MK.FILSAFAT PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA
Skor Nilai :
NIM : 6191121028
SEPTEMBER 2019
1
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-
Nya sehingga Critical Book Review (CBR) ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada
waktunya. CBR ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu “Filsafat
Pendidikan”.
Dan harapan saya semoga CBR ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Jika ada isi yang kurang relevan, maka untuk ke depannya saya akan
memperbaiki maupun menambah isi CBR agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam CBR ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan CBR ini.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang.......................................................................................................4
2.Tujuan...................................................................................................................4
3.Manfaat.................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
A. Bab 1.................................................................................................................. 7
B. Bab 2.................................................................................................................. 8
C. Bab 3............. ...................................................................................................10
D. Bab 4............. ...................................................................................................11
E. Bab 5...................................................................................................17
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku ...................................................................................... 27
B. Kelebihan dan kekurangan buku .................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 28
B. Saran.................................................................................................29
C. Daftar pustaka ............................................................................................... 29
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya, baik itu di Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun
perguruan tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa guru
mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan layanan
pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing masing anak.
Filsafat sudah sebagai ilmu pengetahuan yang membingungkan, dan banyak kalangan
yang mempelajari filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengrtian. Filsafat, dalam
arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan kata lain,
teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang
filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga menguraikan
pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang
digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati
nurani manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.
2. TUJUAN
3. MANFAAT
3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.
4
BAB II
ISI BUKU
A.Buku Utama
Penerbit : Alfabeta
ISBN :979-8433-71-5
Cover buku :
5
B.Buku Pembanding
ISBN : 978-979-769-372-5
Cover buku :
6
BUKU UTAMA ( FILSAFAT PENDIDIKAN oleh DRs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. )
BAB I PENDAHULUAN
1. Praktik pendidikan
2. Teori pendidikan
1) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan
yang akan dicapai.
2) Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan akan mengetahui mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
1. Pendekatan sains
2. Pendekatan filosofis
3. Pendekatan Religi
Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep – konsep
pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan.
4. Pendekatan Multidisplin
Suatu konsep yang kompherensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak
bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau displin saja.
7
5. Pendekatan dalam Penulisan
Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara
filosofis.
BAB II FILSAFAT
A. Pengertian filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos
artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat
secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir
yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu
radikal, sistematis dan universal.
1) Filsafat spekulatif
Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai
pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia,
masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah upaya mencari
dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
2) Filsafat prespektif
Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian
tentang seni.
3) Filsafat analitik
Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai
analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik positivistik logis
mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.
C. Misi Filsafat
Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba
mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta
kesibukan manusia di dunia.
8
D. Lapangan Filsafat
Filsafat membahas tiga persoalan pokok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan
masalah nilai.
A. Metafisika
B. Epistimologi
Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.
C. Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai :
a. Etika
Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.
b. Estetika
Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.
Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh
dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya
9
3. Sains bersifat objektif.
Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat
pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.
Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.
A. Pendidikan
1. Makna pendidikan
Menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.
Bahwa pendidikan menyangkut hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan
keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan dalam rangka mempertahankan,
mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.
3. Tujuan pendidikan
Untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang berkebudayaan.
4. Alat pendidikan
Merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi
anak didik secara pedagogis (edukatif).
10
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.
Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan
memerlukan filssafat.
Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
b. Kedudukan Siswa
c. Peranan Guru
11
d. Kurikulum
e. Metode
Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme
sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
b. Kedudukan Siswa
Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
c. Peran Guru
Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.
d. Kurikulum
e. Metode
Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:
12
a. Tema
Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.
b. Tujuan Pendidikan
c. Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,
selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
d. Metode
e. Kedudukan Siswa
Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.
f. Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan
apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan pragmatisme sebagai berikut:
a. Tujuan pendidikan
Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.
b. Kedudukan Siswa
Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
13
c. Kurikulum
Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara
pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.
d. Metode
e. Peran Guru
Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan
kebutuhannya.
a. Tujuan Pendidikan
Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.
b. Status Siswa
Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.
c. Kurikulum
Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi
kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan
pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua.
Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan
konflik.
d. Peranan Guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini ,
besok lusa mungkin menjadi murid.
e. Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai
harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.
14
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai
tujuan.
1. Strategi Pendidikan
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali
mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.
2. Pendidikan
Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang
ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan
kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang
prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti
C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda.
Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
15
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah
harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan
dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus
mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus
berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Tema
2. Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi
budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal
fakta budaya yang majemuk tersebut.
3. Kurikulum
Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya
yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk
mendapatkan tempat dalam kurikulum.
4. Kedudukan Siswa
Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima
semua latar belakang budaya.
5. Metode
16
6. Peran Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik
dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili
budaya masyarakat.
A. Psikologi Humanistik
B. Behavioristik
C. Konstruktivistik
Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.
A. Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani.Kata ini bersal dari kata philosophia yang berarti
cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, sertakata
sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.Dalam pengertian yang lebih luas,
Harold Titus mengemukakan pengertianfilsafat sebagai berikut :
1.Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan danalam yang
biasanya diterima secara kritis.
17
2.Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikapyang sangat
kita junjung tinggi.
4.Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.
Di zaman yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akantetapi
suatu cara hidup yang konkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusiadan alam
yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupanatau
perkembangan peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, pengertian
yang bersifat teoritis seperti yang dilahirkan filsafat yunani itu kehilangankemampuannya
untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran.
B. Filsafat Pendidikan
Dengan demikian, dari uraian diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.Oleh karna itu, apabila
dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan
tujuan pendidikan.Dalam hubungan antara filsafat ( umum) dan filsafat pendidikan,
filsafat pendidikan memiliki beberapa batasan.
18
Ketiga,filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip , kepercayaan, konsep,
andaianyang terpadu satu sama lainnya.
Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalamkehidupan
manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan ke luar yang terbaiuk agardapat mengatasi
semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi.Secara makro, apa yang menajadi
objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahankehidupan manusia, alam semesta dan alam
sekitarnya, juga merupakan objek pemikiranfilsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang
lingkup filsafat pendidikan meliputi :
5.Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi) , filsafat pendidikan , dan politik
pendidikan (sistem pendidikan)
6.Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan.
Menurut Will Durant, ruang lingkup studi filsafat itu ada lima :
a. Logika
b. Estetika
c. Etika
d. Politik
e. Metafisika
Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber,ada yang
tampak jelas dan tidak jelas.
19
1. Manusia
2. Sekolah
3. Lingkungan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsamerupakan
asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,termasuk aspek
pendidikan.Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkanfilsafat yang dianut
oleh suatu bangsa.Dari uraian diatas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan berikut :
1.Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalammemecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli
2.Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurutaliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata
Filsafat tidak sekedar kegiatan reflektif dan kegiatan akal budi, tapi jugamerupakan
perenungan lebih lanjut dari kegiatan rasional secara umum.Filsafat merupakan pandangan
hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan, karena itu filsafat dan pendidikan
mempunyai hubungan yang sangat erat.Kedudukan filsafat dalam pendidikan merupakan
pondasi yang tidak dapat diganti oleh mata kuliah dasar lainnya. Filsafat merupakan sumber
nilai dan norma hidup yang menentukan warna dan martabat hidup manusia.
Filsafat diakui sebagai ilmu pengetahuan yang mampu menajwab segalapertanyaan dan
permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan denganalam semesta hingga
masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya.Menurut jhon dewey,
seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum danlandasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang
menyelidik faktor- faktor realitas dan pengalaman yangbanyak terdapat dalam lapangan
pendidikan.
20
A. Perkembangan pemikiran filsafat spritualisme kuno
Filsafat pendidikan mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk
ilmupengetahuan menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali berbagai macamilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dan terpisah dnegan lainnya. Jadi intinyafilsafat
berkembang sesuai perkembangan zaman , antara lain :
1) Timur jauh
2) Timur tengah
3) Romawi dan yunani
Namun demikian,ternyata ada beberapa filsuf yang merasa kurang puas dengan aliran
spiritualisme.Mereka merasa kurang puas karena dianggap tidak sesuai dengan pengetahuan
ilmiah.Maka lahirlah materialisme.
Bagi orang yunani,filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah.Di
Yunani lah pemikiran ilmiah mulai tumbuh,terutama di bidang filsafat pendidikan.
Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu , baik bagi dirinya selaku individu,maupun
sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiapwarga negaranya.
Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untukmengikuti ilmu
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing- masing sesuai jenjang usianya,
sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak danperubahan bagi kehidupan
21
pribadi bangsa dan negara. Menurutnya tujuan pendidikanadalah untuk menemukan
kemampua- kemampuan ilmiah setiap` individu danmelatihnya sehingga ia menjadi seorangh
warga negara yang baik, masyarakat yangharmonis, yang melaksanakan tugasnya dengan
efisien sebagi seorang anggotamasyarakat.. dalam menanamkan program pendidikan itu,
pemerintah harusmengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta
akankebaikan dan keadilan.
Menurut Aristoteles., agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatpendidikan. Ia
juga menganggap bahwa pembentukan pada tingkat pendidikan dasar itupenting . pada
tingkat pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Untuk
memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang-binatang lain dalam befikir,
harus mengamati dan secara hati- hati mengenalisis struktur- struktur, fungsi-fungsi
organisme itu dan segala yang ada dalam alam.
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata bagiaman keadaan yang
sebenarnya, apakah hakikat dibalik lam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segalase
suatu dari alam nyata yang sangat terbatas bagi pancaindra kita.
Aksiologi menyangkut nilai-niai yang berupa pernyataan apakah baik atau bagus.Dalam
definisi lain, aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya,nilai-nilai tersebut ditanamkan
dalam kehidupan anak.
Proressivisme mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba
fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang.
22
B. Esensialisme
Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk dapat
menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil
dan tidak menentu.
C. Perenialisme
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultural.
Dewasa ini telah terjadi krisis moral yang luar biasa yang menyebabkan anak didik
berjalan semuanya sendiri tanpa melihat dasar-dasar atau prinsip-prinsip moral yang
berlandaskan ajaran agama masing-masing.
D. Rekontruksionalisme
Rekontruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern, melalui lembaga dan
proses pendidikan.
Aliran ini berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas seluruh umat
manusia atau bangsa.Menurut aliran ini, filsafat dipandang lebih tinggi daripada ilmu
pendidikan.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia
berusaha menjaga dan mengembangkann kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha
mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari,
pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian
rupa sehingga kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan
perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya.
23
Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik dirinya. Terdapat tiga prinsip
antopologis yang menjadi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu mendidik
diri, yaitu: prinsip historias, prinsip idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitas.
Berbagai kemampuan manusia yang seharusnya dilakukan manusia tidak dibawa sejak
kelahiran, melainkan harus diperoleh setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju
kedewasaannya. Disatu pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui
upaya bantuan dari pihak lain. Mungkin dalam bentuk pengasuhan, pengajaran, latihan,
bimbingan, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah
pendidikan.
Manusia sebagai makhluk yang dapat di didik ada lima prinsip antopologis yang menjadi
landasan berrdasarkan hakikat manusia, yaitu:
1. Prinsip potensialitas yaitu Pendidikan ini bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang
ideal artinya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, cerdas, dan mampu berkarya.
2. Prinsip dinamika, yaitu Pendidikan diupayakan dalam rangka mmbantu manusia agar
menjadi manusia yang ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya secara horizontal
maupun vertikal.
5. Prinsip moralitas, yaitu pendidikan bertujuan agar manusia berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya.
Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu
yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Berulangkali dinyatakan bahwa tanpa
pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya dalam
kehidupan, sesuai dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya. Sehubungan
dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala
potensi kodrat yang ada dalam diri manusia.
24
BAB V. FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA
Sebagai ideologi, Pancasila sebagai dasar negara. Oleh sebab itu, setiap warga negara
wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
25
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam proses pembentukan dan menanamkan nilai kebajikan (moral, karakter, akhlak)
pada anak didik sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan orang tua. Pola asuh
meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Keluarga memiliki peran terdepan dalam pembentukan watak dasar atau karakter. Antara
peran orang tua dan pengembangan karakter pribadi anak tidak dapat dipisahkan.
26
Pertumbuhan dan pembinaan karakter generasi muda paling strategis terletak pada
kebijakan Negara. Optimalisasi, keseriusan, dan konsistensi peran pemerintah dalam
melaksanakan program kebijakan pembangunan, akan sangat mungkin meningkatkan kualitas
karakter generasi muda jauh lebih baik. Maju mundurnya bangsa lebih ditentukan kualitas
karakter individu dalam suatu bangsa.
BAB III
PEMBAHASAN
Beberapa hal yang menjadi keunggulan buku utama adalah sebagai berikut :
1.Tampilan luar (cover) buku ini menarik. Perpaduan gambar pada cover dengan layout yang
bagus membuat tampilan buku ini bernilai plus.
3.Materi yang ditawarkan adalah materi yang bersifat baru (update) sesuai
dengan perkembangan yang sedang berlangsung serta kompleksitasnya sesuai denganapa
yang diharapkan (tidak kurang dan tidak berlebihan).
4.Penyampaian materi yang ringkas dan tepat sasaran, tidak berbelit-belitmenjadikan isi buku
ini menjadi satu bacaan yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan
8.Dalam buku ini ditemukan skema atau bagan yang menjelaskan sebagaian darimateri yang
disuguhkan. Hal ini akan membuat kesan buku tidak hanya terpaku pada teks yang
menimbulkan kesan monoton dan membosankan.
27
9.Sistematika penulisan pada buku ini telah memenuhi kaidah penulisan bukuyang baik dan
benar. Dimulai dari tampilan luar hingga daftar pustakasemuanya telah memenuhi kaidah
yang telah ditetapkan.
BAB IV
PENUTUP
A.SIMPULAN
Bab 1. Pendahuluan
Bab 2. Filsafat
Buku kedua ini memuat bab materi. Setiap bab menejelaskan secara detailmengenai
konsep materi yang dimaksdukan. Adapun tiap bab dalam buku ini adalah sebagai berikut :
28
Bab 1. Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan
Bab 3. Aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi, epistomologi, danaksiologi
B.SARAN
Demi terwujudnya sebuah karya tulis yang bernilai tinggi dari segi penampilan dan juga
muatan materi ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh karya tulis berupa buku yaitu :
Identitas yang jelas, konsep yang pasti, mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang telah
disepakati, muatan materi yang tepat sasaran dan pengembangan materi yang sesuaidengan
konsep yang ditawarkan. Buku ini dinilai telah layak untuk digunakan sebagai sumber belajar
karena telah memenuhi kriteria yang diharapkan dari sebuah karya tulis berupa buku. Setelah
membahas tentang teknolgi busana diharapkan para pemabaca dapatmengetahui hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan saat menjahit, mengetahui teknik-teknik menjahit dengan tepat
dan mampu menjadi penjahit yang memiliki kualitas yang tinggi.
C.DAFTAR PUSTAKA
29