Oleh: Kelompok 4
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT., atas segala limpahan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah SAW., manusia
mulia yang telah merubah tatanan kehidupan dari kejahiliahan menjadi hikmah dan
tentram. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling yang berjudul “Landasan Bimbingan Dan Konseling". Kami mengucapkan
terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberi tugas dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik
dan saran dari pembaca sekalian. Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf
apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan juga kesalahan. Meskipun demikian, kami
terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ............................................................................................. 19
Saran ....................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dan tidak dibangun di atas landasan sebagaimana yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan
bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor maupun guru BK di
institusi pendidikan, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan
yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling di
institusi pendidikan.Selain itu, melalui Oleh karena itu, dalam upaya memberikan
pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para
konselor maupun guru BK. Melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa
landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah Bimbingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Filosofis
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat seperti Patterson
mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
3
4) Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk; dan
hidup berarti serta berupaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Landasan filosofis yang dikemukakan oleh para penulis barat yang dikutip
oleh prayitno Prayitno tersebut, selanjutnya dikembangkan oleh
Sudrajat11sampai 9 point, yaitu:
4
9) Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana
apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan
berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
6
b. Peranan Agama
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk
(hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau
pengembangan mental (rohani) yang sehat. Petunjuk hidup bagi manusia
dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut.
1) Memelihara Fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia
mempunyai hawa nafsu dan juga ada pihak luar yang senantiasa berusaha
menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran yaitu setan.
2) Memelihara Jiwa
Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan
manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama
mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyiksaan atau pembunuhan, baik terhadap dirinya maupun orang lain.
3) Memelihara Akal
Tuhan telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan
kepada mahluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal inilah manusia memiliki
kemampuan yaitu kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang
buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama dan
mengembangkan ilmu teknologi atau mengembangkan kebudayaan.
Karena pentingnya akal ini, agama memberi petunjuk kepada manusia
untuk mengembangkan dan memeliharanya yaitu dengan mensyukuri
nikmat akal itu dengan cara memanfaatkannya se-optimal mungkin untuk
berfikir, belajar atau mencari ilmu dan menjauhkan diri dari perbuatan
yang merusak akal, seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-
obat terlarang, menggunakan narkoba dan hal-hal lain yang merusak
fungsinya akal.
7
4) Memelihara Akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan
kepada mahluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal inilah manusia memiliki
kemampuan yaitu kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang
buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama dan
mengembangkan ilmu teknologi atau mengembangkan kebudayaan.
Karena pentingnya akal ini, agama memberi petunjuk kepada manusia
untuk mengembangkan dan memeliharanya yaitu dengan mensyukuri
nikmat akal itu dengan cara memanfaatkannya se-optimal mungkin untuk
berfikir, belajar atau mencari ilmu dan menjauhkan diri dari perbuatan
yang merusak akal, seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-
obat terlarang, menggunakan narkoba dan hal-hal lain yang merusak
fungsinya akal
5) Persyaratan Konselor
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan
bahwa konselor sebagai pemberi bantuan dituntut untuk memiliki
pemahaman akan nilai-nilai agama, dan komitmen yang kuat dalam
mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau
siswa. Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang
dalam kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan
kepemimpinan, bidang instruktusional dan kurikuler, serta pembinaan
siswa. Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang
konselor memiliki syarat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai orang
pembimbing untuk kelancarannya dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling.
• Konselor adalah kepribadian yang memiliki kemampuan berfikir verbal
dan kuantitatif, bernalar dan mampu memecahkan masalah secara logis.
8
• Konselor menunjukan minat kerja sama dengan orang lain.
• Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan
tidak akan menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan pribadinya
melebihi batas yang ditentukan oleh kode etik profesionalnya.
• Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenaranya sebab nilai-nilai
ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah
lakunya secara umum.
• Konselor menunjukan sifat yang penuh toleransi terhadap masalah yang
dihadapi klien.
4) Belajar
10
5) Kepribadian
11
2. Landasan sosial budaya dalam Bimbingan Konseling
13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Landasan social budaya
menunjukkan pentingnya gambaran aspekaspek sosial budaya yang mewarnai
kehidupan seseorang (peserta didik). Aspek sosial budaya inilah yang
membentuk peserta didik selain faktor pembawaan, tepatlah jika landasan ini
menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan bimbingan
konseling.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, konselor berperan pula
sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (dalam Prayitno,
2003). Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan
pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan
hasil pemikiran maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
15
menerima sumbangan dari ilmu-ilmu lain dan teknologi, penelitian dalam
bimbingan dan konseling memberikan masukan penting bagi pengembangan
keilmuan Bimbingan konseling.
16
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara
b. Pendidikan Sebagai Inti Proses Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani
oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan
gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat. pada
tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan konseling
adalah proses yang berorientasi pada belajar, belajar untuk memahami
lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman. (dalam Belkin, 1975).
Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien
mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan
masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru. Dengan belajar
itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan
memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbingan dan
konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan-tujuan
pendidikan, juga menunjang Proses pendidikan pada umumnya. Hal itu
dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling
meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal
dan emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah
(Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada
kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya (Anisman,
hendra. 2013. landasan-bimbingan-dan-konseling).
17
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan salah satu
bagian dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memberikan
bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
bantuan (pemecahan-pemecahan masalah) motivasi agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang bersi'at membangun
sangat kami harapkan agar makalah ini dapat menjadikan suatu pedoman untuk
kalangan umum. Kami sebagai penyusun.
20
DAFTAR PUSTAKA
Patterson, 1966, Alblaster & Lukes, 1971 Thompson & Rudolph (1983) yang dikutip
oleh Prayitno, 2004: 139-140
Sutirna, M.Pd, Dr.H. (2013). Bimbingan dan Konseling (Pendidikan Formal, Non
Forman dan Informal). Yogyakarta: CV Andi Offset.
DR. HJ. LILIS SATRIAH, M.PD. (2016). Naskah Bimbingan Konseling Edisi ke 2.
21