Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

Disusun Oleh :

1. Kireina Aristya Ikhtiarini (P 27220018142)


2. Mia Fajar Antika (P 27220018150)
3. Mohamad Hermansyah (P 27220018151)
4. Muthia Ridha Rahayu (P 27220018152)
5. Nurmalinda Barreti (P 27220018156)
6. Putri Rejeki Mawarni (P 27220018157)
7. Resta Rizky Pradhani (P 27220018158)
8. Restu Rahmawati (P 27220018159)
9. Rina Fatmawati (P 27220018160)
10. Sari Wijayanti (P 27220018161)
11. Tessa Fitria Melani (P 27220018163)
12. Umi Ayu Trisnawati (P 27220018165)
13. Valen Ninda Utami (P 27220018167)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan proposal
berjudul “TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) ISOLASI SOSIAL”

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang


membantu dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Insiyah M.N dosen pengampu mata kuliah PRAKTEK KLINIK
KEPERAWATAN JIWA DARING yang membimbing dan membantu dalam
penyelesaian makalah ini, dan juga buat teman-teman yang selalu memberikan
dukungan untuk kami menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan
ini dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi......................................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
C. Susunan Pelaksanaan.................................................................................
D. Proses Keperawatan...................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain (Gail W. Stuart). Menurut Soerjono Soekanto sosialisasi
adalah proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap
untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di sekitarnya.
Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rowlins). Dimana
individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka peningkatan
sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan individu yang mempunyai
mekanisme koping maladatif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan
terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang
lebih banyak dan lebih buruk. Keliat dan Akemat menjelaskan bahwa untuk
peningkatan sosialisasi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada
saat ini di rumah sakit jiwa pengaruh TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini
disebabkan karena jumlah pasien dengan riwayat menarik diri masih relatif
banyak meskipun TAK sosialisasi sudah dilakukan. Diperkirakan 4,4% dari
populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan
kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun
2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh
dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017).
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil
analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk
skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding
gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara
berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan
penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun lebih
banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Ashturkar &
Dixit, 2013). Skizofrenia adalah salah satu jenis psikotik yang menunjukan
gelaja halusinasi dan waham (Townsend, 2011). Pasien dengan skizofrenia
mempunyai gejala salah satunya adalah halusinasi akibat cemas
berkepanjangan yang tidak mampu dihadapi pasien menggunakan mekanisme
koping dalam diri pasien. Pendapat lain menyebutkan bahwa halusinasi yang
terjadi pada pasien skizofrenia halusinasi gangguan alam perasaan yang tidak
menentu, isi kebesaran atau kejaran, sering bertengkar atau berdebat, dan
perilaku cemas yang tidak menentu dan kemarahan (Hawari, 2014). Penyebab
gangguan jiwa salah satunya adalah adanya tekanan yang berat dalam
peristiwa hidup. Stres berasal dari lingkungan atau biologi ataupun bisa
keduanya.
Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Republik
Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi ganggunan mental emosional yang
menunjukan gejala depresi dan kecemasan, usia 15 tahun ke atas mencapai
sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Jumlah gangguan jiwa berat atau
psikosis/ skizofrenia tahun 2013 di Indonesia provinsi-provinsi yang memiliki
gangguan jiwa terbesar pertama antara lain adalah Daerah Istimewa
Yogyakarta (0,27%), kemudian urutan kedua Aceh ( 0,27%), urutan ketiga
sulawesi selatan (0,26%), Bali menempati posisi keempat (0,23%), dan Jawa
Tengah menempati urutan kelima (0,23%) dari seluruh provinsi di Indonesia
(Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah dari tahun ke tahun
terus meningkat. Prevalensi skizofrenia yaitu 0,23% dari jumlah penduduk
melebihi angka normal sebanyak 0,17% menempati posisi kelima (Riset
Kesehatan Dasar, 2013). Jumlah penderita gangguan jiwa dari data Dinas
Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan jumlah gangguan jiwa pada 2013
adalah 121.962 penderita. Sedangkan pada 2014 jumlahnya meningkat
menjadi 260.247 orang dan pada tahun 2015 bertambah menjadi 317.504
(Wibowo, 2016).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta jumlah
penderita gangguan jiwa pada tiga tahun terakhir cukup tinggi. Jumlah pasien
skizofrenia pada tahun 2014 tercatat sebanyak 1.559 orang, pada tahun 2015
menjadi 2.136 kemudian pada tahun 2016 sebanyak 2.034 orang. Adapun data
yang diambil dari bulan Januari-April 2017 di semua ruangan pasien rawat
inap dengan skizofrenia menunjukan angka 43-77% (Rekam Medis RSJD
Surakarta, 2017).
Berdasarkan obrservasi yang dilakukan selama 1 bulan pada bulan Mei
2017 dari wawancara yang dilakukan pada 10 orang pasien di RSJD Surakarta
menunjukan faktor predisposisi sangat bervariasi. Pasein yang dirawat
dirumah sakit dengan diagnosis yang sama mempunyai faktor predisosisi yang
berbeda beda, faktor predisposisi yang berbeda ini merupakan infomasi yang
penting untuk dijadikan dasar pedoman asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan jiwa.
Penatalaksanaan klien dengan gangguan jiwa riwayat menarik diri
dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas
Kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas
keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka
pencapaian penyesuaian psikologis,yang merupakan salah satu terapi
modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam
rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan ditetapkan
berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar
peserta. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya
memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar
belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat penelitian untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada
pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.
Dalam terapi aktivitas kelompok isolasi sosial dibagi menjadi tiga sesi, yaitu:

a. Sesi I : Pasien mampu memperkenalkan diri ke anggota kelompok.


b. Sesi II : Pasien mampu berkenalan.
c. Sesi III :Pasien mampu bercakap-cakap.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok isolasi sosial?
2. Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok isolasi sosial?
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui terapi aktivitas kelompok
isolasi sosial
2. Agar mahasiswa mengerti dan mengetahui proses keperawatan terapi
aktivitas kelompok isolasi sosial
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki hubungan
satu dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma yang sama
(Stuart, 2010). Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi
yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien
dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2010).
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta
secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 2010).
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun
berperan dalam lingkungan sosial (Purwaningsih, 2012).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan pasien dalam membina hubungan sosial dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada
orang lain
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan (Eko prabowo, 2014: 240).
C. WAKTU DAN TEMPAT
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Juni 2020
Jam : 09.00
Tempat : Ruang Larasati RSJD
D. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ simulasi
E. MEDIA DAN ALAT
1. Laptop
2. Musik / Lagu
3. Bola Tennis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Kartu kwartet
6. Jadwal kegiatan pasien
F. SETTING TEMPAT

O P

P CL P

L
P F

F P

P P

P F

OP
Keterangan Gambar :
L : Leader
CL :Co-Leader
F :Fasilitator
O :Observer
P :Pasien
OP :Operator
G. PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader
Tugas
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib f.
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
2. Co-leader
Tugas
a. Mendampingi leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang altiviatas
pasien
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah dibuat
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi
3. Fasilitator
Tugas
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Memfalitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalanya terapi.
4. Observasi
Tugas
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan (Eko prabowo, 2014: 241-243).
H. PASIEN
1. Kriteria pasien
a. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kamauan untuk melakukan interaksi interpersonal
b. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus yang diberikan.
2. Proses Seleksi
a Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
b Mengumpulkan pasien yang masukl kriteria
c Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok (Eko prabowo, 2014: 243).

I. Susunan Pelaksaan
1. Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a Leader : Restu Rahmawati
b Co. Leader : Rina Fatmawati
c Fasilitator : Sari Wijayanti, Resta Rizky, Valen Ninda, Tessa Fitria,
Muthia Ridha, Nurmalinda, Umi Ayu, Kireina Aristya
d Observasi : Mia Fajar
e Operator : Mohamad Hermansyah, Putri Rejeki
2. Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
NO Nama Pasien Masalah Keperawatan
1. Ny. S Isolasi Sosial
2. Nn. P Isolasi Sosial

3. Ny. L Isolasi Sosial

4. Tn. B Isolasi Sosial

J. TATA TERTIB DAN ANTISIPASI MASALAH


1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAKS berlangsung.
e Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain.
b Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi.
c Bila ada klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut.
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut. (Eko prabowo, 2014:
243-245).
K. PROSES KEPERAWATAN
1. TAK Sosialisasi Isos SESI I : Memperkenalkan diri kepada peserta lain
2. TAK Sosialisasi Isos SESI I : Berkenalan dengan peserta lain
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI
SESI I
MEMPERKENALKAN DIRI

A. Tujuan
Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok :
1. Menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi.
2. Menanyakan jati diri anggota kelompok lain : nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi (Eko prabowo, 2014:246).
B. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
C. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset dengan lagu yang ceria
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatam pasien
D. Metode
Dinamika kelompok
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a Mengigatkan kontrak dengan anggota kelompok
b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a Salam terapeutik
1) Salam dari terapis
2) Peserta dan terapis memakai name tag
b Evalusi / validasi
1) Menanyakan perasaan pasien saat ini
2) Menanyakan apakah pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
c Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main lain :
a) Berkenalan dengan anggota kelompok
b) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada pemimpin TAK.
c) Lama kegiatan 45 menit.
d) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir (Eko
prabowo, 2014:246-247)
3. Tahap kerja
a Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan pada bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
b Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola,
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d Hidupkan lagi kaset pada tape dan edarkan bola tenis. Pada saat tape
dimatikan, minta anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kananya kepada
kelompok yaitu, nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
e Ulangi d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a Evaluasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari.
2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadwal kegiatan
harian pasien.
c Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
2) Menyepakati waktu dan tempat
F. Evalusai dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK. Aspek
yang di evaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan diri secara
verbal dan non verbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut. (Eko
prabowo, 2014:247-248.)
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika tak pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1
TAKS, klien mampu memperkenalkan diri secara verbal dan
nonverbal,dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang
rawat (buat jadwal). (Eko prabowo,2014 :249).

SESSI I – TAKS
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI
1. Kemampuan Verbal
NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B

1 Menyebutkan nama  X  
lengkap
2 Menyebutkan nama    
panggilan
3 Menyebutkan asal    
4 Menyebutkan hobi X  X 
JUMLAH 3 3 3 4

2. Kemampuan Non Verbal


NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B

1 Kontak mata   X X
2 Duduk tegak    
3 Mengunakan bahasa X   
tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dri    
awal sampai akhir
JUMLAH 3 4 2 3
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS.
2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi dengan tanda
(√) jika ditemukan pada klien atau tanda (x)jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien
mampu, dan jika nilai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
SESSI II
KEMAMPUAN PASIEN BERKENALAN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interersonal anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, mampu berespon
terhadap stimulasi yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
Pasien dapat memperkenalkan rekannya (nama lengkap, nama panggilan,
asal, hobby)
B. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
C. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset dengan lagu yang ceria
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatam pasien
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran /stimulasi
E. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok
c Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi Pada tahap ini terapis melakukan :
a Memberi salam terapeutik
b Salam dari terapis
c Peserta dan terapis memakai papan nama
3. Evaluasi / validasi
a Menanyakan perasaan pasien saat ini
b Menanyakan apakah pasien telah mencoba memperkenalkan diri pada
orang lain
c Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
2) Menjelaskan aturan main, sebagai berikut :
a) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4. Tahap Kerja TAK Aosialisasi sesi II
a Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan pada bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam
b Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola,
mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada
disebelah kanan dengan cara :
1) Memberi salam
2) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
3) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d Hidupkan lagi kaset pada tape dan edarkan bola tenis.
Pada saat tape dimatikan, minta anggota kelompok yang memegang
bola untuk memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah
kananya kepada kelompok yaitu, nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh :
e Ulangi d samapi semua anggota kelompok mendapat giliran
f Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
5. Tahap Terminasi
a Evaluasi
1) Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b Rencana tindak lanjut
1) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari
2) Memasukan kegiatan memperkenalkan diri kepada jadual kegiatan
harian pasien.
3) Kontrak yang akan dating
4) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
5) Menyepakati waktu dan tempat
6. Evalusai dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja untuk menilai kemampuan pasien melakukan TAK.
Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan pasien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAKS sesi 1, dievaluasi kemampuan pasien memperkenalkan
diri secara verbal dan non verbal dengan menggunakan formulir evaluasi
berikut.(Eko probowi, 2014: 250-252).
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAK
pada catatan proses keperawatan tiap pasien. Misalnya jika nilai pasien 7
untuk verbal dan 3 untuk non verbal, catatan keperawatan adalah : pasien
mengikuti TAKS sesi 2, pasien mampu berkenalan secara verbal dan non
verbal, anjurkan pasien untuk berkenalan dengan pasien lain, buat jadwal.
(Eko prabowo, 2014: 253-254).
SESSI 2 – TAKS
KEMAMPUAN BERKENALAN

1. Kemampuan Verbal
NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B

1 Menyebutkan nama  X  
lengkap
2 Menyebutkan nama X   
panggilan
3 Menyebutkan asal    

4 Menyebutkan hobi   X 

5 Menanyakan nama    X
lengkap
6 Menanyakan nama X   
panggilan
7 Menanykan asal    

8 Menanyakan hobi   X 

JUMLAH 6 7 6 7

2. Kemampuan Non Verbal


NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B

1 Kontak mata   X X

2 Duduk tegak  X  

3 Mengunakan bahasa    
tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dri    
awal sampai akhir
JUMLAH 4 3 3 3
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang ikut
TAKS.
2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi dengan tanda
(√) jika ditemukan pada klien atau tanda (x)jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
4. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6 ; disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5
5. Kemampuan non verbal disebut mampu jika mendapatkan nilai 3 atau
4 disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 2.
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI
SESSI III
BERCAKAP-CAKAP

A. Tujuan
1. Pasien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada
satu orang kelompok
2. Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
B. Setting
Peseta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
C. Alat
1. Tape recorder
2. Kaset dengan lagu yang ceria
3. Bola tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatam pasien
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran \ stimulasi
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a Mengigatkan kontrak dengan pasien yang sesuai indikasi
b Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam
suasana ruang yang tenang dan nyama).
2. Orientasi
a Mengucapkan salam terapeutik dan masing masing memakai nama tag
b Menanyakan perasaan pasien hari ini dan menanyakan apakah sudah
mencoba berkenalan
c Menjelaskan tujuan kegiatan
d Menjelaskan aturan main :
1) Pasien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2) Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
3) Lama kegiatan 45 menit
4) Bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi
3. Kerja
a Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan
dinyatakan. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu
peserta lain. Saat musik dhentikan peseta yang sedang memegang bola
tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi
anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara :
memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi misalnya orang terdekatnya siapa?
b Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu
menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang
bola tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi
anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara :
memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan
kehidupan pribadi
c Ulangi langkah b samapi semua peserta mendapatkan giliran
d Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan
perasaanya
4. Terminasi
a Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
b Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
c Menganjurkan agar pasien bercakap cakap tentang kehidupan pribadi
dan memasukkan ke dalam jadwal harian pasien
d Membuat kontrak kemabli untuk TAK berikutnya
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses tak berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Askep yang dievaluasi adalah kemampuan pasien sesaui dengan
tujuan TAK Untuk TAK sessi 3, dievaluasi kemampuan verbal dalam bertanya
dan menjawab pada saat bercakap cakap serta kemampuan non verbal dengan
menggunakan formulir evaluasi berikutnya.(Eko prabowo, 2014 : 255-257).
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pasien ketika TAK pada
catatan proses keperawatan tiap pasien. Misalnya nilai kemampuan verbal
bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan kemampuan non verbal 2
maka catatan keperawatan adalah : pasien mengikuti TAKS sesi 3, pasien
mampu bercakap cakap secara verbal dan non verbal, anjurkan latihan ulang
diruang / buat jadwal (Eko prabowo, 2014 :257-258).
SESSI III TAK SOSIALISAI
KEMAMPUAN PASIEN BERCAKAP CAKAP

1. Kemampuan Verbal : Bertanya


NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B

1 Mengajukan X   
pertanyaan yang jelas
2 Mengajukan   X 
pertanyaan yang
ringkas
3 Mengajurkan  X  
pertanyaan yang
relevan
4 Mengajurkan    
pertanyaan secara
spontan
JUMLAH 3 3 3 4

2. Kemampuan Verbal : Menjawab


NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI Ny. S Ny. P Ny. L Ny. B
1 Menjawab dengan jelas  X X 

2 Menjawab dengan X   
rigkas
3 Menjawab dengan    X
relevan
4 Menjawab dengan    
spontan
JUMLAH 3 3 3 3

3. Kemampuan Non Verbal


NO ASPEK YANG Nama pasien
DINILAI
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Mengunakan bahasa
tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dri
awal sampai akhir
JUMLAH

Petunjuk
1. Di bawah judul nama pasien, tuliskan nama panggilan pasien yang
ikut TAKS.
2. Untuk tiap pasien, semua aspek dimulai dengan memberi dengan
tanda (√) jika ditemukan pada klien atau tanda (x) jika tidak
ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika ,mendapat nilai 3 atau 4
pasien mampu dan jika nilai ≤ 2 pasien di anggap belum mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, Eko. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book

Budi, Anna Keliat. 2014. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik
Diri. Jakarta : FIK UI.

Rasmun. 2012. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : Fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai