Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN


MEDIA TIK TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX
SMP NASIONAL DENPASAR TAHUN AJARAN 2014/2015
Ketut Dedi Juniadi, Nyoman Dantes, Gede Rasben Dantes

Jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {dedi.juniadi, nyoman.dantes, rasben.dantes}@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pembelajaran
kontekstual berbantuan media TIK terhadap hasil belajar IPA ditinjau dari motivasi belajar
siswa kelas IX SMP Nasional Denpasar tahun pelajaran 2014/2015, Sampel penelitian
ini berjumlah 104 orang dipilih menggunakan teknik Random Sampling. Rancangan
eksperimen dilakukan dengan Post test Only Control Group Design. Data dikumpulkan
dengan kuesioner untuk variabel motivasi belajar dan tes untuk variabel hasil belajar IPA.
Data yang diperoleh dianalisis dengan anava dua jalan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
pembelajaran kontekstual berbantuan media TIK dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IX SMP Nasional Denpasar; (2) Terdapat pengaruh
interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA; (3)
Pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara siswa yang mengikuti pembelajaran; kontekstual berbantuan media TIK dan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional dan (4) Pada siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti
pembelajaran kontekstual berbantuan media TIK dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IX SMP Nasional Denpasar.

Kata Kunci: Hasil Belajar IPA, Media TIK, Model Belajar Konvensional, Motivasi Belajar,
Pembelajaran Kontekstual

Abstract
This study aims at discovering and analyzing the effect of contextual teaching assisted
with ICT media on science learning achievement viewed from learning motivation of ninth
grade students of SMP Nasional Denpasar in academic year 2014/2015. The sample of
this research were 104 students who were selected by using ransom sampling technique.
This research used Post-test Only Control Group Design. The data were collected by
using questionnaires for learning motivation and test for science learning achievement.
The collected data were analyzed by using Two-way ANOVA. The research findings
show that: (1) there is a difference of science learning achievement between ninth grade
students of SMP Nasional Denpasar who were following contextual teaching assisted
with ICT media and students who were following conventional teaching model; (2) there is
an interactional effect between teaching models and learning motivation on science
learning achievement; (3) for students with high learning motivation, there is a different in
learning achievement between students who were following contextual teaching assisted
with ICT media and students who were following conventional teaching model; and (4) for
students with low learning motivation, there is a difference of science learning
achievement between students of class IX SMP Nasional Denpasar who were following
contextual teaching assisted with ICT media and students who were following
conventional teaching model.

Keywords: contextual teaching, conventional teaching model, ICT media, learning


motivation, and science learning achievement.

1
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

PENDAHULUAN bereksperimen. Pembelajaran IPA


IPA merupakan salah satu mata berlangsung dengan hanya menyangkut
pelajaran utama dalam kurikulum substansi, tanpa mengembangkan
pendidikan dasar di Indonesia. IPA adalah kemampuan melakukan yang
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh berhubungan dengan proses-proses
sebagian besar peserta didik, mulai dari mental seperti penalaran dan sikap ilmiah.
jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Pembelajaran di SMP cendrung
Menengah Atas. Apabila melihat fakta di monoton dan kurang terkait dengan
lapangan, para siswa sangat pandai kehidupan sehari-hari siswa.
menghafal, tetapi kurang terampil dalam Pembelajaran cendrung abstrak dan
mengaplikasikan pengetahuan yang dengan metode ceramah sehingga
dimilikinya. Hal ini mungkin terkait dengan konsep – konsep akademik kurang bias
kecenderungan menggunakan hafalan atau sulit dipahami. Sementara itu
sebagai wahana untuk menguasai ilmu kebanyakan guru dalam mengajar masih
pengetahuan, bukan kemampuan berpikir. kurang memperhatikan kemampuan
Tampaknya pendidikan IPA di Indonesia berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak
lebih menekankan pada abstract melakukan pengajaran bermakna, metode
conceptualization dan kurang yang digunakan kurang bervariasi, dan
mengembangkan active experimentation, sebagai akibatnya motovasi belajar siswa
padahal seharusnya keduanya seimbang menjadi sulit ditumbuhkan dan pola
secara proporsional (Darliana, 2005). belajar cendrung menghapal dan
Tujuan pembelajaran IPA adalah mekanistis. Mencermati hal tersebut di
agar siswa mampu memahami dan atas, sudah saatnya untuk dilakukan
menguasai konsep-konsep IPA serta pembaharuan, inovasi ataupun gerakan
keterkaitan dengan kehidupan nyata. perubahan pemikiran dalam upaya
Siswa juga mampu menggunakan mtode mencapai tujuan pendidikan. Dalam
ilmiah untuk memecahkan masalah yang pembelajaran IPA guru hendaknya
dihadapinya, sehingga lebih menyadari memilih metode maupun strategi
dan mencintai kebesaran serta kekuasaan pembelajaran yang tepat guna
penciptanya (Sumaji 1998:35). Namun, mengoptimalkan potensi siswa. Upaya –
keadaan dilapangan belumlah sesuai upaya guru dalam mengatur dan
dengan yang diharapkan. Meski adanya memperdayakan berbagai variable
peningkatan mutu pendidikan yang cukup pembelajaran, merupakan bagian penting
mengembirakan, namum pembelajaran dalam keberhasilan siswa mencapai
dan pemahaman siswa SMP (pada tujuan yang direncanakan. Karena itu
beberapa materi pelajaran–termasuk IPA) pemilihan metode, strategi, pendekatan
menunjukan hasil yang kurang dan model pembelajaran guna
memuaskan. tercapainya iklim pembelajaran aktif yang
Kegiatan pembelajaran di sekolah bermakna adalah tuntutan yang mesti
pada umumnya dewasa ini cenderung dilakukan oleh para guru. Pemilihan
monoton dan tidak menarik, sehingga pendekatan pembelajaran yang akan
beberapa pelajaran ditakuti dan selalu digunakan dalam pembelajaran,
dianggap sulit oleh siswa, contohnya IPA. merupakan upaya guru untuk
Hal ini ditunjukkan oleh adanya korelasi merencanakan dan melaksanakan
positif dengan rata-rata nilai raport siswa berbagai alternatif pembelajaran IPA yang
pada pelajaran IPA yang masih rendah. hendak disampaikan dan selaras dengan
Beberapa penyebabnya adalah tingkat kognitif, afektif dan psikomotorik
pembelajaran di sekolah khususnya IPA, peserta didik jenjang SMP.
lebih menekankan pada aspek kognitif Pembelajaran IPA hendaknya
dengan menggunakan hafalan dalam dimulai dengan pengenalan masalah yang
upaya menguasai ilmu pengetahuan, sesuai dengan situasi (contextual
bukan mengembangkan keterampilan problem). Dengan mengajukan masalah
berpikir siswa, mengembangkan kontekstual, peserta didik secara bertahap
aktualisasi konsep dengan diimbangi dibimbing untuk menguasai konsep IPA.
pengalaman konkret dan aktivitas Untuk meningkatkan keefektifan

2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

pembelajaran, sekolah diharapkan Seiring dengan berkembangnya


menggunakan teknologi dan komunikasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
seperti computer, alat peraga, atau media berkembang pula jenis – jenis media
lainnya. (Permendiknas No.22 tahun pembelajaran yang lebih menarik dan dapt
2006). digunakan baik disekolah maupun di
Berdasarkan hal tersebut, perlu rumah. Salah satunya adalah media
adanya suatu pendekatan pembelajaran pembelajaran yang berbasis Teknologi
yang langsung mengaitkan materi konteks Informasi Komunikasi (TIK). Penggunaan
pelajaran dengan pengalaman nyata media pembelajaran yang berbasis TIK
dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan dapat digunakan sebagai alternatif
pembelajaran tersebut adalah pendekatan pemilihan media pembelajaran IPA yang
kontekstual atau Contextual Teaching and cukup mudah untuk dilaksakan. Hal ini
Learning (CTL). Pada pendekatan ini guru dikarenakan akhir – akhir ini di lingkungan
tidak mengharuskan siswa menghafalkan akademis atau pendidikan penggunaan
fakta-fakta tetapi guru hendaknya media pembelajaran yang berbasi TIK
mendorong siswa untuk mengkonstruksi bukan merupakan hal yang baru lagi dan
pengetahuan di benak mereka sendiri. dapat digunakan dalam kegiatan
Selain itu, guru juga harus berusaha pembelajaran baik di sekolah maupun di
membuat siswa ikut terlibat dalam rumah.. penggunaan media pembelajaran
pembelajaran. Dengan demikian, melalui IPA yang berbasis TIK memungkinkan
pembelajaran Kontekstual siswa digunakan di rumah karena media ini
diharapkan belajar malaui “mengalami” sudah bukan merupakan barang mewah
bukan menghafal. Pendekatan kontekstual lagi dan dapat digunakan rumah maupun
akan menghasilkan siswa yang inovatif di warnet.
serta mempunyai kecakapan hidup (life Jadi salah satu fungsi media
skill). Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran IPA adalah untuk
kontekstual memfokuskan siswa sebagai meningkatkan motivasi belajar siswa.
pebelajar yang aktif (student centered). Sedangkan motivasi dapat mengarahkan
Pendekatan kontekstual atau kegiatan belajar, membesarkan semangat
Contextual Teaching and Learning (CTL) belajar juga menyadari siswa tentang
merupakan konsep belajar yang proses belajar dan hasil belajar. Sehingga
membantu guru mengaitkan antara materi dengan meningkatnya motivasi belajar
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dapat meningkatkan hasil
siswa dan mendorong siswa membuat belajarnya pula ( Dimyati,1994:78-79 ).
hubungan antara pengetahuan yang Disadari bahwa dalam pembelajaran, hasil
dimilikinya dengan penerapannya dalam belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
kehidupan mereka sebagai anggota eksternal saja, tetapi juga faktor internal
keluarga dan masyarakat (Trianto, siswa. Dantes (2008: 36) menyebutkan
2008:10). Dengan konsep ini, hasil bahwa proses belajar dipengaruhi oleh
pembelajaran diharapkan lebih bermakna dua faktor, yaitu: faktor internal dan faktor
bagi siswa. eksternal atau pengaruh interaksi antara
Selain itu pemilihan media yang kedua faktor tersebut. Dari pandangan ini
tepat juga sangat memberikan peranan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
dalam pembelajaran. Seiring dengan berupa perubahan tingkah laku, sebagai
berkembangnya ilmu dan teknologi, variabel tergantung dari pembelajaran
berkembang pula berbagai media keberadaannya dipengaruhi oleh
pembelajaran yang lebih menarik minat karakteristik pebelajar (siswa). Sejalan
dan perhatian siswa. Pemilihan media dengan pemikiran ini, tampaknya
pembelajaran hendaknya dilakukan guru perubahan tingkah laku berupa hasil
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai belajar sebagai variabel sangat
lebih optimal. Untuk itu diperlukan suatu dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa,
media pembelajaran yang dapat lebih baik itu motivasi intrinsik maupun motivasi
menarik perhatian dan minat siswa tanpa ekstrinsik. Dalam proses pembelajaran
mengurangi fungsi media pembelajaran motivasi sangatlah diperlukan, sebab
secara umum. biasanya seseorang yang tidak

3
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

mempunyai motivasi belajar tidak akan motivasi belajar. Dalam penelitian


melakukan aktifitas belajar dengan efektif. eksprimen ini, secara garis besar ada tiga
Selain itu, dalam proses pembelajaran variabel yang merupakan gejala yang
sangat penting karena motivasi belajar bervariasi yang menjadi obyek penelitian
pada dasarnya terkait dengan dorongan yaitu pembelajaran kontekstual
untuk berpartisipasi dalam kegiatan atau berbantuan media TIK dan model
proses belajar mengajar. konvensional sebagai variabel bebas,
Bertitik tolak dari latar belakang hasil belajar IPA sebagai variabel terikat,
masalah tersebut di atas, diduga dengan dan motivasi belajar sebagai variabel
memberikan pembelajaran kontekstual moderator yang dibedakan menjadi
berbantuan media TIK di SD gugus empat motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar
Kecamatan Gianyar, akan memberikan rendah. dengan demikian, desain analisis
pengaruh yang berbeda terhadap hasil adalah faktorial 2 x 2 karena setiap faktor
belajar IPA siswa. Oleh sebab itu untuk dalam penelitian ini menggunakan
mengetahui seberapa besar pengaruh 2 kategori ( Suryabrata, 2006).
pembelajaran kontekstual berbantuan Populasi dalam penelitian ini
media TIK terhadap hasil belajar IPA adalah seluruh siswa Kelas IX SMP
siswa, peneliti melakukan penelitian Nasional Denpasar tahun pelajaran
tentang ”Pengaruh Pembelajaran 2014/2015, yang tersebar menjadi 5 (lima)
Kontekstual Berbantuan Media TIK kelas. Pengambilan sampel menggunakan
Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari teknik random sampling. Langkah-langkah
Motivasi Belajar Siswa Kelas IX SMP yang dilaksanakan adalah dari lima kelas
Nasional Denpasar Tahun Ajaran dipilih empat kelas sebagai kelompok
2014/2015”. eksperimen dan kelompok kontrol dengan
Secara rinci, tujuan penelitian ini random sampling. Kemudian dipilih dua
adalah : 1) Untuk mengetahui perbedaan kelas sebagai kelompok eksperimen dan
hasil belajar IPA antara siswa yang dua kelas sebagai kelompok kontrol
mengikuti pembelajaran dengan dengan menggunakan lottery. Setelah
pembelajaran kontekstual berbantuan dilakukan lottery didapatkan dua kelas
media TIK dan siswa yang mengikuti yang masing-masing akan diberlakukan
pembelajaran dengan model sebagai kelompok eksperimen ( kelas
konvensional; 2) Untuk menganalisis yang mengikuti pembelajaran dengan
pengaruh interaksi antara model pembelajaran kontekstual berbantuan
pembelajaran dan motivasi belajar media TIK ) dan dua kelas lainnya
terhadap hasil belajar IPA; 3) Untuk dijadikan kelompok kontrol (kelas yang
mengetahui perbedaan hasil belajar IPA mengikuti pembelajaran dengn model
antara siswa yang mengikuti konvensional).
pembelajaran dengan pembelajaran Berdasarkan pengundian,
kontekstual berbantuan media TIK dan diperoleh kelas kelas IX A dan IX B
siswa yang mengikuti model konvensional, sebagai kelompok eksperimen,
pada siswa yang memiliki motivasi belajar sedangkan IX C dan IX D orang sebagai
tinggi, dan 4) Untuk mengetahui kelompok kontrol dengan jumlah sampel
perbedaan hasil belajar IPA antara siswa sebesar 160 orang. Dari sampel tersebut
yang mengikuti pembelajaran dengan akan diambil 33% motivasi belajar tinggi
pembelajaran dengan pembelajaran dan 33 % motivasi belajar rendah
kontekstual berbantuan media TIK dan sehingga jumlah sampel menjadi 104
siswa yang mengikuti model konvensional, orang.
pada siswa yang memiliki motivasi belajar Data yang dikumpulkan dalam
rendah. penelitian ini adalah data tentang hasil
belajar IPA siswa yang dikumpulkan
METODE dengan tes hasil belajar IPA yang
Penelitian ini menggunakan diperoleh pada akhir perlakuan serta data
pendekatan kuasi eksperimen dengan tentang motivasi belajar siswa yang
rancangan “post test only control group diperoleh dengan kuesioner motivasi
design” dan melibatkan kovariat belajar.

4
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

Untuk memenuhi kualitas isinya, Uji normalitas dilakukan terhadap 6


terlebih dahulu dilakukan expert kelompok data. Untuk mengetahui
judgment oleh dua pakar guna normalitas data mengunakan statistik
mendapatkan kualitas instrumen yang Kolmogrov-Smirnov Test dan Shapiro-
baik. setelah itu dilakukan uji coba untuk Wilks Test menggunakan bantuan
mengetahui kesahihan (validitas dan program SPSS v.16.00. Sedangkan
keterandalan (reliabilitas) dengan bantuan pengujian homogenitas varians
program Microsoft Excel. menggunakan uji digunakan uji Bartlet.
Dari hasil uji validitas isi tes hasil Berdasarkan uji normalitas data,
belajar IPA diperoleh semua butir relevan diperoleh hasil bahwa semua data skor
dengan nilai content validity sebesar 1,00. hasil belajar IPA berdistribusi normal
Dari hasil uji coba diperoleh nilai koefisien dengan harga p>0,05. Sedangkan untuk
korelasi pada rentangan -0,019 sampai pengujian homogenitas varians
0,681 sehingga 5 butir yang gugur dan 35 menggunakan uji levente. Berdasarkan
butir yang valid. Dilihat dari analisis tingkat perhitungan dengan menggunakan
kesukaran dan daya beda semuanya (35 program SPSS 16.0 for windows diperoleh
butir) memenuhi syarat (valid). Reliabilitas harga F-Levene’s sebesar 30,121 dan
tes hasil belajar IPA dengan 0,115 dengan p>0,05. Karena nilai p >
menggunakan KR-20 sebesar 0,913 0,05, maka keempat sel dinyatakan
dengan keterandalan yang sangat tinggi memiliki varians yang homogen sehingga
Validitas isi kuesioner motivasi layak dibandingkan.
belajar diperoleh semua butir kuesioner Teknik analisis data yang
motivasi belajar relevan dengan nilai digunakan untuk pengujian hipotesis
content validity sebesar 1,00. Dari 40 butir adalah teknik analisis varians (anava) dua
kuesioner yang diujicobakan terdapat 38 jalan dengan uji-F dengan bantuan
butir yang valid, kemudian dilakukan software SPSS – 16.00 for
perhitungan reliabilitas diperoleh koefisien windows pada signifikansi 0,05
sebesar 0,921.
Data penelitian ini dianalisis secara HASIL DAN PEMBAHASAN
bertahap, meliputi : deskripsi data, uji Rekapitulasi hasil penelitian
prasyarat, dan uji hipotesis. Uji prasyarat tentang hasil belajar IPA siswa dapat
yang dilakukan adalah uji normalitas dilihat seperti Tabel 1.
sebaran data, dan uji homogenitas
varians.

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil belajar IPA

Dari tabel 1, tampak bahwa rata- pelajaran dengan model konvensional


rata skor hasil belajar IPA siswa yang dengan rata-rata 23,788. Untuk rata-rata
mengikuti pelajaran dengan pembelajaran skor hasil belajar IPA siswa yang
dengan pembelajaran CTL berbantuan mengikuti pelajaran dengan pembelajaran
media TIK adalah 26,212 lebih tinggi pembelajaran CTL berbantuan media TIK
dibandingkan dengan rata-rata skor hasil memiliki motivasi belajar tinggi sebesar
belajar IPA siswa yang mengikuti 30,192 lebih tinggi daripada rata-rata skor

5
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

hasil belajar IPA siswa yang mengikuti mengikuti pelajaran dengan model
pelajaran dengan model konvensional konvensional memiliki motivasi belajar
memiliki motivasi belajar tinggi sebesar rendah sebesar 26,462.
21,115. Sedangkan, Untuk rata-rata skor Berdasarkan hasil pengujian
hasil belajar IPA siswa yang mengikuti hipotesis menggunakan analisis varians
pelajaran dengan pembelajaran dengan (ANAVA) dua jalan dengan dengan
pembelajaran CTL berbantuan media TIK bantuan program SPSS versi 16.00
memiliki motivasi belajar rendah sebesar diperoleh hasil seperti tabel 2, sebagai
22,231 lebih rendah daripada rata-rata berikut.
skor hasil belajar IPA siswa yang

Tabel 2. Ringkasan Analisis Varians Dua Jalur Hasil belajar IPA

Keterangan :
db : derajat kebebasan
JK : jumlah kuadrat
RJK : rerata kuadrat
*) : FHitung signifikan (p < 0,05)

Hasil uji hipotesis dalam penelitian maupun produk pendidikan, yang tentunya
ini menunjukkan bahwa : Pertama, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
berdasarkan tabel 1 dan 2, diperoleh hasil Selama ini proses belajar mengajar IPA
bahwa rata-rata skor hasil belajar IPA hanya menghafal fakta, prinsip, atau teori
siswa yang mengikuti pelajaran dengan saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu
pembelajaran dengan pembelajaran CTL model pembelajaran IPA yang lebih
berbantuan media TIK (A1) sebesar inovatif yang melibatkan siswa secara
26,212, sedangkan rata-rata skor hasil aktif dalam kegiatan pembelajaran.
belajar IPA siswa yang mengikuti Berdasarkan hal tersebut, perlu
pelajaran dengan model konvensional (A2) adanya suatu pendekatan pembelajaran
sebesar 23,788. Berdasarkan hasil yang langsung mengaitkan materi konteks
analisis varians dua jalan sebagaimana pelajaran dengan pengalaman nyata
disajikan pada Tabel 4.10, tampak bahwa dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
skor FAhitung = 17,755 (p < 0,05). pembelajaran tersebut adalah pendekatan
Jadi, terdapat perbedaan hasil belajar IPA kontekstual atau Contextual Teaching and
siswa antara siswa yang mengikuti Learning (CTL). Pada pendekatan ini guru
pembelajaran dengan pembelajaran CTL tidak mengharuskan siswa menghafalkan
berbantuan media TIK dan siswa yang fakta-fakta tetapi guru hendaknya
mengikuti pembelajaran dengan model mendorong siswa untuk mengkonstruksi
konvensional. pengetahuan di benak mereka sendiri.
Proses pembelajaran IPA Selain itu, guru juga harus berusaha
hendaknya lebih ditekankan pada membuat siswa ikut terlibat dalam
pendekatan ketrampilan proses, hingga pembelajaran. Dengan demikian, melalui
siswa dapat menemukan fakta-fakta, pembelajaran CTL siswa diharapkan
membangun konsep-konsep, teori-teori, belajar malaui “mengalami” bukan
dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang menghafal. Pendekatan kontekstual akan
akhirnya dapat berpengaruh positif menghasilkan siswa yang inovatif serta
terhadap kualitas proses pendidikan mempunyai kecakapan hidup (life skill).

6
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

Oleh karena itu, pendekatan kontekstual guna mencapai hasil belajar yang optimal.
memfokuskan siswa sebagai pebelajar Siswa yang memiliki motivasi yang baik,
yang aktif (student centered). pada umumnya memiliki minat dan
Pendekatan kontekstual atau antusias yang tinggi dalam belajar. Oleh
Contextual Teaching and Learning (CTL) karena itu mereka akan memiliki motivasi
merupakan konsep belajar yang yang lebih tinggi dalam belajar IPA.
membantu guru mengaitkan antara materi Dengan tingginya motivasi ini akan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata memberikan kemudahan bagi guru dalam
siswa dan mendorong siswa membuat menerapkan model-model pembelajaran
hubungan antara pengetahuan yang inovatif. Dengan demikian siswa yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam motivasinya baik, akan merasa tertantang
kehidupan mereka sebagai anggota dalam belajar IPA, mereka mampu
keluarga dan masyarakat (Trianto, memberikan sumbangan pikiran terhadap
2008:10). Dengan konsep ini, hasil permasalahan yang dihadapi yang
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bermuara pada meningkatnya hasil belajar
bagi siswa yang bermuara pada IPA.
meningkatnya hasil belajar IPA siswa. Penggunaan model pembelajaran
Seiring dengan berkembangnya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa namun demikian motivasi belajar
berkembang pula jenis–jenis media siswa merupakan salah satu faktor yang
pembelajaran yang lebih menarik dan dapt perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
digunakan baik disekolah maupun di menentukan dan memilih model
rumah. Salah satunya adalah media pembelajaran. Semakin tepat model
pembelajaran yang berbasis Teknologi pembelajaran yang diterapkan, maka
Informasi Komunikasi ( TIK ). Penggunaan makin baik motivasi belajar siswa karena
media pembelajaran yang berbasis TIK terjadi negoisasi, interaksi dan
dapat digunakan sebagai alternatif kesepakatan antara siswa dan guru.
pemilihan media pembelajaran IPA yang Pendekatan pembelajaran tersebut adalah
cukup mudah untuk dilaksakan. Hal ini pendekatan kontekstual atau Contextual
dikarenakan akhir – akhir ini di lingkungan Teaching and Learning (CTL). Pada
akademis atau pendidikan penggunaan pendekatan ini guru tidak mengharuskan
media pembelajaran yang berbasi TIK siswa menghafalkan fakta-fakta tetapi
bukan merupakan hal yang baru lagi dan guru hendaknya mendorong siswa untuk
dapat digunakan dalam kegiatan mengkonstruksi pengetahuan di benak
pembelajaran baik di sekolah maupun di mereka sendiri. Selain itu, guru juga harus
rumah.. penggunaan media pembelajaran berusaha membuat siswa ikut terlibat
IPA yang berbasis TIK memungkinkan dalam pembelajaran. Dengan demikian,
digunakan di rumah karena media ini melalui pembelajaran CTL siswa
sudah bukan merupakan barang mewah diharapkan belajar malaui “mengalami”
lagi dan dapat digunakan rumah maupun bukan menghafal. Pendekatan kontekstual
di warnet. akan menghasilkan siswa yang inovatif
kedua, Hasil uji hipotesis kedua serta mempunyai kecakapan hidup (life
menemukan bahwa ada pengaruh skill). Oleh karena itu, pendekatan
interaksi antara pendekatan pembelajaran kontekstual memfokuskan siswa sebagai
dan motivasi belajar dalam pengaruhnya pebelajar yang aktif (student centered).
terhadap hasil belajar IPA FABhitung = Pendekatan kontekstual atau
133,887 (p<0,05 . Contextual Teaching and Learning (CTL)
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh merupakan konsep belajar yang
berbagai faktor, baik faktor internal siswa membantu guru mengaitkan antara materi
maupun faktor eksternal. Faktor internal yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
yang mempengaruhi hasil belajar siswa siswa dan mendorong siswa membuat
salah satunya adalah motivasi belajar. hubungan antara pengetahuan yang
Motivasi belajar adalah dorongan dari dimilikinya dengan penerapannya dalam
seseorang yang menggerakkan dan kehidupan mereka sebagai anggota
mengarahkan seseorang untuk belajar, keluarga dan masyarakat. Dengan konsep

7
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

ini, motivasi belajar siswa diharapkan Ketiga, Berdasarkan analisis


akan meningkat yang bermuara pada dengan menggunakan uji Tukey diperoleh
meningkatnya hasil belajar IPA siswa. hasil seperti tabel 3 berikut.

Tabel 3. Ringkasan Uji Tukey tentang Perbedaan Hasil belajar IPA antara yang Mengikuti
Pembelajaran dengan Pembelajaran kontekstual berbantuan media TIK dan
Model konvensional pada Siswa yang Memiliki Motivasi belajar Tinggi

Berdasarkan table 3 diperoleh hasil uji pembelajaran kontekstual berbantuan


Tukey, Qhitung = 15,785 > Qtabel = 3,900 media TIK. Dengan demikian siswa yang
sehingga dapat simpukan bahwa terdapat motivasinya tinggi, akan merasa
perbedaan hasil belajar IPA siswa antara tertantang dalam belajar, mereka mampu
siswa yang mengikuti pembelajaran memberikan sumbangan pikiran terhadap
dengan pembelajaran kontekstual permasalahan yang dihadapi yang
berbantuan media TIK dan siswa yang bermuara pada meningkatnya hasil
mengikuti pembelajaran dengan model belajar.
konvensional pada siswa yang sama- Siswa yang memiliki motivasi belajar
sama memiliki motivasi belajar tinggi. yang tinggi akan memiliki minat dan
Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa antusias yang tinggi dalam belajar
yang mengikuti pelajaran dengan sehingga meraka merasa tertantang
pembelajaran dengan pembelajaran dalam belajar IPA. Mereka mampu
kontekstual berbantuan media TIK memberikan sumbangan pikiran terhadap
memiliki motivasi belajar tinggi = 30,192 permasalahan yang dihadapi yang
dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa bermuara pada meningkatnya hasil belajar
yang mengikuti pelajaran dengan model IPA siswa. Mereka yang berada pada
konvensional memiliki motivasi belajar kelompok ini telah mampu
tinggi = 21,115. mempertimbangkan berbagai pandangan
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh secara simultan dan memandang
berbagai faktor, baik faktor internal siswa tindakannya secara obyektif, siswa
maupun faktor eksternal. Faktor internal mampu mengkonstruksi pengetahuan di
yang mempengaruhi hasil belajar IPA benak mereka sendiri, dan siswa mampu
siswa salah satunya adalah motivasi belajar melalui “mengalami” bukan
belajar. Motivasi belajar adalah dorongan menghafal sehingga sangat cocok jika
dari seseorang yang menggerakkan dan diberikan pembelajaran dengan model
mengarahkan seseorang untuk belajar, kontekstual.
guna mencapai hasil belajar yang optimal. Sedangkan pada pembelajaran
Siswa yang memiliki motivasi yang baik, konvensional, para siswa selalu
pada umumnya memiliki minat dan diposisikan sebagai pemerhati ceramah
antusias yang tinggi dalam belajar. Oleh guru, laksana botol kosong yang siap diisi
karena itu mereka akan memiliki motivasi dengan ilmu pengetahuan. Kondisi
yang lebih tinggi dalam belajar. Dengan semacam ini kurang memberdayakan
tingginya motivasi ini akan memberikan para siswa untuk mau dan mampu
kemudahan bagi guru dalam menerapkan berbuat untuk memperkaya pengalaman
model-model pembelajaran inovatif belajarnya (learning to do) dengan
termasuk diantaranya adalah meningkatkan interaksi dengan

8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

lingkungan, sehingga kurang bisa maupun kemampuan berinteraksi dengan


membangun pemahaman dan berbagai individu atu kelompok yang
pengetahuannya terhadap dunia beragam (learning to live together) di
sekitarnya (learning to know). Mereka juga masyarakat.
kurang memiliki kesempatan untuk Keempat, Berdasarkan analisis
membangun pengetahuan dan dengan menggunakan uji Tukey diperoleh
kepercayaan dirinya (learning to be), hasil seperti tabel 4 berikut.

Tabel 4 Ringkasan Uji Tukey tentang Perbedaan Hasil belajar IPA antara yang Mengikuti
Pembelajaran dengan Pembelajaran kontekstual berbantuan media TIK dan
Model konvensional pada Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah
Pendekatan Pembelajaran
Pembelajaran
Pembelajaran Kontekstual Qhitung Qtabel (=0,05)
Konvensional
berbantuan media TIK
Rata-rata 22,231 26,462
Rata-rata Jumlah
Kuadrat Dalam 8,598
7,357 3,900
(RJKdal)
Derajat
4/26
Kebebasan

Berdasarkan analisis diperoleh hasil uji belajar melalui “mengalami” tetapi mereka
Tukey,Qhitung = 7,357 > Qtabel = 3,900 belajar dengan menghafal. Jika siswa
sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang motivasinya rendah diajarkan
belajar IPA siswa yang mengikuti dengan model kontekstual akan
pembelajaran dengan pembelajaran mengalami kesulitan karena kekurang
kontekstual berbantuan media TIK lebih mampuannya dalam upaya memecahkan
rendah daripada model konvensional pada permasalahan yang dihadapi. Sedangkan
siswa yang sama-sama memiliki motivasi kalau dengan model pembelajaran
belajar rendah. Di mana rata-rata skor konvensional dimana peran guru sangat
hasil belajar IPA siswa yang mengikuti dominan, siswa akan mendapat
pelajaran dengan pembelajaran bimbingan dari guru secara rinci tentang
kontekstual berbantuan media TIK konsep-konsep yang dipelajari. Informasi
memiliki motivasi belajar rendah = 22,231 akan lebih banyak diperoleh dari guru
dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa sehingga siswa sebagai pendengar yang
yang mengikuti pelajaran dengan model baik dan pencatat dan menyimak
konvensional memiliki motivasi belajar penjelasan guru.
rendah = 26,462, sehingga hasil belajar Jika siswa yang kemampuan
IPA siswa yang mengikuti pelajaran motivasi rendah diajarkan dengan model
dengan model konvensional lebih tinggi pembelajaran kontekstual berbantuan
daripada pembelajaran dengan media TIK akan mengalami kesulitan
pembelajaran kontekstual berbantuan karena kekurang mampuannya dalam
media TIK pada kelompok siswa yang upaya memecahkan permasalahan yang
sama-sama memiliki motivasi belajar dihadapi. Sedangkan model pembelajaran
rendah. konvensional dimana peran guru sangat
Siswa yang memiliki motivasi belajar dominan, siswa akan mendapat
rendah akan memiliki minat dan antusias bimbingan dari guru secara rinci tentang
yang rendah dalam belajar sehingga konsep-konsep yang dipelajari. Informasi
meraka tidak merasa tertantang dalam akan lebih banyak diperoleh dari guru
belajar seperti yang diperlukan dalam sehingga siswa sebagai pendengar yang
pembelajaran dengan menggunakan baik dan pencatat dan menyimak
model kontekstual. Mereka yang berada penjelasan guru. Dalam model
pada kelompok ini, tidak mampu pembelajaran konvensional dimana siswa
mengkonstruksi pengetahuan di benak lebih bersifat menerima apa yang
mereka sendiri, dan siswa tidak mampu disampaikan oleh guru. Dengan demikian

9
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

maka dalam pembelajaran konvensional belajar siswa, yakni: bila siswa memiliki
tidak banyak mebutuhkan motivasi belajar motivasi belajar tinggi maka penerapan
dari siswa. Dengan melihat esensi dari pembelajaran kontekstual berbantuan
pembelajaran problem kontekstual dan media TIK lebih efektif dari pada
pembelajaran langsung dan dihubungkan pembelajaran konvensional, sedangkan
dengan ciri-ciri siswa yang memiliki bila siswa memiliki motivasi belajar rendah
motivasi rendah, tampaknya pembelajaran maka pembelajaran konvensional lebih
langsung lebih cocok bagi siswa yang efektif. Dengan demikian kombinasi model
memiliki motivasi rendah. pembelajaran sangat menentukan hasil
belajar IPA siswa; (3) dalam proses
PENUTUP pembelajaran dengan menggunakan
Berdasarkan analisis dan model pembelajaran kontekstual
pembahasan seperti yang telah berbantuan media TIK, perlu diciptakan
dipaparkan pada bagian sebelumnya, atau disiapkan suasana belajar yang
maka dapat disimpulkan beberapa hal demokratis, realistis dan ilmiah baik
sebagai berikut. dalam tahapan diskusi kelompok, dan (4)
Pertama, Terdapat perbedaan perlu dikembangkan peskoran yang
hasil belajar IPA siswa antara siswa yang berbasis kelas, baik input, proses mapun
mengikuti pembelajaran dengan model out put serta out came perlu diberikan
pembelajaran kontekstual berbantuan peskoran secara proporsional.
media TIK dan siswa yang mengikuti Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga
pembelajaran dengan model belajar Kependidikan (LPTK) yang mencetak
konvensional pada siswa kelas IX SMP calon guru agar memperkenalkan
Nasional Denpasar. pembelajaran kontekstual berbantuan
Kedua, Terdapat pengaruh media TIK pada pembelajaran sejak dini
interaksi antara model pembelajaran dan kepada mahasiswa sehingga pada saat
motivasi belajar terhadap hasil belajar mereka menjadi guru betul-betul paham
pada siswa Kelas IX SMP Nasional cara penerapan pembelajaran kontekstual
Denpasar. berbantuan media TIK pada proses
Ketiga, Pada siswa yang memiliki pembelajaran. Selain itu, untuk pihak-
motivasi belajar tinggi, terdapat perbedaan pihak yang berwenang menangani bidang
hasil belajar IPA siswa antara siswa yang pendidikan, agar melatih terlebih dahulu
mengikuti pembelajaran kontekstual guru-guru tentang pembelajaran
berbantuan media TIK dan siswa yang kontekstual berbantuan media TIK
mengikuti pembelajaran konvensional sebelum mereka diminta mengaplikasikan
pada siswa kelas IX SMP Nasional. pembelajaran kontekstual berbantuan
Keempat, Pada siswa yang media TIK dalam pembelajaran. Dengan
memiliki motivasi belajar rendah, terdapat jalan demikian, diharapkan guru telah
perbedaan hasil belajar IPA siswa antara terbiasa menggunakan pembelajaran
siswa yang mengikuti pembelajaran Kontekstual berbantuan media TIK dalam
kontekstual berbantuan media TIK dan pembelajaran .
siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada siswa kelas IX SMP DAFTAR PUSTAKA
Nasional. Darliana. 2005. Pendekatan Fenomena
Berdasarkan kesimpulan dan Mengatasi Kelemahan
implikasi penelitian yang telah dipaparkan Pembelajaran IPA. Cimahi : P4TK
di atas, maka dapat disarankan beberapa IPA.
hal yaitu sebagai berikut. Depdiknas,2006.”Permendiknas Nomor 22
Kepada guru: (1) pembelajaran /2006 tentang Standar Isi untuk
kontekstual berbantuan media TIK dapat Satuan Pendidikan Dasar dan
dijadikan salah satu alternatif dalam Menengah”. Jakarta: Depdiknas.
pembelajaran; (2) agar model Dimyati, 1994. Motivasi Berprestasi,
pembelajaran efektif, maka model Jakarta: Remika Cipta.
pembelajaran yang diterapkan harus Evaluation and Curriculum Development.
mempertimbangkan tingkat motivasi

10
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 5, No 1 Tahun 2015)

Gregory, R.J. 2000. Psychological


Testing: History, Principles, and
Applications. Allyn and Bacon :
Boston.
Guilford. 1959. Psychometric Methods.
New York: McGraw Hill Book.
Suryabrata. 2006. Metodelogi Penelitian.
Jakarta : Rajawali Pers
Trianto. 2008. Model-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Hasil Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai