DI BUAT OLEH :
1. AI NISA NURHASINI 211FK06037
2. ALFIAN SYAHRULLAH 211FK06038
3. ANGGI OKTAVIAN R 211FK06039
4. ANGGUN ANTINY S 211FK06040
5. ANISA TRI WULAN 211FK06041
6. DERI SEPTIAN PUTRA 211FK06042
7. DESI KOMALASARI 211FK06043
8. DINI MAYANG S 211FK06044
9. LAISA NURPADILAH 211FK06045
10.M. ELZEIN I 211FK06046
11.MEYTA NJRHAPSARI Z 211FK06047
12.NADILLA NUR QISTI 211FK06048
13.NELI AMELDA 211FK06049
14.REVIRA AVRILLIANI 211FK06050
15.REZA SUTISTNA 211FK06051
16.RISKA LISTIANI 211FK06052
17.RISTA NURNAWAWI 211FK06053
18.RIZKI ATHTHORIQ C 211FK06054
19.SAEPUL AKBAR 211FK06055
20.ALMA SUCIANI 211FK06072
TK 1B D3 KEPERAWATAN
BHAKTI KENCANA GARUT
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpaham rahmat dan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Winasari Dewi , M.Kep atas
bimbingan dan arahan dalam membuat makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Kami harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai “Biografi dari Florence Nightingale” . Akhirnya kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan
sarannya. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpaham rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Biografi
Florence Nightingale” ini dengan lancar.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah lahirnya Florence Nightingale
2.2 Sejarah awal mula tertariknya Florence Nightingale terhadap Keperawatan
2.3 Penentangan keluarga Florence Nightingale terhadap Keperawatan
2.4 Perjalanan Florence Nightingale dalam pengabdian sebagai seorang perawat
2.5 Sejarah awal mula adanya julukan “The Lady With The Lamp (Bidadari Lampu)” untuk
Florence Nightingale
2.6 Sejarah didirikannya sekolah Keperawatan milik Florence Nightingale
2.7 Wafatnya Florence Nightingale
Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah
rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga
bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya £500 per tahun (setara dengan £ 25,000 atau Rp. 425
juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya. Di
sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang
beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini
mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa; "rumah sakit akan menerima
tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan
ulama untuk orang Islam" Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai
permintaan Florence
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di
Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan
mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut
ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke
tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan
mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince,
dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para
penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di
luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di
bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda. Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari Penjagaan
dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat; Perban diganti secara berkala,obat
diberikan pada waktunya,lantai rumah sakit dipel setiap hari,meja kursi dibersihkan, baju-baju
kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi
yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru
berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan
untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia
diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit
yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia
gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil
dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan
menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah
rumah sakit.
2.5 Sejarah julukan “The Lady With The Lamp” untuk Florence Nightingale
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak
sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya
pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan
bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran
untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu
hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat
enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.Berangkatlah mereka
berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita.
Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan
tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling
dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai
bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya
sudah meninggal.Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari
Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang
Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga
prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
"Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku."
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita
yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence
berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih
dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia
kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran
lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan
dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang
sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale
(Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya
mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah
tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang
lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-
tempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis
berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan
sekolah serupa di negerinya masing-masing. Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari
sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal
pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat
senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,
Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables
(Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal
Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di
New South Wales, Australia.
Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan
perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku
dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku
setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah
keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan
eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan
bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan
Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan
pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross)
oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus
undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen.[6] Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama
sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
"Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."[7]
2.7 Wafatnya Florence Nightingale
Selama Perang Saudara di Amerika Serikat, dia
secara teratur memberikan konsultasi mengenai cara
terbaik mengelola rumah sakit lapangan. Florence
juga menjadi otoritas dalam masalah sanitasi publik
baik untuk militer maupun masyarakat di India,
meskipun dia belum pernah ke sana. Dia
dianugerahi penghargaan Royal Red Cross pada
1883. Kemudian pada 1907, dia menjadi perempuan
pertama yang menerima Order of Merit,
penghargaan sipil tertinggi di Inggris. Pada Mei
1910, Florence menerima ucapan selamat ulang
tahun ke-90 dari Raja George