya ialah firman Allah

‫يجعلون أصبعهم في اذانهم‬


mereka menjadikan jari-jari mereka di dalam telinga mereka.
Qarinah dari ayat ini tidak dipahami dari lafaz-lafaznya melainkan dari
keadaannya saja bahwa mustahil memasukkan jari ke dalam telinga. Karena itu
qarinah-nya disebut haliyyah.12
B. Ragam Alaqoh (hubungan) pada Majaz Mursal
Alaqah Majaz Mursal dibagi menjadi 8 macam, diantaranya:13
1. Hubungan sebab (‫ )السبيية‬, yaitu makna majaz menunjukkan sebab sesuatu.14

Contohnya: Al-Mutanabbi berkata

‫له اياد على سابغة * اعد منها وال أعددها‬


ia mempunyai tangan-tangan yang berlimpah padaku, aku adalah bagian
darinya, dan aku tak kuasa menghitungnya.

Lafadz ‫ اياد‬pada puisi tersebut menghendaki makna majazi, bermakna kenikmatan-

kenikmatan. Makna hakikinya adalah tangan, dan makna majazinya adalah


kenikmatan kenikmatan, tangan menjadi sebab adanya kenikmatan-kenikmatan.

2. Hubungan Musabbabiyah (‫)مسببية‬, yaitu makna majaz menunjukkan akibat bagi

sesuatu.15 Contohnya: surah Al-Baqarah: 185

12
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat (Surabaya: Al-Hidayah, t.th), 124.
13
Marjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’, (Yogyakarta: Teras, 2007), 41-
46.
14
Ramadani Sagala, Balaghah (Lampung: IAIN Raden Intan Press, 2016), 61.
15
Al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah, 253.
6

ِ
ْ ‫فَ َم ْن َش ِه َد مْن ُك ُم الش‬
16
ُ‫ص ْمه‬
ُ َ‫َّهَر فَ ْلي‬
Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa

Lafadz ‫الشهرا‬ bermakna majazi yaitu ‫الهالل‬ (bulan tsabit). Mengingat masuknya

bulan baru (Ramadhan) itu ditandai dengan melihat bulan tsabit, maka dapat
dikatakan bahwa hubungan antara makna hakiki dengan makna majazi adalah
hubungan musabbabiyah, karena masuknya bulan baru Ramadhan akibat dari
munculnya bulan tsabit. Adapun qarinah dari contoh tersebut adalah “berpuasa”.
3. Hubungan Kulliyah (‫( الكلية‬Keseluruhan))

Hubungan Kulliyah yaitu makna majaz menunjukkan keseluruhan meskipun yang


disebutkan menunjukkan makna sebagian. Contohnya dalam Q.S Surah Ali-Imran:
167.
17
‫س فِ ْي قُلُ ْوبِ ِه ْم‬ ِِ ِ
َ ‫يَ ُق ْولُْو َن باَفْ َواهه ْم َما لَْي‬
Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya”.

Penggunaan lafadz ‫أفواههم‬ (mulut mereka). Benarkah orang berbicara dengan

mulut? Tidak, orang berbicara dengan lisan bukan mulut. Namun, kita boleh

mengatakan dengan dengan ungkapan ‫بأفواههم‬ ‫نتكلم‬, yang dimaksud lafadz ‫أفواههم‬
adalah makna majazinya, yaitu lisan.18 Dalam firman di atas disebutkan yang
umum, sedangkan yang dimaksud adalah bagian dari yang umum. Maka hubungan
yang ada adalah hubungan kulliyah.

16
Alquran: 2: 185.
17
Alquran: 3: 167.
18
Al-H{a>syimi>, Jawa>hir al-Bala>ghah, 254.
7

4. Hubungan Juziyyah (‫الجزئية‬/Sebagian), yaitu makna majaz menunjukkan sebagian

meskipun kata yang digunakan menunjukkan keseluruhan.


ِ ‫فَرجع‬
َ ‫نك الَى أ ُِم‬
‫ك َك ْى تَ َقَّر َعْي نُ َها َوالَ تَ ْخَز ْن‬ َ ََْ
Maka kami mengembalikanmu (Musa a.s) ke ibumu agar senang matanya dan tidak
berduka cita. (Surah Thaha: 40)

Lafadz ‫عين‬ yang berarti mata. Benarkah seseorang itu apabila senang hanya

matanya, sedang yang lainnya tidak senang? Tentu yang senang adalah seluruh

tubuhnya, bukan sebagian dari tubuh itu. ‫( عين‬mata) bagian ‫ جزء‬dari tubuh, namun

yang dimaksud adalah seluruhnya. Maka hubungannya adalah juziyyah.

5. Hubungan melihat masa lalu (‫( اعتبار ما كان‬Menunjukkan masa lampau)), maksudnya

makna majaz menunjukkan kepada hal yang telah lalu.19 Seperti contoh dalam Q.S
Surah An-Nisa: 2

20
‫َوآتُوا الْيَ تَ َامى أ َْم َوالَ ُه ْم‬
Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka.

Lafadz ‫امى‬
َ َ‫( الْيَ ت‬anak-anak yatim) jika makna hakiki adalah seorang anak-anak, tentu
tidak mungkin seorang anak-anak mengelola harta setelah orang tuanya meninggal.
Maka yang dimaksud adalah makna majazinya yaitu orang yang sudah dewasa
yang dulunya anak yatim. Lafadz ‫ اليتمى‬makna hakikinya anak yatim dan makna

19
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat (Surabaya: Al-Hidayah, t.th), 127.
20
Alquran: 4: 2.
8

majazinya adalah orang dewasa yang dulunya yatim, maka hubungan yang ada
adalah melihat masa lalu. Qarinah contoh tersebut adalah harta.

6. Hubungan melihat masa depan (‫( اعتبار ما يكون‬Menunjukkan masa yang akan

datang)), maksudnya makna majaz yang menunjukkan apa yang akan terjadi.21

‫إنى أرانى أعصر خمرا‬


Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku memeras khamar

Lafadz ‫خمرا‬ yang berarti khamr. Khamr disini dimaksudkan kepada makna

majazinya, yaitu ‫ العنب‬yang berarti buah anggur. Buah anggur diperas kemudian
menghasilkan Anggur. Maka hubungan makna hakiki (khamr) dengan makna
majazinya (buah anggur) adalah melihat masa yang akan datang atau sesuatu yang
akan terjadi.

7. Hubungan menerangkan keadaan (‫الحالية‬/ Keadaan), maksudnya makna majaz yang

menunjukkan keadaan.

‫َّت ُو ُج ْوُه ُه ْم فَِفى َر ْح َم ِة الله‬


22 ِ َّ ِ
ْ ‫َوأ ََما الَّذيْ َن ابْيَض‬
Dan apapun orang-orang yang berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat
Allah: mereka kekal di dalamnya”. (Surah Ali-Imran: 107)

Lafadz ‫فَِفى َر ْح َم ِة اللَّ ِه‬ berarti di dalam rahmat Allah. Rahmat bukan suatu bentuk

ruangan jadi orang tidak bisa berada di dalamnya, rahmat Allah adalah suatu
keadaan yang membuat orang merasa nyaman atau sebaliknya. Yang dikehendaki

21
Mus}t}afa> T{amu>m dkk, Qowa>id al-Lughat..., 127.
22
Alquran: 3: 107
9

pada lafadz ‫فَِفى َر ْح َم ِة اللَّه‬ adalah majazinya yaitu (surga).23 Maka hubungannya

makna hakiki dan majazi adalah menerangkan keadaan surga.

8. Hubungan menerangkan tempat (‫المحالية‬/Menunjukkan tempat), maksudnya makna

majaz menunjukkan tempat. Q.S Yusuf ayat 82

‫اساَِل الْ َق ْريَِة الَّتِى ُكنَّافِْي َها‬


ْ ‫َو‬
Dan tanyakan kepada desa yang kami semula disana.

Lafadz ‫ قرية‬yang berarti desa. Tentu kita tidak bisa bertanya kepada desa, sedang
yang dimaksud lafadz tersebut adalah penduduk desa. Yang dikemukakan adalah
desa, namun yang dimaksud adalah penduduk desa, maka hubungannya adalah
hubungan tempat.

23
Ibid.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Majaz mursal ialah majaz yang alaqahnya tidak memiliki keserupaan/
kesamaan. Suatu kalimat majaz dapat diketahui mengandung majaz istiarah atau majaz
mursal dengan melihat alaqahnya. majaz ini mempunyai persesuaian-persesuaian yang
banyak dibandingkan dengan isti’arah yang hanya mempunyai satu persesuaian yaitu
musyabbah (perserupaan). Alaqah Majaz Mursal dikonsepkan menjadi 8 macam,
diantaranya:
1. Hubungan sebab (‫ )السبيية‬, yaitu makna majaz menunjukkan sebab sesuatu.

2. Hubungan Musabbabiyah (‫)مسببية‬, yaitu makna majaz menunjukkan akibat bagi


sesuatu.
3. Hubungan Kulliyah (‫( الكلية‬Keseluruhan))

4. Hubungan Juziyyah (‫الجزئية‬/Sebagian), yaitu makna majaz menunjukkan sebagian


meskipun kata yang digunakan menunjukkan keseluruhan.
5. Hubungan melihat masa lalu (‫( اعتبار ما كان‬Menunjukkan masa lampau)), maksudnya
makna majaz menunjukkan kepada hal yang telah lalu.
6. Hubungan melihat masa depan (‫( اعتبار ما يكون‬Menunjukkan masa yang akan datang)),
maksudnya makna majaz yang menunjukkan apa yang akan terjadi.
7. Hubungan menerangkan keadaan (‫الحالية‬/ Keadaan), maksudnya makna majaz yang
menunjukkan keadaan.
8. Hubungan menerangkan tempat (‫المحالية‬/Menunjukkan tempat), maksudnya makna
majaz menunjukkan tempat.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Iwan. Ushul Fiqih Metode Kajian Hukum Islam. Kuningan: Hidayatul
Quran. 2019.
Yanti, Rima Rahma. Al Bayan Muhassinat Ma’nawiyah. Malang : Universitas Negeri
Malang. t.th.
Ami>n, Ali> Ja>rim dan Must}ofa>. al-Bala>ghah al-Wa>d}ih}ah. Jakarta: Raudhoh Press. 2007.
Yaqub, Emil Badi’. Al-Mu’ayyin fi al Bala>ghah: al Baya>n, al Badi>’, al Ma’ani<. Beirut:
Alam al Kutub. 2000.
Kuswoyo. “Dualisme hakikat Majaz”. (Artikel tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi
Nadhatul Ulama Madiun).
Irdayanti, “Analisis majaz mursal”. (Artikel tidak diterbitkan, Universitas Sumatra
Utara, 2017)
Idris, Marjoko, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’. Yogyakarta: Teras. 2007
T{amu>m, Mus}t}afa> dkk. Qowa>id al-Lughat al-‘Arabiyyat. Surabaya: Al-Hidayah. t.th.
Al-H{arabi<, Abd al-Azi<z ibn Ali>. al-Bala>ghah al-Muyassarah. Beirut: Dar ibn H{azm.
2011.
Syatibi, Ahmad. Balaghah I (Ilmu Bayan): Pengantar Memahami Bahasa Alquran.
Cet. 3. Jakarta: Tarjamah Center. 2016.
Noor, Muhammad Syamsudin. “Majaz Mursal Dalam Surah Al-Baqarah” (Artikel
tidak diterbitkan, IAIN Antasari. t.th)
Ramadani Sagala, Balaghah (Lampung: IAIN Raden Intan Press, 2016), 61.

Anda mungkin juga menyukai