• Komunikasi pada dewasa awal mengalami puncaknya pada
kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang dewasa. • Teknik komunikasi yang dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal. B. Suasana Komunikasi 1. Suasana saling menghormati. Dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya 2. Suasana saling percaya. Memperhatikan rasa saling percaya akan kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai. 3. Suasana saling terbuka. Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi C. Model Komunikasi dan Implementasinya pada Klien Dewasa
1. Model Shanon & Weaver
Memperhatikan problem pada penyampaian pesan informasi berdasarkan tingkat kecermatan 2. Model Komunikasi Leary. Menekankan pengaruh hubungan interaksi di antara dua pihak yang berkomunikasi. 2. Model Interaksi King. Menekankan arti proses komunikasi antara perawat dan klien dengan mengutamakan penerapan system perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memberikan bantuan kepada klien. STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI 1. Pra interaksi. 2. Fase perkenalan atau Orientasi KOMUNIKASI PADA LANSIA 1. Karakteristik Lansia
1. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun 3. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun 4. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun Gejala-gejala penolakan 1. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan petugas kesehatan. 2. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru 3. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit. 4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut sertakan dirinya 5. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi 1. Pendekatan fisik Mencari informasi tentang kesehatan obyektif 2. Pendekatan psikologis Pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. 3. Pendekatan social Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. 4. Pendekatan spiritual Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit. Teknik Komunikasi Pada Lansia. 1. Teknik asertif, sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar 2. Responsif, Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien 3. Fokus, Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang di inginkan 4. Supportif, sikap hormat menghargai selama lansia berbicara 5. Klarifikasi, Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali 6. Sabar dan Ikhlas, Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
1. Agresif 2. Non asertif Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
1. Kenali segera reaksi penolakan klien
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri 3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia
1. Menunjukkan rasa hormat, seperti “bapak”, “ibu”, kecuali apabila
sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan kesukaannya. 2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien. 3. Pertahankan kontak mata dengan pasien 4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif. 5. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya 6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana. 7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien. 8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien. 9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi. 10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien. 11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup saat berinteraksi. 12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu. 13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi. Terima kasih