Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG

BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGALE


Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kuliah

DI BUAT OLEH :
1. AI NISA NURHASINI 211FK06037
2. ALFIAN SYAHRULLAH 211FK06038
3. ANGGI OKTAVIAN R 211FK06039
4. ANGGUN ANTINY S 211FK06040
5. ANISA TRI WULAN 211FK06041
6. DERI SEPTIAN PUTRA 211FK06042
7. DESI KOMALASARI 211FK06043
8. DINI MAYANG S 211FK06044
9. LAISA NURPADILAH 211FK06045
10.M. ELZEIN I 211FK06046
11.MEYTA NJRHAPSARI Z 211FK06047
12.NADILLA NUR QISTI 211FK06048
13.NELI AMELDA 211FK06049
14.REVIRA AVRILLIANI 211FK06050
15.REZA SUTISTNA 211FK06051
16.RISKA LISTIANI 211FK06052
17.RISTA NURNAWAWI 211FK06053
18.RIZKI ATHTHORIQ C 211FK06054
19.SAEPUL AKBAR 211FK06055
20.ALMA SUCIANI 211FK06072

TK 1B D3 KEPERAWATAN
BHAKTI KENCANA GARUT
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpaham rahmat dan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Winasari Dewi , M.Kep atas
bimbingan dan arahan dalam membuat makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Kami harap, dengan membaca
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai “Biografi dari Florence Nightingale” . Akhirnya kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan
sarannya. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpaham rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Biografi
Florence Nightingale” ini dengan lancar.

Garut,19 November 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah lahirnya Florence Nightingale
2.2 Sejarah awal mula tertariknya Florence Nightingale terhadap Keperawatan
2.3 Penentangan keluarga Florence Nightingale terhadap Keperawatan
2.4 Perjalanan Florence Nightingale dalam pengabdian sebagai seorang perawat
2.5 Sejarah awal mula adanya julukan “The Lady With The Lamp (Bidadari Lampu)” untuk
Florence Nightingale
2.6 Sejarah didirikannya sekolah Keperawatan milik Florence Nightingale
2.7 Wafatnya Florence Nightingale

BAB III SIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA


3.1 Simpulan
3.2 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum abad ke 19 profesi keperawatan masih belum mendapatkan pengharagaan
dimata masyarakat dan dipandang rendah dalam status sosial kemasyarakatan Pekerjaan
keperawatan lebih banyak dilakukan oleh pria Adapun oleh wanita tetapi hanya dilakukan
sebagai bentuk tanggung jawab memelihara dan memberikan kasih saying kepada keluarga atau
anak. Pada jaman ini para perawat di rumah sakit sangat tidak bependidikan, banyak dilakukan
oleh para tahanan dan budak yang dipaksa untuk melakukan pekerjaan keperawatan. Citra lain
yang muncul pada abad ini, Ketika pekerjaan perawat dilakukan oleh para wanita maka perawat
hanya dianggap sebagai objek seks semata dan ibu pengganti.
Seiring dengan waktu dari awal sampai akhir abad 19 munculah tokoh-tokoh di bidang
keperawatan yang ingin mengubah persepsi itu diantaranya adalah Florence Nightingale yang
rela mengorbankan hidupnya hanya untuk mengabdi di bidang keperawatan.Ia memberikan
penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan
mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada
bidang keperawatan. Dari situlah dunia keperawatan mulai dihargai dan pekerjaan perawat
dipandang sebagai pekerjaan yang mulia, pekerjaan yang penuh kasih saying, bermoral dan
penuh dengan pengabdian dan pengorbanan diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Dimana lahirnya Florence Nightingale ?
2. Kapan Florence Nightingale mulai tertarik pada bidang keperawatan?
3. Mengapa keluarga menentang Florence Nightingale menjadi perawat?
4. Bagaimana perjalanan Florence Nightingale dalam pengabdian sebagai seorang perawat?
5. Kenapa Florence Nightingale diberi julukan The Lady With The Lamp (Bidadari
Lampu)?
6. Bagaimana awal mulanya Florence Nightingale mendirikan sekolah keperawatan dan
bisa menjadi berkembang?
7. Di umur berapa Florence Nightingale wafat?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui biografi dari Florence Nightingale.
2. Untuk mengetahui awal mula ketertarikan Florence Nightingale terhadap keperawatan.
3. Untuk mengetahui alasan keluarganya menentang Florence Nightingale menjadi perawat.
4. Untuk mengetahui perjalanan Florence Nightingale dalam pengabdiannya sebagai
perawat.
5. Untuk mengetahui alasan diberi julukan The Lady With Lamp.
6. Untuk mengetahui sejarah didirikannya sekolah keperawatan milik Florence Nightingale.
7. Untuk mengetahui wafatnya Florence Nightingale.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Lahirnya Florence Nightingale


Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan
dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan.[2] Nama
depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau
Florence dalam bahasaInggris.Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan
mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di
Derbyshire, London, Inggris.  Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga
Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara
perempuan bernama Parthenope.
Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai
dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan
berpendidikan aktivitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas,  sementara Florence
lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

2.2 Sejarah awal mula tertariknya Florence Nightingale terhadap


Keperawatan
Pada tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih jauh tentang
rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta Theodor Fliedner dan istrinya dan
dikelola oleh biarawati Lutheran (Katolik). Di sana Florence Nightingale terpesona akan
komitmen dan kepedulian yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien. Ia jatuh cinta
pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris dengan membawa angan-angan
tersebut.
Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri
tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah.  Namun semua itu ia tolak,
karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan
kemanusiaan. Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton
Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena
ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

2.3 Penentangan keluarga Florence Nightingale terhadap Keperawatan


Keinginannya untuk menjadi seorang perawat ini ditentang keras oleh ibunya dan
kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan
sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke
rumah dan dirawat di rumah.Perawat pada masa itu hina karena perawat disamakan dengan
wanita tuna susila atau "buntut"(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara
pergi. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka,
sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien
memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak
senonoh.Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena
alasan-alasan tersebut di atas. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

2.4 Perjalanan Florence Nightingale dalam pengabdian sebagai seorang


perawat
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa
merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik
yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka
dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence
membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di
rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia
menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan
bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah
tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang
menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence
adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah
sakit untuk orang miskin di Perancis.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan
sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah
rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga
bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya £500 per tahun (setara dengan £ 25,000 atau Rp. 425
juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya. Di
sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang
beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini
mengubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa; "rumah sakit akan menerima
tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta
memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan
ulama untuk orang Islam" Komite Rumah Sakit pun mengubah peraturan tersebut sesuai
permintaan Florence

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama


tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam
pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para
prajurit yang sakit dan luka-luka. Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama
William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana
prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan
bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam
melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?". Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh
tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri
penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan. Pada pertemuan dengan Sidney
Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di
Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak
adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk
memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi. Pada tanggal 21 Oktober 1854
bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith,[3]
berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.

Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di
Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka
bayangkan. Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja
karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-
ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang
merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan
mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut
ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke
tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan
mengeluarkan bau tak sedap. Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince,
dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para
penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di
luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di
bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.  Ilustrasi Rumah Sakit di Scutari Penjagaan
dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat; Perban diganti secara berkala,obat
diberikan pada waktunya,lantai rumah sakit dipel setiap hari,meja kursi dibersihkan, baju-baju
kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai


dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam. Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah
berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit
yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik
dibawah pengawasan Florence Nightingale.Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan
tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk
membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang
keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari
kemungkinan serangan seksual. Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris
menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris
ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh
biarawati dan biarawati-biarawati iniberadadibawah pengawasan Biarawati Kepala.
Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan
pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.
Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah
kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak
dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence
berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat
prajurit malah meninggal karena penyakit seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan
dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat
fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini
menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk. Pada bulan bulan
Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris
datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat
kematian menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi
yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru
berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan
untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia
diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit
yang kotor dan memprihatinkan. Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia
gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil
dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan
menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah
rumah sakit.

2.5 Sejarah julukan “The Lady With The Lamp” untuk Florence Nightingale
Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara
datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak
sekali. Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya
pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan
bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran
untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu
hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat
enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.Berangkatlah mereka
berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita.
Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,
membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan
tiga prajurit Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling
dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai
bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya
sudah meninggal.Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari
Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang
Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga
prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
"Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku."

2.6 Sejarah didirikannya sekolah Keperawatan milik Florence Nightingale


Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk
memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang
membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi
sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke
London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama
"Dana Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati
Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali
sejumlah £ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale
berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita
yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan. Florence
berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih
dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk
bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia
kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik
mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran
lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan
dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang
sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale
(Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi
King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya
mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah
tersebut. Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya,
berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang
lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool
Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal
Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-
tempat tersebut. Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis
berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan
sekolah serupa di negerinya masing-masing. Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari
sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal
pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat
senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,
Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables
(Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal
Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di
New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan
perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku
dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku
setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah
keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan
eksemplar di seluruh dunia. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan
bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama Amerika", berkonsultasi dengan
Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan
pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi
pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross)
oleh Ratu Victoria.

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus
undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan
Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen.[6] Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama
sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis,
"Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."[7]
2.7 Wafatnya Florence Nightingale
Selama Perang Saudara di Amerika Serikat, dia
secara teratur memberikan konsultasi mengenai cara
terbaik mengelola rumah sakit lapangan. Florence
juga menjadi otoritas dalam masalah sanitasi publik
baik untuk militer maupun masyarakat di India,
meskipun dia belum pernah ke sana. Dia
dianugerahi penghargaan Royal Red Cross pada
1883. Kemudian pada 1907, dia menjadi perempuan
pertama yang menerima Order of Merit,
penghargaan sipil tertinggi di Inggris. Pada Mei
1910, Florence menerima ucapan selamat ulang
tahun ke-90 dari Raja George

Beberapa bulan setelah ulang tahunnya, tepatnya


pada Agustus 1910, Florence kembali jatuh sakit.
Sempat membaik, namun dia tidak dapat bertahan
dan meninggal pada 13 Agustus 1910, di rumahnya,
di London. Dia dimakamkan di pekuburan keluarga,
di samping anggota keluarga lainnya di Hampshire.
Untuk menghormati keinginan terakhir "Bidadari
Berlampu", kerabatnya menolak melakukan upacara
pemakaman nasional.

Terimakasih Florence Nightingale atas jasa dan pengabdian mu.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Florence Nightingale merupakan salah satu tokoh pelopor perawat modern, penulis, dan
ahli statistic yang membawa perubahan sangat besar terhadap bidang Keperawatan. Berkat
jasanya dan pengabdiannya di bidang keperawatan yang tanpa kenal takut mengumpulkan
korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale
menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat,
membuat dunia menjadi membuka mata dan tergugah kepada bidang keperawatan bahkan ingin
menirunya.Sampai dititk orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping
mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan
serendah mungkin.
Sungguh sangat membawa perubahan yang besar sekali Florence Nightingale ini, yang
dahulu perawat itu dipandang sebagai pekerjaan yang menjijikan bahkan sampai para perawat
wanita menjadi korban seks. Tapi Florence Nightingale merubah itu semua dan membuka
pikiran masyrakat untuk menghargai profesi ini sebagai pengabdian yang mulia dan sampai saat
ini dijunjung tinggi oleh masyrakat sebagai pengabdian mulia,

3.2 Daftar Pustaka


1. https://internasional.kompas.com/read/2018/03/27/18130021/biografi-tokoh-dunia-florence-
nightingale-perawat-dan-bidadari-berlampu?page=all
2. ppt mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan pertemuan ke 1
3. ppt mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan pertemuan ke 7

Anda mungkin juga menyukai