Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

21. Pengertian Kurikulum

Secara Umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan disekolah.
Kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum menurut para pakar pendidikan sebagai
berikut :

1. Franklin Bobbt (1918)

Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah
untuk membentangkan individual anak didik.

2. Hollins Caswell (1935)

Kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai proses dan
prosedur untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan

3. Ralph Tyler (1857)

Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Robert Gagne (1967)

Kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa
sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
5. Michael Schiro (1978)

Kurikulum adalah sebagai proses pengembangan anak didik yang diharapkan terjadi
dan digunakan dalam perencanaan. Jadi Kurikulum merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang urutan isi, serta proses
pendidikan.

2.2 Asas Dalam Pendidikan

Menurut Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan yaitu :

Asas kemerdekaan; Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi bukan kebebasan
yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan yang dituntun oleh kodrat alam, baik
dalam kehidupan individu maupun sebagai anggota masyarakat. Asas kodrat Alam; Pada
dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas
dari aturan main (Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk
berkembang secara wajar menurut kodratnya.

Asas kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti kebudyaan luar yang
telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap
menjadi acauan utama (jati diri). Asas kebangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan
satu dalam suka dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,
menciptakan keserasian dengan bangsa lain. Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia
yang manusiawi sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

2.3 KURIKULUM 1964

Kurikulum Pendidikan 1964 Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Di penghujung era Presiden
Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Kurikulum kali ini diberi
nama dengan Rentjana pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964
adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini
mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan
(problem solving). Kurikulum 1964 ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, sehingga
yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, keprigelan (keterampilan) dan jasmani.
Konsekuensi Panca Wardhana dalam dunia pendidikan sangat jelas. Kurikulum harus diarahkan
untuk mengembangkan kualitas yang dinyatakan dalam Panca Wardhana dalam semangat
Manipol-USDEK.

Tujuan pendidikan berubah dari menghasilkan manusia yang susila dan demokratis
menjadi manusia susila yang sosialis dan pelopor dalam membela Manipol- USDEK. Perubahan
yang sangat menonjol dalam kurikulum adalah adanya mata pelajaran Civics yang diarahkan
untuk pembentukan warga negara yang bercirikan Manipol-USDEK. Civics menjadi mata
pelajaran yang mengemban pendidikan ideologi bangsa dan ini merupakan awal dari pendidikan
ideologi dalam kurikulum. Mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang berisikan materi
pelajaran yang sangat ditentukan oleh ideologi dan politik. Pada saat itu pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik
untuk pembekalan pada jenjang SD. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.

Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada hari
Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan
permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia
pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tahun
1960. Hal yang perlu dipahami adalah sampai dengan tahun 1960-an tujuan pendidikan nasional
seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 Undang-Undang No. 12
Tahun 1954, dan pada era Demokrasi Terpimpin dalam penetapan Presiden. Dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1954 tujuan pendidikan nasional adalah “membentuk manusia
Indonesia yang susila dan cakap serta bertanggung jawab”. Adapun dalam era Demokrasi
Terpimpin tekanannya pada pembentukan manusia Pancasila dan manusia sosialis Indonesia.

Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep pembelajaran yang
bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing
anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving). Rencana
Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya
cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.
Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu:

1. Kelompok perkembangan moral


2. Kecerdasan
3. Emosional/artisitk
4. Keprigelan (keterampilan), dan
5. Jasmaniah.
Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Cara belajar dijalankan dengan
metode disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai
hari krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegiatan di bidang
kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah
alat untuk membentuk manusia pancasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti
pada ketetapan MPRS No II tahun 1960, yaitu:

1. Pendidikan sebagai pembina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak tinggi.


2. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan.
3. Pendidikan sebagai lembaga pengembang Kebudayaan Nasional.
4. Pendidikan sebagai lembaga pengembang ilmu pengetahuan, teknik dan fisik/mental.
5. Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi


kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi
kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100. Kurikulum 1964 bersifat separate subject
curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima kelompok bidang studi
(Pancawardhana). Struktur program berdasarkan kurikulum ini, yaitu:
I. Pengembangan Moral

1. Pendidikan kemasyarakatan

2. Pendidikan agama/budi pekerti

II. Perkembangan kecerdasan

3. Bahasa Daerah

4. Bahasa Indonesia

5. Berhitung

6. Pengetahuan alamiah

III. Pengembangan emosional/artistik

7. Pendidikan kesenian

IV. Pengembangan keprigelan

8. Pendidikan keprigelan atau keterampilan

V. Pengembangan jasmani

9. Pendidikan jasmani dan kesehatan

2.4 Analisis Kurikulum

Kurikulum Pendidikan 1964 Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di Indonesia. Di penghujung era Presiden
Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Kurikulum kali ini diberi
nama dengan Rentjana pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964
adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini
mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan
(problem solving).
2.5 KEKURANGAN KURIKULUM 1964

Masih sentralistik (sistem masih diatur oleh pusat/pemerintah) jadi tiap satuan pendidikan
tidak dapat mengatur sistem pendidikannya secara mandiri. Jumlah pelajarannya hanya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1964 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

2.6 KELEBIHAN KURIKULUM 1964

Bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik


untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keprigelan, dan jasmani. Perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1964
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama.

Anda mungkin juga menyukai