Anda di halaman 1dari 8

Critical Book Review

“PENDIDIKAN PANCASILA”

TUGAS CBR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : SULAIMAN LUBIS,SE.,MM.

DISUSUN
NAMA : NURSYARAH BR GURUSINGA

NIM : 6172121021

KELAS : PKO E 2017

FAKULTAS : ILMU KEOLAHRAGAAN (FIK)

UPT MKWU PENDIDIKAN PANCASILA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya, sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Critical Book Report”.
Makalah ini berisikan tentang kritikan beberapa buku “Pendidikan Pancasila” yang diharapkan
makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang isi buku tersebut.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karna
kesempurnaan hanya milik Allah dan kesalahan hanya milik manusia oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Medan, 10 Oktober 2018

Penulis

Nursyarah Br Gurusinga
BAB I

IDENTITAS BUKU

IDENTITAS BUKU UTAMA

JUDUL : PARADIGMA BARU PENDIDIKAN PANCASILA

PENULIS : Dr. Winarno,S.Pd.,M.Si.

PENERBIT : BUMI AKSARA

TAHUN TERBIT : Oktober 2017

ISBN : 978-602-217-914-6

JUMLAH HALAMAN : 211 HALAMAN

EDISI : ketiga

IDENTITAS BUKU PEMBANDING

JUDUL : Pendidikan Pancasila


PENULIS : Prof.Dr.H.Tukiran Taniredja,M.M.,dkk
ISBN : 978-602-6470-01-0
PENERBIT : Ristekdikti
TAHUN TERBIT : 2016
CETAKAN : ke-1 2016

BAB II

RINGKASAN BUKU
Bab 1
Pengantar Pendidikan Pancasila
pendidikan Pancasila untuk masa depan hendaknya bukan hanya Pendidikan tentang Pancasila,
tetapi juga pendidikan melalui Pancasila dan pendidikan untuk Pancasila. Pendidikan tentang
Pancasila adalah pendidikan mengenai pengetahuan akan rumus Pancasila, kedudukan dan
fungsinya bagi kehidupan bernegara. Pendidikan tentang Pancasila sudah sering dilakukan dan
sampai saat ini pun terus dipertahankan. Pendidikan "melalui" Pancasila adalah pendidikan ber-
Pancasila, Yakni membelajarkan isi dari pada Pancasila itu sendiri. Isi Pancasila adalah nilai-
nilai yang kemudian dijabarkan ke dalam norma sosial dan hukum bernegara. Dengan
pendidikan melalui Pancasila, diharapkan tumbuh sikap dan perilaku warga bangsa yang
senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila. Pendidikan untuk Pancasila adalah pendidikan
yang berisi kajian-kajian masalah kebangsaan dan kemasyarakatan Indonesia yang dikaji dari
atau menurut perspektif Pancasila. Pendidikan untuk Pancasila adalah belajar untuk membangun
tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang religius, beradab, bersatu,
demokratis dan keadilan. Udin S. Winataputra (2014) menyebut, tiga proses belajar Pancasila itu
sebagai knowing Pancasila, doing Pancasila, building Pancasila.

Bab 2
Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila sebagai ideologi kebangsaan adalah status ketika para pendiri bangsa Tengah mencari,
memperjuangkan dan berusaha merumuskan ideologi apa yang kiranya tepat untuk Indonesia
merdeka di kemudian hari. Proses-proses itu berlangsung sejak sidang BPUPK pertama, rapat-
rapat setelah sidang BPUPK pertama, termasuk rapat panitia sembilan yang menghasilkan
Piagam Jakarta, sidang BPUPK kedua sampai sidang PPKI 1 tanggal 18 Agustus 1945 yang
menetapkan pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia.
Pancasila telah berproses dalam sejarah Indonesia sejak awal kemerdekaan bahkan sampai saat
ini. Dinamika yang terus berlangsung selama ini, juga telah menjadikan Pancasila memiliki
keragaman status sampai perbedaan pemahaman diantara warga bangsa. Namun demikian,
sampai saat ini pula Pancasila tetap diterima sebagai konsensus bersama bangsa dalam posisinya
sebagai dasar filsafat negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945.

Bab 3

Pancasila Sebagai Dasar Negara


Kedudukan Pancasila sebagai dasar filsafat negara ini memiliki tiga implikasi, yakni implikasi
politis, etis, dan yuridis bagi kehidupan bernegara. Implikasi politis adalah menjadikan Pancasila
sebagai ideologi nasional. Implikasi etis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber norma etik
bernegara. Implikasi yuridis adalah menjadikan Pancasila sebagai sumber hukum negara.
Pancasila merupakan unsur pokok dari pembukaan UUD 1945, yang selanjutnya unsur pokok
tersebut terjemahkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai norma hukum dasar bernegara. UUD
1945 sebagai norma hukum dasar negara selanjutnya dijabarkan lagi dalam undang-undang dan
seterusnya pada peraturan perundangan di bawahnya secara hierarkis.

Bab 4

Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Ideologi berasal dari kata "idea" dan "logos". Idea berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, atau
cita-cita. Istilah ideologi sendiri pertama kali dikemukakan oleh Antoine Desrutt De Tracy,
ketika bergejolaknya Revolusi Perancis untuk mendefinisikan ilmu tentang ide. Dapat
simpulkan secara bahasa, ideologi adalah pengucapan atau pengutaraan terhadap sesuatu yang
terumus di dalam pikiran.

Bab 5

Pancasila Sebagai Filsafat

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila dalam bangunan bangsa dan negara Indonesia (Syarbaini, 2003). Untuk mendapatkan
pengertian yang mendalam dan mendasar, kita harus mengetahui sila-sila yang membentuk
Pancasila itu. Dari masing-masing sila kita cari intinya, hakikat dari inti dan pokok-pokok yang
terkandung didalamnya.

Pemikiran filosofis Pancasila telah dilakukan oleh para pendiri bangsa, para ahli dan para tokoh
Indonesia. Pemikiran filosofis terhadap Pancasila adalah suatu renungan reflektif dan sistematis
mengenai Pancasila yang sifatnya personal(Pranaka, 1985). Slamet Sutrisno (2006) juga
mengatakan pemikiran filosofis Pancasila merupakan renungan mendalam tentang Pancasila dari
para tokoh atau ahli filsafat. Meskipun sebagai renungan mendalam dari seseorang dan sifatnya
personal, namun pemikiran filosofis termasuk jenis pemikiran intelektual karena dilakukan
secara reflektif, objektif, kritis, logis dan sistematis. Orang bisa merenungkan sesuatu namun
tidak semua orang bisa berpikir filosofis terhadap suatu hal.

Bab 6

Pancasila Sebagai Etika


Pancasila sebagai etika dalam arti nilai Pancasila nantinya terjabar ke dalam norma-norma etika
atau norma moral sebagai pedoman penyelenggaraan hidup bernegara Indonesia. Nilai Pancasila
menjadi salah satu sumber norma etik bernegara di samping nilai-nilai agama. Sebagai tertuang
dalam Ketetapan MPR RI No. VI/MPR/2001 bahwa etika kehidupan berbangsa merupakan
rumusan yang bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir,
bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan bernegara.

BAB 7

Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Membahas potensi pancasila sebagai nilai dasar pengembangan ilmu di Indonesia Berarti
membicarakan kemungkinan kontekstualisasi atau aktualisasi Pancasila dalam bidang keilmuan.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional memang memiliki implikasi etis, yuridis,
maupun politis untuk diaktualisasikan, dikontekstualisasikan atau diimplementasikan dalam
kehidupan bernegara. Aktualisasi Pancasila dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
revitalisasi epistemologis, menjadikan sebagai landasan etik pengetahuan, sosialisasi lewat
pendidikan, dan menjadikan sebagai sumber material hukum Indonesia(Kaelan, 2007)
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU UTAMA


 Covernya menarik

 Mudah dipahami, karena bahasanya yang jelas

 Ukuran buka yang sedang dan mudah dibawa kemana-mana

 Fontnya menarik, terutama kepala judulnya.

Namun, Buku pembanding lebih lengkap ketimbang buku utama, penjelasannya lebih rinci dan
jelas
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Setelah saya membaca kedua buku tersebut saya lebih mengerti dan suka pada buku
pembanding karena penjelasan yang dipaparkan lebih mudah saya mengerti. Untuk mahasiswa
lebih gampang memahami buku pembanding daripada buku utama.

Saran

Sebernanya pada kedua ini sudah sama-sama bagus namun pada untuk buku utama saya
sarankan agar lebih teliti lagi dalam penulisan dan lebih rinci lagi dalam menjelaskan di setiap
sub bab nya.

Anda mungkin juga menyukai