Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER SERVIKS

PRAKTIK KEPERAWATAN MATERNITAS

DI RSUD TABANAN RUANGAN KEMUNING

Oleh :

Si Ayu Rai Setiawati

P07120219004

2.A/ S.Tr. Keperawatan/ Semester IV

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR KANKER SERVIKS

A. DEFINISI

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
dan neoplasma. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyebar bagian
seluruh tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastase. Metastase
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2015).

Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher
rahim) dan dimulai pada lapisan serviks. Terjadi kanker serviks sangat perlahan,
pertama beberapa sel normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian berubah
menjadi sel kanker. Perubahan ini di sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan
tes pap smear (Rahman, 2010).

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan


kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim
(Sarjadi, 2001).

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang
terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim
yang menempel pada puncak vagina.
B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk
suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika
tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks. Pemicu utama
munculnya kanker serviks adalah infeksi dari beberapa tipe Human Papilloma
Virus (HPV) risiko tinggi yang menimbulkan poliferasi pada permukaan epidermal
dan mukosa serviks. Jenis HPV yang sangat umum ditemui dalam kasus kanker
serviks adalah tipe 16 dan 18. Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko kanker
serviks antara lain :

1. Usia, semakin tua sesorang maka semakin tinggi risikoterkena kanker


serviks. Wanita yang berisikoterkena kanker serviks adalahwanita berusia
diatas 35tahun.
2. Perempuan yang melakukan aktivitas seksual sebelum usia 20 tahun, karena
organ reproduksi wanita belum memiliki tingkat kematangan yang sesuai
sehingga risiko terkena kanker serviks dua kali lebih besar.
3. Berganti-ganti pasangan seksual, risiko seorang wanita terkena kanker
serviks menjadi 10 kali lipat apabila ia memiliki enam partner seksual atau
lebih.
4. Menderita infeksi kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual
(IMS).
5. Paritas tinggi, ada beberapa pendapat yang mengatakan adanya kolerasi
antara melahirkan dan risiko kanker serviks yaitu: pertama, saat proses
persalinan janin akan keluar melalui serviks yang akan menimbulkan
trauma pada serviks. Jika serviks mengalami kelahiran terus menerus maka
serviks akan sering mengalami trauma sehingga meningkatkan risiko
terkena kanker serviks. Kedua, adanya perubahan hormon pada wanita
selama masa hehamilan yang membuat wanita tersebut lebih mudah
terinfeksi HPV dan pertumbuhan kanker. Ketiga, pendapat bahwa wanita
hamil memiliki imunitas yang lebih rendah sehingga memudahkan
masuknya HPV dalam tubuh yang berujung pada pertumbuhan kanker.
6. Penggunaaan kontrasepsi oral jangka panjang, salah satu faktor risiko lain
adalah penggunaan kontrasepsi oral (pil) dalam jangka waktu lama,
tepatnya lebih lima tahun. Jika hal ini dilakukan maka akan meningkatkan
risiko terkena kanker serviks sebesar 1,53 kali. Namun, risiko mereka akan
kembali normal setelah 10 tahun berhenti mengkonsumsi kontrasepsi oral.
7. Merokok pasif/aktif, pada sebuah penelitian ditemukan bahwa lendir
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lain yang
terkandung dalam rokok. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks
adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen
infeksi virus.
8. Riwayat kanker serviks pada keluarga, apabila saudara kandung atau ibu
mempunyai riwayat kanker serviks, maka risiko seseorang untuk terkena
kanker serviks juga lebih besar dari pada wanita yang tidak memiliki
riwayat keluarga terkena kanker serviks.
9. Defisiensi nutrisi, beberapa penelitian menyebutkan bahwa defisiensi asam
folat, vitamin C, vitamim E, beta karoten/ retinol (vitamin A) dihubungkan
dengan peningkatan risikokanker serviks. Vitamin E, vitamim C, vitamin E,
beta karoten mempunyai khasiat sebagai antioksidan yang kuat sehingga
dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang
terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia.
10. Perawatan organ reproduksi yang salah, beberapa kesalahan dalam
perawatan organ reproduksi antara lain yaitu kesalahan cara membersihkan
vagina dari belakang kedepan, memakai WC umum yang kotor. WC adalah
tempat yang memungkinkan kontaminasi dan penyebaran virus HPV.
Menggunakan pembalut berbahan dioksin dan menyepelekan keputihan.
11. Penurunan kekebalan tubuh (Imunosuspensi), hal ini terjadi pada penderita
HIV/AIDS ataupun pada penggunaan kortikosteroid untuk jangka waktu
yang lama.
12. Infeksi klamidia, infeksi klamidia adalah salah satu penyakit IMS (Infeksi
Menular Seksual).
13. Kelebihan berat badan wanita yang memiliki kelebihan berat badan juga
mempunyai risiko kanker serviks yang lebih tinggi.
14. Hasil pemeriksaan papsmear atau IVA sebelumnya abnormal.
C. POHON MASALAH

Virus VPN D. Virus herpes simplex Faktor-fakor risiko


Sito megalo virus

Penekanan sel
Psikologis Kanker Serviks Nyeri
kanker pada saraf

Kurang Perdarahan Pengobatan


Bau busuk
pengetahuan
Gangguan
Pola Eksternal Radiasi
Hipovolemi Gangguan
Cemas/Takut Seksual
anemia Body Image

Kulit merah, Depresi sumsum Mulut kering


Intoleransi
Resiko kering tulang
Aktivitas stomatitis
infeksi

 Hb
Resiko
kerusakan
Anemia
integritas kulit

Sel-sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Resiko kekurangan Mual Muntah


volume cairan

Nutrisi Kurang

Risiko tinggi Daya tahan tubuh berkurang


Kelemahan/kelelahan
infeksi

Risiko injuri
D. KLASIFIKASI

Stadium klinis menurut membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan serviks


(biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk stadium
kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan dengan foto CT-
scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan sistoskopi, protoskopi
dan barium enema.

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel.

Stadium I Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks


(penyebaran ke korpus uteri diabaikan).

Stadium I A Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis


secara mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara
makroskopik walau dengan invasi yang superficial
dikelompokkan pada stadium IB.

Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3


mm dan lebar horizontal tidak lebih 7 mm.

Stadium I A2 Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari


5 mm dan perluasan horizontal tidak lebih 7 mm.

Stadium I B Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara


mikroskopik lesi lebih dari stadium I A2.

Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari


dimensi terbesar.

Stadium I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter


terbesar.

Stadium II Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi


belum mengenai dinding panggul atau sepertiga
distal/ bawah vagina.
Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium.

Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium.

Stadium III Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau


mengenai sepertiga bawah vagina dan/ atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal.

Stadium III A Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah


vagina dan tidak menginvasi ke parametrium tidak
sampai dinding panggul.

Stadium III B Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau


menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal.

Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi.

Stadium IV A Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau


rectum dan/ atau keluar rongga panggul minor.

Stadium IV B Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi


stroma dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari
membrane basalis epitel tanpa invasi ke rongga
pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi
kanker serviks.

E. GEJALA KLINIS

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:

1) Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

2) Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan


abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan
seksual.
3) Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.

4) Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

5) Nyeri disekitar vagina

6) Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

7) Nyeri pada anggota gerak (kaki).

8) Terjadi pembengkakan pada area kaki.

9) Sakit waktu hubungan seks.

10) Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan
bercampur dengan darah.

11) Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

12) Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus
haid.

13) Sering pusing dan sinkope.

14) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Sitologi

Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi
90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks
yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.

2) Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu


alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan
sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka
kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang
mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di
jaringan serviks.

3) Biopsi

Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat
seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka
contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin
10%.

4) Konisasi

Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian


rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis
servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi
selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan
dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi
tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan
pewarnaan dengan larutan lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml) dan
eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan
sebagai berikut :

a. Proses dicurigai berada di endoserviks.


b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
c. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
d. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

5) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks.Tes sangat


mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter
ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat
sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan
tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal..

6) Gineskopi

Gineskopi adalah teropong monokuler, ringan dengan pembesaran 2,5 x


lebih sederhana dari kolposkopi dapat digunakan untuk meningkatkan skrining
dengan sitologi. Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan
bila tampak daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan
spesifisitas masingmasing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak 12,6% dan
positif palsu 16%.

7) Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)

Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker.Salah satu PT yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks adalah CEA
(Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
Kadar CEA abnormal adalah > 5 μL/ml, sedangkan kadar HCG abnormal
adalah >5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan oleh jaringan
plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 60 hari. Kedua PT
ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.

8) Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi perdarahan


yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin,
hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam
sel-sel tubuh.

G. PENATALAKSANAAAN MEDIS

Terdapat tiga jenis pengobatan utanma kanker, yaitu operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Berikut penjelasannya :

1) Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa
pengobatan melibatkan penganggkatan rahim (histerektomi) dan yang lain
tidak. Daftar ini mencakup beberapa jenis operasi yang paling umum
dilakukanpada pengobatan kanker serviks:

▪ Cyrosurgery

Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan


ke dalam vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel
abnormal dengan cara membekukannya. Cyrosurgery digunakan untuk
mengobati kanker serviks stadium 0, bukan kanker invasif yang telah
menyebar ke luar leher rahim.

▪ Bedah Laser

Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau
menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan
laser hanya digunakan sebagai pengobatan kanker serviks pro-invasif
(stadium 0).

▪ Konisasi

Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim.


Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis
yang dipanaskan oleh listrik.Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (stadium 0-1).

▪ Histerektomi

Suatu tindakan pembedahan yang bertujuan mengangkat uterus dan


serviks (total) atau salah satunya. Biasanya dilakukan pada stadium Ia – IIa.
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause atau bila keadaan umum baik.
Dapat juga pada umur kurang dari 65 tahun.Pasien harus bebas dari penyakit
resiko tinggi seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.

▪ Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelektomiradikal memungkinkan
wanita muda yang kena kanker stadium awal dapat diobati dan masih dapat
mempunyai anak.Metode ini meliputi penganggkatan serviks dan bagian
atas vagina, kemudian meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang
bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam rahim.Kelenjar getah
bening di dekatnya juga diangkat. Operasi ini bias dialkukan melalui vagina
atau perut.

2) Radioterapi

Pada pengobatan kanker serviks, radioterapi diterapkan dengan melakukan


radiasi eksternal yang diberikan bersama kemoterapi dosis rendah.Untuk jenis
pengobatan radiasi interna zat radioaktif dimasukkan ke dalam silinder di dalam
vagina kadang-kadang bahan radioaktif ini di tempatkan di dalam jarum tipis
yang di masukkan langsung ke tumor.

3) Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel


kanker.Biasanya obat-obatan tersebut diberikan melalui infuske dalam
pembuluh darah atau melalui mulut. Setelah obat masuk ke aliran darah maka
akan menyebar ke seluruh tubuh, terkadang ada beberapa obat yang diberikan
dalam satu waktu.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi kanker serviks bisa disebabkan oleh karena efek dari pemberian
terapi dan akibat dari stadium lanjut.

a) Komplikasi dari efek pemberian terapi kanker


1. Menopause dini
Menopause dini terjadi akibat ovarium diangkat melalui operasi atau
karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Gejala yang
timbul akibat kondisi ini adalah vagina kering, menstruasi berhenti atau
tidak keluar, menurunnya libido, sensasi rasa panas dan berkeringat
berlebihan meski di malam hari, dan osteoporosis.
2. Penyempitan vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks sering kali
menyebabkan penyempitan vagina.
3. Limfedema atau penumpukan cairan
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan
atau kaki karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik
berfungsi untuk membuang cairan berlebihan dari dalam jaringan tubuh.
Gangguan pada sistem ini menyebabkan penimbunan cairan pada organ
tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
4. Dampak emosional
Didiagnosis kanker serviks dan menghadapi efek samping pengobatan
bisa memicu terjadinya depresi. Tanda-tanda depresi adalah merasa
sedih, putus harapan, dan tidak menikmati hal-hal yang biasanya
disukai.
b) Akibat dari kanker serviks stadium lanjut
1. Nyeri akibat penyebaran kanker
Nyeri akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau
otot.
2. Pendarahan berlebihan
Pendarahan berlebihan terjadi jika kanker menyebar hingga ke vagina,
usus, atau kandung kemih.
3. Penggumpalan darah setelah pengobatan
Kanker bisa membuat darah menjadi lebih kental dan cenderung
membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat setelah
menjalani kemoteapi dan istirahat pasca operasi.
4. Produksi cairan vagina yang tidak normal
Cairan vagina bisa berbau tidak sedap akibat kanker serviks stadium
lanjut.
5. Gagal ginjal
Kanker serviks pada stadium lanjut akan menekan ureter, menyebabkan
terhalangnya aliran urin untuk keluar dari ginjal sehingga urin
terkumpul di ginjal (hidronefrosis). Hidronefrosis parah bisa merusak
ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.
6. Fistula
Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara
dua bagian dari tubuh. Fistula pada kasus kanker serviks terbentuk
antara kandung kemih dan vagina, sehingga mengakibatkan urin keluar
melalui vagina.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Anamnesa :

1. Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan,


pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam
medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.

2. Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

3. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti


pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai
air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu
makan, dan anemia.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang


mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada
panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan mual muntah berlebihan, tidak nafsu makan,
dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan


dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit
HIV/AIDS.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling


mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan
genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga
yang tidak ada riwayat di dalam keluarganya.

4. Keadaan Psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan


terhadap pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan
suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan. Konsep diri
pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi
wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa
tidak berguna atau menyusahkan orang lain.

5. Data Khusus

a. Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker


serviks yang perlu diketahui adalah:

1) Keluhan Haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker


serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah
salah satu tanda gejala kanker serviks.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks


terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus
semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks.

b. Aktifitas/istirahat

Gejala :

1) Kelemahan atau keletihan akibat anemia


2) Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
3) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas, dan keringat malam
4) Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen
lingkungan dan tingkat strees tinggi

c. Sirkulasi

▪ Gejala : Nyeri dada (angina)


▪ Tanda : Disritmia (Vibrilasi atrium), irama gallop, mur-mur,
peningkatan darah dengan tekanan nada yang kuat. Takikardi
saat istirahat, sirkulasi kolaps (krisis tirotoksikosis)

d. Eliminasi

Gejala : Pada kanker serviks : perubahan pada defekasi, perubahan


eliminasi urinalis, misalnya nyeri

e. Integritas ego

Gejala : Faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari


pengobatan, keyakinan relegius, atau spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.

f. Makan/cairan

Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, kehausan, muntah,


mual, kebiasaan diet buruk (misalnya rendah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa)
g. Neurosensori

Gejala : Pusing

h. Nyaman/kenyamanan

Gejala : Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan


ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit).

i. Pernapasan

Gejala : Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea, deispnea,


edema paru (pada krisis tirotoksikosis).

j. Keamanan

▪ Gejala : Tidak toleransi terhadap aktifitas, keringat berlebihan,


alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)
▪ Tanda :Suhu meningkat 37,4∙C diaphoresis kulit halus, hangat
dan kemerahan
k. Seksualitas

Tanda : Perubagan pola respon seksual, keputihan (jumlah


karakteristik, bau), perdarahan habis senggama

l. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,


riwayat pengobatan sebelumnya. Nuligravida lebih besar dari usia
30 tahun, multigravida pasangan seks multiple dan aktivitas seksual
dini.

m. Perencanaan pulang

Gejala : mungkin membutuhkan bantuan untuk perawatan diri dan


aktivitas.

b. Pengkajian Fisik Dan Psikologis

1. Pemeriksaan Fisik
▪ Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok dan mudah tercabut

▪ Wajah : Konjungtiva anemis akibat perdarahan.

▪ Leher : Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium


lanjut.

▪ Abdomen : Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung


bawah akibat tumor menekan saraf lumbosakralis

▪ Ekstermitas : Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota


gerak (kaki).

▪ Genitalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami


sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi.
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.

2. Pengkajian Psikologis

a. Tingkat Emosi

Kaji tingkat emosi pasien apakah cemas, sedih, terkejut, marah,


menolak, tawar-menawar, menerima, depresi, dan menarik diri.

b. Pola Koping

▪ Normal : probleme solving


▪ Abnormal : agresif, pendiam, perilaku addiksi, perasaan
berdosa, hopelessness, powerlessness, dan psikosis.
c. Kebutuhan Infomasi

▪ Kaji kebutuhan informasi apakah pasien ingin mengetahui


secara detail tentang penyakitnya.
▪ Kaji kebutuhan informasi apakah pasien ingin mengetahui
gambarannya penyakitnya.
▪ Kaji kebutuhan informasi apakah pasien ingin mengetahui
sedikit informasi tentang sakit yang dideritanya.
▪ Kaji kebutuhan informasi apakah pasien tidak ingin mengetahui
informasi, tetapi keluarga ingin mengetahui informasi tentang
sakit yang diderita.
d. Tingkat Kebutuhan Pemeriksaan/Kontrol

Kaji apakah kebutuhan pemeriksaan atau kontrol sangat tinggi,


tinggi, sedang, rendah, tidak ada atau ingin memutuskan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis,
kerusakan sistem saraf, penekanan saraf, infiltrasi tumor,
ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan reseptor,
gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolik, riwayat posisi kerja statis,
peningkatan indeks massa tubuh, kondisi pasca trauma, tekanan emosional,
riwayat penganiayaan, riwayat penyalahgunaan obat/zat dibuktikan dengan
mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan), tampak meringis, gelisah, tidak
mampu menuntaskan aktivitas, merasa takut mengalami cedera berulang,
bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri), waspada, pola tidur
berubah, anoreksia, fokus menyempit, berfokus pada diri sendiri.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi,
krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga,
hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan,
penyalahgunaan zat, terpapar bahaya lingkungan, kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang,
sulit tidur, mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya,
frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi/struktur tubuh,
perubahan biopsikososial seksualitas, ketiadaan model peran, model peran
tidak dapat mempengaruhi, kurang privasi, ketiadaan pasangan, kesalahan
informasi, kelainan seksual, konflik nilai, penganiayaan fisik, dan kurang
terpapar informasi.dibuktikan dengan mengungkapkan aktivitas seksual
berubah, mengungkapkan eksitasi seksual, merasa hubungan seksual tidak
memuaskan, mengungkapkan peran seksual berubah, mengeluhkan hasrat
seksual menurun, mengungkapkan fungsi seksual berubah, mengeluh nyeri
saat berhubungan seksual (dispareunia), mengungkapkan ketertarikan pada
pasangan berubah, mengeluh hubungan seksual terbatas.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas, gaya hidup
menoton dibuktikan dengan mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat
>20% dari kondisi istirahat, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak
nyaman setelah aktivitas, merasa lelah, tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.
5. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan dibuktikan dengan perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, kekurangan/kelebihan volume cairan,
penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem,
faktor mekanis, terapi radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati
perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, penekanan pada
tonjolan tulang, kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan/melindungi integritas jaringan.
6. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan organisme, patogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: gangguan peristaltik, kerusakan
integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban
pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, status cairan
tubuh, ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan
hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.
7. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism, faktor ekonomi, faktor
psikologis dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot mengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh, perubahan fungsi tubuh, perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian
budaya, keyakinan atau sistem nilai, transisi perkembangan, gangguan
psikososial, efek tindakan/pengobatan dibuktikan dengan mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, kehilangan bagian tubuh,
fungsi/struktur tubuh berubah/hilang, tidak mau mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, mengungkapkan perasaan negative
tentang perubahan tubuh, mengungkapkan kekhawatiran penolakan/reaksi
orang lain, mengungkapkan perubahan gaya hidup, menyembunyikan/
menunjukan bagian tubuh secara berlebih, menghindari melihat dan
menyentuh bagian tubuh, fokus berlebihan pada perubahan tubuh, respond
non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh, fokus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu, hubungan sosial berubah.
C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

1 Nyeri kronis Setelah diberikan Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan asuhan keperawatan karakteristik nyeri
a. Observasi
kondisi musculoskeletal ..… x ….. jam 2. Untuk mengetahui
1. Identifikasi lokasi,
kronis, kerusakan diharapkan tingkat skala nyeri pasien
karakteristik, durasi,
sistem saraf, penekanan nyeri pasien menurun 3. Mengetahui respon
frekuensi, kualitas,
saraf, infiltrasi tumor, dengan kriteria hasil : nyeri non verbal
intensitas nyeri
ketidakseimbangan 1. Kemampuan pasien
2. Identifikasi skala
neurotransmitter, menuntaskan 4. Untuk mengatasi
nyeri
neuromodulator, dan aktivitas meningkat nyeri pasien
3. Identifikasi respons
reseptor, gangguan
nyeri non verbal
imunitas, gangguan 2. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor 5. Untuk mengetahui
fungsi metabolik, menurun yang memperberat keyakinan tentang
riwayat posisi kerja 3. Meringis menurun dan memperingan nyeri pasien
statis, peningkatan 4. Sikap protektif nyeri 6. Agar mengetahui
indeks massa tubuh, menurun 5. Identifikasi respon nyeri pasien
kondisi pasca trauma, 5. Gelisah menurun pengetahuan dan terhadap budayanya
tekanan emosional, 6. Kesulitan tidur keyakinan tentang 7. Mengetahui
riwayat penganiayaan, menurun nyeri pengaruh nyeri
riwayat 7. Menarik diri 6. Identifikasi pengaruh terhadap kualitas
penyalahgunaan menurun budaya terhadap hidup pasien
obat/zat dibuktikan 8. Berfokus pada diri respon nyeri 8. Agar mengetahui
dengan mengeluh nyeri, sendiri menurun 7. Identifikasi pengaruh terapi yang
merasa depresi 9. Diaforesis menurun nyeri pada kualitas dilakukan berhasil
(tertekan), tampak 10. Perasaan depresi hidup atau tidak
meringis, gelisah, tidak (tertekan) menurun 8. Monitor keberhasilan 9. Agar mengetahui
mampu menuntaskan 11. Perasaan takut terapi komplementer efek dari analagetik
aktivitas, merasa takut mengalami cedera yang sudah diberikan yang diberikan
mengalami cedera berulang menurun 9. Monitor efek samping 10. Agar nyeri pasien
berulang, bersikap 12. Anoreksia menurun penggunaan analgesik berkurang
protektif (mis. posisi 13. Perineum terasa b. Terapeutik 11. Agar nyeri pasien
menghindari nyeri), tertekan menurun 10. Berikan teknik tidak bertambah
waspada, pola tidur 14. Uterus teraba nonfarmakologis 12. Agar kebutuhan
berubah, anoreksia, membulat menurun untuk mengurangi istirahat tidur pasien
fokus menyempit, 15. Ketegangan otot rasa nyeri (mis. terpenuhi
berfokus pada diri menurun TENS, hipnotis, 13. Untuk menentukan
sendiri. 16. Pupil dilatasi akupresur, terapi strategi meredakan
menurun music, biofeedback, nyeri yang tepat
17. Muntal menurun terapi pijat, pada pasien
18. Mual menurun aromaterapi, teknik 14. Agar pasien
19. Frekuensi nadi imajinasi terbimbing, memahami tentang
membaik kompres nyeri yang dialami
20. Pola napas hangat/dingin, terapi 15. Agar pasien
membaik bermain) memahami cara
21. Tekanan darah 11. Kontrol lingkungan meredakan nyeri
membaik yang memperberat 16. Agar pasien dapat
22. Proses berpikir rasa nyeri (mis. Suhu mengatasi nyeri
membaik ruangan, secara mandiri
23. Fokus membaik pencahayaan, 17. Agar nyeri pasien
24. Fungsi berkemih kebisingan) dapat teratasi
membaik 12. Fasilitasi istirahat dan dengan cepat
25. Perilaku membaik tidur 18. Untuk mengatasi
26. Nafsu makan 13. Pertimbangkan jenis nyeri pasien
membaik dan sumber nyeri 19. Agar nyeri pasien
27. Pola tidur membaik dalam pemilihan berkurang
strategi meredakan
nyeri.
c. Edukasi
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mendiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
d. Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Perawatan Kenyamanan 1. Mengetahui tanda
dan gejala yang
a. Observasi
1. Identifikasi gejala membuat pasien
yang tidak tidak senang
menyenangkan (mis.
2. Mengetahui
mual, nyeri, gatal,
sesak) pemahaman pasien
2. Identifikasi tantang kondisi,
pemahaman tentang situasi dan
kondisi, situasi dan
perasaannya perasaaannya
3. Identifikasi masalah 3. Mnegetahui
emosional dan masalah emosional
spiritual
pasien
b. Terapeutik
4. Berikan posisi yang 4. Agar pasien merasa
nyaman nyaman
5. Berikan kompres
5. Untuk mengurangi
dingin atau hangat
6. Ciptakan lingkungan nyeri pasien
yang nyaman 6. Agar pasien merasa
7. Berikan pemijatan
nyaman
8. Berikan terapi
akupresur 7. Agar nyeri
9. Berikan terapi berkurang
hipnosis
8. Agar pasien lebih
10. Dukung keluarga dan
pengasuh terlibat tenang dan rileks
dalam 9. Agar pasien lebih
terapi/pengobatan rileks
11. Diskusikan mengenai
10. Agar pasien
situasi dan pilihan
terapi/pengobatan menjadi lebih
yang dinginkan semangat untuk
c. Edukasi
kesembuhannya
12. Jelaskan mengenai
kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
13. Ajarkan terapi 11. Agar pasien bisa
relaksasi menentukan terapi
14. Ajarkan latihan
yang akan dijalani
pernapasan
15. Ajarkan teknik 12. Agar pasien
distraksi dan mengetahui tetang
imajinasi terbimbing
kondisi dan terapi
d. Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian 13. Agar pasien dapat
analgesik, melakukan terapi
antipruritus,
secara mandiri
,intihistamin, jika
perlu 14. Agar pasien dapat
mengatur
pernapasannya
15. Agar pasien merasa
lebih nyaman dan
rileks
16. Untuk mengurangi
nyeri pasien

Terapi relaksasi 1. Untuk mengetahui


apakah ada yang
a. Observasi
menganggu
1. Identifikasi
kemampuan
penurunan tingkat
kognitif pasien.
energy,
2. Untuk mengetahui
ketidakmampuan
teknik yang pernah
berkonsentrasi, atau
efektif digunakan
gejala lain yang
oleh pasien.
menganggu
3. Untuk mengetahui
kemampuan kognitif
teknik yang tepat
2. Identifikasi teknik
diberikan untuk
relaksasi yang pernah
pasien.
efektif digunakan
4. Untuk memantau
kesehatan pasien
3. Identifikasi sebelum dan
kesediaan, sesudah latihan.
kemampuan, dan 5. Untuk mengetahui
penggunaan teknik respon pasien
sebelumnya terhadap terapi yang
4. Periksa ketegangan diberikan.
otot, frekuensi nadi, 6. Agar pasien merasa
tekanan darah, dan lebih nyaman.
suhu sebelum dan 7. Agar pasien
sesudah latihan mengetahui
5. Monitor respons persiapan dan
terhadap terapi prosedur teknik
relaksasi relaksasi yang
b. Terapeutik diberikan.
6. Ciptakan lingkungan 8. Agar pasien lebih
tenang dan tanpa nyaman.
gangguan dengan 9. Agar pasien lebih
pencahayaan dan suhu mudah memahami
ruang nyaman, jika hal yang
memungkinkan disampaikan.
7. Berikan informasi 10. Untuk menunjang
tertulis tentang kesehatan pasien.
persiapan dan 11. Agar pasien
prosedur teknik mengetahui, tujuan,
relaksasi manfaat, batasan,
8. Gunakan pakaian dan jenis relaksasi
longgar yang diberikan.
9. Gunakan nada suara 12. Agar pasien
lembut dengan irama memahami tentang
lambat dan berirama tindakan relaksasi.
10. Gunakan relaksasi 13. Agar pasien merasa
sebagai strategi nyaman.
penunjang dengan 14. Agar pasien merasa
analgetik atau rileks dan nyaman.
tindakan medis lain, 15. Agar pasien melatih
jika sesuai kembali teknik yang
c. Edukasi telah di pilih.
11. Jelaskan tujuan, 16. Agar pasien
manfaat, batasan, dan memahami teknik
jenis, relaksasi yang relaksasi yang
tersedia (mis. music, dipilih.
meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
13. Anjurkan mengambil
psosisi nyaman
14. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
15. Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih
16. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi terbimbing)
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas 1. Untuk mengetahui
dengan krisis asuhan keperawatan .... tingat ansietas
a. Observasi
situasional, kebutuhan x ..... jam diharapkan pasien
tidak terpenuhi, krisis tingkat ansietas 1. Identifikasi saat 2. Untuk mengetahui
maturasional, ancaman menurun dengan tingkat ansietas kemampuan
terhadap konsep diri, kriteria hasil: berubah (mis. mengambil
ancaman terhadap Kondisi, waktu, keputusan pasien
1. Verbalisasi
kematian, kekhawatiran stressor) 3. Untuk memantau
kebingungan
mengalami kegagalan, 2. Identifikasi tanda ansietas
menurun
disfungsi sistem kemampuan pasien
2. Verbalisasi
keluarga, hubungan mengambil keputusan 4. Untuk
khawatir akibat
orang tua-anak tidak 3. Monitor tanda meningkatkan
kondisi yang
memuaskan, faktor ansietas (verbal dan kepercayaan pasien
dihadapi menurun
keturunan, non verbal) 5. Agar mengurangi
3. Perilaku gelisah
penyalahgunaan zat, b. Terapeutik kecemasan pasien
menurun
terpapar bahaya 4. Ciptakan suasana 6. Agar ansietas pasien
4. Perilaku tegang
lingkungan, kurang terapeutik untuk berkurang
menurun
terpapar informasi menumbuhkan 7. Agar pasien tidak
5. Keluhan pusing
dibuktikan dengan kepercayaan merasa sendiri
menurun
merasa bingung, merasa 5. Temani pasien untuk 8. Agar pasien lebih
6. Anoreksia
khawatir dengan akibat mengurangi nyaman
menurun
dari kondisi yang kecemasan , jika 9. Agar kecemasan
7. Palpitasi menurun
dihadapi, sulit memungkinkan pasien berkurang
8. Frekuensi
berkonsentrasi, tampak 6. Pahami situasi yang 10. Agar pasien bisa
pernapasan
gelisah, tampak tegang, membuat ansietas realistis tentang
menurun
sulit tidur, mengeluh 7. Dengarkan dengan peristiwa yang akan
9. Frekuensi nadi
pusing, anoreksia, penuh perhatian dating
menurun
palpitasi, merasa tidak 8. Gunakan pedekatan 11. Agar pasien
10. Tekanan darah
berdaya, frekuensi yang tenang dan mengetahui
menurun
napas meningkat, meyakinkan prosedur yang akan
11. Diaforesis
frekuensi nadi 9. Motivasi dilakukan
menurun
meningkat, tekanan mengidentifikasi 12. Agar pasien
12. Tremor menurun
darah meningkat, situasi yang memicu mengetahui
13. Pucat menurun
diaforesis, tremor, kecemasan mengenai diagnosis,
muka tampak pucat, 14. Konsentrasi 10. Diskusikan pengobatan, dan
suara bergetar, kontak membaik perencanaan prognosis
mata buruk, sering 15. Pola tidur realistis tentang 13. Agar pasien tidak
berkemih, berorientasi membaik peristiwa yang akan merasa sendiri
pada masa lalu. 16. Perasaan datang 14. Agar tidak
keberdayaan c. Edukasi menambah
membaik 11. Jelaskan prosedur, kecemasan pasien
17. Kontak mata termasuk sensasi yang 15. Agar pasien dapat
membaik mungkin dialami mengungkapakan
18. Pola berkemih 12. Informasikan secara perasaan dan
membaik factual mengenai persepsinya
19. Orientasi membaik diagnosis, 16. Agar ketengangan
pengobatan, dan pasien berkurang
prognosis 17. Agar pasien dapat
13. Anjurkan keluarga menggunakan
untuk tetap bersama mekanisme
pasien, jika perlu pertahanan diri yang
14. Anjurkan melakukan tepat
kegiatan yang tidak 18. Agar pasien mampu
kompetitif, sesuai melatih teknik yang
kebutuhan diajarkan
15. Anjurkan 19. Agar ansietas pasien
mengungkapkan tidak bertambah
perasaan dan persepsi
16. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi
ketegangan
17. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
18. Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
Terapi Relaksasi 1. Untuk mengetahui
apakah ada yang
a. Observasi
menganggu
1. Identifikasi
kemampuan
penurunan tingkat
kognitif pasien.
energy,
2. Untuk mengetahui
ketidakmampuan
teknik yang pernah
berkonsentrasi, atau
efektif digunakan
gejala lain yang
oleh pasien.
menganggu
3. Untuk mengetahui
kemampuan kognitif
teknik yang tepat
2. Identifikasi teknik
diberikan untuk
relaksasi yang pernah
pasien.
efektif digunakan
4. Untuk memantau
3. Identifikasi
kesehatan pasien
kesediaan,
sebelum dan
kemampuan, dan
sesudah latihan.
penggunaan teknik
5. Untuk mengetahui
sebelumnya
respon pasien
4. Periksa ketegangan
terhadap terapi yang
otot, frekuensi nadi,
diberikan.
tekanan darah, dan
6. Agar pasien merasa
suhu sebelum dan
lebih nyaman.
sesudah latihan
7. Agar pasien
5. Monitor respons
mengetahui
terhadap terapi
persiapan dan
relaksasi
prosedur teknik
b. Terapeutik
6. Ciptakan lingkungan relaksasi yang
tenang dan tanpa diberikan.
gangguan dengan 8. Agar pasien lebih
pencahayaan dan suhu nyaman.
ruang nyaman, jika 9. Agar pasien lebih
memungkinkan mudah memahami
7. Berikan informasi hal yang
tertulis tentang disampaikan.
persiapan dan 10. Untuk menunjang
prosedur teknik kesehatan pasien.
relaksasi 11. Agar pasien
8. Gunakan pakaian mengetahui, tujuan,
longgar manfaat, batasan,
9. Gunakan nada suara dan jenis relaksasi
lembut dengan irama yang diberikan.
lambat dan berirama 12. Agar pasien
10. Gunakan relaksasi memahami tentang
sebagai strategi tindakan relaksasi.
penunjang dengan 13. Agar pasien merasa
analgetik atau nyaman.
tindakan medis lain, 14. Agar pasien merasa
jika sesuai rileks dan nyaman.
c. Edukasi 15. Agar pasien melatih
11. Jelaskan tujuan, kembali teknik yang
manfaat, batasan, dan telah di pilih.
jenis, relaksasi yang 16. Agar pasien
tersedia (mis. music, memahami teknik
meditasi, napas relaksasi yang
dalam, relaksasi otot dipilih.
progresif)
12. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih
13. Anjurkan mengambil
psosisi nyaman
14. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
15. Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih
16. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
pereganganm atau
imajinasi terbimbing)
3 Disfungsi seksual Setelah dilakukan Edukasi Seksualitas 1. Mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan .... kesiapan dan
a. Observasi
perubahan x .... jam diharapkan kemampuan pasien
fungsi/struktur tubuh, fungsi 1. Identifikasi kesiapan tentang menerima
seksual
perubahan dan kemampuan informasi
membaik dengan
biopsikososial menerima informasi. 2. Agar pasien dapat
kriteria hasil :
seksualitas, ketiadaan b. Terapeutik menerima informasi
1. Kepuasan
model peran, model lebih mudah
hubungan seksual 2. Sediakan materi dan
peran tidak dapat 3. Agar pendidikan
meningkat media pendidikan
mempengaruhi, kurang kesehatan pasien
kesehatan
privasi, ketiadaan 2. Mencari informasi terjadwal
3. Jadwalkan pendidikan
pasangan, kesalahan untuk mencapai 4. Agar pasien bisa
kesehatan sesuai
informasi, kelainan kepuasan seksual bertanya mengenai
kesepakatan
seksual, konflik nilai, meningkat hal yang belum
penganiayaan fisik, dan dipahami
kurang terpapar 3. Verbalisasi 4. Berikan kesempatan 5. agar menumbuhkan
informasi.dibuktikan aktivitas seksual untuk bertanya kesadran terhadap
dengan berubah menurun 5. Fasilitasi kesadaran pengaruh media
mengungkapkan keluarga terhadap 6. Mengetahui
4. Verbalisasi eksitasi
aktivitas seksual anak dan remaja serta anatomi dan
seksual berubah
berubah, pengaruh media. fisiologi dari sistem
menurun
mengungkapkan reproduksi laki-laki
c. Edukasi
eksitasi seksual, merasa 5. Verbalisasi peran dan perempuan
hubungan seksual tidak seksual berubah 6. Jelaskan anatomi dan 7. Agar pasien

memuaskan, menurun fisiologi sistem mengetahui


mengungkapkan peran 6. Verbalisasi fungsi reproduksi laki-laki perkembangan
seksual berubah, dan perempuan seksualitas
seksual berubah
mengeluhkan hasrat menurun 7. Jelaskan 8. Mengetahui
seksual menurun, perkembangan perkembangan
7. Keluhan nyeri saat
mengungkapkan fungsi seksualitas sepanjang emosi pada masa
berhubungan
seksual berubah, siklus kehidupan anak dan remaja
seksual
mengeluh nyeri saat 8. Jelaskan 9. Mengetahui
(dispareunia)
berhubungan seksual perkembangan emosi pengaruh tekanan
menurun
(dispareunia), masa anak dan remaja kelompok dan
mengungkapkan 8. Keluhan hubungan 9. Jelaskan pengaruh sosial terhadap
ketertarikan pada seksual terbatas tekanan kelompok aktivitas social
pasangan berubah, menurun dan sosial terhadap 10. Agar pasien
mengeluh hubungan aktivitas seksual mengetahui
9. Keluhan sulit
seksual terbatas. 10. Jelaskan konsekuensi konsekuensi
melakukan
negatif mengasuh negative dari
aktivitas seksual
anak pada usia dini mengasuh anak usia
menurun
(mis. kemiskinan, dini
10. Verbalisasi
kehilangan karir dan 11. Agar pasien
aktivitas seksual
pendidikan) mengetahui risiko
berubah menurun
11. Jelaskan risiko tertular penyakit

tertular penyakit seksual

menular seksual dan


11. Verbalisasi AIDS akibat seks 12. Agar orang tua
perilaku seksual bebas dapat menjadi
berubah menurun 12. Anjurkan orang tua edukator bagi anak
menjadi edukator 13. Agar tidak
12. Konflik nilai
seksualitas bagi anak- melakukan
menurun
anaknya hubungan seksual
13. Hasrat seksual 13. Anjurkan anak/remaja diluar nikah
membaik tidak melakukan 14. Agar dapat

14. Orientasi seksual aktivitas seksual di melakukan

membaik luar nikah komunikasi asertif


14. Ajarkan keterampilan dan menolak
15. Ketertarikan
komunikasi asertif tekanan
kepada pasangan
untuk menolak
membaik.
tekanan teman sebaya
dan sosial dalam
aktivitas seksual.
Konseling Seksualitas 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan pasien
a. Observasi
2. Mengetahui waktu
1. Identifikasi tingkat disfungsi seksual
pengetahuan, masalah pasien
sistem reproduksi, 3. Agar dapat
asalah seksualitas dan mengetahui dan
penyakit menular memantau stress,
seksual. kecemasan, depresi,
2. Identifikasi waktu dan penyebab
disfungsi seksual dan disfungsi seksual
kemungkinan 4. Agar pasien dan
penyebab. pasangan dapat
3. Monitor stress, berkomunikasi
kecemasan, depresi, dengan baik
dan penyebab 5. Mengetahui
disfungsi seksual. masalah seksual
yang terjadi pada
b. Terapeutik
pasien
4. Fasilitasi komunikasi 6. Agar pasien tetap
antara pasien dan semangat dan terus
pasangan melakukan perilaku
5. Berikan kesempatan yang benar
kepada pasangan 7. Agar pasien dapat
untuk menceritakan menerima dengan
permasalahan seksual mudah saran yang
6. Berikan pujian diberikan
terhadap perilaku 8. Agar pasien
yang benar mengetahui efek
7. Berikan saran yang pengobatan,
sesuai kebutuhan kesehatan dan
pasangan dengan penyakit terhadap
menggunakan bahasa disfungsi seksual
yang mudah diterima, 9. Agar pasien
dipahami dan tidak mengetahui
menghakimi. pentingnya
c. Edukasi modifikasi pada
aktivitas seksual
8. Jelaskan efek
10. Untuk mengatasi
pengobatan,
masalah seksual
kesehatan dan
pasien
penyakit terhadap
disfungsi seksual
9. Informasikan
pentingnya
modifikasi pada
aktivitas seksual.
d. Kolaborasi

10. Kolaborasi dengan


spesialis seksologi,
jika perlu.
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi 1. Mengetahui
berhubungan dengan asuhan keperawatan gangguan tubuh
a. Observasi
ketidakseimbangan …. X .... jam yang
1. Identifikasi gangguan
antara suplai dan diharapkan toleransi mengakibatkan
fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen, aktivitas meningkat kelelahan.
mengakibatkan
tirah baring, kelemahan, dengan kriteria hasil : 2. Mengetahui
kelelahan
imobilitas, gaya hidup kelelahan fisik dan
1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan
menoton dibuktikan emosional pasien.
meningkat fisik dan emosional
dengan mengeluh lelah, 3. Mengetahui pola
2. Saturasi oksigen 3. Monitor pola dan jam
frekuensi jantung dan jam tidur pasien
meningkat tidur
meningkat >20% dari 4. Mengetahui
3. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan
kondisi istirahat, ketidaknyaman
melakukan ketidaknyamnaan
dispnea saat/setelah pasien saat aktivitas.
aktivitas sehari- selama melakukan
aktivitas, merasa tidak 5. Agar pasien lebih
hari aktivitas
nyaman setelah nyaman
4. Kecepatan berjalan b. Terapeutik
aktivitas, merasa lelah, 6. Agar pasien mampu
meningkat 5. Sediakan lingkungan
tekanan darah berubah melakukan aktivitas
5. Jarak berjalan nyaman dan rendah
>20% dari kondisi 7. Agar pasien lebih
meningkat stimulus (mis.cahaya,
istirahat, gambaran relaks
6. Kekuatan tubuh suara, kunjungan)
EKG menunjukkan 8. Mencegah pasien
bagian atas 6. Lakukan latihan
aritmia saat/setelah bosan berada di
meningkat rentang gerak pasif
aktivitas, gambaran tempat tidur
7. Kekuatan tubuh dan/atau aktif
EKG menunjukan 9. Mencegah pasien
bagian bawah 7. Berikan aktivitas
iskemia, sianosis. mengalami cedera
meningkat distraksi yang
tambahan.
8. Toleransi dalam menenangkan
10. Agar pasien dapat
menaiki tangga 8. Fasilitasi duduk di sisi
bergerak.
meningkat tempat tidur, jika
9. Keluhan lelah tidak dapat berpindah 11. Agar pasien
menurun atau berjalan langsung
10. Dispnea saat c. Edukasi mendapatkan
aktivitas menurun 9. Anjurkan tirah baring tindakan.
11. Dispenea setelah 10. Anjurkan melakukan 12. Agar pasien mampu
aktivitas menurun aktivitas secara mengatasi kelelahan
12. Perasaan lemah bertahap secara mandiri.
menurun 11. Anjurkan 13. Agar asupan nutrisi
13. Aritmia saat menghubungi perawat pasien terpenuhi.
aktivitas menurun jika tanda dan gejala
14. Aritmia setelah kelelahan tidak
aktivitas menurun berkurang
15. Sianosis menurun 12. Anjarkan strategi
16. Warna kulit koping untuk
membaik mengurangi
17. Tekanan darah kelelahan.
membaik d. Kolaborasi
18. Frekuensi napas 13. Kolaborasi dengan
membaik ahli gizi tentang cara
19. EKG iskemia meningkatkan asupan
membaik makanan
Terapi Aktivitas 1. Untuk mengetahui
aktivitas pasien
a. Observasi
2. Untuk mengetahui
1. Identifikasi defisit
keaktifan pasien
tingkat aktivitas
3. Agar pasien mampu
2. Identifikasi
melakukan aktivitas
kemampuan
dengan nyaman
berpartisipasi dalam
4. Agar aktivita pasien
aktivitas tertentu
dapat berjalan
3. Identifikasi sumber
dengan lancar
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
4. Identifikasi stategi 5. Agar pasien
meningkatkan mengetahui makna
patisipasi dalam setiap aktivitas yang
aktivitas dilakukan
5. Identifikasi makna 6. Untuk mengetahui
aktivitas rutin (mis. emosional, fisik,
bekerja dan waktu social, dan spiritual
luang) terhadap aktivitas
6. Monitor respon 7. Untuk mengetahui
emosional, fisik, kemampuan pasien
sosial, dan spiritual 8. Agar frekunesi dan
terhadap aktivitas) rentang aktivitas
b. Terapeutik pasien tersusun
7. Fasilitas fokus pada 9. Agar aktivitas yang
kemampuan, bukan dipilih pasien sesuai
defisit yang dialami dengan keiinginan
8. Sepakati komitmen 10. Agar pasien emrasa
untuk meningkatkan nyaman saat
frekuensi dan rentang melakukan aktivitas
aktivitas yang sesuai dengan
9. Fasilitasi memilih usianya
aktivitas dan tetapkan 11. Agar pasien
tujuan aktivitas yang mengetahui makna
konstisten sesuai aktivitas yang
kemampuan fisik, dipilih
psikologis, dan sosial. 12. Agar
10. Koordinasikan mempermudah
pemilihan aktivitas melakukan aktivitas
sesuai usia 13. Agar pasien dan
11. Fasilitasi makna keluarga memilih
aktivitas yang dipilih aktivitas yang tepat
12. Fasilitasi transportasi 14. Agar kebutuhan
untuk menghadiri aktivitas pasien
aktivitas, jika sesuai terpenuhi
13. Fasilitas pasien dan 15. Agar aktivitas
keluarga dalam pasien tidak
menyesuaikan terganggu
lingkungan untuk 16. Agar pasien tidak
mengakomodasi mengalami cedera
aktivitas yang dipilih 17. Agar pasien tetap
14. Fasilitasi aktivitas sehat
fisik rutin (mis. 18. Agar otot-otot
ambulasi, mobilisasi, pasien terlatih
dan perawatan diri), 19. Agar kegiatan
sesuai kebutuhan spiritual pasien
15. Fasilitasi aktivitas dapat berjalan
pengganti saat dengan baik
mengalami keterbatan 20. Agar pasien tidak
waktu, energi, atau merasa stress dan
gerak tertekan
16. Fasilitasi aktivitas 21. Untuk mengetahui
motoric kasar untuk keterlibatan dalam
pasien hiperaktif aktivitas rekreasi
17. Tingkatkan aktivitas dan diversifikasi
fisik untuk 22. Agar pasien merasa
memelihara berat terbantu
badan, jika sesuai 23. Agar pasien
18. Fasilitasi aktivitas termotivasi
motoric untuk 24. Agar kemampuan
merelaksasi otot pasien dapat
19. Fasiltasi aktivitas tercapai sesuai
dengan komponen tujuan
memori implisit dan
emosional (mis. 25. Agar aktivitas
kegiatan keagamaan sehari-hari pasien
khusus) untuk pasien tersusun
dimensia, jika sesuai 26. Agar pasien merasa
20. Libatkan dalam senang
permainan kelompok 27. Agar pasien dapat
yang tidak kompetitif, dengang tepat
terstruktur, dan aktif melakukan aktivitas
21. Tingkatkan sehari-hari
keterlibatan dalam 28. Agar pasien merasa
aktivitas rekreasi dan nyaman
diversifikasi untuk 29. Agar aktivitas fisik,
menurunkan social, spiritual, dan
kecemasan (mis. kognitif, dalam
vokal grup, bola voly, menjaga fungsi dan
tenis meja, jogging, kesehatan pasien
berenang, tugas terkontrol
sederhana, permainan 30. Agar pasien mampu
sederhanana, tugas beraktivitas dalam
rutin, tugas rumah kelompok dan
tangga, perawatan melakukan terapi
diri, dan teka teki, dan dengan nyaman
kartu. 31. Agar pasien
22. Libatkan keluarga semangat
dalam aktivitas, jika 32. Agar kesehatan fisik
perlu. atau mental pasien
23. Fasilitasi tetap sehat
mengembangkan 33. Agar aktivitas
motivasi dan pasien berjalan
penguatan diri lancar
24. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
25. Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari
26. Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
c. Edukasi
27. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
28. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
29. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
30. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau terapi,
jika sesuai
31. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
d. Kolaborasi
32. Kolaborasi dengan
terapis okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
33. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
5 Risiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit 1. Mengetahui
integritas kulit/jaringan asuhan keperawatan … penyebab gangguan
a. Observasi
dibuktikan dengan x .… jam diharapkan integritas kulit pada
1. Identifikasi penyebab
perubahan sirkulasi, integritas kulit dan pasien.
gangguan integritas
perubahan status nutrisi, jaringan meningkat 2. Untuk mencegah
kulit (mis. perubahan
kekurangan/ kelebihan dengan kriteria hasil: luka dekubitus.
sirkulasi, perubahan
volume cairan, 3. Untuk merecovery
1. Elastisitas status nutrisi,
penurunan mobilitas, tonjolon tulang.
meningkat penurunan
bahan kimia iritatif, 4. Mencegah
2. Hidrasi meningkat kelembapan, suhu
suhu lingkungan yang terjadinya infeksi
3. Perfusi jaringan lingkungan ekstrem,
ekstrem, faktor 5. Agar kulit pasien
meningkat penurunan mobilitas).
mekanis, terapi radiasi, lembab.
4. Kerusakan jaringan b. Terapeutik
kelembaban, proses 6. Untuk mencegah
menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam
penuaan, neuropati iritasi.
5. Kerusakan lapisan jika tirah baring.
perifer, perubahan 7. Agar kulit pasien
kulit menurun 3. Lakukan pemijatan
pigmentasi, perubahan tidak bertambah
6. Nyeri menurun pada area penonjolan
hormonal, penekanan kering.
7. Perdarahan tulang, jika perlu
pada tonjolan tulang, 8. Agar kulit pasien
menurun 4. Bersihkan perineal
kurang terpapar lebih lelbab.
8. Kemerahan dengan air hangat,
informasi tentang upaya 9. Mencegah pasien
menurun terutama selama
mempertahankan/ dehidrasi.
9. Hematoma periode diare.
melindungi integritas 10. Agar pasien tidak
menurun 5. Gunakan produk
jaringan. kekurangan nutrisi.
10. Pigmentasi berbahan petrolium
abnormal menurun
11. Jaringan parut atau minyak pada 11. Agar kebutuhan
menurun kulit kering. nutrisi pasien
12. Nekrosis menurun 6. Gunakan produk terpenuhi.
13. Abrasi kornea berbahan 12. Agar kulit pasien
menurun ringan/alami dan tidak rusak.
14. Suhu kulit hipoalergik pada kulit 13. Agar kulit pasien
membaik sensitif. tidak terbakar sinar
15. Sensasi membaik 7. Hindari produk matahari.
16. Tekstur membaik berbahan dasar 14. Agar kulit pasien
17. Pertumbuhan alkohol pada kulit bersih.
rambut membaik kering.
c. Edukasi
8. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis. lotion,
serum).
9. Anjurkan minum air
yang cukup
10. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
11. Anjurkan
meningkatkan buah
dan sayur.
12. Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem.
13. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal 30
saat berada di luar
rumah.
14. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
6 Risiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk mengetahui
dibuktikan dengan asuhan keperawatan .... Imunisasi/Vaksinasi keadaan pasien
penyakit kronis, efek x .... jam diharapkan 2. Mengetahui
a. Observasi
prosedur invasif, tingkat infeksi kontraindikasi
1. Identifikasi riwayat
malnutrisi, peningkatan menurun dengan imunisasi
kesehatan dan riwayat
paparan organisme, kriteria hasil: 3. Untuk mengetahui
alergi
patogen lingkungan, status imunisasi
1. Kebersihan tangan 2. Identifikasi
ketidakadekuatan 4. Karena otot terkuat
meningkat kontraindikasi
pertahanan tubuh bayi di paha
2. Kebersihan badan pemberian imunisasi
primer: gangguan 5. Untuk mengetahui
meningkat (mis. reaksi
peristaltik, kerusakan informasi vaksinasi
3. Nafsu makan anafilaksis terhadap
integritas kulit, pasien
meningkat vaksin sebelumnya
perubahan sekresi pH, 6. Agar imunisasi
4. Demam menurun dan atau sakit parah
penurunan kerja siliaris, dilakukan tepat
5. Kemerahan dengan atau tanpa
ketuban pecah lama, waktu.
menurun demam)
ketuban pecah sebelum 7. Agar pasien
6. Nyeri menurun 3. Identifikasi status
waktunya, merokok, mengetahui, tujuan,
7. Bengkak menurun imunisasi setiap
status cairan tubuh, manfaat, rekasi dan
8. Vesikel menurun kunjungan ke
ketidakadekuatan efek samping
9. Cairan berbau pelayanan kesehatan
pertahanan tubuh vaksin/imunisasi.
busuk menurun b. Terapeutik
sekunder: penurunan 8. Agar pasien
10. Sputum berwarna 4. Berikan suntikkan
hemoglobin, mengetahui
hijau menurun pada bayi dibagian
imununosupresi, imunisasi wajib
11. Drainase purulent paha anterolateral
leukopenia, supresi pemerintah
menurun 5. Dokumentasikan
respon inflamasi, 9. Agar pasien
12. Piuria menurun informasi vaksinasi
vaksinasi tidak adekuat. imunisasi yang
13. Periode malaise (mis. nama produsen,
melindungi
menurun tanggal kadaluarsa)
terhadap penyakit.
14. Periode mengigil 6. Jadwalkan imunisasi 10. Agar pasien
menurun pada interval waktu mengetahui
15. Letargi menurun yang tepat vaksinasi pada
16. Gangguan kognitif c. Edukasi kejadian khusus.
menurun 7. Jelaskan tujuan, 11. Agar tidak terjadi
17. Kadar sel darah manfaat, reaksi yang imunisasi yang
putih membaik terjadi, jadwal, dan berkali.
18. Kultur darah efek samping 12. Agar semua pasien
membaik 8. Informasikan dapat melakukan
19. Kultur urine imunisasi yang vaksis terkhusus
membaik diwajibkan masyarakat
20. Kultur sputum pemerintah (mis. ekonomi rendah.
membaik hepatitis B, BCG,
21. Kultur area luka difteri, tetanus,
membaik pertusls, h.infuenza,
22. Kultur feses polio, campak,
membaik measles, rubella)
9. Informasikan
imunisasi yang
melindungi terhadap
penyakit namun saat
ini tidak diwajibkan
pemerintah (mis.
influenza,
pneumokokus)
10. Informasikan
vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis.
rabies, tetanus)
11. Informasikan
penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti
menggulang jadwal
imunisasi kembali
12. Informasikan
penyedia layanan
pecan imuniasasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
Pencegahan Infeksi 1. Mengetahui tanda
dan gejala infeksi.
a. Observasi
2. Mencegah
1. Monitor tanda dan
penularan infeksi ke
gejala infeksi local
banyak orang.
dan sistemik
3. Mencegah infeksi
b. Terapeutik
lebih parah.
2. Batasi jumlah
4. Mencegah
pengunjung
penularan infeksi.
3. Berikan perawatan
5. Mencegah
kulit pada daerah
keperahan infeksi.
edema
6. Agar pasien
4. Cuci tangan sebelum
mengetahui tanda
dan sesudah kontak
dan gejala infeksi.
dengan pasien dan
7. Agar pasien mampu
lingkungan pasien
mencuci tangan
5. Pertahankan teknik
dengan baik dan
aseptic pada pasien
benar
berisiko tinggi
8. Mencegah
c. Edukasi
penularan ke orang
6. Jelaskan tanda dan
lain
gejala infeksi
9. Agar pasien mampu
7. Ajarkan cara mencuci
memeriksa lukanya
tangan yang benar
secara mandiri.
8. Ajarkan etik batuk
9. Ajarkan cara 10. Agar pasien tidak
memeriksa kondisi kekurangan nutrisi
luka atau luka operasi 11. Agar kebutuhan
10. Anjurkan cairan pasien
meningkatkan asupan terpenuhi
nutrisi 12. Mencegah risiko
11. Anjurkan infeksi.
meningkatkan asupan
cairan
d. Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
7 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui status
berhubungan dengan asuhan keperawatan nutrisi pasien
a. Observasi
ketidakmampuan …. x .... jam 2. Mengetahui alergi
1. Identifikasi status
menelan makanan, diharapkan status dan intoleransi
nutrisi
ketidakmampuan nutrisi membaik makanan pada
2. Identifikasi alergi dan
mencerna makanan, dengan kriteria hasil : pasien
intoleransi makanan
ketidakmampuan 1. Porsi makanan 3. Untuk
3. Identifikasi makanan
mengabsorbsi nutrient, yang dihabiskan meningkatkan nafsu
yang disukai
peningkatan kebutuhan meningkat makan pasien
4. Identifikasi
metabolism, faktor 2. Kekuatan otot 4. Agar kebutuhan
kebutuhan kalori dan
ekonomi, faktor mengunyah kalori terpenuhi
jenis nutrient
psikologis dibuktikan meningkat 5. Mengetahui apakah
5. Identifikasi perlunya
dengan berat badan 3. Kekuatan otot pesien perlu
penggunaan selang
menurun minimal 10% menelan menggunakan
nasogastrik
di bawah rentang ideal, meningkat selang nasogastric
6. Monitor asupan
cepat kenyang setelah 4. Serum albumin 6. Agar asupan
makanan
makan, kram/nyeri meningkat makanan pasien
7. Monitor berat badan
abdomen, nafsu makan 5. Verbalisasi terpenuhi
8. Monitor hasil
menurun, bising usus keinginan untuk 7. Untuk memantau
pemeriksaan
hiperaktif, otot berat badan pasien
laboratorium
mengunyah lemah, otot meningkatkan b. Terapeutik 8. Mengetahui hasil
menelan lemah, nutrisi meningkat 9. Lakukan oral hygiene laboratorium pasien
membrane mukosa 6. Pengetahuan sebelum makan, jika 9. Menjaga kebersihan
pucat, sariawan, serum tentang pilihan perlu mulut pasien
albumin turun, rambut makanan yang 10. Fasilitasi menentukan 10. Agar pasien diet
rontok berlebihan, sehat meningkat pedoman diet (mis. sesuai anjuran
diare. 7. Pengetahuan piramida makanan) 11. Untuk menambah
tentang pilihan 11. Sajikan makanan nafsu makan pasien
minuman yang secara menarik dan 12. Mencegah
sehat meningkat suhu yang sesuai terjadinya
8. Pengetahuan 12. Berikan makanan konstipasi
tentang standar tinggi serat untuk 13. Agar kebutuhan
asupan nutrisi yang mencegah konstipasi kalori pasien
tepat meningkat 13. Berikan makanan terpenuhi
9. Penyiapan dan tinggi kalori dan 14. Untuk menambah
penyimpanan tinggi protein nutrisi dan nafsu
makanan yang 14. Berikan suplemen makan pasien
aman meningkat makanan, jika perlu 15. Agar pasien dapat
10. Penyiapan dan 15. Hentikan pemberian makan melalui oral
penyimpanan makanan melalui 16. Agar pasien lebih
minuman yang selang nasograstrik mudah untuk
aman meningkat jika asupan oral dapat makan
11. Sikap terhadap ditoleransi 17. Agar diet pasien
makanan/ c. Edukasi terprogram
minuman sesuai 16. Anjurkan posisi 18. Agar pasien dapat
dengan tujuan duduk, jika mampu makan dengan
kesehatan 17. Ajarkan diet yang nyaman
meningkat diprogramkan 19. Agar kebutuhan
12. Perasaaan cepat d. Kolaborasi kalori pasien
kenyang menurun 18. Kolaborasi pemberian terpenuhi
13. Nyeri abdomen medikasi sebelum
menurun makan (mis. pereda
14. Sariawan menurun nyeri, antlemetik),
15. Rambut rontok jika perlu
menurun 19. Kolaborasi dengan
16. Diare menurun ahli gizi untuk
17. Berat badan menentukan jumlah
membaik kalori dan jenis
18. Indeks Massa nutrient yang
Tubuh (IMT) dibutuhkan,
membaik jika perlu
19. Frekuensi makan Promosi Berat Badan 1. Untuk mengetahui
membaik penyebab BB
a. Observasi
20. Nafsu makan kurang
1. Identifikasi
membaik 2. Mengetahui adanya
kemungkinan
21. Bising usus mual dan muntah
penyebab BB kurang
membaik pada pasien
2. Monitor adanya
22. Tebal lipatan kulit 3. Mengetahui asupan
adanya mual dan
trisep membaik kalori tiap hari
muntah
23. Membran mukosa pasien
3. Monitor jumlah kalori
membaik 4. Mengetahui berat
yang dikonsumsi
badan secara teratur
sehari-hari
5. Mengetahui
4. Monitor berat badan
albumin, limfosit,
5. Monitor albumin,
dan elektrolit,
limfosit, dan
serum pasien
elektrolit, serum
6. Untuk menjaga
b. Terapeutik
kebersihan mulut
6. Berikan perawatan
paisen
mulut sebelum
7. Agar pasien dapat
pemberian makanan,
makan dengan
jika perlu
nyaman
7. Sediakan makanan
8. Untuk menambah
yang tepat sesuai
nafsu makan pasien
kondisi pasien (mis.
makanan dengan 9. Untuk
tekstrur halus, meningkatkan
makanan yang nutrisi dan nafsu
diblender, makanan makan pasien
cair yang diberikan 10. Untuk
melalui NGT atau meningkatkan
gastrostomi, total semangat pasien
perenteral nutrition 11. Agar pasien
sesuai indikasi) mengetahui jenis
8. Hidangkan makanan makanan yang
secara menarik bergizi tinggi
9. Berikan suplemen, 12. Agar pasien
jika perlu mengetahui asupan
10. Berikan pujian pada kalori yang
pasien/keluarga untuk dibutuhkan
peningkatkan yang
dicapai
c. Edukasi
11. Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap
terjangkau
12. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
8 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh 1. Mengetahui harapan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien untuk
a. Observasi
perubahan …. x .… jam kedepannya
1. Identifikasi harapan
struktur/bentuk tubuh, diharapkan citra tubuh 2. Mengetahui
citra tubuh
perubahan fungsi meningkat dengan karakteristik citra
berdasarkan tahap
tubuh, perubahan kriteria hasil : tubuh pasien
perkembangan
fungsi kognitif, 1. Melihat bagian 2. Identifikasi budaya, 3. Mengetahui faktor
ketidaksesuaian tubuh meningkat agama, jenis kelamin, penyebab isolasi
budaya, keyakinan atau 2. Menyentuh bagian dan umur terkait citra sosial pasien
sistem nilai, transisi tubuh meningkat tubuh. 4. Mengetahui
perkembangan, 3. Verbalisasi 3. Identifikasi kenyataan kritik
gangguan psikososial, kecacatan bagian perubahan citra tubuh terhadap diri
efek tubuh menurun yang mengakibatkan sendiri.
tindakan/pengobatan 4. Verbalisasi isolasi sosial. 5. Mengetahui apakah
dibuktikan dengan kehilangan bagian 4. Monitor frekuensi pasien mampu
mengungkapkan tubuh menurun pernyataan kritik melihat bagian
kecacatan/kehilangan 5. Verbalisasi terhadap diri sendiri tubuh yang
bagian tubuh, perasaan negative 5. Monitor apakah meningkat.
kehilangan bagian tentang perubahan pasien bisa melihat 6. Agar pasien
tubuh, fungsi/struktur tubuh menurun bagian tubuh yang mengetahui fungsi
tubuh berubah/hilang, 6. Verbalisasi berubah. dari tubuhnya.
tidak mau penolakan/reaksi b. Terapeutik 7. Agar pasien
mengungkapkan orang lain menurun 6. Diskusikan perubahan mengetahui
kecacatan/kehilangan 7. Verbalisasi tubuh dan fungsinya perbedaan
bagian tubuh, perubahan gaya 7. Diskusikan perubahan penampilannya.
mengungkapkan hidup menurun penampilan fisik 8. Agar pasien
perasaan negative 8. Menyembunyikan terhadap harga diri mengetahui
tentang perubahan bagian tubuh 8. Diskusikan perubahan perubahan terhadap
tubuh, mengungkapkan berlebihan akibat pubertas, perkembangannya.
kekhawatiran menurun kehamilan dan 9. Agar pasien
penolakan/reaksi orang 9. Fokus pada bagian penuaan mengetahui
lain, mengungkapkan tubuh menurun 9. Diskusikan kondisi pengaruh stress
perubahan gaya hidup, 10. Fokus pada stress yang terhadap citra tubuh.
menyembunyikan/ penampilan masa mempengaruhi citra 10. Agar pasien mampu
menunjukan bagian lalu menurun tubuh (mis. luka, mengembangkan
tubuh secara berlebih, penyakit, dan citra tubuhnya
menghindari melihat pembedahan). secara realistis.
dan menyentuh bagian 11. Fokus pada 10. Diskusikan cara 11. Agar pasien dan
tubuh, fokus berlebihan kekuatan masa lalu mengembangkan keluarga
pada perubahan tubuh, menurun harapan citra tubuh mengetahui tentang
respond non verbal 12. Respond non secara realistis. citra tubuh
pada perubahan dan verbal pada 11. Diskusikan persepsi 12. Agar pasien dan
persepsi tubuh, fokus perubahan tubuh pasien dan keluarga keluarga mampu
pada penampilan dan membaik tentang perubahan melakukan
kekuatan masa lalu, 13. Hubungan sosial citra tubuh perawatan citra
hubungan sosial membaik c. Edukasi tubuh dengan benar.
berubah. 12. Jelaskan kepada 13. Untuk mengathui
keluarga tentang persepsi pasien
perawatan perubahan terhadap citra
citra tubuh tubuhnya
13. Anjurkan 14. Agar pasien lebih
menggunakan alat percaya diri
bantu (mis. pakaian, 15. Agar pasien merasa
wig, kosmetik). termotivasi
14. Anjurkan mengikuti 16. Agar pasien lebih
kelompok pendukung aktif
(mis. kelompok 17. Agar pasien lebih
sebaya) percaya diri
15. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
16. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
berdandan).
17. Latih penggunaan
kemampuan diri
kepada orang lain
maupun kelompok.
Promosi Koping 1. Mengetahui
kegiatan pasien
a. Observasi :
1. Identifikasi kefiatan dalam mencapai
jangka pendek dan tujuan
Panjang sesuai tujuan 2. Mengetahui
2. Identifikasi kemampuan pasien
kemampuan yang 3. Agar tujuan pasien
dimiliki terpenuihi
3. Identifikasi sumber 4. Untuk mengetahui
daya yang tersedia proses penyakit
untuk memenuhi pasien
tujuan 5. Mengetahui dampak
4. Identifikasi situasi terhadap
pemahaman proses peran dan hubungan
penyakit pasien
5. Identifikasi damapak 6. Mengetahui metode
situasi terhadap peran penyelesain
dan hubungan masalah yang tepat
6. Identifikasi metode 7. Mengetahui
penyelesaian masalah kebutuhan
7. Identifikasi kebutuhan dukungan sosial
dan keinginan pasien
terhadap dukungan 8. Untuk mengetahui
sosial apakah pasien
b. Terapeutik : mengalami
8. Diskusikan perubahan perubahan peran
peran yang dialami 9. Agar terbina
Tim hubugnan saling
9. Gunakan pendekatan percaya
yang tenanag dan 10. Agar pasien
meyakinkan memahami
10. Diskusikan alasan kesalahannya
mengkritik diri sendiri 11. Agaf kesalahan
pasien dapat diatasi
11. Diskusikan untuk 12. Mengetahui akibat
mengklarifikasi yang akan terjadi
kesalahpahamaman 13. Agar pasien
dan mengevaluasi mengetahui risiko
prilaku sendiri bahaya terhadap diri
12. Diskusikan sendiri
konsekueensi tidak 14. Agar pasien
menggunakan rasa mendaptkan
bersalah dan rasa informasi sesuai
malu kebutuhan
13. Diskusikan risiko 15. Agar pasien dapat
yang menimbulkan memilih perawatan
bahaya pada diri yang tepat
sendiri 16. Mencegah pasien
14. Fasilitasi dalam terlalu berharap
memperoleh lebih
oinformasi yang 17. Agar keputusan
dibutuhkan yang diambil tepat
15. Berikan pilihan 18. Agar tidak salah
realisitis mengenai mengambil
aspek-aspek tertentu keputusan
dalam perawatan 19. Agar pasien lebih
16. Motivasi untuk aktif bersosialisasi
menentukan harapan 20. Agar pasien
yang realistis mendapat dukungan
17. Tinjau kembali 21. Agar paien merasa
kemampuan dalam tenang
pengambilan 22. Agar pasien
keputusan termotivasi
18. Hindari mengambil 23. Agar pasien mampu
keputusan saat pasien memilih mekanisme
berada dibawah pertahanan yang
tekanan tepat
19. Motovasi terlibat 24. Agar pasien tidak
dalam kegiatan sosial merasa terancam
20. Motivasi 25. Agar pasien tidak
mengidentifikasi merasa sendiri
sistem pendukung 26. Agar kebutuhan
yang tersedia spriritual pasien
21. Damping saat berduka terpenuhi
(mis. penyakit kronis, 27. Agar pasien lebih
kecatatan) lega
22. Perkenalkan dengan 28. Agar pasien
orang atau kelompok mendapatkan
yang yang berhasil dukungan
mengalami 29. Agar tujuan pasien
pengalaman yang tercapai
sama 30. Agar maslaah
23. Dukung penggunaan pasien terpecahkan
mekanisme 31. Agar pasien lebih
pertahanan yang tepat rileks
24. Kurangi rangsangan 32. Agar keterampilan
lingkungan yang sosial pasien terlatih
mengancam 33. Agar pasien mampu
c. Edukasi : menilai secara
25. Anjurkan menjalin objektif
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan sama
26. Anjrkan pengunaan
sumber spiritual, jika
perlu
27. Anjurkan
menggunakan
perasaan dan persepsi
28. Anjurkan keluarga
terlibat
29. Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
30. Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara kognitif
31. Latih penggunaan
teknik relaksasi
32. Latih keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan
33. Latih
mengembangkan
penilaian objektif
DAFTAR PUSTAKA

Cahyanti, Nopi Nur. 2016. “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Yang Mengalami
Kanker Serviks Stadium III A Di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”. KTI. Jurusan Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah, Samarinda.

Jannah, Siti Raudhatul. 2019. “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ca. Serviks Di
Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda”. KTI. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan, Samarinda.

Rismawati, Ni Kadek Anita. 2015. Laporan Pendahuluan Kanker Serviks. Laporan


Pendahuluan. Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Denpasar,
Denpasar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Denpasar, …………… 2021

Pembimbing/CI Mahasiswa

(……………………………………) (………………..……….)

NIP. NIM.

Clinical Teacher/CT

(……………………………………..)

NIP.

Anda mungkin juga menyukai