Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

CA. MAMAE

Disusun Oleh :
Bais Nias Shofiyah
P27220019147

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2021
KONSEP TEORI
A. Definisi
Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa
tumbuhnya sel-sel abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja
sel-sel normal. Sel yang mengalami abnormalitas ini bisa jadi sel organ
dalam, sel jaringan otot, sel tulang, sel otak, bahkan sel darah. Tidak ada satu
sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan terserang kanker.
Bahkan yang lebih mengerikan sel yang sudah mengalami penyimpangan
atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran darah dan
cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang menyerang di berbagai
tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah tempat dalam waktu singkat
(Dwi Lestari, 2020).
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah
momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim
(Nurcahyo, 2010). Kanker payudara terjadi karena terganggunya system
pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae merupakan
gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal
timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe
dan pembuluh darah. (Dwi Lestari, 2020).

B. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan
oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol
dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler) (Dwi
Lestari, 2020).

C. Factor Resiko
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara..
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita dengan kanker payudara.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara.
6. Riwayat penyakit payudara jinak.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopauseKontrasepsi oral.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun
dengan cepat setelah penghentian medikasi.
9. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka
panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap
10. penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini
tidak menurunkan kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan
lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan
pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara
dapat berubah seiring dengan waktu.
(Dwi Lestari, 2020).
D. Patofisiologi
Upaya menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma
merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.
Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak
sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan
secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh
dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi
sekelompok sel ganas di antara sel normal (Dwi Lestari, 2020).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang
pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan
kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai
darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati
(nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob.
Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan
bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan
merusak permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat)
yang banyak. Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan
juga gatal-gatal.
Pada jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran
reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala
nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur yang
bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler yang menyebabkan
mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan
yang banyak keluar akan menyebabkan masalah psikologis pada pasien.
Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau
tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. (Dwi Lestari, 2020).
E. Pathway
Faktor resiko : Genetik, hormonal, Menarke dini, Nulipara, Menopause, Riwayat
penyakit payudara jinak, Obesitas, Kontrasepsi oral, Terapi penggantian hormone,
Merokok, alcohol, pola makan, lingkungan, perilaku

Pertumbuhan sel abnormal

Hyperplasia pada sel mammae

CA. MAMAE

Mendesak jaaringan Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh


sekitarnya jaringan Ca darah

Penurunan Aliran terhambat =


Pembengkakan mamae hipermetabolisme hipoxia
jaringan lain

Bakteri patogen
Peningkatan massa Defisit nutrisi
tumor

Keluar cairan putih di


nanah

Tindakan pembedahan

Pre Op Efek anestesi Post Op

Pola napas tidak efektif


Psikologi Fisiologi Fisiologi Psikologi

Massa tumor mendesak Insisi/Eksisi jaringan Perubahan


Stress
jaringan mamae bentuk mamae

Defisit pengetahuan Gangguan citra


tubuh

Ansietas Kerusakan
Nyeri Resiko
integritas
Akut infeksi
kulit/jaringan

F. Manifestasi Klinis
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor
jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala
carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,
puting eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat
badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Dwi Lestari, 2020).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup
jelas antara lain :
1. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas.
Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan
sensasi tajam pada beberapa penderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa
menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar
getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa
menyakitkan dan nyeri.
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa
lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga
terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting
susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah atau nanah
berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker
payudara.
5. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama
sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi),
berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik
pada puting susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker
payudara yang jarang terjadi.
6. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu
kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan
bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain
dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang,
pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan disekitar
paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan ganda.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi dengan
pemeriksaan fisik.
3. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
4. Biopsi (aspirasi, eksisi, insisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.
5. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein,
HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
7. Foto thoraks
8. USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan
benjolan padat.
9. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan
daerah yang abnormal pada payudara.
10.Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
11.SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan
pada waktu yang sama setiap bulan

H. Penatalaksanaan
Menurut Dwi Lestari, 2020 Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi hormonal atau kombinasi
terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh
jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus
limfe aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks
puting-aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary
lymph node dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi
luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh
pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi
kanker payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh
payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi
saja) kini sedang dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu
secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit :
siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis
antrasiklin misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence),
taksans (paklitaksel seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter).
7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron :
Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan
untuk menekan tumor yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor
anastrazol (Arimidex), letrozol (Femara), dan eksemestan (Aromasin).
8. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
9. Rekonstruksi payudara.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pada pasien ini meliputi nama, jenis kelami,umur, agama,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, No.
Rekam medis, dan Diagnosa medis. Identitas penanggung jawab
meliputi Nama, Umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan utama
2) Kronologi penyakit saat ini
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
4) Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Riwayat Penyakit Masa Lalu
1) Penyakit masa anak – anak.
2) Alergi
3) Pengalaman sakit / dirawat sebelumnya
4) Pengobatan terakhir.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram (minimal 3 generasi)
1) Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?
2) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun?
4) Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu
anggota keluarga sakit?
3. Pola Fungsional Gordon
- Pola persepsi
Persepsi klien mengenai penyakitnya
- Pola Nutrisi dan Metabolisme
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat
terutama kalsium atau protein.
- Pola Eliminasi
Evaluasi pola eliminasi sebelum masuk rumah sakit
dan setelah masuk rumah sakit.
- Pola Tidur dan Istirahat
Pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur.
- Pola Aktivitas dan latihan
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien, seperti memenuhi kebutuhan
sehari-hari menjadi berkurang. Misalnya makan, mandi,
berjalan sehingga kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain.
- Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap, klien
biasanya merasa rendah dirterhadap perubahan dalam
penampilan, klien mengalami emosi yang tidak stabil.
- Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
akibat penyakitnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra diri.
- Pola Sensori dan Kognitif
Pada pasien Ca. Mamae daya rasa banyak berkurang
terutama pada bagian yang menderita penyakit, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan.
- Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien Ca. Mamae yang terdapat
gangguan mobilitas fisik yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri kronis yang dialami klien.
- Pola Penanggulangan Stress
Pada klien Ca. Mamae timbul rasa cemas tentang
keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada
diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien bisa tidak efektif.
- Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien dengan Ca Mamae tentang bagaimana dia
dapat beribadah dengan baik.

4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda Tanda Vital : TD : mmHg
N : x/menit
RR : x/menit
o
S : C
SPO2 : %
EWS:
4. Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.
5. Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
6. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala :
a) Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
b) Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, sklera,
konjungtiva.
c) Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
d) Hidung: fungsi, polip,sekret, nyeri?
e) Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa,
warna lidah, gigi ( letak, kondisi gigi), oropharing ( bau nafas,
suara parau, dahak).
2) Leher
a) Bentuk,
b) gerakan,
c) pembesaran thyroid,
d) kelenjar getah bening,
e) tonsil,
f) JVP,
g) Nyeri telan?
3) Dada
a) Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada,
pergerakan selma pernafasan, jenis pernafasan.
b) Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantng, suara abnormal
yang ditemuai.
c) Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
d) Palpasi: simetris?, nyeri tekan? Massa? Pernafasan
(kedalaman, kecepatan), ictus kordis.
4) Abdomen
a) Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena, ostomy.
b) Auskultasi: frekuensi dan intensitas peristaltik.
c) Perkusi: Udara. Cairan, massa/ tumor?
d) Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia,
hepar, lien?
5) Genetalia, Anus dan rektum
a) Inspeksi: warna, terpasang alat bantu, kelainan genital,
simpisis?
b) Palpasi: teraba penumpukan urine?
6) Ekstremitas
a) Atas: kelengkapan, kelainan jari, tonus otot, kesimetrisan
gerak, ada yang menggganggu gerak?, kekuatan otot, gerakan
otot, gerakan bahu, siku, pergelangan tangan dan jari – jari
b) Bawah: kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk
kaki, varices, gerakan otot, gerakan panggul, luutut,
pergelangan kaki dan jari – jari.
5. Pemeriksaan penunjang
6. Terapi yang diberikan
B. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d Kurang terpapar informasi (D.0080)
Gejala mayor : (S) merasa bingung, merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi (O) tampak
gelisah, tampak tegang, sulit untuk tidur
Gejala minor : (S) mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa
tidak berdaya
(O) frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaphoresis. Tremor, muka tampak pucat, suara
bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada
masa lalu
b. Gangguan integritas jaringan b.d faktor mekanis (penekanan pada
jaringan mamae) (D.0129)
Gejala mayor : (O) kerusakan jaringan dan lapisan kulit Gejala
minor : (O) nyeri, kemerahan,pendarahan, hematoma
c. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisik prosedur operasi (D.0077)
Gejala mayor : (S) Mengeluh nyeri (O) Tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Gejala Minor: (S) - (O) Tekanan darah meningkat, Pola napas
berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik
diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
d. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(kerusakan integritas kulit) (D.0142)
e. Gangguan citra tubuh b.d efek tindakan/pengobatan
(Pembedahan) (D.0083)
Gejala mayor : (S) mengucapkan kecacatan/kehilangan bagian
tubuh (O) kehilangan bagian tubuh, Fungsi/struktur tubuh
berubah/hilang
Gejala minor : (S) Tidak mau mengungkapkan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, Mengungkapkan perasaan
negatif tentang perubahan tubuh, Mengungkapkan kekhawatiran
pada penolakan/reaksi orang lain, Mengungkapkan perubahan
gaya hidup (O) Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh
secara berlebihan, Menghindari melihat dan/atau menyentuh
bagian tubuh, Fokus berlebihan pada perubahan tubuh, Respon
nonverbal pada perubahan dan persepsi tubuh, Fokus pada
penampilan dan kekuatan masa lalu, Hubungan sosial berubah
f. Pola Napas Tidak Efektif b.d Efek agen farmakologis (D.0005)
Gejala mayor: (S) Dispnea (O) Penggunaan otot bantu pernapasan,
Fase ekspirasi memanjang, Pola napas abnormal
Gejala minor: (S) Ortopnea (O) Pernapasan pursed-lip, pernapasan
cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior mrningkat,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, Tekanan
ekspirasi menurun, Tekanan inspirasi menurun, Ekskursi dada
berubah.
g. Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis nafsu makan menurun
(D.0019)
Gejala mayor : (S) – (O) Berat badan menurun miinimal 10%
dibawah rentang ideal
Gejala minor (S) Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri
abdomen, Nafsu makan menurun. (O) Bising usus hiperaktif, Otot
pengunyah lemah, Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat,
Sariawan, Serum albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare.

C. Intervensi Keperawatan
No.
Diagnosa Tujuan Intervensi
Dx
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
Kurang terpapar tindakan keperawatan (I.09314)
informasi (D.0080) selama 3x24 jam masalah Observasi:
dapat teratasi dengan 1. Monitor vital sign/
Kriteria hasil: tanda-tanda vital
Tingkat Asietas (L.09093) (TD, N, RR,S)
1. Verbalisasi 2. Identifikasi saat
kebingungan tingkat ansietas
menurun berubah (mis.
2. Verbalisasi kondisi, waktu,
khawatir akibat stresor)
kondisi yang 3. Identifikasi
dihadapi menurun kemampuan
3. Perilaku gelisah mengambil
menurun keputusan
4. Perilaku tegang 4. Monitor tanda-tanda
menurun ansietas (verbal dan
5. Keluhan pusing nonverbal)
menurun 5. Temani pasien
6. Anoreksia menurun untuk mengurangi
7. Palpitasi menurun kecernasan, jika
8. Frekuensi memungkinkan
pemapasan menurun Terapeutik:
9. Frekuensi nadi 6. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
10. Tekanan darah menumbuhkan
menurun kepercayaan
11. Diaforesis 7. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
12. Tremor menurun 8. Gunakan
13. Pucat menurun pendekatan yang
14. Konsentrasi tenang dan
membaik meyakinkan
15. Pola tidur Tempatkan barang
membaik pribadi yang
16. Perasaan memberikan
keberdayaan kenyamanan
membaik 10. Diskusikan
17. Kontak mata perencanaan
membaik realistis tentang
18. Pola berkemih peristiwa yang akan
membaik datang
19. Orientas membaik 11. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
12. Informasikan
secara faktual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
Edukasi
13. Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang
mungkin dialami
14. Anjurkan
melakukan kegiatan
yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
15. Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
peru
16. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
17. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
18. Latih
penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
19. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
20. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas,
jika perlu
2 Gangguan Setalah dikakukan Perawatan Integritas
integritas jaringan tindakan 3x24 jam Kulit (I.11353)
b.d faktor mekanis masalah dapat teratasi Observasi :
(penekanan pada dengan Kriteria hasil : 1. Monitor vital sign/
jaringan mamae) Integritas kulit dan tanda-tanda vital
(D.0129) jaringan (L.14125) (TD, N, RR,S)
1. Elastisitas 2. Identifikasi penyebab
meningkat gangguan integritas
2. Hidrasi meningkat kutlit (mis.
3. Perfusi jaringan perubahan sirkulasi,
meningkat perubahan status
4. Kerusakan jaringan nutrisi, penurunan
menurun kelembaban, suhu
5. Kerusakan lapisan lingkungan ekstrem,
kulit menurun penurunan mobiitas)
6. Nyeri menurun Terapeutik
7. Perdarahan menurun 3. Ubah posisi tiap 2
8. Kemerahan jam jika tirah baring
menurun 4. Gunakan produk
9. Hematoma menurun berbahan petrolium
10. Pigmentasi atau minyak pada
abnormal menurun kulit kering
11. Jaringan parut 5. Gunakan produk
menurun berbahan
12. Nekrosis menurun ringan/alami dan
13. Abrasi kornea hipoalergik pada
menurun kulit sensitive
14. Suhu kulit membaik 6. Hindari produk
15. Sensasi membaik berbahan dasar
16. Tekstur membaik aikohol pada kulit
17. Pertumbuhan rambut kering
membaik Edukasi
7. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
lotion, serum)
8. Anjurkan minum air
yang cukup
9. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
10. Anjurkan
meningkatkan asupan
buah dan sayur
11. Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
12. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada di luar
rumah
13. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
3. Nyeri Akut b.d. Setalah dikakukan Manajemen Nyeri
agen pencedera tindakan 3x24 jam (I.08238)
fisik prosedur masalah dapat teratasi Observasi:
operasi (D.0077) dengan Kriteria hasil : 1. Monitor vital
Tingkat Nyeri (L.08066) sign/ tanda-tanda
1. Kemampuan vital (TD, N,
menuntaskan RR,S)
aktifitas 2. Identifikasi
meningkat lokasi,
2. Keluhan nyeri karakteristik,
menurun durasi, frekuensi,
3. Meringis menurun kualitas, skala
4. Sikap protektif ,intensitas nyeri
menurun 3. Identifikasi
5. Gelisah menurun respons nyeri
6. Kesulitan tidur non verba
menurun 4. Identifikasi
7. Menarik diri faktor yang
menurun memperberat dan
8. Berfokus pada memperingan
diri sendiri nyeri
menurun 5. Identifikasi
10. Diaforesis pengetahuan dan
menurun Perasaan keyaninan
depresi (tertekan) tentang nyeri
menurun 6. Identiskasi
11. Perasaan takut pengaruh budaya
mengalami terhadap respon
menurun nyeri
12. cedera 7. Idertifkasi
berulang pengaruh nyeri
Anoreksia pada kualitas
menurun hidup
13. Perineum terasa 8. Monitor
tertekan menurun keberhasilan
14. Uterus teraba terapi
membulat komplementer
menurun yarg sudah
15. Ketegangan diberikan
menurun 9. Monitor efek
16. Pupil dilatasi samping
menurun penggunaan
17. Muntah menurun analgetik
18. Mual menurun Terapeutik
19. Frekuensi nadi 10. Berikan teknik
membaik nonfarmakologis
20. Pola napas untuk
membaik mengurangi rasa
21. Tekanan darah nyeri (mis.
membaik TENS, hipnosis,
22. Proses akupresur, terapi
berpikin membaik musik,
23. Fokus membaik biofeedback,
24. Fungsi terapi pijat,
berkemih aromaterapi,
membaik teknik imajinasi
25. Perilaku membaik terbimbing.
26. Nafsu makan 11. kompres
membaik hangat/dingin,
27. Pola tidur terapi bermain)
membaik 12. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
uangan,
pencahayaan,
\kebisingan)
13. Fasilitasi istirahat
dan tidur
14. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
15. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
16. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
17. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
20. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
4. Resiko infeksi b.d Setalah dikakukan Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan tindakan 3x24 jam (I.14539)
pertahanan tubuh masalah dapat teratasi Observasi:
primer (kerusakan dengan Kriteria hasil : 1. monitor tanda dan
integritas kulit) Tingkat infeksi (L.14137) gejala infeksi lokal
(D.0142) 1. Kebersihan tangan dan sistemik
meningkat terapeutik:
2. Kebersihan badan 2. batasi jumlah
meningkat pengunjung
3. Nafsu makan 3. cuci tangan
meningkat sebelum dan
4. Demam menurun sesudah kontak
5. Kemerahan dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
6. Nyeri menurun 4. pertahankan teknik
7. Bengkak menurun aseptik pada
8. Vesikel menurun pasien berisiko
9. Cairan berbau tinggi
busuk menurun edukasi:
10. Sputum berwarna 5. Jelaskan tanda dan
hijau menurun gejala infeksi
11. Drainase purulent 6. ajarkan cara
menurun mencuci tangan
12. Piuna dengan benar
menurun menurun 7. ajarkan etika batuk
13. Periode malaise 8. ajarkan cara
menurun memeriksa kondisi
14. Periode menggigil luka atau luka
menurun operasi
15. Lelargi menurun 9. anjurkan
16. Gangguan kognitif meningkatkan
menurun asupan nutrisi
17. Kadar sel darah 10. Anjurkan
putih membaik meningkatkan
18. Kultur darah asupan cairan
membaik Kolaborasi:
19. Kultururine 11. kolaborasi
membaik pemberian
20. Kultur sputum imunisasi,Jika
membaik perlu
21. Kultur area luka
membaik
22. Kultur feses
membaik
23. Kadar sel
darah putih
membaik
5. Gangguan citra Setalah dikakukan Promosi citra tubuh
tubuh b.d efek tindakan 3x24 jam (I.09305)
tindakan/pengobata masalah dapat teratasi Observasi
n (Pembedahan) dengan Kriteria hasil : 1. Identifikasi
(D.0083) Citra tubuh (L.09067) harapan citra
1. Melihat bagian tubuh
tubuh membaik berdasarkan
2. Menventuh bagian tahap
tubuh membaik perkembangan
3. Verbalisasi 2. Identifikasi
kecacatanbagian budaya, agama,
tubuh membaik jenis kelamin,
4. Verbalisasi dan umur
kehilangan bagian terkait citra
tubuh membaik tubuh
5. Verbalisasi perasaan 3. Identifikasi
negatif tentang perubahan citra
perubahan tubuh tubuh yang
menurun mengakibatkan
6. Verbalisasi isolasi sosial
kekhawatiran pada 4. Monitor
penolakan/reaksi frekuensi
orang lain menurun pernyataan
7. Verbalisasi kritik terhadap
perubahan gaya diri sendiri
hidup menurun 5. Monitor apakah
8. Menyembunyikan pasien bisa
bagian tubuh melihat bagian
berlebihan menurun tubuh yang
9. Menunjukkan berubah
bagian tubuh Terapeutik
berlebihan menurun 6. Diskusikan
10. Fokus pada bagian perubahan
tubuh menurun tubuh dan
11. Fokus pada fungsinya
penampilan masa 7. Diskusikan
lalu menurun perbedaan
12. Fokus pada penampilan
kekuatan masa lalu fisik terhadap
13. Respon nonverbal harga diri
pada perubahan 8. Diskusikan
tubuh membaik perubahan
14. Hubungan sosial akibat pubertas,
membaik kehamilan dan
penuaan
9. Diskusikan
kondisi stres
yang
mempengaruhi
citra tubuh
(mis. luka,
penyakit,
pembedahan)
10. Diskusikan cara
mengembangka
n harapan citra
tubuh secara
realistis
11. Diskusikan
persepsi pasien
dan keluarga
tentang
perubahan citra
tubuh
Edukasi
12. Jelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan
perubahan citra
tubuh
13. Anjurkan
mengungkapka
n gambaran diri
terhadap citra
tubuh
14. Anjurkan
menggunakan
alat bantu
15. Anjutrkan
mengikuti
kelompok
pendukung
16. Latih fungsi
tubuh yang
dimiliki
17. Latih
peningkatan
Penampilan diri
18. Latih
pengungkapan
kemampuan
diri krpada
orang lain
maupun
kelompok
6 Pola Napas Tidak Setalah dikakukan Manajemen Jalan
tindakan 3x24 jam, Napas (I.01001)
Efektif b.d Efek
diharapkan pola napas
agen farmakologis pasien membaik, dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Monitor pola
(D.0005)
Pola napas (L.01004) napas
1. Ventilasi semenit
(frekuensi,
meningkat
kedalaman,
2. Kapasitas vital
usaha napas)
meningkat
2. Monitor bunyi
3. Tekanan ekspirasi
napas tambahan
dan inspirasi
3. Monitor sputum
meningkat
4. Penggunaan otot Terapeutik
bantu napas 4. Petahankan
menurun kepatenan jalan
5. Ortopnea menurun napas
6. Pernapasan cuping 5. Posisikan semi
hidung menurun fowler atau
7. Ekskursi dada fowler
membaik 6. Berikan minum
hangat
7. Lakukan
fisioterapi dada
8. Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
9. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
10. Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGill
11. Berikan
oksigen, jika
perlu.

Edukasi
12. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari
13. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik jika
perlu.

Pemantauan Respirasi
(I.01014)
 Observasi
a. Monitor
frekuensi,
irama,
kedalaman dan
upaya napas.
b. Monitor pola
napas
c. Monitor
kemampuan
batuk efektif
d. Monitor adanya
produksi
sputum
e. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
f. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi
bunyi napas
h. Monitor
saturasi oksigen
i. Monitor nilai
AGD
j. Monitor hasil
x-ray thoraks

 Terapeutik
k. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
l. Dokumentasika
n hasil
pemantauan

 Edukasi
m. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
n. Informasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu.
7. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
(D.0019) b.d tindakan keperawatan (I.03119)
Peningkatan selama 3x24 jam Observasi :
kebutuhan diharapkan masalah dapat 1. Identifikasi status
metabolisme teratasi dengan Kriteria nutrisi
hasil: 2. Identifikasi alergi
Status nutrisi (L.03030) dan intoleransi
membaik. Dengan kriteria makanan
hasil : 3. Identifikasi makanan
1. Porsi makan yang yang disukai
dihabiskan 4. identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
2. Kekuatan otot dan jenis nutrien
pengunyah 5. Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
3. Kekuatan otot nasogastrik
menelan meningkat 6. Monitor asupan
4. Nafsu makan makanan berat
membaik badan
5. Frekuensi makan 7. Monitor hasil
membaik pemeriksaan
6. Membran mukosa laboratorium
membaik Terapeutik:
8. Melakukan oral
hygiene sebelum
makan, Jika perlu
9. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
10. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
11. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
12. Berikan suplemen
makanan jika
pemberian makanan
melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi Edukasi:
13. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
14. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
15. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
16. Kolaborasi dengan
ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

DWI LESTARI, INTAN (2020)  STUDI LITERATUR : ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DEWASA PRE OP CA MAMMAE DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN. Tugas Akhir (D3) thesis,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak masyarakat cegah dan kendalikan


kanker dipublikasikan dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementerian-
kesehatan-ajak- masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html. 12
Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai