Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA An. M DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA (KDS)

Disusun untuk memenuhi Tugas Pengalaman Belajar Klinik


(PBK) VII Non Reguler Program Study Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan STIKEs Indramayu

Disusun oleh :
NURLAELI
NIM : 2001009

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDRAMAYU
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
KEPERWATAN NON REGULER
2021
A. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal lebih dari 38C ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial (Mansjoer,
2005).
Kejang demam adalah suatu kondisi saat tubuh anak sudah dapat menahan
serangan demam pada suhu tertentu (Hardiono, 2007 : 11).
Kejang (konfulsi) merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak
terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba terjadi
gangguan kesadaran ringan aktivas motorik dan atau atas gangguan fenomena sensori
(Doenges, 2005 : 476).
B. ETIOLOGI
a. Gangguan vaskuler
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi intraserbal
atau antraventrikel, sedangkan perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa
perdarahan disubaraknoidal atau subdural, terjadi Trombosit, adanya penyakit
perdarahan seperti defisiensi vitamin K, sindrom hiperviskostas disebabkan oleh
meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian kadar hematokrit.
Isiensi dan ketergantunagn akan piridoksin, Gejala klinisnya antara lain pletora,
sianosis, letargi dan kejang.
b. Gangguan metabolism
Gangguan metabolisme meliputi hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi
dan ketergantaungan akan piridoksi, aminoasiduria, hiponatremia, hiperbilirubinemia.
c. Infeksi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi: meningitis sapsis, ensefalitis,
tokoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion.
d. Kelainan congenital
Kelainan kongenital meliputi: parensitalis, hidransefali, agnesis (sebagian dari otak).
e. Lain-lain
Disebabkan oleh Narcotic withdrawal, neoplasma

C. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya


perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul
bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau
kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di
serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini
menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh
faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat
diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga
terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)

Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan
paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada
wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut
proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas
metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini
maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara
kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
Penggunaan Alat
Free Sex MerokokDefisit perawatan diri (vulva higiene)

PATHWAY Cedera serviks saat pemasangan Kekebalan tubuh

Invasi HPV

Hubungan
Jumlah
seksual (< 20 Infeksi HPV
kelahiran Pertumbuhan
Efek anastesi tahun).
Proses Metaplasy sel abnormal di
labia mayora
Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks
Anastesi dan minora
Mual, muntah, anoreksi
Histerektomi total Intoleransi Aktivitas Metaplasia skuamosa
Non Pembedahan Kemotera pi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks

Histerektomi Radikal Penurunan BB


Vaskularisasi jaringan Menembus sel Merusak struktur jaringan serviks

Luka perdarahan Risiko ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari ke


Struma serviks
Peradangan endoserviks dan eksoserviks Menginvasi organ
Jaringan terbuka
Risiko Infeksi
Nekrosis Meluas ke
jaringan, Rektum Fistula Uretra Vagina
Keputihan dan bau busuk pembukuh
limfe dan Fistul Fistu Fistu
a la la
rekt
Gangguan konsep diri: HDR Dinding
Infiltra Infiltrasi ke uretra
pembul
uh si ke Perdarah
an
Perdarahan spontan Nyeri Akut Gangguan Eliminasi

Gangguan Perfusi JaringanAnemia Trombositopenia


D. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.

b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada


stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan
yang keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri
di daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan
di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.
Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
a. Nyeri panggul,
b. Nyeri pinggul,
c. Nyeri kaki,
d. Penurunan berat badan,
e. Anoreksia,
f. Kelemahan dan kelelahan
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks
adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi
tidak teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital.
Keputihan abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin
berair, bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran
kencing atau rektum terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin
hasil dari loco penyakit regional invasif atau dari penyakit radang panggul hidup
berdampingan.

E. KOMPLIKASI
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis,
obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia
Anderson Price, 2005).

Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering


dipersulit oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir
selalu dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien
dengan tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau
inkontinensia dari fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan
langsung dari tumor kandung kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor
primer besar dapat menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila
8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).

g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).

G. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.

b. Keluhan Utama
Perdarahan dan
keputihan.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


d. Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan
yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat
memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau
membawa ke rumah sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan
keluarga.

e. Riwayat Penyakit Dahulu

10
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.

f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti
ini atau penyakit menular lain.

g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

h. Pemeriksaan Fisik Fokus


1. Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
a. Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri
(meringis), Raut wajah pucat.

b) Mata : konjunctiva tidak anemis


c) Hidung : simetris, tidak ada sputum
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat lesi

f) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada


pembesaran kelenjer getah bening

2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana
dan kiri Auskultasi : vesikuler, perubahan
tekanan darah

3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

11
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.

b) Palapasi : ada nyeri tekan


c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5. Genetalia
Inspeksi
b. Ada lesi.
c. Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
d. Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
e. Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6. Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidakterlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat
lokasinya.

2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal
yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3. Koloskopi

12
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.

Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah


untuk melakukan biopsy.

Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.

1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

I. INFORMASI TAMBAHAN
1. Terapi yang diberikan

 berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi


Gravazol 1x1 tab, asam mefenamat 3x1 tab,
amoxcilin 3x1 tab Di anjurkan USG dan rawat
inap.
2. Kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan

• Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan


tertentu.
• Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.

• Pantau masukan makalan oleh klien.


• Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan
dan sesuai dengan diet.

13
• Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

J. ANALISA DATA
Data Senjang Penyebab / Etiologi Masalah Kep.
(DS dan DO) (SDKI)
DS :
pasien mengatakan nyeri perut 1. Umur pertama kali Nyeri akut berhubungan
melakukan dengan pertumbuhan
hubungan seksual jaringan abnormal.

2. Jumlah Kehamilan
dan Partus
DO : Os tampak meringis
3. Infeksi Virus

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.

3 Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.


4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
6 Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7 Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.

14
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
NO. Diagnosa
Rencana
Keperawatan Tujuan Rasional
Tindakan
1. Mampu 1. Kolaborasi dalam Pemeriksaan untuk
mengenali dan pemeriksaan hematokrit Hb mengetahui kondisi
terkini,pemberian
menangani serta jumlah trombosit. cairan yang tepat
anemia dan sesuai untuk
2. Berikan cairan secara cepat.
pencegahan menghindari syok.
terhadap 3. Pantau dan atur kecepatan
terjadinya infus.
komplikasi 4. Kolaborasi dalam pemberian
perdarahan. infus
2. masukan yang 1. Kaji adanya pantangan atau Dengan mengkaji
adekuat serta adanya alergi terhadap aadanya alergi
makanan atau tidak,
kalori yang makanan tertentu. dan kolaborasi
mencukupi dengan ahli gizi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh. diharapkan
dalam pemberian menu yang
sesuai dengan diet yang Kebutuhan
ditentukan. nutrisi
terpenuhi.
3. Pantau masukan makalan
oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa
makanan dari rumah jika
diperlukan dan sesuai dengan
diet.
5. Lakukan perawatan mulut
sebelum makan sesuai
ketentuan.
3. Infeksi menurun 1. Pantau tanda vital setiap 4 Personal Hygiene
dan tidak terdapat jam atau lebih sering bila yang adekuat dapat
menghindari
tanda–tanda diperlukan. terjadinya infeksi
infeksi 2. Tempatkan pasien pada atau penyakit baru
lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga
hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat
sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam
pemeriksaan kultur dan
pemberian antibiotic.

15
4. Pasien mampu 1. Kaji pola istirahat serta Istirahat yang
mempertahankan adanya keletihan pasien. cukup dapat
meningkatkan
tingkat aktivitas 2. Anjurkan kepada pasien kemampuan
yang optimal. untuk mempertahan pola aktifitas ringan
istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi
aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan
aktivitas berdasarkan pola
istirahat atau keletihan yang
dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk
melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas.

16
M. DAFTAR PUSTAKA

1. Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan.


Jakarta: EGC.
2. Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
3. Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing
Country: Pakistan. US: Global Journal.

4. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: MediAction Publishing.
5. Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
6. Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.
7. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.
8. Jakarta: EGC.
9. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai