Anda di halaman 1dari 5

Nama Kelompok :

Garnis Famila Ratsono Putri (21/473906/SA/20790)


Itsna Arbianti (21/479853/SA/21080)
Athaya Zaneta Widyadhari (21/482849/SA/21272)

Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti ‘bahasa’. Tujuan utama dari
ilmu linguistik adalah mempelajari bahasa secara deskriptif. Pakar linguistik biasa
disebut dengan linguis. Berikut merupakan teori teori dari beberapa tokoh linguistik.

1. Leonard Bloomsfield
Leonard Bloomfield (1887-1949,Amerika) Dalam
menganalisis bahasa, Bloomfield dipengaruhi oleh 2
aliran psikologi yang saling bertentangan yaitu
mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya beliau
menggunakan prinsip-prinsip mentalisme (yang sejalan
dengan teori psikologi Wundt). Di sini beliau
berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan
pengalaman yang menyenangkan terutama karena
adanya tekanan emosi yang kuat. Jika melahirkan
pengalaman dalam bentuk bahasa ini karena adanya
tekanan emosi yang kuat maka muncullah ucapan (kalimat) aklamasi. Jika pengalaman
ini lahir dari keinginan berkomunikasi maka lahirlah kalimat deklarasi. Jika keinginan
berkomunikasi ini bertukar menjadi keinginan untuk mengetahui maka akan menjadi
kalimat interogasi.
Menurut Bloomfield, bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul dalam
suatu masyarakat tutur (speech community). Ujaran inilah yang harus dikaji untuk
mengetahui bagian-bagiannya. Lalu, bagi Bloomfield bahasa adalah sekumpulan data
yang mungkin muncul dalam suatu masyarakat. Data ini merupakan ujaran-ujaran yang
terdiri dari potongan-potongan perilaku (tabiat) yang disusun secara linear.

Menurut Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsur-
unsur vokal (bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik. Setiap bentuk adalah
sebuah kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem (Bloomfield, 1933;158).

Misalnya:

Pukul adalah bentuk ujaran

Pemukul adalah bentuk ujaran

Pe- adalah bentuk bukan ujaran


Pukul terdiri dari empat fonem, yaitu : /p/, /u/, /k/, dan /l/. disini fonem /u/
digunakan dua kali.

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa setiap ujaran adalah bentuk, tetapi tidak
semua bentuk adalah ujaran. Menurut Bloomfield ada dua macam bentuk, yaitu;

(1) Bentuk bebas (free Form), yakni bentuk yang dapat diujarkan sendirian seperti
bentuk amat, jalan, dan kaki dalam kalimat “amat jalan kaki”,

(2) Bentuk terikat (Bound Farm) yakni bentuk linguistik yang tidak dapat diujarkan
sendirian seperti bentuk pe- pada kata memukul, dan bentuk –an seperti pada kata
pukulan.

Dalam teori linguistik Bloomfield ada beberapa istilah/term yang perlu dikenal, yaitu
sebagai berikut:
Fonem adalah : satuan bunyi terkecil dan distingtif dalam leksikon suatu bahasa,
seperti bunyi [u] pada kata bahasa Indonesia /bakul/ karena bunyi itu merupakan bunyi
distingtif dengan kata /bakal/. Disini kita lihat kedua kata itu, /bakul/ dan /bakal/, memiliki
makna yang berbeda karena berbedanya bunyi [u] dari bunyi [a].
Morfem adalah: satuan atau unit terkecil yang mempunyai makna dari bentuk
leksikon. Umpamanya dalam kalimat Amat menerima hadiah terdapat morfem : Amat,
me-, terima, dan hadiah.
Frase adalah : unit yang tidak minimum yang terdiri dari dua bentuk bebas atau
lebih. Umpamanya dalam kalimat Adik saya sudah mandi terdapat dua frase, yaitu frase
Adik saya dan frase sudah mandi.
Kata adalah bentuk bebas yang minimum yang terdiri dari satu bentuk bebas dan
ditambah bentuk-bentuk yang tidak bebas. Misalnya, pukul, pemukul, dan pukulan
adalah kata, sedangkan pe-, dan an, bukan kata; tetapi semuanya pe-, -an, dan pukul
adalah morfem.
Kalimat adalah ujaran yang tidak merupakan bagian dari ujaran lain dan
merupakan satu ujaran yang maksimum. Misalnya Amat duduk di kursi, Amat melihat
gambar, dan Ibu dosen itu cantik.

2. Edward Sapir dan Benjamin Whorf

Edward Sapir (1884-1939) berpendapat


bahwa bahasa mewakili suatu masyarakat
tertentu, maka keberagaman bahasa sama
dengan keberagaman budaya. Dengan kata
lain, perilaku suatu masyarakat dipengaruhi
oleh bahasa masyarakat tersebut. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sapir yang menyatakan bahwa manusia hidup di dunia ini
dibawah ‘belas kasih’ bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupan
bermasyarakat. Benjamin Lee Whorf (1987-1941) yang merupakan murid dari Sapir
sependapat bahwa bahasa merupakan wujud dari pikiran. Oleh karenanya, bahasa dan
pikiran tidak berada pada garis yang berbeda, melainkan suatu hal yang saling
berkaitan. Whorf menyatakan bahwa bahasa memiliki pengaruh besar terhadap pola
pikir, bahkan dapat membahayakan. Ia mencontohkan dengan pernyataan ‘kaleng
kosong’ bekas minyak. Bagi orang-orang pada umumnya, kata kosong pada kata kaleng
kosong tersebut mengimplikasikan bahwa sebuah kaleng tersebut telah tidak ada
minyak di dalamnya. Dengan demikian, kaleng kosong tersebut dianggap sudah tidak
berbahaya lagi. Namun, hal itu tidak selalu benar, karena dalam ilmu kimia, justru kaleng
kosong itulah yang lebih berbahaya. Jika didekatkan dengan api, maka kaleng kosong
tersebut akan lebih mudah meledak. Inilah yang disebut oleh Whorf bahwa bahasa
mempengaruhi pola pikir sehingga dapat membahayakan.

3. Jean Piaget

Menurut Piaget perkembangan bahasa mengikuti alur


perkembangan kognitif atau pikiran. Berdasarkan pendapat Piaget
bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Bahasa muncul akibat
adanya proses berpikir. Tanpa adanya proses berpikir, maka aspek-
aspek kebahasaan tidak akan ada. Untuk membuktikan adanya
keterkaitan antara bahasa dengan pikiran, Piaget mengemukakan
adanya dua macam modus pikiran, yakni pikiran terarah (directed)
atau pikiran inteligen dan pikiran tak terarah (autistic).
4. Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure lahir di Genewa pada tanggal 26


November 1857. Saussure berpendapat bahwa bahasa harus
dianggap sebagai fenomena sosial, sebuah sistem terstruktur
yang dapat dilihat secara sinkronis (yang ada pada waktu
tertentu) dan diakronis (yang berubah seiring berjalannya waktu).
Maka dari itulah beliau memformalkan pendekatan dasar untuk
studi bahasa dan menegaskan bahwa prinsip-prinsip dan
metodologi dari setiap pendekatan berbeda dan saling terpisah.
Beliau juga memperkenalkan dua istilah yang telah menjadi
istilah umum dalam linguistik yaitu "parole," atau ucapan orang per orang, dan "langue,"
sistem yang mendasari aktivitas bicara.

5. Noam Chomsky
Avram Noam Chomsky adalah seorang profesor linguistik dari
Massachusetts Institute of Technology yang lahir pada tanggal
7 Desember 1928 di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika
Serikat. Chomsky menyatakan bahwa setiap tata bahasa dari
suatu bahasa merupakan teori dari bahasa itu sendiri. Syarat
tata bahasa menurutnya adalah: Pertama, kalimat yang
dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh
pemakai bahwa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak
dibuat-buat. Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk
sedemikian rupa sehingga satuan atau istilah yang digunakan
tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya harus sejajar
dengan teori linguistik tertentu (Chaer, 1994).

REFERENSI

What Is the Sapir-Whorf Hypothesis? (2019, July 3). ThoughtCo.


https://www.thoughtco.com/sapir-whorf-hypothesis-1691924
Leonard Bloomfield. (2019, March 2). Yale Linguistics.
https://ling.yale.edu/about/history/people/leonard-bloomfield

Bloomfield, L. (1995). Bahasa (Language). Gramedia Pustaka Utama.

https://www.academia.edu/3632003/Teori_Leonard_Bloomfield

Gustina, H., & Kuntarto, E. (2018). Teori-teori Linguistik Menurut Pandangan Para Ahli.
Repository Unja.

Ferdinand de Saussure. Pusat Bahasa Al Azhar. (2010, July 28). Diakses pada February
20, 2023, from https://pusatbahasaalazhar.com/2010/07/28/ferdinand-de-saussure/
Encyclopædia Britannica, inc.(n.d.). Language. Encyclopædia Britannica. Retrieved
February 20, 2023, from https://www.britannica.com/topic/language

Noam Chomsky. Pusat Bahasa Al Azhar. (2010, July 28). Retrieved February 20, 2023,
from https://pusatbahasaalazhar.com/2010/07/28/noam-chomsky/

Bahasa dan Linguistik - repository.ut.ac.id. (n.d.). Retrieved February 19, 2023, from
http://repository.ut.ac.id/4729/3/PBIN4101-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai