Anda di halaman 1dari 2

Nama : revira avrilliani

TK 1 B

Reaksi pada febris bisa dikategorikan 2 kategori yaitu reaksi cukup berat dan reaksi yang mengancam
jiwa pasien.

1. Reaksi yang cukup berat


Didalam kategori ini ada beberapa tanda gejala yaitu diantaranya ada febris dan beberapa
tanda gejela yang lain yaitu Ditandai dengan flusing, urtikaria, rigor, febris, gelisah dan
takikardia.Gejalanya adalah kecemasan, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan sakit
kepala.Kemungkinan penyababnya hipersinsitivitas (sedang-berat); reaksi transfusi febris
non hemolitik (antibodi terhadap sel darah putih atau trombosit, antibodi terhadap protein
termasuk Ig A) ; kemungkinan kontaminasi dengan pirogen dan/atau bakteri.

Penatalaksanaan segera:

Hentikan transfusi, ganti set transfusi dan pertahankan jalur infus agar tetap terbuka dengan
pemberian salin normal.Beritahukan segera pada dokter yang merawat pasien dan bank
darah.Kirimkan unit darah dengan set transfusinya, urin harus diambil dan sampel darah baru (satu
sampel yang dibekukan dan satu lagi diberi antikoagulan) diambil dari pembuluh darah vena yang
berlawanan dengan tempat infus. Pengiriman ini bersama formulir permintaan yang sesuai dari bank
darah untuk pemeriksaan laboratorium.Suntikkan antihistamin intarmuskular (misalnya
klorfeniramin 0,1 mg/kg atau preparat yang ekuivalen) dan berikan preparat antipiretik oral atau
rektal (misalnya parasetamol 10 mg/kg : 500 mg – 1 g pada pasien dewasa). Hindari pemakaian
aspirin pada pasien yang mengalami trombositopenia.Suntikan preparat kortikosteroid dan
bronkodilator secara IV jika timbul gejala anafilaktis (misalnya bronkospasme, stridor).Kumpulkan
urin selama 24 jam berikutnya untuk bukti hemolisis dan kirimkan sampel urin tersebut ke
laboratorium.Jika terjadi perbaikan klinis, mulailah kembali transfusi secara perlahan-lahan dengan
unit darah yang baru dan lakukan observasi yang cermat.Jika tidak terjadi perbaikan dalam waktu 15
menit atau jika tanda dan gejalanya bertambah, lakukan penanganan seperti kategori3

2. Reaksi yang mengancam jiwa pasien


Didalam kategori ini juga ada beberapa tanda gejala yaitu diantaranya febris dan tanda
gejala yang lain yaitu
Ditandai dengan rigor, febris, gelisah, hipotensi (penurunan tekanan darah sistolik sebesar
20 %), takikardia (kenaikan frekwensi jantung sebesar 20%), hemoglobinuria (urin berwarna
merah), perdarahan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya (DIC).
Gejalanya adalah kecemasan, nyeri dada, nyeri di dekat tempat transfusi, gawat pernafasan/
sesak nafas, nyeri pada pinggang/punggung, sakit kepala, dipsnea.
Kemungkinan penyebabnya adalah hemolisis akut intravaskular, kontaminasi bakteri dan
syok septik, kelebihan muatan cairan, anafilaksis, cidera paru akut yang berkaitan dengan
cidera.
Penatalaksanaan segera :
 Hentikan transfusi, ganti set transfusi dan pertahankan jalur infus agar tetap terbuka
dengan pemberian salin normal.
 Berikanlah infus larutan salin normal (dosis inisial 20 – 30 ml/kgBB) untuk
mempertahanankan tekanan darah sistolik. Jika pasien mengalami hipotensi,
berikan infus tersebut selama lima menit dan tinggikan kedua tungkai pasien.
 Pertahankan saluran nafas pasien dan berikan oksigen dengan kecepatan aliran yang
tinggi lewat masker oksigen.
 Suntikan adrenalin (dalam bentuk larutan 1 : 1000) dengan takaran 0,01 mg/kgBB
secara intramuskular.
 Suntikan preparat kortikosteroid dan bronkodilator secara IV jika timbul gejala
anafilaktis (misalnya bronkospasme, stridor).
 Berikan preparat diuretik: misalnya furosemid 1 mg / kgBB IV atau preparat yang
ekuivalen.Beritahukan segera pada dokter yang merawat pasien dan bank
darah.Kirimkan unit darah dengan set transfusinya, urin yang harus diambil dan
sampel darah baru (satu sampel yang dibekukan dan satu lagi diberi antikoagulan)
yang diambil dari pembuluh darah vena yang berlawanan denban tempat infus.
Pengiriman ini bersama formulir permintaan yang sesuai dari bank darah untuk
pemeriksaan laboratorium.
 Lakukan pengecekan terhadap spesimen urin yang baru untuk menemukan tanda-
tanda hemoglobinuria.
 Mulai pengumpulan urin 24 jam dan mengisi kartu keseimbangan cairan serta
mencatat semua asupan serta keluaran urin.
 Pertahankan keseimbangan cairan.
 Perhatikan perdarahan yang terjadi pada tempat tusukan atau luka. Jika terdapat
bukti klinis atau laboratorium yang menunjukkan koagulasi intravaskuler
disseminata (DIC), berikan preparat konsentrat trombosit (disis dewasa 12 unit) atau
plasma beku segar (dosis dewasa 3 unituni
 Lakukan pengkajian ulang, jika pasien dalam keadaan hipotermia: 1). Ulangi
pemberian infus larutan salin dengan takaran 20 – 30 ml / kgBB dalam waktu 5
menit.
2). Berikan inotrope jika preparat ini tersedia.
 Jika keluaran urinnya menurun atau pemeriksaan laboratorium membuktikan
adanya gagal ginjal akut (kadar kalium, ureum dan kreatinin
meningkat):1).Pertahankan keseimbangan cairan secara akurat 2). suntikan
furosemid.
3). Pertimbangkan pemberian dopamin jika preparat ini tersedia.
4). Mintalah bantuan dokter spesialis karena pasien mungkin memerlukan dialisis renal.
 Jika terdapat kecurigaan bakterimia (gejala rigor/menggigil, febris, kolap tanpa
adanya bukti reaksi hemolitik), mulailah menyuntikan antibiotik berspektrum luas
secara IV.

Anda mungkin juga menyukai