Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH TUGASTERSTRUKTURPADAPEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH TERHADAKTIVITAS DAN HASIL


BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP WAHYU
MAKASSAR

Dewi Safitri
Dewisafitri30987@gmail.com
Muhammadjufri@unm.ac.id dan Muddin_wbk02@yahoo.com

Abstrak: Pengaruh Tugas Terstruktur Pada Pembelajaran Berbasis Masalah


Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas VII SMP
Wahyu Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) untuk mengetahui pengaruh tugas terstruktur pada
Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) terhadap aktivitas belajar
IPA siswa kelas VII SMP Wahyu Makassar, (2) untuk mengetahui pengaruh tugas
terstruktur pada Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
VII SMP Wahyu Makassar. Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi
experiment). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Wahyu
Makassar semester genap tahun ajaran 2014/2015. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak (Random sampling) dan didapatkan dua dari empat rombongan belajar yang
mempunyai karakteristik yang sama (bersifat homogen) sehingga didapatkan rombongan
belajar VII B sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 30 siswa dan VII A sebagai kelas
eksperimen yang terdiri dari 30 siswa. Analisis data dalam peneitian ini menggunakan
analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan uji hipotesis yaitu Uji-t
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik untuk aktivitas diperoleh nilai signifikansi 0,000 <
0,05 berarti H0 ditolak atau H1 diterima dan hasil statistik untuk hasil belajar siswa
diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05, berarti H 0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini
menjelaskan bahwa Tugas terstruktur pada Pembelajaran Berbasis Masalah berpengaruh
secara signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Kata kunci: Tugas Terstruktur, Pembelajaran Berbasis Masalah, Aktivitas, Hasil Belajar.

Abstrack: The Influence of Structured Tasks in Problem Based Learning towards


Class VII Students’ Activities and Science Learning Outcomes at SMP Wahyu
Makassar

This research aims at examining (1) the influence of structured task in the problem based
learning towards class VII students’ activities at SMP Wahyu Makassar, (2) the influence
of structured task in the problem based learning towards class VII students’ learning
outcomes at SMP Wahyu Makassar. The kind of research is quasi experiment research.
The population in this research was all class VII students at SMP Wahyu Makassar of the
first semester of 2014/2015 academik year. The sampling technique used was random
sampling and obtained two of four study groups which had the same characteristics
(homogen), namely study group VII B as the control class and VII A as the experiment

Page 1
class. The data analysis in this research used descriptive-statistic analysis and inferensial-
statistic analiysis with hypothesis test t-test at significance 0,05. The result of statistical
test for the activity obtained significance value 0.005 < 0,05 meaning that Ho was
rejected or H1 was accepted. This indicated that structured tasks in Problem Based
Learning was gave significant influence to the students’ activities and learning outcomes.

Keywords: structured tasks, problem based learning, activities, students learning


outcomes.
PENDAHULUAN Pengetahuan, keterampilan, dan
Pendidikan merupakan suatu sikap yang diperoleh di bangku sekolah
kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi seringkali tidak memadai lagi untuk
dalam kehidupan bermasyarakat, memenuhi syarat dalam pekerjaan. Subjek
berbangsa dan bernegara. Maju tidaknya didik akan selalu dihadapkan pada situasi
suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas dan dinamika kehidupan yang terus berubah
pendidikan bangsa itu sendiri. Tingkat dan berkembang. Situasi kehidupan dewasa
kompleksitasnya masalah kehidupan, ini sudah semakin kompleks. (Sagala,
menuntut sumber daya manusia yang 2009).
handal dan berkompeten. Selain itu, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
pendidikan merupakan wahana sebagai Wahyu Sulawesi Selatan merupakan salah
penghasil sumber daya manusia yang satu sekolah pendidikan formal yang
bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu memenuhi standar nasional. Berdasarkan
hal yang statis, melainkan hal yang hasil observasi yang dilakukan di SMP
dinamis sehingga menuntut adanya suatu Wahyu Makassar ditemukan masalah dalam
perubahan atau perbaikan (Mulyanratna & proses pembelajaran. Pembelajaran masih
Aldila, 2013). cenderung berpusat pada guru seharusnya
Pendidikan erat kaitannya dengan
pembelajaran berorientasi pada siswa
sistem pembelajaran yang di gunakan, baik
(student centered). Proses pembelajaran
materi, anak didik dan, lingkungan.
seperti ini dianggap cara yang kurang tepat
Pembelajaran merupakan suatu rangkaian
diterapkan karena guru cenderung
kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu
mendominasi pembelajaran. Hal tersebut
diperolehnya hasil belajar siswa. (Asrori,
meyakinkan siswa hanya
2009).

Page 2
melakukan aktivitas sesuai keinginannya keterampilan berpikir, melainkan hanya
sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa sebuah proses pemindahan informasi dari
masih sangat kurang terutama mata guru ke siswa. Proses pembelajaran adalah
pelajaran IPA. Masalah tersebut berkaitan komponen penting yang menentukan hasil
dengan aplikasi siswa terhadap substansi dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini
pelajaran. Siswa masih sulit memusatkan menurut Taha (2008), bahwa proses
perhatiannya terhadap pembelajaran. pembelajaran di dalam kelas lebih banyak
Siswa tidak tekun mengerjakan tugas yang diarahkan kepada kemampuan untuk
diberikan oleh guru, malas, tidak menyukai menghafal informasi. Siswa dipaksa
suatu kegiatan pelajaran yang menantang, mengingat dan menumpuk berbagai
sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa informasi tanpa dituntut untuk memahami
kurang. informasi yang diingatnya itu dan
Dalam proses belajar mengajar, menghubungkannya dengan kehidupan
guru dituntut senantiasa berusaha agar sehari-hari. Akibatnya hasil belajar siswa
siswa mencapai hasil yang sebaik-baiknya. tidak optimal karena pintar dengan teori
Namun pada kenyataannya siswa tidak tetapi sangat kurang dalam aplikasi. Untuk
dapat mencapai hasil belajar sebagaimana itu perlu diterapkan metode dan model
yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran yang dapat digunakan oleh
nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) guru sebagai dasar untuk melaksanakan
yang diperoleh siswa. Nilai KKM yang kegiatan pembelajaran dengan baik
ditetapkan Sekolah SMP Wahyu Makassar sehingga dapat membantu meningkatkan
yaitu 70. Umumnya siswa belum mencapai aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu
nilai standar tersebut. Tidak tercapainya cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
ketuntasan belajar tersebut kemungkinan permasalahan pembelajaran adalah
di sebabkan oleh proses pembelajaran penerapan pembelajaran problem based
yaitu siswa tidak didorong untuk learning (PBL) dan metode pemberian
mengembangkan tugas terstruktur.

Page 3
Menurut Trianto (2010), Model menemukan pengetahuan baru bagi siswa,
pembelajaran Berbasis Masalah merupakan dapat meningkatkan aktivitas
suatu model pembelajaran yang didasarkan pembelajaran siswa, dapat
pada banyaknya permasalahan yang mengembangkan kemampuan siswa untuk
membutuhkan penyelidikan autentik yakni berpikir kritis.
penyelidikan yang membutuhkan Metode pemberian tugas
penyelesaian nyata dari permasalahan yang merupakan tugas atau pekerjaan yang
nyata. Problem Based Learning melibatkan sengaja diberikan kepada siswa yang harus
siswa dalam proses pembelajaan yang dilaksanakan dengan baik. Tugas itu
aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa. diberikan kepada siswa untuk memberi
Pengembangan kemampuan pemecahan kesempatan kepada mereka untuk
masalah dan kemampuan belajar mandiri menyelesaikan tugas yang didasarkan pada
yang diperlukan untuk menghadapi petunjuk langsung dari guru yang sudah
tantangan dalam kehidupan dan karier, dipersiapkan sehingga siswa dapat
dalam lingkungan yang bertambah menjalani secara nyata dan melaksanakan
kompleks sekarang ini. Pembelajaran dari awal sampai tuntas. Tugas yang
Berbasis Masalah dapat pula dimulai diberikan kepada siswa dapat diberikan
dengan melakukan kerja kelompok antar secara perseorangan atau kelompok.
Tugas merupakan metode
siswa. Siswa menyelidiki sendiri,
mengajar yang diberikan guru kepada
menemukan permasalahan, kemudian
siswa dengan tujuan membiasakan dan
menyelesaikan masalahnya di bawah
merangsang siswa tekun, rajin dan giat
petunjuk fasilitator (guru).
belajar. Pemberian tugas kepada siswa
Menurut Sutirman (2013).
memberikan kesempatan untuk
Pembelajaran Problem based learning
mendapatkan pengalaman yang lebih
(PBL) mempunyai kelebihan antara lain :
banyak agar kepribadian dan penalarannya
Teknik yang cukup bagus untuk lebih
berkembang.
memahami isi pelajaran, dapat menantang
Pemberian tugas merupakan sarana
kemampuan siswa serta memberikan
untuk menggairahkan siswa dalam belajar
kepuasan untuk menemukan
karena di dalamnya terdapat tugas-tugas
untuk mempelajari sesuatu yang kemudian

Page 4
harus dipertanggungjawabkan oleh siswa berbasis masalah kelas VII SMP Wahyu
kepada gurunya. Dengan pemberian tugas Makassar. (2) Untuk mengetahui pengaruh
berarti pula menganggap siswa bukan tugas terstruktur pada pembelajaran
hanya sebagai objek pendidikan tetapi juga berbasis masalah (Problem Based
sebagai subjek pendidikan yang harus Learning) terhadap hasil belajar IPA Siswa
mencari dan menyelesaikan permasalahan kelas VII SMP Wahyu Makassar.
yang dihadapinya dibawah bimbingan dan
pengarahan guru (Zunita, 2012). METODE
Penggunaan tugas terstruktur pada
Penelitian ini merupakan jenis
pembelajaran Problem Based Learning
penelitian eksperimen semu (quasi
diharapkan dapat membuat proses belajar
exsperiment). Yang bertujuan untuk
mengajar menyenangkan , efektif dan
mengetahui pengaruh tugas terstruktur pada
efisien. Tugas dapat memberi kesempatan
pembelajaran berbasis masalah terhadap
pada siswa untuk menerima informasi
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII
baru, mengaplikasikan, menganalisis,
SMP wahyu Makassar
bahkan mengevaluasi informasi. Hal ini
Desain penelitian yang digunakan
sesuai dengan penelitian Gunawan (2013),
dalam penelitian ini adalah pretest-postest
yaitu setelah dilakukan proses
control group design. Bentuk desain dalam
pembelajaran dengan menggunakan tugas
penelitian tersebut tertera pada Tabel 3.1
terstruktur, rata-rata hasil belajar siswa
Tabel 3.1 Desain Penelitian
tampak terdapat peningkatan lebih baik
Sampel Pretes Perlakuan Posttes
secara relatif dibandingkan dengan rata-
t t
rata sebelum mendapat perlakuan proses
VII A O1 X O2
pembelajaran. VII B O3 _ O4
Tujuan penelitian ini adalah : (1)
Untuk mengetahui pengaruh tugas Populasi dalam penelitian ini adalah
terstruktur pada pembelajaran berbasis seluruh rombongan belajar kelas VII SMP
masalah (Problem Based Learning) Wahyu Makassar tahun ajaran 2014/2015
terhadap aktivitas belajar IPA siswa kelas yang terdiri atas 4 rombongan belajar.

Page 5
belajar. Pemilihan sampel penelitian ini kontrol menggunakan model
dilakukan secara acak (Random pembelajaran langsung. (3) Tahap Evaluasi:
Sampling) dan didapatkan dua a) Mengumpulkan data hasil aktivitas siswa
rombongan belajar dari empat pada saat proses pembelajaran berlangsung,
rombongan belajar yang mempunyai dan hasil belajar siswa melalui tes hasil
karakteristik yang sama (bersifat belajar. b) Melakukan analisis terhadap
homogen). Untuk penentuan kelompok data yang diperoleh. Data tersebut
eksperimen dan kelompok pembanding dianalisis dengan dua macam teknik
(kontrol), juga dilakukan dengan acak analisis statistik, yaitu analisis deskriptif
sehingga didapatkan rombongan belajar dan analisis inferensial.
VII A sebagai kelompok eksperimen
dan VII B sebagai kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap-tahap yang akan a. Analisis Deskriptif Aktivitas Siswa
Data dari hasil observasi aktivitas
dilakukan dalam penelitian ini adalah:
siswa selama proses pembelajaran pada materi
(1) Tahap persiapan a) Meminta izin
“ Pencemaran Lingkungan’ yang diperoleh
kepada instansi yang terkait sehubungan
dengan mengunakan lembar observasi dapat
dengan penelitian yang diadakan. b) dilihat pada Tabel 4.1.
Menyusun instrumen pengumpulan data
yang berupa lembar pengamatan
aktivitas siswa dan tes hasil belajar.
Menyusun perangkat pembelajaran
berupa silabus dan RPP. (2) Tahap
pelaksanaan: Penelitian ini dilaksanakan
dengan 1 kali pertemuan untuk
pemberian pretest, 4 kali pertemuan
untuk proses belajar, dan I kali
pertemuan untuk pemberian tes hasil
belajar (posttest) untuk masing-masing
kelas. Untuk kelas eksperimen
menggunakan Problem Based Learning
disertai tugas terstruktur dan untuk
kelas

Page 6
Tabel 4.1 Aktivitas siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

NO Pembelajaran Langsung PBL Disertai Tugas Terstruktur


Item yang diamati % Item yang diamati %
1 Memperhatikan/mendengarkan 90,00 Memperhatikan/mendengarkan 90,83
penjelasan guru penjelasan guru
2 Mencatat penjelasan guru 73,33 Mencatat penjelasan guru 62,50
3 Menjawab pertanyaan
Berdasarkan guru 4.2, 26,67
Tabel yakni Menjawab pertanyaan guru 62,50
4 Membentuk kelompok sesuai 85,83 Membentuk kelompok sesuai 87,50
pengkategorian
arahan guru aktivitas siswa selama arahan guru
5 Melakukan kajian literatur 67,50 Melakukan kajian literatur 84,17
proses
6 pembelajaran
Bertanya pada kelas 34,17
tentang materi kontrol Bertanya tentang materi 78,33
yang kurang dimengerti yang kurang dimengerti
yang diajar dengan model pembelajaran
7 Berdiskusi dengan teman 67,50 Berdiskusi dengan teman 78,33
Kelompok
langsung, terlihat bahwa persentase siswa Kelompok
8 Melakukan presentasi/ 28,33 Melakukan presentasi/ 35,83
yang sangat aktifpertanyaan
memberikan sebanyakatau 10,00 %, aktif memberikan pertanyaan atau
tanggapan tanggapan
sebanyak 76,67kesimpulan
9 Membuat %, kurang aktif sebanyak
73,33 Membuat kesimpulan 88,33
10 Merangkum materi yang telah
%, dan tidak aktif 0,00 %.72,50
13,33 Dipelajari Akan Merangkum materi yang
Dipelajari
86,67

tetapi, pada kelas eksperimen yang diajar


dengan Berdasarkan
pembelajaranTabel 4.1, diperoleh
berbasis masalah yang mendapat respon paling sedikit adalah
informasitugasbahwa
disertai selama
terstruktur terlihat proses
bahwa memberikan pertanyaan atau tanggapan
pembelajaran
persentase siswa yangdengan model
sangat aktif 60,00%, yakni 35,83 %.
pembelajaran
aktif sebanyaklangsung,
36,67 %,aktivitas
kurangyangaktif Distribusi frekuensi aktivitas
paling banyak
sebanyak 3,33 %dilakukan oleh 0,00
dan tidak aktif siswa%. selama proses pembelajaran sebanyak
adalah ini memperhatikan/mendengarkan
Hal mengindikasikan bahwa empat kali pertemuan pada kelas
penjelasan guru
pembelajaran dengan
berbasis persentase
masalah disertai eksperimen maupun kelas kontrol dengan
90,00% terstruktur
tugas sedangkan aktivitas
lebih yang
mampu pengkategorian sangat aktif, aktif, kurang
mendapat respon
mengaktifkan siswapaling sedikit adalah
dibandingkan dengan aktif, dan tidak aktif, dapat dilihat pada
menjawab pertanyaan
pembelajaran langsung. guru yakni 26,67 Tabel 4.2
a.
%. Analisis Deskriptifaktivitas
Hasil observasi Hasil Belajar
siswaSiswa
yang
Analisis statistik deskriptif
diajar dengan model pembelajaran
dimaksudkan untuk mendeskripsikan
berbasis masalah disertai tugas terstruktur
tingkat pencapaian hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa aktivitas yang
yang diajar dengan model pembelajaran
paling banyak dilakukan oleh siswa
langsung. Hasil analisis statistik
adalah memperhatikan/ mendengarkan
deskriptif dilihat berdasarkan skor hasil
penjelasan guru dengan persentase 90,83
belajar sebelum dan sesudah siswa diajar
% sedangkan aktivitas yang mendapat
dengan model pembelajaran langsung
respon paling sedikit adalah memberikan
pada materi “pencemaran lingkungan “
Page 7
dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Nilai hasil belajar siswa yang
“pencemaran lingkungan“ dapat dilihat
pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif


Nilai hasil belajar siswa yang Diajar
dengan Model Pembelajaran langsung.

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa


hasil belajar siswa sebelum diajar dengan
model pembelajaran langsung dengan nilai
rata-rata 34,10 mengalami peningkatan
menjadi 78,40. Nilai sebelum perlakuan 17
dan nilai tertinggi 67. Sesudah perlakuan
nilai terendah 47 dan nilai tertinggi yaitu
87.
Hasil analisis statistik deskriptif
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
diajar dengan pembelajaran berbasis
masalah disertai tugas terstruktur pada
materi “ Pencemaran Lingkungan” dapat
dilihat pada tabel 4.4.

Page 8
Tabel 4.4 Hasil Analisis Statistik
Deskriptif Nilai hasil belajar siswa yang
Diajar dengan Pembelajaran berbasis
masalah disertai tugas terstruktur.

Tabel 4.5 menunjukkan sebelum


siswa diajar dengan model pembelajaran
langsung, persentase jumlah siswa yang
berada pada kategori rendah sekali 63,33 %
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa dan tidak terdapat siswa pada kategori tinggi
hasil belajar siswa sebelum diajar dengan sekali. Sesudah siswa diajar dengan model
pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran langsung, persentase jumlah
nilai rata-rata 34,07 mengalami siswa yang berada pada kategori tinggi sekali
peningkatan menjadi 83,57. Nilai terendah adalah 40,00 % dan tidak terdapat siswa
sebelum perlakuan 20 dan nilai tetinggi pada kategori sangat rendah. Dari data
50. Sesudah perlakuan nilai terendah 73 tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan
dan nilai tertinggi yaitu 93. Nilai tes hasil belajar siswa sesudah diajar dengan
hasil belajar yang diperoleh siswa di kelas model pembelajaran langsung.
VII A dikelompokkan kedalam Tabel 4.5,
yakni distribusi frekuensi dan Tabel 4.6 Distribusi frekuensi dan persentase
pengkategorian hasil belajar siswa. hasil belajar siswa dengan menggunakan
pembelajaran berbasis
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dan
masalah( Eksperimen ) kelas VII SMP
persentase hasil belajar siswa dengan
Wahyu Makassar.
menggunakan pembelajaran langsung
( kontrol).

Page 9
dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Nilai Selisih (Gain Score) Hasil


Belajar Siswa yang Diajar dengan
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah disertai Tugas Terstruktur
dan Model Pembelajaran Langsung.

Tabel 4.6 menunjukkan sebelum siswa


diajar dengan pembelajaran berbasis
masalah disertai tugas terstruktur,
persentase siswa yang berada pada
kategori rendah sekali adalah 53,33 %
dan tidak terdapat siswa pada kategori
tinggi sekali. Sesudah siswa diajar dengan Tabel 4.7 memperlihatkan besarnya selisih
pembelajaran berbasis masalah disertai nilai hasil belajar siswa dengan Normalisasi
tugas terstruktur, persentase jumlah siswa Gain sebelum dan sesudah diajar materi
yang berada pada kategori tinggi sekali pencemaran lingkungan baik kelas
adalah 40.00 % dan tidak terdapat siswa eksperimen maupun kelas kontrol. Hasil
pada kategori rendah sekali. Dari data yang diperoleh pada kelas eksperimen
tersebut terlihat bahwa terjadi untuk kategori rendah sebanyak 0% untuk
peningkatan hasil belajar siswa sesudah kategori sedang sebanyak 10,00% dan pada
diajar dengan pembelajaran berbasis kategori tinggi sebanyak 90,00%. Hasil
masalah disertai tugas terstruktur. yang diperoleh pada kelas kontrol untuk
Data distribusi dan frekuensi kategori rendah sebanyak 0%, kategori
perolehan siswa pretest dan posttest baik sedang sebanyak 60,00% dan pada kategori
Kelas eksperimen maupun kelas kontrol, tinggi sebanyak 40,00%. Hasil yang
diperkuat oleh data distribusi selisih nilai diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar
hasil belajar siswa dengan menggunakan siswa kelas eksperimen lebih baik
persamaan Normalisasi Gain dapat dibandingkan dengan hasil belajar kontrol.

Tabel 4.7. Nilai Selisih (Gain Score)


Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan

Page 10
belajar kontrol. Tugas terstruktur pada pembelajaran
1. Analisis Statistik Inferensial berbasis masalah berpengaruh signifikan
Analisis Statistik Inferensial Nilai terhadap aktivitas belajar siswa
Aktivitas Siswa yang Dibelajarkan dengan a. Analisis Statistik Inferensial Nilai
Tugas Terstruktur pada Model Pembelajaran Hasil Belajar Siswa yang Dibelajarkan
Berbasis Masalah dengan tugas terstruktur pada Model
Hasil analisis prasyarat yaitu uji
Pembelajaran Berbasis Masalah
normalitas dan homogenitas terhadap
aktivitas siswa secara ringkas dilihat pada Hasil analisis prasyarat yaitu uji
Tabel 4.8. normalitas dan homogenitas terhadap
Tabel 4.8 Ringkasan hasil Uji
hasil belajar siswa secara ringkas dilihat
Hipotesis nilai Posstest aktivitas siswa.
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Ringkasan hasil Uji
Hipotesis nilai Posstest hasil belajar
siswa

Berdasarkan tabel 4.8 pada kolom


Kolmogorov Smirnov bahwa taraf sifnifikansi
> sig. 0,05 yaitu 0,256, maka data aktivitas
siswa tersebut berdistribusi normal. Hasil
analisis uji homogenitas memiliki taraf
signifikan 0,651 > α 0,05, maka variansi data Berdasarkan tabel 4.9 pada kolom
adalah sama (homogen). Dipaparkan pula Kolmogorov Smirnov bahwa taraf
hasil uji hipotesis dengan analisis statistik uji- sifnifikansi > sig. 0,05 yaitu 0,556, maka
t dengan taraf signifikansi < α 0,05 dengan data hasil belajar siswa tersebut
sig. 0,000, yang berarti bahwa H0 ditolak atau berdistribusi normal. Hasil analisis uji
H1 diterima. Dengan demikian, dari hasil uji homogenitas memiliki taraf signifikan
ini dapat disimpulkan bahwa tugas terstruktur 0,274 > α 0,05, maka variansi data adalah
pada sama (homogen). Dipaparkan pula hasil
uji hipotesis dengan analisis statistik uji-t
dengan taraf signifikansi < α 0,05 dengan

Page 11
sig. 0,000, yang berarti bahwa H0 ditolak memberikan pertanyaan atau tanggapan
atau H1 diterima. Dengan demikian, dari karena pengumpulan data hanya
hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa dilakukan melalui kajian literatur,
tugas terstruktur pada pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan jenuh
berbasis masalah berpengaruh signifikan selama proses pembelajaran. Hal ini
terhadap hasil belajar siswa. terlihat dari persentasi aktivitas siswa
pada item yang diamati.
PEMBAHASAN Aktivitas siswa dikelas eksperimen
Berdasarkan hasil analisis dengan model pembelajaran berbasis
deskriptif menunjukan bahwa aktivitas masalah disertai tugas terstruktur
belajar siswa yang diajar dengan menunjukkan siswa lebih aktif, antusias
penerapan model pembelajaran berbasis dan bersemangat karena Pembelajaran
masalah disertai tugas terstruktur lebih Berdasarkan Masalah adalah suatu model
baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran yang berdasarkan pada
model pembelajaran langsung. Hal ini filsafat konstruktivisme, sehingga dalam
terlihat dari persentase aktivitas belajar pembelajaran siswa dituntut aktif dan
siswa dikelas eksperimen yang berada mandiri dalam mengumpulkan konsep
pada kategori sangat aktif 60 %, aktif 36 yang akan digunakan dalam pemecahan
% dan kurang aktif 3 % sedangkan pada suatu permasalahan. Oleh karena itu
kelas kontrol kategori sangat aktif 10 %, konsep yang ada pada suatu pokok
aktif 76 % dan kurang aktif 13 %. Hal ini bahasan akan tertanam kuat dalam ingatan
sejalan dengan penelitian Aisyah (2003) siswa dan mereka akan terlatih dalam
bahwa model pembelajaran berdasarkan memecahkan suatu permasalahan IPA,
masalah adalah salah satu model khususnya dalam penelitian ini yaitu sub
pembelajaran yang dapat membangkitkan pokok bahasan pencemaran lingkungan.
aktifitas dan nalar siswa, sehingga Perbedaan antara aktivitas siswa di
kreativitas siswa dapat berkembang kelas eksperimen yang dibelajarkan
secara optimal. dengan model pembelajaran berbasis
Beberapa item aktivitas yang masalah disertai tugas terstruktur dengan
diamati seperti membentuk kelompok kelas kontrol yang dibelajarkan dengan
sesuai arahan guru, memperhatikan model pembelajaran langsung, disebabkan
/mendengarkan penjelasan guru, karena model pembelajaran berbasis
berdiskusi dengan teman kelompok, masalah dimulai dengan adanya masalah,
melakukan presentasi/memberikan kemudian siswa memperdalam
pertanyaan atau tanggapan, menunjukkan pengetahuannya tentang apa yang mereka
bahwa siswa lebih aktif di kelas telah ketahui dan apa yang perlu
eksperimen dibanding kelas kontrol. diketahui, selanjutnya bekerja sama dalam
Aktivitas siswa dikelas kontrol, kelompok untuk mencari solusi bagi
cenderung pasif saat berdiskusi masalah yang dihadapi, aktivitas-aktivitas
kelompok serta tidak bersemangat saat inilah yang menjadikan keterlibatan aktif
memberikan pertanyaan atau tanggapan

Page 12
aktivitas inilah yang menjadikan Aktivitas siswa dalam berpikir dan
keterlibatan aktif siswa pada saat bertindak. Dengan aktivitas siswa,
pembelajaran menjadi lebih banyak jika kemungkinan pelajaran akan menjadi
dibandingkan pembelajaran dengan berkesan dan diolah kemudian
menggunakan model pembelajaran dikeluarkan lagi dalam bentuk yang
langsung. berbeda, misalnya bertanya, mengajukan
Dalam penerapan model pendapat, dan melaksanakan tugas. Hal
pembelajaran langsung, guru juga harus ini didukung oleh teori yamin (2013),
mendemonstrasikan pengetahuan atau yang menyatakan bahwa pengajar
keterampilan yang akan dilatihnya kepada diharapkan mengembangkan kapasitas
siswa langkah demi langkah, karena dalam belajar, kompotensi dasar, dan potensi
pembelajaran peran guru sangat dominan, yang dimiliki oleh siswa secara penuh.
maka guru dituntut agar dapat menjadi Pembelajaran yang dilakukan lebih
seorang model yang menarik bagi siswa, berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut
yang lebih dominan dalam pembelajaran berpartisipasi dalam proses
langsung adalah guru, karena seluruh pembelajaran. Bila siswa aktif, maka ia
kegiatan diatur dan berpusat pada guru dan akan memiliki pengetahuan dan
siswa hanya bersifat menerima secara keterampilan dengan baik, keaktifan
pasif, pengetahuan siswa hanya siswa dalam proses pembelajaran dapat
berkembang sebatas pengetahuan yang mengembangkan bakat yang dimilikinya
dimiliki oleh guru. Hal ini menyebabkan dan dapat memecah permasalahan-
aktivitas siswa menjadi terbatas dan permasalahan dalam kehidupan sehari-
mengakibatkan siswa tidak mampu hari, sehingga proses pembelajaran yang
meningkatkan hasil belajarnya secara ditempuh akan memperoleh hasil yang
optimal Menurut Hasbi (2000), anak didik optimal. Sesuai dengan teori yang
yang aktif secara mental menemukan dikemukakan oleh Trianto (2010) bahwa
pengetahuan yang berupa konsep, prinsip berdasarkan hasil analisis penelitian
maupun keterampilan sehingga terhadap rendahnya hasil belajar siswa,
pengetahuan dapat bertahan lama, ternyata disebabkan oleh suasana
mempunyai efek transfer yang lebih baik kelas`cenderung berpusat pada guru.
dan untuk selanjutnya dapat meningkatkan Berdasarkan penjelasan-
daya nalar anak didik. Meningkatkan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa
aktivitas anak didik merupakan kewajiban model pembelajaran berbasis masalah
dari pendidikan, Dalam belajar sangat disertai tugas terstruktur memberikan
diperlukan aktivitas, karena menurut peluang besar kepada siswa untuk aktif
Sardiman (2011) “Pada prinsipnya belajar atau terlibat langsung selama proses
adalah berbuat, berbuat untuk mengubah pembelajara,, sehingga pembelajaran
tingkah laku, jadi melakukan kegiatan”. mencapai tujuan yang ditetapkan dan
Sehingga tidak ada belajar kalau tidak ada hasil belajar mencapai hasil yang
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas maksimal.
diperlukan dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian, masih

Page 13
siswa yang berada pada kategori rendah yang menggunakan model pembelajaran
dan rendah sekali sebelum diberikan berbasis masalah lebih tinggi dari pada
perlakuan, hal ini disebabkan karena hasil belajar yang menggunakan model
kurangnya pengetahuan yang mereka pembelajaran langsung. Hal ini
miliki mengenai materi pencemaran disebabkan karena secara garis besar
lingkungan. Setelah siswa dibelajarkan model pembelajaran langsung dapat
dengan penerapan model pembelajaran merugikan sebagian siswa, terkadang
berbasis masalah disertai tugas terstruktur guru menerangkan secara monoton
hasil belajar yang mereka peroleh sehingga peserta didik kurang bisa
meningkat, hal ini dibuktikan dengan hasil menangkap materi yang diberikan oleh
belajar siswa berada pada kategori tinggi guru dengan alasan materi yang diberikan
dan sangat tinggi. Berdasarkan penelitian terlalu padat dan waktu terbatas.
ini, perbedaan model pembelajaran yang Akibatnya peserta didik tidak dapat
digunakan secara keseluruhan mengembangkan kreativitas belajar,
menunjukkan bahwa model pembelajaran kemampuan psikomotorik serta
berdasarkan masalah, sebagai model kemampuan untuk memecahkan masalah
eksperimen jauh lebih baik dibandingkan dalam kehidupan.
model pembelajaran langsung. Dengan Model pembelajaran berbasis
kata lain, secara keseluruhan penggunaan masalah adalah model pembelajaran yang
model pembelajaran berdasarkan masalah dimulai dengan adanya masalah,
disertai tugas terstruktur terjadi kemudian siswa memperdalam
peningkatan hasil belajar. pengetahuannya tentang apa yang mereka
Berdasarkan data statistik hasil telah ketahui dan apa yang perlu
belajar 30 siswa sebelum diajarkan model diketahui, selanjutnya bekerja sama
pembelajaran berbasis masalah nilai dalam kelompok untuk mencari solusi
terendah 20, nilai tertinggi 50, setelah bagi masalah yang dihadapi. Tugas guru
diajar dengan model pembelajaran berbasis adalah memilih masalah yang menarik,
masalah disertai tugas terstruktur yang ada selanjutnya disampaikan kepada siswa
pada Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa nilai untuk dipecahkan
terendah sebesar 73, nilai tertinggi sebesar Model pembelajaran berbasis
93, nilai rata-rata hasil belajar siswa masalah sangat baik digunakan dalam
sebesar 83,57, sedangkan data statistik pembelajaran karena Model
hasil belajar siswa sebelum diajar dengan pembelajaran berbasis masalah dapat
model pembelajaran langsung nilai menciptakan kondisi belajar yang
terendah 17, nilai tertinggi 47, setelah menyenangkan dan menumbuhkan
diajarkan model pembelajaran langsung keberanian siswa untuk mengeluarkan
nilai terendah 67, nilai tertinggi 87, nilai pendapat sehingga siswa menjadi aktif
rata-rata 78,40. Berdasarkan dari data selama proses pembelajaran, semakin
tersebut menunjukkan bahwa Model besar aktivitas siswa maka semakin besar
Pembelajaran Berbasis Masalah disertai pula usaha yang dilakukan siswa untuk
tugas terstruktur lebih baik. memperoleh hasil belajar yang lebih
baik. Keaktifan siswa dalam proses
Page 14
lebih memahami materi pelajaran dan Masalah yang sistematis sehingga siswa
berdampak pada meningkatnya hasil dapat memberdayakan, mengasah,
belajar siswa. Hal ini didukung oleh menguji, dan mengembangkan
penelitian Mutoharoh (2011) yang kemampuan berpikir secara
mengungkapkan bahwa model berkesinambungan, oleh karena itu, siswa
pembelajaran berdasarkan masalah dituntut untuk bekerja sama dengan
(Problem Based Learning) memberikan kelompoknya untuk mencapai tujuan yang
pengaruh yang signifikan terhadap hasil diharapkan.
belajar IPA. Model PBL dapat meningkatkan aktivitas
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA, dan hasil belajar siswa secara signifikan.
siswa diperlukan adanya pendekatan Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rica
pembelajaran yang melibatkan siswa (2012), yang menunujukkan bahwa hasil
aktif dan kreatif, salah satu pendekatan belajar siswa pada pembelajaran IPA
pembelajaran yang mendorong siswa melalui model PBL mengalami
untuk lebih aktif dan kreatif dalam peningkatan. Selain itu, hasil penelitian
memecahkan masalah ialah Model Suwandi (2012) penggunaan model PBL
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
(Problem Based Learning). Hal serupa Peningkatan hasil belajar siswa yang
juga diungkapkan Suherman (2008) signifikan terjadi karena model PBL
dalam penelitiannya bahwa model memiliki sintaks yang memfasilitasi siswa
pembelajaran berbasis masalah lebih untuk aktif dalam mengontruksi
mendorong siswa untuk aktif dalam pengetahuannya melalui suatu masalah
memperoleh pengetahuan, serta yang disajikan. Peningkatan hasil belajar
meningkatkan hasil belajar. Hal ini siswa tak lepas dengan peningkatan
didukung oleh teori Konstruktivisme aktivitas belajar siswa seperti yang
yang menyatakan bahwa setiap individu dikemukakan oleh Hamalik (2004), bahwa
mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, adanya peningkatan aktivitas belajar maka
tidak hanya mengimitasi dan membentuk akan meningkatkan hasil belajar. Hal ini
bayangan dari sesuatu yang diamati atau juga didukung oleh pernyataan Sanjaya
diajarkan oleh guru melainkan individu (2011) bahwa pembelajaran dengan model
tersebut menyeleksi, menyaring, memberi PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar
arah dan menguji kebenaran atas siswa dan memudahkan siswa untuk
informasi yang diterimanya. memahami isi pelajaran.
Penggunaan model pembelajaran berbasis Kegiatan pembelajaran dengan
masalah dalam pelajaran IPA tidak hanya model PBL diawali dengan orientasi siswa
meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi terhadap masalah yang disajikan dan
juga mengembangkan keterampilan sosial mereka dituntut untuk memecahkan
siswa selama proses pembelajaran hal ini masalah terkait pencemaran lingkungan..
didukung oleh pendapat Trianto (2010) Masalah yang disajikan merupakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah

Page 15
masalah yang real dengan dunia nyata, 2). Pengunaan tugas terstruktur pada
dengan demikian siswa merasa pembelajaran berbasis masalah (Problem
bertanggung jawab dalam pembelajaran. Based Learning) berpengaruh secara
Dengan demikian siswa merasa terlibat signifikan terhadap hasil belajar siswa.
dalam masalah dengan merumuskan topik
Saran
dari masalah sehingga siswa akan saling
mengemukakan ide dengan kelompoknya.
Hal ini didukung oleh pendapat Tan (2010) Berdasarkan kesimpulan yang
bahwa model PBL mengoptimalkan dikemukakan di atas maka dikemukakan
kemampuan berpikir siswa melalui bekerja beberapa saran sebagai berikut.
sama dalam kelompok sehingga siswa 1). Sebaiknya dalam proses pembelajaran
mampu, mengasah, dan menguji para pengajar dapat menggunakan model
kemampuan berpikirnya secara pembelajaran berbasis masalah disertai
berkesinambungan. tugas terstruktur karena terbukti mampu
Berdasarkan penjelasan-penjelasan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
diatas, menunjukkan bahwa model siswa 2). Diharapkan kepada guru, apabila
pembelajaran berbasis masalah disertai menerapkan model pembelajaran berbasis
tugas terstruktur, adalah salah satu model masalah disertai tugas terstruktur
pembelajaran yang dapat digunakan untuk hendaknya disesuaikan dengan materi
meningkatkan hasil belajar siswa dalam yang diajarkan, serta memberikan peluang
proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan bekerja kolaboratif dalam memecahkan
model pembelajaran berdasarkan masalah masalah.
pada dasarnya lebih mendorong siswa DAFTAR PUSTAKA
untuk aktif dalam memperoleh
pengetahuan. Dengan banyaknya aktivitas Abidin, Y. 2014. Desain Sistem
yang dilakukan oleh siswa, diharapkan Pembelajaran dalam Konteks
dapat menimbulkan rasa senang dan Kurikulum 2013. Bandung: PT.
antusias siswa dalam belajar serta Refika Aditama.
memperoleh pengetahuan melalui Aisyah, N. 2003. Efektivitas
pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran Problem Based
PENUTUP
Instruction (PBI) padamata
Kesimpulan pelajaran Matematika SLTP
melalui pola kolaboratif. Jurnal
Berdasarkan hasil analisis data baik pada Forum Kependidikan. FKIP
secara deskriptif maupun inferensial dan Unsri, vol.23, No.1. Diakses 10
pembahasan hasil penelitian maka Oktober 2014.
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut. Asrori. 2009. Psikologi Pembelajaran.
1). Penggunaan tugas terstruktur pada Bandung: Wacana Prima.
pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) berpengaruh secara Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi
signifikan terhadap aktivitas belajar siswa. pendidikan. PT Bumi Aksara:

Page 16
pendidikan. PT Bumi Aksara: Jakarta Ibrahim. 2005. Pembelajaran
berdasarkan Masalah. Surabaya:
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran UNESA University Pres.
Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Gava Media. Jihad, A & Haris, A. 2009. Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Multi Pressindo.
Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Mardapi, J. 2008. Pengembangan
Direktorat Pembinaan Sekolah. Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi. Dalam Rekayasa
Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Sistem Penilaian Dalam Rangka
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Meningkatkan Kualitas
Pendidikan. Yogyakarta : Hepi.
Gunawan, E. 2007. Pengaruh Metode .
Mengajar (Ceramah, Ceramah- Mulyanratna, M & Aldila, H. 2013.
Pengaruh pemberian Tugas
Praktikum dan Ceramah- Pemberian
Terstruktur Dalam Model
Tugas) Terhadap Hasil Belajar Pembelajaran Kooperatif Tipe
Biologi siswa. Tesis tidak diterbitkan. STAD terhadap hasil belajar
Jakarta: Universitas Islam Negeri siswa pada materi Fluida Statis
Syarif Hidayatullah. dikelas XI IPA SMA Negeri 1
Maospati. Jurnal Inovasi
Hasbi. M. 2000. Model Pembelajaran Pendidikan Fisika. Vol 2 No 2
Investigasi Matematika. Wacana Tahun 2013. Surabaya:
Kependidikan.FKIP Universitas Syiah Universitas negeri Surabaya.
Kuala, vol.1, No.2. Diakses 2 juni Diakses 1 Desember 2014.
2013. Mutoharoh. 2011. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah
Hamalik, O. 2001. Kurikulum dan (problem Based Learning)
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Terhadap Hasil Belajar Fisika
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. siswa. Tesis tidak diterbitkan.
Jakarta: Bumi Aksara. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hanafiah, M. N. 2012. Konsep Strategi
Pembelajaran. Bandung: Rafika Nur, M. 2011. Pembelajaran
Aditama. Berdasarkan Masalah.
Haling, A. 2006. Belajar dan pembelajaran. Surabaya: PSMS Unesa.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Ismail. 2003. Model-model Pembelajaran. .
Jakarta: Direktorat PLP.

Page 17
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Riyanto, Y. 2010. Paradigma Baru Sutirman. 2013. Media dan Model-model


Pembelajaran. Unesa Press: Pembelajaran Inovatif.
Surabaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suprijono. 2011. Cooperative Learning
Rica, M. H. 2012. Perbandingan Hasil
Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Belajar IPA Siswa antara Model
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Pembelajaran Inkuiri Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan
Terbimbing. Tesis tidak diterbitkan. Hasil Belajar Fisika Siswa
Bandar Lampung. Universitas Melalui Penerapan Model
Lampung. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah (Problem Based
Learning). Tesis tidak diterbitkan.
Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah.
Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta. Suwandi, T. 2012. Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Masalah
Rusman. 2012. Model-model Open-Ended terhadap
Pembelajaran Mengembangkan Peningkatan Kemampuan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Pemecahan Masalah oleh
Grafindo Persada. Siswa.Tesis tidak diterbitkan.
Roestiyah, NK. 2006. Didaktik/Metodik. Bandar Lampung. Universitas
Jakarta: Bumi Aksara. Lampung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-
Roestiyah, NK. 2008. Strategi Belajar Faktor yang Mempengaruhinya.
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
.
Sagala. 2009. Konsep dan Makna Taha. 2008. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Jakarta: PT. Elex Media
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Computindo
Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Trianto, 2010. Model-model
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Sani, R.A. 2013. Pembelajaran saintifik Jakarta: Prestasi Pustaka.
untuk implementasi kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara. Trianto, 2012. Mendesain Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta:
Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Prestasi Pustaka.
motivasi belajar mengajar. Jakarta Uno, H. B. 2008. Teori Motivasi dan
: Grafindo. Pengukuran Analisis di Bidang
Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.

Page 18
Page 19

Anda mungkin juga menyukai