Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL BOOKREVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1 PPKN - FIS

Skor Nilai:

NAMA : YUNITA TRI CARNOVA MANURUNG

NIM : 3213111045

KELAS : REGULER 1B 2021

DOSEN PENGAMPU : MIRZA IRAWAN, S. Pd, M. Pd.,Kons

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucap syuku kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab telah
memberikan RahmatNya serta ksehatan kepada saya, sehingga saya mampu
menyelesaikan tugas “ CRITICAL BOOK REVIEW “. Tugas ini dibuat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah saya yaitu “ Filsafat Pendidikan “.

Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan Critical Book Review terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Saya mohon maaf, karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman saya. Karna itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun guna menyempurna kan tugas ini. Saya berharap tugas ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya khususnya. Atas perhatiannya saya
ucapkan terima kasih.

MEDAN, SEPTEMBER 2021

YUNITA TRI CARNOVA

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................... 1

Daftar Isi....................................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................ 3

BAB II ISI BUKU......................................................................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................ 18

BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................... 20

BAB V DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Critical book review ini merupakan tugas pemenuhan tugas individu dari dosen
pengampu mata kuliah. Tujuan dari pembuatan critical book review ini untuk
mengkaji buku berdasarkan konsep kurikulum dalam negeri. Critical book review
ini bukan hanya sekedar tulisan dari isi buku tersebut tetapi lebih menitik
beratkan pada evaluasi kita mengenai keunggulan dan kelemahan dari buku yang
dikritik.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan CBR (Critical Book Review) ini adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi tugas individu yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah

b. Mengkaji buku dan mengkritik buku sekaligus

1.3 MANFAAT

Manfaat dari CBR Ini ialah membantu kita dalam memahami isi materi dalam buku
dengan membuat inti dari setiap garis besar atau judul buku yang telat di review
kembali oleh mahasiswa. Critical Book Review ini bisa sangat bermanfaat jika kita
dapat memahami dengan pasti apa yang disampaikan dalam setiap penjelasannya.

1.4 IDENTITAS BUKU

1. Judul : Filsafat Pendidikan


2. Edisi : Kedua
3. Pengarang : Prof. Dr. Muhmidayeli, M.ag.
4. Penerbit : Refika Aditama
5. Kota terbit : Bandung
6. Tahun terbit : 2013
7. ISBN : 978-602-8650-39-7

3
BAB II

RINGKASAN BUKU BUKU

2.1 BAB I

2.1.1 MENGENAL KAWASAN FILSAFAT ( BUKU UTAMA )

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab dengan mengalami sedikit
perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia disebut filsafat. Dalam
bahasa Yunani istilah fisafat dijenal dengan kata philosophia yang berasal dari
dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti
kearifan, hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar.
Dari kata ini dapat diketahui, bahwa secara harfiah fisasat dapat diartikan
sebagai cinta ajakan kebenaran dan atau kebijaksanaan.

B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

bahan filsafat tidaklah sama dengan bahan ilmu pengetahuan. Bahan pada
filsafat bersifat universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang- bidang
tertentu, sifatnya parsial. Hal lain yang membedakan dunia filsafat dengan ilmu
pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat memulai kerjanya dengan langkah
yang tidak memberikan kepemihakan. Lain halnya dengan pengetahuan yang
memiliki nilai kebenaran yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas
pencariannya, ia mesti mengabaikan aspek-aspek yang lain, kendatipun
ilmuwan menyadari bahwa hubungan interdepedensi antar-realitas itu tidak
dapat dielakkan.

C. Sistematika Berpikir Filsafat

Dalam tata cara beroikir filsafat, suatu pengungkapan dapat dikatakan tepat jika
ia disusun atas dasar putusan-putusan (premis) yang benar, dan penarikan
kesimpulannya pun didasarkan pada kaidah-kaidah filsafat. Ada tiga hal yang
berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat, yaitu bagaimana
seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide, pengertian dan
atau konsep; bagaiman prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam

4
membuat keputusan; dan bagaimana pula sistem yang dapat dipedomani dalam
upaya penuturan dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan.

2.1.2 PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN (BUKU PEMBANDING)

Kata filsafat dalam bahasa inggris philosophy , dan dalam bahasa arab
Falsafash, yang keduanya berasal dari bahasa yunani yakni philosopia.
Philosopia terdiri atas dua suku kata yakni philein an shopia; philein berarti
cinta dan shopia berarti kebijaksanaaan (love of widom) dalam arti yang
sedalam-dalamnya. Orang yang senang dengan berfilsafat dan membidangi
filsafat atau ahli filsafat atau filusuf filsafat adalah pecinta atau pencari
kebijaksanaaan. Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam
sampai pada hakikatny dengan menggunakan akal atau pikiran. Alasan orang
berfilsafat yaitu kebenaran, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.
Peranan filsafat dalam kehidupan manuia adalah sebagai pendobrak,
pembebas, dan pembimbing. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses,
dimana pendidikan meupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari
orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan mengarahkan peserta
didik dengan berbagai problema atau pesoalan dan pertanyaan yang mungkin
timbul dalam pelaksanannya. Pendidikan juga dapat diartika sebagai hasil
dimana pendidikan itu merupakan wahana untuk membawa peserta didik
mencapai optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi
manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya
sebagai manusia, sesuai dengan hakiki dan ciri-ciri kemanusiannya. Jadi,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada
secara mendalam sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal dan
pikiran.

5
2.2 BAB II
2.2.1 PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN
( BUKU UTAMA )
Filsafat dan pendidikan memang merupakan dua istilah yang berdiri pada
mkna dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan dalam
satu terma khusus, maka iapun memiliki makna tersendiri yang menunjuk
kedalam suatu kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Filsafat
pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat
keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode. Omar Mohammad al-Toumy
al-Syaibany menyebutkan, bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaa
pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman
kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.

Kegunaan Filsafat Pendidikan

Pendidikan sangat terkait dengan aktivitas mulia manusia yang tugas


utamanya adalah membantu pengembangan humanitas manusia untuk
menjadi manusia yang berkepribadian mulia anutama menurut karakteristik
idealitas manusia yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan mengingat
manusia memiliki potensi-potensi dalam taraf kodrat humandity (martabat
manusia) yang memiliki kesadaran diri yang mendorongnya untuk
merealisasikan berbagai potensinya, sehingga berkembang dengan baik
menjadi self realization( realisasi diri) yang akan menentukan bagi
penunjukan jati dirinya yang ideal, agar dpat berfungsi dan bermanfaat bagi
hidup dan kehidupannya secara individu maupun social kemasyarakatan.

Objek dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memberikan aksentuasi kajiannya tentang aspek-aspek


pendting yang berhubungan dengan jalannya proses pembelajaran yang
dimaksud baik meliputi unsur tujuan, isi, metode, strategi dan prosedur,
maupun unsur evaluasi dan penunjang penyelenggaraan pendidikan itu
sendiri. Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat
pendidikan antara lain hal-hal yang berkenaan dengan:

6
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan
penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan
berbuat dalam
Tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola
dunia pendidikan.
4. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yan terlihat langsung
dalam
Pelaksanaan proses edukasi.

2.2.2 FILSAFAT PENDIDIKAN ( BUKU PEMBANDING )

Filsafat ditandai dengan pemunculan atau lahirnya teori-teori atau sistem


pemikiran yang dihasilkan oleh para pemikir atau filusuf besar seperti Socrates,
Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel Karlmax, August Comte.
Filsafat pendidikan terwujud dengan menarik garis besar linier antara filsafat
dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijabarkan secara langsung
kedalam pendidikn dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan
yang berasal ari satu cabang atau aliran filsafat, misalnya dengan idealisme.
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai
bagian dari fundasi-fundasi pendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu
mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Nuansa serta
tekanan permasalahan dari waktu ke waktu dapat berbeda sehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam pendidikan serta filsafat pendidikan.
Kalau dewasa ini persoalan yang selalu nampak adalah berkaitan dengan
karakter atau perilaku manusia yang sudah tidak sesuai dengan harkat dan
martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Mulia, misalnya maka
sudah sewajarnya bila studi tentang filsafat pendidikan dan praksis serta
praktek pendidikan memperhatikan substansi dan praktek pelaksanaan
pendidikan. Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang
erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunnyai peranan
penting dalam suatu sistem pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi

7
arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan
dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

2.3 BAB III


2.3.1 MANUSIA DAN PENDIDIKAN ( BUKU UTAMA )

A. Hakikat dan Kedudukan Manusia di Dunia

1. Hakikat Manusia

Manusia secara sederhana dapat saja dikatakan sebagai makhluk Tuhan yang
unik yang bermukim dibumi yang memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan dirinya dari makhluk-makhluk lain yang berada di dunia.

Para filsuf berbeda-beda dalam memandang hakikat manusia,yang sekaligus


juga menjuk pada perkembangan-perkembangan pemikiran dalam dunia filsafat
itu sendiri. Plato umpamanya, ia memandang manusia sebagi suatu pribadi yang
tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Bagi Plato manusia lahir
membawa ide kebaikan ( innate ideal). Aristoteles dan para pengikutnya pun
dengan pemikirannya yang cerdas telah pula melakukan analisis panjang
tentang manusia dengan suatu kesimpulan bahwa manusia adalah mahluk
organis yang fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya. Rene Descartes
seorang tokoh rasionalisme, menjelaskan bahwa jiwa adalah
terpadu,rasional,dan konsisten yang dalam aktifitasnya selalu terjadi interaksi
dengan tubuh. Kehendak bagi schopenhauer adalah suatu kekuatan yang
menggerakkan intelek kita untuk dirinya.

2. Tugas dan Fungsi Manusia

Sebagai makhluk yang termulia, manusia diberi potensi untuk mengembangkan


diri dan kemanusiannya. Potensi-potensi tersebut merupakan modal dasar bagi
manusia dalam menjalankan berbagai fungsi dan tanggunggungjawab
kemanusiaannya. Oleh karena itu, agar potensi-potensi ini menjadi aktual dalam
kehidupan perlu di kembangkan dan digiring pada penyempurnaan-
penyempurnaan melalui upaya pendidikan.

8
B. Eksistensi Pendidikan dalam Pengembangan Fitrah Manusia

1. Hakikat Pendidikan

Menjadikan manusia sebagai dirinya erat kaitannya dengan menyadarkan


manusia itu akan dirinya yang memang terlahir untuk moral. Oleh karena itu
aksentuasi pendidikan semestinya pula ditujukan pada upaya menumbuh
kembangkan kesadaran moral dalam diri manusia sehingga benar-benar aktual
dalam kehidupannya.

2. Urgensi Pendidikan Berdimensi Moral Bagi Manusia

Manusia adalah hamba Tuhan yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis


berupa akal, kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan
berimajinasi dalam kehindupannya dengan berlandaskan pada imandan
moralitas yang tinggi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.

2.3.2 ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN (BUKU PEMBANDING)

Adapun beberapa aliran filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Idealisme

Idealisme berpendirian bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide-


ide) atau spirit. Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan
segala aktivitas adalah aktivitas kejiwan. Aliran idealisme kenyataannnya tidak
terpisahkan dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam
realita: pertama, yang nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk
hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan ada yang pergi, ada
yang hidup ada yang mati. kedua, adalah realitas sejati yang merupakan sikap
yang kekal dan sempurna.

2. Realisme

Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya


sama jika demikian halnya, sudah tentu dapa juga sama-sama dikatakan " jiwa
adalah materi " seperti hal nya mengatakan "materi adala jiwa". Sistem
kefisafatan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal

9
yang adanya terdapat didalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya
tidak terpengaruhi oleh seseorang.

3. Filsafat pendidikan realisme

Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran
kebendaan di mana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang
dikatakan materialistis mementingkan kebendaan menurut materialisme. Aliran
ini, berfikir dengan sederhana, mereka berfikir realitas sebagaimana adanya,
kenyataannya aliran ini memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu
yang ada di semua alam ini ialah yang dapat dilihat atau di observasi, baik
wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-peristiwanya.

4. Pragmatisme

Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada hal kenyataan yang
sebenarnya adalah berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang
berpendapat bahwa sumber pengetahuan manusia adalah apa yang manusia
alami. Pragtisme berasal dari kata "pragma' yang berarti praktik atau aku yang
berbuat. Hal ni mengandung arti bahwa makna dari segala sesuatu tergantung
dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan.

5. Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Eksistensi


adalah cara manusia ada di dunia.

6. Progresivisme

Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus


menerus dalam suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang
belum tentu benar pada masa yag akan datang.

7. Perenialisme

Aliran ini berbeda dengan progresivisme yang menekankan perubahan dan


sesuatu yang baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini

10
penuh dengan kekacauan dan ketidak pastian, dan ketidak teraturan terutama
dalam tatanan kehidupan moral, moral, intelektual dan sosio kultural.

8. Esensialisme

Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan


suatu bangunan filsafat tersendiri, melainkan suatu gerakan dalam pendidikan
yang memprotes pendidikan progresivisme. Penganut paham ini berpendapat
bahwa betul-betul ada hal-hal yang esensial dari pengalaman peserta didik yang
memilki nilai esensial dan perlu dipertahankan.

8. Rekonstruksionalisme

Adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berfikir progresifisme dalam
pendidikan. Tidak cukup kalau individu belajar hanya dari pengalaman-
pengalaman kemasyarakatan di sekolah.

2.4 BAB IV
2.4.1 PENGETAHUAN DAN NILAI ( BUKU UTAMA )

Epistemologi dan Pendidikan

Pengetahuan adalah salah satu kekuatan yang dapat membentuk sejarah


peradaban suatu pengetahuan. Epistemologi berdasarkan akar katanya
episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu sistematis, teori) dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dengan pengetahuan. Kendatipun
banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang epistemologi, namun secara
umum dapat dipahami, bahwa epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
berbicara persoalan hakikat, sumber, struktur, metode dan validitas
pengetahuan. Tipe-tipe pengetahuan:

A. Epistemologi Idealisme tentang Pendidikan

Tokoh utama aliran idealism ini adalah Plato dengan ajaran filosofinya yang
fundamental dengan mengatakan bahwa suatu yang riil adalah sesuatu yang
berada diruang idea. Idealisme Berkeyakinan bahwa apa yang tampak dalam
alam realitas bukanlah merupakan sesuatu yang riil, tetapi lebih merupakan

11
bayangan atas apa yang bersemayam dalam alam pikiran manusia yang tidak
lain merupakan ekspresi jiwa piker manusia dalam merumuskan dunia ideanya
kea lam material. Idea dalam epistemologi idelisme ini merupakan sesuatu yang
memiliki relasi penting dalam alam kosmos.

B. Epistemologi Realisme tentang Pendidikan

Realisme merupakan filsafat yang memandang bahwa sesuatu yang riil adalah
sesuatu yang bersifat fisik dan psikis. Beberapa tokoh yang disebut-sebut
sebagai pendukung aliran ini antara lain: Aristoteles, John Amos Comenius,
Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, Dan John Stuart Mill.

Aliran realisme dalam konteks ini meyakini, bahwa memuaskan subjek didik
hanyalah sebagai instrumen untuk peraihan tujuan pendidikan, bukan sebagai
focus aktifitas pembelajaran. Epistemologi realisme tentang pendidikan
meniscahyakan bahwa setiap proses pembelajarn mesti didekati dengan
pendekatan induktif bukan deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara yang
relevan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai kedalam diri subjek didik.

Etika dan Pendidikan

Nilai, moral dan etika merupakan tiga sitilah yang saling terkait yang biasanya
dalam bahasa sehari-hari dianggap sepadan, baik dalam makna maupun dalam
fungsi, pada hal ketiga atau itu memiliki hakikat dan orientasi yang berbeda-
beda kendati pun antara satu dengan yang lain terkait erat. Nilai adalah
gambaran seseorang tentang sesuatu yang indah dan yang menarik, yang
mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan ingin
memilikinya.

2.4.2 FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA (BUKU PEMBANDING)

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana


yang dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya Pancasila. Setiap negara
mempunyai dasar atau Ideologinya. Pancasila sebagai dasar dan nilai yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memandang
bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang Maha kuasa dan

12
Maha Mulia yang dianugrahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan
berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

2.5 BAB V
2.5.1 TEORI-TEORI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
(BUKU UTAMA)
A. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Secara umum, berbagai pemikiran filosofis tentang eksistensi manusia dalam


kaitannya dengan pengembangan kemanusiaannya di dunia ini dapat
digambarkan kepada tiga kelompok pemikiran, yaitu nativisme, empirisme, dan
konvergensi.

B. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Konteks Islam

Dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan ini diperlukan daya


nalar dan kecermatan daya pandang yang baik. Daya nalar akan baik apabila
selalu berhadapan dengan problem yang mesti dihadapi. Oleh karena itu
memupuk kepekaan subjek didik terhadap dunia realita dan mampu membuat
rumusan masalah-masalah yang ia hadapi merupakan sesuatu kemestian dalam
mengembangkan sumber daya manusiadalam konteks ini.

C. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Aliran-aliran Filsafat

1. Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang paling tua yang umumnya
disandarkan dengan filsuf besar Plato. Aliran memiliki suatu keyakinan, bahwa
realitas ini terditi dari substansi sebagaimana ide-ide atau spirit. Aliran ini
menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber untuk menerangkan
alam. Aliran ini memandang nilai adalah suatau yang absolut dan universal.
Idealisme meyakini, bahwa manusia lahir kedunia dengan membawa ide yang
disebutnya dengan innate idea (ide bawaan). Disini ide merupakan suatu
ultimate. Ajaran tersebut menjadikan aliran ini sampai pada suatu pemahaman
bahwa manusia lahir dengan membawa nilai-nilai kebaikan yang dengannya

13
manusia mesti memeliharanya agar apa yang telah dibawanya menjadi nyata
dalam realitas.

2. Rasionalisme

Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern
dengan menekannkan bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme
menekankan bahwa kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya
dalam mencerna realitas yang ada disekitarnya. Berdasarkan pemikirannya ini,
aliran ini berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah semacam pertumbuhan
dan perkembangan subjek didik secara penuh berdasarkan bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang luas yang berguna bagi kehidupannya,
sehingga iapun lebih mudah dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya. Pada hakikatnya kelahiran realism sebagai suatu aliran dalam
filsafat sebagai sintesis antara filsafat idealism Immanuel Kant di satu sisi dan
empirisme John Locke disisi lainnya. Menurut aliran realism, sesuatu dikatakan
benar jika memang riil dan secara substantif ada. Aliran ini meyakini, bahwa
adanya hubungan interaksi pikiran manusia dan alam semesta tidak akan
memengaruhi sifat dasar dunia.

3. Eksistensialisme

Kaum eksistensialis membedakan antara eksistensi dan esensi. Eksistensi


berate keadaan aktual yang terjadi dalam ruang dan waktu, eksistensi
menunjuk sesuatu yang ada disini, dan sekarang , eksistensi berate kehidupan
yang penuh, tangkas, sadar, tanggung jawab dan berkembangan.

4. Eksperimentalisme

Seperti halnya eksistemsialisme, kelompok eksperimentalisme juga


memandang manusia sebagai makhluk yang dinamis, aktif, dan kreatif.
Manusia–manusia eksperimentalis adalah manusia-manusia yang optimis
bahwa ia dapat membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan berpikir
kraatif berdasarkan pengalaman-pengalaman.

2.5.2 HAKIKAT ILMU PENDIDIKAN (BUKU PEMBANDING)

14
Pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan
dirinya sendiri, pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif atau
subyektif, tetapi harus kedua-duanya. Pendidikan merupakan pemberdayaan
sumber daya manusia. Untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai potensi
yang dimiliki. Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah
tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup
mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana
individu itu berada. Pendidikan harus di dasarkan pada cinta kasih, agar
terbentuk pada diri individu cinta sesama, cinta masyarakat, cinta bangsa, dan
negara sebagai modal dasar timbulnya dan berkembangnya pengabdian
masing-masing warga negara bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dan
negara menuju masyarakat adil, makmur, dan sejahtera.

2.6 BAB VI
2.6.1 ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ( BUKU UTAMA )

Pendidikan sejak awal sejarah lahirnya selalu diarahkan pada upaya-upaya


menjadikan manusia-manusia subjek didiknya memiliki perbaikan perbaikan
dan perubahan-perubahan yang mengarah pada realisasi idealitas manusia.
Persoalan kualitas manusia bukanlah merupakan entitas yang berdiri sendiri.
Ada banyak varian yang bergelayut diatasnya, baik dari subjek, maupun dari
varian lain yang berada diluar dirinya. Yang paling dekat dengan hal ini tentulah
institusi pendidikan; informal, nonformal, dan formal yang juga mempunyai
varian tersendiri pula.

A. Progresivisme

Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan


kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan,
progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan
bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetauan kepada subjek
didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan
kemampuan berpikir secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir
secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data

15
empiris dan informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan dan
pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternative yang paling
memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.

B. Perenialisme

Perenialisme mengatakan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip-prinsip


yang abadi yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ia adalah
anugerah Tuhan pada semua manusia dan memang merupakan hakikat
insaniah manusia.

D. Esensialisme

Esensialisme dalam pengertian Sejarah

Filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan


perpaduan ide filsafat idealism-objektif di satu sisi dan realism-objektif disisi
lainnya. Dalam konteks pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang
menekankan, bahwa pendidikan mesti dibangun diatas nilai-nilai yang kukuh,
tetap dan stabil.

2.7 BAB VII


2.7.1 PENDIDIKAN DAN POLITIK NEGARA ( BUKU UTAMA )

A. Posisi Lembaga Pendidikan dalam Sistem Politik Negara

Dunia pendidikan merupakan institusi sosial yang memiliki hubungan langsung


dalam kehidupan masyarakat, namun tidak dapat disangkal bahwa dalam
pelaksanaanya, ada dominasi politik yang kuat, terutama dalam sistem
pendidikan yang di selenggarakan oleh penguasa atau kelompok tertentu
( pendidikan negeri ). Paling tidak ketertundukan institusi pendidikan pada
sistem politik meliputi beberapa hal, Yakni:

1. Sebagai agen utama untuk sosialisasi politik bagi generasi muda dalam
pengembangan politik suatu negara.

2. Sebagai agen yang menentukan bagi ketersediaan pelaku politik.

16
3. Sebagai pemasok utama bagi penumbuhkembangan integrasi politik dan
kesadaran politik.

4. Sebagai agen bagi pengembangan ideologi politik kelompok yang berkuasa


dan pemilik wewenang.

5. Sebagai agen aktivitas aktualisasi misi dan visi suatu golongan atau lebih yang
berada pada level dominasi.

Dikatakan sebagai agen sosialisasi politik karena institusi pendidikan di sini


merupakan suatu proses yang maa seseorang menginternalisasikan norma dan
nilai-nilai dari suatu sistem politik tertentu. Proses internalisasi ini berlanjut
dalam tatanan nilai dan perilaku politik, baik di tengah-tengah keluarga maupun
dalam pergaulan. Oleh Karena itu pendidikan masa depan adalah pendidikan
sekolah yang memiliki sikap proaktif terhadap lembaga-lembaga yang sangat
konsen dengan nilai-nilai politis perlu dibangun suatu kerja sama yang baik dan
permanen.

B. Dialektika Sistem Politik dan Ideologi Pendidikan Suatu Bangsa

Pengaruh sistem politik dalam pendidikan sebagaimana telah diungkapkan


diatas, sangat potensial dalam membangun corak dan model pengembangan
sistem. Tipe sistem politik merupakan hal yang penting dalam menentukan
hakikat proses sekolah. Perbedaan-perbedaan dalam pendidikan umpamanya,
antara rezim kapitalis dan sosialis, negeri-negeri yang sedang berkembang dan
terbelakang dalam masyarakat pedesaan atau perkotaan, pada dasarnya
merupakan pengaruh dari sistem politik yang ada dalam negeri mereka. Apapun
yang dilakukan oleh dunia pendidikan selalu merujuk pada tatanan yang
dibangun oleh dunia politik melalui putusan-putusan politik yang terjelma dalam
rumusan undang-undang pendidikan. Rumusan ini banyak variannya sangat
tergantung pada sistem berpikir dan tata kerja orang-orang yang bergabung
didalam memikirkan dunia pendidikan kedepan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku

Pembahasan Bab I Filsafat pendidikan menurut buku pembanding adalah ilmu


pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam sampai
pada hakikatnya nya dengan menggunakan akal atau pikiran. Sedangkan filsafat
pendidikan menurut buku utama filsafat ditandai dengan kata filosofi yang berasal
dari dua unsur kata yaitu pihak yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti
kearifan.

Pembagasan Bab II dalam buku pembanding filsafat merupakan dua istilah yang
terdiri pada makna dan hakikat masing-masing kegunaan filsafat pendidikan yaitu
mengubah manusia menjadi manusia yang berkepribadian mulia menurut
karakteristik Ideal Manusia yang diinginkan. Sedangkan di buku utama kedudukan
filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian dari
pondasi-pondasi pendidikan.

Pembahasan Bab III menurut buku pembanding manusia secara sederhana dapat
dikatakan makhluk yang unik tugas dan fungsi manusia pun sangat beragam.
Sedangkan dalam buku utama ada beberapa aliran filsafat pendidikan yaitu
idealisme, realisme, filsafat pendidikan realisme, dan banyak lagi.

Pembahasan Bab IV menurut buku pembanding tipe-tipe pengetahuan sangatlah


banyak dan epistemologi dan pendidikan. Di buku utama filsafat pendidikan
Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya Pancasila.

Pembahasan Bab V menurut buku pembanding banyak teori-teori perkembangan


sumber daya manusia, yaitu dalam pendidikan, konteks Islam, dalam aliran lainya. Di
dalam buku utama hakikat ilmu pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan
realitas dari manusia dan dirinya sendiri, pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat
objektif tetapi subjektif.

18
Pembahasan Bab VI menurutmu pembanding banyak sekali air aliran dalam filsafat
pendidikan yaitu progresivisme, perenialisme, dan esensialisme.

Pembahasan Bab VII menurut buku pembanding ada beberapa institusi sosial yang
berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat yaitu posisi lembaga
pendidikan dalam sistem politik negeri, dan dialektika sistem politik dan ideologi
pendidikan suatu bangsa

B. Kelebihan dan Kekurangan Buku

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value)

Dari aspek tampilan buku yang direview, sampul buku terlihat menarik dengan
paduan warna hijau kebiruan sehingga membuat pembaca tertarik untuk membaca
buku ini. Jumlah halaman buku ini sekitar 200 halaman, cukup tebal dan tidak terlalu
berat.

2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font adalah:
Buku yang direview menurut saya sudah cukup bagus. Pada aspek layoutnya sudah
bagus. Tata tulisnya menurut saya sudah bagus dan dapat di baca.
3. Dari aspek isi buku:

Dari aspek isi buku penulis menyusun kalimat demi kalimat dengan baik, serta
mengelompok kan Kata-kata yang pentingnya dan menurut saya itu menarik
perhatian pembaca untuk mengetahuu apa makna dari kalimat yang dikelompokkan
itu. Di buku ini materi yang dibahas cenderung mengenai teori dan lain-lain

4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut memiliki susunan kalimat, pemilihan kata,
dan kesesuaian antar paragrap yang juga cukup baik.

19
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran diatas dapat di simpulkan bahwa buku ini menjelaskan tentang apa-
apa saja yang berhubungan dengan filsafat pendidikan. Sehingga buku ini sangat
bermanfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi seorang pendidik, tenaga
kependidikan dan mahasiswa calon guru. Manfaaat setelah kita membaca buku ini
sangatlah besar karena kita dapat mengetahui tentang apa itu filsafat pendidikan.

B. Rekomendasi

Buku ini merupakan salah satu termasuk buku yang direkomendasi review untuk
membaca tapi bukan sebagai buku penuntun untuk perkuliahan namun hanya
sebagai tambahan karena materi yang cenderung mengenai filsafat pendidikan.

20
Daftar Pustaka

Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung 2013

Erward, yusnadi, Filsafat Pendidikan: UNIMED PRESS, 2013, Medan

21

Anda mungkin juga menyukai