Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR MAMMAE

A Konsep Dasar Tumor Mammae

1. Defenisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae (Lab. UPF Bedah RSDS,
2010).Tumor mammae adalah gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae di mana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembangbiak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Kusuma, 2015).

2. Etiologi
Menurut Iskandar (2010) Sampai saat ini, penyebab pasti
tumor mammae belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko
yang telah teridientifikasi, yaitu :

a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor mammae dibandingkan dengan
pria. Prevalensi tumor mammae pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
mammae.

b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor mammae
berisiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor mammae

c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada
kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor mammae sampai
85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga
meningkatkan resiko terjadinya kanker mammae.

d. Faktor usia
Resiko tumor mammae meningkat seiring dengan pertambahan usia.

e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat
meningkatkan resiko terjadinya tumor mammae.

f. Usia saat kehamilan pertama


Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan
dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.

g. Terpapar radiasi

h. Intake alkohol

i. Pemakaian kontrasepsi oral


Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tummor
mammae. Pengunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua

3. Patofisiologi
Tumor merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri: proliferasi
sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel
kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang
jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana
telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel
ganas di antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:

a. Fase induksi: 15-30 tahun


Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi factor
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya
kanker pada manusia.Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu
bertahun-tahun samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor
ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko- karsinogen lain, kerentanan
jaringan dan individu.

b. Fase in situ: 1-5 tahun


Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
mammae.

c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta
limfe.Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa
minggu sampai beberapa tahun.

d. Fase diseminasi : 1-5 tahun


Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah. Bila tumor makin membesar maka
kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat lain bertambah.

4. Tanda dan Gejala


Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi tumor mammae masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.

a. Terdapat massa utuh (kenyal)Biasanya pada kuadran atas dan bagian


dalam, di bawah lengan, bentuknya tidak beraturan dan terfiksasi (tidak
dapat digerakkan)

b. Nyeri pada daerah massa

c. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area


mammae.Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat
distorsi ligamentum cooper.

d. Cara pemeriksaan:
Kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling. Edema dengan
Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk).

e. Pengelupasan papilla mammae


Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya
cairan secara spontan kadang disertai darah. Ditemukan lesi atau massa
pada pemeriksaan mamografi.
PATHWAY

Faktor resiko :
Genetic
Hormonal Pertumbuhan sel abnormal
Merokok, alcohol, pola makan
Hyperplasia pada sel mammae
Tumor jinak

CA MAMMAE

Mendesak jaringan sekitarnya Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca Mendesak pembuluh darah

Aliran terhambat hingga terjadi hipoxia


Pembengkakan Mammae Pe ↓ hipermetabolisme jaringa lain →BB turun

Peningkatan massa tumor


Bakteri patogen
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Keluar cairan putih di nanah

Tindakan pembedahan

Pre Op Post Op
Efek anestesi

Ketidakefektifan Pola Nafas


Stress psikologi Massa tumor mendesak jaringan Fisiologi Psikologi

Insisi jaringan mammae


Perubahan bentuk mamm
Nyeri akut

Defisit Pengetahuan
Ansietas Gangguan Citra Tubuh
Kerusakan integritasTerputusnya otot/jaringan sekitar aksila
kulit/jaringan

Pendidikan kesehatan

Resiko Infeksi
Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium meliputi:
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5) Pemeriksaan sitologis : Pemeriksaan ini memegang peranan penting
pada penilaian cairan yang keluarspontan dari putting mammae,
cairan kista atau cairan yang keluar dari ekskoriasi.
6) Mammagrafi : Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae
untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang
bermanfaat karean gambaran kanker di antara jaringan kelenjar
kurang tampak.
7) Ultrasonografi : Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka
pada daerah padat pada mammae ultrasonography berguna untuk
membedakan tumor sulit dengan kista. Kadang-kadang tampak kista
sebesar sampai 2 cm.
8) Thermography : Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal
dari mammae atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor
sebagai titik panas karena peningkatan suplaydarah dan penyesuaian
suhu kulit yang lebih tinggi.
9) Xerodiography : Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih
tajam antara pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat.
Menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
10) Biopsi :Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak
atau ganas, dengancara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna sebagai klasifikasi histologi,
pentahapan dan seleksi terapi
11) CT-Scan : Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma
mammae pada organ lain.
12) Pemeriksaan hematologi: Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan
sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan
sentrifugis darah.

5. Penatalaksanaan
Ada beberapa penanganan tumor mammae, antara lain:
a. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan mammae. Ada 3 jenis
mastektomi, yaitu:
1) Modified radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
mammae, jaringan mammae di tulang dada, tulang selangka dan
tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak.
2) Total (simple) mastectomy, yaitu pengangkatan di seluruh mammae
saja, tetapi bukan kelenjar ketiak.
3) Radical mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian
darimammae. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada bagian yang mengandung sel kanker, bukan seluruh
mammae.
b. Radiasi
c. Kemoterapi
6. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di mammaenya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, mammae agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan
pada mammae. Biasanya kedua mammae tidak sama, putingnya
juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali
kedua mammae.
c. Bungkukkan badan hingga mammae tergantung ke bawah, dan
periksa lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah mammae
kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada mammae. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri. Periksa dan rabalah
puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba
dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah
digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat
digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada
sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk mammae dan ketiak
kanan.
B Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan mammae, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Adanya riwayat tumor mammae sebelumnya atau ada kelainan
pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran
pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat


dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
b. Rambut : Biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak
terlalu berminyak.
c. Mata : Biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.
Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : Normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada
tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : Bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan
nyeri tekan.
f. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : Adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,
ulserasi atau tanda-tanda radang.
i. Hepar : Biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: Biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

3. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon


a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa
pada mammaenya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.

b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,
muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami
melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan


Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

e. Kognitif dan Persepsi


Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga
kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.

f. Istirahat dan Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g. Persepsi dan Konsep Diri


Mammae merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan
akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.

h. Peran dan Hubungan


Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam
melakukan perannya dalam berinteraksi social.

i. Reproduksi dan Seksual


Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada
tingkat kepuasan.

j. Koping dan Toleransi Stress


Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan
keputus asaan.

k. Nilai dan Keyakinan


Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya
dengan lapang dada.

C Diagnosa

1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional


2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
perawatan payudara
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisiologis/tindakan
pembedahan
4. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan tindakan
pembedahan
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan massa tumor
6. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
7. Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
D Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Ansietas Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan yang


Batasan karakteristik asuhan keperawatan ... x menenangkan
Tanda mayor: ....... jam diharapkan 2. Jelaskan semua tindakan
a. Merasa bingung kondisi emosi dan dan apa yang akan
pengalaman subyektif dirasakan selama tindakan
b. Merasa khawatir
dan spesifik akibat 3. Berikan informasi yang
dengan akibat
antisipasi menurun aktual tentang diagnosa,
kondisi yang dengan kriteria hasil : tindakan dan prognosis
dihadapi 1. Verbalisasi 4. Dorong secara tepat kepda
c. Sulit kebingungan keluarga untuk
berkonsentrasi menurun mendampingi klien
d. Tampak gelisah 2. Verbalisasi 5. Dukung perilaku klien
e. Tampak tegang khawatir akibat secara tepat
f. Sulit tidur kondisi yang 6. Dengarkan klien dengan
dihadapi menurun penuh perhatian
Tanda minor: 3. Perilaku gelisah 7. Ciptakan suasana saling
menurun percaya dengan klien
a. Mengeluh pusing
4. Perilaku tegang 8. Dorong klien
b. Anoreksia
menurun untuk mengungkapkan
c. Palpitasi 5. Frekuensi perasaan, persepsi dan
d. Merasa tidak pernafasan ketakutan
berdaya menurun 9. Anjurkan klien untuk
e. Frekuensi nafas 6. Frekuensi nadi menggunakan teknik
meningkat menurun relaksasi
f. Frekuensi nadi 7. Tekanan darah 10. Kaji tanda-tanda cemas
meningkat menurun secara verbal dan nonverbal
g. Tekanan darah 8. Konsentrasi
meningkat
meningkat
9. Pola tidur
meningkat

2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan


Batsan karakteristik keperawatan dan kemampuan
Tanda mayor: …..x……..jam menerima informasi
diharapkan kecukupan Identifikasi pengalaman
a. Menanyakan
informasi kognitif yang pembedahan dan tingkat
masalah yang pengetahuan tentang
berkaitan dengan topik
dihadapi pembedahan
tertentu membaik dengan
b. Menunjukkan kriteria hasil: 3. Identifikasi harapan
perilaku tidak 1. Perilaku sesuai akan pembedahan
sesuai anjuran anjuran 4. Identifikasi kecemasan
c. Menunjukkan pasien dan keluarga
meningkat
persepsi yang 2. Verbalisasi 5. Sediakan materi dan
keliru terhadap minat dalam media pendidikan
masalah belajar kesehatan
meningkat 6. Jadwalkan pendidikan
3. Perilaku sesuai kesehatan sesuai
Tanda minor: kesepakatan
dengan
d. Menjalani 7. Sediakan waktu untuk
pengetahuan
pemeriksaan yang meningkat mengajukan pertanyaan
tidak tepat 4. Pertanyaan dan mendiskusikan
e. Menunjukkan tentang masalah masalah
perilaku yang 8. Informasikan jadwal,
yang dihadapi
lokasi operasi dan lama
berlebihan (misal, menurun
operasi akan
apatis, 5. Persepsi yang
berlangsung
bermusuhan, keliru terhadap
9. Informasikan hal- hal
agitasi atau masalah yang akan didengar,
histeria) menurun dicium, dilihat atau
dirasakan selama operasi
10.Jelaskan rutinitas
preoperasi (mis. Anestesi,
diet, persiapan usus, tes
laboratorium, persiapan
kulit, terapi IV,
pakaian, ruang
tunggu keluarga,
tranportasi ke ruang
operasi)
3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
Batasan karakteristik keperawatan secara komprehensif
Tanda mayor: …..x……..jam diharapkan termasuk lokasi ,
a. Mengeluh nyeri pengalaman sesnsorik atau karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan frekuensi, kualitas,
b. Tampak meringis
dengan kerusakan aktual intensitas dan faktor
c. Bersikap protektif
atau fungsional menurun pencetus nyeri
d. Gelisah dengan kriteria hasil: 2. Kontrol lingkungan yang
e. Frekuensi nadi 1. Keluhan nyeri dapat mempengaruhi nyeri
meningkat menurun (misal : suhu ruangan,
f. Sulit tidur 2. Meringis menurun pencahayaan , dan
3. Sikap protektif kebisingan)
Tanda minor: menurun 3. Observasi reaksi nonverbal
a. Tekanan darah 4. Gelisah menurun dari nyeri
meningkat 5. Kesulitan tidur 4. Ajarkan
b. Pola nafas menurun teknik nonfarmakologis
6. Frekuensi nadi (misal : hipnosis, relaksasi,
berubah
membaik akupresur, pijatan, sensasi
c. Nafsu makan
dingin/panas, distraksi,
berubah terapi bermain, terapi
d. Proses berpikir aktivitas, terapi musik, )
terganggu baik sebelum, setelah,
e. Menarik diri bahkan selama terjadi nyeri
f. Berfokus pada bila memungkinkan
5. Berikan medikasi untuk
diri sendiri
mengurangi nyeri
g. diaforesis
6. Tingkatkan istirahat
7. Dorong klien
untuk mengungkapkan
pengalaman nyerinya
8. Berikan infoirmasi tentang
nyeri, termasuk penyebab
nyeri, berapa lama akan
terjadi, antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
9. Turunkan faktor –faktor
yang dapat mencetuskan
atau
meningkatkan nyeri
4 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor karakteristik
kulit/jaringan keperawatan
luka
…..x……..jam diharapkan
2. Monitor tanda-tanda
Batasan karakteristik: keutuhan kulit atau
infeksi
Data mayor: jaringan meningkat
3. Bersihkan jaringan
Kerusakan jaringan dan dengan kriteria hasil:
nekrotik
atau lapisan kulit 1. Kerusakan
4. Bersihkan kulit disekitar
Data minor: lapisan kulit
luka dengan sabun dan
a. Nyeri menurun
air
b. Perdarahan 2. Perdarahan
5. Berikan salep yang
c. Kemerahan menurun
Hematoma sesuai ke kulit/lesi jika
3. Kemerahan
perlu
menurun
6. Ubah posisi setiap 2 jam
4. Nyeri menurun
jika tirah baring
5. Hemtoma
7. Gunakan tempat tidur
menurun
dan kasur kusus jiia
6. Suhu kulit
perlu
membaik
8. Lakukan pemijatan pada
7. Peradangan luka
menurun area penonjolan tulang
jika perlu
9. Gunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
10. Gunakan produk
berbahan ringan atau
alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
11. Hindari produk berbahan
dasar alkohol
12. Anjurkan minum air
yang cukup
13. Anjurkan menggunakan
pelembab (misal lotion
atau serum)
14. Pertahankan kepala
tempat tidur pada posisi
terendah yang dapat
ditoleransi
15. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
16. Beri suplemen vitamin
dan mineral
5 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola
keperawatan
nafas( frekuensi,
Batasan karakterisktik: …..x……..jam diharapkan
inspirasi dan/atau kedalaman, usaha nafas)
Tanda mayor:
ekspirasi yang 2. Monitor bunyi nafas
a. Dspnea
memberikan ventilasi
b. Penggunaan otot tambahan (misal,
adekuat dengan kriteria
bantu nafas hasil: gurgling, mengi,
c. Fase ekspresi 1. Dispnea menurun
memanjang 2. Penggunaan otot wheezing, ronkhi kering)
d. Pola nafas bantu nafas 3. Monitor sputum (jumlah,
abnormal (misal, menurun
warna aroma)
takipnea, 3. Pemanjangan fase 4. Pertahankan kepatenan
bradipnea, ekspirasi menurun
jalan nafas
hieprventilasi, 4. Frekuensi
pernafasn 5. Posisikan semi fowler atau
kussmaul,
membaik fowler
cheyne-stokes)
5. Kedalam nafas
membaik 6. Berikan minum hangat
Tanda minor:
7. Lakukan fisioterapi dada
a. Ortopnea
b. Pernafasan jika perlu
cuping hidung 8. Kolaborasi pemberian
c. Diameter thoraks
bronkodilator jika perlu
anterior-posterior
meningkat
d. Kapasitas vital
menurun
e. Tekanan ekspirasi
menurun
f. Tekanan inspirasi
menurun
6 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan lingkungan
keperawatan setelah dipakai klien lain
…..x……..jam diharapkan 2. Batasi jumlah pengunjung
derajat infeksi menurun 3. Ajarkan teknik cuci tangan
dengan kriteria hasil: pada klien dan keluarga
a. Kemerahan 4. Cuci tangan sebelum dan
menurun setelah melakukan
b. Nyeri menurun tindakan di tempat klien
c. Bengkak menurun 5. Terapkan universal
d. Kadar sel darah precaution
putih membaik 6. Pakai sarung tangan steril
e. Demam menurun sesuai indikasi
7. Pertahankan
lingkungan aseptik selama
pemasangan alat (tindakan
invasif)
8. Pastikan menggunakan
teknik perawatan luka
secara tepat
9. Dorong klien untuk
meningkatkan pemasukan
nutrisi
10. Berikan antibiotik bila perlu
11. Ajarkan kepada klien
dan keluarga tanda
dan gejala
infeksi
7 Resiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor ketat tanda-tanda
keperawatan perdarahan
…..x……..jam diharapkan 2. Monitor tanda dan gejala
kehilangan darah baik dari perdarahan yang
internal maupun eksternal menetap (catat berapa
menurun dengan kriteria darah yang keluar)
hasil: 3. Pertahankan bedrest
a. Kelembapan selama perdarahan aktif
membran mukosa 4. Berikan medikasi secara
meningkat tepat
b. Kelembapan kulit 5. Sarankan untuk tidak
meningkat mengkonsumsi aspirin
c. Hemoglobin atau obat antikoagulan
membaik lainnya
d. Hematokrit 6. Monitor tanda-tanda vital
membaik 7. Berika tranfusi darah
(WB,PRC)
8. Lindungi klien dari
trauma, terutama yang bias
menyebabkan perdarahan.
E Implementasi
Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan, tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat
diaplikasikan pada klien (Novita, 2016).
F Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dari proses
keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan
yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta
menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya
sebagian atau bahkan belum teratasi semuanya (Novita, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Balitbang kemenkes RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang

Kemenkes RI

Eva Agustina, Fariani Syahrul. 2017. Pengaruh Prosedur Operasi Terhadap

Infeksi pada Klien Operasi Bersih Terkontaminasi. Fakultas kesehatan

masyarakat

Fitria Nita. 2011. Terapi Psikospiritual. Http: //arsipnitafitria.wordpress. diakses

17 Juli 2018

Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, Mulyadi. 2017. Pengaruh

Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Post

Operasi di RSUP Prof. Dr. D. Kandau dan RS TK III R. W. Mongisidi

Teling Manado. Jurnal Keperawatan Volume 5 no. 1 Februari 2017

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan

Kusuma Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis

Medis dan NANDA NIC NOC. Penerbit Mediaction

Mawei, Nikita Mayumi. 2012. Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan

Intensitas Nyeri pada Klien Post Operasi Apendiktomi. Skripsi Manado:

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sam Ratulangi


Moh. Alimansur, Agung Setiawan. 2013. Perbedaan Tingkat Kecemasan

Pada Klien Pre dan Post Operasi di Ruang Seruni RSUD Pare.

Jurnal ilmu kesehatan, Vol. 1 no. 2. Mei 2013

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: DPP

PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP PPNI_. 2018. Standar Luaran Keperawatan

Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1 st ed.). Jakarta

Selatan: DPP PPNI

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP PPNI_. 2018. Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (1 st ed.). Jakarta

Selatan: DPP PPNI

Solehati Tetti & Kokasih Cecep Eli. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi

Dalam Keperawatan Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai