Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PEMBELAJARAN IPA BERBASIS ETNO-STEM TERHADAP

CRITICAL THINGKING SKILL SISWA MI ISLAMIYAH AMBAT

Siti Rohmah 19381052104

Muhimmah 19381052101

A. PENDAHULUAN

Di era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang amat pesat di

berbagai bidang. Berbagai kemajuan tersebut berimplikasi pada kesiapan warga dalam

menghadapi berbagai tantangan yang akan dihadapinya. Siswa harus memiliki

kompetensi yang dibutuhkan pada kehidupan di era globalisasi ini. Sedangkan

pembelajaran terus saja mengalami perubahan tanpa memperhatikan keadaan siswa.

Kurikulum terus saja mengalami perubahan, sedangkan siswa belum menguasai

pembelajaran dengan kurikulum yang diberlakukan sebelumnya. Hal itu berakibat pada

tingkat berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran harus

menggunakan pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk berpikir kritis.

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk membantu seorang siswa agar dapat

belajar dengan baik. Dalam pembelajaran terjadi suatu proses pemberian ilmu

pengetahuan, penguasaan kemahiran, pembentukan sikap dan kepercayaan oleh seorang

pendidik terhadap peserta didik.1 Dalam pembelajaran tentunya seorang guru dapat

membimbing dan mengarahkan siswa pada hal yang baik untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan. Tujuan dari suatu pembelajaran ialah pemerolehan pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang baik dalam suatu pembelajaran.

1
Mohammad Maskan, dkk. ’’Pelatihan Pembelajaran Berbasis Internet Bagi Guru Di
Yayasan Mujahidin Kabupaten Malang,” Vol. 7. No. 1. Jurnal Pengabdian Polinema Kepada
Masyarakat (Desember, 2019), 1.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang disebut sains merupakan pengetahuan

yang berupa fakta, konsep, bahkan juga penemuan.2 Pembelajaran IPA tentunya memiliki

tujuan tersendiri diantaranya yaitu; 1). Mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan

menumbuhkan sikap positif terhadap sains, 2). Mengembangakan keterampilan siswa

dalam memecahkan masalah dan membuat suatu keputusan, 3). Mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman siswa yang tentunya dapat bermanfaat dan diterpakan

dalam kehidupan sehari-hari, 4). Mengembangkan kesadaran siswa terhadap pentingnya

sains dalam kehidupan sehari-hari, 5). Dapat mengalihkan pengetahuan, keterampilan,

dan pemahaman terhadap bidang pengajaran lain, dan 6). Siswa ikut serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 3 Dalam beberapa tujuan

pembelajaran IPA tersebut tentunya siswa dapat mencapai hal tersebut dengan sangat

baik dengan menggunakan model pembelajaran di dalamnya. Salah satu model

pembelajaran yang bisa mengentegrasikan sains dalam STEM (science, technology,

engeneering, matematich) adalah etno-STEM.

Dengan berbagai kemajuan di bidang teknologi membawa dampak pada kondisi

sosial dan budaya siswa. Salah satunya adalah berkurangnya pengetahuan siswa

mengenai kearifan lokal. Dengan demikian penting diterapkan pembelajaran yang

membekali peserta didik akan keterampilan abad 21 juga mengintegrasikan kearifan

lokal. Adapun integrasi nilai-nilai kearifan lokal pada proses pembelajaran di sekolah,

diharapkan dapat bersaing seacara kompetitif dalam menghadapi era globalisasi,

sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan potensi dan kebudayaan masing-masing.

Integrasi kearifan lokal diharapakan dapat membentuk karakter peserta didik menjadi

2
Septi Budi Sartika, dkk. “Efektivitas Pembelajaran IPA Berbasis Etno-Stem Dalam
Melatihkan Keterampilan Berpikir Analisis.” Vol. 10. N0. 1. Jurnal Dimensi Pendidikan dan
Pembelajaran (Januari: 2022), 2.
3
Niken Eka Priyani dan Nawawi. “Pembelajaran IPA Berbasis Ethno-STEM Berbantu
Mikroskop Digital Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Di Sekolah Perbatasan,”
Vol. 1. No. 2. Jurnal Ilmiah Pendidikan (November, 2020), 101.
lebih peduli dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal. Bisa juga sebagai materi

pengayaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu dalam

pembelajaran ini tentunya dapat mengintegrasikan suatu pembelajaran dengan kearifan

lokal yang disebut dengan Etno-STEM.

Etno itu sendiri ialah ras atau budaya sedangkan STEM memiliki kepanjangan

Science, Technology, Engineering and Math. STEM merupakan kumpulan ilmu dari

berbagai ilmu dan berkaitan erat satu sama lain. Pendidikan STEM harus mampu

meningkatkan pemahaman siswa mengenai cara kerja dan meningkatkan penggunaan

teknologi. Pendekatan STEM dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran IPA karena

dapat membantu peserta didik dalam memecahkan masalah dan menggabungkan

metodologi penggunaan teknologi kedalam pembelajaran. STEM merupakan cara yang

efektif untuk mempertahankan keterpaduan ilmu sains, teknologi, matematika, dan

teknik. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran STEM yang menggabungkan empat

komponen secara langsung mampu menciptakan aktivitas berpikir siswa yang berguna

membantu memunculkan berpikir kritis siswa. 4 Dengan demikian dalam penelitian

menggabungkan etno-STEM terhadap berpikir kritis siswa MI Islamiyah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MI Islamiyah Ambat diketahui

bahwa pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode konvensional, seperti

menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan penugasan. Dengan penggunaan metode

yang belum bervariasi, hal ini berakibat pada critical thingking siswa, keberhasilan dalam

pembelajaran.

Critical Thingking merupakan suatu pendekatan yang dapat membantu siswa

memecahkan persoalan secara rasional. Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan

dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus

4
Ayu Andira Risnawati. “Pembelajaran Ethno-STEM Berbantu Google Classroom Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.” Seminar Nasional Pascasarjana,2020.
depercayai atau dilakukan. Indikator critical thingking ada lima yaitu, (1) mampu

merumuskan pokok-pokok permasalahan; (2) mampu mengungkap fakta yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan masalah; (3) mampu memilih argumen yang logis, relevan dan

akurat; (4) mampu mendeteksi bias dan berdasarkan sudut pandang yang berbeda; (5)

mampu menentukan akibat dari suatu pernyataan yang diambil sebagai suatu keputusan. 5

Siswa yang dapat berpikir secara kritis dapat menciptakan solusi-solusi baru dalam

menyelesaikan suatu persoalan. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan

dari pembelajaran Sains IPA. Namun kemampuan berpikir kritis di Indonesia masih

belum maksimal dibelajarkan. Hal ini terlihat dari, 78% siswa di Indonesia hanya dapat

mengerjakan soal-soal IPA dengan kategori rendah. Praktik pembelajaran IPA SD di

Indonesia secara umum masih menekankan pada proses pembelajaran dengan metode

hafalan.6 Sejalan dengan hal tersebut pendidikan masa kini masih cenderung mengasah

aspek mengingat dan memahami. Rendahnya critical thingking skill siswa berdampak

pada rendahnya kemampuan IPA siswa di Indonesia dibandingkan dengan pendidikan di

luar Indonesia.

Kemampuan berpikir kritis dapat terbentuk melalui metode ilmiah yang terdiri

atas mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menguji

hipotesis serta merumuskan kesimpulan. Apabila peserta didik sudah memenuhi kriteria

tersebut maka perserta didik dapat dikatakan mempunyai kemampuan berpikir secara

kritis.7

5
Harlinda, Fatmawati, dkk. “Analisis Berpikir Kritis Ssiwa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat.” Vol. 2. No. 9.
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika (November: 2014), 913.
6
Andiwiguna. “Pengeruh Model Problem Based Learning (PBL) Berorientasi STEM
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Siswa Kelas V SD Di Gugus I
Gusti Ketut Pudja.” Vol. 3. No. 2. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia (Agustus, 2019), 95.
7
Prima Nora Ananda dan Ummi Salamah. “Meta Analisis Pengaruh Integrasi Pendekatan
STEM Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik.” Vol.
7. No. 1. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Fisika (Maret: 2021), 54.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian mengenai

“Analisis Pembelajaran IPA berbasis Etno-STEM terhadap Critical Thingking Skill Siswa

MI Islamiyah Ambat.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat berpikir kritis

siswa terhadap pembelajaran sains IPA yang berbasis STEM.

B. METODE PENELITIAN

Desain pada penelitian ini menggunakan penelitian Quasi eksperimen dengan

menggunakan kelas kontol dan kelas eksperimen. Dalam penelitian ini kelas eksperimen

diberi perlakuan pembelajaran berbasis ethno-STEM sedangkan kelas kontrol diberi

perlakuan pembelajaran konvensional. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan tes dengan soal essay yang disesuaikan dengan indikator critical thingking

skill yang berjumlah 5 soal. Analisi data dalam penelitian ini menggunakan perbandingan

nilai n-Gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 1. Kreiteria intepretasi N-gain8

N-gain Kategori

N-gain > 0,7 Tinggi

0,3 < N-gain < 0,7 Sedang

N-gain < 0,3 Rendah

Sementara pembagian kategori perolehan N-gain dalam bentuk persen (%) dapat

mengacu pada gambar tabel di bawah ini.

Tabel 2. Kategori Tafsiran Efektivitas N-gain

Persentase (%) Tafsiran

< 40 Tidak efektif

40 – 55 Kurang efektif

65– 75 Cukup efektif


8
Clarissa Desyana Putri, Dkk. “Problem Based Learning Terintegrasi STEM Di Era Pandemi
Covid-19 Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.” Vol. 4. No. 2. Jurnal
IPA Dan Pembelajaran IPA (November, 2020), 196.
>76 Efektif

Jika data yang di peroleh dari kelas eksperimen dengan menggunakan

perbandingan n-Gain lebih besar maka dapat disumpulkan bahwa pembelajaran etno-

STEM dapat berpengaruh pada critical thingking skill siswa. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI MI Islamiyah Ambat.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian ini berupa data Critical Thingking Skill siswa yang diperoleh dari

nilai tes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berupa soal tes kemampuan

berpikir kritis siswa Mi Islamiyah. disajikan pada tabel berikut. Rekapitulasi hasil

kemampuan berpikir kritis siswa kelas VI Mi Islamiyah.

Tabel 2. Uji Rekapitulasi Critical Thingking Skill Siswa.

No Statistik Ketuntasan belajar

Pretest Postest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

1 Rata-rata 51 39 81 48,75

2 Nilai Tertinggi 100 60 100 65

3 Nilai Terendah 20 20 60 25

4 (%) Ketuntasan 35% 15% 100% 30%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi

dari kelas kontrol baik itu nilai pretest maupun postest. Kelas eksperimen mengalami

peningkatan nilai rata-rata dari pretest dan postest yaitu selisih 30. Sedangkan untuk

kelas kontrol selisih 9,75. Diantara selisih kedua kelas tersebut sudah terlihat jelas

perbandingan antara kelas yang diberikan perlakuan dan tidak diberikan perlakuan.
Selain itu persentase ketuntasan kelas eksperimen juga meningkat pesat hingga 100%,

sedangkan untuk kelas kontrol masih 30%. Hal itu dapat membuktikan critical thingking

skill siswa meningkat apabila diberi perlakuan.etno-STEM.

Peningkatan ketuntasan belajar dianalisis dengan rumus N-gain normalisasi. Uji

ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan critical thingking skill siswa sebelum dan

sesudah diberikan suatu perlakuan. Hasil uji N-gain critical thingking skill siswa

berdasarkan data pretest-postest pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 3. Hasil Uji N-gain Critical Thingking Skill Siswa

Kelas Pretest Postest N-gain Kategori

Kontrol 39 48,75 0,15 Rendah

Eksperimen 51 81 0,59 Sedang

Hasil rata-rata N-gain critical thingking skill siswa pada kelas eksperimen adalah

0,59 dengan kategori sedang berdasarkan kriteria nilai g > 0,7 pada kategori tinggi, 0,3 >

g < 0,7 kategori sedang dan g > 0,3 dengan kategori rendah. Dari 20 siswa yang

memperoleh N-gain tinggi sebanyak 6 siswa sedangkan kategori sedang 13 siswa dan 1

siswa untuk kategori rendah. Pada kelas kontrol secara klasikal nilai N-gain sebesar 0,15

dengan kategori rendah. Dari 20 siswa yang memperoleh N-gain rendah sebanyak 17

siswa dan 3 siswa untuk kategori sedang dan untuk kategori tinggi tidak ada. Kelas

eksperimen dan kelas kontrol memeliki kategori yang berbeda yaitu kategori sedang

untuk kelas eksperimen dan kategori rendah untuk kelas kontrol. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan rata-rata yang sangat tinggi antara pretest dan postest pada kelas

eksperimen dan kontrol. Hal tersebut dapat di gambarkan pada diagram berikut.
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3 Column2

0.2

0.1

0
Kelas eksper- Kelas kontrol
imen

Setelah pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis etno-STEM pada kelas

eksperimen secara rata-rata mengalami peningkatan dari pada pembelajaran

konvensional. Siswa yang mengikuti pembelajaran IPA berbasis etno-STEM

menampilkan kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dari siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.9 Hasil critical thingking skill siswa pada kelas eksperimen

adalah 81 sedangkan pada kelas kontrol adalah 48,75 . berdasarkan analisis uji N-gain

skor yang diperoleh kelas eksperimen ialah 0,59 sedangkan untuk kelas kontrol jauh

dibawah kelas eksperimen dengan skor 0,15. Hasil belajar siswa berupa skor critical

thingking skill siswa dalam pembelajaran IPA berbasis etno-STEM berselisih 0,44 diatas

kelas yang masih melakukan pembelajaran dengan konvensional. Dengan demikian

critical thingking skill siswa yang diberi pembelajaran etno-STEM lebih baik dari pada

kelas dengan pembelajaran konvensional.

Hal itu juga diukur dengan indikator critical thingking skill siswa yaitu; 1)

memberikan penjelasan yang sederhana, 2) membangun keterampilan, 3) membuat

9
Febriana Cahyaningsih, “Pengaruh Model Pembelajaran IPA Berbasis STEM-PBL
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kognitif.” Vol. 7. No. 5. E-Jurnal
Pendidikan IPA (2018), 240.
inferensi, 4) dapat memberi penjelasan lebih lanjut, 5) mengatur strategi dan taktik yang

mengarah pada indikator critical thingking skill siswa.10

Pendekatan etno-STEM memberikan pengaruh yang lumayan tinggi terhadap

critical thingking skill siswa pembelajaran IPA pada peserta didik. Pendekatan etno-

STEM semula berasal dari pemikiran pendekatan etno sains. Pendekatan etno sains

merupakan pendekatan yang menggunakan konsep budaya sebagai sumber belajaranya,

hal tersebut dapat terbukti dapat meningkatkan critical thingking skill siswa dalam

pengetahuan sains.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa ada

pengaruh etno-STEM terhadap critical thingking skill siswa sehingga etno-STEM pada

penelitian ini dapat mempengaruhi critical thingking skill dalam hal kemampuan siswa

baik itu berupa aktivitas siswa saat pembelajaran IPA maupun dari peningkatan hasil

belajar siswa. hal ini didukung oleh penetian sebelumnya (Septi:2022) yang

menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA berbasis etno-STEM efektif dalam melatih

keterampilan berpikir siswa baik itu pada saat pembelajaran maupun bidqang yang lain.

Berdasarkan dari data yang diperoleh, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPA

berbasis etno-STEM efektif untuk critical thingking skill siswa. Efektivitas pembelajaran

IPA berbasis etno-STEM dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai postest, persentase

ketuntasan dari kelas eksperimen, selain itu peningkatan critical thingking skill siswa

pelajaran IPA berbasis eto-STEM juga dapat dibuktikan dengan uji N-gain dari kelas

eksperimen yaitu 0,59 dengan kategori sedang.

D. SIMPULAN
10
Ariyatun dan Dissa Feby Octavianelis. “Pengaruh Model Problem Based Learning
Terintegrasi STEM Terhadapa Kemampuan Berpikir Kritis Ssiwa,” Vol. 2. No. 1. Journal Of
Educational Chemistry (2020), 37.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA

berbasis etno-STEM efektif untuk meningkatkan critical thingking skill siswa MI

Islamiyah kelas VI . Hal itu dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata 81 pada kelas

eksperimen, dan mencapai ketuntasan sampai 100%. Ada peningkatan ketuntasan dari

siswa di kelas yang diberikan perlakuan etno-STEM dibandingkan dengan kelas yang

masih menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan pada critical thingking

skill siswa diuji dengan skor N-gain dengan hasil 0,59 dalam kategori sedang. Dengan hal

itu tentunya pembelajaran etno-STEM efektif untuk digunakan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Prima Nora dan Ummi Salamah. “Meta Analisis Pengaruh Integrasi Pendekatan

STEM Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Peserta Didik.” Vol. 7. No. 1. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Fisika,

Maret: 2021.

Andiwiguna. dkk. “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Berorientasi STEM

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Siswa Kelas V SD

Di Gugus I Gusti Ketut Pudja.” Vol. 3. No. 2. Jurnal Pendidikan Dasar

Indonesia, Agustus: 2019.

Ariyatun. Dissa Feby Octavianelis. “Pengaruh Model Problem Based Learning T

erintegrasi STEM Terhadap Kemampuan Berpikir Krtis Siswa.” Vol. 2. No.

1. Journal Of Educational Chemistry, 2020.

Cahyaningsih, Febriana. dkk. “Pengaruh Pembelajaran IPA Berbasis STEM-PBL

Terhadap Keterampilan Kritis Dan Hasil Belajar Kognitif.” Vol. 7. No. 5. E-

Jurnal Pendidikan IPA, 2018.

Fatmawati, Harlinda. dkk. “Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah

Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat.”


Vol. 2. No. 9. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, November:

2014.

Maskan, Mohammad. “Pelatihan Pembelajaran Berbasis Internet Bagi Guru Di Yayasan

Mujahidin Kabupaten Malang.” Vol. 7. No. 1. Junal Pengabdian Polinema

Kepada Masyarakat, Desember: 2019.

Putri, Clarissa Desyana. dkk. “Problem Based Learning Terintegrasi STEM Di Era

Pandemi Covid-19 Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa.” Vol. 4. No. 2. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, November: 2020.

Priyani, Niken Eka. Nawawi. “Pembelajaran IPA Berbasis Ethno-STEM Berbantu

Mikroskop Digital Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Di

Sekolah Perbatasan.” Vol. 1. No. 2. Jurnal Ilmiah Pendidikan, November:

2020.

Risnawati, Ayu Andira. “Pembelajaran Ethno-STEM Berbantu Google Classroom Untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.” Seminar Nasional

Pascasarjana, 2020.

Sartika, Budi Septi. dkk. ”Efektivitas Pembelajaran IPA Berbasis Etno-STEM Dalam

Melatih Keterampilan Berpikir Analisis.” Vol. 10. No. 1. Jurnal Dimensi

Pendidikan dan Pembelajaran, Sidoarjo: Januari 2022.

Anda mungkin juga menyukai