Oleh :
P07120219004
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR KANKER SERVIKS
A. DEFINISI
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
dan neoplasma. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyebar bagian
seluruh tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastase. Metastase
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2015).
Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher
rahim) dan dimulai pada lapisan serviks. Terjadi kanker serviks sangat perlahan,
pertama beberapa sel normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian berubah
menjadi sel kanker. Perubahan ini di sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan
tes pap smear (Rahman, 2010).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.
B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika
tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Pemicu utama
munculnya kanker serviks adalah infeksi dari beberapa tipe Human Papilloma
Virus (HPV) risiko tinggi yang menimbulkan poliferasi pada permukaan epidermal
dan mukosa serviks. Jenis HPV yang sangat umum ditemui dalam kasus kanker
serviks adalah tipe 16 dan 18. Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kanker
serviks antara lain :
Penekanan sel
Psikologis Kanker Serviks Nyeri
kanker pada saraf
Hb
Resiko
kerusakan
Anemia
integritas kulit
Sel-sel kurang O2
Gastrointestin kurang O2
Nutrisi Kurang
Risiko injuri
D. KLASIFIKASI
E. GEJALA KLINIS
Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
10) Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan
bercampur dengan darah.
12) Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus
haid.
14) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi
90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks
yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.
2) Kolposkopi
3) Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin
10%.
4) Konisasi
6) Gineskopi
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker.Salah satu PT yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA
(Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
Kadar CEA abnormal adalah > 5 μL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal
adalah >5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan
plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT
ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
G. PENATALAKSANAAAN MEDIS
Terdapat tiga jenis pengobatan utanma kanker, yaitu operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Berikut penjelasannya :
1) Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa
pengobatan melibatkan penganggkatan rahim (histerektomi) dan yang lain
tidak. Daftar ini mencakup beberapa jenis operasi yang paling umum
dilakukanpada pengobatan kanker serviks:
▪ Cyrosurgery
▪ Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau
menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan
laser hanya digunakan sebagai pengobatan kanker serviks pro-invasif
(stadium 0).
▪ Konisasi
▪ Histerektomi
▪ Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelektomiradikal memungkinkan
wanita muda yang kena kanker stadium awal dapat diobati dan masih dapat
mempunyai anak.Metode ini meliputi penganggkatan serviks dan bagian
atas vagina, kemudian meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang
bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.Kelenjar getah
bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini bias dialkukan melalui vagina
atau perut.
2) Radioterapi
3) Kemoterapi
H. KOMPLIKASI
Komplikasi kanker serviks bisa disebabkan oleh karena efek dari pemberian
terapi dan akibat dari stadium lanjut.
1. Identitas Pasien
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
4. Keadaan Psikososial
5. Data Khusus
1) Keluhan Haid
b. Aktifitas/istirahat
Gejala :
c. Sirkulasi
d. Eliminasi
e. Integritas ego
f. Makan/cairan
Gejala : Pusing
h. Nyaman/kenyamanan
i. Pernapasan
j. Keamanan
l. Penyuluhan/pembelajaran
m. Perencanaan pulang
1. Pemeriksaan Fisik
▪ Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut
2. Pengkajian Psikologis
a. Tingkat Emosi
b. Pola Koping
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis,
kerusakan sistem saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor,
ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor,
gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis,
peningkatan indeks massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional,
riwayat penganiayaan, riwayat penyalahgunaan obat/zat dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan), tampak meringis, gelisah, tidak
mampu menuntaskan aktivitas, merasa takut mengalami cedera berulang,
bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri), waspada, pola tidur
berubah, anoreksia, fokus menyempit, berfokus pada diri sendiri.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi,
krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga,
hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan,
penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan, kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang,
sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya,
frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh,
perubahan biopsikososial seksualitas, ketiadaan model peran, model peran
tidak dapat mempengaruhi, kurang privasi, ketiadaan pasangan, kesalahan
informasi, kelainan seksual, konflik nilai, penganiayaan fisik, dan kurang
terpapar informasi.dibuktikan dengan mengungkapkan aktivitas seksual
berubah, mengungkapkan eksitasi seksual, merasa hubungan seksual tidak
memuaskan, mengungkapkan peran seksual berubah, mengeluhkan hasrat
seksual menurun, mengungkapkan fungsi seksual berubah, mengeluh nyeri
saat berhubungan seksual (dispareunia), mengungkapkan ketertarikan pada
pasangan berubah, mengeluh hubungan seksual terbatas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup
menoton dibuktikan dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak
nyaman setelah aktivitas, merasa lelah, tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.
5. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan dibuktikan dengan perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan volume cairan,
penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem,
faktor mekanis, terapi radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati
perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, penekanan pada
tonjolan tulang, kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan.
6. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan organisme, patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: gangguan peristaltik, kerusakan
integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban
pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, status cairan
tubuh, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan
hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, faktor ekonomi, faktor
psikologis dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot mengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh, perubahan fungsi tubuh, perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian
budaya, keyakinan atau sistem nilai, transisi perkembangan, gangguan
psikososial, efek tindakan/pengobatan dibuktikan dengan mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, kehilangan bagian tubuh,
fungsi/struktur tubuh berubah/hilang, tidak mau mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan perasaan negative
tentang perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran penolakan/reaksi
orang lain, mengungkapkan perubahan gaya hidup, menyembunyikan/
menunjukan bagian tubuh secara berlebih, menghindari melihat dan
menyentuh bagian tubuh, fokus berlebihan pada perubahan tubuh, respond
non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh, fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.
C. INTERVENSI
Cahyanti, Nopi Nur. 2016. “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Yang Mengalami
Kanker Serviks Stadium III A Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”. KTI. Jurusan Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah, Samarinda.
Jannah, Siti Raudhatul. 2019. “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ca. Serviks Di
Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda”. KTI. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan, Samarinda.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Denpasar, …………… 2021
Pembimbing/CI Mahasiswa
(……………………………………) (………………..……….)
NIP. NIM.
Clinical Teacher/CT
(……………………………………..)
NIP.