Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI PADA KLIEN

DEWASA

ROHIMAN HERMANSAH. S.Kep. Ners.,M.Si


A.Komunikasi pada masa dewasa awal

• Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada


kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal.
Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk
orang dewasa.
• Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah
mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun
nonverbal.
B. Suasana Komunikasi
1. Suasana saling menghormati.
Dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan
merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan
pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya
2. Suasana saling percaya.
Memperhatikan rasa saling percaya akan kebenaran informasi yang
dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan
komunikasi akan lebih mudah tercapai.
3. Suasana saling terbuka.
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara
perawat atau tenaga kesehatan dan klien dewasa akan
memudahkan tercapainya tujuan komunikasi
C. Model Komunikasi dan Implementasinya pada Klien Dewasa

1. Model Shanon & Weaver


Memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi
berdasarkan tingkat kecermatan
2. Model Komunikasi Leary.
Menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak yang
berkomunikasi.
2. Model Interaksi King.
Menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien dengan
mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan
profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada klien.
STRATEGI PELAKSANAAN
KOMUNIKASI
1. Pra interaksi.
2. Fase perkenalan atau Orientasi
KOMUNIKASI PADA LANSIA
1. Karakteristik Lansia

1. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun


2. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
3. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
4. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Gejala-gejala penolakan
1. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta
keterangan yang di berikan petugas kesehatan.
2. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di
terima keliru
3. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit.
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum
khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya
5. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi
tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi
1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif
2. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalam lingkungan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.
Teknik Komunikasi Pada Lansia.
1. Teknik asertif, sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar
2. Responsif, Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang
terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada
klien
3. Fokus, Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang di inginkan
4. Supportif, sikap hormat menghargai selama lansia berbicara
5. Klarifikasi, Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali
6. Sabar dan Ikhlas,
Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia

1. Agresif
2. Non asertif
Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan

1. Kenali segera reaksi penolakan klien


2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia

1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila


sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien.
3. Pertahankan kontak mata dengan pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan
adalah kunci komunikasi efektif.
5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan
bahasa dan kalimat yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien.
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien.
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan.
Lengan, atau bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai