Anda di halaman 1dari 13

JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN ARTICULATE


DALAM METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Sosiologi Pokok Bahasan Perubahan Sosial di Kelas
XII IPS SMAN 2 Garut)

Evi Hasanah1 , Deni Darmawan2, Nanang3,


1)
Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana Sekolah IPI Garut
Email : Hasanah.evi@gmail.com
2)
Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana IPI Garut dan UPI Bandung
Email : deni_darmawan@upi.edu
3)
Program Study Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana IPI Garut
Email : nanang@gmail.com

Abstak
Penelitian ini dilatarbelakangi karena lemahnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik saat
pembelajaran sosiologi berlangsung, yang dicirikan dengan kurangnya interaktif saat pembelajaran,
kurang kreatif dalam memberikan contoh-contoh, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media pembelajaran articulate terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalen
pre-test post-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif dapat
ditumbuhkembangkan melalui media pembelajaran articulate dalam metode pembelajaran problem
based learning (PBL). Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan media
pembelajaran articulate memberi pengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Media
ariculate dalam metode problem based learning (PBL) dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk
menyempurnakan proses pembelajaran sosiologi.

Kata kunci: media articulate, kemampuan berpikir kreatif

Abstract
This research is motivated by the lack of creative thinking abilities of students when sociology
learning takes place, which is characterized by a lack of interactive learning, less creative in providing
examples, this study aims to determine the effect of using articulate learning media on students'
creative thinking abilities. The method used in this study was quasi-experimental with a nonequivalent
pre-test post-test design. The results of the study show that creative thinking skills can be developed
through articulate learning media in problem based learning (PBL) learning methods. Based on the
results of data analysis, it can be concluded that the use of articulate learning media influences
students' creative thinking abilities. The ariculate media in the problem based learning (PBL) method
can be used as an alternative for teachers to perfect the sociology learning process.

Keywords: articulate media, creative thinking ability

A. PENDAHULUAN ide, dan sewaktu berpikir itulah ide bisa


Berpikir adalah serangkaian, datang sehingga melahirkan berbagai
gagasan, ide atau konsepsi-konsepsi yang pemikiran, diantaranya adalah pemikiran
diarahkan kepada suatu pemecahan kreatif. Untuk kepentingan proses
masalah. Jika melihat arti berpikir seperti pembelajaran peserta didik di dalam kelas
ini maka dapat dipahami bahwa maka berbagai program kurikulum di
pengertian ini merujuk berdasarkan hasil gulirkan oleh pemerintah salah satunya
berpikir dan tujuan berpikir. Dikatakan program kurikulum 2013 yang
sebagai proses karena sebelum berpikir menekankan peserta didik mampu untuk
kita tidak mempunyai gagasan maupun memiliki kemampuan berpikir tingkat

826
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

tinggi khususnya berpikir kreatif yang dilaksanakan dengan cara


merupakan suatu kecakapan hidup untuk mengumpulkan bagian-bagian tertentu
menghadapi tantangan kehidupan di abad yang bermakna dari kehidupan peserta
ke 21. didik. Manfaat lain adalah peserta didik
Berdasarkan hal di atas, yang terlibat dalam proses belajar melalui
Pembelajaran sosiologi di SMAN 2 Garut program multimedia dapat mempelajari
berkesan dilaksanakan apa adanya dan ilmu yang ada di dalamnya yang sesuai
kurang melibatkan Peserta didik secara dengan minat, bakat, keperluan,
langsung dalam konteks pembelajaran pengetahuan, dan emosi. Media
yang sesungguhnya, Peserta didik hanya Articulate misalnya, dapat digunakan
sebagai pendengar dan pencatat, sehingga sebagai alat untuk menyampaikan
pelajaran sosiologi dianggap seolah-olah informasi yang terkandung dalam
hanya bersifat hapalan saja, hal tersebut pembelajaran kepada peserta didik dalam
menjadikan pembelajaran sosiologi bentuk e-learning yang dijelaskan oleh
menjadi lebih membosankan dan peserta Darmawan, D. (2014:89). Articulate juga
didik kurang termotivasi untuk berpikir dapat dipakai dalam mengembangkan
kritis dan ktreatif. Motivasi sangat evaluasi berbasis komputer untuk model
diperlukan dalam pembelajaran, karena quze maker, sebagaimana dijelaskan oleh
dengan motivasi peserta didik akan Darmawan, D., Harahap, E. (2016)
berusaha untuk lebih semangat dan giat mengenai konseo Computer Based Test
dalam melaksanakan pembelajaran. (CBT). Selain itu, dapat digunakan
Tujuan pembelajaran sosiologi sebagai media yang memungkinkan
bukanlah penguasaan materi pelajaran peserta didik belajar mandiri dalam
saja, akan tetapi pembelajaran diarahkan memahami suatu konsep. Hal ini sangat
untuk mengubah tingkah laku peserta memungkinkan karena media Articulate
didik dalam menganalisis setiap gerakan mempunyai kemampuan
dan perubahan yang terjadi dalam mengkombinasikan teks, suara, warna,
keseluruhan kehidupan sosial. Oleh gambar, gerak, dan video, serta memuat
karena itu, pembelajaran sosiologi suatu kepintaran yang sanggup
merupakan proses interaksi peserta didik menyajikan proses articulate. Dengan
dengan pendidik, peserta didik dengan penggunaan media pembelajaran berbasis
peserta didik, peserta didik dengan orang- aplikasi articulate diharapkan dapat
orang dilingkungannya, dan peserta didik membantu membangkitkan kemampuan
dengan sumber belajar pada suatu berpikir kreatif Peserta didik pada mata
lingkungan belajar. Pembelajaran pada pelajaran sosiologi di SMAN 2 Garut.
kurikulum 2013 pembelajaran berbasis Dengan penggunaan metode
aktivitas agar memberikan ruang yang problem based learning (PBL) dan media
cukup bagi peserta didik untuk pembelajaran aplikasi articulate dapat
mengembangkan kreativitas, prakarsa, membantu peserta didik mengembangkan
dan kemandirian yang sesuai dengan diri secara optimal, diharapkan dapat
bakat, potensi, minat, dan perkembangan meningkatkan kemampuan berpikir
fisik serta psikologis peserta didik. kreatif peserta didik khususnya pada
Sejalan dengan itu Bairley pokok bahasan perubahan sosial. Adanya
(Munir, 2001:10) mengemukakan bahwa keterlibatan Peserta didik dan media
multimedia adalah teknologi baru yang dalam proses pembelajaran sangat
dapat memberikan banyak manfaat” mempengaruhi proses berpikir kreatif
Pembangunan” pada dunia pendidikan Peserta didik. Semakin aktif Peserta didik
yaitu manfaat dari proses belajar yang dalam proses pembelajaran, semakin baik

827
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

kemampuan berpikir kreatif Peserta didik memperoleh suatu perubahan tingkah


terhadap materi. Dari pemaparan di atas laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
maka penulis merumuskan pertanyaan pengalaman individu itu sendiri dalam
sebagai berikut: interaksi dengan lingkungan. Dengan
1. Bagaimana perbedaan kemampuan kata lain, belajar adalah perubahan dari
berpikir kreatif peserta didik pada diri seseorang tampak dari perilakunya.
kelas kontrol dan kelas eksperimen? Articulate merupakan salah satu
2. Apakah terdapat perbedaan aplikasi yang baru diperkenalkan pada
peningkatan kemampuan berpikir tahun 2001. Articulate digunakan dalam
kreatif peserta didik pada kelas mempresentasikan informasi dengan
eksperimen dan pada kelas kontrol? tujuan tertentu (sesuai tujuan pengguna).
3. Apakah tanggapan peserta didik Keahlian dalam membuat presentasi
terhadap penggunaan media ajar terkait dengan kemampuan teknis dan
articulate dalam model kemampuan seni. kolaborasi kedua
pembelajaran problem based kemampuan ini dapat menghasilkan
learning (PBL)? presentasi yang menarik. Sehingga dapat
Berdasarkan latar belakang, menarik peserta yang mengikuti
identifikasi dan rumusan masalah di atas, presentasi tersebut (Kurniawan, 2012: 1).
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai Pada program Articulate ‘13 terdiri atas
berikut: Articulate Engage, Articulate Quizmaker,
1. Untuk mengetahui perbedaan dan Articulate Presenter. Ketiga program
kemampuan berpikir kreatif peserta ini memiliki fungsi yang berbeda namun
didik pada kelas kontrol dan kelas ketiganya sama-sama dibuat untuk
eksperimen membuat suatu media pembelajaran.
2. Untuk mengetahui perbedaan Darmawan (2014: 137), software
peningkatan kemampuan berpikir ini merupakan program yang dapat
kreatif peserta didik pada kelas membantu para desainer pembelajaran
eksperimen dan pada kelas kontrol modern berbasis digital mulai dari
3. Untuk mengetahui tanggapan peserta kalangan pemula hingga professional.
didik terhadap penggunaan media Program articulate dapat dikatakan
ajar articulate dalam model sebagai salah satu program aplikasi yang
pembelajaran problem based didukung oleh smart brainware secara
learning (PBL) sederhana dengan prosedur tutorial
interaktif melalui template yang dapat
B. KAJIAN LITERATUR dipublish secara offline maupun online
Media pembelajaran adalah sehinggan memudahkan user
segala alat pengajaran yang digunakan memformatnya dalam bentuk web
untuk untuk membantu menyampaikan personal, CD, word processing dan
materi pelajaran dalam proses belajar Learning Management System (LMS).
mengajar sehingga memudahkan Konsep LMS ini daat dibangun menjadi
pencapaian tujuan tujuan pembelajaran web pembelajaran sebagaimana
yang sudah dirumuskan. Media dijelaskan dalam Darmawan, D. .(2013).
pembelajaran dapat memperjelas Mengenai upaya membangun Desain dan
penyajian pesan dan informasi sehingga Pemograman Website.. Articulate engage
dapat memperlancar dan meningkatkan merupakan program articulate yang
proses dan hasil belajar. Menurut Surya paling mudah untuk dipelajari.
(2015:127) Belajar adalah suatu proses Sebagaimana dijelaskan dalam
usaha yang dilakukan individu untuk Development of Web-Based Electronic

828
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

Learning System (WELS) in Improving kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan.


the Effectiveness of the Study at Keterampilan berpikir kreatif dalam
Vocational High School (Darmawan,et.al penelitian ini sebagaimana yang
2017). diungkapkan oleh Munandar (2009: 192)
Pembelajaran berbasis masalah antara lain; (1) Keterampilan berpikir
adalah pembelajaran berdasarkan lancar (Fluency), (2) Keterampilan
masalah sebagai salah satu strategi berpikir luwes (Flexibility), (3)
pembelajaran kontekstual membantu Keterampilan berpikir orisinil
peserta didik mengembangkan (Originality), (4) Keterampilan
kemampuan berpikir, pemecahan memperinci (Elaboration), (5)
masalah dan keterampilan intelektual Keterampilan mengevaluasi
berupa belajar berbagai peran orang (Evaluation). Sedangkan menurut
dewasa dan melalui pelibatan mereka Arikunto (2012: 198) menyatakan bahwa
dalam pengalaman nyata atau simulasi pengukuran ranah psikomotorik
dan menjadi pembelajar yang otonom. dilakukan terhadap hasil-hasil belajar
Model Problem Based Learning (PBL) yang berupa penampilan. Menurut Mc.
adalah model mengajar dengan focus Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang yang
pemecahan masalah yang nyata, proses kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
dimana peserta didik melaksanakan kerja 1. Memandang dirinya berbeda dan
kelompok, umpan balik, diskusi, yang lebih sering melukiskan dari mereka
dapat berfungsi sebagai batu loncatan sebagai berdaya cipta, tak
untuk investigasi dan penyelidikan dan tergantung, bersifat individualis.
laporan akhir. Dengan demikian peserta 2. Lebih terbuka dalam pengalaman
didik didorong untuk lebih aktif terlibat dan perasaan.
dalam materi pelajaran dan 3. Secara relatif tidak tertarik pada
mengembangkan keterampilan berpikir detail kecil, tetapi lebih tertarik pada
kritis (Arends, 2008) dalam Warsono, arti dan implikasi, memiliki fleksibel
(2017:148-149). kognitif, ketrampilan verbal,
Keterampilan Berpikir Kreatif berminat untuk berkomunikasi
Keterampilan merupakan kemampuan dengan orang lain, bertindak tepat,
berbuat sesuatu dengan baik. mempunyai keingintahuan
Keterampilan berpikir kreatif (creative intelektual yang besar.
thinking) yaitu keterampilan individu 4. Lebih tertarik secara mendalam
dalam menggunakan proses berpikirnya menyerap pengalaman daripada
untuk menghasilkan gagasan yang baru, mempertimbangkan.
konstruktif berdasarkan konsep-konsep 5. Lebih bersifat intuitif.
dan prinsip-prinsip yang rasional maupun
persepsi, dan intuisi individu (Ahmadi, C. METODOLOGI PENELITIAN
dkk, 2011: 111). Keterampilan berpikir Penelitian ini menggunakan
kreatif dibangun oleh konsep-konsep pendekatan kuantitatif dengan bentuk
yang sudah tertanam pada diri peserta desain Quasi Experimental design
didik yang kemudian konsep serta dengan menggunakan Metode
prinsip-prinsip yang sudah ada tersebut Eksperimen dengan bentuk desain
diaplikasikan peserta didik dalam eksperimen Quasi Eksperimental Design.
menyelesaikan suatu permasalahan. (Darmawan, 2013: 75). sedangkan bentuk
Berpikir kreatif adalah berpikir desain quasi eksperimen yang digunakan
secara konsisten dan terus menerus adalah Nonequivalent Groups Pre-testt-
menghasilkan sesuatu yang Post-testt Design. Penelitian ini

829
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

dilaksanakan di SMAN 2 Garut dalam meningkatkan kemampuan


Kecamatan Leles Kabupaten Garut, yang berpikir kreatif peserta didik adalah
terletak di Jalan Guntur nomor 3 Desa media aplikasi articulate dalam metode
Leles Kecamatan Leles. Populasi adalah pembelajarn problem based learning
wilayah generalisasi yang terdiri dari yang akan digunakan di kelas eksperimen
objek atau subjek yang mempunyai sedangkan kelas kontrol dalam
kualitas dan karakteristik tertenu yang meningkatkan kemampuan berpikir
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kreatif peserta didik menggunakan
dan kemudian ditarik kesimpulan metode pembelajaran ceramah.
(Sugiyono, 2016: 80). Dalam penelitian Media pembelajaran articulate
ini yang dimaksud populasi peserta didik dalam problem based learning membuat
kelas XII IPS 1 dan XII IPS 3 SMA peserta didik lebih aktif dalam
Negeri 2 Garut sejumlah 80 orang. pembelajaran sosiologi sehingga peserta
Sampel adalah sebagai sebagian yang didik dapat leluasa dalam menggali
diambil dari populasi yang bersangkutan pengetahuannya. Sesuai dengan kajian
(Sundayana, 2016: 17). Anilisis data yang Arsyad (2013: 10) media pembelajaran
dilakukan dengan cara melakukan uji adalah segala sesuatu yang dapat
normalitas data terhadap jawaban Pre- digunakan untuk menyampaikan pesan
test dan Post-test). Untuk pengujian atau informasi dalam proses belajar
apakah data berdistribusi normal atau mengajar sehingga dapat merangsang
tidak, peneliti menggunakan rumus Uji perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Lilliefors (Sundayana, 2016: 83) Media aplikasi articulate merupakan
Melakukan uji t pada sampel yang sama media pembelajaran berupa seperangakat
dan uji gain ternormalisasi. Alat statistik software yang di instal ke dalam
yang akan digunakan peneliti adalah MS komputer, setelah terpasang articulate
Excel dan Aplikasi Statistical Passage for tersebut di isi dengan konten materi
Social Science (SPSS) versi 19,0 dengan pembelajaran selajutnya di
pertimbangan lebih cepat dan lebih akurat publish.Temuan ini dilandasi oleh
sebagai prinsip pengolahan data (Santoso pendapat dari Darmawan, D. (2012:18)
2016: 9). mengenai Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Selain itu,
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan kajian dari Sanjaya
Proses pembelajaran merupakan (2006:216) bahwa strategi pembelajaran
kegiatan yang menyeluruh antara peserta berbasis masalah memberikan
didik sebagai pembelajar dengan guru kesempatan kepada siswa untuk
sebagai pengajar yang memberikan bereksplorasi mengumpulkan dan
pengalaman belajar sehingga peserta menganalisis data secra lengkap untuk
didik dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi.
berpikirnya. Salah satu cara untuk Tujuan yang ingin dicapai dalam problem
meningkatkan kemampuan berpikir based learning adalah kemampuan
kreatif peserta didik adalah dengan media berpikir peserta didik untuk menemukan
aplikasi articulate dalam metode alternatif pemecahan masalah melalui
pembelajaran problem based learning ekplorasi data secara empiris dalam
yang dipandang efektif dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
meningkatkan kemampuan berpikir Sedangkan Warsono (2017:147)
kreatif peserta didik dalam pembelajaran menyatakan bahwa problem based
sosiologi. Dalam penelitian ini media learning merupakan metode
media pembelajaran yang digunakan pembelajaran untuk memperoleh

830
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

informasi dan mengembangkan konsep- problem based learning dilakukan


konsep sain, siswa belajar, tentang berjalan dengan baik. Hal ini didukung
bagaimana membangun kerangka karena dalam setiap sesi metode
masalah, mencermati, mengumpulkan pembelajaran problem based learning
data, dan menggorganisasikan masalah, menuntut peserta didik untuk lebih aktif
menyusun fakta, menganalisis data, dan dalam setiap pembelajaran. Dalam sesi
menyusun argumentasi terkait pertama peserta didik diberi arahan oleh
pemecahan masalah, kemudian guru untuk membentuk kelompok yang
memecahkan masalah, baik secara telah ditentukan, selanjutnya guru
individu maupun dalam kelompok. mengorientasikan pesertadidik pada
Peningkatan kemampuan berpikir masalah dengan cara menayangkan
kreatif peserta didik kelas eksperimen media articulate tentang materi
dalam kategori sedang, belum pada perubahan sosial sub tema faktor-faktor
kategori tinggi seperti yang diharapakan. penyebab perubahan sosial, bentuk-
Hal ini dapat dilihat dari hasil bentuk perubahan sosial. Peserta didik
perhitungan Gain yang dinormalisasikan diberikan waktu 5-10 menit untuk
(N-Gain). beberapa hal yang menganalisis gambar-gambar yang
menyebabkan peningkatan kemampuan ditayangkan. Kemudian dalam sesi
berpikir kreatif pesertadidik yang masih kedua, peserta didik dibagi kedalam 8
dalam kategori sedang cenderung rendah kelompok, satu kelompok terdiri dari 5
diantaranya: (1) tidak ada latihan secara orang. Hal ini dilakukan sesuai dengan
kontinu yang dilakukan peserta didik kondisi kelas yang terlalu besar,
untuk menguasai keempat aktivitas pengefektipan waktu serta memudahkan
keterampilan berpikir kreatif. (2) guru dalam memantau jalannya kerja
keterbatasan waktu sehingga tiada ada kelompok. Pengerjaan secara kelompok
pemamtauan terhadap aktivitas ini diakukan dalam sesi ketiga dimana
kemampuan berpikir kreatif peserta peserta didik dibimbing penyelidikan
didik, karena peserta didik apabila sudah mandiri dan kelompok kegiatan yang
selesai tugas pemecahan masalah sudah mengantarkan mereka untuk berdiskusi
dianggap menguasai aktivitas dan kemudian menjawab pertanyaan
kemampuan berpikir kreatif. dengan kalimat sendiri berdasarkan
Seperti penelitian yang dilakukan informasi yang diterima pada awal
oleh Kusriyatun (2014) yang berjudul pembelajaran. Pada sesi ke empat peserta
“Pengaruh penerapan metode didik dalam berdiskusinya menemukan
pembelajaran berbasis proyek terhadap solusi dan menyampaikannya dalam
peningkatan kemampuan berpikir kreatif bentuk presentasi kelas. Kemudian pada
siswa”. Dalam penelitian ini Kusriyatun sesi kelima, peserta didik diberikan
menemukan bahwa kemampuan berpikir arahan untuk menganalisis, mengevaluasi
kreatif siswa setelah pembelajaran IPS proses pemecahan masalah peserta didik
berbasis proyek secara umum meningkat merekontruksi pemikiran dan aktivitas
dengan kategori peningkatan sedang. Hal yang telah dilakukan dalam proses
ini di indikasikan oleh rata-rata skor N- pembelajaran berlangsung dengan cara
Gain untuk keterampilan berpikir kreatif membuat laporan hasil diskusinya pada
siswa meningkat 0.46 dengan kategori kertas ukuran polio. Ada sikap yang
sedang. positif pada sesi ini dan semangat yang
Secara umum pembelajaran lebih terlihat pada peserta didik karena
sosiologi dengan menggunakan bahan peserta didik dituntut tidak hanya diam,
ajar aplikasi articulate dalam metode tetapi bergerak sehingga kemampuan

831
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

berpikir kreatif mereka juga terasah. Guru informasi dalam bentuk texs, audio,
beserta peserta didik melihat hasil dari grafik, animasi, dan video. Multimedia
laporan tulisan yang mereka kerjakan, dalam konteks komputer adalah
kemudian guru memberikan tugas kepada pemanfaatan komputer untuk membuat
masing-masing kelompok untuk dan menggabungkan teks, grafik, audio,
mempresentasikan hasil rancangannya. video, dengan menggunakan tool yang
Peran guru disini sangat dibutuhkan memungkinkan pemakai berinteraksi,
sebagai fasilitator. Bila ada konsep awal berkreasi, dan berkomunikasi
yang tidak sesuai, guru harus senantiasa (hofsteter,2001). Multimedia dapat
meluruskannya. digunakan dalam bidang pendidikan
Pembelajaran dalam metode dalam penyampaian bahan pengajaran
based learning memang harus menuntut secara interaktif dan dapat mempermudah
ekstra guru bekerja keras untuk pembelajaran karena didukung oleh
mengawasi kegiatan peserta didik secara berbagai aspek suara, video, animasi, teks
detail dengan cara berkeliling untuk dan grafik. Tentunya cara ini sudah
melihat pekerjaan peserta didik banyak di terapkan di dunia pendidikan
perorangan maupun perkelompok dengan karena sangat membantu sekali guru-guru
menanyakan kesulitan-kesulitan apa yang untuk mengajar Peserta didik di sekolah.
ditemukan serta menyemangati peserta Pembelajaran dengan menggunakan
didik agar hasil yang dicapai untuk multimedia interaktif diharapkan dapat
menjawab soal kasus dapat maksimal. Ini meningkatkan kemampuan berpikir
termasuk tahapan yang ada dalam PBL kreatif Peserta didik dalam pembelajaran
bahwasannya peserta didik sosiologi dan dapat diharapkan menjadi
mempresentasikan bentuk laporan yang subuah solusi untuk menjadi daya Tarik,
sudah dibuatnya untuk menyampaikan motivasi bagi Peserta didik dalam proses
hasil pemikirannya melalui diskusi belajar sosiologi di SMAN 2 Garut.
kelompok kepada orang lain (Arends, Peranan teknologi pembelajaran
2008). Sejalan dengan pendapat tersebut dalam pemecahan masalah pembelajaran
menurut Lawson (dalam Dahar, berupaya untuk merancang,
2011:153) orang yang terampil dalam mengembangkan, dan memanfaatkan
berargumentasi, terampil pula dalam aneka sumber belajar sehingga dapat
menalar. Dengan meminta peserta didik memudahkan atau memfasilitasi
berargumentasi berarti memupuk seseorang untuk belajar, oleh karena itu
keterbukaan dalam diri mereka, yang teknologi pendidikan diperlukan untuk
merupakan suatu syarat untuk dapat menjangkau peserta didik
memperoleh daya nalar yang tinggi. dimanapun berada dan guru dapat
Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan strategi pembelajaran
menunjukan pemanfaatan media untuk membangun dan menemukan jati
komputer dalam bentuk Aplikasi diri melalui proses pembelajaran yang
articulate dalam pembelajaran sosiologi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
dapat dijadikan sebagai salah satu Hal ini sesuia dengan apa yang di
alternative dengan melihat hasil post-test ungkapkan oleh Darmawan (2014: 163),
kelas eksperimen yang menunjukan Program pembelajaran yang dibangun
peningkatan cukup pesat disbanding dengan articulate engage ini bersifat
kelas kontrol. Menurut Darmawan tutorial, artinya bahwa pembelajaran bisa
(2015:32) multimedia adalah penggunaan secara lengkap menyajikan prosedur
beberapa media yang berbeda untuk pembelajaran yang cukup menarik,
menggabungkan dan menyampaikan sederhana dan menantang interaktif para

832
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

peserta didik. Program articulate engage dengan aktivitas peserta didik dalam
ini dapat digunakan untuk pembelajaran menggnakan media
mengembangkan beberapa logika atau pembelajaran articulate dalam metode
alur pembelajaran mulai dari yang bertipe pembelajaran problem based learning
linier hingga brancing. Program (PBL) berjalan dengan baik. Itu telihat
pembelajaran multimedia interaktif yang dari adanya peningkatan pembelajaran
telah dibuat melalui articulate engage pada setiap pertemuannya, sehingga
rasanya tidak sempurna jika tidak dapat dikatakan tidak ada kendala yang
didampingi oleh beberapa instrument bearti yang didalami peneliti selama
assessment hasil pembelajaran. Maka, melakukan pembelajaran. Sebelumnya
untuk kepentingan membangun soal-soal pembelajaran ini dapat dikelola dengan
dengan articulate ini dapat digunakan menyiapkan dulu database materi
articulate quizmaker. Program ini pembelajaran, sebagaimana dijelaskan
dikhususkan untuk membuat sejumlah dalam Darmawan, D. (2017) tentang
soal dengan logika penambahan jumlah pentingnya membangun Architecture
soal yang cukup mudah. Demikian juga Fedena Open Source ERP” For
dalam membangun logika untuk Educational Communication.
pertanyaan dan jawaban yang salah dan Pembelajaran dengan
betul cukup mudah, serta sistem menggunakan media pembelajaran
penskoran yang telah disediakan dan articulate dalam metode pembelajaran
tinggal di-setting untuk ketentuan problem based learning (PBL)
interval/ skala nilainya. memungkinkan untuk memelihara rasa
Sementara itu, dalam penelitian ingin tahu peserta didik melibatkan
Diana (2016:124) menyatakan dalam aktivitas pembelajaran sosiologi yang
metode problem based learning (PBL) dilakspeserta didikan dapat memberikan
peserta didik disuruh mencari solusi dari pengalaman konkrit bagi peserta didik.
masalah dengan mencari, memahami dan Selain itu, menurut Gaer (1998) bahwa
memperluas materi untuk memperkaya pembelajaran berbasis masalah dapat
argumen dari solusi yang diambil, jadi memberikan pengalaman belajar yang
peserta didik yang berperan aktif menarik dan bermakna bagi peserta didik.
sehingga kemampuan berpikir kreatif Hal ini didukung oleh Darmawan
peserta didik meningkat. Hal ini dapat (2015:38), media pembelajaran berbasis
dilihat dalam penelitian ini bahwa Peserta komputer dalam hal ini articulate
didik kelas eksperimen terlihat senang memiliki nilai lebih dibading media cetak
dalam pembelajaran sosiologi dengan biasa karena mampu mengaktifkan
media pembelajaran articulate dalam peserta didik untuk belajar, rasa
metode pembelajaran problem based ketertarikan terhadap sistem multimedia
learning (PBL) yang diberikan. media yang mampu menyuguhkan teks, gambar,
pembelajaran articulate dalam metode video, suara dan animasi. Secara bersama
pembelajaran problem based learning oleh peserta didik di alami mampu
(PBL) juga membuat mereka lebih aktif menyerap pembelajaran dan
di kelas untuk mengikuti pembelajaran mempresentasikan dapat
sehingga bias lebih percaya diri dan lebih mengembangkan keterampilan berpikir
berani mengungkapkan gagasan- peserta didik.
gagasannya. Berdasarkan kegiatan penelitian
Dari hasil observasi dapat yang dilakspeserta didikan dan
disimpulkan bahwa setiap aspek aktivitas kemampuan berpikir kreatif yang
guru dan siswa beralan baik. Begitu juga diperoleh maka dapat dikatakan proses

833
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

pembelajaran sosiologi dengan b. Kelemahan pembelajaran Sosiologi:


menggunakan media articulate dalam 1. Keterbatasan waktu sehingga
metode pembelajaran problem based tidak ada pemantauan terhadap
learning memiliki kelebihan dan aktivitas berpikir kreatif. Selain
kelemahan, antara lain: itu, tidak semua kelompok peserta
a. Kelebihan pembelajaran Sosiologi: didik mempresentasikan hasil
1. Penayangan gambar tentang tugas karena keterbatasan waktu
perubahan sosial dalam sosiologi yang tersedia.
yang diberikan diawal 2. Beberapa kendala lainnya saat
pembelajaran membuat peserta penelitian ini dilakukan, ketika
didik mengkonstruksi peserta didik belajar dalam
pengetahuannya sendiri dengan kelompok dan beberapa peserta
melakukan aktivitas yang didik yang mengobrol sehingga
dikondisikan oeh guru, sehingga waktu tidak bisa diefektipkan.
peserta didik ikut terlibat dalam Ketika melakukan presentasi,
pembelajaran. peserta didik pun masih terlihat
2. Adanya kerja kelompok akan gerogi.
memberikan kesempatan kepada Namun jika dilihat dari proses
setiap peserta didik untuk dapat pembelajaran berlangsung peserta didik
bertukar pemahaman, pendapat, terlihat lebih aktif dan kreatif dalam
pikiran dan gagasan baik antar mengeluarkan gagasan-gagasan
peserta didik maupun peserta berpikirnya dalam proses tanya jawab
didik dengan guru, sehingga saat presentasi kelompok. Peningkatan
pembelajaran semakin bermakna kemampuan berpikir kreatif yang lebih
bagi peserta didik itu sendiri. baik secara umum ditunjukan oleh kelas
3. Proses pembelajaran melibatkan eksperimen. Bukanlah hasil berpikir
proses mental peserta didik secara spontan, tetapi terjadi melalui proses
maksimal bukan hanya menuntut yang simultan. Hal ini sejalan dengan
peserta didik sekedar mencatat, teori Wallas (Munandar, 2014) bahwa
tetapi menghendaki aktivitas proses kreatif meliputi empat tahap,
peserta didk dalam proses yaitu: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan
berpikir. ferivikas. Menurut Wallas pada tahap
4. Realistik, berorentasi pada belajar pertama, seseorang mempersiapkan diri
aktif memecahkan masalah riil, untuk memecahkan masalah dengan
yang memberi kontribusi pada belajar berpikir, menemukan jawaban,
pengembangan kemampuan bertanya kepada orang lain. Pada tahap
berpikir. kedua, kegiatan menghimpun data,
5. Meningkatkan aktivitas peserta informasi tindak lanjut. Tahap ketiga.
didik dalam proses pembelajaran Timbul inspirasi atau gagasan baru
di kelas karena mengedepankan berupa proses psikologi yang mengawali
sosiologi peserta didik dan guru dan mengikuti munculnya
sebagai pembimbimg dan partner inspirasi/gagasan baru. Dan pada tahap
belajar. keempat, idea atau kreasi baru tersebut
6. Belajar kolaboratif yang memberi harus diuji terhadap realitas yang
peluang peserta didik saling memerlukan pemikiran kritis dan
membelajarkan yang akan konvergen.
meningkatkan kemampuan Laporan presentasi depan kelas
berpikir kreatif. yang dilakukan peserta didik termasuk

834
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

produk kreatif, walaupun tidak semua kegiatan menghimpun data, informasi


yang disampaikan peserta didik tindak lanjut. Tahap ketiga, timbul
merupakan ide gagasan mereka sendiri, inspirasi atau gagasan baru berupa proses
ada gagasan orang lain tapi dilingkungan psikologis yang mengawali dan
kelas mereka itu merupakan sesuat yang mengikuti munculnya inspirasi/gagasan
baru. Sebagaimana yang dikatakan oleh baru. Tahap keempat, ide atau kreasi baru
Supardan (2000:33) bahwa tidak harus tersebut harus diuji terhadap realitas yang
keseluruhan produk kreatif itu baru, memerlukan pemikiran kritis, kreatif dan
melainkan bisa juga materi-materinya konvergen.
sudah lama ada sebelumnya. Dengan Penerapan multimedia dan model
metode problem based learning, peserta pembelajaran berdasarkan masalah
didik mencari solusi dari masalah dengan membutuhkan pengelolaan kelas yang
mencari, memahami, dan memperluas baik, persiapan guru harus lebih karena
materi untuk memperkaya argumentasi harus menyiapkan informasi atau fakta-
dari solusi yang diambil, jadi peserta fakta permasalahan yang akan
didik berperan aktif ini menunjukan disampaikan kepada peserta didik
adanya peningkatan kemampuan berpikir sehingga diperlukan perencanaan
kreatif peserta didik. Demikian juga kegiatan pembelajaran agar penggunaan
kemampuan peserta didik akan waktu dalam pembelajaran lebih efektif.
meningkat kepada aspek analisis dan Pembelajaran PBL memerlukan motivasi
sistesis terhadap materi pelajaran selama yang tinggi, penguasaan materi dan sintak
di kelas. (Darmawan, D. dkk 2017). pembelajaran berhasil dilaksanakan
Dimana peserta didik yang tadinya tidak dalam kelas. Masalah kontektual yang
dapat mengembangkan atau memperluas disajikan melalui media aplikasi
argumen dari suatu jawaban menjadi articulate dapat memicu konflik kognitif
dapat berpendapat dan berargumen peserta didik dan bisa merangsang untuk
dengan lancar. Peserta didik yang meningkatkan kemampuan berpikir
kerjanya hanya ribut saja di kelas dengan kreatif, melatih kejujuran dan sikap
mengobrol atau bercanda, atau peserta bertanggung jawab agar hasil belajar
didik yang kerjanya melamun dan tertidur meningkat.
dikelas menjadi terpaksa atau dengan Berdasarkan pemaparan di atas
sukarela harus berpikir untuk dapat kita tarik kesimpulan bahwa
mengerjakan tugas karena guru akan pembelajaran dengan media
mengawasinya. pembelajaran articulate dalam metode
Peningkatan kemampuan berpikir pembelajaran problem based learning
kreatif yang lebih baik secara umum (PBL) merupakan metode pembelajaran
ditunjukan oleh kelas eksperimen, alternatif dalam pembelajaran Sosiologi
bukanlah hasil berpikir spontan, tetapi untuk meningkatkan kemampuan
terjadi melalui proses yang simultan. Hal berpikir kreatif peserta didik. Hal ini
ini sejalan dengan teori Wallas sesuai dengan kondisi sekarang dalam era
(Munandar, 2009) menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi pada
proses kreatif meliputi empat tahap yaitu: abad 21 ini berkembang amat pesat,
persiapan, iluminasi, dan verivikasi. seiring dengan kondisi tersebut dalam
Menurut Wallas tahap pertama, kurikulum 2013 guru dituntut untuk
seseorang menyiapkan diri untuk mampu membangun strategi kognitif
memecahkan masalah dengan belajar peserta didik untuk memiliki kemampuan
berpikir, menemukan jawaban, bertanya berpikir kritis dan kreatif, sama halnya
kepada orang lain. Pada tahap kedua, dengan yang di utarakan oleh Surya

835
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

(2016:117) berpikir merupakan suatu perlakuan Media pembelajaran


proses mental dalam mengeksplorasi peta articulate dalam metode
pengalaman yang merupakan satu pembelajaran problem based
keterampilan bertindak dengan learning dengan kemampuan
kecerdasan sebagai sumber daya berpikir kreatif peserta didik pada
penalaran. Berlangsungnya proses kelas Kontrol yang menggunakan
berpikir melalui pengamatan, ingatan, metode pembelajaran ceramah
pembentukan konsep, pemberian dalam pembelajaran Sosiologi
respons, menganalisis, membandingkan, pada pengukuran akhir (post-test).
imajinasi dan penimbangan. Secara tegas
dalam penelitiannya dijelaskan mengenai 2. Rekomendasi
kemampuan mengolah informasi dalam Terdapat perbedaan kemampuan
diri individu (intrapersonal) selama berpikir kreatif peserta didik antara kelas
proses pembelajaran secara eksperimen dengan kelas Kontrol setelah
Biocommunication (Darmawan, menggunakan Media pembelajaran
D.,(2012). articulate dalam metode pembelajaran
problem based learning dalam
E. KESIMPULAN DAN pembelajaran Sosiologi materi perubahan
REKOMENDASI sosial di SMAN 2 Garut. Berdasarkan
temuan tersebut, ada beberapa
1. Simpulan rekomendasi yang berkaitan dengan
Berdasarkan hasil analisis data, proses pembelajaran yaitu:
hasil temuan, dan pembahasan yang telah a) Media pembelajaran articulate
dikemukakan dapat ditarik kesimpulan dalam metode pembelajaran
sebagai berikut: problem based learning dapat
a) Terdapat perbedaan kemampuan digunakan sebagai metode
berpikir kreatif peserta didik pada alternative dalam pembelajaran
kelas Kontrol Perbedan Sosiologi bagi guru dalam
kemampuan berpikir kreatif menyempurnakan proses
peserta didik pada kelas Kontrol pembelajaran.
setelah pembelajaran mengalami b) Kompetensi dasar yang akan
peningkatan walaupun tidak diajarkan dengan Media
setinggi pada kelas eksperimen. pembelajaran articulate dalam
b) Terdapat perbedaan kemampuan metode pembelajaran problem
berpikir kreatif peserta didik based learning harus benar-benar
dalam pembelajaan Sosiologi dipilih.
pada kelas eksperimen yang diberi c) Media pembelajaran articulate
perlakuan menggunakan media dalam metode pembelajaran
pembelajaran aplikasi articulate problem based learning sekiranya
dalam metode pembelajaran perlu disosialisasikan atau bahkan
problem based learning pada diberikan pelatihan media
pengukuran awal (pre-test) pembelajaran articulate kepada
dengan pengukuran akhir (post- guru sehingga pada saat
test). pelaksanaan setiap fase pada
c) Terdapat perbedaan peningkatan pembelajaran Sosiologi berbasis
kemampuan berpikir kreatif problem dapat terlaksana sesuai
peserta didik pada kelas rencana.
eksperimen yang mendapat

836
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

d) Proses penggunaan media kurikulum 2013. Bandung: PT.


pembelajaran articulate dalam Refika Aditama.
metode pembelajaran problem Al Muchtar, S., (2000). Pengembangan
based learning sebaiknya guru Kemampuan Berpikir dan Nilai
merancang secara matang supaya dalam Pendidikan IPS. Bandung:
tidak terjadi kesalahan pertahapan Gelar Pustaka Mandiri.
pembelajaran sehingga Arifin, Z., (2016). Evaluasi
pembelajaran dengan Pembelajaran. Cetakan
menggunakan metode problem Kedelapan. Bandung: PT Remaja
based learning dapat belajar Rosdakarya.
dengan lancar dan dapat Arsyad, A., (2013). Media Pembelajaran.
meningkatkan keampuan berpikir Jakarta: Raja Grafindo Persada.
kreatif lebih tinggi lagi. Baharudin & Wahyuni, E.N., (2012).
e) Upaya penyediaan sarana dan Teori Belajar dan Pembelajaran.
prasarana di sekolah seyogyanya Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia.
dapat diperhatikan oleh pihak Darmawan, D., (2014). Inovasi
sekolah dalam mendukung Pendidikan Pendekatan Praktik
kelancaran proses belajar mengajar Teknologi Multimedia dan
berbasis multimedia aplikasi pembelajaran Online. Cetakan
articulate yang dilaksanakan oleh ketiga Bandung: PT Remaja
guru dapat berjalan sesuai dengan Rosdakarya.
harapan. ------------------ (2015). Teknologi
f) Pembelajaran dengan Pembelajaran. Cetakan keempat
menggunakan aplikasi media Bandung: PT Remaja Rosdkarya.
articulate dalam metode problem Darmawan, D. (2017). Architecture
based learning memerlukan waktu Fedena Open Source ERP” For
yang relative lama dalam proses Educational Communication.
belajarnya, sehingga guru Germany: Lambert Academic
hendaknya membuat perencanaan Publishing Germany.
yang matang sebelum diterapkan di Darmawan, D.(2013). Metode Penelitian
kelas, agar proses pembelajaran Kuantitatif. Bandung : Remaja
berjalan sesuai dengan alokasi Rosdakarya
waktu yang diharapakan. Darmawan, D. (2012). Pendidikan
g) Penggunakan aplikasi media Teknologi Informasi dan
articulate dalam metode problem Komunikasi. Bandung. PT Remaja
based learning diharapkan dapat Rosdakarya.
menjadi sarana bagi peserta didik Darmawan, D. (2013). Teknologi
dalam menggapai prestasi dan hasil Pendidikan. Bandung: Remaja
belajar yang memuaskan, dapat Rosdakarya.
mengefektifkan komunikasi antara Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W.J.,
peserta didik dan guru terutama Hufad, A., (2017). Efforts to Know
dalam hal penyampaian materi agar the Rate at which Students Analyze
mudah dipahami peserta didik. and Synthesize Information in
Science and Social Science
F. REFERENSI Disciplines: A Multidisciplinary
Bio-Communication Study, OnLine
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Journal of Biological Sciences,
Pembelajaran Dalam Konteks

837
JTEP-Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

Volume 17, Number 3 (2017) pp Munandar, S.C.U., (1988). Kreativitas


226-231. dalam Pekerjaan. Jakarta:
Darmawan, D., Harahap, E. (2016). Pustaka Sinar Harapan.
Communication Strategy For ----------------------- (2009).
Enhancing Quality of Graduates Mengembangkan Kreativitas
Nonformal Education Through Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Computer Based Test (CBT) in West Cipta.
Java Indonesia, International ----------------------- (2014). Kreativitas &
Journal of Applied Engineering kebakatan: strategi mewujudkan
Research, Volume 11, Number 15 potensi kreatif & Bakat. Jakarta:
(2016) pp 8641-8645. Gramedia Pustaka Utama.
Darmawan, D., Kartawinata, H., Sundayana. Rostina, (2016). Statistika
Astorina, W. (2017). Development Penelitian Pendidikan. Bandung:
of Web-Based Electronic Learning Alfabeta
System (WELS) in Improving the Sugiono. (2016). Metode Penelitian
Effectiveness of the Study at Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Vocational High School “Dharma Bandung: Alfabeta.
Nusantara. Journal of Computer Surya. M., (2015). Psikologi Guru
Science 2018, 14 (4): 562.573. DOI: Konsep dan Aplikasi. Bandung:
10.3844/jcssp.2018. 562.573. Alpabeta.
Darmawan, D.,(2012). Biological Warsono. (2017). Pembelajaran Aktif.
Communication Behavior through Bandung: Remaja Rosdakarya.
Information Technology
Implementation in Learning
Accelerated. Int. J. Communications,
Network and System Sciences, 2012,
5, 454-
462http://dx.doi.org/10.4236/ijcns.2
012.58056.
Darmawan, D. (2012). Biological
Communication Through ICT
Implementation: New Paradigm in
Communication and Information
Techn ology for Accelerated
Learning. Germany: Lambert
Academic Publishing Germany
Darmawan, D. (2011). Teknologi
Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Darmawan, D. .(2013). Desain dan
Pemograman Website. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Darmawan, D. .(2014). Pengembangan E-
Learning Teori dan Desain. Bandung :
PT Remaja RosdakaryaKomalasari, K.
(2010). Pembelajaran Kontekstual;
Konsep & Aplikasi. Bandung: Refika
Aditama.

838

Anda mungkin juga menyukai