Anda di halaman 1dari 5

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

UNTUK MENGEMBANGKAN LIBERTENSI


PADA MATA PELAJARAN IPS
Abdul Cholik
SMP Negeri 2 Padalarang
e-mail: abdulcholik71@gmail.com dan abdulcholik70@guru.smp.belajar.id

Abstrak:
Key Words:
Praktik baik ini dilaksanakan untuk mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka; proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
Berdiferensiasi; sehingga tuntutan Kurikulum Merdeka bisa tercapai.
Kompetensi Diawali dari menganalisis lingkungan belajar yang ada di
SMP Negeri 2 Padalarang, mempelajari perkembangan
kurikulum, melakukan sebuah aksi dan diakhiri dengan
melakukan refleksi.
SMP Negeri 2 Padalarang berada di wilayah lingkungan
yang dekat dengan pusat perkotaan Kabupaten Bandung
Barat dan memiliki jumlah peserta didik yang sangat
banyak dengan karakteristik heterogen, latar belakang
orang tua mayoritas berada dikalangan ekonomi menengah
ke bawah, selain itu mayoritas guru masih banyak yang
memandang kalau semua peserta didik itu sama dalam hal
belajar. Dengan diterapkannya Kurikulum Merdeka
menuntut ada perubahan dalam proses pembelajaran yang
lebih berpusat pada peserta didik.
Diawali dengan menentukan topik pembelajaran, menyusun
dan melaksanakan tes diagnostik, menyusun perangkat
pembelajaran, melakukan pembelajaran, dan diakhiri
dengan refleksi dapat diketahui berbagai potensi yang
dimiliki oleh setiap peserta didik. Dengan proses ini peserta
didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
sehingga proses pembelajaran menjadi sebuah kegiatan
yang menyenangkan bagi setiap peserta didik.
Bagi penulis, proses ini bisa mengembangkan lingkungan
belajar berbasis kompetensi (libertensi), yaitu lingkungan
belajar yang mengembangkan potensi setiap peserta didik
dalam kelompoknya. Dampak lain dari proses ini
berpengaruh kepada rekan guru lain untuk mencoba
mempraktikkannya, sehingga penerapan Kurikulum
Merdeka di SMP Negeri 2 Padalarang bisa lebih
berkembang.
A. PENDAHULUAN
SMP Negeri 2 Padalarang merupakan sekolah yang secara geografis
terletak di sekitar pusat wilayah Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah
peserta didik yang relatif banyak. Masyarakat sekitar wilayah sekolah sangat
heterogen, baik secara sosial maupun ekonomi yang rata-rata berada di
menengah ke bawah. Hal ini berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta
didik dan juga terhadap perkembangan lingkungan sekolah.
Selama ini dalam hal proses pembelajaran masih ada guru di SMP Negeri
2 Padalarang yang memandang murid itu memiliki kebutuhan yang sama,
kurang memperhatikan motivasi, bakat dan minat murid ketika akan belajar
serta masih ada yang berasumsi kalau belajar itu hanya di dalam kelas. Peserta
didik masih dipandang seperti gelas kosong yang harus diisi dengan berbagai
pengetahuan oleh guru, sehingga dalam prosesnya guru masih dianggap paling
hebat dalam penguasaan materi.
Dengan diberlakukannya kurikulum merdeka guru harus mampu
mempraktikkan salah satu point utama dalam kurikulum ini yaitu
pembelajaran berdiferensiasi yang dalam proses pembelajarannya memandang
murid memiliki kesiapan dan kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Proses
mengakomodir kebutuhan belajar siswa melalui pembelajaran berdiferensiasi
oleh guru untuk memfasilitasi peserta didik sesuai dengan kebutuhannya,
karena setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. (Agus Purwowidodo, 2023)

B. PERMASALAHAN
Tantangan yang dihadapi dalam melakukan kegiatan ini diantaranya
adalah kebiasaan guru (termasuk penulis) dan murid dalam belajar, serta proses
pengaturan waktu untuk bisa bekerjasama dengan rekan yang lainnya. Dalam
hal kebiasaan murid belajar, mereka masih terbiasa dengan pola belajar yang
ada di Sekolah Dasar, masih terbiasa dengan pola-pola lama yang cukup
belajar melalui penjelasan dari guru, begitu pula dengan cara mengajar yang
dilakukan oleh guru masih menggunakan cara-cara yang dianggap belum
sesuai dengan perkembangan zaman, termasuk didalammnya belum
memfasilitasi kebutuhan dan keinginan murid dalam belajar. Selain itu juga
pembelajaran berdiferensiasi ini masih dianggap sesuatu yang booming.
Untuk meminimalisir tantangan ini dilakukan kerjasama dengan
pengawas pembina, kepala sekolah, begitu pula dengan rekan guru yang lain,
walaupun ada hambatan dalam hal waktu untuk bekerjasamanya. Selain
kerjasama, juga belajar mandiri dalam memahami kurikulum merdeka terlebih

3
khusus tentang pembelajaran berdiferensiasi, yang secara kebetulan materi ini
didapatkan pada saat mengikuti Program Guru Penggerak.

C. PEMBAHASAN
Langkah yang dilakukan dalam praktik baik ini diawali dengan
mempelajari tentang perkembangan kurikulum terutama tentang pembelajaran
berdiferensiasi dan tes diagnostik dengan cara mengikuti berbagai pelatihan,
buka-buka referensi, berdiskusi dengan rekan terutama dalam program guru
penggerak. Adapun pendekatan atau strategi yang dilakukan
yaitu melalui pendekatan personal dan pemanfaatan IT, dengan
cara : (1) melakukan tes diagnostik non kognitif yang
sederhana secara online, alasan dilakukan secara online karena
untuk memberikan kebebasan kepada murid untuk
memberikan jawaban atau informasi; (2) menyediakan media pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan atau motivasi murid, dan menyusun perangkat
pembelajaran yang memberikan gambaran adanya proses pembelajaran
berdiferensiasi; (3) melakukan PBM dengan materi pembiasaan melesetarikan
lingkungan; (4) selama PBM memanfaatkan lingkungan sekolah untuk
memfasilitasi kenyamanan murid dalam belajar.
Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan yaitu dalam
proses dan produk. Dalam hal pelaksanaan PBM, para murid
dikelompokkan berdasarkan kesiapan, motivasi dan bakat
belajar yang diperoleh dari hasil tes diagnostik, sehingga ada
kelompok artikel atau buku paket, kelompok gambar dan kelompok video.
Karena kelompoknya heterogen maka media yang digunakannya juga berbeda.
Proses pembelajarannya dilakukan di luar kelas sesuai dengan kenyamanan
yang dirasakan oleh peserta didik; (5) untuk berdiferensiasi produknya, setiap
kelompok diminta untuk membuat hasil karya tentang cara melestarikan
lingkungan dalam bentuk sesuai dengan bakat masing-masing kelompok
belajar. Sehingga didapatkan produk tentang pemanfaatan
lingkungan dalam bentuk tulisan dari kelompok artikel, dalam
bentuk gambar dari kelompok gambar dan bentuk video dari
kelompok video; (6) di akhir pembelajaran dilakukan penilaian
dan refleksi. Rubrik penilaian proses yaitu keaktifan dan
kerjasama, sedang untuk produk rubrik penialiannya
disesuaikan dengan produk dari tiap kelompok. Produk bentuk tulisan aspek
yang dinilai yaitu kejelasan tulisan dan ketepatan dengan materi, produk
bentuk gambar aspek yang dinilai kejelasan gambar dan ketepatan dengan
materi, sedangkan produk dalam bentuk gambar aspek yang dinilai yaitu
kreativitas dan ketepatan dengan materi.

Gambar Proses Pembelajaran – Sumber Dokumen Pribadi

D. HASIL
Temuan yang bisa penulis sampaikan dari hasil praktik pembelajaran
berdiferensiasi ini, bisa dilihat pada tabel dan gambar berikut ini:

Tabel Hasil Pembelajaran di Kelas 7 G

Refleksi Hasil Belajar


Biasa Tidak
Senang
Saja Senang
34 6 0

Gambar Dokumen Pribadi

5
Dari data ini dapat diketahui 44% mengembangkan potensinya melalui
video, 29,4% orang melalui artikel, 17,6% orang melalui buku paket, dan 8,8%
orang melalui gambar. Kemudian 85% merasa senang dalam
belajar dan 15% merasa biasa-biasa saja. Selain dari itu bisa
juga dilihat hasil karya peserta didik dalam bentuk video,
seperti dalam barkode ini.

E. KESIMPULAN
Setelah melakukan kegiatan ini ada rasa kepuasan dengan melihat
perubahan cara belajar murid yang mampu menunjukkan kesenangan dan
keseriusannya dalam belajar, serta dibuktikan dengan berbagai hasil karya
murid sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan hasil karya
inilah sebagai bukti adanya pengembangan Lingkungan Belajar Berbasis
Kompetensi atau Libertensi. Selain itu ada respon positif dari pengawas dan
kepala sekolah, terutama dari rekan sejawat yang beda mata pelajaran untuk
mempraktekan strategi ini dalam pembelajarannya.
Faktor keberhasilan strategi ini diantaranya adalah terciptanya
kerjasama, murid senang dalam belajar dan dapat mengembangkan
keterampilan yang dimiliki oleh murid. Sebagai refleksi, (1) praktik baik ini
dibagikan karena membawa dampak baik dalam pelaksanaan PBM, (2) dalam
pelaksanaannya yang harus diperhatikan adalah pada saat penyusunan tes
diagnostik dan pengawasan yang lebih pada saat PBM.

F. BIODATA
Abdul Cholik, lahir di Bandung 1971, setelah lulus dari
SPGN 1 Cimahi melanjutkan kuliah di IKIP Bandung
Jurusan FPIPS-Sejarah dan lulus tahun 1996. Dari tahun 1998
mengampu mata pelajaran IPS di SMPN 2 Padalarang. Tahun
2004 sebagai finalis LKG tk. Nasional, 2009 sebagai
Peringkat 1 Guru Berprestasi tingkat KBB dan peringkat 6
Guru Berprestasi tk. Provinsi. Tulisan yang pernah di tulis mulai dari Latihan
Soal Ebtanas (2000), Intisari Materi Ebtanas (2000), Buku Pengetahuan Sejarah
(2004), IPS Terpadu (2005), Atlas Sejarah Indonesia (2008), Memahami IPS
Kelas 1, 2 dan 3 (2009), IPS Kelas VII (2014), Buku IPS Berbasis Perpajakan
(2015) dan Buku Masa Depan Mapel IPS Kelas VII (2018). Aktif dalam
kegiatan sosialisasi perubahan kurikulum sebagai nara sumber dan fasilitator
sejak KBK, KTSP, Kurtilas dan Kurikulum Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai