Disusun oleh :
NURLAELI
NIM : 2001009
C. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu
epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan
paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada
wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada
wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor
luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh
prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut
proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas
metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini
maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara
kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat
virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma
in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan
karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo,2010).
Penggunaan Alat
Free Sex MerokokDefisit perawatan diri (vulva higiene)
Invasi HPV
Hubungan
Jumlah
seksual (< 20 Infeksi HPV
kelahiran Pertumbuhan
Efek anastesi tahun).
Proses Metaplasy sel abnormal di
labia mayora
Lemah Mitosis sel eksoserviks dan endoserviks
Anastesi dan minora
Mual, muntah, anoreksi
Histerektomi total Intoleransi Aktivitas Metaplasia skuamosa
Non Pembedahan Kemotera pi
Tindakan pembedahan Ca. Cerviks
E. KOMPLIKASI
Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis,
obstruksi perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia
Anderson Price, 2005).
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Irradiasi
1. Dapat dipakai untuk semua stadium
2. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
1. Kerentanan kandungan kencing
2. Diarrhea
3. Perdarahan rectal
4. Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya
dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila
8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).
G. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama
Perdarahan dan
keputihan.
10
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami
hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
f. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti
ini atau penyakit menular lain.
g. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
2. Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana
dan kiri Auskultasi : vesikuler, perubahan
tekanan darah
3. Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
11
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4. Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di
daerah abdomen.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidakterlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat
lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal
yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
12
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
1. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
2. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
I. INFORMASI TAMBAHAN
1. Terapi yang diberikan
13
• Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
J. ANALISA DATA
Data Senjang Penyebab / Etiologi Masalah Kep.
(DS dan DO) (SDKI)
DS :
pasien mengatakan nyeri perut 1. Umur pertama kali Nyeri akut berhubungan
melakukan dengan pertumbuhan
hubungan seksual jaringan abnormal.
2. Jumlah Kehamilan
dan Partus
DO : Os tampak meringis
3. Infeksi Virus
14
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan Keperawatan
NO. Diagnosa
Rencana
Keperawatan Tujuan Rasional
Tindakan
1. Mampu 1. Kolaborasi dalam Pemeriksaan untuk
mengenali dan pemeriksaan hematokrit Hb mengetahui kondisi
terkini,pemberian
menangani serta jumlah trombosit. cairan yang tepat
anemia dan sesuai untuk
2. Berikan cairan secara cepat.
pencegahan menghindari syok.
terhadap 3. Pantau dan atur kecepatan
terjadinya infus.
komplikasi 4. Kolaborasi dalam pemberian
perdarahan. infus
2. masukan yang 1. Kaji adanya pantangan atau Dengan mengkaji
adekuat serta adanya alergi terhadap aadanya alergi
makanan atau tidak,
kalori yang makanan tertentu. dan kolaborasi
mencukupi dengan ahli gizi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh. diharapkan
dalam pemberian menu yang
sesuai dengan diet yang Kebutuhan
ditentukan. nutrisi
terpenuhi.
3. Pantau masukan makalan
oleh klien.
4. Anjurkan agar membawa
makanan dari rumah jika
diperlukan dan sesuai dengan
diet.
5. Lakukan perawatan mulut
sebelum makan sesuai
ketentuan.
3. Infeksi menurun 1. Pantau tanda vital setiap 4 Personal Hygiene
dan tidak terdapat jam atau lebih sering bila yang adekuat dapat
menghindari
tanda–tanda diperlukan. terjadinya infeksi
infeksi 2. Tempatkan pasien pada atau penyakit baru
lokasi yang tersedia.
3. Bantu pasien dalam menjaga
hygiene perorangan.
4. Anjurkan pasien istirahat
sesuai kebutuhan.
5. Kolaborasi dalam
pemeriksaan kultur dan
pemberian antibiotic.
15
4. Pasien mampu 1. Kaji pola istirahat serta Istirahat yang
mempertahankan adanya keletihan pasien. cukup dapat
meningkatkan
tingkat aktivitas 2. Anjurkan kepada pasien kemampuan
yang optimal. untuk mempertahan pola aktifitas ringan
istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi
aktivitas.
3. Bantu pasien merencanakan
aktivitas berdasarkan pola
istirahat atau keletihan yang
dialami.
4. Anjurkan kepada klien untuk
melakukan latihan ringan.
5. Observasi kemampuan pasien
dalam melakukan aktivitas.
16
M. DAFTAR PUSTAKA
17