OLEH
2. Epidemiologi Tu Camamae
Kurangnya data epidemiologi di negara berkembang, termasuk Indonesia, membuat
separuh kasus kanker payudara ditemukan di negara maju dan beberapa negara di Eropa
Utara dan Barat. Hingga saat ini kanker payudara masih menjadi jenis kanker paling
sering terjadi pada wanita di negara berkembang dan menjadi penyebab kematian wanita
ke-2 di Amerika Serikat (Avryna et al., 2019). Data GLOBOCAN (2012) menunjukkan
kanker payudara menjadi urutan kelima sebagai penyebab kematian akibat kanker secara
keseluruhan (522.000 kematian) dan sementara itu menjadi penyebab kematian tersering
pada populasi wanita di negara yang kurang berkembang (324.000 kematian). Pada data
GLOBOCAN (2018) menunjukkan bahwa terdapat 2.088.849 kasus baru kanker
payudara di dunia pada semua umur dan jenis kelamin dengan angka kematian sebesar
626.679 jiwa , sedangkan di asia tenggara tercatat 137.514 kasus kanker payudara dengan
angka kematian sebesar 50.935 jiwa. Di Indonesia, kejadian kanker payudara mengalami
peningkatan pada 2013 dengan prevalensi tertinggi adalah provisi Jawa Tengah 11.511
dan Jawa Timur 9.688 (INFODATIN, 2016).
3. Etiologi Tu Mamae
Menurut Iskandar (2010) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor mammae belum
diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor mammae.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae.
c. Faktor genetic
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor mammae sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya
kanker mammae.
d. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya tumor mammae.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
i. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor mammae.
Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
4. Patofisiologis Tu Mamae
Untuk dapat menegakkan dignosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri : berubah dengan ciri : proliferasi yang berlebihan proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna, yang t dan tak berguna, yang tak mengikuti ak mengikuti pengaruh pengaruh
jaringan jaringan sekitarnya. sekitarnya. Proliferasi Proliferasi abnormal abnormal sel
kanker akan menggangu menggangu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam
sel tersebut telah terjadi perubahan perubahan secara biokimiawi biokimiawi terutama
terutama dalam intinya. intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang
mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel
normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 Proses jangka panjang terjadinya
kanker ada 4 fase, yaitu:
a. Fase induksi 15 – 30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu: 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di
payudara.
c. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan Sel menjadi ganas, berkembang biak dan
menginfiltra nfiltrasi melalui membran sel melalui membran sel ke jaringan
sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa
d. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain
Pathway
Perubahan Gangguan
Tumor Payudara Citra Tubuh
penampilan
Defisit Nutrisi
5. Klasifikasi Tu Mamae
a. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar
jaringan
b. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar, liar, dan kerap kali menyebar jauh
ke sel jaringan lain serta merusak.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Laboratorium meliputi:
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
5) Pemeriksaan sitologis
b. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluarspontan dari putting mammae, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi.
c. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara dini.
Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang tidak
teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker di antara jaringan kelenjar
kurang tampak.
d. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada mammae
ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista. Kadang-
kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
e. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena peningkatan
suplaydarah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
f. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.
g. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa
dan berguna sebagai klasifikasi histologi, pentahapan dan seleksi terapi.
h. CT-Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma mammae pada organ lain.
i. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.
9. Penatalaksanaan Tu Mamae
Ada beberapa penanganan tumor mammae, antara lain:
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis mastektomi,
yaitu:
1) Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae,
jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga serta benjolan
di sekitar ketiak.
2) Total (simple) mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh mammae saja,
tetapi bukan kelenjar ketiak.
3) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari mammae.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada bagian yang
mengandung sel kanker, bukan seluruh mammae.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
10. Komplikasi
Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang
dan hati.
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
5. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang
tampil. Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan standar untuk
tujuan 54 pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai (Dermawan,
2012: 128). Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan menilai tindakan keperawatan
yang telah ditentukan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan format SOAP.
S: Subyektif : hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini
berhubungan dengan kriteria hasil.
O: Obyektif : hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan kriteria hasil.
A: Analisa : pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi
atau tidak.
P: Rencana : dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes R
Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan).
Bandung.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. EGC : Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan
Mawei, Nikita Mayumi. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Intensitas
Nyeri pada Klien Post Operasi Apendiktomi. Skripsi Manado: Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Sam Ratulangi
Purwoastuti, Endang. 2008. Kanker Payudara Pencegahan dan Deteksi Dini, Yogjakarta:
Kanisius.