OLEH
Tim Peneliti
Pendidikan IPS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
1
2
I. PENDAHULUAN
adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus dari guru dalam
motivasi belajar yang tinggi dapat menjadi salah satu sarana dalam
psikomotorik peserta didik, hanya bedanya pada ranah afeksi menjadi titik
yang didapat dari proses transfer informasi dari pendidik, tetapi merupakan
peserta didik sendiri, karena proses demikian ini akan lebih memperkuat
IPS , khususnya siswa kelas VIII sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan
dari beberapa indikator antara lain: 1) siswa sangat pasif dalam menggali
respek atau peka terhadap berbagi peristiwa yang terjadi; 5) kurang berani
tanya jawab, telaah buku dan media seadanya, hal ini mengakibatkan
prestasi belajar IPS siswa kelas VIII pada pertengahan semester gasal tahun
pelajaran 2019/2030 ini sangat rendah yaitu rata-rata 68, padahal KKM IPS
adalah 75.
pelajaran IPS dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada
agar pelajaran IPS menyenangkan anak, maka sampaikan materi yang sudah
dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
melalui pembelajaran baru yang mengajak siswa lebih aktif dalam proses
sebagai berikut:
pada mata pelajran IPS materi SDA terhadap siswa kelas 8 SMPN7
Makassar?
C. Tujuan Penelitian
inkuiri pada mata pelajran IPS materi SDA terhadap siswa 8 SMPN 7
Makassar.
a) Bagi Siswa
sifatnya
b) Bagi Peneliti
c) Bagi Guru
7
model-model pembelajaran yang lain, yang lebih kreatif, inovatif dan lebih
d) Bagi Sekolah
kelas.
A. Hasil Belajar
oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang
terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar
biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.
Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku
pada diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan
sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses
(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar
siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan
kemampuan guru dalam mengajar.
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.
dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja
tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar
mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat
dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu
memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara
pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar
berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap
mengikuti tes.
Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor
Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam
Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas,
tujuan pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses
interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila
siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa
tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes
itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang
11
postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan,
menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan hasil kedua jenis tes ini
baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara postes
dibandingkan.
B. Motivasi Belajar
yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan
dalam diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran tidak akan efektif.
Siswa yang termotivasi belajar akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran
yang berlangsung tanpa rasa terpaksa, tetapi secara sukarela atas inisiatif
sendiri. Sebagai akibat dari hal ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih
lama diserap, karena dengan adanya motivasi belajar tersebut maka dorongan
12
dalam diri siswa akan terpenuhi; dan siswa akan merasa puas dengan hasil
Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu
bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang dituju, 3) bagaimana
agar dapat diketahui apakah sasaran yang dituju itu sudah tercapai atau belum.
Agar melalui ketiga hal tersebut guru harus menciptakan kondisi yang dapat
optimal untuk belajar”. Oleh karena itu maka guru harus membangkitkan
juga dapat berfungsi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang
belajar. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan tugas yang
timbul dari luar diri individu, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun
Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri
Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi instrinsik jauh lebih
kuat dari pada motivasi ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini
sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat, tanpa desakan atau dorongan
siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPA itu sulit. kemungkinan lainnya
learning).
C. Pembelajaran Inquiri
dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan, ini adalah pengertian menurut
dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
14
anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa
berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara
perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini
D. Hipotesis Tindakan
maka dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 7 Makassar”.
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian siklus secara berulang yang
terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan,
C. Rancangan Penelitian
masalah.
penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang
a) Persiapan/perencanaan (Planning)
b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)
c) Observasi (Observing)
d) Refleksi (Reflecting)
18
Variabel yang diukur dengan teknik non tes adalah kinerja guru,
yang akan dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan teman sejawat yang
2. Teknik Tes
kuantitatif. Teknik tes ini dilaksanakan pada pertemuan terakhir tiap siklus
dalam bentuk soal tes formatif. Melalui soal tes formatif ini dapat
diketahui hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPS melalui model
inquiry.
19
E. Tahap Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing
1. Siklus I
a) Tahap Perencanaan
evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, dan sumber
Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan kelas
Kegiatan Inti
20
Kegiatan Penutup
tidak dimengerti.
5) Do’a.
c) Tahap Observasi
2. Siklus II
Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk
a. Tahap Perencanaan
evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, dan sumber belajar
(buku paket).
a) Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan kelas
b) Kegiatan Inti
c) Penutup
dimengerti.
c. Tahap Observasi
d. Tahap Refleksi
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan
aktivitas serta hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor dalam
Kategori
25
Adapun kriteria yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif
Kategori
Keterangan:
1. Berilah tanda ceklist (√) bila siswa melaksanakan yang berarti
“Ya” dan tanda (−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan,
pada kolom perilaku yang diamati (1-4)!
1. Berani bertanya
Percaya diri 2. Berani menjawab pertanyaan
3. Berani presentasi di depan kelas
4. Mengerjakan tugas tanpa mencontek
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 69-71)
mengkomunikasikan.
Keterampilan Sk Nil
or ai Katego
Nama Mengkomunikas
No Pengamatan Σ ri
Siswa ikan
1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
28
7
8
dst.
Jumlah
Nilai rata-rata
Kategori
Keterangan:
1. Berilah tanda ceklist (√) bila siswa melaksanakan yang berarti “Ya” dan
tanda (−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan, pada
kolom perilaku yang diamati (1-4)!
2. Aspek yang diamati:
Jika semua indikator dalam aspek yang diamati muncul Sangat baik
4
selama pengamatan
Jika hanya tiga indikator dalam aspek yang diamati Baik
3
muncul selama pengamatan
Jika hanya dua indikator dalam aspek yang diamati Cukup baik
2
muncul selama pengamatan
Jika hanya satu terdapat indikator dalam aspek yang Kurang
1
diamati muncul selama pengamatan
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 134)
29
Nilai Pengetahuan
No Nama Siswa Siklus I Siklus II
Nilai Ket. Nilai Ket.
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah nilai
Nilai rata-rata
Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Persentase ketuntasan belajar
klasikal
Kategori Ketuntasan klasikal
No Nilai Keterangan
1 ≥65 Tuntas
pembelajaran berlangsung.
Keterangan:
NA = nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
Js = jumlah skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009 :41)
5. 01 – 20 P (Pasif)
P꞊
31
Keterangan:
P = nilai aktivitas siswa secara klasikal
= jumlah
100% = bilangan tetap
(Sumber: adaptasi Aqib,dkk., 2009: 41)
N= x 100
Keterangan:
N = nilai yang dicari
R = jumlah skor perolehan
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 102)
A x 100%
Keterangan:
A = persentase ketuntasan afektif klasikal
x = jumlah siswa yang memiliki nilai afektif ≥65 N
= jumlah siswa
100% = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
N= x 100
Keterangan:
N = nilai yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)
Nilai
Kategori
Skala 0-100
85-100
Sangat Terampil
80-84
75-79
70-74 Terampil
65-69
60-64 Cukup Terampil
33
55-59
50-54
45-49
Kurang Terampil
0-44
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)
P x 100%
Keterangan:
P = persentase ketuntasan psikomotor klasikal x
= jumlah siswa yang memiliki nilai psikomotor
≥65
N = jumlah siswa
100% = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
2. Analisis Kuantitatif
belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes
N x 100
34
Keterangan:
N = nilai yang dicari atau diharapkan
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum dari tes
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 112)
Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari
= jumlah nilai siswa
= banyaknya siswa
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 40)
F. Indikator Keberhasilan
siswa yang mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 65.
siklusnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, Jakarta.
Puskur,2003,KDSainsSD,http://www.puskur.net/inc/sd/PengetahuanAlam.pdf.
Rineka Cipta.Jakarta.
www.depdiknas.go.id