Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR MAMAE SINITRA


RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK
RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

OLEH

NAMA : LULUK ASFIYA


NIM : 17.049

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2019/2020
1. Definisi
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus menerus Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk
semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik
oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk
tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma . Tumor mamae
adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla
mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010

2. Etiologi dan Faktor Resiko


Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada
beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a. Jenis kelamin
Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara.
b. Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga
kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat
meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%.
d. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e. Faktor hormonal
Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi
oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya
tumor payudara.
f. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan
hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
g. Terpapar radiasi
h. Intake alkohol
3. Anatomi Patofisioligi
Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua
sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar
ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita
lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada
pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi
oleh hormon-hormon ovarium.
Jaringan payudara terdiri dari berbagai komponen, yakni lemak subkutis,
stroma dan parenkim yang ditunjang oleh jaringan ikat (ligamen Cooper), pembuluh
darah, saraf, dan jaringan limfatik. Daerah areola mammae mengandung folikel
rambut, kelenjar apokrin, dan kelenjar sebaseus Montgomery yang menghasilkan air
susu. Puting susu mengandung akhiran saraf dan otot polos, serta 8-20 duktus
laktiferus komunis yang merupakan terminal dari duktus laktiferus. Jaringan lemak
sendiri distribusinya lebih banyak di sekitar lobulus, dan di sekitar daerah perifer
payudara.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi
menjadi lima regio, yaitu :
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)

Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa
fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen
dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.
Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara membesar, dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Selama beberapa hari sebelum haid, payudara menegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi sulit dilakukan. Pada waktu itu
mammografi menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar.
.
Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-ciri:
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh
struktur jaringan sekitarnya.
Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah
terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di
antar sel-sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi
bourgeois lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam
terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun samapi
bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung
dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang
dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-
paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di
payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberpa minggu
sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
4. Manifestasi klinik ( Tanda dan gejala )
Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara
masih sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika
dudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya
tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimping, tarikan dan retraksi pada area mammae. Dimpling
terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi ligamentum cooper. Cara
pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
pemeriksa lalu didekatkan untuk menimbulkan dimpling.
4. Edema dengan Peaut d’orange skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta keluarnya
cairan secara spontan kadang disertai darah.
6. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, Gejala
carsinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat
sebagai petunjuk adanya metastase. (Price dan Sylvia, 2006)
5. Pathway

Faktor predisposisi
Mendesak sel Interupsi sel saraf
dan resiko tinggi
saraf
hiperplasi pada sel
mamae nyeri

Mensuplai Mendesak pembuluh


Mendesak
nutrisi ke darah
jaringan sekitar
jaringan ca
Aliran darah terhambat
Menekan jaringan Hipermetabolis
pada mammae me ke jaringan
hipoksia


Peningkatan hipermetabolism Necrosis jaringan
konsistensi e jar lain BB
mammae turun
Bakteri patogen
Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari Resiko Infeksi
kebutuhan
Mammae Ukuran mammae
tubuh
membengkak abnormal

Massa tumor Mammae


asimetrik
Defisiensi
mendesak ke jar
pengetahuan
luar
Gangguan citra ansietas
tubuh

Perfusi jaringan
terganggu Infiltrasi pleura
perietale
ulkus
Ekspansi paru Ketidakefektifan
menurun pola nafas
Kerusakan
integritas kulit/
jaringan
6. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika
saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi
dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral
dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan
dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang
sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah
perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang
menyulitkan.

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:

a. Morfologi sel darah

b. Laju endap darah

c. Tes faal hati

d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau


plasma

e. Pemeriksaan sitologik

f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluar
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara


dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker yang
tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada masa
menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar
kurang tampak.

3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-


pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,


dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap massa
dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.
ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan


yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

4. Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,


kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada


kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker
serviks.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat


dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu


berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-


tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,


ulserasi atau tanda-tanda radang.

i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

8. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada


payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan
biasa.

b. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah


dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi
makanan mengandung MSG.

c. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami


melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien
terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

e. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga


kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.

b. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.


c. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan


akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan
kehilangan haknya sebagai wanita normal.

d. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam


melakukan perannya dalam berinteraksi social.

e. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada


tingkat kepuasan.

f. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan


keputus asaan.

g. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya


dengan lapang dada.

a. Diagnosa
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan,
mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah
jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi
tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh,
perubahan dalam citra diri
Asuhan Keperawatan Pre Operasi

1. Analisa Data

No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Selasa, 17 Ds : Nyeri akut Agen injuri biologis
Desember - P: pasien mengatakan nyeri pada
2013 payudara kirinya
- Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R: regio mamae sinistra pars
superior
- S: skala nyeri 5
- T: hilang timbul
Do:
- Pasien tampak sesekali
mengerutkan dahi ketika menahan
nyerinya
Ds: Ansietas Krisis situasional
Pasien mengatakan gugup sebelum
dioperasi
Do:
- Pasien tampak tegang
- Pandangan tidak focus
- Pasien lebih banyak diam

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Cemas berhubungan dengan krisis situasional


b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Rencana Pre Operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional


a Setelah diberikan tindakan a. Tentukan riwayat nyeri,
a. Memberikan informasi yang
keperawatan diharapkan lokasi, durasi dan intensitas diperlukan untuk merencanakan
nyeri berkurang dengan b. Berikan pengalihan seperti asuhan.
criteria hasil: reposisi dan aktivitas
b. Untuk meningkatkan kenyamanan
- Klien mampu menyenangkan seperti dengan mengalihkan perhatian klien
mengontrol rasa nyeri mendengarkan musik atau dari rasa nyeri.
melalui aktivitas nonton TV c. Meningkatkan kontrol diri atas
- Melaporkan nyeri yangc. Menganjurkan tehnik efek samping dengan menurunkan
dialaminya penanganan stress (tehnik stress dan ansietas
- Mengikuti program relaksasi, visualisasi,
pengobatan bimbingan), gembira, dan
Mendemontrasikan tehnik berikan sentuhan therapeutik.
relaksasi dan pengalihan
rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin
b Setelah diberikan tindakan a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman
keperawatan selama 1x 5 sebelumnya terhadap penyakit klien sebelumnya akan memberikan
menit diharapkan cemas yang dideritanya. dasar untuk penyuluhan dan
berkurang dengan criteria b. Berikan informasi tentang menghindari adanya duplikasi.
hasil : prognosis secara akurat. b. Pemberian informasi dapat
- Klien dapat mengurangic. Beri kesempatan pada klien membantu klien dalam memahami
rasa cemasnya untuk mengekspresikan rasa proses penyakitnya.
- Rileks dan dapat melihat marah, takut, konfrontasi. Beri c. Dapat menurunkan kecemasan
dirinya secara obyektif. informasi dengan emosi wajar klien.
- Menunjukkan koping dan ekspresi yang sesuai. d. Membantu klien dalam memahami
yang efektif serta mampu d. Jelaskan pengobatan, tujuan kebutuhan untuk pengobatan dan
berpartisipasi dalam dan efek samping. Bantu klien efek sampingnya.
pengobatan. mempersiapkan diri dalam
e. Mengetahui dan menggali pola
pengobatan. koping klien serta
e. Catat koping yang tidak mengatasinya/memberikan solusi
efektif seperti kurang interaksi dalam upaya meningkatkan kekuatan
sosial, ketidak berdayaan dll. dalam mengatasi kecemasan.
f. Anjurkan untuk
f. Agar klien memperoleh dukungan
mengembangkan interaksi dari orang yang terdekat/keluarga.
dengan support system. g. Klien mendapatkan kepercayaan
g. Pertahankan kontak dengan diri dan keyakinan bahwa dia benar-
klien, bicara dan sentuhlah benar ditolong
dengan wajar.
4. Pelaksanaan Dan Evaluasi Preoperasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi


a 17/12/2013, a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasia. Nyeri masih dirasakan hilang timbul
jam 09.00 dan intensitas pada daerah payudara kiri
b. Berikan pengalihan seperti reposisi danb. Pasien mampu merespon ketika
aktivitas menyenangkan seperti ditanya, berkomunikasi terbuka
mendengarkan musik atau berkomunikasi menceritakan kondisi kesakitanya
c. Menganjurkan tehnik penanganan c. Pasien mampu melakukan tekhnik
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, relaksasi secara mandiri, nyeri masih
bimbingan), gembira, dan berikan hilang timbul
sentuhan therapeutik
b 17/12/2013, a. Menentukan pengalaman klien
a. Pasien belum pernah menjalani operasi
09.05 sebelumnya terhadap penyakit yang , pasien hanya lebih banyak berdoa untuk
dideritanya. mengurangi kecemasanya
b. Memberikan informasi tentangb. Pasien mau bertanya dan menunujukan
prognosis secara akurat. pemahamnya terkait prognosis setelah
c. Memberi kesempatan pada klien untuk dilakukan tindakan operasi
mengekspresikan rasa marah, takut, c. Pasien kooperatif dan lebih banyak
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi diam
wajar dan ekspresi yang sesuai. d. Selama tahap pre operasi pola koping
d. Mencatat koping yang tidak efektif pasien baik
seperti kurang interaksi sosial, ketidak e. Selama tahap preoperasi pasien mau
berdayaan dll. diajak berkomunikasi dan menceritakan
e. Menganjurkan untuk mengembangkan kecemasanya
interaksi dengan support system f. Pasien menunujukan kontak mata yang
f. Mempertahankan kontak dengan klien, focus
bicara dan sentuhlah dengan wajar.

H. Asuhan Keperawatan Intra Bedah

1. Analisa data intra operasi

No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi


1 Selasa, 17 Ds : -
Desember Do: Resiko kekurangan Kehilangan cairan
2013 - Input : volume cairan aktif
Makan : puasa
Minum :puasa
Infuse : 300 cc
AM : 5 ml/Kgbb/hari, jadi
300cc/hari = 12 ml/jam
- Output
Urin : 0,5-1ml/Kgbb/jam, jadi 30-
60 cc/jam
Perdarahan : ± 50 cc
Iwl : 15ml/kgbb/hari, jadi 900
ml/hari = 38 ml/jam
- Bc : intake – output
: 312- 125
: + 187
Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg
bb/hari = 1200-2400 ml/hari = 50 –
100 cc/ jam

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kenilangan cairan aktif

3. Rencana intra operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional


A Setelah diberikan tindakan - Monitor status hidrasi - Mengetahui tanda-tanda syok
keperawatan diharapkan - Monitor status hemodinamik hipovolemik
tidak terjadi perdarahan pasien - Mengetahui respon organ vital
berlebih dengan kriteria - Monitor balance cairan akibat kehilangan cairan aktif
hasil: - Monitor pemberian cairan - Mempertahankan keseimbangan
- Urin output dalam melalui intra vena cairan normal
rentang normal - Monitor perdarahan selama- Memenuhi kebutuhan cairan
- Status hemodinamik operasi elektrolit tubuh
dalam rentang normal - Bernanfaat untuk terapi resusitasi
- Tidak terdapat tanda- cairan
tanda syok hipovolemik

5. Pelaksanaan Dan Evaluasi Intra Operasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi


A 17/12/2013, - Memonitor status hidrasi - Tak tampak tanda-tanda syok
jam 10.00 WIB- Memonitor status hemodinamik hipovolenik
pasien - Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi
- Memonitor balance cairan 74 x/menit, RR :20 kali/menit, SpO2 : 98
- Memonitor pemberian cairan melalui %.
intra vena - Status cairan adekuat,
- Memonitor perdarahan selama operasi Bc : intake – output
: 312- 125
: + 187
Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg bb/hari =
1200-2400 ml/hari = 50 – 100 cc/ jam
- Cairan Rl 500 ml, masuk via intra
vena
- Perdarahan aktif selama operasi (-)
I. Asuhan Keperawatan Paska Operasi
1. Analisa Data Pasca Operasi
No Hari/ tgl/jam Data Masalah Etiologi
1 Selasa, 17 Ds : pasien mengeluh lemes Ketidakefektifan Kehilangan cairan
Desember Do: perfusi jaringan perifer paska operasi
2013 - Respirasi rate : 95%
- Pucat
- GCS : E3,V5,M6 (compos mentis)
- Nadi : 74 x/menit
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Suhu : 36 C
- RT >2 detik
- Aldrete score 4
- Terpasang binasal kanul 3LPM
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kehilangan cairan paska
operasi

3. Rencana Pasca Operasi

Dx Tujuan Intervensi Rasional


a Setelah diberikan tindakan - Monitor status hemodinamik - Mengetahui tanda-tanda syok
keperawatan diharapkan pasien hipovolemik
perfusi jaringan perifer - Monitor status hidrasi pasien- Mengetahui respon organ vital
adekuat dengan kriteria - Pertahankan posisi tirah akibat kehilangan cairan aktif
hasil: baring dengan posisi kepala - Mempertahankan keseimbangan
- Status hemodinamik ekstensi cairan normal
dalam rentang normal - Pantau perfusi perifer dengan- Memenuhi kebutuhan cairan dan
mengkaji kekuatan nadi perifer, elektrolit tubuh
CRT, dan suhu - Mengetahui cairan yang aktif
- Berikan oksigen sesuai
indikasi
- Monitor status kesadaran
pasien
6. Pelaksanaan Dan Evaluasi Pasca Operasi

Dx Tanggal/jam Implementasi Evaluasi


a 17/12/2013, - Memonitor status hemodinamik
- Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84
jam 10.15 WIB pasien kali/menit, RR 18 kali/menit,
- Memonitor status hidrasi pasien - Tak tampak tanda-tanda syok
- Mempertahankan posisi tirah baring - Posisi kepala ekstensi, jalan nafas
dengan posisi kepala ekstensi efektif, nafas spontan,obstruksi(-).
- Memantau perfusi perifer dengan - Kulit pucat, CRT 3 detik, nadi kuat,
mengkaji kekuatan nadi perifer, CRT, suhu ± 36 C
dan suhu - Oksigen 3 LPM masuk via binasal
- Memberikan oksigen sesuai indikasi kanul
- Memonitor status kesadaran pasien - Aldrete score 5
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating Upper
Respiratory Tract Infection. Journal of The American Academy Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

Anda mungkin juga menyukai