Anda di halaman 1dari 24

Trend Penelitian Pendidikan IPA

Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.


Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

1. Judul Jurnal : Development of Discovery Learning Based Science Learning Model Oriented
Character Education
Penulis : Kayati1, Hamzah Upu2, Mustafa3
Tahun : 2022
Nama Jurnal : Asian Journal of Applied Sciences, 10(1) : 59-64

a) Latar Belakang
Pendidikan bertujuan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang
baik, tangguh, berakhlak mulia, terampil dan cerdas dalam menjalankan aktivitasnya.
Pendidikan tidak hanya membentuk pengetahuan tetapi dilakukan melalui proses
pembelajaran dengan memberikan pengetahuan yang baik. Hal ini diharapkan dapat
diwujudkan dalam tindakan atau perilaku yang baik pula. Pendidikan memiliki peran
strategis sebagai sarana sumber daya manusia dan investasi manusia, yang bertujuan
untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut juga telah mewarnai
dan menjadi landasan moral dan etika dalam proses pemberdayaan jati diri bangsa.
Pembelajaran di sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan dengan
berbagai mata pelajaran. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan pada jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran IPA ini dirancang agar siswa
dapat mempelajari peristiwa yang terjadi secara alami agar memiliki pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis lingkungan alam, mengembangkan keterampilan,
wawasan dan kesadaran teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatannya untuk
kehidupan sehari-hari.
Pada kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari IPA. Hal ini terlihat pada hasil belajar yang rendah dan kesulitan dalam
menyelesaikan tugas IPA secara mandiri. Hasil belajar tercermin dari perolehan nilai
ulangan harian dan raport yang rata-rata nilai ulangan harian dan raportnya di bawah
70. Begitu pula dengan tugas IPA yang diberikan sulit untuk diselesaikan, terlihat dari
catatan bahwa tugas dominan tidak selesai. Selain itu, penyerahan tugas selalu tertunda
pada setiap pembelajaran tatap muka. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal ini ditemukan di sekolah-sekolah di
Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, seperti SD Tetebatu, SD Inpres Mangalli, SD
Inpres Biringkaloro, SD Inpres Pallangga, SD Inpres Pangkabinanga, SD Inpres
Tallang-Tallang dan SD Inpres Bontoala I dan Bontoala II. Terlebih lagi siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA di SD Kecamatan Pallangga, sikap ilmiah
melalui nilai-nilai karakter, seperti kepribadian anak dan remaja di masyarakat telah
menimbulkan persepsi subjektif di masyarakat. Telah terjadi penurunan kualitas sikap
dan moral anak dan remaja seperti kurangnya disiplin, ketidakjujuran, kurangnya
tanggung jawab dan kemandirian. Perilaku ini merupakan bagian dari nilai-nilai
pendidikan karakter.
Sebenarnya guru telah melakukan upaya untuk memperbaiki kesulitan belajar
dan pembentukan karakteristik perilaku tersebut melalui pembelajaran remedial dan
pendampingan tutor sebaya serta penguatan perilaku karakter. Meskipun demikian,
siswa masih mengalami kesulitan belajar dan perilaku yang kurang berkarakter. Hal ini
disebabkan karena banyak hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pendekatan
sehingga dimungkinkan untuk membatasi model dan pendekatan pembelajaran. Briggs
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

mengatakan bahwa model adalah seperangkat prosedur berurutan untuk mewujudkan


suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.
Sedangkan pendekatan pembelajarannya adalah pendekatan discovery
learning. Menurut [4] “Model Discovery Learning adalah suatu cara belajar untuk
memahami konsep, makna, dan hubungan melalui proses intuitif menuju suatu
kesimpulan”. Sehingga penggunaan model pembelajaran melalui model discovery
learning dapat mengatasi kesulitan belajar dan memperkuat nilai-nilai karakter dalam
pendidikan karakter terpadu.

b) Masalah
Bagaimana validitas, kepraktisan dan keefektifan pembelajaran IPA
berorientasi pendidikan karakter di kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa?

c) Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D).
Subjek Penelitian dan Pengembangan (R&D) ini adalah siswa kelas IV SD di
Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian dan
Pengembangan dimulai pada bulan Desember 2020. Materi uji coba terbatas
dilaksanakan pada bulan Mei 2021 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan
Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Penelitian dan Pengembangan model pembelajaran discovery learning berbasis
IPA berorientasi pendidikan karakter melalui kombinasi model desain pembelajaran
Dick and Carey dan model penelitian dan pengembangan pendidikan oleh Borg and
Gall. Berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh
Borg and Gall, terdapat lima langkah untuk menghasilkan produk pembelajaran yang
siap digunakan di lapangan yaitu penelitian pendahuluan, pengembangan model,
validasi model, pengujian model, dan implementasi model.
Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara, lembar observasi, angket dan lembar kerja siswa. Penelitian ini terdiri dari
dua jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menggunakan uji
normalitas data, uji homogenitas data dan uji inferensial. Sedangkan data kualitatif
menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

d) Hasil
1. Pembahasan Hasil Validitas dan Kepraktisan Model Pembelajaran Discovery
Learning Berbasis Science Oriented Character Education
Uji validitas dan kepraktisan dilakukan terhadap buku model pembelajaran
IPA berorientasi discovery learning berbasis pendidikan karakter dan buku pedoman
pembelajaran model pembelajaran IPA berorientasi discovery learning berbasis
pendidikan karakter oleh dua orang ahli di bidang pengembangan model. Hasil
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

analisis penilaian dua ahli. pada produk model pembelajaran diperoleh nilai 3,5. Jadi
mengacu pada kategori norma baik yaitu mendapat nilai 2,5 V < 3,5 maka
dinyatakan valid/layak. Dengan demikian, disimpulkan bahwa model pembelajaran
IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan karakter memenuhi kategori
validitas/kelayakan.
Hasil analisis uji keterlaksanaan yang dilakukan untuk mengukur
kepraktisan buku model pembelajaran IPA berorientasi discovery learning berbasis
pendidikan karakter diperoleh nilai rata-rata 3,64 dengan kategori sangat praktis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa produk pengembangan telah memenuhi kriteria
kepraktisan produk.
Makna yang dapat dijadikan acuan dari hasil uji kepraktisan adalah
kemudahan dalam menggunakan langkah-langkah pembelajaran dalam buku
pedoman pengajaran yang sangat praktis dan operasional, sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman bagi guru dalam mengembangkan tema pengajaran.
2. Pembahasan Hasil Keefektifan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis
Science Oriented Character Education
Hasil uji keefektifan model pembelajaran IPA berorientasi discovery
learning berbasis pendidikan karakter dinyatakan efektif. Hal ini dilihat dari
efektivitas aspek sintaksis, efektivitas aspek sistem sosial, efektivitas aspek prinsip
reaksi, efektivitas aspek pendukung dan efektivitas dampak pembelajaran.
3. Aspek Sintaks
Keefektifan aspek sintaksis berdasarkan tahapan discovery learning sebagai
pendekatan yang digunakan. Menurut [14] dalam menerapkan metode discovery
learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar pada umumnya simulasi/ pemberian stimulasi,
pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian
dan penggambaran. kesimpulan/ generalisasi. Seperti pada prosedur yang digunakan
dengan mengintegrasikan pendidikan karakter pada setiap tahapan discovery
learning, sehingga menghasilkan efektivitas model pembelajaran discovery learning
berbasis IPA berorientasi pendidikan karakter.
4. Aspek Sistem Sosial
Efektivitas aspek sistem sosial didasarkan pada tanggung jawab guru dalam
tahapan pembelajaran dan memberikan bimbingan pada setiap tahapan
pembelajaran. Selain itu juga dapat dilihat dari bagaimana interaksi yang dibangun
guru dengan siswa dan interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran. Begitu pula
guru menumbuhkan dan mendorong nilai-nilai karakter dalam setiap tahapan
pembelajaran. Maka dengan model pembelajaran discovery learning berbasis IPA
berorientasi pendidikan karakter, guru mampu melakukan pembelajaran yang
berpusat pada siswa, dengan syarat tetapi dalam kondisi tertentu guru mengubah
proses pembelajaran yang berpusat pada guru, seperti ketika nilai-nilai karakter tidak
ditunjukkan oleh siswa, guru menerapkan prinsip individu untuk penguatan nilai
karakter.
5. Aspek Prinsip Reaksi
Keefektifan aspek reaksi kepala sekolah berdasarkan uji pelaksanaan
dengan melakukan observasi terkait respon positif guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran, upaya guru dalam proses pembelajaran dengan membantu menggali
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

berbagai permasalahan dalam pembelajaran dan mengajak untuk membuat


perbandingan berbagai permasalahan terhadap solusi yang ditemukan. Selain itu,
siswa diberikan kesadaran berdasarkan refleksi guru dalam proses pembelajaran,
serta memberikan alternatif permasalahan yang dialami dalam pembelajaran.
6. Aspek Pendukung
Untuk keefektifan aspek pendukung berdasarkan uji pelaksanaan melalui
penggunaan model pembelajaran dan pedoman mengajar, model pembelajaran
discovery learning berorientasi pendidikan karakter yang ditunjukkan dari
bagaimana guru dan siswa memanfaatkan sumber belajar dan media yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan pedoman pengajaran dengan
mengacu pada penyesuaian karakteristik siswa dalam pembelajaran, serta penilaian
yang dapat mengevaluasi psikomotorik, kognitif dan afektif.
7. Aspek Dampak Pembelajaran Langsung dan Pendamping
Sedangkan keefektifan dampak model pembelajaran melalui tes
pelaksanaan dengan menggunakan indikator, yaitu: (a) sikap ilmiah melalui nilai-
nilai karakter dan (b) Ilmu pengetahuan.
a. Uji keefektifan dalam membentuk sikap ilmiah melalui nilai karakter
Uji keefektifan model pada bagian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana
keefektifan model yang dikembangkan dalam menjawab salah satu permasalahan
yang diajukan dalam penelitian ini adalah rendahnya sikap ilmiah siswa melalui
nilai karakter. Untuk mengatasi rendahnya sikap ilmiah siswa melalui nilai
karakter, peneliti menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
meningkatkan sikap ilmiah siswa melalui nilai karakter ke arah yang lebih baik
dengan mengintegrasikan nilai karakter dalam model pembelajaran discovery
learning berorientasi pendidikan karakter.
Setelah diuji keefektifan model pembelajaran dalam membentuk sikap ilmiah
siswa melalui nilai karakter, data penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata nilai
sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran discovery learning nilai karakter
kelompok berkembang cukup baik. Pencapaian kategori berkembang cukup baik,
nilai sikap ilmiah siswa melalui nilai karakter dalam mengintegrasikan nilai-nilai
karakter model pembelajaran discovery dalam pedoman pengajaran yang
menggunakan kegiatan refleksi sikap pada setiap tahap pembelajaran, efektif
dalam membentuk sikap ilmiah siswa melalui nilai karakter selama periode waktu
tertentu. Lima pertemuan tatap muka dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini
juga mengungkapkan bahwa proses pencerminan sikap ilmiah dengan
menggunakan nilai-nilai karakter sudah dipahami dengan baik oleh siswa
sehingga menjadi kebiasaan dalam sikap siswa. Yang dihasilkan dalam penelitian
ini bahwa nilai sikap ilmiah siswa melalui nilai karakter dengan menggunakan
model discovery learning dianggap efektif. Hal ini diperkuat dengan apa yang
dikemukakan oleh Krathwohl dalam [15] bahwa pembentukan sikap terhadap
nilai berlangsung melalui proses yang bertahap dan berkesinambungan, dimulai
dengan menerima nilai, menghayati nilai, memberi nilai, mengorganisasikan
nilai, dan diakhiri dengan mencirikan nilai.
Peneliti berkeyakinan jika sikap ilmiah melalui nilai-nilai karakter diintegrasikan
dalam pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning sebagai
salah satu pendekatan saintifik yang diajarkan sejak awal pembelajaran formal
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

yang dimulai di sekolah dasar, sikap ilmiah melalui nilai-nilai karakter siswa akan
lebih baik karena penanaman Ilmiah sikap memerlukan pembiasaan dengan
waktu yang cukup lama. Keyakinan peneliti tersebut didukung oleh hasil
penelitian penelitian yang mengungkapkan bahwa perilaku karakter siswa dapat
ditingkatkan melalui berbagai intervensi.
b. Uji keefektifan dalam membentuk pengetahuan sains
Penggunaan model pembelajaran IPA berbasis discovery learning
berorientasi pendidikan karakter dengan cara mengajar siswa, setelah dilakukan
uji coba dan dinyatakan layak, sehingga pada bagian akhir ini dilakukan uji
keefektifan terhadap siswa sebagai mata pelajaran. Pada bagian ini, uji
keefektifan model mengungkapkan bagaimana keefektifan model yang
dikembangkan dapat membantu siswa meningkatkan pengetahuan yang dianggap
rendah setelah mengamati siswa pada materi pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil uji keefektifan model pembelajaran dalam membentuk
pengetahuan siswa materi IPA terungkap bahwa nilai rata-rata pengetahuan siswa
materi IPA kelas model discovery learning adalah kriteria tuntas. Dengan kriteria
ketuntasan pengetahuan IPA siswa pada kelas discovery learning terungkap
bahwa pedoman pembelajaran model pembelajaran IPA berbasis discovery
learning pendidikan karakter berorientasi yang dikembangkan oleh peneliti sudah
baik/layak digunakan.
Model pembelajaran discovery learning berorientasi pendidikan karakter
baik/layak digunakan karena mampu menjadikan materi pembelajaran lebih
bermakna dan nyata bagi siswa. Dengan demikian, mudah bagi siswa untuk
membuat hubungan antara pengalaman pribadi dan materi yang dipelajari.
Kemudahan yang dialami siswa berdampak pada peningkatan kemampuan siswa
dalam mengingat dan memahami materi pembelajaran karena materi
pembelajaran itu nyata dalam kehidupan mereka. Hal ini terlihat dari antusiasme
siswa dalam belajar di kelas selama pelaksanaan, dimana setiap siswa mampu
mengungkapkan pengalaman pribadinya terkait dengan materi pembelajaran.
Hal lain yang menyebabkan nilai pengetahuan siswa menjadi lengkap
dengan mengacu pada pedoman pengajaran model pembelajaran discovery
learning pendidikan karakter berorientasi bahwa materi discovery mampu
menumbuhkan penguatan konsep pada siswa, yang berdasarkan materi yang
dipelajari mampu membuat Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tanpa
harus menghafal karena materi tersebut dialami oleh siswa dan orang lain.
Kondisi tersebut juga diakui oleh guru mata pelajaran IPA sebagai kolaborator
penelitian yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran discovery learning
yang berorientasi pada pendidikan karakter sangat sesuai dengan kebutuhan siswa
dalam pembelajaran.
e) Kesimpulan
1. Model pembelajaran IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan
karakter menghasilkan produk yang memenuhi kriteria validitas dan kepraktisan,
sehingga tersedia digunakan untuk meningkatkan pengetahuan IPA dan sikap ilmiah
melalui nilai karakter.
2. Model pembelajaran IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan
karakter menghasilkan produk yang memenuhi kriteria keefektifan, selanjutnya
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

tersedia digunakan untuk meningkatkan pengetahuan IPA dan sikap ilmiah melalui
nilai karakter.

2. Judul Jurnal : Development of Discovery Learning Based Science Learning Model Oriented
Character Education The Implementation Of Science Inquiry-Based
Website Oriented By Cultural Deviance Solution To Instill Students’
Character And Independence

Penulis : DW Maharani*, NR Dewi


Tahun : 2015
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan sains indonesia, 4(1) : 25-30

a) Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi merupakan salah satu penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter bangsa
sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003, namun saat ini
Indonesia sedang berada di tengah krisis budaya yang menyebabkan kemerosotan karakter
akibat dampak negatif globalisasi, istilah untuk menggambarkan hal tersebut. Fenomena
tersebut adalah penyimpangan budaya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
menanamkan pendidikan karakter secara lebih baik melalui pendidikan. Baroroh (2011)
menyatakan bahwa karakter yang terkait dengan pendidikan karakter merupakan bagian dari
proses pembentukan moral bangsa. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan melalui kegiatan
pembelajaran, khususnya proses pembelajaran IPA untuk siswa sekolah menengah pertama
(SMP).
Perlu diketahui bahwa sains berkaitan dengan menemukan alam secara sistematis,
sehingga sains tidak menitikberatkan pada pengetahuan tentang fakta, konsep, atau prinsip,
tetapi juga suatu proses penemuan. IPA dalam Kurikulum 2013 menuntut proses
pembelajaran berbasis pembelajaran saintifik dan pendekatan kontekstual. IPA juga erat
kaitannya dengan metode pembelajaran inkuiri.
Miranita (2012) menyatakan bahwa inkuiri merupakan bagian utama dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual. Zawadzki (2010) juga menyebutkan bahwa beberapa hasil
umum yang dapat diamati setelah penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
pemahaman materi yang lebih dalam dan peningkatan hasil belajar siswa. Asyhari, Sunarno,
dan Sarwanto (2014) menyatakan bahwa inkuiri dapat menjadi salah satu metode yang tepat
untuk mengintegrasikan karakter dalam mempelajari sains. Selain pembentukan karakter,
quiry juga dapat meningkatkan kemandirian siswa sebagaimana dibuktikan oleh penelitian
Febriastuti, Linuwih, dan Hartono (2013).
Siswa membutuhkan media pembelajaran untuk mendukung pembelajaran inkuiri
yang juga dapat digunakan untuk menanamkan kemandiriannya, salah satu media yang dapat
digunakan adalah website. Pembelajaran berbasis web merupakan salah satu aplikasi ICT
(Information and Communication Technology) dan e-learning. Asabere dan Enguah (2012)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa TIK adalah seperangkat alat, fasilitas, proses dan
peralatan yang dibutuhkan di lingkungan melalui infrastruktur dan layanan fisik untuk
transmisi, proses, penyimpanan dan penyebaran informasi ke dalam suara, teks, data. , grafik
dan Penggunaan TIK dalam pendidikan difokuskan pada proses penerapan perangkat prinsip,
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

aturan dan teknik yang tepat dalam belajar mengajar. Menurut Alessi dan Trollip
sebagaimana dikutip oleh Puteh & Salam (2011), pembelajaran dengan menggunakan ICT
memiliki banyak keuntungan seperti siswa dapat memperoleh materi pembelajaran
dimanapun dan kapanpun mereka berada, materi pembelajaran dapat diintegrasikan dengan
sumber referensi tambahan yang ada di dunia, pemeliharaan setiap materi pembelajaran
mudah, dan berbagai media komunikasi dapat disediakan untuk tujuan siswa dan guru.
Pembelajaran berbasis web adalah strategi pembelajaran baru yang inovatif dan
menyenangkan yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan mudah diakses.
Penggunaan website diharapkan dapat membuat jam belajar menjadi efektif dalam
menanamkan nilai karakter dan kemandirian siswa.

b) Masalah
Bagaimana pengaruh website pembelajaran IPA berorientasi cultural deviance solution
(CDS) berbasis inkuiri terhadap penumbuhan karakter dan kemandirian siswa pada materi
pembelajaran tema Klasifikasi?

c) Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan Posttest Only Control Design sebagai bagian dari desain Quasi
Experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester I SMP N 1 Ungaran Tahun Pelajaran 2014/2015.
Analisis awal data dilihat dari nilai tes sebelumnya, yang menunjukkan sampel baik kelas VII A maupun VII B SMP N 1
Ungaran berdistribusi normal dan homogen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability samp lingcluster
random sampling.
Pada tahap implementasi, kelompok eksperimen menggunakan website sebagai media dalam proses pembelajaran
sedangkan kelompok kontrol menggunakan power point. Metode pengumpulan data menggunakan metode validasi, tes,
observasi, angket dan dokumentasi, kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji-t dan uji korelasi.

d) Hasil
Uji normalitas dilakukan untuk semua data yang terkumpul (karakter, independensi, dan
angket posttest). Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa mereka terdistribusi normal,
sehingga statistik parametrik dapat dilakukan untuk menganalisis. Tabel 1 menunjukkan
bahwa rata-rata persentase skor karakter siswa setiap aspek dalam empat pertemuan pada
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Aspek pertama dari karakter siswa adalah sikap berdoa ketika kelas dimulai dan diakhiri,
aspek ini merupakan cerminan dari sila pertama Pancasila. Saat proses pembelajaran dimulai,
baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menunjukkan sikap yang baik dalam
waktu sholat. Namun hal ini berbeda pada akhir pembelajaran, siswa pada kelompok
eksperimen cenderung lebih banyak diam saat berdoa dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang masih sibuk dengan kegiatannya sendiri. Aspek karakter yang diamati lainnya
adalah menghormati orang yang lebih tua, ini merupakan cerminan dari sila kedua
Pancasila,bekerjasama dengan teman mereka sebagai cerminan dari sila ketiga, aktif dalam
proses belajar sebagai cerminan dari sila kelima, membantu teman dalam proses belajar
sebagai pencerminan sila kelima, bertanggung jawab mengerjakan pekerjaan tepat waktu
sebagai cerminan sila keempat, disiplin terhadap mengikuti proses pembelajaran sebagai
cerminan prinsip kedua, cinta damai dengan tidak membuat keributan di kelas sebagai
cerminan prinsip ketiga, berkreasi dengan mengajukan pertanyaan baru sebagai cerminan
prinsip kedua, dan komunikatif sebagai cerminan prinsip ketiga.
soal-soal yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran diperoleh dari artikel
sebelumnya terkait tema pembelajaran yang mereka buka website pembelajaran. Penggunaan
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

website pembelajaran sebagai media pelengkap dapat menjadikan siswa aktif secara mandiri
untuk membaca artikel-artikel yang berkaitan dengan pembahasan tema pembelajaran
Klasifikasi. Setelah dianalisis dengan uji-t, diperoleh hasil bahwa rata-rata skor karakter
kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok control. Karakter yang terintegrasi
dalam proses pembelajaran ini diharapkan menjadi solusi penyimpangan budaya dalam
pendidikan sehingga lulusan tidak hanya baik dalam konsep intelektual tetapi juga sikap
moral. Data karakter juga dikorelasikan dengan website. Uji korelasi dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara website dengan karakter siswa. Setelah menganalisis karakter
data dan kuesioner efektivitas, diperoleh hubungan linier kuat langsung sempurna antara
karakter dan penggunaan website, artinya secara umum jika skor total kuisioner efektivitas
tinggi maka skor karakter juga tinggi.
Aspek kemandirian siswa juga diukur, yang diperoleh melalui observasi. Data kemandirian
siswa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase skor aspek
kemandirian siswa selama empat kali pertemuan siswa kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol. Aspek kemandirian yang dinilai meliputi kejujuran,keaktifan
bertanya, pengetahuan yang luas, rasa percaya diri, manajemen waktu belajar, tanggung
jawab, disiplin, kesadaran belajar, dan perhatian selama kegiatan belajar mengajar.
Pencapaian keseluruhan aspek pada kelompok eksperimen mencapai 90% yang termasuk
dalam kategori sangat baik, sedangkan kelompok kontrol mencapai 81% termasuk dalam
kategori baik. Tiga aspek yang mendapat nilai tertinggi pada kelompok eksperimen adalah
kejujuran (100%), perhatian pada saat proses pembelajaran (92%) dan kedisiplinan dalam
mentaati waktu yang tepat dari guru berdasarkan RPP (90%). Hal ini terjadi karena,
pengetahuan siswa kelompok eksperimen meningkat setelah mereka mendapatkan lebih
banyak waktu dan proses belajar.
Proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah tetapi juga di rumah ketika siswa
membuka website dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Pengetahuan siswa semakin
meningkat dan membuat mereka mampu menjawab kartu soal dengan jujur dan percaya diri
atau percaya diri. Sedangkan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mendapat
persentase yang tinggi, hal ini dimungkinkan karena sebelum pertemuan atau proses
pembelajaran, siswa mempelajari apa yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya
melalui tugas terstruktur belajar di luar kelas dengan menggunakan website pembelajaran.
Tingkat disiplin pengelolaan waktu yang tinggi juga ditunjukkan dengan siswa merasa lebih
tertarik untuk belajar menggunakan website sebagai media pelengkap dalam menyelesaikan
tugas terstruktur di luar kelas. Hal tersebut membuat siswa tidak 'kosong'ketika mengikuti
kelas tetapi sudah memiliki konsep materi yang didapat dari website yang akan dipelajari
lebih dalam dalam proses pembelajaran. Siswa mengatakan bahwa belajar dapat dipelajari di
mana saja dengan membuka situs web dan menjelajahi materi yang terkait dengan tema
Klasifikasi secara online, sehingga mereka dapat sering mempelajarinya. Hal tersebut
membuat siswa kelompok eksperimen lebih memiliki rasa ingin tahu dan motivasi untuk
belajar mandiri, sehingga menghasilkan persentase yang tinggi pada aspek kesadaran belajar
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung yang sangat erat antara kemandirian
siswa dengan website yang digunakan. Artinya secara umum, jika skor total angket
efektivitas tinggi maka skor kemandirian siswa juga tinggi.
Jika siswa merasa penggunaan website sebagai media pembelajaran efektif, maka nilai
kemandiriannya lebih tinggi. Hubungan ini terjadi karena website dapat membuat siswa
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tingkat belajarnya. Hal ini
sesuai dengan Wijaya (2012), bahwa website pembelajaran dapat mendorong siswa untuk
kreatif, aktif dan mampu belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri.
Data posttest digunakan sebagai data pendukung selain karakter dan kemandirian siswa untuk
mengetahui tingkat kegunaan website sebagai penunjang pemahaman konsep siswa. Data
posttest kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis perbedaannya dengan menggunakan uji-
t sisi kanan. Berdasarkan pada hasil analisis diperoleh t hitung 2,30 dengan t tabel 1,671 (dk
= 69, = 5%).
Korelasi website dengan hasil belajar siswa (pemahaman konsep) digunakan untuk
mengetahui hubungan website dengan pemahaman konsep siswa yang diukur dengan
pemberian posttest. Setelah dilakukan analisis data kuesioner pemahaman konsep dan
efektivitas diperoleh rhitung sebesar 0,65. Dapat dilihat bahwa ada hubungan linier sempurna
langsung antara pemahaman konsep yang kuat dan penggunaan website. Artinya secara
umum, jika skor total angket efektivitas tinggi, skor hasil belajar juga tinggi
Penggunaan website sebagai media pembelajaran pelengkap yang dapat diakses dimana saja
dan kapan saja membuat proses pembelajaran tidak hanya berlangsung di satu tempat tetapi
di mana-mana dapat menambah jam belajar mereka. Pertambahan waktu belajar membuat
siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Taffar di
(2005) bahwa penggunaan e-learning dalam website dapat memperkaya pengetahuan dan
pemahaman siswa.
Ketuntasan klasikal siswa diukur dengan kriteria ketuntasan minimal di SMP N 1 Ungaran
adalah 80. Skor akhir yang digunakan dalam menentukan materi Klasifikasi ketuntasan mata
kuliah dihitung dengan menggunakan proporsi rata-rata skor tugas (Pada LKS dan Kartu Soal
dependen) ) sebesar 40% dan nilai ulangan harian (posttest) sebesar 60% diadopsi dari
Arikunto (2012) dalam skala 0-100 dimana proporsi nilai tugas: nilai ulangan harian: nilai
ulangan akhir adalah 2:3:5. Data menunjukkan bahwa 100% siswa baik kelompok control
maupun eksperimen mencapai kriteria ketuntasan minimal. Rata-rata skor akhir kelompok
kontrol adalah 83,94 sedangkan kelompok eksperimen adalah 90,55. Perbedaan skor
perbandingan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang tidak tinggi, hal ini
ditunjukkan dengan beberapa alasan, misalnya kemampuan input siswa SMP N 1 Ungaran
adalah dalam kategori baik atau ada banyak siswa yang ingin belajar di sana. Selain itu
perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok cukup adil dengan menggunakan TIK dalam
proses pembelajaran yang diberikan konten yang sama tetapi media penyajian yang berbeda.

e) Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa website IPA berbasis inkuiri berorientasi CDS efektif
untuk menanamkan karakter dan kemandirian siswa SMP N 1 Ungaran pada pembelajaran tema
Klasifikasi. Website ini memiliki hubungan linier sempurna yang kuat dengan karakter dan kemandirian
siswa.
Selain itu, pemasangan kamera sebagai alat bantu pengamat dalam penelitian ini dengan memori yang
cukup memadai agar video yang dihasilkan tidak terputus-putus. Saran yang terakhir yaitu lembar tugas
mandiri yang dapat digunakan diunggah melalui situs web dalam bentuk soft copy untuk melatih peserta
dik lebih canggih dalam menggunakan perangkat ICT.
Untuk menindaklanjuti pembelajaran perlu dilakukan pengecekan kehadiran secara online untuk melihat frekuensi
penggunaan website pembelajaran oleh mahasiswa. Pemasangan kamera sebagai alat bantu bagi pengamat harus
memiliki memori yang cukup untuk menghasilkan video beresolusi sempurna. Saran terakhir, LKS mandiri harus
diunggah melalui website dalam bentuk soft copy file untuk melatih siswa agar mahir menggunakan perangkat ICT.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

Judul Jurnal :The Effect Of Stem-Pjbl And Discovery Learning On Improving


Students’ Problem-Solving Skills Of The Impulse And
Momentum Topic
Penulis : E. Purwaningsih, dkk
Tahun : 2020
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 9(4) : 465-476

a) Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, masalah selalu hadir, tidak dapat dihindari, tetapi harus
diselesaikan. Akibatnya, seseorang membutuhkan keterampilan tertentu untuk
menyelesaikannya. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan yang
berkaitan dengan cara memecahkan masalah. Secara khusus, dalam pembelajaran IPA,
salah satu tujuannya adalah mempersiapkan siswa untuk keterampilan abad 21 (Halim
& Meerah, 2016), termasuk keterampilan memecahkan masalah (Huang & Asghar,
2016). Selain itu, sebagai bentuk pembelajaran reformatif, pembelajaran penemuan juga
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan sains. Dalam
penemuan, siswa membangun pengetahuannya secara induktif dengan mengikuti contoh
dan struktur pembelajaran yang disajikan oleh guru (Ozdem-Yilmaz & Bilican, 2020).
Clements dan Joswick (2018) direkomendasikan untuk menggabungkan pembelajaran
penemuan dengan teknologi pembelajaran. Integrasi teknologi dalam pembelajaran
dikemas dengan mempertimbangkan keterkaitannya dengan konten dan pedagogi guru
(Koeh ler & Mishra, 2005). Hal ini menjadi tantangan baru bagi guru untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran. Discovery learning dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan laboratorium virtual. Discovery learning
ternyata mampu melatih kemampuan spesifik siswa baik dari segi konten maupun
keterampilan (Abrahamson & Kapur, 2018; Chase & Abrahamson, 2018). Beberapa
penelitian juga menemukan bahwa discovery learning dapat meningkatkan pemecahan
masalah siswa (Hudha & Batlolona, 2017; Wartono et al., 2018, Yuliati &
Munfaridah, 2018). Hal ini bisa terjadi jika proses disko tersebut disertai dengan
bimbingan guru (Alfieri et al., 2011; Cáceres et al., 2019). Singkatnya, studi ini
menunjukkan bahwa PjBL, STEM, dan pembelajaran penemuan memiliki potensi untuk
meningkatkan pemecahan masalah siswa. Namun, STEM belum membahas langkah-
langkah pembelajaran sebagai pendekatan untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu,
pembelajaran STEM dengan PjBL (STEM-PjBL) tampaknya memiliki kemampuan untuk
meningkatkan pemecahan masalah siswa.Sayangnya, penelitian tentang model ini masih
jarang.Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang membandingkan STEM-PjBL dengan
discovery learning.Dengan membandingkan dua jenis pembelajaran yang karakteristiknya
relatif sama, maka dapat diketahui kelebihan dan kekurangan suatu model ketika
diterapkan dalam pembelajaran. Penelitian serupa telah dilakukan dengan membandingkan
dua jenis model pembelajaranyaitu Problem Based Learning (PBL) dan PjBL yang
dilakukan oleh Dole et al. (2017). Mereka menggunakan data kualitatif untuk melihat
pengaruh kedua jenis pembelajaran tersebut. Penelitian serupa dilakukan oleh Suhartono
et al. (2019) dengan membandingkan model pembelajaran group investigation dengan
model direct instruction. Dalam penelitian ini, pengaruh PjBL-STEM dan penemuan
diselidiki secara kuantitatif. Informasi yang diperoleh dapat bermanfaat bagi kurikulum
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

fisika khususnya bagi guru. Temuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang akan datang.

b) Masaalah
1. bagaimana pembelajaran STEM-PjBL berdampak pada keterampilan pemecahan
masalah siswa tentang denyut nadi dan momentum?
2. bagaimana pengaruh pembelajaran disko terhadap keterampilan pemecahan masalah
impuls dan momentum siswa?
3. Bagaimana instrumen pemecahan masalah fisika yang dikembangkan dapat
menggambarkan kemampuan pemecahan masalah siswa?
c) Metode
Penelitian ini merupakan penelitian QuasiExperiments dengan Nonequivalent Pretest-
Posttest Comparison Group Design (Best & Kahn, 2006). Ada dua kelompok yang terlibat,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Kedua kelompok diberikan
perlakuan yang berbeda dimana pengukuran kemampuan pemecahan masalah dilakukan
sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) perlakuan. Sampel dalam penelitian ini tidak
ditentukan secara acak karena tidak memungkinkan untuk mengubah struktur kelas yang
telah ditetapkan, tetapi dipilih dua kelas dengan tingkat kemampuan yang sama
berdasarkan data penilaian guru. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di Malang.
Subyek penelitian yang terlibat sebanyak 53 siswa kelas X, terdiri dari 28 siswa di
kelas eksperimen dan 25 siswa di kelas pembanding.

d) Hasil
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
keterampilan pemecahan masalah siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran STEM-
PjBL dan discovery learning. Siswa kelas eksperimen memperoleh nilai pemecahan
masalah yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelas pembanding. Selain itu, skor N-
gain menunjukkan bahwa skor pemecahan masalah siswa yang belajar dengan STEM
PjBL mengalami peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan siswa yang belajar
dengan model Discovery Learning. STEMPjBL membuat siswa semakin tertantang
karena diminta menjawab permasalahan nyata dengan membuat roket air. Sedangkan
pada discovery learning, siswa hanya melakukan pengamatan melalui virtual lab. Hasil
lain yang ditemukan adalah bahwa penggunaan teknologi baik pada kelas eksperimen
maupun kelas kelompok dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

e) Kesimpulan
Siswa kelas eksperimen memperoleh nilai pemecahan masalah yang lebih tinggi
dibandingkan siswa kelas pembanding.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

8. Judul Jurnal : Development of Discovery Learning Based Science Learning


Model Oriented Character Education
Penulis : Kayati, dkk
Tahun : 2022
Nama Jurnal : Asian Journal of Applied Sciences, 10(1) : 59-64

a) Latar Belakang
Pembelajaran di sekolah merupakan salah satu bentuk pendidikan dengan berbagai mata
pelajaran. Pembelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
jenjang pendidikan dasar. Pembelajaran IPA ini dirancang agar siswa dapat mempelajari
peristiwa yang terjadi secara alami agar memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi
yang berkaitan dengan pemanfaatannya untuk kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA. Hal ini terlihat pada hasil
belajar yang rendah dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas IPA secara mandiri. Hasil
belajar tercermin dari perolehan nilai ulangan harian dan raport yang rata-rata nilai ulangan
harian dan raportnya di bawah 70. Begitu pula dengan tugas IPA yang diberikan sulit untuk
diselesaikan, Telah terjadi penurunan kualitas sikap dan moral anak dan remaja seperti
kurangnya disiplin, ketidakjujuran, kurangnya tanggung jawab dan kemandirian. Perilaku ini
merupakan bagian dari nilai-nilai pendidikan karakter. Sebenarnya guru telah melakukan
upaya untuk memperbaiki kesulitan belajar dan pembentukan karakteristik perilaku tersebut
melalui pembelajaran remedial dan pendampingan tutor sebaya serta penguatan perilaku
karakter. Meskipun demikian, siswa masih mengalami kesulitan belajar dan perilaku yang
kurang berkarakter. Hal ini disebabkan karena banyak hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pendekatan sehingga dimungkinkan untuk membatasi model dan
pendekatan pembelajaran. Briggs mengatakan bahwa model adalah seperangkat prosedur
berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan
evaluasi. Sedangkan pendekatan pembelajarannya adalah pendekatan discovery learning.
Menurut [4] “Model Discovery Learning adalah suatu cara belajar untuk memahami konsep,
makna, dan hubungan melalui proses intuitif menuju suatu kesimpulan”. Sehingga
penggunaan model pembelajaran melalui model discovery learning dapat mengatasi
kesulitan belajar dan memperkuat nilainilai karakter dalam pendidikan karakter terpadu.

b) Masalah
Bagaimana validitas, kepraktisan dan keefektifan pembelajaran IPA berorientasi pendidikan
karakter di kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa?

c) Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Subjek Penelitian
dan Pengembangan (R&D) ini adalah siswa kelas IV SD di Kecamatan Pallangga, Kabupaten
Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian dan Pengembangan dimulai pada bulan Desember 2020.
Materi uji coba terbatas dilaksanakan pada bulan Mei 2021 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian dan
Pengembangan model pembelajaran discovery learning berbasis IPA berorientasi pendidikan
karakter melalui kombinasi model desain pembelajaran Dick and Carey dan model penelitian
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

dan pengembangan pendidikan oleh Borg and Gall. Berdasarkan langkah-langkah penelitian
pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall, terdapat lima langkah untuk
menghasilkan produk pembelajaran yang siap digunakan di lapangan yaitu penelitian
pendahuluan, pengembangan model, validasi model, pengujian model, dan implementasi
model. Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara, lembar observasi, angket dan lembar kerja siswa. Penelitian ini terdiri dari dua
jenis, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menggunakan uji normalitas data,
uji homogenitas data dan uji inferensial. Sedangkan data kualitatif menggunakan reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

d) Hasil
1. Pembahasan Hasil Validitas dan Kepraktisan Model Pembelajaran Discovery Learning
Berbasis Science Oriented Character Education Hasil analisis penilaian dua ahli. pada
produk model pembelajaran diperoleh nilai 3,5. Jadi mengacu pada kategori norma baik yaitu
mendapat nilai 2,5 V < 3,5 maka dinyatakan valid/layak. Dengan demikian, disimpulkan
bahwa model pembelajaran IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan karakter
memenuhi kategori validitas/kelayakan. Sedangkan Hasil analisis uji keterlaksanaan yang
dilakukan untuk mengukur kepraktisan buku model pembelajaran IPA berorientasi discovery
learning berbasis pendidikan karakter diperoleh nilai rata-rata 3,64 dengan kategori sangat
praktis,
2. Pembahasan Hasil Keefektifan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Science
Oriented Character Education Hasil uji keefektifan model pembelajaran IPA berorientasi
discovery learning berbasis pendidikan karakter dinyatakan efektif. Hal ini dilihat dari
efektivitas aspek sintaksis, efektivitas aspek sistem sosial, efektivitas aspek prinsip reaksi,
efektivitas aspek pendukung dan efektivitas dampak pembelajaran.
3. Aspek Sintaks
Keefektifan aspek sintaksis berdasarkan tahapan discovery learning sebagai pendekatan yang
digunakan. Seperti pada prosedur yang digunakan dengan mengintegrasikan pendidikan
karakter pada setiap tahapan discovery learning, sehingga menghasilkan efektivitas model
pembelajaran discovery learning berbasis IPA berorientasi pendidikan karakter.
4. Aspek Sistem Sosial
Efektivitas aspek sistem sosial didasarkan pada tanggung jawab guru dalam tahapan
pembelajaran dan memberikan bimbingan pada setiap tahapan pembelajaran. Selain itu juga
dapat dilihat dari bagaimana interaksi yang dibangun guru dengan siswa dan interaksi antar
siswa dalam proses pembelajaran. Begitu pula guru menumbuhkan dan mendorong nilai-nilai
karakter dalam setiap tahapan pembelajaran.
5. Aspek Prinsip Reaksi
Keefektifan aspek reaksi kepala sekolah berdasarkan uji pelaksanaan dengan melakukan
observasi terkait respon positif guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran, upaya guru
dalam proses pembelajaran dengan membantu menggali berbagai permasalahan dalam
pembelajaran dan mengajak untuk membuat perbandingan berbagai permasalahan terhadap
solusi yang ditemukan. Selain itu, siswa diberikan kesadaran berdasarkan refleksi guru dalam
proses pembelajaran, serta memberikan alternatif permasalahan yang dialami dalam
pembelajaran.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

6. Aspek Pendukung
Untuk keefektifan aspek pendukung berdasarkan uji pelaksanaan melalui penggunaan model
pembelajaran dan pedoman mengajar, model pembelajaran discovery learning berorientasi
pendidikan karakter yang ditunjukkan dari bagaimana guru dan siswa memanfaatkan sumber
belajar dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan
pedoman pengajaran dengan mengacu pada penyesuaian karakteristik siswa dalam
pembelajaran, serta penilaian yang dapat mengevaluasi psikomotorik, kognitif dan afektif.
7. Aspek Dampak Pembelajaran Langsung dan Pendamping
Sedangkan keefektifan dampak model pembelajaran melalui tes pelaksanaan dengan
menggunakan indikator, yaitu: (a) sikap ilmiah melalui nilainilai karakter dan (b) Ilmu
pengetahuan.

a.Uji keefektifan dalam membentuk sikap ilmiah melalui nilai karakter


Setelah diuji keefektifan model pembelajaran dalam membentuk sikap ilmiah siswa melalui
nilai karakter, data penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata nilai sikap ilmiah siswa
melalui pembelajaran discovery learning nilai karakter kelompok berkembang cukup baik.
Pencapaian kategori berkembang cukup
baik
b. Uji keefektifan dalam membentuk pengetahuan sains
Berdasarkan hasil uji keefektifan model pembelajaran dalam membentuk pengetahuan siswa
materi IPA terungkap bahwa nilai rata-rata pengetahuan siswa materi IPA kelas model
discovery learning adalah kriteria tuntas. Dengan kriteria ketuntasan pengetahuan IPA siswa
pada kelas discovery learning terungkap bahwa pedoman pembelajaran model pembelajaran
IPA berbasis discovery learning pendidikan karakter berorientasi yang dikembangkan oleh
peneliti sudah baik/layak digunakan.

.e) Kesimpulan
1. Model digunakan untuk meningkatkan pengetahuan IPA dan sikap ilmiah melalui nilai
karakter.pembelajaran IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan karakter
menghasilkan produk yang memenuhi kriteria validitas dan kepraktisan.
2. Model pembelajaran IPA berbasis discovery learning berorientasi pendidikan karakter
menghasilkan produk yang memenuhi kriteria keefektifan, selanjutnya tersedia digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan IPA dan sikap ilmiah melalui nilai karakter.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

Judul Jurnal : Discovery Learning with the Solar System Scope Application to
Enhance Learning in Middle School Students
Penulis : Atika Zahara, dkk
Tahun : 2020
Nama Jurnal : Journal of Science Learning, 3(3) : 174-184

a) Latar Belakang
Aplikasi Lingkup Tata Surya dapat menjadi dukungan teknis dalam pembelajaran penemuan
untuk topik tata surya. Karena discovery learning dapat dijadikan sebagai model
pembelajaran dalam pembelajaran tata surya dan aplikasi Lingkup Tata Surya merupakan
fasilitas untuk membantu siswa dalam mengamati tata surya. Ini akan menjadi cara untuk
memecahkan masalah dalam mempelajari tata surya karena siswa harus mengidentifikasi
objek tata surya dan menganalisis fenomena di tata surya. Dengan menerapkan discovery
learning yang didukung oleh aplikasi Solar System Scope, diharapkan guru dapat
menyampaikan materi tentang tata surya dengan cara lain dengan cara yang mudah dipahami,
lebih kreatif, dan menarik selain kegiatan belajarmengajar tradisional. Melalui penerapan
model discovery learning dengan aplikasi pendukung yaitu aplikasi Solar System Scope di
kelas, siswa akan lebih mudah memahami konsep ini dan memberikan pengalaman baru
kepada siswa dalam mempelajari tata surya juga.

b) Metode
Metode yang digunakan adalah penelitian eksperime. Menurut Fraenkel, Wallen, dan Hyun
(2011), desain eksperimen yang buruk melibatkan satu kelompok yang pra-tes, terkena
perlakuan, kemudian pasca-tes. Hal tersebut terkait dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui pengaruh penerapan discovery learning yang didukung oleh aplikasi Solar
System Scope terhadap penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran tata surya. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Group Pre test-Post-test Design (Fraenkel,
Wallen, & Hyun, 2011).

c) Hasil
Hasil analisis mendapatkan penerapan discovery learning dengan aplikasi solar sistem
mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan kategori sedang.

d) Kesimpulan
Penerapan discovery learning yang didukung dengan aplikasi Solar System Scope dapat
meningkatkan penguasaan konsep siswa.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

Judul Jurnal : Science Process Skills and Attitudes toward Science of Lower Secondary
Students of Merbau Island: A Preliminary Study on the Development of Maritime
Based Contextual ScienceLearning Media
Penulis : Muhammad Rahmad, dkk
Tahun : 2015
Nama Jurnal : Journal of Educational Sciences, 2(2) : 90-99

a) Latar Belakang
Pertumbuhan suatu bangsa ditentukan oleh penemuan-penemuan teknologi bangsa tersebut.
Teknologi itu sendiri pasti dihasilkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
persoalan keterampilan proses sains hingga saat ini tetap menjadi isu penting dalam
pendidikan sains. Seseorang yang memiliki keterampilan proses sains yang baik, akan
berusaha menjelajahi alam semesta sedalam dan seluas yang diinginkannya. Selanjutnya,
keterampilan ini dapat melahirkan teknologi baru. Ergul dkk. (2011) menyatakan bahwa
siswa yang memiliki keterampilan proses ilmiah memungkinkan untuk dapat memecahkan
masalah, berpikir kritis, membuat keputusan, dan kesimpulan, dan memuaskan keragu-
raguannya. Isu penting lainnya dalam pendidikan sains adalah sikap. Sobha dan Ummu
Kulsum (2015) mendefinisikan sikap sebagai ekspresi senang atau tidak senang terhadap
seseorang, tempat, objek, atau peristiwa. Sikap dalam sains dapat diartikan dalam dua
dimensi. Dimensi pertama adalah sikap terhadap sains dan dimensi kedua adalah sikap
ilmiah. Siswa yang memiliki sikap positif terhadap sains dan keterampilan proses yang baik
akan meningkatkan kemampuan kognitifnya. Perlu diterapkan pendekatan saintifik dalam
mengembangkan keterampilan proses sains dan sikap terhadap sains siswa. Menerapkan
kegiatan ilmiah sebagai kegiatan hands-on maupun mindon dalam pembelajaran IPA sangat
penting bagi siswa. Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besar wilayahnya
merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Provinsi Riau adalah
salah satu provinsi di Indonesia yang wilayahnya terdiri dari daratan Pulau Sumatera, pesisir
Sumatera, dan kepulauan. Beberapa kabupaten di Riau memiliki wilayah di pesisir timur
Pulau Sumatera: Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Siak, Pelalawan, dan Indragiri Hilir,
sedangkan seluruh wilayah Kepulauan Meranti merupakan kepulauan. Pulau Padang, Pulau
Rangsang, Pulau Tebing Tinggi, dan beberapa pulau kecil lainnya. Pada aspek pendidikan
IPA, capaian pendidikan IPA khususnya pada jenjang SMP masih belum memuaskan jika
dibandingkan dengan kabupaten lain di Riau. Hal ini terlihat dari data hasil Ujian Nasional
(UN) tahun 2016 dan 2017 yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud, 2017). Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan antara lain:
infrastruktur, lingkungan sosial, manajemen pendidikan, kualitas proses pembelajaran,
dukungan orang tua dan masyarakat, dan faktor lainnya. Untuk mengetahui kualitas proses
pembelajaran IPA, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan survei terhadap
hasil belajar IPA yang meliputi keterampilan proses IPA, sikap terhadap IPA, dan akademik.
prestasi belajar siswa sekolah menengah pertama di wilayah pesisir. Karena beberapa
keterbatasan, penelitian ini dilakukan di Pulau Merbau di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

b) Masalah
Bagaimana tingkat keterampilan proses sains, sikap terhadap sains, prestasi akademik sains
siswa Pulau Merbau sebagai salah satu wilayah pesisir.
c) Metode
Survei dilakukan di Pulau Merbau, salah satu kecamatan di Kepulauan Meranti, Provinsi
Riau, Indonesia. Sebanyak 114 siswa kelas 8 yang diperoleh dari 4 sekolah menengah
pertama di Pulau Merbau telah berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. Untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan keterampilan proses sains digunakan tes
keterampilan sains siswa sekolah menengah pertama berupa soal pilihan ganda. Instrumen ini
diadaptasi dari Zulirfan (2017) dengan indeks reliabilitas KR-20 sebesar 0,69. 30-item
instrumen ini diukur. Data dianalisis secara deskriptif meliputi: mean, distribusi frekuensi,
dan diagram batang. Tabel 1 digunakan untuk mengkategorikan sikap terhadap sains. Karena
skala skor tes keterampilan proses sains dan prestasi akademik siswa diberi skala 100, skala 4
pada skor sikap ilmiah diubah menjadi skala 100. Instrumen telah divalidasi dan melalui uji
reliabilitas. Indeks reliabilitas Cronbach-alpha untuk 27 item yang valid dari instrumen ini
adalah 0,87. Nilai ini dianggap memadai (Chua, 2006, Nunally & Bernstein, 1994). Selain
dua dimensi hasil belajar IPA pada pembahasan sebelumnya, peneliti juga mengumpulkan
data sekunder berupa data prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Data tersebut
diperoleh dari hasil tes formatif siswa pada mata pelajaran IPA. Pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan memberikan tes keterampilan proses sains dan mewajibkan siswa untuk
mengisi angket sikap terhadap sains. Data dianalisis secara deskriptif meliputi: mean,
distribusi frekuensi, dan diagram batang.

d) Hasil
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif untuk tiga dimensi hasil belajar IPA:
keterampilan proses IPA, sikap terhadap IPA, dan prestasi akademik atau kemampuan
kognitif . Perbandingan nilai rata-rata untuk ketiga dimensi hasil belajar yang diukur dalam
penelitian ini, yaitu: sikap terhadap sains (ATS), keterampilan proses sains (SPS), dan
prestasi akademik sains (SAA) menunjukkan bahwa responden secara umum memiliki
tingkat sikap yang baik terhadap sains, sedangkan keterampilan proses sains dan prestasi
akademiknya masih kurang. Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa baik
keterampilan proses sains maupun prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri di
Kecamatan Pulau Merbau yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada situasi
yang kurang memuaskan. Sebaliknya sikap siswa terhadap IPA berada pada kategori tinggi.
Hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan sikap terhadap sains dalam kategori rendah.
Guru jarang menggunakan metode eksperimen dan jarang menggunakan laboratorium IPA.
Kurangnya peralatan laboratorium dan waktu yang singkat untuk menerapkan eksperimen
metode, umumnya menjadi penyebab utama bagi guru untuk menghindari penggunaan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

e) Kesimpulan
Keterampilan proses ilmiah dan sikap terhadap sains akan memudahkan siswa dalam
mengkonstruksi konsep sains, yang pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik
sains. Namun dalam penelitian ini terjadi dengan keadaan sebaliknya. Siswa memiliki
sikap yang tinggi terhadap sains, tetapi keterampilan proses sains dan kemampuan
kognitif sains justru sebaliknya. Sikap yang tinggi terhadap sains ini menunjukkan
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

bahwa siswa memiliki harapan yang besar dalam pelajaran sains. Sementara itu,
rendahnya keterampilan proses sains dan prestasi akademik sains siswa sekolah
menengah pertama di wilayah pesisir ini, khususnya di Pulau Merbau, membuktikan
bahwa kegiatan ilmiah sebagai media dalam mengkonstruksi pengetahuan sains masih
bermasalah.

Judul Jurnal : Science Process Skills and Its Implementation in the Process of Science
Learning Evaluation in Schools.
Penulis : Atik Kurniawati
Tahun : 2021
Nama Jurnal : Journal of Science Education Research, 5 (3) : 16-20

a) Latar Belakang
Saat ini, salah satu tujuan penting pendidikan adalah mengajarkan keterampilan berpikir
ilmiah dan proses sains kepada siswa. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara
telah menekankan pemikiran ilmiah dan keterampilan proses sains dalam kurikulum
pembelajaran sains, mulai dari sekolah dasar hingga universitas. Keterampilan proses
sains yang diajarkan dalam mata pelajaran IPA sangat penting bagi setiap siswa
karena merupakan langkah awal untuk merangsang siswa menggunakan pemikiran dan
kreativitas secara efektif (Houtz, 2010). Oleh karena itu, guru khususnya guru IPA
perlu mengajar dan mengevaluasi keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses
sains diajarkan ketika siswa melakukan inkuiri jlmiah, sehingga evaluasi pembelajaran
juga harus terintegrasi dengan keterampilan tersebut.

b) Masalah
mengulas secara singkat terkait sifat keterampilan proses sains, jenis keterampilan
proses sains, teknik penilaian keterampilan proses sains, dan pelaksanaan penilaian sains
untuk keterampilan proses sains.

c) Metode
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan yang berisi teori-teori yang relevan dan
dijabarkan lebih lanjut serta implementasinya dalam pembelajaran IPA di sekolah.
Penelitian ini juga mengkaji konsep dan literatur, terutama dari artikel-artikel yang
dipublikasikan di jurnal ilmiah.

d) Hasil
Sifat Keterampilan Proses Sains
Dalam sains, keterampilan proses sains merupakan bangunan berpikir kritis dan inkuiri
yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran sains (Sheeba, 2013).Keterampilan proses
mengacu pada proses kognitif atau proses berpikir dimana siswa terlibat langsung
dalam pembelajaran IPA. Keterampilan proses sains yang diajarkan guru menghasilkan
produk pembelajaran IPA, meliputi makna, definisi, penjelasan istilah, konsep, prinsip,
hukum, teori, dan sebagainya, yang berkaitan dengan ranah sains. Istilah keterampilan
proses sains dipopulerkanmelalui proyek kurikulum Science-A Process Approach
(SAPA). Dan, Keterampilan Proses Sains dapat didefinisikan sebagai seperangkat
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

keterampilan yang dapat ditransfer dan menggambarkan kebiasaan seorang peneliti


(Houtz, 2010).

Jenis Keterampilan Proses Sains


Keterampilan proses sains dikelompokkan menjadi dua, yaitu: keterampilan dasar dan
keterampilan terintegrasi (Sheeba, 2013; Sermsirikarnjana et al., 2017). Keterampilan
proses dasar terdiri dari mengamati, menyimpulkan, mengukur, mengomunikasikan,
mengklasifikasi, memprediksi, dan menggunakan integrasi ruang-waktu dan angka.
Keterampilan proses terintegrasi terdiri dari mengendalikan variabel, mendefinisikan
secara operasional, merumuskan hipotesis, merumuskan model, menafsirkan data, dan
bereksperimen.
Teknik Penilaian Keterampilan Proses Sains
Penilaian selalu melibatkan pembelajaran, termasuk penilaian keterampilan proses sains
(Rosana, 2015). Keterampilan proses sains menggambarkan kemampuan siswa untuk
menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan
pengetahuan. Bagi siswa, Keterampilan Proses Sains penting untuk dipahami sebagai
langkah untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains. Dan, melalui
keterampilan ini, mereka berharap dapat memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan tersebut. Keterampilan mungkin diartikan sebagai
kemampuan menggunakan pikiran, akal, dan tindakan secara efisien dan efektif untuk
mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Implementasi Penilaian Keterampilan Proses Sains dalam pembelajaran
IPA
Penilaian keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui
berbagai cara mengikuti pembelajaran. Pelaksanaannya sendiri erat kaitannya dengan
teknik penilaian. Pelaksanaan penilaian keterampilan proses sains, yaitu observasi dan tes
tulis.

e) Kesimpulan
Keterampilan proses sains sangat erat kaitannya dengan pembelajaran sains dan
mengutamakan penilaian secara keseluruhan mengikuti hakikat sains, seperti dimensi
produk, proses, dan sikap. Itu tercakup dalam keterampilan proses dasar dan
terintegrasi.Teknik evaluasi yang paling memungkinkan dalam mengukur keterampilan
proses sains adalah dengan observasi atau unjuk kerja dan pertanyaan tertulis yang
mengikuti indikator keterampilan proses sains.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

Judul Jurnal : Engklek Game” in mathematics: How difference and relationship


student attitude towards science process skills?
Penulis : Kamid Kamida dkk
Tahun : 2021
Nama Jurnal : Cypriot Journal of Education Sciences, 16 (6) : 3109-3123

a) Latar Belakang
Pendidikan yang berkaitan dengan budaya lokal harus dilakukan sejak usia dini dalam
lingkungan pendidikan yang esensial. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi
kemajuan suatu negara (Johnes et al., 2017). Pendidikan adalah proses untuk mengubah
setiap individu menjadi lebih baik (Stukalova, 2017). Pendidikan dapat dikatakan sebagai
kunci keberhasilan siswa karena dalam pendidikan siswa dapat lebih melek dengan dunia luar
dan menjadi ujung tombak dalam mengembangkan sumber daya dan mengubah perilaku
setiap individu (Joarder et al.,2020). Permainan tradisional merupakan media yang praktis
dan menyenangkan dalam melaksanakan pendidikan karakter berbasis budaya (Lavega et al.,
2018; Chivandikwa, 2019). Permainan tradisional dapat mengenalkan budaya bangsa dan
meningkatkan kecintaan terhadap warisan dan nilai-nilai luhur. Engklek atau Sunda Manda,
Inkling, Jlong Jing, Piring, atau Dampu adalah permainan tradisional yang banyak terdapat di
Indonesia. Permainan engkol dapat menjadi materi kreatif bagi siswa dalam matematika.

b) Masalah
1. Bagaimana perbandingan minat siswa kelas IV A dan IV B pada permainan engklek
terhadap matematika di sekolah dasar negeri?
2. Bagaimana keterampilan proses siswa kelas IV A dan IV B dalam permainan engklek
dibandingkan dengan matematika di sekolah dasar negeri?
3. Bagaimana hubungan antara minat dan keterampilan proses siswa kelas IV A dan IV B di
permainan engklek pada mata pelajaran matematika di SD Negeri?

c) Metode
STUDI LITERATUR YANG TELAH DILAKUKAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran dengan desain explanatory.
Penelitian metode campuran menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan metode
penelitian kualitatif (Morse & Niehaus, 2016). Explanatory design dilakukan dalam beberapa
tahapan penelitian, dimulai dengan pengumpulan data, analisis data, perumusan hasil analisis
kuantitatif, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data, analisis dan perumusan data
kualitatif, dan interpretasi hasil penelitian.(Creswell, 2012). Sampel penelitian ini adalah
siswa SD Negeri di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari yang diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria peneliti (Sarstedt
et al., 2018). Kriteria yang peneliti tetapkan adalah siswa yang belajar matematika pada kelas
IV A dan kelas IV B di SD Negeri Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembar observasi, dan
wawancara, dimana angket yang digunakan diadaptasi dari penelitian (Astalini & Kurniawan,
2019), lembar observasi yang diadopsi dari penelitian (Darmaji et al., 2019), dan wawancara
dilakukan dengan guru dan siswa.
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

d) Hasil
Penelitian ini mengimplikasikan bahwa bermain permainan tradisional dapat meningkatkan
minat dan keterampilan proses siswa dalam belajar matematika. Lebih lanjut, penelitian ini
menemukan bahwa minat belajar matematika siswa yang dilakukan dengan permainan
engklek sangat luar biasa. Hal ini sangat berpengaruh dalam menumbuhkan minat dan
keterampilan dalam proses pembelajaran matematika (Musanna et al., 2017). Dengan
demikian, pembelajaran matematika yang diimplementasikan dengan permainan engklek
sangat efektif untuk siswa sekolah dasar. Kebaruan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbandingan dan hubungan antara minat siswa dengan keterampilan siswa.
jarang ada penelitian yang mengkaji minat dan keterampilan proses pada permainan
tradisional di tingkat sekolah dasar dan untuk mengetahui kontribusinya terhadap penelitian
dengan mengetahui pengujian di dua kelas dengan berbagai macam tes yang dilakukan.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk mengetahui manfaat permainan tradisional
yaitu engklek pada tingkat sekolah dasar. Sehingga penelitian ini dapat diketahui lebih detail
dan akurat berdasarkan pengujian-pengujian yang telah dilakukan oleh penelitian ini.

e) Kesimpulan
Terdapat perbandingan minat siswa kelas IV A dan IV B pada permainan engklek pada mata
pelajaran matematika di Sekolah Dasar Negeri. Selain itu, terdapat perbandingan
keterampilan proses siswa kelas IV A dan IV B dalam permainan engklek pada mata
pelajaran matematika di SD Negeri.

Judul Jurnal :The effect of game-based learning on academic achievement motivation


of elementary school students
Penulis : Tahereh Partovi, Majid Reza Razavi
Tahun : 2019
Nama Jurnal : Learning of Motivation Journal, 68 (2019) 101592: 1-9

a) Latar Belakang
Pembelajaran Berbasis Game yang melibatkan permainan dalam proses pendidikan, yang
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar (Trajkovik, Malinovski, Vasilev-Stojanovska,
& Vasilev, 2018). Saat ini, siswa sangat tertarik dengan komputer. Ini adalah kesempatan
untuk menggunakan instrumen ini untuk mencapai tujuan pendidikan dan instruksional
(Sayan, 2015). Studi terbaru dari banyak pendidik telah menganggap Pembelajaran Berbasis
Game sebagai alat pendidikan untuk mempercepat motivasi berprestasi akademik siswa
sekolah dasar (Choi, 7 Huang, Jeffrey, & Baek, 2013; Sung, Hwang, Hung, & Huang,
2012; Van Ek, 2006). Sebaliknya, berdasarkan hasil beberapa penelitian, permainan
komputer ini sebagian besar berbahaya (Anderson & Karen, 2002; Durkin & Barber, 2002).
Kebritchi, Hirumi, dan Bai (2010) menemukan promosi penting dalam pembelajaran
matematika berbasis permainan komputer siswa. Rastegar pour dan Marashi (2012)
menyelidiki pengaruh permainan komputer pada pembelajaran siswa sekolah menengah dan
menemukan bahwa bermain game memiliki peran penting dalam pembelajaran dengan
menciptakan kegembiraan dan kegembiraan. Secara keseluruhan, ada kelangkaan penelitian
ilmiah di Iran. Terlepas dari bukti penelitian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Pembelajaran Berbasis Game tidak berpengaruh pada kinerja akademik pengguna (Kaplan,
2010; Sayan, 2015). Studi penelitian yang berbeda menekankan diferensiasi orientasi
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

motivasi siswa dalam situasi yang berbeda (Çankaya & Karamete, 2009; Grimley, Green,
Nilsen, Thompson, & Tomes, 2011; Rabkin & Redmond, 2006). Levine telah
mengidentifikasi motivasi berprestasi akademik sebagai jalur belajar tertinggi. Sejak awal
1990-an, permainan komputer telah digunakan sebagai bagian utama dari waktu luang.
Permainan komputer meningkatkan visualisasi ruang dan meningkatkan keterampilan abstrak
subyektif dari mata pelajaran (Squick, 2006). Hasil penelitian Eowa, Wan Ali, Mahmud, dan
Baki (2010), menunjukkan bahwa kreativitas, harga diri, kesadaran, dan imajinasi meningkat
pada siswa yang mengikuti permainan komputer. Menurut Franklins, Peat, dan Lewis (2003),
game edukatif dapat memfasilitasi pembelajaran siswa dan mengarah pada partisipasi aktif
siswa di dalam kelas. Siswa yang pernah terlibat dalam permainan komputer kelas dan
laboratorium memiliki motivasi dan motivasi berprestasi akademik yang lebih besar daripada
kelompok kontrol (Kebritchi, 2009; Kebritchi et al., 2010). Penelitian Caller et al. (2007),
menunjukkan bahwa siswa dengan kecerdasan tinggi dan siswa normal, memiliki perbedaan
yang signifikan dalam hal keyakinan motivasi dan penerapan strategi pengaturan diri
sehingga tingkat motivasi internal yang tinggi mengarah pada kinerja yang lebih tinggi dalam
kinerja matematika. Tuzun, Yilmaz-Soylu, Karakus, Inal, dan Kizilkaya (2009)
menyimpulkan bahwa belajar siswa lebih efektif, dan mereka memiliki motivasi belajar yang
lebih internal.

b) Masalah
Apakah permainan komputer dapat meningkatkan motivasi berprestasi akademik siswa
secara intrinsik?

c) Metode
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen dengan desain pretest-posttest with
control group. Populasi statistik adalah 256.836 siswa kelas I SD tahun ajaran 2016-17. Enam
puluh siswa (32 laki-laki dan 28 perempuan) dipilih melalui metode purposive. Kemudian,
subjek penelitian dialokasikan secara acak ke kelompok kontrol dan eksperimen, dan
dilakukan pre-test dari kedua kelompok. Kelompok eksperimen dihadapkan pada
Pembelajaran Berbasis Permainan Misha dan Kosha, sementara kami menerapkan metode
pengajaran konvensional kepada kelompok kontrol. Alat ukurnya adalah angket Inventarisasi
Motivasi Sekolah (ISM).

d) Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa game edukasi komputer mempengaruhi motivasi
berprestasi akademik siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan
penggunaan game berbasis komputer pada siswa sekolah dasar dirasa perlu, dan sebaiknya
dimasukkan dalam RPP.

e) Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pembelajaran Berbasis Game terhadap
Motivasi Berprestasi Akademik Sekolah Dasar. Temuan menunjukkan bahwa siswa yang
bermain game komputer instruksional secara signifikan memiliki akademik yang lebih baik
prestasi dan sikap yang lebih baik terhadap pembelajaran IPA dibandingkan siswa yang
dilatih melalui metode tradisional
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

Judul Jurnal : Game-Based Learning Practices in Austrian Elementary Schools


Penulis : Eliza Avdiu
Tahun : 2019
Nama Jurnal : Educational Process International Journal, 8(3): 196-205

a) Latar Belakang
Kurikulum pendidikan dasar Austria berfokus pada metode dan materi pembelajaran melalui
pembelajaran berbasis permainan (game). Dalam merancang pengajaran di tingkat sekolah
dasar dengan cara yang sesuai untuk anak-anak, guru harus memberikan berbagai teknik
pembelajaran berdasarkan keadaan, dan mencoba berbagai bentuk pembelajaran yang
dianggap sesuai untuk pendidikan sekolah dasar (EURYDICE, 2019). Pembelajaran berbasis
permainan dianggap oleh banyak peneliti sebagai metode pengajaran yang mendorong anak
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran aktif dengan bekerja sama, yang membantu setiap
individu mengembangkan keterampilan dan kemampuannya sendiri, serta mengembangkan
nilai-nilai positif. Pembelajaran Berbasis Game secara sederhana berarti memasukkan materi
pengetahuan ke dalam game (Dadheech, 2019). Selama permainan, siswa tidak merasa
seperti sedang belajar, dan pengetahuan yang diperoleh melalui permainan akan diingat lebih
lama daripada pengetahuan yang diperoleh dengan cara lain (Dragoviq, Rovçanin, &
Gazivodaa, 2012).

b) Masalah
Sebagai seorang guru,
b.1 bagaimana pandangan anda tentang pentingnya pembelajaran berbasis game di SD?
b.2 apa pandangan anda tentang aktivitas pembelajaran berbasis permainan yang paling
banyak diterapkan di kelas?
b.3 Contoh apa yang Anda ketahui tentang permainan instruksional yang paling baik
diintegrasikan ke dalam pengajaran?
b.4 Apa pandangan Anda tentang pemilihan permainan instruksional yang digunakan di
dalam kelas?
b.5 Apa pandangan Anda tentang kesulitan penerapan pembelajaran berbasis permainan di
pendidikan dasar?

c) Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara
semi terstruktur dan observasi untuk memahami praktek guru saat menerapkan pembelajaran
berbasis game. Wawancara dilakukan terhadap 24 orang guru yang berasal dari 6 sekolah
dasar di Austria. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif . Wawancara direkam
dengan perekam audio digital dan kemudian data dianalisis. Durasi wawancara berkisar
antara 15 hingga 30 menit. Dalam penelitian ini, nama guru yang diwawancarai diberi kode
dengan huruf depan namanya kemudian dicatat. Analisis dimulai dengan membaca narasi
guru di mana mereka menggambarkan berbagai praktik dan prinsip pengajaran mereka,
seringkali menggambarkan mereka dengan situasi mengajar dari kelas mereka sendiri
(Riessman, 2008).
Trend Penelitian Pendidikan IPA
Dosen : Prof.Dr.Drs.H. Agus Ramdani, M.Sc.
Program Studi Doktor Pendidikan IPA
Pascasarjana Universitas Mataram
www.pasca.unram.ac.id

d) Hasil
pembelajaran berbasis permainan di sekolah dasar Austria adalah praktik pengajaran yang
menyenangkan dan produktif bagi anak-anak dan menghadirkan tantangan berkelanjutan
terkait dengan menemukan dan merancang beragam aktivitas permainan, dan menyesuaikan
pembelajaran mereka dengan kebutuhan dan minat siswa.

e) Kesimpulan
e.1 Pembelajaran berbasis permainan sebagai pembelajaran dengan bersenangsenang, belajar
sambil melakukan, dan belajar melalui aktivitas, pelajaran yang kompetitif, interaktif, dan
memungkinkan peserta didik untuk bersenang-senang sambil memperoleh pengetahuan.
e.2 Pembelajaran berbasis permainan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran,
meningkatkan pembelajaran, dan untuk mengembangkan keterampilan siswa.
e.3 Jenis permainan antara lain permainan kompetitif, permainan untuk mengembangkan
pemikiran logis, permainan video, pengembangan menulis dan membaca, pengembangan
komunikasi, permainan kartu, Lego permainan, dan permainan pemecahan masalah

Anda mungkin juga menyukai