A. Definisi
Kanker merupakan penyakit sel dengan ciri kegagalan atau gangguan dalam mengatur
multiplikasi dan fungsi hemostatisnya dalam organisme multiseluler (Monuaba, 2001 : 699).
“Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam” (Sjamsuhidajat, 1997 : 990)
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab pada umumnya
baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening awal yang terbukti untuk
kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami
ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak (Digiulio,2014).
B. Etiologi
Kanker ovarium juga bisa terjadi karena beberapa factor. Faktor resiko terjadinya kanker
ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
1) Faktor lingkungan
Wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang
mempunyai keluarga dengan riwayat kanker ovarium, kanker payudara atau kanker kolon.
2) Faktor reproduksi
a) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya resiko menderita
kanker ovarium karena tidak sempurnanya perbaikan epitel ovarium
b) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat meningkatkan resiko dua
sampai tiga kali
c) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat mengurangi resiko terjadinya
kanker
d) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika dikonsumsi selama lima
tahun atau lebih
e) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI
3) Faktor genetic
a) 5-10 % adalah herediter
b) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan meningkat menjadi 7 %
bila memiliki dua saudara yang menderita kanker ovarium
C. Manifestasi klinik
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya sangat
bervariasi dan tidak spesifik.
Stadium klinik kanker ovarium menurut FIGO
STADIUM KLINIK FIGO
STADIUM I Pertumbuhan terbatas pada ovarium.
Ia Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium tidak ada tumor
pada permukaan luar, kapsul ovarium inteke
Ib Kedua ovarium tanpa asites, inteke tumor pada permukaan
luar, kapsul ovarium inteke.
Ic Tumor pada permukaan luar pada satu atau dua ovarium
dengan kapsul ruptor atau dengan asites yang mengandung
sel-sel ganas atau peritonial washing positif.
STADIUM II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan
penyebaran pelvik.
Iia Penyebaran atau metastase ke uterus atau tuba.
Iib Penyebaran keorgan pelvik lain.
Iic Seperti stadium IIa dan IIb, tetapi dengan tumor pada
permukaan, kapsul ruptur atau dengan asites mengandung
sel ganas atau peritonial washing positif.
STADIUM Tumor pada satu atau dua ovarium dengan implantasi
III teritonium diluar pelvis dan adanya nodus retroperinal atau
iguinal. Metastase pada hepar superfisial juga stadium III.
Secara makros tumor terbatas pada panggul sejati, tetapi
secara histologik terbukti terdapat penyabaran ganas keusus
halus.
Iia Secara makros tumor terbatas pada panggul sejati tanpa
nodus, namun secara histologik terbukti terdapat
penyebaran mikroskopis kepermukaan peritorium
abdomen.
IIIb Tumor pada satu atau dua ovarium terbukti secara
histologik terdapat pertumbuhan pada permukaan
peritonium abdomen dengan diameter kurang dari 2 cm.
Tanpa nodus.
IIIc Terdapat implantasi abdomen lebih dari 2cm, dengan nodus
retropenial atau inguinal positif.
STADIUM Terdapat metastase jauh. Sitologi positif pada cairan pleura.
IV Metastase ke parenkim hepar.
E. Anatomi Fisiologi
Respon Tubuh terhadap Fisiologis
1. sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut menginvasi ke organ
lambung atau pembesaran massa yang disertai asites akan menekan lambung sehingga
menimbulkan gejala gastrointestinal seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan
intoleransi terhadap makanan
2. Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain salah satunya ke
saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi penekanan pada pelvis sehingga terjadi
gangguan pada perkemihan seperti susah buang air kecil atau urgensi kemih
3. Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh massa yang semakin
membesar. Awalnya terjadi gangguan metabolisme di hati, netralisir racun di hati terjadi
penurunan, terjadi penumpukan toksik atau racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh
menurun sehingga menimbulkan gejala kelelahan. (Reeder, dkk. 2013)
GAMBAR :
F. Patofisiologi
Patofisiologi kanker ovarium berhubungan dengan adanya mutasi pada gen BRCA1 dan
BRCA2. Mutasi Gen BRCA1 dan BRCA2. Kanker ovarium berkaitan dengan faktor genetik
yaitu mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 berperan penting dalam perbaikan
DNA, kontrol siklus reproduksi sel, mitosis, remodelling kromatin dan regulasi transkripsi.
Gen BRCA2 berperan penting dalam rekombinasi homolog dan perbaikan DNA. Mutasi
genetik ini dapat meningkatkan risiko perubahan sel epitel normal menjadi kanker. Selain
mutasi genetik, lingkungan mikro juga berpengaruh dalam patogenesis dari kanker epitel
ovarium. Vascular endothelial growth factor (VEGF) merupakan satu diantara faktor
angiogenesis yang penting dalam kanker ovarium. Faktor angiogenesis lain di antaranya
adalah fibroblast growth factor, angiopoietin, endothelin, Interleukin (IL)-6, IL-8, protein
makrofag kemotaksis dan platelet derived growth factors.
G. Pathway
Ca. ovarium
H.Ovarium Menyebar ke
Histerektomi total
peliuk
Hiperestrogen Insisi
Tekanan intra Jaringan
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kenker ovarium meliputi pemberian edukasi dan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013).
Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan
rasa takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan
spiritual, meningkatkan kualitas sumber daya keluarga komunitas, dan menemukan kekuatan
diri untuk meghadapi masalah.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksan secara berkala yang
meliputi
2. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran
ovarium lainnya.
3. Pembesaran Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi
aliran darah.
4. CT-Scaning/MRI bila dianggap perlu.
5. Pemeriksaan petanda tumor(tumor marker).
J. Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Asites Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke
strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran
benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2. Efusi Pleura Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :
1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul
maasalah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus, asites fistula
dan edema ekstremitas bawah
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pasien Suami
Nama : Ny. M Suami Nama : Tn.M
Umur : 45 tahun Umur : 49 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : wiraswasta Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl.Perintis Kemerdekaan Alamat Rumah : Jl.Perintis Kemerdekaan
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas karena perut yang membesar yang mendesak ke dada
sejak 1 hari yang lalu.
Saat dilakukan pengkajian Ny. M mengeluhkan sesak nafas, perut membesar, nafsu
makan menurun, dan bengkak pada kaki.
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi dan
Jantung.
5) Riwayat haid
- Menarche : Pasien mengatakan pasien pertama kali datang haid berumur 12 Tahun
- Siklus : teratur
- Warna : merah
- Bau : khas
6) Riwayat obstetri
Sebelum sakit : pasien kebiasaan makan 3 kali sehari, makan sering yang bersantan dan
berlemak. BB sebelum 55 kg
Setelah sakit : Makanan Ny. M ganti dengan makanan cair yaitu susu sebanyak 250 mg
karena pasien susah menelan dan mual muntah. BB setelah 45 kg. Tidak nafsu makan
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit : buang air kecil lebih dari 3 kali sehari dan eliminasi 2 kali sehari
Setelah sakit : buang air kecil 3 kali sehari dengan jumlah kira-kira 150 cc dan eliminasi tidak
ada lagi sejak 2 hari lalu.
3) Pola istrirahat dan tidur
Setelah sakit : Pasien sulit untuk memulai tidur saat malam hari maupun siang karena sesak
nafas dan nyeri
Setelah sakit : pasien tidak bisa melakukan aktivitas mandiri dan butuh bantuan keluarga
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
- Suhu : 36,8 oC
- Nadi : 86 x/menit
- Pernafasan : 26 x/menit
- BB : 45 Kg
- TB : 157 cm
b. Kepala dan rambut : Kepala tidak terdapat ada benjolan, bentuk simetris, kulit kepala
tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
d. Muka
1) Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mata tampak
cekung, tidak ada keluhan
2) Hidung : terpasang oksigen binasal kanul 3L, dan hari kelima terpasang NGT alir
3) Mulut dan gigi : Mukosa bibir tampak kering, tidak ada masalah pada mulut dan gigi
- Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada tidak ada
- Perkusi : sonor
g. Payudara / mamae
h. Perut
- Inspeksi : perut tegang, ada bekas luka post operasi ovarium di bawah pusat sepanjang
kira-kira 12 cm vertikal
- Perkusi : hypertimpani
i. Ekstremitas
- Ekstremitas atas : pada tangan sebelah kanan terpasang IVFD RL, turgor kulit
lembab, warna merah muda, CRT kembali dalam 2 detik
- Ekstremitas bawah : turgor kulit lembab, tampak udema dari bawah lutut sampai
punggung kaki, CRT kembali dalam 2 detik
5. Analisis data
No Data Penyebab Masalah
1. DS : pasien mengatakan terasa sesak nafas Penekanan diafragma Ketidakefektifan pola
karena perut yang membesar nafas
DO :
- pasien tampak sesak nafas
- Fp : 26 kali/menit
- Nadi 86 kali/menit
- Pernapasan dyspnea
- Tarikan dinding dada tidak ada
- Terpasang oksigen binasal kanul 3L
2. DS : pasien mengatakan BAB tidak ada sejak 2 Adanya tumor konstipasi
hari yang lalu
DO :
- pasien asites
- Pasien anoreksia
- Pasien mual dan muntah
- Pasien nyeri pada perut
- Bising usus pasien hiperaktif
3. DS : pasien mengatakan nafsu makan Faktor biologis Ketidakseimbangan
berkurang (gangguan fungsi nutrisi kurang dari
gastrointestinal) kebutuhan tubuh
DO :
- pasien tampak pucat
- Pasien mual dan muntah
- Pasien anemis
- Mukosa bibir kering
- HB 9,6 gr/dl
- Diet pasien makanan lunak : diganti susu
250 mg
- Pasien hari keempat terpasang NGT
4. DS : pasien mengatakan aktivitas dibantu oleh Tirah baring Intoleransi aktivitas
keluarga pasien.
DO :
- pasien tampak ditemani oleh keluarga pasien
- pasien tampak dibantu oleh keluarga pasien
untuk makan, minum, dan merobah posisi si
pasien
- HB : 9,6 gr/dl
6. Diagnosa Keperawatan
7. Intervensi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
.
1. Kode: 00032 Domain: II Domain: II
Kelas: E-Jantung Paru Kelas: K-Manajemen
Ketidakefektifan pola nafas Kode: 0410 Status Pernapasan: Pernafasan
berhubungan dengan penekanan Kepatenan Jalan Nafas Kode: 3350 Monitoring
diafragma. Pernafasanas
Definisi: Definisi:
Saluran trakeobronkial yang Definisi:
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang terbuka dan lancer untuk Sekumpulan data dan analisis
tidak memberi ventilasi adekuat. pertukaran udara keadaan pasien untuk
Batasan Karakteristik: memastikan kepatenan jalan
Setelah dilakukan tindakan nafas dan kecukupan pertukaran
- Pola nafas abnormal keperawatan, status pernafasan oksigen.
pasien normal dengan kriteria
- Perubahan ekskursi dada hasil : 1) Frekuensi pernafasan 1) Monitor kecepatan, irama,
- Penurunan tekanan ekspirasi normal kedalaman dan kesulitan
2) Irama pernafasan normal bernafas.
- Penurunan tekanan inspirssi 3) Kedalaman inspirasi normal 2) Monitor suara tambahan
4) Suara auskultasi normal seperti ngorok atau mengi
- Penurunan kapasitas vital
5) Kepatenan jalan nafas baik 3) Pantau peningkatan
- Pernapasan dispnea kelelahan, kecemasandan
kekurangan udara pada
- Pernafasan bibir Pasien
Factor yang Berhubungan; 4) Pantau kemampuan batuk
efektif Pasien
- Ansietas 5) Pantau sekresi pernafasan
pasien
- Keletihan
- Hiperventilasi
- Nyeri
- Keletihan otot pernapasan