Gangguan konsepsi
Nyeri Gangguan Cemas
interaksi sosial
Perubahan nutrisi < kebutuhan
Disusun Oleh:
DESI RINA KURNIAWATI
1.1.10446
A. Pengertian
Ca. Cervik adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada cervik dimana
jaringan ini tumbuh meluas dan biasanya ganas.
B. Etiologi
1. Endogen
Berasal dari dalam tubuh, antara lain:
Hormon penunda kehamilan
Faktor genetik
2. Eksogen
Berasal dari luar tubuh yang biasanya bersifat menahun dan karena adanya
rangsang dan pencetus:
Karsinogen kimiawi, contohnya obat-obatan
Fisika, contohnya radiasi
Makanan
3. Gaya Hidup/ adat/ kebiasaan
Kehidupan seksual (ganti-ganti pasangan, intercouse)
Tidak sirkumsisi adanya hestone yang bersifat karsinogenik
Kawin/ senggama pada usia muda kurang dari 17 tahun/ frekuensi
banyak
Persalinan berulang-ulang/ banyak anak
4. Penyakit
Peradangan Ca. Cervik yang menahun dan higiene yang kurang baik. Contoh
adanya peradangan yang disebabkan oleh:
Streptococcus
Stapilococcus/ enterococcus
Neisseria gonorhoe
Clamidia tracomatis
Virus herpes simplek tipe 2
Human Papiloma Virus/ HPV
5. Lingkungan/ geografi/ rasial
Adanya pencemaran lingkungan yang menahun yang mengandung
karsinogen. Di Lebanon wanita muslim terhindar dari resti Ca cervik, wanita
Yahudi angka kejadian rendah. Di AS menunjukkan angka kejadian tinggi
terutama negro dan lingkungan prostitusi. Hipotesis lain angka kejadian tinggi
pada wanita yang menikah pada saat pubertas awal. Di India biasanya kawin
sangat muda, angka Ca cervik tinggi (terjadi 5-10 tahun lebih awal).
C. Patologi
1. Tempat
85% dari kasus yang terjadi di daerah luar cervik dan 15% terjadi di saluran
dalam cervik. Ca yang terjadi di luar cervik dimulai dari persimpangan dari
perubahan epitel bersisik dengan epitel kolumnar (daerah/ zona perpindahan).
Ca Cervik timbul antara epitel yang melapisi eksoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis servika yang di sebut squamo columner fungtion (scj).
Pada wanita scj ini berada di luar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita
> 35 tahun, berada pada kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker
serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan
spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasi squamosa)
fisiologik/patologik.
2. Makroskopik
Luka mungkin terjadi:
Perlukaan dimulai dari plaque indurasi yang pecah
Luka exofitik seperti pertumbuhan bunga
Luka berbentuk tong, hasil dari distensi kanalis servikalis
dalam tumor endocervikal.
3. Mikroskopik
Histologi awal perubahan mungkin dilihat sampai 10 tahun sebelum invasif
carsinoma menimbulkan gejala klinik. Pertumbuhan sel ini dimulai dari sel
basal, mitosis yang abnormal dan perubahan lapisan sel. Gradasi dari sel dan
hubungan yang normal antara orang adalah berbeda, status ini dinamakan
displasia. Proporsi dari carcinoma in-situ pertumbuhan progresif ke invasif
adalah sel bersisik di dalam endocervik, 85% dari lesi disebut adeno
carcinoma.
E. Penyebaran
1. Penyebaran secara langsung
Biasanya langsung dapat terjadi ke parametria, corpus uteri, vagina, rectum,
dan vesika urinaria.
2. Penyebaran secara limfatik
Yang paling banyak umumnya melalui pembuluh limfe ke kelenjar, ligamenta
lata, daerah illiaka, daerah obturatoria, daerah pra sakral, dan para ortik.
Saluran limfe yang penting dalam penyebaran tumor yaitu:
a. Sepanjang arteri uterina ke kelenjar paraservikal, illiaka externa, dan
obturatoria.
b. Sepanjang vena uterina ke kelenjar hipogastrik.
c. Sepanjamg ligamenta sakra uterina ke kelenjar prasakral.=
3. Penyebaran dengan aliran darah
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan cytology dari cervical smears
b. Schillers test
c. Colposcopy
d. Radioactive phosporus
e. Enzyme test
f. Biopsi pada cervik
H. Pencegahan
a. Personal hygiene yang baik, terutama daerah genetalia.
b. Penggunaan obat yang terkontrol.
c. Gaya hidup yang baik.
d. Sirkumsisi bagi pasangan.
e. Lingkungan yang baik.
f. Pap smears/ servical smears. Untuk wanita yang aktif seksualitasnya satu
tahun sekali, dan untuk wanita yang biasa mulai umur lebih dari 18 tahun tiap
dua tahun sekali.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase
neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau
busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi.
6. Ganguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh
sekunder terhadap kemoterapi.
L. Buku Sumber