Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP PADA CA CERVIX

DI OK 6 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH :
Irawan Permadi
1501410003

KEMENTRIAN KESEHATAN KEMENKES REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
MINAT PERIOPERATIF
2016
CARCINOMA CERVIX
(Ca Cervix)

A. Pengertian
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.
Normalnya, sel yang mati seimbang dengan jumlah sel yang tumbuh.
Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker
maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan,
sehingga membentuk tumor atau berkembang tumbuh baru tetapi tidak semua
yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996).
Keadaan yang menggambarkan gangguan pertumbuhan selular pada

cerviks dimana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan

pembelahan dan pertumbuhan sehingga dapat merusak sel dalam jaringan yang

normal lainnya.

B. Faktor resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah: Usia, ras,
etnik, status sosial ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama
virus HIV. Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix.
Wanita amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang
lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). Pada
wanita yang aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-
ganti pasangan mempunyai resiko yang lebih besar.

C. Etiologi
1. Hubungan sex (usia pertama kali), semakin muda wanita melakukan
hubungan seks maka semakin besar pula wanita beresiko untuk terkena
Carsinoma Cerviks (kanker leher rahim), biasanya pada usia kurang dari 17
tahun.
2. Jumlah kehamilan dan partus (kelahiran), semakin sering partus maka resiko
terkena Carsinoma Cerviks (kanker leher rahim) juga semakin besar.
3. Infeksi virus : virus herpes simpleks (HSV) dan virus Papiloma/ virus
Kondiloma Akuminata yang diduga sebagai factor penyebab Carsinoma
Cerviks (kanker leher rahim).
4. Sosial ekonomi : pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin erat
kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perorangan.
5. Hygiene dan sirkumsisi : terjadi pada wanita yang pasangannya belum
disirkumsisi, hal ini karena pada pria non sirkumsisi. Hygiene penis tidak
terawatt sehingga banyak kumpulan-kumpulan sinegina.
6. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), merokok akan
merangsang terbentuknya golongan kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi di serviks
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus-menerus.

D. Jenis kanker dan Stadium


Ada dua tipe utama dalam pembagian Ca Cervix, yaitu: Ca tipe Skuamosa
dan Tipe Adenokarsinoma. Karsinoma Skuamosa insidennya mencapai 80-95 %
dan sering terjadi pada usia lanjut. Dan sisanya merupakan insiden dari
Adenokarsinoma yang sering terjadi pada wanita muda dan biasanya Ca ini
berkembang menjadi sangat agresif.
Stadium I : Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan pada

korpus uteri

Ia : Karsinoma Mikroinvasif dimana membrane basalis sudah rusak

dan sel tumor sudah memasuki stroma > 3 mm, tidak sampai

ke pembuluh darah dan pembuluh limfe

Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang secara

histologik invasi ke dalam stroma cerviks uteri.

Stadium II : Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3

bagian atas vagina dan ke parametrium, tidak sampai dinding

panggul.

IIa : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium babas dari infiltrasi

tumor.

IIb : Penyebaran ke Parametrium uni/ bilateral belum sampai

dinding panggul

Stadium III : Penyebaran telah sampai pada 1/3 bagian distal vagina atau ke

parametrium sampai ke dinding panggul.


IIIa : Penyebaran sampai 1/3 bagian distal vagina, sedang pada

parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding

panggul.

IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul tidak ditemukan daerah

infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul tapi sudah ada

gangguan faal ginjal.

Stadium IV : Proses keganasan sel keluar dari panggul kecil dan melibatkan

mukosa rectum dan atau kandung kemih.

IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, sudah menginfiltrasi

mukosa rectum dan kandung kemih.

IVb : Telah terjadi penyebaran jauh (metastase jauh)

I. TANDA DAN GEJALA


a) Perdarahan

Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak. Kadang-kadang

perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya, pada jenis

intraservikal perdarahan terjadi lambat.

Perdarahan pervagina yang abnormal terutama diantara 2 menstruasi

dan setelah melakukan hubungan seksusl serta setelah menopause.

Biasanya menyerupai air

b) Keputihan yang menetap dengan konsistensi encer, warna pink kecoklatan,

kadang disertai darah dan berbau busuk.

c) Pada stadium lanjut dapat menimbulkan :

Nafsu makan berkurang

Penurunan berat badan

Kelelahan

Nyeri panggul, punggung dan tungkai.


E. Patofisiologi
Beberapa faktor
resiko

Timbul rasa takut dan


cemas serta sedih Ca Cervix Disfungsi seksual

Metastase Perubahan konsep diri


Supresi sumsum
tulang Mengganggu
Pengobatan
dengan pembelahan sel-sel
Trombositopenia hematopeitik normal
kemoterapi
Resiko cidera
Anemia Daya tahan tubuh
menurun
Perubahan perfusi
Intoleransi aktivitas Resiko terjadinya
jaringan
infeksi

F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan skrining dengan menggunakan pap smear (Prostatic Acid
Phospatase).
2. Pemeriksaan dengan tehnik biopsi di temukan adanya keganasan.
3. Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui apakah
sudah ada penyebaran lokal dari Ca tersebut.
4. Pemeriksaan laboratorik, misalnya CEA (Carcinogenic Embrionic Antigen),
mungkin juga terjadi anemia, penurunan atau terjadi peningkatan trombo.
G. Diagnosa keperawatan
1. Koping individu tak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi ginekologis
dan prognosis yang tak menentu.
2. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker
terhadap peran pasien dalam keluarga.
3. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trombositopeni
5. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia dan trombositopenia
6. Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat
anemia dan pemberian kemoterapi
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual atau
muntah.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi

H. Rencana keperawatan
1. Diagnosa keperawatan 1
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai pada tingkat yang dapat diatasi:
mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan proses
pengambilan keputusan.
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan ciptakan suasana lingkungan yang
kondusif.
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan.
b. Evaluasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan.
R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan.
c. Dorong sikap harapan yang realistis.
R/ Meningkatkan kedamaian diri.
d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
R/ Meningkatkan kemampuan pasien dalam menguasai masalah.
e. Berikan dorongan spritiual.
R/ Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan pasien
beradaptasi dengan kondisinya.

2. Diagnosa keperawatan 2
Tujuan:
Mengungkapkan dampak dari diagnosis kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi konflik peran tersebut atau
perubahan peran.
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dilakukan didalam
keluarga, kerja dan komunitasnya.
R/ Untuk mengkaji atau menggali peran dasar yang di miliki pasien sebelum ia
sakit.
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan peran yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
R/ Untuk mengembangkan perubahan peran yang mungkin perlu.
c. Bantu pasien mengidentifikasi strategi yang positif untuk menangani perubahan
peran tersebut.
R/ Memperbaiki solusi dari potensial konflik peran.
d. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota keluarga yang sakit.
R/ Komunikasi terbuka membantu dalam mencegah konflik perubahan peran
yang berlebihan.
3. Diagnosa keperawatan 3
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi:
a. Pantau tanda vital tiap 4 jam atau lebih sering jika diperlukan.
R/ Demam atau hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya infeksi pada klien
yang mengalami granulositopenia.
b. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersendiri.
R/ Terhindarnya kontak dengan seseorang yang mengalami infeksi saluran
pernafasan atau yang lain menurunkan resiko terjadinya infeksi.
c. Bantu pasien dalam menjaga higienitas perseorangan.
R/ Menurunkan hadirnya organisme endogen.
d. Anjurkan pasien beristirahat sesuai dengan kebutuhan.
R/ Keletihan dapat menurunkan fungsi imun.
e. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan kultur (sputum, urine dan luka terbuka lain),
pemberian antibiotika.
R/ Pemeriksaan kultur membantu menentukan sensitivitas dan resistensi kuman
terhadap antibiotik tertentu.

4. Diagnosa keperawatan 4
Tujuan:
Pasien terbebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan.
Intervensi:
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan DL (Hb dan Trombo ) secara rutin/ berkala.
R/ Penurunan Hb dan trombosit dapat menjadi indikasi dari terjadinya
perdarahan.
b. Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan (Hindari trauma,
hindari tindakan invasif, anjurkan pasien untuk menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus).
R/ Menurunkan resiko komplikasi dari terjadinya trombositopenia.
c. Observasi tanda-tanda perdarahan (Pusing, petekie, sekret yang ada diserta
darah, pucat).
R/ Secara klinik anemia yang cukup berarti memerlukan transfusi darah.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Munculnya hipotensi dan takikardia mungkin menjadi tanda adanya
perdarahan.
e. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC (trombosit concentrate).
R/ Transfusi diberikan jika Hb mencapai 8 gr% dan trmbosit mencapai 20.000
sel/mm3.

5. Diagnosa keperawatan 5
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia. Pencegahan terhdap terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi:
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan Hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.
R/ Memberikan informasi yang jelas sebagai bahan untuk melakukan evaluasi
respons pasien terhadap transfusi.
b. Berikan cairan secara tepat.
R/ Mencegah terjadinya hidrasi yang berlebihan.
c. Pantau dan atur kecepatan infus.
R/ Mencegah terjadinya resiko overload yang dapat meningkatkan beban kerja
jantung.
d. Kolaborasi dalam pemberian transfusi
R/ penmabahan sel darah akan membantu meningkatkan perfusi ke jaringan.

6. Diagnosa keperawatan 6
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal. Pasien akan
memaksimalkan energi dengan beristirahat dengan meminimalkan efek keletihan
pada aktivitas sehari-hari.
Intervensi:
a. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pada pasien.
R/ Menentukan data dasar untuk membantu pasien yang sering mengalami
keletihan.
b. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahankan pola istirahat/ tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktivitas.
R/ meningkatkan kontrol diri.
c. Bantu pasien menrencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
R/ Meningkatkan aktivitas selama proses pencegahan keletihan.
d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan latihan ringan.
R/ Memberikan kesempatan untuk istirahat serta latihan ringan dapat
meningkatkan pola istirahat.
e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ Peningkatkan kemampuan berkativitas merupakan indikasi dari ber-
kurangnya tingkat keletihan yang dialami pasien.

7. Diagnosa keperawatan 7
Tujuan:
Masukan atau intake yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
a. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
R/ Memberikan data dalam pemberian menu dan pantang atau alergi pasien.
b. Kolaborasi dengan gizi dalam pemberian dengan menu yang sesuai dengan diet
yang ditentukan.
R/ Memberikan perencanaan dalam pemberian nutrisi kepada pasien sesuai
dengan diet.
c. Pantau masukan makanan oleh klien.
R/ Memberikan informasi untuk evaluasi dan rekomendasi terhadap tindakan
selanjutnya.
d. Anjurkan agar klien membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan
disesuaikan dengan diet.
R/ Meningkatkan pengembalian pada diet reguler.
e. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan.
R/ Dengan mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.

8. Diagnosa keperawatan 8
Tujuan:
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan dan tujuan dari pemberian
terapi.
Intervensi:
a. Baringkan pasien diatas tempat tidur.
R/ Memberikan serta meningkatkan rasa nyaman.
b. Kaji kepatenan kateter abdomen.
R/ Meningkatkan drainase aliran dari terapi.
c. Berikan obat premedikasi sesuai dengan pesanan.
R/ Mencegah reaksi yang mungkin muncul dalam pemberian terapi.
d. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama dalam pengobatan.
R/ Meningkatkan pengenalan dini terhadap masalah yang potensial terjadi.
e. Jelaskan kepada pasien efek yang dapat terjadi (dalam waktu lambat, sedang
dan cepat).
R/ Memberikan informasi terhadap perawatan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.

Gale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit


Buku Kedoteran EGC.

Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media aesculapius


Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai