Anda di halaman 1dari 11

RESUME MATERNITAS GINEKOLOGI

Disusun oleh
FEBE ARDHINA
ST191008

PROGRAM TRANSFER 12 SARJANA


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel
di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan
mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada
serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang
senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia
35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa
yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke rahim.
Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel
skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut
lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker
leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138
jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan
lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang
menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik
tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat
memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan
mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian
mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16
dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah
adalah satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV
risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996).
Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50% kanker leher
rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki resiko
kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%. Dinyatakan pula bahwa
tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada infeksi HPV-
16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan (Bosch et
al, 2002). Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang
dibuktikan pada sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar
dibandingkan dengan HPV-16.

2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Etiologi kanker servik idiopatik atau belum diketahuipasti, namun ada beberapa
faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjolyaitu:
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin
besar kemungkinan mendapat kanker servik. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan danPartus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat kanker servik
c. JumlahPerkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker
serviks
d. InfeksiVirus
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18,
45, dan 46. Penyebab lainnya yaitu terdapatnya virus Virus herpes simplex
Sito megalo virus
e. Sosialekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah.
Mungkin faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas,
dan kebersihan perorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang. Hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
f. Hygine danSirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi hal ini karena pada pria non
sirkumsisi higine penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulansmegma.
g. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan Merangsang terbentuknya sel kanker sedangkan pemakaian
AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi
servik yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. (
yatim,faisal, 2005 ).
3. Pohon Masalah

Virus HPV Virus herpes simplex Faktor-faktor resiko


Sito megalo virus

Ca Cerviks

Pendarahan Pengobatan Luka

Psikologis
- Hipovolemi Eksternal radiasi Bau busuk
- Anemia
Kurang
pengetahuan Bau busuk Nyeri
Kelelahan

Intoleransi Gangguan
Ansietas Citra Tubuh
aktivitas

Kulit merah, Depresi sumsum Mulut kering


kering tulang stomatitis

Resiko Hb
kerusakan
integritas kulit Anemia

Sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Kekurangan volume Mual, muntah


cairan

Nutrisi kurang

Daya tahan tubuh Kelemahan/kelelahan


Risikoinfeksi berkurang
4. Klasifikasi
Klasifikasi dari Ca. Serviks (FIGO,1978)
a. stadium0 : Karsinoma intraepithelial. Stadium initidak
dimasukkankedalam statistic terapetikuntukkarsinomainvasive.
b. stadiumI : karsinoma terbatas padaserviks
c. stadiumIa : karsinoma invasive hanya ditemukan
secaramikroskopik
d. stadiumIb : lesi infasif > 5mm
e. stadium Ib1 : lesi klinis berukuran <4mm
f. stadium Ib2 : lesi klinis >4mm
g. stadium II : karsinoma meluas melampaui serviks, tetapi
belum meluas pada dinding panggul, karsinoma melibatkan vagina
tetapi tidak sampai 1/3 bagianbawah
h. stadiumIIa : mengenai vagina tetapi tidak jelas mengenaiparametrium
i. stadiumIIb : jelas sampai ke parametrium, tetapi belum sampai
kedindingpanggul
j. stadiumIII : karsinoma keluar sampai dinding
panggul, tumormencapai1/3 bawahvagina
k. stadiumIIIa :tidakmencapaidindingpanggultapi1/3bawahvagina
terkena
l. stadiumIIIb : perluasan ke dinding panggul atau
hidronefrosis atau ginjal tidakberfungsi.
m. stadium IV : proses keganasan telah keluar dari dinding
panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan atau vesika
urinaria atau telah bermetastase keluar panggul atau ketempat yang
jauh.
n. stadiumIVa : penyebaran sampai organdidekatnya
o. stadiumIVb : telah bermetastase jauh.
5. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan
tetapi, dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
d. Perdarahan spontan saat defekasi
e. Perdarahan spontan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan berupa:
a. Cairan pervaginam berbau busuk
b. Nyeri panggul
c. Nyeri pinggang dan pinggul
d. Sering berkemih
e. Buang air kecil atau besar yang sakit
f. Gejala penyakit yang redidif
g. Anemi akibat perdarahan berulang
h. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP
)sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat
ketelitiannyamelebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah
cara Skriningsel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk
kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
kolposkopi,suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop
bertenagarendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 -
40 kali ).Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel -
sel yangmengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan
pola epiteldan vascular serviks yang mencerminkan perubahan
biokimia danperubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat)
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak
terlihatseluruhnya atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam
kanalisserviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secarakonisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy
harustajam sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi
Konisasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan
servikssedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut (
konus ),dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk
tujuandiagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase.
Batasjaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan
kolposkopi.Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat
dilakukan,dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan
pewarnaan denganlarutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air
100ml ) dan eksisidilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah
yang tidak berwarnaoleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik
dilakukan pada keadaan -keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
e. Tes Schiller Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan
yodium. Pada serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi
pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel
epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).
f. Radiologi
a) Pelvik limphangiografiya
dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik atau
peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi
Dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat
menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan
radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih
dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP),
enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa
regional.

7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkanstadium
lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukurkeberhasilan
pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapanhidup 5 tahun.
Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadiumatau derajatnya
beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapanhidup untuk kanker leher
rahim akan menurun dengan stadium yang lebihlanjut.
Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika
dalam ginekologi.Penggolongan obat sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

8. Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat
menurun yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik
pembedahan tersebut. Komplikasi tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi
kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit, infeksi pelvis, obstruksi usus
besar dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit,
sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung
pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah efek samping yang sering
terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena penggunaan
kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )
C. Daftar Pustaka

Nurarif, Huda Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:Mediaction
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10. Jakarta:EGC
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Anda mungkin juga menyukai