FAKULTAS TEKNIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan bagi
Penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan tugas Critical book review (CBR) yang berjudul “Filsafat Pendidikan ” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Filsafat
Pendidikan”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Filsafat
Pendidikan”
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibuk Masta Marselina Sembiring S.Pd,M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sesama pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR…………………………………………………….. 1
B. Tujuan penulisan CBR ………………………………………………………1
C. Manfaat CBR ………………………………………………………………………1
D. Identits buku ………………………………………………………………………1
BAB II RINGKASAN ISI ………………………………………………………………..2-29
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku………………………………………………………………...30
B. Kelebihan dan kekurangan buku ……………………………………………………30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….31
B. Saran ………………………………………………………………………………..31
BAB I PENDAHULUAN
A. Pentingnya Cbr
Critical Rasionalisasi Book Report sangat penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan
melalui CBR ini dapat melatih para mahasiswa untuk membaca buku sekaligus mengkritisi isi
buku yang telah dibaca tersebut. Selain itu CBR ini dapat dijadikan referensi bagi para calon
pembaca buku, khususnya buku yang berkaitan dengan Filsafat Pendidikan . Sehingga mereka
dapat memperoleh gambaran umum dari buku yang akan mereka baca dan CBR ini dapat
dijadikan referensi dan bahan pertimbangan untuk para pembaca.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Mengulasi isi sebuah buku
2. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari buku
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada di dalam buku
C. Manfaat CBR
1. Untuk menambah wawasan tentang pengetahuan kita mengenai Filsafat Pendidikan
2. Untuk mengetahui cakupan informasi mengenai Filsafat Pendidikan
3. Dan membuat kita sebagai mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai Filsafat
Pendidikan
D. Identitas buku
Buku
1. Judul : Filsafat Pendidikan
2. Penulis : Drs.Uyoh Sabdulloh,M.Pd
3. Penerb : ALFEBETA
4. Kota terbit : Bandung
5. Tahun terbit :2019
6. ISBN : : 979-8433-71-5
BAB II RINGKASAN BUKU
BAB I
PENDAHULUAN
Lapangan pendidikan merupakan objrk yang sangat luas.Apabila kita mempelajari karya tulis
yang membahas pendidikan,baik sain pendidikan(science of education) maupun filsafat
pendidikan(philoshopy of education).
A.PRAKTIK PENDIDIKAN DAN TEORI PENDIDIKAN
Seperti yang udah disampaikan di atas bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang
hanya di lakuakan manusia dengan lapangan yang laus, yang mencakup semua
pengelaman serta pemikiran tentang manusia tentang pendidikan.
1.Praktik pendidikan
Menurut Redja M praktik pendidikan merupakanseperangkat kegiatan bersama yang bertujuan
membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang di harapkan.Tujuan
pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah laku fundamental yang di
harapkan.
2.Teori pendidikan
Ialah berbicra tentang menyangkut harkat,derajat ,martabat,dan hak asasi.Manfat pendidikan
adalah dapat menjadi pedoman hidup.
B.PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN
1.Pendekatan sains
Pendekatan sains terhadap pendidikan yaitu suatu pengajian dengan menggunakan sain untuk
mempelajari,menelaah,dan memecahkan masalah pendidikan.pendidikan juga mempunyai jenis
jenis yaitu:1.Sosiologi pendidikan
2.Psikologi pendidikan
3.Administrasi pendidikan
4.Teknoligi pendidikan
5.Evaluasi pendidikan
2.Pendekatan filosofis
Pendektan filosofis terhadap pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan
memecahkan masalah masalah pendidikan dengan metode filsafat pendidikan.
3.Pendekatan religi
Pendekatan religi terhadap pendidikan ,bahwa sutau ajaran relegi dijadi kan sumber inspirasi
untuk melaksanakan pendidikan.
4.Pendekatan multidisplin
Di sini yang dilakukan adalah melakukan pendekatan yang menyeluruh dan pendekatan
multidisplin yang terpadu.
5.Pendekatan dalam penulisan
Tulisan dalam buku ini mencoba untuk mengaji salah satu pendekatan di atas ,yaitu pendektan
secara filosofi.
BAB II FILSAFAT
A.PENGERTIAN FILSAFAT
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani,yaitu philos yang berarticinta yang sangat mendalam
terhadap kearifan dan kebijakan. Di jerman dibedakan antara filsafat dengan pandngan hidup.
Filsafat di artikan sebagai suatu kritis yang sangat mendalam sampai ke akar akarnya.Dalam
pengerti lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadp apa yang penting atau
apa yang berarti dalam kehidupan.
Pada bagian lain Harlod Titus mengumukakan makna filsafat yaitu ,
1.Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta
2.Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif, dan penelitan penalaran
3.Filsafat adalah suatu perangkat masalah masalah
4.Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusua memiliki peran yang penting dalam
menentukan dan menemukan ekstisensinya.Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua
berpikir dapat dikatergorikan berfilsafat.
B.MODEL MODEL BERFILSAFAT
1.Filsafat spekualatif
Filsafat spekualatif adalah cara berpikir sistematis tentang segala yang ada.Filsafat ini
tergolomg filsafat teradisional .Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai suatu bangunan
pengetahuan.Filsafat berusaha menjawab seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia.
2.Filsafat preskriptif
Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran atau standard penilaian tentang
nilai nilai ,penilaian tentang perbuatan manusia,dan penilaian tentang seni.Filsafat preskriptif
menguji apa yang disebut baik dan jahat ,benar dan salah,bagus dan jelek.ia menyatakan bahwa
nilai dari suatu benda pada dasarnya inheren dalam dirinya ,atau merupakan suatu gambaran dari
pikiran manusia.
3.Filsafat analitik
Filsafat analiti digolongkan menjadi dua.
a.Analitik lingustik
Filsafat jenis ini merupakan menjelaskan pernyataan pernyataan spekulatif dan preskriptif.
Misalnya menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide ide atau gagasan gagasan
pendidikan,dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain .Misalkan kita
memperkenalkan konsep”cara belajar siswa aktif “.
b.Analitik positivistic logis
Filsafat ini merupakan peletak dasar pendekataan kuantitatif dalam pengembangan ilmu
science,dengan meletakan matematika secara berurutan ia tunjukan astronomi,fisika,kimia,dan
biologi,dan fisika social atau sosiologi.
C.MISI FILSAFAT
Para filsofi berusaha memecahkan masalah masalah yang penting bagi manusia,baik lansung
maupun tidak langsung.Titus(1959)mengumukakan bahwa terdapat tiga tugas utama filsafat
yaitu
a. Mendapatkan pandangan yang menyeluruh
b.Menemukan makna dan nilai nilai dari segala suatu.
c.Menganalisis. dan memadukan kritik terhadap konsep konsep.
D.LAPANGAN FILSAFAT
1.Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul di
belakang fenomena.
2.Epistemologi
Epistemology merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang
asal,struktur,metode,serta keabsahan pengetahuan.
E.FILSAFAT DAN SAINS
1.Pengertian sains
Sains diartikan ilmu pengetahuan alam ,yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
2.Karakter sains
Hasil sains yang dapat digunakan untuk penyelidikan dan penemuan hal hal baru.
3.Perbedaan sains dan filsafat
Sains bersifat analisis dan hanya menggara[ salah satu objek formalnya.Sedangkan filsafat
bersfat pengetahuan sinopis ,artinya melihat seala sesuatu dengan menekankan secara
keseluruhan.
4.Titik temu sains dan filsafat
Keduanya menggunakan metode berpikir refelektif dalam menghadapi fakta fakta dunia dan
hidup
5.Kelebihan dan kekurangan sains
Kelebihan ialah dengan adanya sains manusia bertindak engan cermat dan tepat,efektif dan
efisien .
Sedangkan kekuranganya sains tanpa agama akan lumpuh sedangkan agama tanpa sains akan
buta
F.FILSAFAT DAN AGAMA
1.Pengertian agama
Agama didefenisikan kepercayaan terhadap supranatural.
2.Ciri ciri agama
a.Mempunyai kepercayaan
b.Melakukan hubungan denahal hal di atas
c.Adanya suatu ajaran
d.Ajaran yang ada diturunkan oleh Rab secara tidak langsung pada setiap manusia.
3.Manfaat agama manusia
Agama dapat menjadi petunjuk pegangan serta pedoman hidup bagi manusia dalam memenuhi
hidupnya dengan harapan penuh keamanaan,kedamaian,dan kesejahtraan.
BAB III FILSAFAT PENDIDIKAN
A.PENDIDIKAN
1. MAKNA PENDIDIKAN
Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian seca khusus dan pengertian secara luas. Dalam
arti khusus, Langed mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diben oleh orang
dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencap kedewasaannya. Selanjutnya Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyatı (1997) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut:
a) Menurut Prof Hoogeveld, mendidik adalah membantu an supaya anak itu kelak
cakap menyelesaikan tugas hidupnya tanggung jawab sendiri
b) Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tunto kepada manusia
yang belum dewasa dalam pertumbuhan d perkembangan, sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti rohan dan jasmani
Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasai sebag usaha orang dewasa dalam
membimbing anak yang belum dewas untuk mencapai kedewasaanya. Setelah anak menjadi
dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Hal tersebut lebih jelas
dikemukakan oleh Drijarkara, bahwa:
a.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah ibu-anak, di mana
terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai
manusia purnawan.
b.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah ibu-anak, di mana
terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhimya bisa membudaya sendiri
sebagai manusia purnawan.
c.) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah ibu-anak, di mana
terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bias
melaksanakan sendiri sebagai manusia purnwan
Tingkah laku anak pada waktu lahir ke dunia belum bersifat manusiawi
sesungguhnya Tingkah laku anak akan bersifat manusiawi hanya dengan melalui interaksi
sosial. Keluarga merupakan suatu lembaga sosial di mana si anak mengadakan proses
sosialisasi yang pertama dalam kehidupannya. Dalam tahun-tahun pertama pada umumnya
dalam keluargalah proses humanisasi berlangsung Keluarga merupakan kelompok sosial
yang pertama bagi anak untuk mengadakan interaksi sosial.
2) Pendidikan di sekolah
Usaha pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam
keluarga Sekolah merupakan lembaga tempat di mana terjadi proses sosialisasi yang
kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan
sosialnya Sekolah disclenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, atan dengan kata lain, sekolah harus memilik Ahidupan
masyarakat sekelilingnya Sekolah tidak boleh dipisahkan diet kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkem bangan budayanya
3) Pendidikan di masyarakat
Pendidikan di masyarakat adalah pendidikan yang diseleng garakan di luar
keluarga dan sekolah. Pendidikan di sekolah diper lukan karma keluarga sudah tidak
mampu membenkan pengetahuan dan kemampuan kemampuan kepada anak sesuai
dengan tuntutan pada masa modern Namun, kenyataan perkembangan kehidupan maria
lebih cepat dan yang diperkirakan, sehingga sekolah pun sudah tidak mampu lagi dapat
memenuhi tuntutan tersebut. Pendidikan di masyarakat merupakan suatu keharusan akan
kehadirannya, terutama dalam memberkan pengetahuan dan keterampilan khusus serta
praktis, yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.
2) Model pendidikan
Menurut Hummel (1977), ada beberapa bentuk pendidikan yang sesuai dengan
konsep pendidikan sepanjang hayat, yaitu 1) pendidikan sebelum sekolah, 2) pendidikan
dasar, 3) pendidikan jabatan, dan 4) pendidikan orang dewasa.
b.)Pendidikan dasar
Setelah periode pendidikan sebelum sekolah, dilanjutkan dengan pendidikan
dasar, yang disebut juga "basic course of study" Fase mi, kalau dibandingkan dengan
struktur pendidikan di negara maju, beneian dengan fase kewajiban belajar, yaitu antara
usia 6 16 tahun, yang mencakup sekolah dasar dan sekolah menengah. Pada fase ini
diberkan pengetahuan yang esensial sebagat daar dat bekal pendidikan umum
(pendidikan moral dan agama, pendidikan kewarganegatan, pendidikan artistik, dan
pendidikan sonial), pergaan bahasa tertentu (nasional dan asing), matematika dasar-dasar
metode dan teknik berpikir ilmiah.
Selanjutnya muncul pertanyaan yang perlu memperoleh jawaban secara tuntas. Mengapa
manusia perlu dididik Ada beberapa
wam yang memungkinkoin manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu:
1) Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya Manusia begitu lahir ke dunia, palu
mmdapatkan aluran orang lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya,
2) Mama lahir tidak langsung dewasa. Untuk sampai pada indewasa yang merupakan tujuan
pendidikan dalam arti khusus, merkan wadu lama. Pada manusia primitif mungkin proses
pencapaian kedewasaan tersebut akan lebih pendek dibandingkan dengn manusia modem dewasa
ini.
3) Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial la tidak akan menjadi manusia seandainya
tidak hidup bersama dengan manusia lamnya (ingat centa manusia sengalal) Lain halnya dengan
hewan, di mana pun hewan dibesarkan, tetap akan memilika perilaku hewan. Seekor kucing yang
dibesarkan dalam lingkungan anjng akan tetap berperilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing,
karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam, yang
berbeda antara jenis hewan yang satu dengan jenis hewan lainnya
Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (1979-30) adalah "Pelaksanaan pandangan falsafah dan
kaidah falsafah dalam bidang pendidikan Filsafat itu mencerminkan sani segi dari segi
pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan secara praktis"
Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atan filsafat umum Dalam arti bahwa
masalah-masalah pendidikan menpakan karakter filsafat Masalah-masalah pendidikan akan
berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:
b. Estetika.
Cabang dari aksiologi yang dikenal sebagai estetika itu berhubungan dengan
nilai-nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni. Sekalipun kita berharap bahwa para
guru musik, seni, drama, sastra, dan guru menulis secara teratur meminta para siswa
membuat penilaian-penilaian mengenai kualitas karya seni, kita dapat dengan dah
mengabaikan peran yang harus dimainkan estetika di semua bidang kurikulum Harry
Broudy (Parkay, 1998), seorang filosof pendidikan yang terkenal, mengatakan bahwa
serii itu penting, tidak semata-mata indah". Melahu peningkatan persepsi-persepsi estetis,
para sirwa dapat menemukan peningkatan makna dalam semua aspek kehidupan
terdiri dari apa yang diyakini seseorang menga pendidikan, Dalam bentuk yang
paling sederhana, filsafat pendidikan merupakan kumpulan prinsip yang membimbing
tindakan profesional seseorang Lebih jauh lagi, filsafat pendidikan berkaitan dengan
penetapan hakekat dan tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-
prinsip ini ke dalam kebijakan-kebijaka untuk meng-implementasikannya
Istilah empiris merujuk pada pengetahuan yang diperoleh labu inder Ketika kota
menyatakan bahwa pengalaman adalah yang terbaik, kita merujuk pada mode mengetahui
ini Securu mformal data pins yang dikumpulkan mengarahkan kebanyakan perilaku
keseharian kitu
Kita dapat juga mengetala sesuatu sebagai hasil dan kemampat kita bermalar dan
menggunakan analisis logis. Di siclab-selilah, para siswa belajar untuk menerapkan
pemikiran al dalam mengerjakan tugas-tugas seperti memecahkan pemahan matematis,
mensbedakan fakta dan opini, Mengstal yang didasarkan pada innatar Hanger man orang
pada suatu kali memperoleh pengetahuan data, sta bentuk mengetalus nondiskumsif (di
luar male) is duck dan pengetahuan dan pengalaman awal kita dan memberi kita suatu
pemahaman yang ddat terhadap situasi yung In kita mempengaruh kita bahwa kita
mengetahui sesuatu, namun kata ndak mengetahui bagaimana kita mengetahin Perasaan
intuitif kita tampak merupakan campuran dan insting. mosi, dan imajinasi
Akanologi sebagai cabang filsafat yang membahas ratai baik dan rala buruk,
indah dan tidak indah (jelek), erat berkutan dengan pendidikan, karena durma nila akan
selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan naman
pendidikan Langsung atau tidak lanang, valat akan menentukan perbuatan pendidikan.
Brubacher (1950 92) mengemulakan tentang hubungan antara aksiolog dengan
pendidikan sebagu berikut:
Pertanyaan tentang nilai secara langsung atau tidak langsung diundang dalam
Hampir setiap keputusan yang dibuat oleh pendidik Pendidikan secara langsung berkaitan
dengan nilai pada sejumlah poin. Jelasnya, tentu saja, adalah poin-poin seperti tujuan
instruksional, motivasi, dan nilai atau nilai. Menyatakan tujuan pendidikan sekaligus
menyatakan nilai-nilai pendidikan.
BAB IV MAZHAB-MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum ,maka dalam membahas
filsafat pendidikam akan berangkat dari filsafat. Dalam arti filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil hasil dari filsafat, yaitu berupa
hasil pemikiran manusia tentang realitas,pengatahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran,seperti materialisme,idealisme,
realisme, pragmatisme,dan lain lainnya.Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari
filsafat, sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita
akan temukan berbagai aliran, sekurang kuraangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri.
Brubacher(1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada 2 kelompok besar,yaitu
filsafat pendidikan “progresif” dan filsafat pendidikan “konserfatif”. Yang pertama , didukung
oleh filsafat pragatisme dari john Dewey, dan romantik naturalisme dari Roousseau. Yang kedua,
didasari oleh filsafat idealisme, realisme religius.
A.FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
1.Realitas
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik.Parmenides, filosof dari elea(Yunani Purba), berkata, “Apa yang tidak dapat dipikirkan
adalah tidak nyata”.Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba),menyatakan bahwa
realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak,tidak berubah, dan asli
serta abadi.
Termasuk dalam paham idealisme adalah spiritualisme,rasionalisme dan
supernaturalisme. Bagi penganut aliran idealisme, fungsi mental adalah apa yang tampak dalam
tingkah laku. Oleh karena itu, jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat jiwa , alat roh,
untuk melaksanakan tujuan, keinginan, dan dorongan jiwa manusia.
Selanjutnya, idealisme tidak menolak eksitensi dunia fisik di sekeliling kita , seperti
rumah, pepohonan,binatang, matahari, bintang bintang yang muncul pada malam hari. Mereka
berpandangan bahwa kenyataan kenyataan seperti itu merupakan manifestasi dari realistas yang
hanya memenuhi kebutuhan fisik.
2.Pengetahuan
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya, bahwa
pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap,karena dunia hanyalah
merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang
sebenarnya, Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian
menurut Plato idealisme metafisik percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan
tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan
bagian dari substansi spiritual tersebut.
Jadi, rasionalisme mendasari teori pengetahuan idealisme, mengemukakan bahwa indera
kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan.Indera dapat menipu manusia yang
berfikir, tidak sesuai antara pengamatan sebagai laporan indera dengan kenyataan, apalagi
pengamatan indera bisa dipengaruhi oleh ilusi,halusinasi dan fantasi.
3.Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan
baik,benar,salah,cantik,atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke
generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan
bagian dari alam semesta.
Menurut Kant, kita harus memperlakukan orang lain sebagai tujuan,bukan sebagai alat.
Imperative kategoris dari kant menyatakan bahwa kita akan selalu bertindak seakan-akan
tindakan individual kita menjadi bagian universal dari alam ini,mengikat seluruh manusia dalam
keadaan yang sama.
4.Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar
terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme
merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya maupun memberi kritik, bahkan
penolakan.
Plato, Immanuel Kant, David Hume, Hegel,Al-gazali, merupakan orang-orang yang
memiliki nama besar dikalangan para pemikir dewasa ini.Idealisme hegel berpengaruh di
Amerika Serikat, seperti W.T. Filsafat idealisme diturunkan dari idealisme metafisik,yang
menekankan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan
potensialitasnya.
Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau didiskusikan
bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan-
kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat
mungkin watak yang terbaik. Socrates,Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik
adalah pengetahuan yang dikeluarkan dari diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan kedalam
diri siswa.
Yang terakhir berkaitan dengan teori nilai, kepada para siswa diajarkan nilai-nilai yang
tetap, abadi dan bagaimana melaksanakan yang bersesuaian dengan pencipta nilai, pencipta alam
semesta. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Power (1982 : 89) mengemukakan implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut:
1) Tujuan Pendidikan
Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.
2) Kedudukan siswa
Bebas untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
3) Peranan Guru
Bekerja sama dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung
jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
4) Kurikulum
Pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan.
5) Metode
Diutamakan metode dielektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
2. Pengetahuan
Pragmatisme mengajarkan bahwa tujuan semua berfikir adalah kemajuan hidup. Dibalik
semua gambaran berfikir terdapat tujuan tertentu untuk memajukan dan memperkaya kehidupan,
walaupun kita tidak menyadarinya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang berguna.
Teori kebenaran merupakan alat yang kita pergunakan untuk memecahkan masalah dalam
pengalaman kita. Menurut john dewey, yang dikemukakan oleh Waini rasyidin (1992:114),
dalam menerapkan konsep pragmatisme secara eksperimental dalam memecahkan masalah
hendaknya melalui lima tahapan, yaitu:
Langkah ke 1: Indeterminate situation, timbulnya situasi ketegangan didalam pengalaman yang
perlu dijabarkan secara spesifik.
Langkah ke 2: Diagnosis, artinya timbul upaya mempertajam masalah sampai pada menentukan
faktor-faktor yang diduga menyebabkan timbulnya masalah.
Langkah ke 3: Hypothesis, artinya ada upaya menemukan gagasan yang diperkirakan dapat
mengatasi masalah, dngan jalan mengerahkan pengumpulan informasi yang penting-penting.
Langkah ke 4: Hypotesis testing, yaitu pelaksanaan berbagai hipotesis yang paling relavan secara
teoritis .
Lngkah ke 5: Evaluation artinya mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis terbaik
dilaksanakan, yaitu dalam kaitan dalam masalah yang dirumuskan pada lagkah ke2 dan ke3.
Berdasarkan langkah- langkah diatas devey berusaha menyusun sesuatu teori yang logis dan
tepat berdasarkan konsep-konsep, pertimbagan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang beraneka ragam, dalam arti alternatif-alternatif.
3. Nilai
Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu relatif. Kaidah-
kaidah moral dan etik tidak tetap, melainkan selalu berubah, seperti perubahan kebudayaan,
masyarakat, dan lingkungannya. Menurut pragmatisme, kita harus mempertimbangkan
perbuatan-perbuatan manusia dengan tidak memihak, dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang
tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia.
4. Pendidikan
a. Konsep pendidikan
Tidak bisa disangkal lagi bahwa pragmatisme telah memberikan suatu sumbangan yang
sangat besar terhadap teori pendidikan. Menurut Dewey, terdapat dua teori pendidikan yang
saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut pragmatisme, pendidikan
bukan merupakan suatu proses pembentukan dari luar, dan juga bukan merupakan suatu
pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding). Selanjutnya John Dewey
mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan, karena berdasarkan atas 3 pokok
pemikiran, yaitu:
a) pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b) pendidikan sebagai pertumbuhan,dan
c) pendidikan sebagai fungsi sosial
1. Pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup
Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, karena adanya anggapan bahwa pendidikan
selain sebagai alat, pendidikan juga bergungsi sebagai pembaharuan hidup “a renewal of life”.
2. Pendidikan sebagai kebutuhan untuk hidup
Menurut Dewey, pertumbuhan merupakan suatu perubahan tindakan yang berlangsung terus
untuk mencapai suatu hasil selanjutnya.
3. Pendidikan sebagai fungsi sosial
Menurut Dewey, kelangsungan hidup terjadi karena self renewal. Kelangsungan self renewal
ini pun terjadi karena pertumbuhan, karena pendidikan yang diberikan kepada anak- anak dan
para pemuda di masyarakat.
b. Tujuan pendidikan
Walaupun pragmatisme tidak mengenal tujuan akhir pendidikan, Namun Dewey (1964:94)
Mengemukakan beberapa kriteria dalam menentukan tujuan pendidikan, yaitu:
(1) The aims set up must be out growth
(2) We have spoken as if aims couldtama dalam menghadapi siswa didalam kelas
(3) The aims must always represent a freeing of activities
c. Proses pendidikan
Menurut pragmatisme, pelajaran harus didasarkan atas fakta-fakta yang sudah
diobservasi, dipahami serta dibicarakan sebelumnya. Pragmatisme meyakini bahwa pikiran anak
itu aktif dan kreatif, tidak secara pasif begitu saja menerima apa yang diberikan gurunya.
Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran
adalah termasuk pengetahuan. Disiplin merupakan kemauan dan minat yang keluar dari dalam
diri anak sendiri. Anak akan belajar apabila ia memiliki minat dan antisipasi terhadap suatu
masalah untuk dipelajari. Jadi, dalam proses belajar mengajar ada beberapa saran bagi guru yang
harus diperhatikan, terutama dalam menghadapi siswa didalam kelas, yaitu:
1) Guru tidak boleh memaksakan suatu ide atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan
kemampuan siswa
2) Guru hendaknya menciptakan situasi yang menyebabkan siswa akan merasakan adanya suatu
masalah yang ia hadapi
3) Untuk membangkitkan minat anak, hendaklah guru mengenal kemampuan serta sifat masing
masing siswa..
4) Guru harus menciptakan situasi yang menimbulkan kerja sama dalam belajar, antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa, begitu pula antara guru dengan guru.
E. FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman,pengalaman individu.
Tulisan-tulisan Jean paul sarte (1905-1980), filosof prancis terkenal, penulis dan penulis naskah
drama, menjadi yang paling bertanggung jawab untuk penyebaran gagasan-gagasan
eksistensialisme yang luas. Eksistensialisme berasal dari pemikiran soren Kierkegaard
(denmark,1813-1855) . Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari
berbagai pandangan yang berbeda beda.
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan
semua potensinya untuk pemenuhan diri.
b. Kurikulum
Kaum eksistensialis menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu berkontribusi pada
pencarian individu.
c. Proses belajar mengajar
Menurut Kneller (1971), konsep mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan dari
pandangan martin buber tentang “dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan
pribadi.
d. Peranan guru
Kendati pun demikian,dengan kebebasan yang kita miliki , masing-masing dari kita harus
commit sendiri pada penentuan makna bagi kehidupan kita. Guru harus mampu membimbing
dan mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berfikir relatif dengan melalui
pertanyaan, pertanyaan.
Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi filsafat pendidikan eksistensialisme sebagai
berikut:
1) Tujuan pendidikan
2) Status jiwa
3) Kurikulum
4) Peranan Guru
A. PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan
tanggung jawab personal. psikologi humanisme juga memfokuskan pada prestasi,
motivasi, perasaan, tindakan, dan kebutuhan, dan kebutuhan akan umat manusia. Tujuan
pendidikan, menurut orientasi ini, adalah aktualisasi diri individual.
3) Perhatian kaum lebih terpusat pada isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa sendiri. Siswa harus memiliki kebebasan dan jawab untuk memilih dan
menentukan apa kapan den hagain ia belajar.
41 berorientasi kepada upaya memelihara perasaan pribadi yang efektif Suitu
gagasan yang menyatakan bahwa siswa. dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri,
mengambil dan menic tanggung jawab secara eleif serta mampu memilih tang apa yang
akan dilakukan dan bagaimana melakukannya,
5) Kaum humanis yakin bahwa belajar adalah pertumbuhan dan perubahan yang
berjalan cepat sehingga kebutuhan siswa lebih dari sekedar pengetahuan hari kemarin.
Pendidikan humanistik mencoba mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan
Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar tentang bagaimana
belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam
kehidupan
Sebagai contoh guru humanis, perhatikan Carol Alexander, sejak sepuluh tahun lalu
mulai mengajar di suatu sekolah menengah pedusunan kecil, suatu posisi yang ia nikmati karena
ukuran sekolah yang kecil memungkinkan dia mengembangkan hubungan yang erat dengan para
siswa dan keluarga mereka.
B.BEHAVIORISTIK
Behaviorisme didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang dinginkan
merupakan produk desain bukannya kebetulan Menurut kaum behavioristik, merupakan suatu
ilusi yang mengatakan bahwa manusia memiliki suatu keinginan yang bebas. Sekalipun kita
mungkin bertindak seakan-akan kita bebas, perilaku kita benar-benar ditentukan oleh tekanan
tekanan lingkungan yang membentuk perilaku kita Menurut Power (1982 168), Kita adalah apa
kita adanya dan kita melakukan apa yang kita lakukan, tidak karena suatu kekuatan misternas
terhadap kemauan mamisia, namun karena tekanan-tekanan har atas kurangnya kesamaan
kontrol yang membuat kita. terperangkap dalam suatu jaring yang tidak fleksibel.
1. PENDIRI PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK
John B. Watson (1878-1958) adalah perintis psikologa beha vioristik yang utama
dan B F Skinner (1904-1990) adalah promotor malnya Watson lebih dahulu mengklaim
bahwa perlaku na terdiri dari stimuli spesifik yang muncul dalam respons espons tertentu
Sebagian, ia mendasarkan pada konsepsi barunya hadap pembelajaran pada pengalaman
klasik yang dilaksanakan Ich pikolog Rusa Ivan Pavlov (1984-1936) Pavlov telah,
memperlihatkan bahwa seekor anjing yang ia teliti mengeluarkan a ir ketika anjing itu
diberi makanan.
KONSTRUKTIVISTIK
Jack meminta masing-masing siswa untuk mem baca sebuah kata pada salah satu
kartu tersebut dan menggambarkan sesuatu mengenai kata itu Siswa yang lainnya dapat
menambahkan gambarannya. Dengan cara ini properti-properti struktural dari kata
menarik perhatian siswa Diskusi-diskusi membahas karakteristik karakteristik seperti
konsonan-konsonan awal yang dimulai dengan "s", vokal, pasangan konsonan, dan
sebagainya.
Ketika para siswa selesai memilah-milah kata, Jack meminta mereka untuk
berbicara mengenai masing-masing kategori, yang men ceriterakan apa yang dimiliki
kartu-kartu itu secara umum. Secara sedikit demi sedikit, para siswa dapat menemukan
prefiks dan sufiks utama dan memikirkan mengenai makna prefiks dan sufiks tersebut.
Kemudian ia memberi mereka kalimat-kalimat yang di dalamnya kata kata yang tidak ada
dalam bungkus kartu yang di awali dan diakhiri oleh prefiks dan sufiks dan meminta
mereka untuk membayangkan makna-makna dari kata-kata tersebut, dengan menerapkan
konsep konsep yang telah mereka bentuk untuk membantu mereka membuka makna-
mankna kata tersebut.
BAB III
PEMBAHASAAN
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Buku sudah banyak menjelaskan tentang filsafat pendidikan dan banyak tokoh tokoh
yang mengemukan tentang filsafat pendidikan .Dan banyaknya jenis jenis filsafat sudah
tersirat di dalam buku ini.
B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini