Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Fonologi

Posted by ilham almustaghrak at 7:43 PM

A. SEJARAH FONOLOGI
Sejarah fonologi dapat dilacak melalui riwayat pemakaian istilah fonem dari
waktu ke waktu. Pada sidang Masyarakat Linguistik Paris, 24 mei 1873, Dufriche
Desgenettes mengusulkan nama fonem, sebagai padanan kata Bjm Sprachault.
Ferdinand De Saussure dalam bukunya Memorie Sur Le Systeme Primitif Des
Voyelles Dan Les Langues Indo-Europeennes memoir tentang sistem awal vokal
bahasa bahasa Indo eropa yang terbit pada tahun 1878, mendefinisikan fonem
sebagai prototip unik dan hipotetik yang berasal dari bermacam bunyi dalam bahasa
bahasa anggotanya. Sejarah fonologi dalam makalah ini akan lebih
mengkhususkan membahas mengenai istilah fonem. Gambaran mengenai
perkembangan fonologi dari waktu ke waktu dapat dilihat lewat berbagai aliran
dalam fonologi.
a. Aliran Kazan
Dengan tokohnya Mikolaj Kreszewski, aliran ini mendefinisikan fonem sebagai
satuan fonetis tak terbagi yang tidak sama dengan antropofonik yang merupakan
kekhasan tiap individu. Tokoh utama aliran kazan adalah Baudoin de Courtenay
(1895). Menurut linguis ini, bunyi bunyi yang secara fonetis berlainan disebut
alternan, yang berkerabat secara histiris dan etimologis. Jadi, meskipun dilafalkan
berbeda, bunyi bunyi itu berasal dari satu bentuk yang sama. Pada 1880,
Courtenay melancarkan kritiknya terhadap presisi atas beberapa fona yang
dianggapnya tidak bermanfaat. Pada 1925, paul passy mempertegas kritik tersebut.
Ferdinand De Saussure.
Dalam bukunya Cours de Linguistique Generale Kuliah Linguistik umum,
Saussure mendefinisikan fonologi sebagai studi tentang bunyi bunyi bahasa
manusia.dari definisi tersebut tercermin bahwa bunyi bahasa yang dimaksud

olehnya hanyalah unsure unsure yang terdengar berbeda oleh telinga dan yang
mampu menghasilkan satuan satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian
ujaran. Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunaklan criteria yang semata
mata fonetis untuk menggambarkan fonem dan memempatkannya hanya pada
poros sintagmatik.
Lalu Saussure mengoreksinya dan mengatakan bahwa pada sebuah kata yang
penting bukanlah bunyi melainkan perbedaan fonisnya yang mampu membedakan
kata itu dengan yang lain.
Dengan konsep konsepnya, meskipun tidak pernah mencantumkan istilah
struktur maupun fungsi, Saussure dianggap telah membuka jalan terhadap studi
fonologi yang kemudian diadaptasi oleh aliran Praha.
b. Aliran Praha
Kelahiran fonologi ditandai dengan Proposition 22 Usulan 22 yang diajukan
oleh R. Jakobson, S. Karczewski dan N. Trubetzkoy pada konggres Internasional I
para linguisdi La Haye, april 1928. Pada 1932 jakobson mendefinisikan fonem
sebagai sejumlah ciri fonis yang mampu membedakan bunyi bahasa tertentu dari
yang lain, sebagai cara untuk membedakan makna kata. Jadi konsep fonem
merupakan sejumlah ciri pembeda (ciri distingtif).
c. Aliran Amerika
Tokoh aliran ini adalah Edward Sapir (1925), seorang etnolog dan linguis yang
terutama memeliti bahasa bahasa Indian Amerika. Menurutnya, sistem fonologi
bersifat bersifat fungsional. Kiprah Sapir diteruskan oleh penerusnya dari Yale,
Leonard Bloomfield , yang karyanya Language menjadikan dirinya bapak linguistik
Amerika selama 25 tahun. Pada buku itu Bloomfield menjelaskan banyak hal tentang
definisi definisi mutakhir tentang fonem, istilah ciri pembeda, zona penyebaran
fonem, kriteria dasar dalam menentukan oposisi fonologis dan lain lain.
Sifat behaviouris dan antimentalis Bloomfield mengantarkannya pada konsepsi
tentang komunikasi sebagai perilaku dimana sebuah stimulus (ujaran penutur)
memunculkan reaksi mitra tutur. Menurutnya, yang penting dalam bahasa adalah
fungsinya untuk menghubungkan stimulus penutur dengan reaksi mitra tutur. Agar
fungsi itu terpenuhi, pada tataran bunyi cukuplah kiranya jika setiap fonem berbeda
dengan yang lainnya. Sehingga zona penyebaran fonem dan sifat akustiknya
bukanlah sesuatu yang penting. Pada tataran fonologi umum, pionir fonologi
Amerika lainnya, W.F Twaddell pada 1935 menerbitkan monografi. Di dalamnya
Twaddell menegaskan bahwa satuan satuan fonologis bersifat relasional. Daniel
Jones dan Aliran Fonetik Inggris Sejak 1907 Daniel Jones mengajar fonetik di
University of London. Setelah itu ia kemudian lebih banyak menggelti praktek
fonologi di Inggris. Kegiatannya di jurusan fonetik di University of college lebih
difokuskan pada transkripsi fonetis dan pengajaran pelafalan bahasa bahasa
dunia. Perhatiannya pada dua hal itu membuat dirinya memiliki konsep tersendiri
tentang fonem. Pada 1919, dalam Colloquial Sinhalese Reader yang
diterbitkannya bersama H.S Parera, Jones memberikan definisi fonem yang berciri
distribusional.
Terinspirasi oleh Baudoin de Courtenay, yang memakai fonem sebagai realitas
psikofonetis, Jones menggambarkan fonem sebagai realitas mental. Maksudnya,
dalam studi tentang sifat alamiah fonem, kita juga dapat menggunakan baik intuisi,
rasa bahasa maupun cara cara lain yang bersifat psikologis. Hal ini menunjukkan

bahwa Jones lebih suka pada sifat fonem, alih alih fungsinya. Dengan sudut
pandang seperti itu sebenarnya Jones sudah memasuki daerah kerja fonologi,
dalam analisisnya ia memasukkan data fonologi tertentu, namun dengan
menyingkirkan sudutpandangfonologis.
B. Perkembangan Fonologi
Tahun 1960-an sampai 1970-an menandai dimulainya kajian kajian empiris
tentang bahasa Indonesia maupun bahasa bahasa lain. Contoh karya karya
yang muncul antara lain :
a. Artikel tentang fonologi bahasa jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh
samsuri. Ciri ciri penelitian pada saat itu adalah dipengaruhi oleh gerakan
deskriptivisme, menganut aliran neo Bloomfieldian dan bersifat behaviouristik, ketat
dalam metodologi dan bahasa lisan menjadi objek utama.
b. Lalu pada tahun 1970an masuk konsep fonem dan wawasan tentang unsur
suprasegmental oleh amran halim, dan Hans Lapoliwa dengan fonologi generatifnya.
Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistic Indonesia saat ini
diperlukan survey lagi yang lebih mendalam.
C. Pengertian Fonologi
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata
Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau
ilmu disebut juga tata bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi
bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat membedakan
arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting
karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika
kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna.
Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem
lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna
/marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka
anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah
sangat penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi.
Sekarang coba Anda perhatikan bunyi gebrakan tangan di atas meja. Apakah
bunyi tersebut termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda menjawab Iya, Anda
harus membaca kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda
Bukan..Selamat! Anda telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan
tangan di atas meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna,
tapi apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam bunyi bahasa..silahkan Anda
perhatikan dengan baik.
Fonem dalam bahasa Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang
benar-benar asli dari bahasa Indonesia, namun ada pula fonem yang berasal dari
berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah dibakukan. Dalam pembahasan
berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem yang asli dengan fonem yang
serapan.
Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan
menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasanya dijelaskan sebagai

cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah
bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa
dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Marilh kita lihat percakapan ini :
Orang I : apakah tugasmu hari ini?
Orang II : membuat resensi buku
Orang I : resensi buku? buku siapa?
Orang II : ah, buku dalam bahasa arab
Orang I: dalam bahasa arab?
Orang II: ya,kita kan mahasiswa bahasa arab.
Dari percakapan sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang
dikeluarkan oleh orang I maupun orang II. Bunyi-bunyi ini disebut, bunyi bahasa
yang kebetulan kita mengerti, karena kita adalah penutur bahasa Indonesia.
Seandainya ada orang jerman yang kebetulan mendengar percakapan ini, pasti dia
tidak mengerti bahasa Indonesia. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
tertentu menurut fungsinya, untuk membedakan makna leksikal disebut fonologi
( phonology). Di Amerika istilah fonologi disebut fonemik (phonemics) sedangkan di
eropa disamping fonemik terdapat pula fonetik. Jadi, bagi sarjana di eropa, misalnya
Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat,
baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu tataran yang disebut fonologi.
D. BIDANG PEMBAHASAN FONOLOGI
Fonologi mempunyai dua cabang kajian,
Pertama, fonetik yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah
bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap
manusia. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia terutama yang berhubungan
dengan penggunaan bahasa. Chaer membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga
jenis fonetik, yaitu:
a) fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana
bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b) fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam (bunyibunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c)
fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik
artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika,
dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
Kedua, fonemik yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Chaer mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan
makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya
hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/
dan fonem /r/.

Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya
sebagai pembeda arti.
istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan
vokal.

fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti
membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang
membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut
alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan
huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting
yaitu :
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa
rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara
keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal
ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi
artikulator .
E. KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi, hasil kerja fonologi
berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik yang lain, misalnya morfologi,
sintaksis, dan semantik.
1. Fonologi dalam cabang Morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil
studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara
[butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan
penambahan morfem sufiks {-kan}.
2. Fonologi dalam cabang Sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu
berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga
kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu
tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat,
terutama dalam bahasa Indonesia.
3. Fonologi dalam cabang Semantik
Bidang semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah
fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan tidak. Contoh kata
[tahu], [tau], [teras] dan [tras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan
secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [did?], [dd?] tidak membedakan makna. Hasil analisis
fonologislah yang membantunya.

F. Hal- hal terkait fonologi

a.
Fonem
Fonem adalah kesatuan bunyi yang terkecil dan sistem bunyi-bunyi bahasa
yang dapat berfungsi sebagai pembeda makna. Dan fonem juga adalah merupakan
objek kajian dalam ilmu fonemik.
b.
Identifikasi Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari
sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi, lalu
membandingkannya dengan satuan kata yang lain yang mirip dengan satuan
bahasa yang pertama. kalau ternyata kedua satuan bahasa itu mempunyai makna
yang berbeda maka dapat kita simpulkan bahwasanya bunyi tersebut adalah fonem,
karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa tersebut.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata tajam dengan talam. Keduanya memiliki

kemiripan bunyi bahkan jumlah bunyinya sama (lima bunyi). Ternyata


perbedaannya hanya pada bunyi J dan l. Maka dengan demikian,dapat
disimpulkan bahwa bunyi j dan l dalam bahasa Indonesia adalah fonem, karena
berfungsi dalam membedakan makna. Dalam bahasa arab juga ditemukan adanya
fonem, misalnya pada kata dengan yang mempunyai arti yang berbeda
yaitu dosa-dosa dan bulu ketiak.
c.
Klasifikasi Fonem
Dalam kajian fonologi, fonem dapat diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu :
fonem segmental dan fonem suprasegmental. Adapun yang dimaksud dengan
fonem segmental adalah vokal dan konsonan dalam fonologi ataupun fonem-fonem
yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran.
Dan yang dimaksud dengan suprasegmental adalah jalinan atau susunan bunyi
yang dapat membedakan arti suatu kata dengan kata yang lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan segmen adalah satuan bahasa yang diabstraksikan dari suatu
teks, misalnya fon atau fonem sebagai suatu bunyi, morf atau morfem sebagai
satuan gramatikal.
d. Identifikasi Fonem Bahasa Arab Berdasarkan Klasifikasi Fonemnya.
1.

Fonem vokal
Dalam pembuktian bunyi-bunyi vokal dalam bahasa arab termasuk fonem
atau tidak, dapat dilihat sebagai berikut :
a. Vokal /i/ dan // misal :
/sinnun/
umum atau gigi
/sn/
huruf s
Vokal /i/ dan // dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama namun dapat membedakan makna.
b. Vokal /a/ dan // misal :
/nasara/
dia telah menolong

/nsara/
saling menolong
Vokal /a/ dan // dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama namun dapat membedakan makna.
c.

Vokal /u/ dan // misalnya :


/nuzurun/
peringatan

/nuzrun/
nazar
Vokal /u/ dan // dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hamper
sama, namun dapat membedakan makna.

d.

Vokal /i/ dan /a/ misalnya :


/min/ dari
/man/ siapa
Vokal /i/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama, namun dapat membedakan makna.

e.

Vokal /i/ dan /u/ misalnya :


/birrun/
kebaikan
/burrun/
gandum
Vokal /i/ dan /u/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang hampir
sama, namun dapat membedakan makna.

f. vokal /a/ dan /u/ misalnya :


/ barrun /
daratan
/ burrun /
gandum
Vokal /a/ dan /u/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
hampir sama, namun dapat membedakan makna.
2. Fonem konsonan
Diantara beberapa fonem yang teridentifikasi memiliki kesamaan dalam bahasa arab
adalah sebagai berikut :
a.

konsonan /t/ dan /t/, misalnya :

/ tin / buah tin


/ tin / tanah
konsonan /t/ dan /t/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.

b.

konsonan /t/ dan /d/, misalnya ;

/ tabba /
celaka, binasa

/ dabba /
merangkak, merayap
konsonan /t/ dan /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
c. konsonan /k/ dan /q/, misalnya :
/ kalbun /
anjing
/ qalbun /
hati
konsonan /k/ dan /q/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
d. konsonan /d/ dan /d/, misalnya :

/ dalla /
menunjukkan
/ dalla /
menyesatkan
konsonan /d/ dan /d/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
e. konsonan /t/ dan /z/, misalnya :

/ samma /
disana

/ zamma /
mencela
Konsonan /t/ dan /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.

f.

g.

konsonan /z/ dan /z/, misalnya :


/ zalillun /
yang hina
/ zalilun /
yang melindungi
Konsonan /z/ dan /z/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
konsonan /s/ dan /s/, misalnya :
/ nasrun /
burung garuda
/ nasrun /
pertolongan

Konsonan /s/ dan /s/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda, dan dapat membedakan makna.
h.
konsonan /s/ dan /sy/, misalnya :
/ harasa /
menjaga
/ harasya /
memburu
Konsonan /s/ dan /sy/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
i.

konsonan /h/ dan /h/, misalnya :


/ nahara /
menyembelih
/ nahara /
membentak
Konsonan /h/ dan /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.

j.

konsonan /h/ dan /a/, misalnya :


/ nahlun /
lebah
/ nalun /
sendal
Konsonan /h/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.

k.

konsonan /a/ dan /h/, misalnya :


/ saala /
bertanya
/ sahala /
mudah
Konsonan /a/ dan /h/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
Konsonan /a/ dan /a/, misalnya :

/ badaa /
memulai
/ badaa /
menciptakan
Konsonan /a/ dan /a/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.

l.

m.

konsonan /k/ dan /kh/, misalnya :


/ akbarun /
lebih besar
/ akhbarun / mengabarkan
Konsonan /k/ dan /kh/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.

n.

konsonan /kh/ dan /g/, misalnya :


/ bikhairin / dengan baik
/ bigairin /
dengan yang lain
Konsonan /kh/ dan /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.

konsonan /t/ dan /s/, misalnya :

/ latsama /
mencium

/ lasama /
mengecap
Konsonan /kh/ dan /g/ dalam bahasa arab adalah dua buah fonem yang
berbeda dan dapat membedakan makna.
p.
konsonan /z/ dan /j/, misalnya :
/ mazallatun /
tempat yang licin
o.

/ majallatun /
majalah
Konsonan /z/ dan /j/ dalam bahasa arab adalah dua buah
fonem yang berbeda dan dapat membedakan makna.
G. MANFAAT FONOLOGI DALAM PENYUSUNAN BAHASA
Ejaan adalah peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu
bahasa. Karena bunyi ujar adalah dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental,
ejaan pun menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga
bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan
kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama
orang, lambang-lambang teknis keilmuan dan sebagainya. Perlambangan unsure
suprasegmental bunyi ujar menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada,
durasi, jedah dan intonasi. Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan
istilah tanda baca atau pungtuasi.
Tata cara penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian
fonologi,terutama hasil kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh
karena itu, hasil kajian fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa disebut
ejaan fonemis.

Review buku Fonologi Bahasa Indonesia


Posted: November 29, 2011 in Book Review

0
Muslich, Masnur. 2010. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara.

Buku ini pertama kali dicetak pada Mei 2008. Cetakan kedua dibuat pada Juli 2009. dan terakhir dicetak kembali pada April
2010.

Ringkasan Bab

Bab 1: Pendahuluan

Dalam bab 1 terdapat sub-sub bab yang memaparkan tentang fonologi dan bidang pembahasannya,
kedudukan fonologi dalam cabang-cabang linguistik serta manfaat fonologidalam penyusunan ejaan
bahasa.

Bab 2 : Fonetik : Gambaran Umum

Bab 2 membahas tentang fonetik dan bidang kajiannya. Secara umum, fonetik dapat dibagi menjadi
tiga bidang kajian, yaitu fonetik fisiologis, fonetik akustis, fonetik auditoris atau fonetik pesepsi.

Permasalahan ketidaklancaran berujar yang terkait dengan kajian fonetik yang disebabkan oleh
kegagapan (stuttering), kelumpuhan saraf otak (cerebral palsied), afasia (aphasia), disleksia
(dyslexia), disatria (disathria), dan lain-lain.

Kondisi kajian fonetik dan beberapa tokoh ilmu fonetik dikemukakan dalam bab ini. Seperti Bertil
Malmberg yang mendefinisikan fonetik sebagai pengkajian bunyi-bunyi bahasa. Serta David
Ambercrombie yang berpendapat bahwa fonetik adalah ilmu yang bersifat teknis.

Bab 3 Fonetik : Tahapan Komunikasi, Proses Pembentukan, Transkripsi Fonetis

Bab 3 membahas tentang peristiwa komunikasi dengan bahasa lisan. Proses diman serorang
pembicara menyampaikan maksud kepada yang diajak bicara, yang didengar sebagai rangkaian
bunyi, kemudian menjadi bunyi yang mengandung makan atau maksud sesuai dengan tujuan
komunikasi.

Terjadinya proses pembentukan bunyi yang diperankan oleh saran-sarana utama seperti arus udara,
pita suara, alat-alat ucap (komponen supraglotal, komponen laring, dan komponen subglotal).

Bab 4 Klasifikasi Bunyi Segmental dan Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia

Dasar klasifikasi bunyi segmental yang didasarkan pada berbagai macam criteria, seperti (1) ada
tidaknya gangguan, (2) mekanisme udara, (3) arah udara, (4) pita suara, (5) lubang lewatan udara, (6)
mekanisme artikulasi, (7) cara gangguan, (8) maju mundurnya lidah, (9) tinggi rendahnya lidah, dan
(10) bentuk bibir.

Deskripsi bunyi segmental baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa
Indonesia yang sangat variatif setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan.

Bab 5 Bunyi Suprasegmental, Bunyi Pengiring, Diftong, Kluster, dan Silaba

Oleh para fonetisi, bunyi-bunyi suprasegmental dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu yang
menyangkut aspek (a) tinggi-rendah bunyi (nada), (b) keras-lemah bunyi (tekanan), (c) panjangpendek bunyi (tempo), dan (d) kesenyapan (jeda).

Bunyi sertaan atau pengiring dapat dikelompokkan menjadi 9, yaitu bunyi efektif, bunyi klik, bunyi
aspirasi, bunyi eksplosif (bunyi lepas), bunyi retrofleksi, bunyi labialisasi, bunyi palatalisasi, bunyi
glotalisasi, bunyi nasalisasi.

Dalam praktiknya diftong terdiri dari dua macam, yaitu diftong menurun (falling diphthong), dan
diftong menaik (rising diphthong). Kombinasi kluster dalam bahasa Indonesia yaitu kluster yg terdiri
dari dua kontoid, dan kluster yang terdiri dari tiga kontoid.

Dalam memahami suku kata, para linguis atau fonetisi berlandaskan pada teori sonoritas dan teori
prominans

Bab 6 Fonem dan Dasar Analisisnya

Pokok-pokok pikiran atau premis-premis yang dijadikan sebagai sutau pegangan dalam menganalisis
fonem-fonem suatu bahasa yaitu, (1) suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya, (2)
sistem bunyi suatu bahasa berkecenderungan bersifat simetris, (3) bunyi-bunyi suatu bahasa
cenderung berfluktuasi, (4) mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila
berdistribusi komplementer dan atau bervariasi bebas, (5) mempunyai kesamaan fonetis
digolongkan ke dalam fonem yang berbeda apabila berkontras dalam lingkungan yang sama atau
mirip.

Prosedur analisis fonem terdiri dari beberapa langkah, yaitu (1) mencatat korpus data setepat
mungkin dalam transkripsi fonetis, (2) mencatat bunyi yang ada dalam korpus data ke dalam peta
bunyi, (3) memasangkan bunyi-bunyi yang dicurigai karena mempunyai kesamaan fonetis, (4)
mencatat bunyi-bunyi selebihnya karena tidak mempunyai kesamaan fonetis, (5) mencatat bunyibunyi yang berdistribusi komplementer, (6) mencatat bunyi-bunyi yang bervariasi bebas, (7)
mencatat bunyi-bunyi yang berkontras dalam lingkungan yang sama (identis), 8 mencatat bunyibunyi yang berkontras dalam lingkungan yang mirip (analogis), (9) mencatat bunyi-bunyi yang
berubah karena lingkungan, (10) mencatat bunyi-bunyi dalam inventori fonetis dan fonemis,
condong menyebar sevara simetris, (11) mencatat bunyi-bunyi yang berfluktuasi, (12) mencatat
bunyi-bunyi selebihnya sebagai fonem tersendiri.

Bab 7 Klasifikasi, Distribusi, dan Realisasi Fonem Bahasa Indonesia

Jumlah dan variasi bunyi bahasa Indonesia yang tak bias dipastikan jumlahnya, merupakan realisasi
dari sistem fonem yang terbatas jumlahnya. Berdasarkan hasil penelitian, fonem bahasa Indonesia
berjumlah sekitar 6 fonem vocal dan 22 fonem konsonan.

Bab 8 Ciri Ciri Prosidi atau Suprasegmental dalam Bahasa Indonesia

Bunyi-bunyi suprasegmental dalam tuturan bahasa Indonesia, yaitu nada. Nada dalam bahasa
Indonesia tidak fonemis. Ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam bahasa Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, arus udara, dan posisi pita suara ketika
bunyi itu diucapkan. Tekanan, berfungsi membedakan makna dalam tataran kalimat (sintaksis),
tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata (leksis). Durasi, durasi atau panjang-

pendek ucapan dalam bahasa Indonesia tidak fungsional dalam tataran kata, tetapi fungsional dalam
tataran kalimat. Jeda, terjadi di antara dua bentuk linguistic, baik antarkalimat, antarfrase, antarkata,
antarmorfem, antarsilaba, maupun antarfonem. Intonasi, sangat berperan dalam pembedaan
maksud kalimat.

Bab 9 Perubahan Bunyi dalam Bahasa Indonesia

Jenis-jenis perubahan bunyi dalam bahasa Indonesia antara lain, Asimilasi, perubahan bunyi dari dua
bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hamper sama. Disimilasi, perubahan bunyi
dari dua bunyi yang sama atau mirip menjadi dua bunyi yang tidak sama atau berbeda. Modifikasi
vocal, perubahan bunyi vocal sebagai akibat dari pengaruh bunyi lain yang mengikutinya. Netralisasi,
perubahan bunyi fonemis sebagai akibat pengaruh lingkungan. Zeroisasi, penghilangan bunyi fonemis
sebagai akibat upaya penghematan atau ekonomisasi pengucapan. Metafisis, perubahan urutan
bunyi fonemis pada suatu kata sehingga menjadi dua bentuk kata yang bersaing. Diftongisasi,
perubahan bunyi vocal tunggal (monoftong) menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong)
secara berurutan. Monoftongisasi, perubahan dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong) menjadi
vokal tunggal (monoftong). Anaptiksis, perubahan bunyi dengan jalan menambahkan bunyi vokal
tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan.

Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi
berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, baik linguistik teoretis
maupun terapan. Misalnya, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, dialektologi, pengajaran
bahasa, dan psikolinguistik. Pemerolehan bunyi bahasa ini bisa dikaji secara scientific (ilmiah). Oleh
karena itu, buku ini akan memberikan kita mengenai bagaimana bunyi atau pengucapan yang benar
dalam berbahasa Indonesia. Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan bisa dijelaskan secara lebih detail
atau rinci dalam ilmu bunyi atau fonetik. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan
pemahaman yang utuh tentang seluk-beluk bunyi bahasa Indonesia.

Sajian dalam buku ini diawali dengan konsep-konsep teoritis yang diikuti dengan bunyi konkret dan
aktual dalam kenyataan berbahasa. Di setiap sajian buku ini, dilengkapi dengan bahan diskusi yang
berisi serangkaian persoalan yang terkait dengan materi sajian pada akhir setiap bab, sebagai bahan
pendalaman materi sajian.

Di dalam setiap terdapat catatan-catatan pendek yang berupa informasi tambahan bagi para
pembaca. Buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang memungkinkan para pembaca untuk
memahami setiap penjelasan, seperti contohnya gambar proses pembentukan bunyi, bagan-bagan
tiga komponen fisiologis alat-alat ucap, dll. Yang bertujuan untuk memudahkan para pembaca
mendapatkan gambaran atas penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai