Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Kolaborasi

PGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat
ISBN: 978-623-96195-0-3

PENGEMBANGAN LITERASI DIGITAL PADA PEMBELAJARAN IPA


DI ERA NEW NORMAL
I Komang Wisnu Budi Wijaya1 ; Ni Kadek Supadmini2
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar12
wisnu.budiwijaya240191@gmail.com1 ; ayutrisnadewimaheswari@gmail.com2

ABSTRAK
Di era Society 5.0 penguasaan akan berbagai literasi sangat penting untuk dimiliki oleh setiap
individu. Salah satu literasi yang penting di era ini adalah literasi digital. Pembelajaran daring yang
dilakukan di era New Normal dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan literasi digital salah
satunya melalui pembelajaran IPA. Penelitian ini tergolong ke dalam studi kepustakaan. Penulis meng-
kaji berbagai literatur yang berkaitan dengan literasi digital dan pembelajaran IPA. Hasil penelitian
menyatakan bahwa literasi digital dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA dengan berbagai cara
misalnya mengarahkan siswa untuk mencari sumber informasi dalam bentuk digital yang berkaitan
IPA dan mengajarkan siswa untuk menggunakan aplikasi belajar IPA secara daring. Dalam pengem-
bangan literasi digital peran guru adalah sebagai pengembang, pengguna sistem digital, pelatih dan
fasilitator. Selain itu, pengembangan literasi digital juga akan menumbuhkan nilai karakter bangsa
seperti mandiri, rasa ingin tahu, kerja keras, disiplin dan toleransi.
Kata Kunci: Literasi, Digital, Pembelajaran IPA, New Normal

ABSTRACT
In the society Era of 5.0, the mastery of various literation is really important for every individual
to have. One of the important literation in this era is digital literation. Online learning which is done in
the new normal era can be a momentum for developing digital literation, one of the example is through
science learning. This research is classified as literature study. The writer studied some of the literature
which are related with digital literation and science learning. The result of the study stated that digital
literation can be developed by science learning through some ways like guiding students to find infor-
mation resources in digital platform which are related to science learning and also teaching students
using science learning application by online. In digital literation development, the role of teacher are as
developer, digital system user, trainer and facilitator. On the other hand, digital literation development
also can grow the nation’s character values such as independence, curiosity, hard work, discipline and
tolerance.
Keywords: Literations, Digital, Science Learning, New Normal

PENDAHULUAN bangkan di berbagai tempat, misalnya di Eropa


disebut dengan revolusi industri 4.0, Asia meng-
Dunia saat ini telah memasuki era Society
gunakan istilah smart cities dan Amerika Utara
5.0. Era ini didefinisikan sebagai era konsep te-
menggunakan istilah industrial internet (Hen-
knologi masyarakat yang berpusat pada manu-
darsyah, 2019, p.176). Pada era ini, penguasaan
sia yang berkolaborasi dengan system teknologi
sistem teknologi virtual dan nyata akan menjadi
(Artificial Intelligent dan Internet of Things) untuk
tolok ukur kemajuan seorang individu dan se-
menyelesaikan masalah sosial yang terintegra-
buah bangsa. Perkembangan teknologi dan in-
si dalam dunia maya dan dunia nyata (Rouf,
formasi sangat pesat dan tak terprediksi. Oleh
2019, p.910). Konsep ini awalnya berkembang
karena itu, setiap individu diharapkan mampu
di Jepang. Konsep Society 5.0 ini sebenarnya ti-
beradaptasi dengan cepat terhadap perkemban-
dak jauh berbeda dengan konsep yang dikem-
gan tersebut agar bisa menjadi ‘pemenang” di

1
Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0
Banjarmasin, 04 Agustus 2020
ISBN : 978-623-96195-0-3

era ini. ini tentunya berdampak pada perubahan pola


Pada era Society 5.0, literasi merupakan ke- pembelajaran siswa, termasuk juga pembelaja-
butuhan utama bagi setiap manusia untuk me- ran IPA. Pada pertengahan Juni 2020, telah ter-
menuhi kebutuhan hidupnya (Anggraeni, Fauz- bit surat keputusan bersama (SKB) lima menteri
iyah, & Fahyuni, 2019, p.190). Salah satu literasi terkait pelaksanaan era New Normal. Era New
yang penting dikembangkan di era Society 5.0 Normal adalah era masyarakat menjalankan akti-
adalah literasi digital. Literasi digital merupa- vitas secara normal di tengah pandemi Covid-19
kan ketertarikan, sikap dan kemampuan indi- dengan tetap berpedoman pada protokol kese-
vidu dalam menggunakan teknologi digital dan hatan. Salah satu isi SKB lima menteri tersebut
alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, adalah berkaitan dengan pendidikan. Dalam
mengintegrasikan, menganalisis dan mengeval- SKB tersebut dijelaskan bahwa satuan pendi-
uasi informasi, membangun pengetahuan baru, dikan yang berada di zona kuning dan merah
membuat dan berkomunikasi dengan orang lain Covid-19 melaksanakan kegiatan pembelajaran
agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam dengan konsep pembelajaran berbasis virtual
masyarakat (Setyaningsih, Abdullah, Prihan- atau yang dikenal dengan pembelajaran daring.
toro, & Hustinawaty, 2019, p.1203). Terdapat dua Pembelajaran daring ini dapat dijadikan mo-
alasan terkait pentingnya literasi digital dikem- mentum untuk mengembangkan literasi digital
bangkan di era Society 5.0. Pertama, di era Society melalui pembelajaran IPA.
5.0 informasi dapat diperoleh dalam waktu yang
cepat dan sudah terdigitalisasi dan terkomputa- METODE PENELITIAN
si oleh kemajuan teknologi (Anggraeni et al.,
2019, p.191). Kedua, tantangan di era ini adalah Penelitian ini termasuk studi kepustakaan.
penyalanggunaan big data dan tingginya cyber Studi kepustakaan merupakan studi yang
crime yang dapat mengganggu kestabilan sosial dilakukan oleh penulis untuk mencari dasar pi-
di masyarakat sehingga diperlukan kompetensi jakan serta memperoleh dan membangun lan-
literasi digital untuk menjaga stabilitas sosial di dasan teori, kerangka berpikir dan menentukan
masyarakat (Istiqomah, 2018, p.10). dugaan sementara (Darmadi, 2011) Data yang
dikumpulkan adalah data sekunder. Peneliti
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada
mengeksplorasi berbagai literatur seperti buku,
hakekatnya dipandang sebagai produk, proses
jurnal dan sumber lainnya yang berkaitan den-
dan prosedur. Sebagai proses diartikan semua
gan literasi digital, pembelajaran IPA dan era
kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan peng-
New Normal. Data tersebut kemudian dianali-
etahuan tentang alam maupun untuk menemu-
sis dengan teknik analisis isi. Teknis analisis isi
kan pengetahuan baru. Sebagai produk diarti-
adalah analisis ilmiah terhadap isi suatu pesan
kan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan
atau literatur (Supadmini, Wijaya, & Larashanti,
yang diajarkan dalam sekolah atau di luar se-
2020, p.79).
kolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan
adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang Hakikat IPA
lazim disebut metode ilmiah (Trianto, 2010,
p.110). Oleh karena itu, pembelajaran IPA hen- Pada hakekatnya, IPA dipandang sebagai
daknya mengakomodasi kegiatan ilmiah. Dalam proses, sebagai produk dan sebagai aplikasi.
kegiatan ilmiah tersebut, tentunya diperlukan Sebagai proses, IPA diartikan semua kegiatan
proses eksplorasi informasi mengenai perkem- ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
bangan produk-produk IPA. Informasi tentang tentang alam maupun untuk menemukan pen-
perkembangan produk IPA saat ini tersedia getahuan baru. Sebagai produk, IPA diartikan
dalam bentuk digital dan dapat diakses secara sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang
luas melalui internet. Dengan demikian, dapat diajarkan dalam sekolah atau di luar seko-
dinyatakan bahwa kompetensi literasi digital lah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran
sangat dibutuhkan untuk mensukseskan proses pengetahuan. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA
pembelajaran IPA. akan melahirkan teknologi yang dapat mem-
beri kemudahan bagi kehidupan (Trianto, 2010,
Saat ini seluruh masyarakat dunia sedang
p.110).
dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19. Hal

2
Seminar Nasional Kolaborasi
PGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat
ISBN: 978-623-96195-0-3

Ada tiga komponen yang menjadi batasan informasi dalam kegiatan pembelajaran, maka
dalam sains yaitu : 1) kumpulan konsep, prin- akan terjadi pergeseran paradigma pembelaja-
sip, teori dan hukum ; 2) proses ilmiah dan 3) ran yang semula pembelajaran berpusat pada
sikap kerja keras, jujur, keteguhan hati dan rasa guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada
ingin tahu tentang fenomena alam. Ketiga kom- siswa, (2) model pembelajaran yang terintegrasi
ponen tersebut harus dimiliki oleh setiap indi- dengan teknologi informasi merupakan model
vidu agar bisa disebut sebagai saintis (Mariana pembelajaran yang aktif dan kolaboratif dan (3)
& Praginda, 2009, p.19). Seorang saintis dalam pembelajaran yang berbasis teknologi informa-
proses penemuan dan pembaharuan ilmu sains si dapat meningkatkan motivasi, keterampilan
melalui sebuah metode yang dikenal dengan dan struktur berpikir (Sutrisno, 2011, p.132).
metode ilmiah. Dalam metode ilmiah, seorang Kehadiran teknologi informasi dalam pembe-
saintis akan menemukan masalah, mempredik- lajaran IPA memberikan peranan penting yaitu
si penyelesaian masalah, melakukan eksplora- sebagai ; (1) pendukung kegiatan inkuiri melalui
si dan menghasilkan kesimpulan berupa pro- simulasi kegiatan praktikum kimia di laboratori-
duk sains. Dalam melaksanakan metode ilmiah um dan (2) memberikan visualisasi tentang kon-
tersebut, tentunya harus disertai dengan karak- sep kimia yang abstrak atau mikroskopis (Kirna,
ter positif misalnya jujur, kerja keras, teliti dan 2010, p. 214).
tekun.
Pembelajaran IPA di Indonesia menurut Literasi Digital
Kurikulum 2013 dilangsungkan pada jenjang
sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama Organisasi UNESCO mengidentifikasi
(SMP) serta sekolah menengah atas dan kejuru- bahwa terdapat 7 (tujuh) literasi yang dibutuh-
an (SMA/SMK). Di jenjang SD, pembelajaran kan dalam abad ke-21 yaitu literasi dasar, literasi
IPA terintegrasi dengan pelajaran tematik pada visual, literasi media, literasi komputer, literasi
kelas IV – VI. Pada jenjang SMP, pembelajaran kultural, literasi digital dan literasi jaringan. Lit-
IPA mendapat alokasi waktu 5 jam pelajaran per erasi digital merupakan kemampuan individu
minggunya sedangkan pada jenjang SMA pem- dalam memahami dan memanfaatkan informasi
belajaran IPA dilakukan secara terpisah yaitu yang bersumber dari berbagai sistem komputa-
berupa pelajaran Biologi, Fisika dan Kimia (Wi- si digital (Anggraeni et al., 2019, p.194). Literasi
jaya, 2018, p.30). Jika direnungkan, maka pembe- digital dapat ditinjau dari tiga perspektif. Perta-
lajaran IPA hendaknya mengakomodasi hakekat ma, literasi digital merupakan akuisisi dari ket-
IPA yaitu sebagai produk, proses dan sikap. erampilan-keterampilan yang berkembang pada
Pembelajaran IPA hendaknya dilakukan dengan abad ke-21. Kedua, literasi digital merupakan
pendekatan konsep, pendekatan keterampilan bagian dari keterampilan berpikir. Ketiga mer-
proses sains dan pendekatan lingkungan (Susi- upakan ikatan erat dalam praktek dan budaya
wi, 2007, p.6). Pendekatan konsep bertujuan digital (Mardina, 2017, p.7). Terdapat delapan
agar siswa memahami konsep IPA secara utuh elemen esensial dalam mengembangkan ke-
dan bisa menerapkannya dalam kehidupan se- mampuan literasi digital yaitu ; a) Kultural yaitu
hari-hari. Pendekatan keterampilan proses sains pemahaman atau budaya para pengguna sistem
dilakukan untuk melatih aspek psikomotor komputasi digital ; b) kognitif yaitu kemampuan
siswa dalam bidang IPA misalnya mengamati, berpikir terkait isi konten digital ; c) Konstruktif
berhipotesis, merancang percobaan mempredik- yaitu kemampuan individu dalam membangun
si dan menyimpulkan. Pendekatan lingkungan atau merancang sesuatu yang kekinian ; d) Ko-
adalah proses pembelajaran IPA yang meng- munikatif, yaitu kemampuan dalam berkomu-
gunakan lingkungan sebagai sumber dan me- nikasi dalam jejaring digital ; e) Percaya diri ; f)
dia belajar. Harapannya adalah siswa memiliki Kreatif yaitu kemampuan dalam membuat ses-
sikap positif terhadap lingkungan. uatu yang inovatif ; g) Kritis, yaitu kemampuan
menyikapi dan mempercayai isi dari konten dig-
Pembelajaran IPA hendaknya beradap-
ital dan h) Bertanggung jawab dalam menggu-
tasi dengan perkembangan teknologi informa-
nakan konten digital (Bawden, 2001, p.22). Ter-
si. terdapat beberapa alasan yang mendasari
dapat tujuh tingkatan berkaitan dengan literasi
perlunya mengintegrasi teknologi informasi
digital yaitu sebagai berikut :
ke dalam kegiatan pembelajaran IPA. Alasan
tersebut, yaitu : (1) dengan hadirnya teknologi Literasi Informasi : kemampuan individu
untuk mencari, menggunakan dan mengelola

3
Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0
Banjarmasin, 04 Agustus 2020
ISBN : 978-623-96195-0-3

informasi yang tersedia dalam sistem digital. f. Media Literacy : kemampuan individu untuk
a. Digital Scholarship : kemampuan individu menyaring dan memilah berbagai informasi
untuk menggunakan sistem digital dalam yang tersedia pada media-media digital (Ste-
berbagai kegiatan akademik seperti peneli- fany, Nurbani, & Badarrudin, 2017, p.15).
tian dan kegiatan akademik lainnya.
b. Learning Skills : kemampuan individu untuk Pengembangan Literasi Digital Melalui
menggunakan sistem digital sebagai sarana Pembelajaran IPA
belajar dengan tim. Seperti yang sudah dipaparkan sebelum-
c. ICT Literacy : kemampuan individu untuk nya bahwa literasi digital dapat dikembangkan
mengelola perangkat lunak yang tersedia melalui pembelajaran IPA. Hal itu dikarenakan
dalam sistem digital. pada pembelajaran IPA siswa mencari berb-
d. Manajemen privasi : kemampuan individu agai sumber informasi untuk menemukan dan
untuk mengelola dan menjaga data pribadi- membuktikan kebenaran produk-produk IPA.
nya yang disimpan dalam sistem digital. Terlebih lagi saat ini di era New Normal pembela-
jaran IPA dilaksanakan secara daring. Pengem-
e. Communication dan Collaboration : kemam-
bangan komponen literasi digital melalui pem-
puan individu untuk berkomunikasi dan
belajaran IPA dapat dilihat pada Tabel 1
bekerjasama dengan individu lainnya
melalui sistem digital.

Tabel 1. Pengembangan Literasi Digital Melalui Pembelajaran IPA


No Komponen Literasi Kegiatan Pembelajaran IPA
Digital
1 Literasi Informasi a. Guru menyajikan sebuah permasalahan yang berkaitan den-
gan IPA kemudian menyarankan kepada siswa untuk men-
cari literatur di internet untuk menjawab permasalahan yang
diberikan.
b. Guru memberikan strategi kepada siswa terkait cara mendapa-
tkan informasi yang dibutuhkan.
2 Digital Scholarship Guru memberikan tugas IPA berupa penelitian sederhana atau
proyek tertentu dengan menggunakan literatur digital sebagai
referensi utama.
3 Learning Skills Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA mulai dari per-
encanaan, pelaksanaan dan evaluasi menggunakan sistem digital.
Misalnya menginformasikan rencana pembelajaran kepada siswa
melalui WhatsApp Group, melaksanakan pembelajaran melalui ap-
likasi meeting online seperti Zoom, Google Meet dan aplikasi meet-
ing online lainnya. Evaluasi pembelajaran menggunakan aplikasi
Quiziz, Kahoot, Google form dan aplikasi lainnya
4 ICT Literacy Guru melatih siswa menggunakan software yang bermanfaat
dalam pembelajaran misalnya mengunduh e-book tentang IPA,
menggunakan aplikasi meeting online, menggunakan aplikasi
evaluasi belajar online dan bagi pebelajar kimia guru bisa melatih
cara penggunaan aplikasi Chemsketch atau Chem Draw.
5 Manajemen Privasi Guru menyarankan siswa dalam menyetorkan tugas IPA melalui
saluran yang bersifat privasi misalnya ke email guru, melalui ap-
likasi media sosial sehingga melatih siswa untuk menjaga privasi.
6 Communication and Col- Guru melatih siswa cara berkomunikasi melalui aplikasi meeting
laboration online dan memberikan tugas kelompok tentang IPA
7 Media Literacy Guru mendidik siswa untuk membiasakan mencari informasi
berkaitan dengan IPA pada saluran digital yang valid dan actual
misalnya e-book, jurnal, situs resmi dan melarang siswa menggu-
nakan sumber referensi yang penulisnya tidak jelas dan diragu-
kan kebenarannya.

4
Seminar Nasional Kolaborasi
PGSD, Magister Manajemen Pendidikan, PG PAUD, dan Magister PG PAUD Universitas Lambung Mangkurat
ISBN: 978-623-96195-0-3

Literasi digital menunjang perkembangan tentunya harus menggunakan dan mem-


keterampilan IPA. Misalnya dalam menemukan pelajari terlebih dahulu sistem digital yang
masalah dan mengeksplorasi sumber untuk pe- akan digunakan.
mecahan masalah memerlukan keterampilan lit- c. Sebagai pelatih. Guru diharapkan mampu
erasi informasi, learning skills, dan media literacy. melatih siswa menggunakan sistem digital
Demikian halnya ketika menyimpulkan sebuah yang bermanfaat untuk proses pembelajaran
permasalahan, siswa diharapkan memiliki salah siswa.
satu kemampuan dalam aspek literasi yaitu
d. Sebagai fasilitator. Guru harus mampu mem-
communication and collaborative. Selain itu, as-
fasilitasi siswa mengalami kesulitan dalam
pek-aspek literasi digital juga turut menunjang
belajar menggunakan sistem digital .
pengembangan karakter sainstis yaitu tekun dan
kerja keras. Pada 7 (tujuh) tingkatan literasi digital
dapat dikembangkan pula nilai-nilai karakter
Dalam melaksanakan pembelajaran IPA
bangsa. Saat ini pemerintah telah mencetuskan
untuk pengembangan literasi digital, maka
sebanyak delapan belas nilai karakter yang wa-
diperlukan peran guru. Peran guru antara lain
jib ditanamkan kepada peserta didik yaitu re-
sebagai :
ligius, gemar membaca, peduli lingkungan, ju-
a. Sebagai pengembang. Guru diharapkan jur, kreatif, demokratis, mandiri, disiplin, kerja
mampu merancang pembelajaran yang mel- keras, rasa ingin tahu, cinta tanah air, semangat
atih siswa untuk berinteraksi dengan sistem kebangsaan, bersahabat, cinta damai, peduli so-
digital sehingga bisa mengasah literasi digi- sial, tanggung jawab, toleransi dan menghargai
tal siswa. prestasi. Nilai karakter yang terkandung dalam
b. Sebagai pengguna sistem digital. Guru sebe- komponen literasi digital disajikan pada Tabel 2
lum mengajar menggunakan sistem digital,

Tabel 2. Nilai Karakter pada Komponen Literasi Digital


No Komponen Literasi Digital Karakter yang Dikembangkan
1 Literasi Informasi Mandiri, rasa ingin tahu dan gemar membaca
2 Digital Scholarship Kerja keras, gemar membaca, kreatif dan rasa ingin tahu.
3 Learning Skills Disiplin, rasa ingin tahu, gemar membaca dan kerja keras
4 ICT Literacy Rasa ingin tahu, mandiri dan kerja keras
5 Manajemen Privasi Toleransi, peduli sosial dan tanggung jawab
6 Communication and Collaboration Semangat kebangsaan, bersahabat dan cinta damai
7 Media Literacy Mandiri, rasa ingin tahu dan gemar membaca, jujur dan
peduli lingkungan

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Pengembangan literasi digital bisa dilaku- Anggraeni, H., Fauziyah, Y., & Fahyuni, E.
kan melalui pembelajaran IPA. Hal itu dikare- F. (2019). Penguatan Blended Learning
nakan pada pembelajaran IPA siswa melakukan Berbasis Literasi Digital Dalam
penelusuran informasi secara digital untuk men- Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Al-
emukan, mendukung atau menyanggah produk Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 9(2).
IPA. Ketujuh komponen literasi digital dapat Bawden, D. (2001). Information and digital
dikembangkan melalui proses pembelajaran literacies: a review of concepts. Journal of
IPA. Dalam pengembangan literasi digital guru Documentation, 57(2), 218–259.
berperan sebagai pengembang, pengguna sistem
Hendarsyah, D. (2019). E-Commerce di
digital, pelatih dan fasilitator. Pengembangan
Era Industri 4.0 dan Society 5.0.
literasi digital juga mendukung pengembangan
IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi
nilai karakter peserta didik.
Kita, 8(2), 171–184.
Istiqomah. (2018). Pembelajaran dan Penilaian High
Order Thinking Skills. Surabaya: Pustaka
Media Guru.

5
Tema : Redesain Pendekatan Manajemen Sekolah dan Pembelajaran di Era Masyarakat 5.0
Banjarmasin, 04 Agustus 2020
ISBN : 978-623-96195-0-3

Kirna, I. M. (2010). Pengaruh Penggunaan Stefany, S., Nurbani, & Badarrudin. (2017).
Hypermedia dalam Pembelajaran Literasi Digital Dan Pembukaan Diri: Studi
Menggunakan Strategi Siklus Belajar terhadap Korelasi Penggunaan Media Sosial Pada
Pemahaman dan Aplikasi Konsep Kimia Pelajar Remaja di Kota Medan. Sosioglobal
Siswa SMP yang Memiliki Dua Gaya Belajar Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi,
Berbeda. Universitas Negeri Malang. 2(1), 8–31.
Mardina, R. (2017). Literasi Digital Bagi Generasi Supadmini, N. K., Wijaya, I. K. W. B., &
Digital Natives. Prosiding Seminar Nasional Larashanti, I. A. D. (2020). Implementasi
Perpustakaan & Pustakawan Inovatif Model Pendidikan Lingkungan UNESCO
Kreatif Di Era Digital, 340–352. Surabaya: Di Sekolah Dasar. Cetta  : Jurnal Ilmu
Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendidikan, 3(1), 77–83.
Mariana, I. M. A., & Praginda, W. (2009). Hakekat Susiwi. (2007). Pendekatan Pembelajaran dalam
IPA dan Pendidikan IPA. Bandung: P4TK Pembelajaran Kimia. Bandung: Universitas
IPA. Pendidikan Indonesia.
Rouf, A. (2019). Reaktualisasi dan Kontekstualisasi Sutrisno. (2011). Pengantar Pembelajaran Inovatif
Kearifan Lokal dengan Manhaj Global: Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Upaya menjawab problematika dan Jakarta: Gaung Persada Press.
tantangan pendidikan di era Society Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu.
5.0 dan Revolusi Industri 4.0. Prosiding Jakarta: PT Bumi Aksara.
Seminar Nasional Pascasarjana UNNES,
Wijaya, I. K. W. B. (2018). Strategi Penanaman
910–914. Semarang: Program Pascasarjana
Taksonomi Pembelajaran IPA Pada Siswa
Universitas Negeri Semarang.
Sekolah Dasar (SD) Untuk Membentuk
Setyaningsih, R., Abdullah, Prihantoro, E., & Generasi Literasi Sains. Adi Widya, 3(1),
Hustinawaty. (2019). Model Penguatan 30–36.
Literasi Digital Melalui Pemanfaatan
E-Learning. Jurnal ASPIKOM, 3(6), 1200–
1214.

Anda mungkin juga menyukai