Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REVIEW

OLEH :

Nama: Arei Pande

Chrisjlie Siregar

Nim. : 5213321027

Dosen Pengampu : Bu Julia Ivana

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karna atas berkat, rahmat
dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas chapter report ini tepat pada waktunya.
Dalam tugas ini saya akan membahas mengenai kajian mengenai Pancasila sebagai system
etika.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas Critical Book Review. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang akan saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 15 Oktober 2022

Arei Pande Chrisjlie Siregar


BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR
Sering kali kita bingung untuk memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami. Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan. Misalnya dari
segi bahasa yang dipakai, kualitas gambar yang buruk. Oleh karena itu, penulis
membuat critical book review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
referensi,terkhusus pada pokok bahasan tentang Pancasila sebagai system etika.
B. Tujuan penulisan CBR
1. Mengulas isi sebuah buku
2. Mengetahui dan mencari informasi dan miskonsepsi yang ada dalam buku
tersebut
3. Mengkritisi satu topik materi kuliah Pendidikan pancasila dalam satu buku
4. Untuk mengetahui betapa pentingnya Pancasila sebagai system etika.
C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang Pancasila sebagai sistem etika
2. Untuk mengetahui materi dalam pengantar Pendidikan pancasila
3. Untuk mengetahui miskonsepsi pada buku yang di riview D. Identitas buku
yang direview :
Buku Utama
1. Judul : Pendidikan Pancasila
2. Edisi : Edisi Revisi 2022
3. Pengarang : Drs. Halking, Msi., dkk
4. Penerbit : Universitas Negeri Medan
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2022
7. ISBN : -
Bab II
RINGKASAN ISI
BUKU

A. PENGERTIAN DAN PENTINGNYA PANCASILA SESAGAI DASAR NILAI


PENGEMBANGAN ILMU
Pancasila sebagai dasar nilai Pengembangan ilmu, artinya kelima sila Pancasila
merupakan pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Beberapa terminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan
peran Pancasila sebagai rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
antara lain Pancasila sebagai intellectual bastion (Sofian Effendi); Pancasila sebagai
common denominator values (Muladi); Pancasila sebagai paradigma ilmu.

Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus memiliki objek, yang didalam filsafat ilmu
pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu objek forma dan objek materia.

1. Objek forma Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan
Pancasila, atau dan sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. Pada hakikatnya Pancasila
dapat dibahas dari berbagai sudut pardang, yaitu sudut pandang moral. Maka dalam hal
ini terdapat bidang permasalahan moral Pancasila. Dari sudut pandang ekonomi. Maka
dalam hal ini terdapat pula bidang pemhahasan enonomi Pancasila. Dari sudut pers, maka
terdapat pula bidang pembahasan pers Pancasila, dari sudut pandang hukum dan
kewarganegaraan, dalam hal ini terdapat pula hidang pembahasan Pancasila yuridis
kenegaraan, dari sudut pandang filsafat, maka terdapat pula bidang pembahasan filsafat
Pancasila dan lain sebagainya.

2. Objek materia Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan
dan pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris maupun non empinis ( Ali Amran,
2016: 293-294).
Metode dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik objek
forma atau objek materia pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila
adalah metode “analitico syntic” yaitu perpaduan metode analisis dan sintesis. Oleh
karena itu Pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan objek sejarah oleh
karena itu lazim digunakan metode hermeneutika, yaitu metode untuk menemukan
makna dibalik objek, demikian juga metode koherensi historis, serta metode pemahaman,
penafsiran dan interprestasi. (Ali Amran, 2916: 294).

Pancasila sebagai paradigma ‘ilmu pengetahuan adalah aktualisasi pancasila


dibidang keilmuan sebagai panduan etik pengembangan ilmu. Pancasila sebagai
paradigma dimaksudkan bahwa pancasila sebagai suatu sistem acuan, kerangka acuan
berfikir, pola acuan berfikir atau sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka landasan,
kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi yang “menyandangnya”. Yang
menyandangnya itu diantaranya:
(1) Pengembangan ilmu pengetahuan,
(2) Pengembangan Hukum
(3) supremasi hukum dalam perspektif pengembvangan HAM
(4 pengembangan sosial politik
(5) pengembangan exonomi
(6) pengembangan kebudayaan bangsa, dan
(7) pengembangan pertahanan (Winarno,2016:193).
sumber historis, sosiologis, dan politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
dapat dilihat sebagai berikut : Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Pengembangan
ilmu.

A. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Pengembangan ilmu. Dapat ditelusuri pada
awalnya dalam dokumen negara pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kata
“mencerdaskan kehidupan bangsa” mengacu pada Pengernbangan iptek melalui
pendidikan. Pancasila sebagai dasar Pengembangen ilmu belum banyak dibicarakan
diawal kemerdekaan bangsa Indonesia bangsa dan negara.
B. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan Pengembangan iptek
dapat ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat memperhatikan dimensi ketuhanan
dan kemanusiaan manakala iptek tidak Sejalan dengan nilai ketuhanan, kemanusiaan,
biasanya terjadi penolakan Ali Amran, 2015: 301).
C. Sumber Politik Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu di Indonesia Sumber politik
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapt diurutkan kedalam
berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara. Demikian pula halnya
dengan zaman orde baru, Pancasila diterapkan sebagai satu satunya asas organisasi politik
dan kemasyarakatan, tetapi penegasan tentang Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu di Indonesia belum di ungkapkan secara tegas, penekanannya hanya
oada iptek harus diabdikan kepada manusia dan kemanusiaan sehingga dapat memberi
jalan bagi peningkatan martabat manusia dan kemanusiaan (Amran, 2016: 302).
Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, meliputi hal-hal sebagai
berikut: a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak berakar pada
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga ilmu pengetahuan yang
dikembangkan di Indonesia sepenuhnya berorientasi pada barat (western oriented).
b. Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi pada kebutuhan pasar
sehingga prodi-prodi yang “laku keras” diperguruan tinggi Indonesia adalah prodi yang
terserap oleh pasar (pasar industry).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi belum melibatkan masyarakat luas
sehingga hanya mensejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu (scientist
oriented) (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan 2016:217).
B. ILMU DALAM PERSPEKTIF HISTORIS
ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut dekade waktu dan
menciptakan zamannya, dimulai dari zaman Pra Yunani Kuno, Yunani Kuno, Abad
Pertengahan, Renaissance, Zaman Modem, can Masa Kontemporer.
1. Zaman Pra Yunani Kuno Zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman batu yang berkisar
antara empat juta tahun sampai 20.090 tahun. Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan :
a. Know how daiam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman.
b. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta
dengan sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis.
c. Kemampuan menemukan abjad dan system bilangan, alam sudah menampakkan
perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi.
d. Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap
hasil abstraksi yang dilakukan.
e. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa - peristiwa sebelumnya yang
pernah terjadi.
2. Zaman Yunani Kuno Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena
Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi memerczyai mitologi-mitologi.
3. Zaman Abad Pertengahan Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para ‘teolog,
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
4. Zaman Renaissance Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang hebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan
Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Ilmu pengetahuan yang
berkembang maju pada masa ini adaiah bidang astronomi. Tokoh yang terkenal seperti Roger
Bacon, Copemicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.
5. Zaman Modern Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance.
6. Zaman Kontemporer (abad Ke-20 dan seterusnya) Fisikawan termashur abad ke-20 adalah
Albert Einstein. Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain maka Zaman
Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih, Aspek struktural
menunjukkan baliwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sasaran yang dijadikan objek diketahui (Gegenstand)
2) Objek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa
mengenal titik henti. Suatu paradox bahwa ilmu peagetahuan yang akan terus berkembang
justru muncul} permasalahan-permasalahan baru yang mendorong untuk terus~menerus
mempertanyakan.
3) Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus dipertanyakan. 4) Jawaban-jawaban
yang diperoleh kemudian disusun dalam guatu kesatuan system (Koento Wibisono dalam
Dikti, 2013).
C, PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI ILMU
Sepanjang sejarahnya manusia dalam usahanya memahami dunia sekelilingnya
mengenai dua Sarana, yaitu: pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) dan penjelasan
gaib (mystical explanations). Menurut The Liang Gie (1987) hubungan antara
pengetabuan ilmiah, penjelasan gaib, dan persoalan ilmiah tersebut dapat diperjelas.
terdapat tiga bidang yang saling berhubungan, yaitu:
1) Bidang pengetahuan ilmiah. ini merupakan kumpulan hipotesis yang telah terbukti sah.
2) Bidang Persoalan ilmiah. ini merupakan kumpulan hipotesis yang dapat diuji, tetapi belum
dibuktikan sah.
3) ini merupakan kumpulan hipotesis yang tak dapat diuji sahnya.
Van Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu yaitu:
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu kcseluruhan yang secara logis
koheren. itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus (susunan
logis).
2. ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuwan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka -
prasangka subjektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan,
karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7.Kritis, artinya tidak ada teori yang definitf, setiap teori terbuka bagi suatu
peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan dan
kebertautan antara teori dengan praktis.

D. PILAR-PILAR PENYANGGA BAGI EKSISTENSI ILMU


1. Pilar ontologi (ontology)
Selalu menyangkut problematika tentang keberadaan (eksistensi).
a) Aspek kuantitas: apakah yang ada itu tunggal, dual atau plural (monisme, dualisme,
pluralisme)
b) Aspek kualitas (mutu sifat): Bagaimana batasan, sifat, mutu dan sesuatu (mekanisme,
teleologisme, vitalisme, dan organisme).

2. Pilar epistemologi (epistemology)


Selalu. menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, kriteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran, sistem,
prosedur, strategi. pengalaman epistemologis dapat inemberikan sumbangan bagi kita:
(a) sarana legitimasi bagi ilmu atau menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu
(b) memberi kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu
(c) mengembangkan keterampilan proses
(d) mengembangkan daya kreatif dan inovatif.

3. Pilar aksiologi (axiology)


Selalu berkaitan dengan problematika pertimbangan nilai (etis, moral, religius) dalam
setiap penemuan, penerapan atau pengembangan ilmu.
E. PROBLEMA ETIKA ILMU
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memerhatikan kodrat
manusia, martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada
kepentingan umum, kepentingan generasi mendatang, dan bersifat universal, karena pada
dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengembangkan dan memperkokoh
eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia.

Ilmu : Bebas Nilai atau Tidak Bebas Nilai


Persoalannya adalah ilmu-ilmu itu berkembang dengan pesat apakah bebas nilai atau justru tidak
bebas nilai. Bebas nilzi yang dimaksudkan adalah sebagaimana Josep Situmorang (1956 )
menyatakan bahwa bebas nilai artinya tuntutan terhadap setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan
pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator
bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu:
1. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari pengaruh eksternal seperti:
faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Kehati-hatian Weber dalam memutuskan apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak, bisa
dipahami mengingat di satu pihak objektivitas merupakan ciri mutlak ilmu pengetahuan, sedang
di pihak lain subjek yang mengembarkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan
pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya.
BAB III
PEMBAHASA
N

A. Kelebihan dan Kekurangan buku *Kelebihan Buku


1. Dilihat dari aspek tampilan buku, menurut saya buku yang direview memiliki
sampul yang cukup bagus,memiliki warna yang bagus,menarik perhatian pembaca 2.
Dari aspek lay out dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font Buku
yang direview, memiliki tata letak dan tata tulis yang rapi,mudah untuk dipahami.
3. Dari aspek isi buku :
Isi buku yang direview menarik dan bagus, menjelaskan tentang pengertian, visi
dan misi serta ruang lingkup Pendidikan Pancasila , lebih mudah dimengerti
dalam penulisan.
4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut memiliki bahasa yang mudah dipahami dan
dimengerti serta tidak membosankan para pembaca.

Kelemahan Buku
1. Buku Pendidikan Pancasila menuntut kegiatan berpikir yang sungguh-sungguh
dan harus memahami pengertian menurut para berbagai tokoh dan membuat
pembaca berpikir keras tentang sumber-sumber materi serta ruang lingkup
Pendidikan Pancasila.

KESIMPULAN

yang baik harus memahami dan


juga berusaha mengamalkan
nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi
di era globalisasi ini, dimana
banyak
budaya yang masuk secara
bebas di Indonesia. Kemajuan
Iptek sangat penting bagi suatu
negara,
tetapi alangkah baiknya lebih
selektif dan disesuaikan dengan
dasar Pancasila
Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu sangat
penting untuk disosialisasikan
kepada seluruh masyarakat.
Pengamalan Pancasila
sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu
tersebut dapat direalisasikan
melalui mata kuliah
pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi.
Apabila pemahaman akan
Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu ini
memudar, maka ikut
memudar pula etika dan norma
dalam pengembangan ilmu di
Indonesia. Oleh karena itu,
penting
bahwa pengembangan ilmu di
Indonesia ini didasari dengan
Pancasila.
Kita sebagai warga negara yang baik harus memahami dan juga berusaha
mengamalkannilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di era
globalisasi ini, dimana banyakbudaya yang masuk secara bebas di Indonesia.
Kemajuan Iptek sangat penting bagi suatu negara,tetapi alangkah baiknya lebih
selektif dan disesuaikan dengan dasar Pancasila. Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu sangat penting untuk disosialisasikan kepada seluruh
masyarakat. Pengamalan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmutersebut dapat direalisasikan melalui mata kuliah pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi. Apabila pemahaman akan Pancasila sebagai
dasar pengembangan ilmu ini memudar, maka ikut memudar pula etika dan norma
dalam pengembangan ilmu di Indonesia. Oleh karena itu, penting bahwa
pengembangan ilmu di Indonesia ini didasari dengan Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai