Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“KANKER SERVIKS”

Disusun Oleh :

Nama : Revira Avrillaini


Nim : 211FK06050

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT
2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

“KANKER SERVIKS”

A. Definisi
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkontrol di
sekitar serviks, daerah leher rahim atau mulut rahim. Kanker serviks dapat berasal
dari sel-sel di leher rahim, mulut rahim, maupun keduanya. Sebagian besar kanker
serviks dimulai pada zona transformasi yang merupakan perpindahan dari tipe sel
skuamosa ke tipe sel silindris. Sel-sel ini tidak langsung berubah menjadi kanker
serviks. Sel normal serviks karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara
bertahap menjadi sel pra kanker kemudian menjadi sel kanker (Sari & Syahrul, 2014).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat
jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati,
2015).

B. Etiologi
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati,
2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3
kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu
sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel
leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
neoplasia sel leher rahim.
4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian
pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.
6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki
yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.

C. Klasifikasi
Penentuan stadium pada kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis
pengobatan dan prospek pemulihan yang akan di lakukan. Stadium kanker serviks
adalah sebagai berikut (Tim Cancer Helps, 2010):

Stadium Keterangan

0 Kanker serviks stadium 0 biasa disebut karsinoma in situ. Sel


abnormal hanya ditemukan di dalam lapisan serviks

I Kanker hanya di temukan pada leher rahim

II Kanker yang telah menyebar di luar leher Rahim, tetapi tidak


menyebar ke dinding pelvis atau sepertiiga bagian bawah vagina

III Kanker yang telah menyebar hingga sepertiga bagian bawah


vagina. Mungkin telah menyebar ke dinding panggul dan atau
telah menyebar ginjal tidak berfungsi

IV Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rectum, atau bagian


tubuh lain seperti paru-paru, tulang dan hati
D. Pathway

Virus HPV Faktor-faktor resiko

Penekanan
Ca Serviks sel Ca pada
saraf

Psikologis
Pendarahan MK: Nyeri

Kurang
Pengoba
Pengetahuan 1. Hipovolemi MK: Resiko tan
Infeksi
2. Anemia

MK: Ansietas
Bau busuk Eksternal
radiasi
MK:
Intoleransi
aktifitas MK: Gang.
Citra tubuh

Kulit merah, Depresi Mulut


kering sumsum kering
tulang stomatitis

MK: Kerusakan Hb
integritas kulit

Anemia
MK: Ketidakseimbangan
nutrisi
Sel-sel kurang O2
Kelemahan

GI kurang O2
Daya tahan tubuh
berkurang
Mual, muntah
MK:
E. Resiko
Tanda dan Gejala
infeksiKanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan muncul
saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut beberapa
gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer Helps, 2010):
1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
2. Perdarahan yang biasanya terjadi a
3. Perdarahan setelah bersenggama
4. Perdarahan setelah menopause
5. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi
6. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
7. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul merupakan gejala
umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.
8. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender kental,
bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau busuk dan gatal.
9. Rasa sakit saat bersenggama

F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah kanker serviks
(Cervical Center , 2017):
1. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang menyebabkan
perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam keselamatan jiwa pasien.
2. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal ke kandung
kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani tindakan operasi lagi bila
diperlukan.
Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi(Cervical Center , 2017):
1. Sulit untuk buang air kecil
2. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada daerah yang
terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati rasa ringan di bagian paha
3. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga menyebabkan
limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi cairan limfatik) dan infeksi
4. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi luka
5. Tidak bisa hamil

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan kanker
serviks sebagai berikut :
1. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidakmengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinomatidak berwarna.
2. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehinggamudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaituporsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
3. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran
sampai 200kali
4. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
5. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviksdan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasilsitologi meragukan
dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainanyang jelas.
6. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat

H. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :
1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks stadium
I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di
panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil yang ingin
mencoba untuk hamil dikemudian hari.
b. Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar
leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium.
Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk
melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy
total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu berarti penyakit ini
mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker
apa pun yang masih di daerahtersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang
bagianbagianselain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggiuntuk membunuh
sel-sel kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada dua
jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau jaringan lain
di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di berikan di rumah
sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5 hari seminggu selama
beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat radioaktif di
masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin harus tinggal di rumah
sakit sementara sumberradioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan dan
tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan panggul dapat
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi.Penderita mungkin
kehilangan rambut di daerahgenital.Selain itu, kulit penderita di daerah yang
dirawat menjadimerah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untukmembersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan denganterapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberianada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.Efek samping yang
terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa
banyak.kemoterapi membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga
dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat, yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atauberdarah,
dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.
Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinanmengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan nafsu makan,
mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa di tangan
dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki
bengkak.

B. Penatalaksanaan Keperawatan (Novelia, 2017)


1. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan
mengurangi kecemasan sertaketakutan pasien.
2. Perawat mendukung kemampuan pasien dalamperawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
3. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien danpasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita danmemaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuanreproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri
dan citratubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat
lagimempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang
sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
4. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasahidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih pentingdibandingkan kehilangan
kemampuan reprpduksi. Intervensikeperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas
sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukankekuatan diri untuk
menghadapi masalah.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1. Data Dasar : pengumpulan data pada pasien dan keluarga di lakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang (hasil laboratorium)
2. Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal
masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab : meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
hubungan dengan pasien
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan
seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang
menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pasien pada stadium awal tidak
merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk,
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar
vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pada pasien kanker serviks
memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan,
riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker servik
post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat
penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga :Biasanya riwayat keluarga adalah salah
satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi
oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker
didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada
keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya.
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu di ketahui adalah :
a. Keluhan Haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche
dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang
tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah
satu tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan : Jumlah kehamilan dan anak yang
hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus,
semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapatkan karsinoma serviks.
6. Riwayat Psikososial : Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber keuangan.
Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga
ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan
ketakutan.
7. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari : Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan
nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya
mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
● Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
● Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
● Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
● Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
● Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
● Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
● Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalamisekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada
pasien kanker serviks postkemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
● Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadiumlanjut mengalami edema dan nyeri.
9. Pemeriksaan Penunjang
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia
karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin wanita (12-
16 gr/dl).
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan menurun
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal
5. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan struktur tubuh
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan program pengobatan
8. Resiko pendarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren
(trombositopenia)
9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
10. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Cervical Center . (2017). Kanker Serviks.

Darmawati. (2015). Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal Vol 1 No 1 , 9-10.

Novelia, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi di
Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. KARYA TULIS ILMIAH .

Sari, A. P., & Syahrul, F. (2014). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN VAKSINASI HPV
PADA WANITA USIA DEWASA. Jurnal Berkala Epidemiologi Vol 2 No 3 , 321-330.

Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan : PT. AgroMedika Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai