Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REVIEW

FAKULTAS TEKNIK

Nama : - Rachmat whira yudha (5223121037)


-Josua marihot lubis (5223121047)
- Wandika Ginting (5223121007)

Dosen Pengampu : Masta Marselina Sembiring S.Pd,M.Pd

Mata Kuliah : Fisafat Pendidikan


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK MESIN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
BULAN SEPTEMBER 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan bagi
Penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan tugas Critical book review (CBR) yang berjudul “Filsafat Pendidikan ” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Filsafat
Pendidikan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Filsafat
Pendidikan”
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibuk Masta Marselina Sembiring S.Pd,M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sesama pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Medan, 30,sptember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR…………………………………………………….. 1
B. Tujuan penulisan CBR ………………………………………………………1
C. Manfaat CBR ………………………………………………………………………1
D. Identits buku ………………………………………………………………………1
BAB II RINGKASAN ISI ………………………………………………………………..2-29
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku………………………………………………………………...30
B. Kelebihan dan kekurangan buku ……………………………………………………30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….31
B. Saran ………………………………………………………………………………..31
BAB I PENDAHULUAN

A. Pentingnya Cbr
Critical Rasionalisasi Book Report sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan
melalui CBR ini dapat melatih para mahasiswa untuk membaca buku sekaligus mengkritisi isi
buku yang telah dibaca tersebut. Selain itu CBR ini dapat dijadikan referensi bagi para calon
pembaca buku, khususnya buku yang berkaitan dengan Filsafat Pendidikan . Sehingga mereka
dapat memperoleh gambaran umum dari buku yang akan mereka baca dan CBR ini dapat
dijadikan referensi dan bahan pertimbangan untuk para pembaca.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Mengulasi isi sebuah buku
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari buku
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku

C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang pengetahuan kita mengenai Filsafat Pendidikan
2. Untuk mengetahui cakupan informasi mengenai Filsafat Pendidikan
3. Dan membuat kita sebagai mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai Filsafat
Pendidikan

D. Identitas buku
Buku
1. Judul : Filsafat Pendidikan
2. Penulis : Drs.Uyoh Sabdulloh,M.Pd
3. Penerb : ALFEBETA
4. Kota terbit : Bandung
5. Tahun terbit :2019
6. ISBN : : 979-8433-71-5
BAB II RINGKASAN BUKU
BAB I
PENDAHULUAN
Lapangan pendidikan merupakan objrk yang sangat luas.Apabila kita mempelajari karya tulis
yang membahas pendidikan,baik sain pendidikan(science of education) maupun filsafat
pendidikan(philoshopy of education).
A.PRAKTIK PENDIDIKAN DAN TEORI PENDIDIKAN
Seperti yang udah disampaikan di atas bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang
hanya di lakuakan manusia dengan lapangan yang laus, yang mencakup semua
pengelaman serta pemikiran tentang manusia tentang pendidikan.
1.Praktik pendidikan
Menurut Redja M praktik pendidikan merupakanseperangkat kegiatan bersama yang bertujuan
membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang di harapkan.Tujuan
pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang di
harapkan.
2.Teori pendidikan
Ialah berbicra tentang menyangkut harkat,derajat ,martabat,dan hak asasi.Manfat pendidikan
adalah dapat menjadi pedoman hidup.
B.PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN
1.Pendekatan sains
Pendekatan sains terhadap pendidikan yaitu suatu pengajian dengan menggunakan sain untuk
mempelajari,menelaah,dan memecahkan masalah pendidikan.pendidikan juga mempunyai jenis
jenis yaitu:1.Sosiologi pendidikan
2.Psikologi pendidikan
3.Administrasi pendidikan
4.Teknoligi pendidikan
5.Evaluasi pendidikan
2.Pendekatan filosofis
Pendektan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah masalah pendidikan dengan metode filsafat pendidikan.
3.Pendekatan religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan ,bahwa sutau ajaran relegi dijadi kan sumber inspirasi
untuk melaksanakan pendidikan.
4.Pendekatan multidisplin
Di sini yang dilakukan adalah melakukan pendekatan yang menyeluruh dan pendekatan
multidisplin yang terpadu.
5.Pendekatan dalam penulisan
Tulisan dalam buku ini mencoba untuk mengaji salah satu pendekatan di atas ,yaitu pendektan
secara filosofi.
BAB II FILSAFAT
A.PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani,yaitu philos yang berarticinta yang sangat mendalam
terhadap kearifan dan kebijakan. Di jerman dibedakan antara filsafat dengan pandngan hidup.
Filsafat di artikan sebagai suatu kritis yang sangat mendalam sampai ke akar akarnya.Dalam
pengerti lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadp apa yang penting atau
apa yang berarti dalam kehidupan.
Pada bagian lain Harlod Titus mengumukakan makna filsafat yaitu ,
1.Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta
2.Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif, dan penelitan penalaran
3.Filsafat adalah suatu perangkat masalah masalah
4.Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusua memiliki peran yang penting dalam
menentukan dan menemukan ekstisensinya.Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua
berpikir dapat dikatergorikan berfilsafat.
B.MODEL MODEL BERFILSAFAT
1.Filsafat spekualatif
Filsafat spekualatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.Filsafat ini
tergolomg filsafat teradisional .Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai suatu bangunan
pengetahuan.Filsafat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia.
2.Filsafat preskriptif
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran atau standard penilaian tentang
nilai nilai ,penilaian tentang perbuatan manusia,dan penilaian tentang seni.Filsafat preskriptif
menguji apa yang disebut baik dan jahat ,benar dan salah,bagus dan jelek.ia menyatakan bahwa
nilai dari suatu benda pada dasarnya inheren dalam dirinya ,atau merupakan suatu gambaran dari
pikiran manusia.
3.Filsafat analitik
Filsafat analiti digolongkan menjadi dua.
a.Analitik lingustik
Filsafat jenis ini merupakan menjelaskan pernyataan pernyataan spekulatif dan preskriptif.
Misalnya menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide ide atau gagasan gagasan
pendidikan,dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain .Misalkan kita
memperkenalkan konsep”cara belajar siswa aktif “.
b.Analitik positivistic logis
Filsafat ini merupakan peletak dasar pendekataan kuantitatif dalam pengembangan ilmu
science,dengan meletakan matematika secara berurutan ia tunjukan astronomi,fisika,kimia,dan
biologi,dan fisika social atau sosiologi.
C.MISI FILSAFAT
Para filsofi berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia,baik lansung
maupun tidak langsung.Titus(1959)mengumukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat
yaitu
a. Mendapatkan pandangan yang menyeluruh
b.Menemukan makna dan nilai nilai dari segala suatu.
c.Menganalisis. dan memadukan kritik terhadap konsep konsep.
D.LAPANGAN FILSAFAT
1.Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di
belakang fenomena.
2.Epistemologi
Epistemology merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang
asal,struktur,metode,serta keabsahan pengetahuan.
E.FILSAFAT DAN SAINS
1.Pengertian sains
Sains diartikan ilmu pengetahuan alam ,yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
2.Karakter sains
Hasil sains yang dapat digunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal hal baru.
3.Perbedaan sains dan filsafat
Sains bersifat analisis dan hanya menggara[ salah satu objek formalnya.Sedangkan filsafat
bersfat pengetahuan sinopis ,artinya melihat seala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan.
4.Titik temu sains dan filsafat
Keduanya menggunakan metode berpikir refelektif dalam menghadapi fakta fakta dunia dan
hidup
5.Kelebihan dan kekurangan sains
Kelebihan ialah dengan adanya sains manusia bertindak engan cermat dan tepat,efektif dan
efisien .
Sedangkan kekuranganya sains tanpa agama akan lumpuh sedangkan agama tanpa sains akan
buta
F.FILSAFAT DAN AGAMA
1.Pengertian agama
Agama didefenisikan kepercayaan terhadap supranatural.
2.Ciri ciri agama
a.Mempunyai kepercayaan
b.Melakukan hubungan denahal hal di atas
c.Adanya suatu ajaran
d.Ajaran yang ada diturunkan oleh Rab secara tidak langsung pada setiap manusia.
3.Manfaat agama manusia
Agama dapat menjadi petunjuk pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam memenuhi
hidupnya dengan harapan penuh keamanaan,kedamaian,dan kesejahtraan.
BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN
A.PENDIDIKAN
1. MAKNA PENDIDIKAN

Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian seca khusus dan pengertian secara luas. Dalam
arti khusus, Langed mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diben oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencap kedewasaannya. Selanjutnya Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyatı (1997) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
a) Menurut Prof Hoogeveld, mendidik adalah membantu an supaya anak itu kelak
cakap menyelesaikan tugas hidupnya tanggung jawab sendiri
b) Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tunto kepada manusia
yang belum dewasa dalam pertumbuhan d perkembangan, sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti rohan dan jasmani

Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasai sebag usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewas untuk mencapai kedewasaanya. Setelah anak menjadi
dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Hal tersebut lebih jelas
dikemukakan oleh Drijarkara, bahwa:
a.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah ibu-anak, di mana
terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai
manusia purnawan.
b.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah ibu-anak, di mana
terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhimya bisa membudaya sendiri
sebagai manusia purnawan.
c.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah ibu-anak, di mana
terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias
melaksanakan sendiri sebagai manusia purnwan

2. pendidikan sebagai proses transformasi


Nilai Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan
semua aspek kepribadian manusu, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya,
serta keterampilannya. Pendi dikan untuk mencapin kepribadian individu yang lebih baik.
Pendidikan sama sekali bukan untuk merusak kepribadian manusia. seperti halnya
memben bekal pengetahuan maupun keterampilan kepada generasi muda, bagaimana
menjadi seorang penjahat atau seorang pencim yang ulung.

5. Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat


a Bagaimana pendidikan sepanjang hayat berlangsung?
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang la ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal. Selama manusia
berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan
kepobadian serta kemampuan atau keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka
selama itulah pendidikan masih berjalan terus.

Pendidikan sepanjang hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan


manusia dan masyarakat baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang orang yang
hidup dalam dunia transformasi dan informasi, dan di dalam masyarakat yang saling
mempengaruhi, yaitu masyarakat modem Manusia tersebut harus mampu menyesuaikan
dirinya secar tes menerus dengan situasi baru.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera
setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia
mampu menerima pengaruh-pengaruh Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat
1) Pendidikan dalam keluarga
Keluarga merupakan sekelompok manusia yang terdiri dan (ayah, iba) dan anak-anak
yang belum kawin (children). Jadi, keluarga sebagai lembaga pendidikan hanya terdin dan
orang tua (ayah, ibu). yang akan bertindak sebagai pendidik, dan anak-anak yang belum
berkeluarga sebagai peserta didik

Tingkah laku anak pada waktu lahir ke dunia belum bersifat manusiawi
sesungguhnya Tingkah laku anak akan bersifat manusiawi hanya dengan melalui interaksi
sosial. Keluarga merupakan suatu lembaga sosial di mana si anak mengadakan proses
sosialisasi yang pertama dalam kehidupannya. Dalam tahun-tahun pertama pada umumnya
dalam keluargalah proses humanisasi berlangsung Keluarga merupakan kelompok sosial
yang pertama bagi anak untuk mengadakan interaksi sosial.

2) Pendidikan di sekolah
Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam
keluarga Sekolah merupakan lembaga tempat di mana terjadi proses sosialisasi yang
kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan
sosialnya Sekolah disclenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, atan dengan kata lain, sekolah harus memilik Ahidupan
masyarakat sekelilingnya Sekolah tidak boleh dipisahkan diet kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkem bangan budayanya

3) Pendidikan di masyarakat
Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan yang diseleng garakan di luar
keluarga dan sekolah. Pendidikan di sekolah diper lukan karma keluarga sudah tidak
mampu membenkan pengetahuan dan kemampuan kemampuan kepada anak sesuai
dengan tuntutan pada masa modern Namun, kenyataan perkembangan kehidupan maria
lebih cepat dan yang diperkirakan, sehingga sekolah pun sudah tidak mampu lagi dapat
memenuhi tuntutan tersebut. Pendidikan di masyarakat merupakan suatu keharusan akan
kehadirannya, terutama dalam memberkan pengetahuan dan keterampilan khusus serta
praktis, yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.

2) Model pendidikan
Menurut Hummel (1977), ada beberapa bentuk pendidikan yang sesuai dengan
konsep pendidikan sepanjang hayat, yaitu 1) pendidikan sebelum sekolah, 2) pendidikan
dasar, 3) pendidikan jabatan, dan 4) pendidikan orang dewasa.

a)Pendidikan sebelum sekolah


Pendidikan sebelum sekolah menduduki tempat-tempat yang penting dalam
sistem pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan pada periode sebehan sekolah
menentukan di dalam sistem pendidikan sepanjang hayat, dan merupakan tempat yang
paling efektif dalam pembentukan kepribadian anal yang demokratis.

b.)Pendidikan dasar
Setelah periode pendidikan sebelum sekolah, dilanjutkan dengan pendidikan
dasar, yang disebut juga "basic course of study" Fase mi, kalau dibandingkan dengan
struktur pendidikan di negara maju, beneian dengan fase kewajiban belajar, yaitu antara
usia 6 16 tahun, yang mencakup sekolah dasar dan sekolah menengah. Pada fase ini
diberkan pengetahuan yang esensial sebagat daar dat bekal pendidikan umum
(pendidikan moral dan agama, pendidikan kewarganegatan, pendidikan artistik, dan
pendidikan sonial), pergaan bahasa tertentu (nasional dan asing), matematika dasar-dasar
metode dan teknik berpikir ilmiah.

c.) Pendidikan Jabatan


Pendidikan jabatan diselenggarakan pada tingkat akhir pendidikan dasar
Pada tingkat tersebut disediakan dua pilihan Pertama, pilihan yang membawa
siswa ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi Kedua, pilihan ke arah latihan
jabatan (vocational training), yaitu pendidikan yang member bekal keterampilan
untuk mempersiapkan pekerjaan

d.) Pendidikan orang dewasa


Pendidikan orang dewasa merupakan kunci dari sistem pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan orang dewasa harus dikembangkan secara maksimal,
dan benskan program "remedial. dan program "penyegaran", sehingga akan dapat
menolong mereka dalam menyesuaikan din dengan situasi-situasi pekerjaan yang
baru, melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan budaya, dan memanfaatkan waktu
luang seefesien mungkin.
6 Pendidikan hanya untuk Manusia
Untuk membahas persoalan ini, kita perlu mengajukan pertanyaan "Apakah
mungkan hewan dapat memperoleh pendidikan Dan pertanyaan dasar tersebut dapat
dikembangkan sejumlah pertanyaan sebagai benkut:
a) Apakah bewan dapat memiliki, memperbaiki, dan/atau mengem bangkan hati
nurani, perasaan, nilai-nilai, atau norma-norna

b.) Apakah hewan dapat memiliki, memperbaiki, dan/atau mengembangkan


pengetahtaan?
c.)Apakah hewan dapat memiliki memperbaik dan atau mengembangkan
keterampilan

Pendidikan hanya akan memilia cin-cin sebagai berikut:


1) Manusia memiliki kemauan untuk menguasai hawa nafsunya;
2) Manusia memiliki kesadaran intelektual dan seru Marusia dapat
mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga menjadikan ia sebagai
makhluk berbudaya.
3) Marusia memiliki kesadaran din. Manusia dapat menyadari sifat sifat yang ada
pada dirinya. Manusia dapat mengadakan instrospekst
4) Mamisia adalah makhluk sosial. la membutuhkan orang lain untuk hidup
bersama-sama, berorganisasi, dan bemegara,
5) Martina memiliki hahasa simbolis, baik secara tertulis maupun secara lisan,
6) Manusia dapat menyadan nilai-nilai (etika maupun estetika) Manusia dapat
berbuat sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Manusia memilik kata hati atau hati
nurani,
7) Mamuna dapat berkomunikasi dengan Tuhan Yang Mahakuasa, sebagai
pencipta alam semesta Marisa dapat menghayati kehidupan beragama, yang
merupakan nilai yang paling tinggi dalam kehidupan manusia

Selanjutnya muncul pertanyaan yang perlu memperoleh jawaban secara tuntas. Mengapa
manusia perlu dididik Ada beberapa

wam yang memungkinkoin manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu:
1) Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya Manusia begitu lahir ke dunia, palu
mmdapatkan aluran orang lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya,
2) Mama lahir tidak langsung dewasa. Untuk sampai pada indewasa yang merupakan tujuan
pendidikan dalam arti khusus, merkan wadu lama. Pada manusia primitif mungkin proses
pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengn manusia modem dewasa
ini.
3) Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial la tidak akan menjadi manusia seandainya
tidak hidup bersama dengan manusia lamnya (ingat centa manusia sengalal) Lain halnya dengan
hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memilika perilaku hewan. Seekor kucing yang
dibesarkan dalam lingkungan anjng akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing,
karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang
berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya

B. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979-30) adalah "Pelaksanaan pandangan falsafah dan
kaidah falsafah dalam bidang pendidikan Filsafat itu mencerminkan sani segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan secara praktis"

Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atan filsafat umum Dalam arti bahwa
masalah-masalah pendidikan menpakan karakter filsafat Masalah-masalah pendidikan akan
berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:

D PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana


pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha
pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya Pemahaman alan
filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dan perbuatan meraba-raba, mencoba-coba
tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan Dalam mengkaji
peranan filsafat pendidikan, dapat ditinjau dan tiga lapangan filsafat, yaatu metafisika,
epistemolog, dan aksiologi
1. Metafisika dan Pendidikan Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif
Yang
menjadi pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir Metafisika mencoba mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan berikut
a) Apakah alam semesta memilika bentuk rasional? Apakah alamsemesta
memiliki makna ?
b) Apakah yang dinamakan jiwa itu merupakan kenyataan dalam dirinya atau
hanyalah suatu bentuk maten dalam gerak?
c) Apakah semua perlaku organisme, termasuk manusia telah ditentukan
(deterministik), atau memilika kebebasan (indetermi
d) Siapakah manusia? Dari mana asalnya? Apa yang diharapkan dalara ludup ini?
Apa yang akan ditiaju manusia?
e) Apakah alam semests ini terjadi dengan sendirinya atau ada yang menciptakan
2) Manusia sebagai makhluk sosial Manusia lahir ke durua dan rahim ibunya
dalam keadaan tidak mengetahna apa-apa, ia lahir dalam keadaan tidak berdaya. Namun,
bersamaan dengan itu, ia lahir memiliki potensi kemanusiaan berupa kekuatan
pendengaran, kekuatan penglihatan, dan budi nurani. Potensi kemanusiaan tersebut
merupakan modal dasar bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya sendiri.
3) Manusia sebagai makhluk susila Manusia yang lahir dengan kata hati atau
hatian, yang memungkinkan ia memiliki potensi untuk dapat membedakan perbuatan
baik dan buruk, sehingga ia dapat memilda pengetahuan yang berkatan dengan itu
Manusia sebagai makhluk susila mampu memikirkan dan menciptakan noma-norma
untuic thengatur kehidupannya, baik kehidupan individanya maupun kehidupan
sosialnya. Manusa merupakan makhlak yang mampu memahami nilai-nilai sula, dan
mampu mengambil keputusan susila, serta sekaligus ia membki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya terhadap perbuatan vatsala dalam perilakunya.
4. Manusia sebagai makhluk ber-Tuhan Manusia merupakan makhluk yang
memiliki potensi dan mampu mengadakan komunikasi dengan Tuhan sebagai pencipta
ala mesta Manusia adalah amkhluk yang sadar akan dirinya mde sadar san keterkaitannya
dengan kehidupan sosul, sadar akan fungo na sunda dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial lebih meningkat la manusia adalah makhluk yang sadar akan aderya wa
kukastan yang di haar dirinya, yang menguasai

2 Epistemologi dan Pendidikan

Kumpulan pertanyaan berikutnya yang berhubungan dengan Pa guru adalah epistimologs


Pertanyaan-pertanyaan in semuanya terfokus pada pengetahuan Pengetahuan apa yang benar?
Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahu bahwa lata tengetahu?
Bagaimana lata memutuskan antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apalah
kebenaran itu konstan, atakah kebenaran itu berubah dari situasi satu ke situasi lainnya? Lan
Pada akhunya pengetahuan apakah yang paling berharga

b. Estetika.
Cabang dari aksiologi yang dikenal sebagai estetika itu berhubungan dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa para
guru musik, seni, drama, sastra, dan guru menulis secara teratur meminta para siswa
membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni, kita dapat dengan dah
mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kurikulum Harry
Broudy (Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang terkenal, mengatakan bahwa
serii itu penting, tidak semata-mata indah". Melahu peningkatan persepsi-persepsi estetis,
para sirwa dapat menemukan peningkatan makna dalam semua aspek kehidupan

4. Logika dan Pendidikan


Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan Agar
pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu memi dasar kebenaran, maka proses berpikir
itu harus dilakukan dengan satu cara tertentu Suatu penankan kesimpulan baru dikatakan
sabih kalas proses penankan kesimpulan tersebut dilakukan dengan cara tertentu tersebut.
Cara penankan kesampulan ini disebut "logika, yang seran luas didefinisikan sebagai
"pengkapan untuk berpikir secara sahih

E. APA YANG MENENTUKAN FILSAFAT PENDIDIKAN SESEORANG

terdiri dari apa yang diyakini seseorang menga pendidikan, Dalam bentuk yang
paling sederhana, filsafat pendidikan merupakan kumpulan prinsip yang membimbing
tindakan profesional seseorang Lebih jauh lagi, filsafat pendidikan berkaitan dengan
penetapan hakekat dan tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-
prinsip ini ke dalam kebijakan-kebijaka untuk meng-implementasikannya

A.Mengetahui yang didasarkan otoritas


Orang-orang memperoleh pengetahuan dari orang bijak, sastrawan, penceramah,
atau penguasa di sekolah-sekolah, buku tekx, guru, administrator yang menipakan
sumber-sumber otoritas bag siswa Dalam percakapan sehan-han, kita merujuk pada paru
ahli yang bernama sebagai sumber pengetahuan otoritatif Mereka mengatakan kita akan
memiliki penerbangan berawak ke Mars

b. Pengetahuan yang didasarkan pada wahyu Tuhan

Sepanjang sejarah manusia, wahyu-wahyu supernatural telah menjadi suatu


sumber pengetahuan mengenai dhunua Apakah itu Tuhan mataharinya manusia-manusia
pertama, tuhan/dewa dewanya orang Yunaru kuno yang jumlahnya banyak, atau Tahan
Yahud Kristen, Islam dengan Al-Qurannya, wahyu-wahyu Tuhan telah member manusia
pengetahuan mengenai kehidupan Mengetahui yang didasarkan pada empirisme
pengalaman)

Istilah empiris merujuk pada pengetahuan yang diperoleh labu inder Ketika kota
menyatakan bahwa pengalaman adalah yang terbaik, kita merujuk pada mode mengetahui
ini Securu mformal data pins yang dikumpulkan mengarahkan kebanyakan perilaku
keseharian kitu

d. Mengetahui yang didasarkan pada nalar

Kita dapat juga mengetala sesuatu sebagai hasil dan kemampat kita bermalar dan
menggunakan analisis logis. Di siclab-selilah, para siswa belajar untuk menerapkan
pemikiran al dalam mengerjakan tugas-tugas seperti memecahkan pemahan matematis,
mensbedakan fakta dan opini, Mengstal yang didasarkan pada innatar Hanger man orang
pada suatu kali memperoleh pengetahuan data, sta bentuk mengetalus nondiskumsif (di
luar male) is duck dan pengetahuan dan pengalaman awal kita dan memberi kita suatu
pemahaman yang ddat terhadap situasi yung In kita mempengaruh kita bahwa kita
mengetahui sesuatu, namun kata ndak mengetahui bagaimana kita mengetahin Perasaan
intuitif kita tampak merupakan campuran dan insting. mosi, dan imajinasi

3 Aksiologi dan Pendidikan

Akanologi sebagai cabang filsafat yang membahas ratai baik dan rala buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkutan dengan pendidikan, karena durma nila akan
selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan naman
pendidikan Langsung atau tidak lanang, valat akan menentukan perbuatan pendidikan.
Brubacher (1950 92) mengemulakan tentang hubungan antara aksiolog dengan
pendidikan sebagu berikut:

Pertanyaan tentang nilai secara langsung atau tidak langsung diundang dalam
Hampir setiap keputusan yang dibuat oleh pendidik Pendidikan secara langsung berkaitan
dengan nilai pada sejumlah poin. Jelasnya, tentu saja, adalah poin-poin seperti tujuan
instruksional, motivasi, dan nilai atau nilai. Menyatakan tujuan pendidikan sekaligus
menyatakan nilai-nilai pendidikan.
BAB IV MAZHAB-MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum ,maka dalam membahas
filsafat pendidikam akan berangkat dari filsafat. Dalam arti filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil hasil dari filsafat, yaitu berupa
hasil pemikiran manusia tentang realitas,pengatahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran,seperti materialisme,idealisme,
realisme, pragmatisme,dan lain lainnya.Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari
filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita
akan temukan berbagai aliran, sekurang kuraangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri.
Brubacher(1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada 2 kelompok besar,yaitu
filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “konserfatif”. Yang pertama , didukung
oleh filsafat pragatisme dari john Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua,
didasari oleh filsafat idealisme, realisme religius.
A.FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
1.Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik.Parmenides, filosof dari elea(Yunani Purba), berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan
adalah tidak nyata”.Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba),menyatakan bahwa
realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak,tidak berubah, dan asli
serta abadi.
Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme,rasionalisme dan
supernaturalisme. Bagi penganut aliran idealisme, fungsi mental adalah apa yang tampak dalam
tingkah laku. Oleh karena itu, jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat jiwa , alat roh,
untuk melaksanakan tujuan, keinginan, dan dorongan jiwa manusia.
Selanjutnya, idealisme tidak menolak eksitensi dunia fisik di sekeliling kita , seperti
rumah, pepohonan,binatang, matahari, bintang bintang yang muncul pada malam hari. Mereka
berpandangan bahwa kenyataan kenyataan seperti itu merupakan manifestasi dari realistas yang
hanya memenuhi kebutuhan fisik.
2.Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya, bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap,karena dunia hanyalah
merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang
sebenarnya, Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian
menurut Plato idealisme metafisik percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan
tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan
bagian dari substansi spiritual tersebut.
Jadi, rasionalisme mendasari teori pengetahuan idealisme, mengemukakan bahwa indera
kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan.Indera dapat menipu manusia yang
berfikir, tidak sesuai antara pengamatan sebagai laporan indera dengan kenyataan, apalagi
pengamatan indera bisa dipengaruhi oleh ilusi,halusinasi dan fantasi.

3.Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan
baik,benar,salah,cantik,atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan
bagian dari alam semesta.
Menurut Kant, kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan,bukan sebagai alat.
Imperative kategoris dari kant menyatakan bahwa kita akan selalu bertindak seakan-akan
tindakan individual kita menjadi bagian universal dari alam ini,mengikat seluruh manusia dalam
keadaan yang sama.
4.Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar
terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme
merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya maupun memberi kritik, bahkan
penolakan.
Plato, Immanuel Kant, David Hume, Hegel,Al-gazali, merupakan orang-orang yang
memiliki nama besar dikalangan para pemikir dewasa ini.Idealisme hegel berpengaruh di
Amerika Serikat, seperti W.T. Filsafat idealisme diturunkan dari idealisme metafisik,yang
menekankan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan
potensialitasnya.
Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau didiskusikan
bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan-
kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat
mungkin watak yang terbaik. Socrates,Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik
adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan kedalam
diri siswa.
Yang terakhir berkaitan dengan teori nilai, kepada para siswa diajarkan nilai-nilai yang
tetap, abadi dan bagaimana melaksanakan yang bersesuaian dengan pencipta nilai, pencipta alam
semesta. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Power (1982 : 89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
1) Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3) Peranan Guru
Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4) Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan.
5) Metode
Diutamakan metode dielektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

B. FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME


Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realistas secara dualitis.
Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realistis terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.Realisme
merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Klenner membagi realisme
menjadi dua bentuk, yaitu:
1.Realisme rasional,2.Realisme naturalis
1) Realisme rasional
Daapat didefenisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk
utama dari realisme religius adalah “Scholastisisme”. Realisme klasik ialah filsafat yunani yang
pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkaan realisme religius,terutama
scholastisisme Oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas
teologi gereja.
a. Realisme klasik
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik
berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia ini dikenal melalui
akal, dimulai dengan prinsip “self evident” dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.
Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas
pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus.
Pengetahuan tentang tuhan, sifat-sifat tentang tuhan, eksistensi tuhan, adalah bersifat self
evident. Artinya, bahwa ada tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain, sebab tuhan itu
self evident.Bahan pendidikan yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan
pengulangan dari pengalaman manusia.Klenner (1971) mengemukakan bahwa realisme klasik
bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seseorang yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan fisik dan sosial.
b. Realisme religius
Realisme religius dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua
order yang terdiri atas “order natural” dan “order supernatural”.Hakikat kebenaran dan kebaikan
memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah
ditentukan, dimana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut. Menurut pandangan aliran
ini, struktur sosial berasal dari aristokrai dan demokrasi. Letak aristokrasinya adalah pada cara
meletakkan kekuasaan pada yang lebih taundalam kehidupan sehari-hari.
Menurut realisme religius, karena keteraturan dan keharmonisan alam semesta sebagsi
ciptaan tuhan,maka manusia harus mempelajari alam sebagai ciptaan Tuhan.Pandangannya
tentang moral, realisme religius menyetujui bahwa kita dapat memahami bamyak hukum moral
dengan menggunakan akal, namun secara tegas beranggapan bahwa hukum-hukum moral
tersebut diciptakan oleh Tuhan.
Johan Amos Comenius merupakan pemikir pendidikan yang dapat digolongkan pada
realisme religius, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk mencapai dua
tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Berbicara tentang pendidikan,
Comenius (Price, 1962) mengemukakan bahwa pendidikan harus universal, seragam, dimulai
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Comenius dengan
bukunya “Didactica Magna” (Didagdina besar), dan “Orbis sensualium Pictus” (Dunia panca
indera dengan gambar-gambar) merupakan peletak dasar didktik modern.
Beberapa prinsip mengajar yang dikemukakan oleh Comenius adalah sebagai berikut:
a. Pelajaran harus didasarkan pada minat siswa. Keberhasilan dalam belajar tidak karena
dipaksakan dari luar, melainkan merupakan suatu hasil perkembangan dari dalam pribadinya.
b. Pada waktu permulaan belajar, guru harus menyusun out-line secara gaaris besar dari setiap
mata pelajaran.
c. Guru harus menyiapkan dan menyampaikan informasi tentang garis-garis besar daari setiap
mata pelajaran.
d. Kelas harus diisi dengan gambar-gambar, peta motto, dan sejenisnya yang berkaitan dengan
rencana pelajran yang akan diberikan.
e. Guru menyampaikan pelajaran sedemikian rupa, sehingga pelajaran merupakan suatu
kesatuan. Setiap pelajaran merupakan suatu keseimbangan dari pelajaran sebelumnya, dan untuk
perkembangan pengetahuan secara terus menerus.
f. Apapun yang dilakukan guru, hendaknya membantu untuk perkembangan hakikat manusia.
Kepada siswa ditunjukkan kepentingan yang praktis dari setiap sistem nilai.
g. Pelajaran dalam subjek yang sama diperuntukkan bagi semua anak.

2. Realisme Natural Ilmiah


Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di Eropa pada abad kelima belas dan
keenam belas, yang dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John
Stuart Mill,dan lain-lainnya.Pada abad kedua puluh tercatat pemikiran-pemikiran seperti Ralph
Borton Perry, Alfred Nortt Whitehead, dan Bertrand Russel. Menurut realisme natural ilmiah,
filsafat meniru objektivitas sains. Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk
meneliti sifat-sifatnya. Pandangannya tentang teori pengetahuan (epistemologi) realisme natural
ilmiah mengatakan bahwa dunia yang kita amati bukan kreasi akal atau jiwa manusia, melainkan
dunia sebagaimana adanya. Realisme natural mengajarkan bahwa baik dan salah adalah hasil
pemahaman kita tentang alam, bukan dari prinsip-prinsip nilai agama atau dari luar alam ini.
Mengenai konsep pendidikan realisme natural, Brucher (1950) mengemukakan bahwa
pendidikan berkaitan dengan dunia disini dan sekarang. Baik realisme rasional maupun realisme
natural ilmiah sepakat bahwa menanamkan dan pemilihan pengetahuan yang akan diberikan
disekolah adalah penting.
3. Neo- Realisme dan realisme kritis
Selain aliran aliran realisme diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain, yang termasuk
realisme.aliran aliran tersebut disebut "Neo-Realisme" dari Freddrick Breed, dan “Realisme
Kritis” dari Immanuel Kant. Selanjutnya Breet mengatakan bahwa sekolah harus menghantarkan
pewarisan sosial kedemikian rupa untuk menanamkan kepada generasi muda dengan kenyataan
bahwa kebenaran merupakan unsur penting dari tokoh masyarakat. Pada waktu membicarakan
idealisme, sudah kita kemukakan pandangan Immanuel Kant sebagai seorang idealis. Jadi, hasil
pemikiran kant merupakan titik temu antara idealisme dan realisme, antara empirisme yang
dikembangkan Locke, yang bermuara pada empirisme David Hume , dengan rasionalisme dari
Descartes.
C. FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME
1.Latar belakang pemikiran
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah matertii, bukan rohani,
bukan spiritual atau supernatural. Demokritos (460-360 SM), merupakan pelopor pandangan
materialisme klasik, yang disebut juga “atomisme”. Demokritos beserta para pengikutnya
beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tidak dapat dibagi lagi
(yang disebut atom-atom). Atom merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita
tidak dapat melihatnya. Ludwig feurchbach (1804-1872) mencanangkan suatu metafisika
materialistis, suatu etika yang humanistis dan suatu epistemologi yang menjunjung tinggi
pengenalan interawi. Oleh karena itu iya ingin mengganti idealisme Hegel (guru feurbach)
dengan materialisme. Cabang materialisme yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,
dijadikan sebagai landasan berfikir adalah “Positivisme”. Menurut positivisme, kalau sesuatu itu
emang ada, maka adanya itu adalah jumlahnya.
Zaman positif (Harun hadiwijono,1980) adalah zaman dimana orang tau, bahwa tiada
gunanya untuk berusaha mencapai pengetahuan yang mutlak, baik pengenalan teologi maupun
pengenalan metafisik. Jadi dikatakan positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang kita
pelajari hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Selanjutnya
dapat kita simak pandangan Thomas Hobbes, sebagai pengikut empirisme materialistis. Ia
berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman.
2. Pendidikan
Materialisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara
eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1959), materialisme belum pernah menjadi penting dalam
menentukan sumber teori pendidikan. Menurut behaviorisme apa yang disebut dengan kegiatan
mental kenyataanya tergantung pada kekuatan fisik, yang merupakan berbagai materi dan
kombinasi dalam gerak. Pendidikan, dalam hal ini proses belajar, merupakan proses
kondisionisasi lingkungan, misalnya dengan cara mengadakan percobaan dengan anak yang
tidak pernah takut dengan kucing akhirnya ia menjadi takut kepada kucing. Sebagai aliran yang
dilandasi positivisme dan materialisme, behaviorisme mengabaikan faktor intraphisikis. Hal ini
berarti dalam proses belajar tidak berorientasi pada apa yang terjadi dalam diri siswa ( misalnya
harapan siswa, potensialitas siswa, kemauan siswa dan sebagainya). Henderson memberikan
kritik pada materialisme, dengan mengemukakan secara filosopi maupun psikologis ,
materialisme tidak memadai karena tidak mungkin menerangkan bagaimana materi dalam gerak
dapat menjadi kesusilaan. Keberatan lain terhadap behavionisme yang dilandasi materialisme
adalah karena behavionisme menerangkan segala sesuatu secara mekanistis.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME
Pragmatisme dipandang sebagai filsafat amerika asli, namun sebenarnya berpangkal pada
fillsafat empirisme inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Istilah pragmatisme berasal dari perkataaan “pragma” artinya praktik atau aku
berbuat. Istilah lain yang dapat diberikan pada filsafat pragmatisme adalah intrumentalisme dan
eksperimentalisme. Karena disebut intrumentalisme, karena menganggap bahwa dalam hidup ini
tidak dikenal tujuanakhir, melainkan hanya tujuan antara dan sementara yang merupakan alat
untuk mencapai tujuan berikutnya, termasuk dengan tujuan tidak mengenal tujuan akhir.
1. Realitas
Realitas dan dunia yang kita amati, tidak bebas dari ide manusia dan sekaligus juga tidak
terikat kepadanya. Teori pragmatisme tentang perubahan yang terus-menerus didasari dengan
pandangan Heracleitos (540-480 SM), seorang filosof Yunanin dengan teori yang disebut “panta
rei”, artinya mengalir secara terus menerus.
Tema pokok filsafat pragmatisme adalah:
a.) Esensi realitas adalah perubahan;
b.) Hakikat sosial dan biologis manusia yang esensial;
c.) Relativitas nilai;
d.) Penggunaan intelegensi secara kritis.

2. Pengetahuan
Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berfikir adalah kemajuan hidup. Dibalik
semua gambaran berfikir terdapat tujuan tertentu untuk memajukan dan memperkaya kehidupan,
walaupun kita tidak menyadarinya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna.
Teori kebenaran merupakan alat yang kita pergunakan untuk memecahkan masalah dalam
pengalaman kita. Menurut john dewey, yang dikemukakan oleh Waini rasyidin (1992:114),
dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam memecahkan masalah
hendaknya melalui lima tahapan, yaitu:
Langkah ke 1: Indeterminate situation, timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang
perlu dijabarkan secara spesifik.
Langkah ke 2: Diagnosis, artinya timbul upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan
faktor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah.
Langkah ke 3: Hypothesis, artinya ada upaya menemukan gagasan yang diperkirakan dapat
mengatasi masalah, dngan jalan mengerahkan pengumpulan informasi yang penting-penting.
Langkah ke 4: Hypotesis testing, yaitu pelaksanaan berbagai hipotesis yang paling relavan secara
teoritis .
Lngkah ke 5: Evaluation artinya mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik
dilaksanakan, yaitu dalam kaitan dalam masalah yang dirumuskan pada lagkah ke2 dan ke3.
Berdasarkan langkah- langkah diatas devey berusaha menyusun sesuatu teori yang logis dan
tepat berdasarkan konsep-konsep, pertimbagan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang beraneka ragam, dalam arti alternatif-alternatif.
3. Nilai
Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu relatif. Kaidah-
kaidah moral dan etik tidak tetap, melainkan selalu berubah, seperti perubahan kebudayaan,
masyarakat, dan lingkungannya. Menurut pragmatisme, kita harus mempertimbangkan
perbuatan-perbuatan manusia dengan tidak memihak, dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang
tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia.
4. Pendidikan
a. Konsep pendidikan
Tidak bisa disangkal lagi bahwa pragmatisme telah memberikan suatu sumbangan yang
sangat besar terhadap teori pendidikan. Menurut Dewey, terdapat dua teori pendidikan yang
saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut pragmatisme, pendidikan
bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar, dan juga bukan merupakan suatu
pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding). Selanjutnya John Dewey
mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan, karena berdasarkan atas 3 pokok
pemikiran, yaitu:
a) pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b) pendidikan sebagai pertumbuhan,dan
c) pendidikan sebagai fungsi sosial
1. Pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup
Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, karena adanya anggapan bahwa pendidikan
selain sebagai alat, pendidikan juga bergungsi sebagai pembaharuan hidup “a renewal of life”.
2. Pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup
Menurut Dewey, pertumbuhan merupakan suatu perubahan tindakan yang berlangsung terus
untuk mencapai suatu hasil selanjutnya.
3. Pendidikan sebagai fungsi sosial
Menurut Dewey, kelangsungan hidup terjadi karena self renewal. Kelangsungan self renewal
ini pun terjadi karena pertumbuhan, karena pendidikan yang diberikan kepada anak- anak dan
para pemuda di masyarakat.
b. Tujuan pendidikan
Walaupun pragmatisme tidak mengenal tujuan akhir pendidikan, Namun Dewey (1964:94)
Mengemukakan beberapa kriteria dalam menentukan tujuan pendidikan, yaitu:
(1) The aims set up must be out growth
(2) We have spoken as if aims couldtama dalam menghadapi siswa didalam kelas
(3) The aims must always represent a freeing of activities
c. Proses pendidikan
Menurut pragmatisme, pelajaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah
diobservasi, dipahami serta dibicarakan sebelumnya. Pragmatisme meyakini bahwa pikiran anak
itu aktif dan kreatif, tidak secara pasif begitu saja menerima apa yang diberikan gurunya.
Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran
adalah termasuk pengetahuan. Disiplin merupakan kemauan dan minat yang keluar dari dalam
diri anak sendiri. Anak akan belajar apabila ia memiliki minat dan antisipasi terhadap suatu
masalah untuk dipelajari. Jadi, dalam proses belajar mengajar ada beberapa saran bagi guru yang
harus diperhatikan, terutama dalam menghadapi siswa didalam kelas, yaitu:
1) Guru tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan
kemampuan siswa
2) Guru hendaknya menciptakan situasi yang menyebabkan siswa akan merasakan adanya suatu
masalah yang ia hadapi
3) Untuk membangkitkan minat anak, hendaklah guru mengenal kemampuan serta sifat masing
masing siswa..
4) Guru harus menciptakan situasi yang menimbulkan kerja sama dalam belajar, antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa, begitu pula antara guru dengan guru.
E. FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman,pengalaman individu.
Tulisan-tulisan Jean paul sarte (1905-1980), filosof prancis terkenal, penulis dan penulis naskah
drama, menjadi yang paling bertanggung jawab untuk penyebaran gagasan-gagasan
eksistensialisme yang luas. Eksistensialisme berasal dari pemikiran soren Kierkegaard
(denmark,1813-1855) . Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari
berbagai pandangan yang berbeda beda.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan
semua potensinya untuk pemenuhan diri.
b. Kurikulum
Kaum eksistensialis menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu berkontribusi pada
pencarian individu.
c. Proses belajar mengajar
Menurut Kneller (1971), konsep mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan dari
pandangan martin buber tentang “dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan
pribadi.
d. Peranan guru
Kendati pun demikian,dengan kebebasan yang kita miliki , masing-masing dari kita harus
commit sendiri pada penentuan makna bagi kehidupan kita. Guru harus mampu membimbing
dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan melalui
pertanyaan, pertanyaan.
Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai
berikut:
1) Tujuan pendidikan
2) Status jiwa
3) Kurikulum
4) Peranan Guru

FILSAFAT PENDIDIKAN REKONTRUKSIONISME


Sebagaimana dinyatakan oleh Caroline Praat (1948), seorang rekontruksionisme sosial
yang berpengaruh periode itu: “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-
manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan
dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup
didalamnya.
Rekonstruksi sosial dan prorgesivisme
Rekonstruksi sosial memiliki ikatan-ikatan yang jelas pada filsafat pendidikan progresif.
Menurut Brameld dan kaum rekonstruksionis seperti george counts, proses edukatif harus
didasarkan pada suatu pencarian yang terus menerus untuk suatu masyarakat yang lebih baik.

Potret Guru rekonstruktusionisme


Martha perkins seorang guru di SMU mengajar IPS dan sejarah memiliki reputasi sebagai
seorang aktivis sosial. Suaranya yang lembut dan senyuman yang hangat mengingkari intensitas
pengaruhnya mengenai isu-isu tentang dunia, dari terorisme dan kelaparan sampai pada
pemanfaatan ruang angkasa yang damai dan pentingnya suatu komunitas global.

BAB V ORIENTASI PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI FILSAFAT


PENDIDIKAN
Teori teori psikologis merupakan pandangan-pandangan dunia yang kompre hensif yang
berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Orientasi-orientasi
pengajaran pada pokoknya berhubungan dengan pemahaman kondisi-kondisi yang diasosiasikan
dengan pengajaran efektif. Yang utama di antara orientasi-orientasi psikologis yang telah
mempengaruhi filsafat pengajaran adalah psikologi humanistik, behavioristik, dan
konstruktivistik.

A. PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan
tanggung jawab personal. psikologi humanisme juga memfokuskan pada prestasi,
motivasi, perasaan, tindakan, dan kebutuhan, dan kebutuhan akan umat manusia. Tujuan
pendidikan, menurut orientasi ini, adalah aktualisasi diri individual.

Psikologi humanistik diperoleh dari filsafat humanisme, yang berkembang selama


Renaissance di Eropa dan Reformasi Protestan yang didasarkan pada keyakinan bahwa
individu-individu mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan
pembelajaran mereka. Orang-orang "membentuk diri mereka sendiri.

Akhir dari perkembangan pribadi manusia adalah mengaktuali sasikan dirinya,


mampu mengembangkan potensinya secara utuh, bermakna dan berfungsi bagi kehidupan
dirinya dan lingkungannya. Belajar menurut pandangan humanisme merupakan fungsi
dari keseluruhan pribadi manusia, yang melibatkan faktor intelektual dan emotional,
motivasi belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri.

Tujuan pendidikan menurut pandangan humanisme dirkan oleh Mary Johnson


(Kartadinata dalam Dasar-dasar Kependidikan 1987-77), sebagai berikut

1) Kaum humanis berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk


melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran indentitas diri yang melibatkan
perkembangan konsep diri dan sistem Dilai

2) Kaum humanis telah mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan


yang memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa akan
mempercepat proses belajar yang bermakna dan terintegrasi secara pribadi

3) Perhatian kaum lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan jawab untuk memilih dan
menentukan apa kapan den hagain ia belajar.
41 berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif Suitu
gagasan yang menyatakan bahwa siswa. dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri,
mengambil dan menic tanggung jawab secara eleif serta mampu memilih tang apa yang
akan dilakukan dan bagaimana melakukannya,

5) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang
berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin.
Pendidikan humanistik mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan
Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana
belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam
kehidupan

Sebagai contoh guru humanis, perhatikan Carol Alexander, sejak sepuluh tahun lalu
mulai mengajar di suatu sekolah menengah pedusunan kecil, suatu posisi yang ia nikmati karena
ukuran sekolah yang kecil memungkinkan dia mengembangkan hubungan yang erat dengan para
siswa dan keluarga mereka.

Interaksi Carol dengan para siswanya memperlihatkar keterampilan dia dalam


menciptakan suatu lingkungan percakapan yang membuat para siswa merasa aman dan mau
memberi kontribusi

B.BEHAVIORISTIK
Behaviorisme didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang dinginkan
merupakan produk desain bukannya kebetulan Menurut kaum behavioristik, merupakan suatu
ilusi yang mengatakan bahwa manusia memiliki suatu keinginan yang bebas. Sekalipun kita
mungkin bertindak seakan-akan kita bebas, perilaku kita benar-benar ditentukan oleh tekanan
tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita Menurut Power (1982 168), Kita adalah apa
kita adanya dan kita melakukan apa yang kita lakukan, tidak karena suatu kekuatan misternas
terhadap kemauan mamisia, namun karena tekanan-tekanan har atas kurangnya kesamaan
kontrol yang membuat kita. terperangkap dalam suatu jaring yang tidak fleksibel.
1. PENDIRI PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
John B. Watson (1878-1958) adalah perintis psikologa beha vioristik yang utama
dan B F Skinner (1904-1990) adalah promotor malnya Watson lebih dahulu mengklaim
bahwa perlaku na terdiri dari stimuli spesifik yang muncul dalam respons espons tertentu
Sebagian, ia mendasarkan pada konsepsi barunya hadap pembelajaran pada pengalaman
klasik yang dilaksanakan Ich pikolog Rusa Ivan Pavlov (1984-1936) Pavlov telah,
memperlihatkan bahwa seekor anjing yang ia teliti mengeluarkan a ir ketika anjing itu
diberi makanan.

Operant conditioning didasarkan gagasan bahwa respons-respor yang memuaskan


itu dikondisikan, respons-respons yang tida memuaskan tidak dikondisikan. Dengan kata
lain, "Hal-hal yang kn katakan menyenangkan memiliki efek yang memberi kekuatan ata
memperkuat perilaku kita", demikian Skinner (Parkay et al, 1998 Bagi guru, ini berarti
bahwa perilaku siswa yang dinginkan hart diperkuat, perilaku yang tidak diinginkan
tidak boleh diperkuat.

Di dalam novelnya Walden Two (1962), Skinner (Parkay, eta 1998)


menggambarkan bagaimana "perekayasaan perilaku dapat mengarahkan pada
penciptaan masyarakat utopian. Buku tersebut menggambarkan bagaimana suatu
masyarakat dengan tatanan social yang diinginkan itu diciptakan dengan desain
bukannya dengan kebetulan. Dalam cara yang sama, para ahli pendidikan dapat
menciptakan pembelajaran yang memperlihatkan perilaku-perilaku yang diharapkan
dengan mengontrol proses edukatif secara hati-hati da ilmiah Guru hanyalah perlu
mengetahui bahwa semua pembelajaran adalah pengkondisian dan mengikuti empat
langkah berikut ini:
a. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dalam bentuk yang kongkrit
(dapat diamati dan dapat diukur)
b. Membangun suatu prosedur untuk mencatat perilaku-perilaku spesifik dan
menghitung frekuensi perilakunya
c. Untuk masing-masing perilaku, identifikasi suatu pemerkuat (reinforcer)
yang tepat.
d. Pastikan bahwa para siswa menerima reinforcer sesegera mungkin setelah
menunjukan suatu perilaku yang diharapkan.
Tujuan pendidikan bersifat ostemal, artinya ditentukan dan dirumuskan oleh lingkungan.
Siswa dianggap tidak perlu melakukan pengendalian belajar sendiri Cartadinata, dalam
Dasar-dasar kependidikan, 1987: 80),

POTRET GURU BEHAVIORISTIK


Jane Day mengajar kelas empat di suatu sekolah dengan siswa daftar sebanyak
500 orang di sebuah kota kecil Midwestern. Dalam shun kelima di sekolah tersebut, Jane
telah menghabiskan tiga tahun akhirnya mengembangkan dan menyempumakan suatu
pendekatan istematis dalam pembelajaran. Metoda pokoknya adalah pengajaran
individual dimana para iwa melakukan proses dalam langkah mereka sendiri melalui
modul-Modal yang telah ia himpun Modul-modul itu mencakup lima bidang tama:
membaca, memalis, matematika, sains umum, dan ejaan, namun Modul itu tidak siap
pakai sampai tahun berikutnya.

KONSTRUKTIVISTIK

Berbeda dengan behaviorisme, konstruktivisme memfokuskan ada proses-proses


pembelajaran bukannya pada perilaku belajar jak pertengahan tahun 1980-an, para
peneliti telah berusaha untuk engidentifikasi bagaimana para siswa mengkonstruksi/
membentuk mahaman merda terhadap balan yang mereka pelajari.

Pendekatan construktivis seal juga mempertimbangkan konteks sosial yang di


dalamnya pelajaran muncul dan menekankan pentingnya interaksi sosial dan negosiasi
dalam pembelajaran. Berkenaan dengan praktek kelas, pendekatan-pendekatan
konstruktivis mendukung kurikulum dan pengajaran student-centered bukannya teacher-
centered

Para guru yang menggantungkan aktivitas-aktivitas kelas pada konstruktivisme


mengetahui bahwa pembelajaran adalah suatu proses pembentukan makna yang aktif,
dimana para siswa bukanlah penerima pasif informasi Pada kenyataannya, para siswa
secara terus-menerus terlibat dalam upaya memahami aktivitas-aktivitas di sekeliling
mereka.

POTRET GURU KONSTRUKTIVISTIK

Bruce dan Masha dalam Models of Teaching memberikan deskripsi guru


konstruktivis sebagai berikut: Jack Wilson adalah guru kelas satu di Lancoln, Nebraska Ia
kesehariannya mengajarkan mem baca pada sekelompok anak yang maju dengan cukup
baik Kenda tipun demikian, ia prihatin bahwa mereka tidak memiliki kesulitan
memecahkan kata-kata baru kocuah kalau mereka tidak dapat memba yangkan maknanya
dan konteks.

Jack mempersiapkan sekantung kartu yang masing-masing memiliki sebuah kata


la memilih kata-kata yang memiliki prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran), dan ia dengan
sengaja menyimpan kata-kata yang memiliki akar kata yang sama namun awalan dan
akhiran yang berbeda la mengambil prefiks dan sufiks karena prefiks dan sufiks adalah
karakteristik struktural kata yang terkenal, mudah didentifikasi.

Jack meminta masing-masing siswa untuk mem baca sebuah kata pada salah satu
kartu tersebut dan menggambarkan sesuatu mengenai kata itu Siswa yang lainnya dapat
menambahkan gambarannya. Dengan cara ini properti-properti struktural dari kata
menarik perhatian siswa Diskusi-diskusi membahas karakteristik karakteristik seperti
konsonan-konsonan awal yang dimulai dengan "s", vokal, pasangan konsonan, dan
sebagainya.

Ketika para siswa selesai memilah-milah kata, Jack meminta mereka untuk
berbicara mengenai masing-masing kategori, yang men ceriterakan apa yang dimiliki
kartu-kartu itu secara umum. Secara sedikit demi sedikit, para siswa dapat menemukan
prefiks dan sufiks utama dan memikirkan mengenai makna prefiks dan sufiks tersebut.
Kemudian ia memberi mereka kalimat-kalimat yang di dalamnya kata kata yang tidak ada
dalam bungkus kartu yang di awali dan diakhiri oleh prefiks dan sufiks dan meminta
mereka untuk membayangkan makna-makna dari kata-kata tersebut, dengan menerapkan
konsep konsep yang telah mereka bentuk untuk membantu mereka membuka makna-
mankna kata tersebut.

Jack mengarahkan para siswa melalui kategori-kategori konsonan dan bunyi-


bunys vokal serta struktur yang mereka butuhkan untuk memecahkan kata-kata yang
tidak dikenal.

BAB III
PEMBAHASAAN

A.PEMBAHASAAN ISI BUKU


Di dalam buku sudah banyak dan jelas menguraikan tentang filsafat pendidikan,di
dalam buku juga banyak tokoh tokoh yang menjelaskan ,atau menguraikan arti dari
filsafat pendidikan .Buku juga menjelaskan dari mana asal asal teori tentang
pendidikan,dan bagian bagian dari filsafat pendidikan .Dalam buku juga menuliskan jenis
jenis dan nilai nilai dalam filsafat pendidikan.Adanya mazhap mazhap filsafat pendidikan
,dan adanya oreintasi pisikologis yang mempengaruhi filsafat pendidikan.

B.KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU


a.Kelebihan buku
Buku sudah banyak menguraikan atau menjelaskan tentang filsafat pendidikan .Dan
juga banyaknya teori teori di dalam buku sehingga mampu memperjelas dan
memudahkan bagi pembaca agar langsung mengerti tentang pembahasaan isi
buku.Selain itu buku jua sudag bagus dimana font dari tulisan sudah pas dan tidak ada
yang kebesaran atau kekecilan.
b.Kekurangan buku
Meskipun buku ini sudah bagus ,namun masih ada kekurangan buku .Namun masih
ada kekurangan isi buku seperti menggunakan kata kata asing seperti ‘science” yang
dapat memperlambat pemahaman pembaca.

BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Buku sudah banyak menjelaskan tentang filsafat pendidikan dan banyak tokoh tokoh
yang mengemukan tentang filsafat pendidikan .Dan banyaknya jenis jenis filsafat sudah
tersirat di dalam buku ini.

B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini

Anda mungkin juga menyukai