Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian dalam Pendidikan (IJERE)


Jil. 8, No. 1, Maret 2019, hlm. 39~46
ISSN: 2252-8822, DOI: 10.11591/ijere.v8i1.15594 39

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil


belajar IPS ditinjau dari minat belajar

Berti Dyah Permatasari1 , Gunarhadi2 , Riyadi3


1,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sebelas Maret, Indonesia
2Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Problem Based
Learning dan minat belajar terhadap peningkatan hasil belajar kognitif
Diterima 17 September 2018 IPS siswa kelas IV SD. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen
Direvisi 29 Okt 2018 semu dengan desain pre-test and post-test control group design.
Diterima 15 November 2018 Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified cluster random sampling.
Sampel penelitian ini adalah 109 siswa kelas IV SD, terdiri dari 50 siswa
dari kelompok eksperimen dan 59 siswa dari kelompok kontrol. Siswa
Kata kunci: kelompok eksperimen diberikan penerapan Problem Based Learning,
sedangkan siswa kelompok kontrol diberikan penerapan Direct Instruction.
Minat belajar
Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen tes hasil belajar IPS dan
Hasil pembelajaran angket minat belajar IPS. Validitas instrumen tes dan angket dilakukan
Pembelajaran berbasis masalah dengan expert judgement. Tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
Ilmu kemasyarakatan
reliabilitas instrumen tes diuji dengan menggunakan aplikasi ITEMAN.
Konsistensi dan keandalan internal dari

Instrumen kuesioner diuji dengan menggunakan aplikasi SPSS. Data


dianalisis dengan menggunakan two-way anova. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PBL dan minat belajar memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa sekolah dasar.
Hak Cipta © 2019 Institut Teknik dan Sains Lanjutan.
Seluruh hak cipta.

Penulis yang sesuai:


Berti Dyah Permatasari,
Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar,
Universitas Sebelas Maret,
Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia (57126).
Email: bertidyahp@student.uns.ac.id

1. PERKENALAN
Salah satu peran pendidikan nasional di Indonesia adalah mempersiapkan peserta didik yang tanggap dalam
menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global yang terus berubah. Hal ini sejalan dengan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi
“Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan berakar pada nilai-nilai agama,
budaya bangsa. Indonesia, dan yang responsif terhadap kebutuhan era yang selalu berubah.” [1]. Salah satu mata
pelajaran di sekolah dasar yang dirancang untuk mempersiapkan siswa menghadapi perubahan zaman adalah IPS,
sebagaimana dikemukakan oleh Nurcahyo dan Hartono bahwa pendidikan IPS di sekolah dasar bertujuan agar siswa
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dalam kehidupan mereka. kehidupan sehari-hari [2].
Ilmu sosial itu sendiri didefinisikan sebagai program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari ilmu sosial
dan humaniora yang secara ilmiah dan psikologis terorganisir dan disajikan untuk tujuan pendidikan [3]. Definisi
ini menunjukkan bahwa salah satu ciri utama ilmu sosial adalah kerjasama antara ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu
sosial. Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa “Mata Pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan peradaban yang dinamis.” [4]. Tujuan dari

Beranda jurnal: http:// iaescore.com/ journals/ index.php/ IJERE


Machine Translated by Google

40 ISSN: 2252-8822

IPS kemudian dirumuskan menjadi empat kategori: (1) Pengetahuan, yang membantu siswa mempelajari diri sendiri dan
lingkungannya, meliputi geografi, sejarah, politik, ekonomi, antropologi dan sosio-psikologi; (2) Keterampilan, yang dalam hal ini
meliputi keterampilan berpikir; (3) Sikap, dikelompokkan menjadi dua: perilaku intelektual dan perilaku sosial; (4) Nilai, yang dalam
hal ini adalah nilai yang terkandung dalam masyarakat yang diperoleh dari masyarakat setempat atau organisasi pemerintah (filsafat
bangsa) [2]. Oleh karena itu, pendidikan IPS di sekolah dasar lebih menekankan pada bagaimana mendidik siswa untuk mengenal,
memahami, dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Mengacu pada tujuan tersebut, IPS memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan siswa, baik sekarang maupun di
masa yang akan datang. Namun sayangnya, proses pembelajaran IPS di sekolah dasar masih kurang mendapat perhatian baik guru
maupun siswa. Permasalahan dalam pembelajaran IPS yang sering ditemui adalah lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran
masih berpusat pada guru, guru kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, pembelajaran hanya diarahkan pada
kemampuan anak dalam menghafal informasi. Pembelajaran yang berpusat pada guru juga berarti bahwa guru cenderung dominan
(terlibat aktif) dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa dan mengajarkannya langsung kepada siswa di dalam kelas melalui
ceramah, diskusi dan pemberian tugas. Pembelajaran konvensional disebut pembelajaran langsung/direct instruction [6]. Pembelajaran
konvensional yang juga didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan adalah fakta yang harus dihafal dapat mengakibatkan siswa
menjadi pasif dalam belajar, cara berpikir kurang berkembang karena hanya fokus pada teori tetapi tidak dirangsang untuk berpikir
kritis terhadap masalah yang dihadapi. terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membuat pembelajaran IPS terkesan
monoton, membosankan, dan hafal, sehingga minat siswa untuk mempelajari IPS kurang.

Paradigma pembelajaran harus diubah dari teacher-centered menjadi student-centered agar masalah pembelajaran IPS
dapat teratasi. Oleh karena itu, siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek belajar, tetapi sebagai subjek pembelajaran. Siswa benar-
benar dibimbing dan difasilitasi untuk membangun pengetahuannya sendiri, bukan sekedar memindahkan isi kepala guru ke kepala
siswa. Pembelajaran seharusnya tidak hanya terfokus pada pemberian pengetahuan teoritis saja, tetapi siswa juga diberikan
pengalaman belajar yang selalu berkaitan dengan permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian, pemilihan
dan penerapan pendekatan dan model pembelajaran sangat mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Proses pendidikan
yang berpusat pada siswa, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan utama, perlu melibatkan pendekatan proaktif yang
memfasilitasi keterlibatan siswa dalam penelitian, penyelidikan ilmiah, analisis situasi bermasalah atau pemecahan masalah nyata
atau hanya masalah hipotetis. Melalui kekhususannya, Problem Based Learning (PBL) dapat menjadi komponen utama dalam
pendekatan pengajaran tersebut [8].

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) sering disebut sebagai Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Pandangan konstruktivis
kognitif, yang mendasari pembelajaran berbasis masalah (PBL), sebagian besar mengikuti Piaget. Pandangan ini menyatakan bahwa
siswa pada usia berapa pun terlibat secara aktif dalam proses memperoleh informasi dan membangun pengetahuannya sendiri.
Sedangkan Vygotsky percaya bahwa kecerdasan berkembang karena individu menghadapi pengalaman baru yang membingungkan,
sehingga mereka berusaha menyelesaikan kesenjangan yang muncul dari pengalaman tersebut.
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak ahli yang memberikan definisi tentang model PBL.
Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berorientasi pada peran aktif siswa dengan menghadapkan siswa
pada suatu masalah dengan tujuan agar siswa mampu secara aktif memecahkan masalah yang ada kemudian menarik kesimpulan
dengan menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. 10]. Masalah yang disajikan adalah masalah yang berhubungan
dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, semakin baik pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan peserta didik [11].
Berdasarkan masalah yang diberikan, siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah tersebut dengan mengacu
pada pengetahuan yang telah mereka miliki dan dari informasi baru yang relevan. Dengan model PBL ini, siswa terlibat langsung
dalam kegiatan pembelajaran sehingga pengetahuannya dapat diserap dengan baik. Selain itu, model pembelajaran ini memungkinkan
siswa untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu kelompok sehingga diharapkan dapat mendorong minat belajar siswa.

Berbagai penelitian di dunia pendidikan mengakui keberhasilan pembelajaran mereka dengan menerapkan Problem Based
Learning. Siswa yang belajar dengan nilai PBL tinggi setelah pembelajaran dan keterampilan proses ilmiahnya juga meningkat [12].
Selain nilai, siswa SMA jurusan IPS mata pelajaran model PBL juga menunjukkan kemampuan memecahkan masalah geografis yang
lebih tinggi dibandingkan kelas mata pelajaran model konvensional [13]. Pada akhir proses PBL, siswa dapat mengidentifikasi dan
memecahkan masalah dengan ide dan kemampuannya sendiri serta mengembangkan pemikiran kreatifnya, yang merupakan salah
satu keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Model pembelajaran yang tepat hanyalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran.
Model pembelajaran termasuk dalam kategori faktor eksternal, sedangkan masih ada satu faktor lagi yaitu faktor internal yang meliputi
tiga faktor lagi. Ketiga faktor tersebut adalah faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor fisik, meliputi faktor kesehatan
dan kecacatan; Faktor psikologis, meliputi kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kedewasaan, dan kesiapan; Faktor kelelahan,
meliputi kelelahan fisik dan kelelahan spiritual [15]. Dari beberapa faktor internal tersebut,

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 1, Maret 2019: 39 - 46


Machine Translated by Google

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan ISSN: 2252-8822 41

Ada satu hal yang menarik untuk diteliti, yaitu faktor minat. Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk mendapatkan
kesenangan tanpa paksaan sehingga dapat menimbulkan perubahan pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa pada bidang studi tertentu karena ia akan lebih fokus pada bidang tersebut
dibandingkan siswa lainnya. Oleh karena itu, guru harus mengenali seberapa besar minat belajar yang dimiliki siswa dan
menumbuhkannya agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan tercapai keberhasilan dalam belajar.

Keberhasilan dalam belajar dapat diukur dari tiga domain; yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
meliputi kemampuan intelektual yang berhubungan dengan proses atau aktivitas mental dari kategori rendah hingga tinggi; domain
afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek; dan ranah psikomotorik
berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan yang melibatkan anggota, dan kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik.
Hasil belajar yang diukur dalam tiga domain oleh Bloom kemudian direvisi oleh Anderson & Krathwohl. Ranah kognitif terdiri dari
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; ranah afektif terdiri dari menerima, menanggapi,
mengevaluasi, mengorganisasikan, dan membentuk karakterisasi; Ranah psikomotorik terdiri dari persepsi, manipulasi, melakukan
prosedur (presisi), berbuat baik dan benar (artikulasi), dan bertindak wajar (naturalisasi).

Hasil belajar di sini sebagai variabel terikat adalah pengaruh penerapan model pembelajaran dan minat siswa terhadap
IPS. Hasil belajar yang dimaksud adalah ranah kognitif yang terdiri dari C1-C6 (mengingat untuk mencipta). Mengingat berkaitan
dengan kemampuan siswa untuk mengenali dan mengingat; pemahaman berkaitan dengan kemampuan menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, meringkas, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan; menerapkan adalah tentang
kemampuan untuk melaksanakan, melaksanakan/mengimplementasikan; menganalisis terkait dengan kemampuan membedakan,
mengorganisasi, dan mengasosiasi; menilai terkait dengan kemampuan menelaah dan mengkritisi; dan mencipta berkaitan
dengan kemampuan untuk memproduksi, merencanakan, dan menghasilkan [19].
Penelitian yang dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara-cara yang dapat
menarik minat siswa dan merangsang siswa untuk berpikir kritis. Penelitian-penelitian sebelumnya khususnya untuk model PBL
telah menunjukkan efektifitas model ini dalam meningkatkan kemampuan dan hasil belajar mata pelajaran Geografi SMA [13];
Ilmu [14], [8], [20]; dan Kimia [12], [21]. Dari berbagai penelitian di atas, pembelajaran dengan model PBL selain dapat
meningkatkan hasil belajar juga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan lain pada diri siswa seperti keterampilan
pemecahan masalah, keterampilan proses ilmiah, keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Diantara kajian tersebut, PBL banyak
digunakan untuk pembelajaran IPA, sedangkan untuk IPS dilihat dari minat siswa pada pembelajaran SD masih jarang. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menguji keefektifan PBL dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar berdasarkan minat
belajar siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh model Problem Based Learning (PBL) dan Direct
Instruction (DI) terhadap hasil belajar IPS. Penelitian ini juga mengkaji perbedaan hasil belajar IPS yang diperoleh kelompok
siswa yang memiliki tingkat minat belajar yang berbeda; serta interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa
terhadap hasil belajar IPS.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pre-test and post-test control group design.
Variabel penelitian ini terdiri dari model pembelajaran sebagai variabel bebas yaitu model Problem Based Learning (PBL) dan
Direct Instruction (DI); minat belajar sebagai variabel moderator dengan dimensi minat belajar tinggi (HLI), minat belajar sedang
(MLI), dan minat belajar rendah (LLI); dan hasil belajar IPS sebagai variabel terikat. Selain itu, terdapat variabel pengganggu yang
tidak termasuk dalam penelitian, tetapi dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel confounding dalam penelitian ini adalah
waktu belajar dan kesehatan. Variabel pengganggu “Waktu Belajar” dapat diminimalisir dengan melaksanakan pembelajaran di
semua kelas pada pagi hari. Sementara, "Kesehatan" tidak dapat dikendalikan; oleh karena itu efeknya dianggap sama atau
diabaikan.

Penelitian ini dilakukan di SDN Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV
SD Negeri di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 43 sekolah. Sampel dalam penelitian ini mengambil 6
kelas dari 6 SD yang berjumlah 109 siswa, dengan 50 siswa dari kelompok eksperimen diperlakukan dengan model Problem
Based Learning dan 59 siswa dari kelompok kontrol diperlakukan dengan menggunakan model Direct Instruction. Sampel
penelitian diambil dengan teknik stratified cluster random sampling. Stratified cluster random sampling merupakan kombinasi dari
metode stratified random sampling dengan sampel cluster random, karena populasi atau populasi sasaran cukup besar dan luas,
jarang acak atau memiliki karakteristik yang sama [22].

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran IPS... (Berti Dyah Permatasari)
Machine Translated by Google

42 ISSN: 2252-8822

Pengumpulan data menggunakan instrumen tes dan angket. Instrumen tes pilihan ganda dengan jumlah 25
soal digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa. Instrumen angket berupa 15 pernyataan mewakili besarnya
minat siswa terhadap IPS.
Kuesioner dengan skala Likert (1-5) untuk mengklasifikasikan minat belajar siswa menjadi tiga tingkatan, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah. Sebelum digunakan untuk pengumpulan data, masing-masing instrumen telah diujicobakan
terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes diuji validitas isi, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas,
sedangkan instrumen angket diuji validitas isi, konsistensi internal, dan reliabilitas. Uji validitas berupa uji hasil belajar
dan angket minat belajar dilakukan melalui expert judgement, baik dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa. Uji
tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas instrumen tes dilakukan dengan aplikasi ITEMAN, sedangkan uji
konsistensi internal dan reliabilitas instrumen angket minat belajar dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS.
Berdasarkan hasil serangkaian uji validitas dan reliabilitas, instrumen tes hasil belajar IPS dan angket minat IPS telah
memenuhi kriteria resensi butir soal yang baik dan layak untuk penelitian.

Pada tahap analisis data, sebelum diberikan perlakuan yang berbeda, dilakukan uji prasyarat analisis varians
dan uji keseimbangan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas varians populasi dengan
metode Bartlett, sedangkan uji keseimbangan menggunakan Anova satu arah. Hasilnya kedua kelompok berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan homogen; dan memiliki kemampuan awal yang seimbang. Setelah sampel diberi
perlakuan yang berbeda, yang terkumpul atau dianalisis kemudian dianalisis menggunakan Anova dua arah dengan
sel yang tidak sama.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum


diberikan perlakuan, kedua kelompok diuji melalui pre-test. Setelah diberi perlakuan dengan penerapan model
PBL untuk kelompok eksperimen dan DI untuk kelompok kontrol, kemampuan siswa diuji kembali dengan memberikan
post-test untuk mengetahui hasil belajar pada pembelajaran IPS. Baik data pre test maupun post test diuji normalitasnya
menggunakan metode Liliefors dan diuji homogenitasnya menggunakan uji Bartlett. Dari hasil pre-test diperoleh rerata
Xÿ = 47,84 pada kelompok eksperimen dan Xÿ = 43,93 pada kelompok kontrol. Kemudian dari hasil post-test diperoleh
rerata Xÿ = 74,24 pada kelompok eksperimen dan Xÿ = 51,80 pada kelas kontrol.

Data yang telah diketahui normal dan homogen, kemudian diuji hipotesisnya dengan Anova dua jalur jalur sel
yang berbeda. Hasil pengujian hipotesis dengan two way Anova dapat dilihat pada Tabel 1.
Melalui pengujian hipotesis, diperoleh Fa = 54,929 > 3,933; Fb = 5,409 > 3,085; Fab = 0,330 < 3,085 sehingga
keputusan pengujian H0A ditolak, H0B ditolak, dan H0AB diterima. H0A ditolak artinya terdapat pengaruh antara model
pembelajaran PBL dan DI terhadap hasil belajar IPS; H0B ditolak artinya terdapat perbedaan pengaruh minat belajar
terhadap hasil belajar IPS; dan H0AB diterima, artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat
belajar terhadap hasil belajar IPS.

Tabel 1. Hasil Uji Anova Terhadap Hasil Belajar IPS


Sumber F menghitung F Keputusan Tes

Model Pembelajaran (A) 54.929 tabel H0A ditolak


Minat Belajar (B) 5.409 3.933 H0B ditolak
Interaksi (AB) 0.330 3.085 3.085 H0AB diterima

3.1. Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar IPS


Hasil uji anava menunjukkan Fa = 54,929 > 3,933, maka dapat dikatakan ada pengaruh penerapan model
pembelajaran terhadap hasil belajar. Hasil pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2. Berdasarkan hasil post-test pada mata pelajaran IPS, rata-rata siswa yang diajar
menggunakan model PBL lebih tinggi dan lebih tinggi dari rata-rata siswa yang diajar dengan model DI (Direct
Instruction), meskipun keduanya mengalami peningkatan dari hasil pre test. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar IPS siswa yang diberi perlakuan model PBL lebih baik daripada siswa yang diberi perlakuan model DI.

Peningkatan hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model PBL menunjukkan keefektifan model
dalam membantu siswa belajar IPS. Adanya permasalahan yang melatarbelakangi proses pembelajaran telah
merangsang siswa untuk berpikir kritis dan analitis untuk menyelesaikannya

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 1, Maret 2019: 39 - 46


Machine Translated by Google

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan ISSN: 2252-8822 43

masalah melalui langkah-langkah PBL dan pembelajaran dalam kelompok kecil dapat menumbuhkan interaksi antar siswa sehingga
pembelajaran terasa menyenangkan dan minat belajar siswa dapat meningkat.

Tabel 2. Perbedaan hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol
Hasil
Uji
Kelas n mo Saya Maks Standar Minimal
Percobaan 50 Xÿ 56.00 48.00 76.00 12.00 13,33
Pra-tes
Kontrol 59 47,84 44.00 44.00 72.00 12.00 13,26
Percobaan 50 43,93 68.00 72.00 100 24.00 16,80
Post-test
Kontrol 59 74,16 51,80 60.00 52.00 80.00 24.00 12,77

Temuan pertama menunjukkan bahwa model PBL lebih efektif daripada model DI. Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa hasil belajar siswa yang belajar dengan model PBL meningkat secara
signifikan berdasarkan pre-test dan post-test dan keterampilan proses ilmiah siswa juga meningkat [12]. Penelitian
serupa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada rerata skor prestasi post-test
pada Teacher-Made Test (TMT) dan rata-rata skor prestasi post-test pada Researcher-Designed Test (RDT) antara
siswa yang belajar dengan Problem Based Learning ( PBL) dan mereka yang belajar dengan metode tradisional
atau Metode Tradisional (TM) [23]. Studi lain juga menunjukkan bahwa metode PBL lebih efektif daripada TTM
dalam pengembangan konseptual siswa [24].
Selain mampu meningkatkan hasil belajar secara signifikan, model PBL juga dipercaya dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif. Hal ini diperkuat dengan
temuan bahwa kelas yang dikenai model PBL memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih tinggi
dibandingkan kelas yang dikenai model konvensional [13]. Penelitian lain menunjukkan hal yang sama, yaitu pada
akhir proses PBL, siswa dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan ide dan kemampuannya sendiri
serta mengembangkan pemikiran kreatifnya. Model PBL memang efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, namun membutuhkan perencanaan yang matang dan komunikasi
yang baik antara guru dan siswa. Hal ini karena kualitas komunikasi antara guru dan siswa sangat penting, guru
dianggap sebagai mitra, sebagai peserta aktif, selama kegiatan pelatihan [20]. Selanjutnya, guru harus lebih
memperhatikan umpan balik yang diterima dari siswa, untuk mengontrol dan menyesuaikan dengan baik proses pelatihan.

3.2. Pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar


Hasil uji anava menunjukkan Fb = 5,409 > 3,085 sehingga keputusan uji ditolak dengan H0B. Artinya ada
pengaruh minat belajar siswa terhadap hasil belajar IPS. Temuan ini sejalan dengan temuan Nurhasanah & Sobandi
yang menunjukkan bahwa minat belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan melalui peningkatan minat belajar siswa, yang artinya semakin baik minat belajar siswa akan
berdampak pada hasil belajar siswa yang semakin baik [25]. Temuan lain juga menunjukkan hasil serupa bahwa
minat belajar berpengaruh positif terhadap hasil belajar mata pelajaran bahasa Inggris [26], Arab[27], Ekonomi [28],
[29].

Keputusan uji H0B ditolak juga berarti hasil belajar IPS siswa dapat berbeda pada setiap kategori minat
belajar tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu, diperlukan pengujian lebih lanjut setelah Anava untuk mengetahui
siswa yang minat belajarnya memiliki hasil belajar yang lebih baik. Hasil perhitungan uji perbandingan rata-rata
antar kolom disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman hasil uji perbandingan rata-rata antar kolom Keputusan Marginal
Nomor Interaksi Fob mean H0 ditolak H0H0
ditolak
diterima
12
.ÿ .ÿ
9,801 Ftabel
3 10,259 6.169
.ÿ .ÿ
0,734 6.169 6.169 .ÿ . _

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa ada H0 ditolak, dan didasarkan pada rata-rata marginal seperti yang
disajikan pada Tabel 3. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa dengan minat belajar yang tinggi lebih
baik daripada hasil belajar IPS siswa. siswa IPA yang berminat pada media pembelajaran. Hasil belajar IPS siswa
minat belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar IPS siswa minat belajar rendah, sedangkan hasil belajar IPS
siswa minat belajar sama baiknya dengan hasil belajar IPS siswa minat belajar rendah.

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran IPS... (Berti Dyah Permatasari)
Machine Translated by Google

44 ISSN: 2252-8822

3.3. Interaksi Model Pembelajaran dan Minat Belajar Berdasarkan uji


Anava diperoleh Fab = 0,330 < 3,085 sehingga keputusan uji H0AB diterima.
H0AB diterima yang artinya tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil belajar
IPS. Oleh karena itu, perbandingan penggunaan model PBL dan DI untuk masing-masing tingkat minat belajar mengikuti
rasio rerata marginal. Secara grafis, tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dapat dilihat pada
Gambar 1. Pada gambar tersebut, profil model PBL dan DI tidak berpotongan. Dari profil tersebut juga terlihat bahwa rata-
rata siswa yang dikenai model PBL selalu lebih tinggi dari rata-rata siswa yang dikenai model DI, baik untuk siswa dengan
minat belajar tinggi, sedang, dan rendah. Artinya hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan model PBL selalu lebih baik
daripada hasil belajar IPS siswa yang belajar dengan model DI pada semua jenjang pembelajaran.

90
80
70
60
50
40 PBL
30
20 DI

10
0
Pembelajaran Tinggi Sedang Belajar Rendah
Minat Sedang belajar Minat
Minat

Gambar 1. Profil Pengaruh Variabel Model Pembelajaran

4. KESIMPULAN
Model Problem Based Learning (PBL) memiliki efektivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran
konvensional yaitu Direct Instruction (DI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS. Model PBL ini dapat dijadikan sebagai
alternatif pembelajaran yang lebih inovatif, menyenangkan, dan menantang bagi siswa IPS karena siswa dapat membangun
pengetahuannya sendiri dengan memecahkan masalah yang mirip dengan dunia nyata. Selain model pembelajaran yang
digunakan, tingkat minat belajar juga mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar IPS, meskipun dalam penelitian ini
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar. Siswa dengan minat belajar tinggi lebih
bersemangat untuk belajar dan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada siswa dengan minat belajar sedang dan
rendah. Selanjutnya model Problem Based Learning dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa atau
dikembangkan dalam bentuk bahan ajar untuk memudahkan guru dalam mengajarkan model ini.

REFERENSI [1]
Kementerian Pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1 Ayat 2. Jakarta: Departemen Pendidikan, 2003.
[2] A. Nurcahyo dan Y.Hartono. Konsep Dasar dan Pengembangan IPS-SD. Magetan: Lembaga Edukasi Swastika Press, hlm.
6-7, 73, 2011.
[3] MN Soemantri. Pendidikan IPS Ditinjau dari Perspektif Aktualisasi. Jakarta: IKIP Jakarta,
hal.3, 2001.
[4] Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
[5] Sutomo, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Keterampilan Sosial Terhadap Hasil Belajar IPS,”
Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 23, masalah. 1, hlm. 11-18, 2017.
[6] A. Suprijono, Agus. Pembelajaran Kooperatif: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013,
hal.47.
[7] Rusman. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 187, 2013.

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 1, Maret 2019: 39 - 46


Machine Translated by Google

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan ISSN: 2252-8822 45

[8] Drÿghicescu dkk, Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pelajaran IPA - Contoh Pembelajaran yang Baik
Praktek,” Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, vol. 149, hlm. 297 – 301, 2014.
[9] RI Arends. Belajar Mengajar. Jakarta: Salemba Hamanika, hlm. 104-105, 2013.
[10] SM Wardoyo. Pembelajaran Berbasis Penelitian. Jakarta: Akademia Permata, hlm. 40, 2013.
[11] MT Amir. Inovasi Pendidikan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah: Bagaimana Pendidik Memberdayakan Siswa dalam
Zaman Pengetahuan. Jakarta: Prenada Media Group, hal. 22, 2009.
[12] A. Gurses, C. Dogar, & E. Geyik, “Pengajaran Konsep Entalpi Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan,” Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, vol. 197, hlm. 2390 – 2394, 2015.
[13] Sujiono, Handoyo, & Ruja, “Solving Geographic Problems through Problem Based Learning,” Jurnal Teori dan
Praksis Pembelajaran IPS, vol. 2, masalah. 2, hlm. 14-20, 2017.
[14] E. Ersoy dan N. Baser, "Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Masalah di Perguruan Tinggi," Procedia - Sosial
dan Ilmu Perilaku, vol. 116, hlm. 3494 – 3498, 2014.
[15] Slamet. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta, hlm. 54-72, 2013.
[16] M.Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 134, 2010.
[17] BS Bloom, BS Taksonomi Tujuan Pendidikan. Buku Pegangan.I: Domain kognitif. New York: McKay. 1981.
[18] LW Anderson dan DR Krathwohl. Sebuah Taksonomi Belajar, Mengajar dan Menilai, Revisi Bloom
Taksonomi Tujuan Pendidikan. New York: Longman, 2001.
[19] LW Anderson. Penilaian Kelas: Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan Guru. London: Lawrence Erlbaum Associates, 2003.

[20] G. Gorghiu, dkk, “Pembelajaran Berbasis Masalah - Strategi Pembelajaran Efisien dalam Konteks Pelajaran Sains,”
Procedia - Ilmu Sosial dan Perilaku, vol. 191, hal. 1865 – 1870, 2015.
[21] S. Temel, "Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah pada Disposisi Berpikir Kritis Guru Pra-Layanan dan Persepsi Kemampuan
Pemecahan Masalah," South African Journal of Education, vol. 34, masalah. 1, hal. 1-20, 2014.
[22] NS Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hlm. 259, 2013.
[23] AO Fatade, D. Mogari, & AA Arigbabu, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Prestasi Siswa Sekolah Menengah Atas
Dalam Matematika Lebih Lanjut,” Acta Didactica Napocensia, vol. 6, masalah. 3, hlm 27-43, 2013.
[24] AK Tasoglu dan M. Bakac, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dan Metode Pengajaran Tradisional Terhadap Prestasi Akademik
Siswa, Perkembangan Konseptual dan Keterampilan Proses Ilmiah Menurut Jenis Lulusan SMA,” Procedia Ilmu Sosial dan Perilaku,
vol. 2, hal. 2409-2413, 2010.
[25] S. Nurhasanah & Sobandi, “Minat Belajar Sebagai Penentu Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan
Manajemen Perkantoran, vol. 1, masalah. 1. hal.135-142, 2016.
[26] P. Zhang, Z. Wang, dan O. Adesope, "Pengaruh Jenis Tujuan, Minat Belajar, dan Kesulitan Tugas Belajar Kata-kata Bahasa Inggris,"
Jurnal Internasional Pembelajaran, Pengajaran dan Penelitian Pendidikan, vol. 15, masalah. 2, hal. 32-
46, 2016.
[27] MA Kurniawan, “Kontribusi Profesionalisme Guru dan Minat Pembelajaran Terhadap Pembelajaran Bahasa Arab
Hasil,”. Jurnal Penelitian dan Penilaian Pendidikan, 2(2), 257-273, 2017.
[28] IR Nuraini, “Pengaruh Pendapatan Ayah dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 PAKEM Tahun
Pelajaran 2015/2016,” Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, vol. 6, masalah. 1. hlm. 28-37, 2017.

[29] ZA Sukarno & P. Hardinto, “Pengaruh Penggunaan Gadget, Minat Belajar, dan Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas XI IIS Mata Pelajaran Ekonomi SMAN 1 Kepanjen,” Jurnal Pendidikan Ekonomi, vol. 11, edisi, 1. hlm. 9-19, 2018.

Pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap pembelajaran IPS... (Berti Dyah Permatasari)
Machine Translated by Google

46 ISSN: 2252-8822

BIOGRAFI PENULIS

Berti Dyah Permatasari lulus dari Pendidikan dan Keguruan Sekolah Dasar Universitas
Sebelas Maret tahun 2015. Ia sedang menyelesaikan pendidikan magister di jurusan yang
sama di Universitas Sebelas Maret. Minat penelitiannya adalah implementasi model
pembelajaran untuk siswa sekolah dasar.

Prof Drs. Gunarhadi menyelesaikan gelar MA-nya di Institute of Special Education, Norwegia,
Special Education for The Phyically Handicapped Children Program dan gelar Ph.D-nya di
Universiti Utara Malaysia, Special Education Program. Pernah bekerja di Universitas Sebelas
Maret, Jurusan Ilmu Pendidikan. Minat penelitiannya adalah kebijakan pendidikan inklusif dan
implementasinya, strategi pendidikan inklusif, perawatan untuk anak berkebutuhan khusus,
perawatan untuk anak jalanan, dan pengembangan model pelatihan berkelanjutan untuk guru
pembimbing khusus.

Dr. Riyadi menyelesaikan gelar Magister Sains dan Doktor Ilmu Matematika di Universitas
Gadjah Mada. Ia bekerja di Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas
Sebelas Maret. Minat penelitiannya adalah pengembangan kurikulum, model dan media
pembelajaran, evaluasi pelaksanaan Program PJJ, dan peningkatan kreativitas dan motivasi
belajar

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 1, Maret 2019: 39 - 46

Anda mungkin juga menyukai