Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI POTENSI


SUMBERDAYA ALAM INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN
BERBASIS INKUIRI SISWA KELAS 8B SMPN 7 MAKASSAR
SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020

OLEH
Tim Peneliti
Pendidikan IPS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MUH ZAKI IZZULHAQ


MUHAMMAD IHSAN NUR
M.LADUNNI IBRAHIM

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR


DINAS PENDIDIKAN
SMP N 7 MAKASSAR
TAHUN 2019

1
2

JUDUL : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI


POTENSI SUMBERDAYA ALAM INDONESIA MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI SISWA KELAS
8B SMPN 7 MAKASSAR SEMESTER GASAL TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan agar Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sedangkan orientasi misi pendidikan di Indonesia antara lain adalah

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas, sangat dibutuhkan

adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus dari guru dalam

mengembangkan kegiatan belajar mengajar. Dari berbagai penelitian

menunjukkan bahwa dengan pembelajaran yang berkualitas dapat

meningkatkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik. Prestasi dan

motivasi belajar yang tinggi dapat menjadi salah satu sarana dalam

mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak peserta didik.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata

pelajaran yang langsung mengemban misi dalam proses pembentukan watak

atau karakter serta pengetahuan dalam memecahkan masalah sosial didala

peserta. Karakteristik IPS tersebut sebenarnya sama dengan mata pelajaran


3

yang lain, yaitu sama-sama mengembangkan kopetensi kognitif, afektif dan

psikomotorik peserta didik, hanya bedanya pada ranah afeksi menjadi titik

tekan untuk dikembangkan oleh IPS

Untuk membangun kemampuan afeksi peserta didik pada pendidikan

dasar (setingkat SMP), dibutuhkan kopetensi kognitif yang cukup memadai

dalam membangun wawasan dan pengetahuan siswa tentang materi IPS.

Wawasan dan pengetahuan tersebut bukan merupakan hasil perolehan pasif

yang didapat dari proses transfer informasi dari pendidik, tetapi merupakan

pengetahuan yang diperoleh dari proses konstruksi dan rekonstruksi oleh

peserta didik sendiri, karena proses demikian ini akan lebih memperkuat

ketajaman berpikir atau kemampuan berpikir kritis peserta didik sekaligus

dapat meningkatkan kemampuan respek dan tingkat kepekaan peserta didik.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan pandangan sebagian besar

pendidik, didapati bahwa kemampuan konstruksi dan merekonstruksi

pengetahuan para peserta didik di SMPN 7 Mkassar dalam mata pelajaran

IPS , khususnya siswa kelas VIII sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan

dari beberapa indikator antara lain: 1) siswa sangat pasif dalam menggali

berbagai sumber belajar; 2) kemampuan mengkritisi berbagai informasi

sangat rendah; 3) pengetahuan umum terkesan sangat dangkal; 4) kurang

respek atau peka terhadap berbagi peristiwa yang terjadi; 5) kurang berani

dalam berpendapat dan menyampaikan gagasannya; 5) prestasi belajar tidak

berkembang; dan 7) motivasi belajar sangat rendah.


4

Berbagai indikator tersebut didukung pula dengan munculnya faktor

kejenuhan belajar siswa, yang ditunjukkan dengan respon siswa yang

rendah dalam mengikuti proses pembelajaran. Munculnya kejenuhan selama

pembelajaran ini diantaranya dikarenakan strategi pembelajaran yang

digunakan guru monoton, yaitu dengan menggunakan metode ceramah,

tanya jawab, telaah buku dan media seadanya, hal ini mengakibatkan

prestasi belajar IPS siswa kelas VIII pada pertengahan semester gasal tahun

pelajaran 2019/2030 ini sangat rendah yaitu rata-rata 68, padahal KKM IPS

adalah 75.

Untuk itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran mata

pelajaran IPS dengan menggunakan berbagai cara yang menarik yang ada

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari melalui proses pelibatan peserta

didik dalam merekonstruksi hasil pengamatannya sehari-hari dan hasil

gagasan-gagasannya. Sunardi (2012:13) menyarankan untuk mengupayakan

agar pelajaran IPS menyenangkan anak, maka sampaikan materi yang sudah

dikenal anak hingga anak percaya diri.

Karena itu peneliti mencoba memecahkan permasalahan tersebut

dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran berbasis inkuiri,

yang mampu mengembangkan ketrampilan peserta didik dalam

merekonstruksi pengetahuannya sekaligus ketrampilan dalam

mengkomunikasikan ide dan gagasannya. Seperti dinyatakan oleh Dahar

(1988), bahwa pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang

berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada


5

suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di

dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.

Berdasarkan latar belakang di atas disepakati oleh peneliti yang akan

bekerja secara tim untuk melakukan PTK berupa pemberian tindakan

melalui pembelajaran baru yang mengajak siswa lebih aktif dalam proses

pembelajaran, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

inkuiri dengan judul: “Peningkatan Prestasi Belajar IPS pada Materi

Konstitusi Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri Siswa Kelas 8 SMPN 7

Makassar Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah.

Berdasarkan pada latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri

pada mata pelajran IPS materi SDA terhadap siswa kelas 8 SMPN7

Makassar?

2. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa terhadap materi

SDA pada siswa kelas 8B SMPN 7 Makssar melalui penerapan

pembelajaran berbasis inkuiri?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran

berbasis inkuiri siswa kelas 8 SMPN 7 Makassar dengan

diterapkannya pembelajaran berbasis inkuiri?


6

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran berbasis

inkuiri pada mata pelajran IPS materi SDA terhadap siswa 8 SMPN 7

Makassar.

2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa

dalam materi SDA pada siswa kelas 8 SMPN 7 Makassar melalui

penerapan pembelajaran berbasis inkuiri.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pembelajaran

berbasis inkuiri siswa 8 SMPN 7 Makassar dengan diterapkannya

pembelajaran berbasis inkuiri.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut

a) Bagi Siswa

Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya, menjawab, dan

mengemukakan pendapat, makna pembelajaran bagi siswa, dan

meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa tentang benda dan

sifatnya

b) Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan keterampilan pengembangan pendekatan, metode

atau model dalam proses pembelajaran di kelas, serta meningkatkan

profesionalitas dalam proses KBM di kelas.

c) Bagi Guru
7

Menjadi sumber inspirasi dalam menerapkan model-model pembelajaran

dan memotivasi guru untuk melakukan penelitian sejenis atau penerapan

model-model pembelajaran yang lain, yang lebih kreatif, inovatif dan lebih

menyenangkan dalam rangka mengembangkan proses pembelajarannya.

d) Bagi Sekolah

Sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas penyelengaraan pendidikan

di sekolah, dan sarana untuk membantu guru untuk meningkatkan

kopetensi dan profesionalitas dalam melaksanakan tugas pembelajaran di

kelas.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual

yakni terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman

individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan

oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang

terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar

biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru.

Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku

pada diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan

sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau

sesama teman. Menurut pendapat Nana Sudjana ( 1985 : 5) mengemukakan

bahwa : “Belajar adalah sesuatu proses yang ditandai dengan adanya


8

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap, dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta

perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”.

Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu

merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses

transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Aa Rooyakkers (1984 :

13) mengatakan bahwa : “Proses mengajar adalah menyampaikan bahan

pelajaran yang berarti melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut

tidak ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan tertentu”

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu bentuk pendidikan yang

multi variable sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut

dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.

Faktor tersebut menurut Muhibin Syah (1995 : 132) secara umum

terbagi atas tiga macam berupa :

(1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti
halnya minat, bakat dan kemampuan.
(2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar
siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan
kemampuan guru dalam mengajar.
(3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat

dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja

menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Jadi

pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya


9

tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar

mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat

dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu

pengetahuannya untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama untuk

membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk

memperoleh ilmu pengetahuan baru. Jadi yang dimaksud siswa belajar secara

aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun dalam

banyak hal diperlukan keaktifan fisik. Setelah berakhirnya proses

pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu

interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 1999 : 3).

Sementara itu, Ahmadi (1984 : 35) mengemukakan bahwa hasil belajar

adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha hasil belajar

berupa perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap

mengikuti tes.

Menurut Sudjana (1999 : 25), hasil belajar pada dasarnya adalah

perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan,

pemahaman, sikap dan aspek lain lewat serangkaian kegiatan membaca,

mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk

pengalaman individu dengan lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)


10

Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis

antara lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis

antara lain berupa motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi,

komprehensif, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa)

Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana

atau adanya laboratorium.

Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan

sesaat dan penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya

pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya.

Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam

hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya

keterampilan tertentu dalam mengolah suatu produk, menyelesaikan

perhitungan dan sebagainya.

Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas,

tujuan pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses

interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila

komunikasi antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik.

Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan

siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa

tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes

itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang
11

diberikan sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui

sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan

postes adalah tes yang diberikan sesudah suatu pelajaran selesai diajarkan,

tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah

menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan hasil kedua jenis tes ini

akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika proses pembelajaran

baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara postes

dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan

pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat

dibandingkan.

B. Motivasi Belajar

Menurut Tita Rosita (1995 : 102) “Motivasi adalah dorongan dasar

yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

dorongan dalam dirinya”.

Agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas maka guru harus dapat

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan

dalam diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran tidak akan efektif.

Siswa yang termotivasi belajar akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran

yang berlangsung tanpa rasa terpaksa, tetapi secara sukarela atas inisiatif

sendiri. Sebagai akibat dari hal ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih

lama diserap, karena dengan adanya motivasi belajar tersebut maka dorongan
12

dalam diri siswa akan terpenuhi; dan siswa akan merasa puas dengan hasil

belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan.

Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu

diperhatikan yaitu: 1) kemana siswa menuju pada akhir kegiatan, 2)

bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang dituju, 3) bagaimana

agar dapat diketahui apakah sasaran yang dituju itu sudah tercapai atau belum.

Agar melalui ketiga hal tersebut guru harus menciptakan kondisi yang dapat

merangsang timbulnya motivasi belajar siswa.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) “Motivasi berfungsi mengikat

perhatian siswa, menggiatkan semangat belajar, menyediakan kondisi yang

optimal untuk belajar”. Oleh karena itu maka guru harus membangkitkan

motivasi belajar siswa terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai.

Selanjutnya Ratna Wilis Dahar (1985 : 8) mengemukakan bahwa Motivasi

juga dapat berfungsi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang

dihadapinya, khususnya untuk menemukan jalan untuk mencapai tujuan

belajar. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan tugas yang

diberikan dalam kelompoknya mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya.

Berdasarkan penyebab timbulnya, ada dua jenis motivasi; yaitu motivasi

ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang

timbul dari luar diri individu, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun

oleh keadaan alam dan lingkungan. Seperti keluarga, masyarakat, sekolah.

Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri

tanpa tekanan dari luar.


13

Menurut Ratna Wilis Dahar (1985 : 13) “Motivasi instrinsik jauh lebih

kuat dari pada motivasi ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini

sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat, tanpa desakan atau dorongan

apapun”. Motivasi instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas

menjadi giat belajar. Motivasi ekstrinsik dapat membantu timbulnya motivasi

instrinsik, yang berpengaruh lebih kuat terhadap keberhasilan belajar.

Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya,

siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPA itu sulit. kemungkinan lainnya

adalah model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi pada guru

sehingga siswa belum terlibat aktif secara maksimal dalam proses

pembelajaran, oleh karena itu maka perlu upaya untuk membangkitkan

motivasi belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA agar hasil

pembelajaran menjadi bermakna perlu menggunakan pendekatan yang sesuai,

antara lain dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning).

C. Pembelajaran Inquiri

Pembelajaran menggunakan model inkuiri merupakan pengajaran di

mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah

dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan, ini adalah pengertian menurut

Dahar (1988). Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang

berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada

suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di

dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.
14

Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam

(Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi

anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa

yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan

mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang

satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan

dengan yang ditemukan orang lain.

Menurut (Trowbridge, 1990) dalam (Putrayasa, 2001) menyatakan

bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang

berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara

mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan,

proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional .

Sementara itu, Trowbridge (1990) dalam (Putrayasa, 2001)

menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki

masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan

data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Hal senada

dikatakan oleh Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu

perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa.

Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental

yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang

eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data,

menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu,

terbuka dan sebagainya.


15

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri

merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,

merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini

siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu

permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa

bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur,

kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut : “Apabila dalam pembelajaran IPS

menerapkan model inquiry dengan melaksanakan langkah-langkah yang tepat,

maka dapat meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Makassar”.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam

bahasa Inggris disebut Classroom Action Research ( CAR ). Penelitian ini

dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar

siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. Langkah-langkah

yang ditempuh mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian

akan dijabarkan dalam uraian berikut ini.


16

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Wardani, dkk. (2008: 14)

mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk

memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat. Sesuai dengan metode PTK, prosedur penelitian yang akan

dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian siklus secara berulang yang

terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan,

A. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 7 Makassar, dengan subyek penelitiannya

adalah siswa kelas 8B SMPN 7 Makassar semester gasal tahun pelajaran

2019/2020, sebanyak 30 siswa, dengan latar belakang orang tua/wali murid

sebagian besar adalah wiraswasta.

B. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020

1. Observasi Tanggal 30 bulan Oktober 2019

2. Pelaksanaan tindakan 1 minggu I tanggal 12 November 2019

3. Pelaksanaan tindakan II minggu II tanggal 13 November e2019

4. Pengumpulan data minggu IV bulan November 2019

5. Pelaporan bulan November 2019 minggu ke I.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru

bersama tim di dalam kelas dengan kegiatan berulang-ulang atau bersiklus,

dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu dipecahkan. Dalam


17

melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru meneliti bersama tim

(mitra) terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara langsung,

sehingga bila guru menemukan permasalahan dalam pembelajaran guru dapat

merencanakan tindakan alternatif, kemudian dilaksanakan dan dievaluasi

apakah tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk memecahkan

masalah.

Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja,

sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil

penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang

sama dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom

Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK Depdiknas

(2001:5) disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:

a) Persiapan/perencanaan (Planning)

b) Tindakan/pelaksanaan (Acting)

c) Observasi (Observing)

d) Refleksi (Reflecting)
18

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan penelitian dikumpulkan melalui dua

teknik, yaitu teknik non tes dan tes.

1. Teknik Non Tes

Variabel yang diukur dengan teknik non tes adalah kinerja guru,

aktivitas belajar, hasil belajar afektif dan psikomotor dalam proses

pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketercapaian

pembelajaran dengan menggunakan model inquiry. Teknik non tes

dilakukan dengan cara mengobservasi keseluruhan proses pembelajaran

yang akan dilakukan oleh peneliti dan dibantu dengan teman sejawat yang

bertindak sebagai observer menggunakan lembar observasi dengan cara

memberikan ceklist pada setiap indikator.

2. Teknik Tes

Teknik tes ini digunakan untuk memperoleh data yang bersifat

kuantitatif. Teknik tes ini dilaksanakan pada pertemuan terakhir tiap siklus

dalam bentuk soal tes formatif. Melalui soal tes formatif ini dapat

diketahui hasil belajar kognitif siswa dalam pelajaran IPS melalui model

inquiry.
19

E. Tahap Pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing

siklus memiliki lima tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

1. Siklus I

a) Tahap Perencanaan

 Peneliti bermusyawarah dengan guru kelas VIIIB untuk melakukan

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model inquiry.

Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar

evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, dan sumber

belajar (buku paket).

 Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (Kurikulum

2013) sesuai dengan materi yang telah ditetapkan.

 Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan

siswa selama pembelajaran berlangsung.

b) Tahap Pelaksanaan Penelitian

 Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Guru mengadakan apersepsi dengan meminta siswa untuk

mendorong sebuah mobil-mobilan yang dibawa oleh guru.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Kegiatan Inti
20

1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan tahap perencanaan.

2) Guru memberikan masalah kepada siswa berupa pertanyaan

mengenai Potensi Sumber Daya Alam

3) Kemudian siswa menjawab dengan pengetahuan yang dimiliki,

dengan kata lain siswa mengajukan hipotesis atau dugaan

sementara dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4) Guru memberikan apresiasi kepada setiap kelompok yang sudah

maju mempresentasikan hasil diskusinya.

 Kegiatan Penutup

1) Siswa menyimpulkan materi pelajaran sekaligus diberikan tes

formatif untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

2) Beberapa siswa diminta guru untuk menjelaskan ulang secara

garis besar materi yang diberikan guru.

3) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang

tidak dimengerti.

4) Guru memberikan motivasi agar selalu rajin belajar.

5) Do’a.

c) Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengamati aspek afektif, psikomotor

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.


21

2. Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk

mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam

pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

a. Tahap Perencanaan

 Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.

 Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

 Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar

evaluasi yang terdiri dari soal dan kunci jawaban, dan sumber belajar

(buku paket).

 Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai

dengan materi yang telah ditetapkan.

 Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan

siswa selama pembelajaran berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a) Kegiatan Awal

1) Mengkondisikan kelas

2) Guru mengadakan apersepsi dengan meminta siswa untuk

menggosok-gosokan kedua telapak tangan dan pada pertemuan


22

selanjutnya siswa mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh setiap

langkah kaki guru ketika berjalan-jalan di dalam kelas.

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b) Kegiatan Inti

1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan tahap perencanaan.

2) Guru memberikan masalah kepada siswa berupa pertanyaan

3) Kemudian siswa menjawab dengan pengetahuan yang dimiliki,

dengan kata lain siswa mengajukan hipotesis atau dugaan

sementara dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.

c) Penutup

1) Siswa menyimpulkan materi pelajaran sekaligus diberikan tes

formatif untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

2) Beberapa siswa diminta guru untuk menjelaskan ulang secara garis

besar materi yang diberikan guru.

3) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak

dimengerti.

4) Guru memberikan motivasi agar selalu rajin belajar


23

c. Tahap Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengamati aspek afektif, psikomotor

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

d. Tahap Refleksi

a. Merefleksikan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan

model inquiry dalam pembelajaran IPS serta menganalisis temuan dan

hasil akhir penelitian.

b. Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk menganalisis

kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil analisis juga digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus

berikutnya dengan membuat rencana tindakan baru agar menjadi

lebih baik lagi.

D. Alat Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2007: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan

data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mempermudah peneliti.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut.

a. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti

berkolaborasi dengan guru kelasVIIIB SMP Negeri 7 Makassar. Lembar

observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru,


24

aktivitas serta hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor dalam

proses pembelajaran dengan menerapkan model inquiry.

1. Lembar observasi aktivitas siswa

Instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar

siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 1.01. Lembar observasi aktivitas siswa


Aspek Penilaian Skor Nilai Keterangan
Aktivitas
Motivasi
Nama siswa Partisipasi
No dan
Siswa dalam siswa
semangat
kelompok
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dst
Jumlah
Jumlah siswa aktif

Persentase siswa aktif

Kategori
25

Tabel 1.02. Kisi-kisi penilaian aktivitas siswa


No Aspek yang diamati Indikator

1. Berdiskusi memecahkan masalah dalam


kelompok
2. Bekerja sama dalam mengerjakan lembar
kerja kelompok
Aktivitas siswa dalam 3. Saling mendukung teman dalam satu
1 kelompok kelompok
4. Berinteraksi dengan teman satu kelompok
secara baik
1. Mengajukan pertanyaan
2. Mengemukakan pendapat atau menjawab
pertanyaan
3. Mengikuti semua tahapan-tahapan
2 Partisipasi siswa pembelajaran
4. Menyimpulkan pembelajaran

1. Antusias/semangat dalam mengikuti


kegiatan pembelajaran
2. Menampakkan keceriaan dan
kegembiraan dalam belajar
3. Memberikan respon yang baik dalam
3 Motivasi dan semangat pembelajaran
4. Menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan semangat
(Sumber: Poerwanti, 2008: 5.27)

Tabel 1.03. Rubrik penilaian aspek aktivitas siswa


Kriteria Penilaian Skor Kategori

Jika semua indikator dalam aspek yang diamati Sangat baik


4
muncul selama pengamatan
Jika hanya tiga indikator dalam aspek yang Baik
3
diamati muncul selama pengamatan
Jika hanya dua indikator dalam aspek yang Cukup baik
2
diamati muncul selama pengamatan
Jika hanya satu indikator dalam aspek yang Kurang
1
diamati muncul selama pengamatan
(Sumber: Poerwanti, 2008: 5.27)
26

2. Lembar observasi hasil belajar afektif

Adapun kriteria yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar afektif

siswa meliputi sikap: (1) disiplin dan (2) percaya diri.

Tabel 2.01. Lembar observasi hasil belajar afektif


Perilaku yang diamati sko Nil
i
r a
Nama Disiplin Percaya Diri
No Σ Kategori
Siswa
1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
dst.
Jumlah
Nilai rata-rata

Kategori

Keterangan:
1. Berilah tanda ceklist (√) bila siswa melaksanakan yang berarti
“Ya” dan tanda (−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan,
pada kolom perilaku yang diamati (1-4)!

2. Kisi-kisi penilaian hasil belajar afektif

Aspek yang diamati Indikator perilaku

1. Membawa buku teks mata pelajaran dan alat


Disiplin tulis
2. Melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk guru
3. Mengumpulkan tugas tepat waktu
4. Tertib dalam mengikuti pembelajaran, tidak
ribut/melakukan aktivitas lain didalam kelas
27

1. Berani bertanya
Percaya diri 2. Berani menjawab pertanyaan
3. Berani presentasi di depan kelas
4. Mengerjakan tugas tanpa mencontek
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 69-71)

Tabel 2.02. Rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa

Kriteria Penilaian Skor Kategori

Jika semua indikator dalam aspek yang Sangat baik


4
diamati muncul selama pengamatan
Jika hanya tiga indikator dalam aspek yang Baik
3
diamati muncul selama pengamatan
Jika hanya dua indikator dalam aspek yang Cukup baik
2
diamati muncul selama pengamatan
Jika hanya satu indikator dalam aspek yang Kurang
1
diamati muncul selama pengamatan
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 134)

3. Lembar observasi hasil belajar psikomotor

Alat pengumpul data psikomotor dalam penelitian ini menggunakan

lembar observasi. Adapun keterampilan yang digunakan untuk memperoleh

data hasil belajar psikomotor meliputi keterampilan pengamatan dan

mengkomunikasikan.

Tabel 3.01. Lembar observasi hasil belajar psikomotor

Keterampilan Sk Nil
or ai Katego
Nama Mengkomunikas
No Pengamatan Σ ri
Siswa ikan

1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
28

7
8
dst.
Jumlah
Nilai rata-rata

Kategori

Keterangan:
1. Berilah tanda ceklist (√) bila siswa melaksanakan yang berarti “Ya” dan
tanda (−) yang berarti “Tidak” bila siswa tidak melaksanakan, pada
kolom perilaku yang diamati (1-4)!
2. Aspek yang diamati:

Aspek yang diamati Indikator Perilaku


1. Menggunakan indera/alat bantu indera
2. Fokus pada objek yang diamati
Pengamatan
3. Cermat dalam melakukan pengamatan
4. Mencatat perolehan data
1. Menyampaikan hasil percobaan dengan kalimat
yang singkat
2. Menyampaikan hasil percobaan dengan kalimat
yang jelas
Mengkomunikasikan 3. Menyampaikan hasil percobaan dengan bahasa
yang runtut
4. Menyampaikan hasil percobaan dengan sikap
terbuka

Tabel 3.02. Rubrik penilaian hasil belajar psikomotor siswa

Kriteria Penilaian Skor Kategori

Jika semua indikator dalam aspek yang diamati muncul Sangat baik
4
selama pengamatan
Jika hanya tiga indikator dalam aspek yang diamati Baik
3
muncul selama pengamatan
Jika hanya dua indikator dalam aspek yang diamati Cukup baik
2
muncul selama pengamatan
Jika hanya satu terdapat indikator dalam aspek yang Kurang
1
diamati muncul selama pengamatan
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 134)
29

b. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data-data

hasil belajar siswa pada ranah kognitif mengenai pemahaman atau

penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari

dengan menggunakan model inquiry. Instrumen ini berbentuk tes tertulis

berupa tes formatif yang dikerjakan secara individu.

Tabel 3.10. Lembar penilaian kognitif

Nilai Pengetahuan
No Nama Siswa Siklus I Siklus II
Nilai Ket. Nilai Ket.
1
2
3
4
5
Dst
Jumlah nilai
Nilai rata-rata
Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Persentase ketuntasan belajar
klasikal
Kategori Ketuntasan klasikal

Tabel 3.11. Pedoman ketuntasan hasil belajar siswa

No Nilai Keterangan

1 ≥65 Tuntas

2 <65 Belum Tuntas


30

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis deskriptif kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang

menunjukkan dinamika proses yaitu, data tentang kinerja guru selama

pembelajaran berlangsung.

a. Nilai aktivitas belajar siswa individual diperoleh dengan rumus:

Keterangan:
NA = nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan
Js = jumlah skor yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009 :41)

Tabel 3.13. Kategori aktivitas siswa

No Rentang Nilai Kategori


1. 81 – 100 SA (Sangat Aktif)
2. 61 – 80 A (Aktif)
3. 41 – 60 CA (Cukup Aktif)
4. 21 – 40 KA (Kurang Aktif)

5. 01 – 20 P (Pasif)

Sumber: (Purwanto, 2008: 7.8)

Nilai aktivitas siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

P꞊
31

Keterangan:
P = nilai aktivitas siswa secara klasikal
= jumlah
100% = bilangan tetap
(Sumber: adaptasi Aqib,dkk., 2009: 41)

Tabel 3.14. Kategori aktivitas siswa secara klasikal


No Rentang Nilai (%) Kategori
1 ≥ 80 Sangat Aktif
2 60 - 79 Aktif
3 40 - 59 Cukup Aktif
4 20 - 39 Kurang Aktif
5 <20 Pasif
(Sumber: Arikunto, 2007: 17)

b. Nilai afektif siswa diperoleh dengan rumus:

N= x 100

Keterangan:
N = nilai yang dicari
R = jumlah skor perolehan
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 102)

Tabel 3.15. Kategori afektif siswa


Nilai
Kategori
Skala 0-100
90-100
Sudah Membudaya
80-84
75-79
70-74
Mulai Berkembang
65-69
60-64
55-59 Mulai Terlihat
50-54
45-49
0-44 Tidak Terlihat
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)
32

Nilai afektif siswa secara klasikal diperoleh dengan rumus:

A x 100%

Keterangan:
A = persentase ketuntasan afektif klasikal
x = jumlah siswa yang memiliki nilai afektif ≥65 N
= jumlah siswa
100% = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.16. Kategori persentase hasil belajar afektif secara klasikal

No Rentang Nilai Sikap (%) Kategori


1 80 – 100 Sudah Membudaya
2 65 – 79 Mulai Berkembang
3 50 – 64 Mulai Terlihat
4 0 –49 Tidak Terlihat
(Sumber: Aqib, 2009: 41)

c. Nilai psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:

N= x 100

Keterangan:
N = nilai yang dicari
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum ideal
100 = bilangan tetap
(Sumber: Poerwanti, 2008: 7.8)

Tabel 3.17. Kategori psikomotor siswa

Nilai
Kategori
Skala 0-100
85-100
Sangat Terampil
80-84
75-79
70-74 Terampil
65-69
60-64 Cukup Terampil
33

55-59
50-54
45-49
Kurang Terampil
0-44
(Sumber: Kemendikbud, 2013: 131)

Persentase ketuntasan nilai psikomotor siswa secara klasikal

diperoleh dengan rumus:

P x 100%

Keterangan:
P = persentase ketuntasan psikomotor klasikal x
= jumlah siswa yang memiliki nilai psikomotor
≥65
N = jumlah siswa
100% = bilangan tetap
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.18. Kategori persentase hasil belajar psikomotor secara


klasikal

No Rentang nilai keterampilan (%) Kategori


1 80 – 100 Sangat terampil
2 65 – 79 Terampil
3 50 – 64 Cukup terampil
4 0 – 49 Kurang terampil

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil

belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes

hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap siklus.

a. Nilai individual ini diperoleh menggunakan rumus:

N x 100
34

Keterangan:
N = nilai yang dicari atau diharapkan
R = skor yang diperoleh
SM = skor maksimum dari tes
100 = bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2009: 112)

b. Nilai rata-rata kelas

Untuk menghitung nilai rata-rata hasil belajar diperoleh melalui rumus:

Keterangan:
= nilai rata-rata yang dicari
= jumlah nilai siswa
= banyaknya siswa
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 40)

c. Persentase Ketuntasan Klasikal

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.19. Kategori tingkat ketuntasan siswa

No Rentang ketuntasan (%) Kategori


1. ≥85 Sangat Tinggi
2. 65 – 84 Tinggi
3. 45 – 64 Sedang
4. 25 – 44 Rendah
5. <25 Sangat Rendah
35

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah

1. Adanya peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap akhir siklus.

2. Pada akhir penelitian adanya peningkatan hasil belajar (afektif, kognitif,

dan psikomotor) secara klasikal mencapai ≥75% dari jumlah 30 orang

siswa yang mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 65.

3. Adanya peningkatan nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa setiap

siklusnya.
36

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesi. Universitas Terbuka.

Dahar, Ratna Wilis,1988, Teori-Teori Belajar,Dirjen Pendidikan Tinggi

Depdikbud, Jakarta.

Degeng, S Nyoman,1989,Taksonomi Variabel ,IKIP Malang, Malang.

Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta

Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas VI, Erlangga, Jakarta

Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung

Puskur,2003,KDSainsSD,http://www.puskur.net/inc/sd/PengetahuanAlam.pdf.

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT.

Rineka Cipta.Jakarta.

Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

www.depdiknas.go.id

Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran, Editorial

Pendidikan Dan Kebudayaan Edisi 36, Depdiknas, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai