Anda di halaman 1dari 22

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae adalah
penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan
manifestasi yang dapat mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturase sel (Susanti & Zulaika, 2021)
Carcinoma mamae adalah suatu penyakit yang menggambarkan
gangguan partumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan
penyakit tunggal. Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang
paling banyak menyerang wanita, penyakit ini disebabkan karena
terjadinya pembelahan sel - sel tubuh secara tidak teratur sehingga
pertumbuhan - pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan
tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak
diangkat, dikwatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang
sehat. Ada kemungkinan sel - sel tersebut melepaskan diri dan menyebar
ke seluruh tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang kelompok
wanita umur 40-70 tahun tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan
cepat sesuai dengan pertumbuhan usia (Susanti & Zulaika, 2021)

B. ETIOLOGI
Bukti spesifik yang menjadi penyebab kanker payudara tidak ada
namun ada beberapa factor seperti factor genetic, hormonal dan
kemungkinan kejadian lingkungan yang bisa menjadi penyebab terjadinya
kanker ini. Beberapa penelitian menunjukkan perubahan genetik belum
terkait dengan kanker payudara. Perubahan pada genetik ini bisa saja
karena terjadi perubahan atau mutasi dalam gen normal, juga pengaruh
kondisi protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca
mammae. Beberapa hormone salah satunya hormon steroid yang
diproduksi oleh ovarium memiliki peranan penting pada terjadinya kanker
payudara. Estradiol dan progesterone yang merupakan dua hormon
ovarium utama yang mengalami perubahan didalam lingkungan seluler,
hal ini yang mempengaruhi faktor pertumbuhan pada kanker payudara
Beberapa penyebab Ca Mammae diantaranya:
1 Genetika
a. Kecenderungan terjadi jika ditemukan ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama
b. Kembar monozygote akan terdapat kanker yang sama
c. Pada keluarga dekat dari penderita kanker payudara ditemukan
ada kesamaan lateralisasi kanker buah dada
d. Seorang dengan klinifelter akan menmiliki peluang kemungkinan
66 kali dari pria normal atau angka kejadiannya sekitar 2%.
2. Hormon
a. Kejadian yang lebih sedikit pada laki-laki dan lebih umum pada
wainta
b. Pada wanita di atas 35 tahun inisidennya lebih meningkat 3
c. Pengobatan dengan hormone lebih memuaskan hasil yang
didapatkan
3. Virogen
Baru dilakukan percobaan pada binatang namun belum ada
bukti pada manusia.
4. Makanan
Kandungan lemak dalam makanan meningkatkan insiden.
5. Radiasi daerah dada
Mutagen genetic oleh karena radiasi bisa menyebabkan
penyakit. Beberapa Faktor resiko untuk kanker sebagai berikut:
a. Berusia di atas 40 tahun.
b. Individu atau keluarga memiliki riwayat kanker payudara
c. Terjadi menstruasi di usia yang muda/ usia dini.
d. Menopause pada usia lanjut.
e. Tidak memiliki anak atau memiliki anak pertama ketika sudah
berada di usia lanjut.
f. Dalam waktu jangka panjang menggunakan hormon esterogen
eksogen
g. Terdapat Riwayat penyakit fibrokistik.
h. Terdapat Kanker kolon, endometrial dan ovarium namun hanya
25% dari wanita yang memiliki beberapa factor resiko ini dan
mengalami kanker payudara. Olehnya, wanita adalah salah satu
faktor resiko yang bisa kita simpulkan secara sangat sederhana.
Menurut beberapa penelitian, factor-faktor lain yang
menyebabkan kanker payudara adalah kegemukan, makanan
yang mengandung tinggi lemak, namun hal ini belum bisa
diprediksi secara pasti (Risnah, 2020).
C. PATOFISIOLOGI
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang
menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi
jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara
menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut
terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua
tumor ganas tumbuh dari suatu sel dimana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas diantar sel-sel
normal
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
faktor lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya
kanker pada manusia. Kontak dalam karsinogen membutuhkan waktu
bertahun-tahun sampai bisa merubah jaringan display menjadi tumor
ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat
karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamnya terkena,
adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan
jaaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi
pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut,
paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya
ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi
melalui membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta
limfe. Waktu antara fase 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa
minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke
tempat-tempat lain bertambah.
(Susanti & Zulaika, 2021)

D. PATHWAY

Faktor predisposisi

1. Genetik
2. Hormonal
3. Lingkungan
4. Infeksi
5.

Hiperplasi sel

Perkembangan sel atipik

Mendesak jaringan sekitar


Ca mammae
Konsitensi mammae Masa

Mammae membengkak Mendesak sel saraf dan Mendesak sel saraf


jaringan sekitar axila

Massa tumor mendesak Keterbatasan rentang gerak Inturupsi sel saraf


jatingan luar

Infiltrasi vena Gangguan mobilitas fisik Nyeri akut

Ekspansi paru Pola napas tidak efektif

E. MANIFESTASI KLINIS
Pasien merasakan kondisi sehat, tidak ada rasa nyeri, dan tidak ada
gangguan pada aktivitas. Hal ini mengakibatkan banyak pasien yang
berobat dalam kondisi kanker yang sudah stadium lanjut. Hal ini tentunya
akan mempersulit dan semakin kecil peluang penyembuhan. Karena bila
kanker payudara diketahui secara dini maka hal ini akan lebih mudah 11
dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini
adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.
Munculnya semacam benjolan yang tumbuh pada payudara, yang
lama kelamaan bisa menimbulkan rasa nyeri dan mendenyut-denyut
merupakan sebuah gejala yang mampu diamati atau dirasakan oleh orang
yang mengalami penyakit kanker payudara. Gejala penyakit kanker
payudara yang sering tidak diperhatikan:
a. Kemunculan benjolan yang tidak normal
b. Pembengkakan
c. Nyeri yang dirasakan pada bagian puting susu
d. Kelenjar getah bening mengalami pembengkakan.
e. Cairan yang aneh keluar pada puting susu
f. Bentuk puting tenggelam (nipple retraction)

Kemungkinan tanda lain yang muncul pada stadium dini adalah


teraba adanya benjolan kecil di payudara yang tidak menimbulkan rasa
nyeri. Pada saat memasuki stadium lanjut gejala yang timbul semakin
banyak, seperti : Dengan bentuk yang tidak beraturan timbul benjolan
yang semakin lama makin mengeras, saat benjolan sudah semakin
membesar akan terasa nyeri dan nampak terlihat puting susu tertarik ke
bagian dalam yang tadinya berwarna merah muda akan berubah menjadi
kecoklatan, serta mengeluarkan darah, nanah, atau cairan encer dari
puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil dengan kulit payudara
akan mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) (Risnah, 2020).

F. KOMPLIKASI
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh
darah kapiler (penyebaran limfogen dan hematogen, penyebarab
hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru, pleura, tulang,
sum-sum tulang, otak, syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian (Risnah, 2020)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara umum pemeriksaan penunjang terbagi menjadi dua bagian
yaitu invasive dan non invasive.
1. Non Invasive
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Wanita akan lebih mudah menemukan sendiri benjolan di
stadium dini jika SADARI dilakukan secara rutin. Saat menstruasi
sebaiknya dilakukan SADARI 7 sampai 10 hari setelah hari
pertama menstruasi dan SADARI dilakukan kapan saja dan secara
rutin setiap bulan bagi wanita menopause. Namun lebih baik bagi
wanita SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap
bulannya.
b. Mammografi
Mammografi adalah metode pemeriksaan payudara dengan
sinar X. Mammografi disarankan bagi wanita berusia 40 tahun ke
atas, setidaknya setahun sekali, khususnya bagi yang mempunyai
risiko terkena kanker payudara. Bagi wanita yang berisiko tinggi
terkena kanker payudara, mammografi skrining dapat dilakukan
sebelum usia 40 tahun
c. Ultrasound
Ultrasound digunakan untuk mendapatkan bagian organ
dalam yang mengalami kanker. Alat ini akan menimbulkan
gelombang suara yang akan menimbulkan gema ketika ia
disorotkan ke dalam tubuh. Gelombang itulah yang menciptakan
gambar yang nantinya akan diangkat untuk mendiagnosis penyakit
dari pasien. Keuntungannya adalah alat ini tidak menimbulkan
rasa nyeri
d. Computed Tomografi (CT) dan Magnetic Resonance Imaging
Scans (MRI)
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning upaya
mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki.
Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila,
mediastinum dan 14 area supraclavikula untuk adenopati dan
membantu dalam melakukan staging pada proses keganasan.
2. Invasiv
a. Sitologi Aspirasi
Biopsi jarum halus, biopsi apus dan analisa cairan akan
menghasilkan penilaian sitologi. Menggunakan jarum kecil (fine)
no G 23- 25, bisa dikerjakan dengan memakai alat khusus atau
tanpaalat khusus. Yang bisa diperoleh dari pemeriksaan sitology
adalah bantuan penentuan jinak/ganas, dan mungkin dapat juga
sebagai bahan pemeriksaan ER dan PgR, tetapi tidak untuk
pemeriksaan HER2Neu.
b. Core Needle Biopsy (CNB)
Sering dilakukan Biopsi jarum dengan menggunakan jarum
bor yang besar.
c. Biopsy Secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound hal ini
bisa dilakukan (Risnah, 2020).

H. PENATALAKSANAAN\
1. Pembedahan/operasi
Terapi pembedahan merupakan terapi yang paling awal
dilakukan untuk penatalaksanan kanker payudara. Pemebedahan yang
dilakukan bervariasi menurut luasnya jaringan yang diambil, dapat
dilakukan dengan 3 cara;
a. Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan
sebagian dari payudara. Selalu diikuti dengan pemberian
pemberian terapi. Biasanya direkomendasikan pada penderita
yang letak tumornya di pinggir payudara dan besarnya kurang dari
2 cm.
b. Masektomi total (mastektomi), yakni sebuah operasi
pengangkatan seluruh bagian payudara, tetapi tidak di aksila.
c. Modified mastektomi radikal, yakni operasi pengangkatan pada
seluruh jaringan payudara termasuk dalam kompleks
puttingaerola.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah
payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar
payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun
sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan
bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti
kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang
bertujuan membunuh sel kanker. Kemoterapi adjuvan sering diberikan
pasca operasi kepada pasien yang memiliki tingkat risiko kekambuhan
sedang hingga tinggi. Obat sitotoksik anti kanker akan digunakan
untuk membunuh sel-sel kanker sisa, sehingga membantu untuk
mengurangi risiko kekambuhan yang ada. Seluruh tindakan
pengobatan dengan kemoterapi biasanya akan memakan waktu selama
3-6 bulan. Kemoterapi juga bisa digunakan dalam kondisi paliatif
untuk pasien yang menderita kanker payudara stadium lanjut.
4. Terapi hormonal
Estrogen akan merangsang pertumbuhan sel-sel kanker
payudara. Oleh karena itu, dokter mungkin akan meresepkan obat
untuk memblokir efek dari hormon wanita ini demi menghentikan 16
pertumbuhan sel kanker payudara. Namun, pendekatan ini hanya
efektif pada tumor dengan reseptor hormonal yang positif. Pengobatan
ini biasanya dilakukan dengan mengonsumsi tablet obat hingga 10
tahun (Risnah, 2020)
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian yaitu dimana pemikiran dasar bertujuan yang
mengumpulkan informasi tentang data klien, sehingga bisa
mengidentifikasi, mengenali berbagai macam masalah-masalah kebutuhan
kesehatan klien dan kondisi klien baik pada fisik, mental, maupun sosial
dan lingkungan klien. Terdiri dari :
Biodata Klien

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,


pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung
jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa,
alamat, hubungan dengan klien.

1. Pengkajian Primary
a. Airway
Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas,
adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan.
b. Breathing
Frekuensi nafas, apakah tampak terjadi penggunaan otot bantu
pernafasan, terjadi retraksi dinding dada, terjadinya sesak nafas,
saat di palpasi teraba pengembangan pada kedua parukanan dan
kiri, kaji adanya suara nafas tambahan.
c. Circulation
Pengkajian ini mengenai volume dalam darah serta adanya
perdarahan. pengkajian juga meliputi warna kulit, nadi, dan status
hemodinamik,.
d. Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5)
GCS 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan
bawah normal, tidak ada gangguan menelan.
e. Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera
yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap
dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya
hipotermi.
f. Foley Chateter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra
jika ada tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter
dipasang untuk memantau produksi urin yang keluar.
g. Gastric tube
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengurangi distensi lambung dan
mengurangi resiko muntah.
h. Monitor EKG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi irama dan denyut
jantung.
2. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang
dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat
dan jelas. Keluhan klien dengan gagal jantung akan merasakan
nafas sesak, sesak nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk
tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada,
nafsu makan menurun, bengkak pada kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan permulaan klien merasakan keluhan sampai
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama
dengan menggunakan PQRST.
P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala
bertambah berat dan apa yang dapat mengurangi gejala.
Q (Quality/Quantity) : bagaimanakah gejalanya dan sejauh mana
gejala yang dirasakan klien.
R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? apa yang
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut
S (Saferity/Scale) : seberapa tingkat keparahan gejala dirasakan?
Pada skala berapa?
T (Timing) : berapa lama gejala dirasakan ? kapan tepatnya gejala
mulai dirasakan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya
riwayat penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal
jantung, pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub
jantung bawaan, diabetes militus dan infark miokard kronis.
d. Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang
menderita penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal
jantung, hipertensi.
e. Riwayat psikososial spiritual
Respon emosi klien pada penyakitnya dan bagaimana peran
klien dalam keluarga dan masyarakat sehingga terjadi pengaruh
dalam kehidupan sehari-hari baik pada keluarga atau masyarakat
sekitarnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Dampak yang timbul pada klien gagal jantung yaitu timbul
akan kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa
beraktifitas aktif seperti dulu dikarenakan jantung nya yang mulai
lemah.
g. Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan
yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari,
pasien gagal jantung akan mengalami penurunan nafsu makan,
meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan masalah yang dirasakan.
b) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap
perubahan sistem tubuhnya.
c) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala
sesak nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien
dengan gagal jantung akan mengalami sesak nafas, sehingga
hal ini dapat menganggu tidur klien.
d) Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong
kuku perlu dikaji sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat
dirumah sakit.
e) Pola Aktivitas
Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat
ini dan kebiasaan klien berolah raga sewaktu masih sehat.
h. Pemeriksaan Fisik Head Toe To
a) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan
kusam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya
hematom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.
b) Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
mata, reaksi pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada mata, tidak
memakai kaca mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata,
tidak teraba benjolan disekitar mata.
c) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih
baik.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak ada
nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada
telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada
hidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang
oksigen.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada
perdarahan pada hidung.
e) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai
dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan
tidak terjadi kesulitan menelan.
f) Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak,
tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak
teraba sama kiri kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada
thoraks seperti ronkhi, wheezing, dullness
g) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan
jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan
seperti mur-mur dan gallop.
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak
ada bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.
Auskultasi : bising usus 12x/m
Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani
Palpasi : tidak teraba adanya massa/ pembengkakan, hepar dan
limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah
abdomen.
i) Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien
jantung dapat diuretik.
j) Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas,
tidak ada kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak
terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak
ada terjadi fraktur pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada kedua kaki,
terlihat edema pada kedua kaki dengan piting edema > 2 detik,
type derajat edema, tidak ada varises pada kaki, akral teraba
hangat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSIS RENCANA TTD
TGL/JAM
KEPERAWATAN Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional Nama
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas 1. Mengetahui peningkatan pola
b/d Hambatan upaya intervensi keperawatan napas
napas selama 1x24 jam 2. Posisi semi fowler atau fowler 2. meningkatkan ekspansi paru
diharapkan Pola napas dan memaksimalkan oksigen
pasien membaik dengan 3. Ajarkan teknik batuk efektif 3. teknik batuk efektif untuk
kriteria hasil : membersihkan jika ada sekret
- frekuensi napas di jalan napas
membaik 4. Kolaborasi pemberian 4. menurunkan kekentalan sekret
- dyspnea brongkodilator, mukolotik, Dan memaksimalkan
menurun Berikakan o2 jika perlu bernapas dengan
- Kedalaman napas meningkatkan masukan
membaik oksigen
Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui intervensi
pencedera fisik intervensi keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi, apa yang akan dilakukan
selama 1x24 jam kualitas, intensitas nyeri selanjutnya
diharapkan tingkat nyeri 2. Berikan teknik non 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
menurun dengan kriteria farmakologis untuk mengurangi yang dialami klien tanpa
hasil : nyeri (misalnya akupresure, meminum obat
- Keluhan nyeri terapi pijat, kompres
menurun hangat/dingin, relaksasi napas
- Gelisah menurun dalam )
- Nyeri dapat 3. Jelaskan penyebab, periode dan 3. Agar klien tidak merasa cemas
dikontrol pemicu nyeri atas nyeri yang dialami nya
4. Kolaborasi pemberian 4. Analgesic berfungsi untuk
analgesic, jika perlu mengurangi rasa nyeri
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Identifikasi toleransi fisik 1. Untuk mengetahui intervensi
b/d nyeri intervensi keperawatan melakukan ambulasi apa yang akan dilakukan
selama 1x24 jam selanjutnya.
diharapkan pasien 2. Libatkan keluarga untuk 2. Agar klien nyaman
menyatakan mobilitas membantu pasien dalam dan termotivasi untuk
fisik meningkat dengan meningkatkan ambulasi meningkatkan
kriteria hasil : pergerakannya.
- Pergerakan 3. Ajarkan ambulasi sederhana 3. Ambulasi sederhana untuk
eksterimtas yang harus dilakukan membantu pemulihan
meningkat pergerakan
- Kekuatan otot
meningkat
- Rentang gerak
meningkat
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses perawatan,
dimulai secara formal setelah Anda mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Dengan rencana asuhan berdasar pada diagnosis keperawatan
yang jelas dan relevan, dimana intervensi yang didesain untuk membantu
pasien mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan yang dibutuhkan untuk
mendukung atau meningkatkan status kesehatan pasien (Noviestari et al.,
2020).
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang telah diamati dan atau
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Evaluasi dilakukan
secara terus-menerus dan melibatkan klien serta tenaga kesehatan lainnya.
Apabila tujuan dan kriteria hasil tercapai pada evaluasi, maka klien proses
keperawatan dihentikan, jika sebaliknya maka klien dikaji dan ulang dan harus
tetap melewati proses keperawatan (Irman et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Fadhillah, Haris, And Her Ariyadi. 2017. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta Selatan: PPNI.

Herdman, & T Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Irman, O., Nalista, Y., & Keytimu, Y. M. H. (2020). Buku Ajar: Asuhan
Kepeawatan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut (Pertama). CV.Penerbit
Qiara Media.

Noviestari, E., Ibrahim, K., Deswani, & Ramadaniati, S. (2020). Dasar-Dasar


Keperawatan: Edisi 9 (9th ed.). ELSEVIER.

Risnah. (2020). Konsep Medis Dan Keperawatan Pada Gangguan Sistem


Onkologi. Makassar: Jariah Publishing Intermedia

Susanti, R., & Zulaika. (2021). Efektifitas Promosi Kesehatan Dalam Deteksi Dini
Ca Mamma Pada Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 55-60.

Anda mungkin juga menyukai