Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REVIEW

MK.FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA

Skor Nilai :

PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN

(Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.)

NAMA MAHASISWA : CHRISTINE STEVANY HUTABARAT

NIM : 6191121028

DOSEN PENGAMPU : Dra.ROSDIANA, M.Pd.

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2019

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-
Nya sehingga Critical Book Review (CBR) ini dapat tersusun hingga selesai tepat pada
waktunya. CBR ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu “Filsafat
Pendidikan”.

Dan harapan saya semoga CBR ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Jika ada isi yang kurang relevan, maka untuk ke depannya saya akan
memperbaiki maupun menambah isi CBR agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, saya yakin masih banyak kekurangan
dalam CBR ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan CBR ini.

Medan, 20 September 2019

Christine Stevany Hutabarat

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang.......................................................................................................4
2.Tujuan...................................................................................................................4
3.Manfaat.................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
A. Bab 1.................................................................................................................. 7
B. Bab 2.................................................................................................................. 8
C. Bab 3............. ...................................................................................................10
D. Bab 4............. ...................................................................................................11
E. Bab 5...................................................................................................17
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku ...................................................................................... 27
B. Kelebihan dan kekurangan buku .................................................................... 27

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 28
B. Saran.................................................................................................29
C. Daftar pustaka ............................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokus perhatian adalah peserta
didiknya, baik itu di Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun
perguruan tinggi. Pemahaman pada diri peserta didik mempunyai makna bahwa guru
mengenal betul kelebihan dan kelemahan peserta didik sehingga dapat memberikan layanan
pendidikan yang tepat dan bermanfaat bagi masing masing anak.

Filsafat sudah sebagai ilmu pengetahuan yang membingungkan, dan banyak kalangan
yang mempelajari filsafat berakhir dengan rasa pusing dan ketidakmengrtian. Filsafat, dalam
arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para
ahli pendidikan dalam memecahakan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, di samping menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Dengan kata lain,
teori-teori dan pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang
filosof tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.

Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga menguraikan
pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang
digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati
nurani manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.

2. TUJUAN

Critical Report Book ini bertujuan untuk :

1. Membandingkan dua buku Filsafat Pendidikan dengan pengarang yang berbeda

2. Mengetahui kelamahan dan kelebihan suatu buku

3. MANFAAT

1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan

2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.

3. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku dan perbandingan buku.

4
BAB II

ISI BUKU

A.Buku Utama

Judul Buku : Pengantar Filsafat Pendidikan

Pengarang : Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd.

Penerbit : Alfabeta

Tahun terbit : 2017

Kota terbit :Bandung

 ISBN :979-8433-71-5

Jumlah halaman :183

Cover buku :

5
B.Buku Pembanding

 Judul buku : Filsafat Pendidikan

 Pengarang : - Prof. Dr. H. Jalaluddin

- Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed Penerbit : Raja Grafindo Persada

 Penerbit : Raja Grafindo Persada

 Tahun terbit : 2014

 Kota terbit : Jakarta

 ISBN : 978-979-769-372-5

 Jumlah halaman : 244 halaman

 Cover buku :

6
BUKU UTAMA ( FILSAFAT PENDIDIKAN oleh DRs. Uyoh Sadulloh, M.Pd. )

BAB I PENDAHULUAN

A. Praktik pendidikan dan teori pendidikan

1. Praktik pendidikan

Menurut Redja M. ( Depdikbud : IKIP Bandung, 1991) praktik pendidikan adalah


seperangkat kegiatan berasama yang bertujuan membantu pihak lain agar mengalami
perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek
tujuan, aspek proses kegiatan dan aspek dorongan.

2. Teori pendidikan

Pendidikan memerlukan teori pendidikan karena teori pendidikan akan memberikan


manfaat sebagai berikut :

1) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan
yang akan dicapai.
2) Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan akan mengetahui mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
3) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolsk ukur sampai dimana kita telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.

B. Pendekatan pendekatan dalam teori pendidikan.

1. Pendekatan sains

Suatau pengkajian dengan menggunakan saint untuk mempelajari, menelaah, dan


memecahkan masalah – masalah pendidikan.

2. Pendekatan filosofis

Suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah – masalah pendidikan


dengan menggunakan metode filsafat.

3. Pendekatan Religi

Suatu ajaran religi dijadikan sumber inspirasi untuk menyusun teori atau konsep – konsep
pendidikan yang dapat dijadikan landasan untuk melaksanakan pendidikan.

4. Pendekatan Multidisplin

Suatu konsep yang kompherensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak
bisa hanya dengan menggunakan salah satu pendekatan atau displin saja.

7
5. Pendekatan dalam Penulisan

Buku ini mencoba untuk mengkaji salah satu pendekatan diatas, yaitu pendekatan secara
filosofis.

BAB II FILSAFAT

A. Pengertian filsafat

Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “ philos” dan “ sophia”. Philos
artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat
secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir
yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu
radikal, sistematis dan universal.

B. Model – model Filsafat

1) Filsafat spekulatif

Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.plato sebagai
pelopor filsafat idelisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia,
masyarak, dan eksistensi manusia dalam alam ini. Filsafak spekulatif adalah upaya mencari
dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.

2) Filsafat prespektif

Suatu ukuran standart penilaian tentang nilai-nilai, perbuatan manusia dan penilaian
tentang seni.

3) Filsafat analitik

Terdapat 2 model analitik. Analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai
analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah.dan analitik positivistik logis
mengacu pada ilmu matematika dan ilmua alam serta sosial.

C. Misi Filsafat

Para filsof berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia, baik
langsung maupun tidsk langsung. Melalui pengujian yang kritis, filsof mencoba
mengevaluasi informasi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai alam semesta serta
kesibukan manusia di dunia.

8
D. Lapangan Filsafat

Filsafat membahas tiga persoalan pokok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan
masalah nilai.

A. Metafisika

Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang


tersimpul di belakang dunia fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya di luar
hal yang dapat ditangkap oleh pancaindra.

B. Epistimologi

Epistimologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal,
struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan.

Jenis- jenis pengetahuan: Pengetahuan wahyu, Pengetahuan intuitif, Pengetahuan rasional,


Pengetahuan empiris, Pengetahuan otoritas

Teori pengetahuan: Teori korespondensi, Teori koherensi. Teori pragmatisme.

C. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai atau dengan kata lain
aksiologi adalah teori nilai. Karakteristik nilai :

a. Nilai objektif atau subjektif

b. Nilai absolute atau berubah

Jenis- jenis nilai :

a. Etika

Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu
keusilaan yang memuat dasar- dasar untuk berbuat susila.

b. Estetika

Estetika merupakan nilai- nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dan pengalaman-
pengalaman kita yang berhubungan dengan seni.

E. Filsafat dan Sains

Sains dalam arti sempit diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif. Sains hanya membicarakan segala sesuatu yang nyata yang dapat disentuh
dengan menggunakan pancaindera. Ciri umum sains diantaranya

1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.

2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak.

9
3. Sains bersifat objektif.

Salah satu perbedaan filsafat dengan sains, yaitu bahwa sains bersifat analisis dan hanya
menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya, sedangkan filsafat bersifat
pengetahuan synopsis, artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan, karena memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian- bagiannya.

F. Filsafat dan Agama

Menurut Randall dan Buchler (1942), pertama agama didefinisikan dengan kepercayaan
terhadap supranatural, atau secara popular diartikan sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Kedua agama didefinisikan dengan kepercayaan atau keyakinan.

BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pendidikan

1. Makna pendidikan

Menurut Langeveld adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.

2. Pendidikan sebagai proses transformasi nilai

Bahwa pendidikan menyangkut hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan
keterampilan. Nilai- nilai yang ditransformasikan dalam rangka mempertahankan,
mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat.

3. Tujuan pendidikan

Untuk menghasilkan generasi yang lebih baik, manusia- manuasia yang berkebudayaan.

4. Alat pendidikan

Merupakan suatu situasi yang diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi
anak didik secara pedagogis (edukatif).

5. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat

Maksudnya bahwa pendidikan bukan hanya berlagsung di sekolah. Pendidikan dimulai


segera setelah anak lahir dan akan terus sampai manusia meninggal dunia.

6. Pendidikan hanya untuk manusia

Karena hanya manusia yang dapat memperoleh pendidikan.

10
B. Pengertian Filsafat Pendidikan.

Filsafat pendidikan menurut Al- Syaibany (1979:30) adalah: “pelaksanaan pandangan


falsafah dalam bidang pendidikan. Falsafah ini mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan
falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah- masalah
pendidikan secara praktis”

C. Kebutuhan akan Filsafat Pendidikan.

Cara keja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan
kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut,
karena manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan . Oleh karena itu, pendidikan
memerlukan filssafat.

D. Peranan Filsafat Pendidikan

Peran Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan.

E. Apakah yang menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang.

Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan,
merupakan sekumpulan prinsip yang membimbing tindakan professional seseorang. Jadi
keyakinan, prinsip-prinsip yang menentukan filsafat pendidikan seseorang.

BAB IV MAZHAB- MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat Pendidikan Idealisme.

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik.
Hakikat manusia adalah rohaninya, yakni apa yang disebut ‘mind’ Implikasi Pendidikan
Power (1982:89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan

Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter dan mengembangkan


bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.

b. Kedudukan Siswa

Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya

c. Peranan Guru

Bekerjasama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung


jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.

11
d. Kurikulum

Pendidikan liberal untuk mengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis


untuk memperoleh pekerjaan.

e. Metode

Diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B. Filsafat Pendidikan Realisme

Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohaniah.
Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan realisme
sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan

Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.

b. Kedudukan Siswa

Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin mental dan moral
dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.

c. Peran Guru

Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut
prestasi dari siswa.

d. Kurikulum

Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna. Berisikan


pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.

e. Metode

Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

C. Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi bukan rohani, bukan
spiritual, atau supernatural. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan materialisme sebagai berikut:

12
a. Tema

Manusia yang baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara
ilmiah dan seksama.

b. Tujuan Pendidikan

Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kepastiannya, untuk tanggung


jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.

c. Kurikulum

Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan diorganisasi,
selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.

d. Metode

Semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant


conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.

e. Kedudukan Siswa

Tidak ada kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah
dirancang. Siswa dipersiapkan untuk hidup. Mereka dituntut untuk belajar.

f. Peranan Guru

Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru
dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika Asli. Namun berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami. Maksudnya bahwa makna dari segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan
apa yang dilakukan. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat
pendidikan pragmatisme sebagai berikut:

a. Tujuan pendidikan

Member pengalaman untuk penemuan hal- hal baru dalam hidup sosial dan pribadi.

b. Kedudukan Siswa

Suatu organism yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.

13
c. Kurikulum

Berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang
dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Menghilangkan perbedaan antara
pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan jabatan.

d. Metode

Metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil bekerja).

e. Peran Guru

Mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa mengganggu minat dan
kebutuhannya.

E. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme itu unik, yakni memfokuskan pada pengalaman- pengalaman


individu. Implikasi Pendidikan Power (1982) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan
eksistensialisme sebagai berikut:

a. Tujuan Pendidikan

Memberi bekal pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan.

b. Status Siswa

Makhluk rasional dengan plihan bebas dan tanggung jawab atas pilihannya. Suatu
komitmen terhadap pemenuhan tujuan pribadi.

c. Kurikulum

Yang diutamakan adalah kurikulum liberal. Kurikulum lebaral merupakan landasan bagi
kebebasan manusia. Kebebasan memiliki aturan- aturan. Oleh karena itu, di sekolah diajarkan
pendidikan sosial, untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua.
Respek terhadap kebebasan bagi yang lain adalah esensial. Kebebasan dapat menimbulkan
konflik.

d. Peranan Guru

Melindungi dan memelihara kebebasan akademik, dimana mungkin guru pada hari ini ,
besok lusa mungkin menjadi murid.

e. Metode

Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang metode, tetapi metode apapun yang dipakai
harus merujuk pada cara untuk mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik.

14
F. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun
1918. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar cepat mencapai
tujuan.

1. Strategi Pendidikan

Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa yang akan datang. Cara terbaik mempersiapkan siswa adalah memebekali
mereka dengan strategi- strategi pemecahan masalah.

2. Pendidikan

Progresif didasarkan pada keyakinan bahwa harus berpusat pada anak bukan
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

1) Kritik terhadap Proggresivisme


2) Siswa tidak mempelajari warisan sosial
3) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan
4) Megurangi bimbingan dan pengaruh guru
5) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendidri

G. Filsafat Pendidikan Perenilaisme

Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio-kultural. Jalan yang
ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang menggunakan
kembali nilai- nilai pada zaman kuno dan abad pertengahan. Tujuan pendidikan menurut
pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperolehpengetahuan tentang
prinsip- prinsip atau gagasan- gagasan besar yang tidak berubah.Latar belakang filsafat
perenialisme adalah filsafat- filsafat dari Plato, Aristoteles, Thomas Aquina

H. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa pelopornya seperti
C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kendell. Dlam filsafat ini fungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejara kepada generasi muda.
Prinsip pendidikan esensialisme yaitu:

1. Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras.

2. Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru

3. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.

15
4. Sekolah harus mempertahamkan metode- metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.

5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan


tuntutan demokrasi yang nyata.

I. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme.

Sebagaiaman yang dikemukakan oleh Caroline Pratt (1984), “ Nilai terbesar suatu sekolah
harus menghasilkan manusia- manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan
dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya, sekolah- sekolah tidak harus
mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus
berusaha merekonstruksinya.Implikasi PendidikanPower (1982) mengemukakan implikasi
filsafat pendidikan rekonstruksionisme sebagai berikut:

1. Tema

Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan


rekonstruksi sosial.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi
budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk. Transmisi budaya harus mengenal
fakta budaya yang majemuk tersebut.

3. Kurikulum

Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya
yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai- nilai yang berhubungan berhak untuk
mendapatkan tempat dalam kurikulum.

4. Kedudukan Siswa

Nilai- nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
Keluhuran pribadi dan tanggung jawab sosial ditingkatkan, manakala rasa hormat diterima
semua latar belakang budaya.

5. Metode

Sebagai kelanjutan dari pendidikan progresif, metode aktivitas dibenarkan (learning by


doing).

16
6. Peran Guru

Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati (ikhlas) terhadap semua budaya, baik
dalam member pelajaran maupun dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili
budaya masyarakat.

BAB V ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT


PENDIDIKAN

A. Psikologi Humanistik

Psikologi humanistic menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung


jawab personal. Tujuan pendidikan menurut orientasi ini adalah aktualisasi diri individu.

B. Behavioristik

Behaviorisme berdasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diinginkan


merupakan produk desain bukanya kebetulan. Perilaku kita benar- benar ditentukan oleh
tekanan- tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita. John B. Watson (1978-1958)
adalah perintis psikologi behavioristik tang utama dan B.F Skinner (1904-1990) adalah
promotor terkenalnya.

C. Konstruktivistik

Konstruktivisme memfokuskan pada proses- proses dan strategi- stategi mental yang
digunakan para siswa untuk belajar bukanya pada perilaku belajar.

Buku Pembanding : Filsafat Pendidikan(Karangan Prof.Dr.H.Jalaluddin&


Prof.Dr.H.Abdullah Idi, M.Ed )

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani.Kata ini bersal dari kata philosophia yang berarti
cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka, sertakata
sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.Dalam pengertian yang lebih luas,
Harold Titus mengemukakan pengertianfilsafat sebagai berikut :

1.Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan danalam yang
biasanya diterima secara kritis.

17
2.Filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikapyang sangat
kita junjung tinggi.

3.Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

4.Filsafat ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.

5.Filsafat ialah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian manusia


dan dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Di zaman yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis dan spesial, akantetapi
suatu cara hidup yang konkret, suatu pandangan hidup yang total tentang manusiadan alam
yang menyinari seluruh kehidupan seseorang. Selanjutnya dengan kehidupanatau
perkembangan peradaban manusia dan problema kehidupan yang dihadapinya, pengertian
yang bersifat teoritis seperti yang dilahirkan filsafat yunani itu kehilangankemampuannya
untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran.

B. Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam


bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitik beratkan pada pelaksaaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara
praktis.Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya
rasa (emosi) manusia.

Dengan demikian, dari uraian diatas dapat kita tarik suatu pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah, norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya
dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.Oleh karna itu, apabila
dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas, dapat disimpulkan bahwa filsafat
merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tercapainya pelaksanaan dan
tujuan pendidikan.Dalam hubungan antara filsafat ( umum) dan filsafat pendidikan,
filsafat pendidikan memiliki beberapa batasan.

 Pertama, filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan


kaidahfilsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.

 Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajianitu


sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses pendidikandalam
upaya memperbaiki keadaan pendidikan.

18
 Ketiga,filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip , kepercayaan, konsep,
andaianyang terpadu satu sama lainnya.

C. Bahasan Filsafat dan Filsafat Pendidikan

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalamkehidupan
manusia dan merupakan alat dalam mencari jalan ke luar yang terbaiuk agardapat mengatasi
semua permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi.Secara makro, apa yang menajadi
objek pemikiran filsafat, yaitu permasalahankehidupan manusia, alam semesta dan alam
sekitarnya, juga merupakan objek pemikiranfilsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang
lingkup filsafat pendidikan meliputi :

1.Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan.

2.Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan.

3.Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama,


dankebudayaan.

4.Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.

5.Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi) , filsafat pendidikan , dan politik
pendidikan (sistem pendidikan)

6.Merumuskan sistem nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan.

Menurut Will Durant, ruang lingkup studi filsafat itu ada lima :

a. Logika

b. Estetika

c. Etika

d. Politik

e. Metafisika

Menurut Imam Barnadib, dalam pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat


digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh daricabang-cabang diatas.Lebih penting
lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu mengetahui bagaimana pandangan dunia
terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada masanya.

Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber,ada yang
tampak jelas dan tidak jelas.

19
1. Manusia

2. Sekolah

3. Lingkungan

Filsafat mengkaji permasalahan yang menyangkut nilai yang ditentukan untukdijadikan


pandangan hidup manusia. Dengan demikian, filsafat mempunyai ruang lingkupyang lebih
luas, menjurus, total dan komprehensif.

D. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsamerupakan
asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa,termasuk aspek
pendidikan.Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkanfilsafat yang dianut
oleh suatu bangsa.Dari uraian diatas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan berikut :

1.Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai
dalammemecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para
ahli

2.Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurutaliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata

E. Hubungan Filsafat Pendidikan dengan Fakultas Tarbiyah

Filsafat tidak sekedar kegiatan reflektif dan kegiatan akal budi, tapi jugamerupakan
perenungan lebih lanjut dari kegiatan rasional secara umum.Filsafat merupakan pandangan
hidup menentukan arah dan tujuan proses pendidikan, karena itu filsafat dan pendidikan
mempunyai hubungan yang sangat erat.Kedudukan filsafat dalam pendidikan merupakan
pondasi yang tidak dapat diganti oleh mata kuliah dasar lainnya. Filsafat merupakan sumber
nilai dan norma hidup yang menentukan warna dan martabat hidup manusia.

BAB II LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat diakui sebagai ilmu pengetahuan yang mampu menajwab segalapertanyaan dan
permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan denganalam semesta hingga
masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya.Menurut jhon dewey,
seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum danlandasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang
menyelidik faktor- faktor realitas dan pengalaman yangbanyak terdapat dalam lapangan
pendidikan.

20
A. Perkembangan pemikiran filsafat spritualisme kuno

Filsafat pendidikan mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk
ilmupengetahuan menjadi semacam pendekatan dan perekat kembali berbagai macamilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dan terpisah dnegan lainnya. Jadi intinyafilsafat
berkembang sesuai perkembangan zaman , antara lain :

1) Timur jauh
2) Timur tengah
3) Romawi dan yunani

B. Reaksi terhadap Spiritualisme di Yunani

Spiritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan kerohanian,lawan dari


materialisme(Poerwadarminta, 1984: 963).Karena itu,spiritualisme mendasari semua yang
ada di alam ini terdiri dari roh,sukma,dan jiwa.

Namun demikian,ternyata ada beberapa filsuf yang merasa kurang puas dengan aliran
spiritualisme.Mereka merasa kurang puas karena dianggap tidak sesuai dengan pengetahuan
ilmiah.Maka lahirlah materialisme.

C. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan

Bagi orang yunani,filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah.Di
Yunani lah pemikiran ilmiah mulai tumbuh,terutama di bidang filsafat pendidikan.

Pada masa ini,keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih


berdasarkan kepercayan.Dan karena para filsuf belum puas dengan keterangan ini,akhirnya
mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya.

D. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates

Prinsip dasar pemikiran menurut Socrates adalah metode dialektis.metode inidigunakan


sebagai dasar teknis pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorangbelajar berfikir
secara cermat, untuk menguji coba diri sendiri untuk memperbaikipengetahuannya. Dengan
metode ini, Socrates menunjukkan bahwa jawaban-jawabanterbaik atas pertanyaan-
pertanyaan moral adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri- pendiri agama, cita-cita
yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umatmanusia, keadilan, kebenaran, pengetahuan
tentang kebaikan dan kejahatan, hormatterhadap kebenaran, sikap yang tak berlebihan,
kebaikan hati, kerendahan hati, toleransi,kejujuran dan segala kebajikan- kebajikan lama

E. Pemikiran filsafat pendidika menurut Plato

Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu , baik bagi dirinya selaku individu,maupun
sebagai warga negara. Negara wajib memberikan pendidikan kepada setiapwarga negaranya.
Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untukmengikuti ilmu
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing- masing sesuai jenjang usianya,
sehingga pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak danperubahan bagi kehidupan

21
pribadi bangsa dan negara. Menurutnya tujuan pendidikanadalah untuk menemukan
kemampua- kemampuan ilmiah setiap` individu danmelatihnya sehingga ia menjadi seorangh
warga negara yang baik, masyarakat yangharmonis, yang melaksanakan tugasnya dengan
efisien sebagi seorang anggotamasyarakat.. dalam menanamkan program pendidikan itu,
pemerintah harusmengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta
akankebaikan dan keadilan.

F. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles

Menurut Aristoteles., agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatpendidikan. Ia
juga menganggap bahwa pembentukan pada tingkat pendidikan dasar itupenting . pada
tingkat pendidikan usia muda itu, perlu ditanamkan kesadaran aturan-aturan moral. Untuk
memperoleh pengetahuan, manusia harus melebihi dari binatang-binatang lain dalam befikir,
harus mengamati dan secara hati- hati mengenalisis struktur- struktur, fungsi-fungsi
organisme itu dan segala yang ada dalam alam.

BAB III. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI


ONTOLOGI,EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI

A. Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata bagiaman keadaan yang
sebenarnya, apakah hakikat dibalik lam nyata ini. Ontologi menyelidiki hakikat dari segalase
suatu dari alam nyata yang sangat terbatas bagi pancaindra kita.

Epistemologi adalah pengetahuan yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti


apakah pengetahuan, car manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan dan jeni-jenis
pengetahuan. Menurut epistemologi, setiap pengetahuan manusia merupakan hasil dari
pemeriksaan dan penyelidikan benda hingga akhirnya diketahuai manusia.

Aksiologi menyangkut nilai-niai yang berupa pernyataan apakah baik atau bagus.Dalam
definisi lain, aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya,nilai-nilai tersebut ditanamkan
dalam kehidupan anak.

B. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Modern


A. Progresivisme

Progresivisme disebut sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan


yang sebenarnya adalah alam semesta ini dan bukan kenyataan spiritual dan supranatural.

Proressivisme mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang serba
fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang.
22
B. Esensialisme

Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk dapat
menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil
dan tidak menentu.

Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama


yang warisan sejarah telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia.

C. Perenialisme

Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultural.

Dewasa ini telah terjadi krisis moral yang luar biasa yang menyebabkan anak didik
berjalan semuanya sendiri tanpa melihat dasar-dasar atau prinsip-prinsip moral yang
berlandaskan ajaran agama masing-masing.

D. Rekontruksionalisme

Rekontruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern, melalui lembaga dan
proses pendidikan.

Aliran ini berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas seluruh umat
manusia atau bangsa.Menurut aliran ini, filsafat dipandang lebih tinggi daripada ilmu
pendidikan.

BAB IV HUBUNGAN ANTARA MANUSIA, FILSAFAT, DAN PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia
berusaha menjaga dan mengembangkann kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha
mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari,
pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian
rupa sehingga kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan
perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya.

23
Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik dirinya. Terdapat tiga prinsip
antopologis yang menjadi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu mendidik
diri, yaitu: prinsip historias, prinsip idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitas.

Berbagai kemampuan manusia yang seharusnya dilakukan manusia tidak dibawa sejak
kelahiran, melainkan harus diperoleh setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju
kedewasaannya. Disatu pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui
upaya bantuan dari pihak lain. Mungkin dalam bentuk pengasuhan, pengajaran, latihan,
bimbingan, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah
pendidikan.

Manusia sebagai makhluk yang dapat di didik ada lima prinsip antopologis yang menjadi
landasan berrdasarkan hakikat manusia, yaitu:

1. Prinsip potensialitas yaitu Pendidikan ini bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang
ideal artinya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral, cerdas, dan mampu berkarya.

2. Prinsip dinamika, yaitu Pendidikan diupayakan dalam rangka mmbantu manusia agar
menjadi manusia yang ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya secara horizontal
maupun vertikal.

3. Prinsip individualitas, yaitu pendidikan diupayakan dalam membantu manusia agar


mampu menjadi dirinya sendiri.

4. Prinsip sosialitas, yaitu Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antar sesama


manusia.Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan
diterima peserta didik.

5. Prinsip moralitas, yaitu pendidikan bertujuan agar manusia berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya.

Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam perwujudannya sebagai individu
yang menjadi bagian integral dari masyarakatnya. Berulangkali dinyatakan bahwa tanpa
pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan kewajibannya dalam
kehidupan, sesuai dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya. Sehubungan
dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk menumbuh kembangkan segala
potensi kodrat yang ada dalam diri manusia.

24
BAB V. FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan negara Indonesia sebagaimana yang


dikemukakan oleh Bung Karno di dalam lahirnya Pancasila. Setiap negara mempunyai dasar
atau ideologinya. Fungsi dari suatu dari ideologi atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai
yang dijadikan pegangan oleh setiap warga negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam
suatu organisasi negara Republik Indonesia.

Sebagai ideologi, Pancasila sebagai dasar negara. Oleh sebab itu, setiap warga negara
wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

E. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia


Pancasila sebagai dasar dan nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia memandang bahwa manusia adalah makhluk tertinggi ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mulia yang dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh
dan berkembang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat atau sosial.

F. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Masyarakat


Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila akan terwujud sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan yang telah dicapai. Karena itu nilai-nilai luhur Pancasila tidak pernah
tertinggal oleh perkembangan dan kemajuan nilai-nilai itulah sebagai ciri kepribadian
masyarakat-bangsa dan negara Indonesia.
Akuntasi nilai filsafat Pancasila dalam membangun diformulasikan dalam konsep
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Di atas dalam penjelasan hakekat masyarakat telah di jelaskan bahwa masyarakat bangsa
dan negara Indonesia menuju masyarakat madani yang aman, damai, sejahtera, terbuka serta
toleran, adil dan makmur. Berarti masyarakat Indonesia berkembang dengan tetap
memperhatikan dan menghargai masing-masing budaya etnis yang ada di dalam masyarakat
untuk dapat berkembang.

G. Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan


Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

25
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembakan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB VI. FILSAFAT PENDIDIKAN PENINGKATAN SUMER DAYA MANUSIA


Peningkatan sumber daya manusisa tentunya berbeda dari zaman ke zaman. Sifat, bentuk,
dan arahannya tergatung dari kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
Imam Barnadid mengemukakan filsafat pendidikan disusun atas dua pendekatan.
Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada
padangan filosofis. Sedangkan pandangan kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban
dari pendidikan beserta problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis.
Kemajuan peradaban manuasia sebagian besar ditentukan oleh daya iptek. Makin inggi
penguasaan iptek, makin maju oula peradaban suatu bangsa, juga tingkat kualitas sumber
daya manusianya. Salah satu sarana yang paling efektif dalam pengembangan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB VII. PENDIDIKAN NASIONAL DAN PEMBINAAN KARAKTER

A. Urgensi Pendidikan Karakter


 Dengan berfikir filsafat seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan
membangun diri sendiri.
 Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir sendiri.
 Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis
pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
 Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh oleh pengtahuan yang dimiliki oleh
seseorang tersebut.

B. Proses Pembentukan Karakter

Dalam proses pembentukan dan menanamkan nilai kebajikan (moral, karakter, akhlak)
pada anak didik sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan orang tua. Pola asuh
meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.
Keluarga memiliki peran terdepan dalam pembentukan watak dasar atau karakter. Antara
peran orang tua dan pengembangan karakter pribadi anak tidak dapat dipisahkan.

26
Pertumbuhan dan pembinaan karakter generasi muda paling strategis terletak pada
kebijakan Negara. Optimalisasi, keseriusan, dan konsistensi peran pemerintah dalam
melaksanakan program kebijakan pembangunan, akan sangat mungkin meningkatkan kualitas
karakter generasi muda jauh lebih baik. Maju mundurnya bangsa lebih ditentukan kualitas
karakter individu dalam suatu bangsa.

BAB III

PEMBAHASAN

Setelah dibaca dan di analisis,maka reviewer dapat mengidentifikasi keunggulan dan


kelemahan buku ini.

 Beberapa hal yang menjadi keunggulan buku utama adalah sebagai berikut :

1.Tampilan luar (cover) buku ini menarik. Perpaduan gambar pada cover dengan layout yang
bagus membuat tampilan buku ini bernilai plus.

2.Penggunaan kertas dan tingkat keterbacaan teks yang telah sempurna

3.Materi yang ditawarkan adalah materi yang bersifat baru (update) sesuai
dengan perkembangan yang sedang berlangsung serta kompleksitasnya sesuai denganapa
yang diharapkan (tidak kurang dan tidak berlebihan).

4.Penyampaian materi yang ringkas dan tepat sasaran, tidak berbelit-belitmenjadikan isi buku
ini menjadi satu bacaan yang sesuai dengan konsep yang ditawarkan

5.Sistematika penyampaian informasi yang runtut menimbulkan informasi yangdisampaikan


saling berhubungan dan memudahkan pembaca untuk memahamiisi bacaan secara holistik
dan koheren.

6.Didalam buku terdapat lampiran-lampiran yang dapat membantu pembacasemakin


memahami konsep yang telah dibaca sehingga pemahaman pembacaakan semakin terasah
dan terarah.

7.Buku ini menggunakan referensi yang terpercaya dalam memberikansumbangsih


pemikiran.

8.Dalam buku ini ditemukan skema atau bagan yang menjelaskan sebagaian darimateri yang
disuguhkan. Hal ini akan membuat kesan buku tidak hanya terpaku pada teks yang
menimbulkan kesan monoton dan membosankan.

27
9.Sistematika penulisan pada buku ini telah memenuhi kaidah penulisan bukuyang baik dan
benar. Dimulai dari tampilan luar hingga daftar pustakasemuanya telah memenuhi kaidah
yang telah ditetapkan.

 Kelebihan buku pembanding adalah sebagi berikut :

1.Tampilan luar (cover) buku ini menarik.

2.Penggunaan kertas dan tingkat keterbacaan teks yang telah sempurna.

 Kekurangan buku pembanding adalah sebagai berikut :

1.Pengkajian materi kurang lengkap.

2.Bahasanya terlalu baku.

BAB IV

PENUTUP

A.SIMPULAN

Setelah menganalisis buku ini, maka reviewer dapat menyimpulkan bahwakegiatan


mengkritik buku ini bertujuan untuk menemukan keunggulan dan kelemahan buku
demi terwujudnya pemahaman terhadap karya tulis yang berkualitas sejalan dengantujuan
pendidikan nasional bangsa Indonesia.

Dalam buku yang berjudul Filsafat pendidikan, dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran Filsafat pendidikan merupakan segalasesuatu yang berhubungan dengan
bagaimana cara mejadi seorang pendidik yang bertanggung jawab. Setiap bab menjelaskan
secara detail mengenai konsep materi yangdimaksudkan. Adapun tiap bab dalam buku ini
adalah sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan

Bab 2. Filsafat

Bab 3. Filsafat Pendidikan

Bab 4. Mazhab-mazhab filsafat pendidikan

Bab 5. Orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat pendidikan

Buku kedua ini memuat bab materi. Setiap bab menejelaskan secara detailmengenai
konsep materi yang dimaksdukan. Adapun tiap bab dalam buku ini adalah sebagai berikut :

28
Bab 1. Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan

Bab 2. Latar belakang munculnya filsafat pendidikan

Bab 3. Aliran filsafat pendidikan modern ditinjau dari ontologi, epistomologi, danaksiologi

Bab 4. Hubungan antara filsafat, manusia, dan pendidikan

Bab 5. Filsafat pendidikan pancasila

Bab 6. Filsafat pendidikan peningkatan sumber daya manusia

Bab 7. Pendidikan nasional dan pembinaan karakter

B.SARAN

Demi terwujudnya sebuah karya tulis yang bernilai tinggi dari segi penampilan dan juga
muatan materi ada beberapa hal yang sebaiknya dimiliki oleh karya tulis berupa buku yaitu :

Identitas yang jelas, konsep yang pasti, mengikuti kaidah-kaidah penulisan yang telah
disepakati, muatan materi yang tepat sasaran dan pengembangan materi yang sesuaidengan
konsep yang ditawarkan. Buku ini dinilai telah layak untuk digunakan sebagai sumber belajar
karena telah memenuhi kriteria yang diharapkan dari sebuah karya tulis berupa buku. Setelah
membahas tentang teknolgi busana diharapkan para pemabaca dapatmengetahui hal-hal apa
saja yang perlu diperhatikan saat menjahit, mengetahui teknik-teknik menjahit dengan tepat
dan mampu menjadi penjahit yang memiliki kualitas yang tinggi.

C.DAFTAR PUSTAKA

Drs. Saduloloh Uyoh, M.Pd.2017. Filsafat Pendidikan.Bandung : Alfabeta

Prof.Dr.Jalaluddin.H. dan Prof.Dr.Abdullah Idi.H, M.Ed.2014.Filsafat Pendidikan.Jakarta :


Rajawali pers

29

Anda mungkin juga menyukai