Skripsi
Oleh :
Nama : Yanti
NPM : 2620130279
Jurusan : PG-PAUD
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II, diketahui
Ketua Program Study PG – PAUD, dan disahkan oleh Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Ivet Pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui
Disahkan : Disetujui :
Dekan FKIP Ketua Program Studi PG - PAUD
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan pada
peneliti dan tidak satupun ungkapan yang bisa menggambarkan rasa syukur atas
terselesaikannya penelitian dengan judul Meningkatkan Kognitif Melalui Metode
Bercocok tanam jagung Jagung Di POS PAUD Kinasih Sejati Desa Jati.
1. Prof. Dr. Rustono, M. Hum. selaku Rektor Universitas Ivet Semarang yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi
strata I.
2. Dr.Fifti Istiklaili,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Ivet Semarang.
3. Dr. Maria Denok, BA, M.Pd. selaku Ketua Prodi PG-PAUD Universitas Ivet
Semarang,
4. Marini, M.Pd, Pembimbing I dan Nurtanggono Pamungkas, SH, MH selaku
dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Proposal Skripsi
ini.
5. Seluruh dosen PG-PAUD yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi
peneliti selama mengikuti perkuliahan di Kampus Universitas IVET
Semarang.
6. Kepala POS PAUD Kinasih Sejati Desa Jati Kecamatan Jati Kabupaten Blora
yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
7. Semua pihak yang tak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
iii
membangun sebuah pemahaman dan penulisan karya ilmiah yang lebih baik.
Peneliti berharap semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan
dapat memberikan kontribusi di dunia pendidikan.
Semarang, 2022
Peneliti
Yanti
NPM. 2620130279
iv
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan
tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses
perawatan , pengasuhan, serta pemberian pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi
pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui
dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya melalui cara
mengamati, meniru, dan bereksperimen, yang berlangsung berulang–ulang
dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. (Mursid, 2015: 15).
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
diselenggarakan untuk memberikan rangsangan atau stimulasi bagi
perkembangan anak usia dini secara menyeluruh. Penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini diciptakan pendidik dengan memperhatikan
lingkungan dimana anak dapat bereksplorasi terhadap lingkungannya dan
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Untuk membantu anak
usia dini dalam mengoptimalkan potensinya, orang tua sebaiknya
memberikan sebuah layanan kepada anak yang disebut dengan pendidikan
(Shinta Annisa, “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Naturalis Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman
Anak Sanggar Anak Alam TA Salam Nitiprayan Kasihan Bantul”, 2017).
Usia 4-6 tahun merupakan masa yang penting bagi anak untuk
mendapatkanpendidikan,pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan,
termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi
kehidupan anak dimasa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan
upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya
berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan
kebutuhan anak. Desdika Khadijah et al., “Anak Dengan Kegiatan
Menanam Sayuran Di Tk Aba Melati 09 Kecamatan”, 2019.
Agar dapat memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal dan
1
sesuai dengan tujuan pembelajaran serta aspek perkembangan anak yang
meliputi perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, sosial
emosional, fisik motorik, dan seni, guru diharapkan dapat mencari,
menggunakan strategi dan metode yang tepat dalam upaya
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kreativitas anak, salah satunya
dengan memanfaatkan alam sekitar, yang terkadang luput dari perhatian
guru. Pemanfaatan alam sekitar tersebut dapat dilakukan salah satunya
dengan metode eksperimen.
Eksperimen atau percobaan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya
dilakukan cobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan
tersebut. Melalui metode eksperimen diharapkan anak mampu
mengembangkan seluruh aspek perkembangannya, terutama
perkembangan kognitifnya, Perkembangan kognitif merupakan hal sangat
penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok bermain (KB) dan
Taman Kanak- kanak (TK). Perkembangan kognitif pada anak bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, memberi
alasan, memecahkan masalah, dan menghubungkan sebab akibat.
(Rohmalina, dkk, 2019 hlm 19).
Dengan menggunakan metode eksperimen melalui kegiatan
bercocok tanam jagung tersebut pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan serta dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak,
metode tersebut masih banyak yang belum dilakukan oleh guru
dikarenakan masih minimnya pengetahuan, ketrampilan serta kemauan
dari guru tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti ini
mengangkat judul Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5
Tahun Melalui Metode Bercocok Tanam Jagung Di POS PAUD Kinasih
Sejati.
Pembelajaran adalah interaksi antara peserta belajar dengan
lingkungan belajar yang dikelola oleh pendidik dalam rangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran
dapat terjadi satu arah ( one way communication ), dua arah (two way
2
communication), dan banyak arah (multi way communication). Menurut
Hatimah (2014: 6).
Hakekat pembelajaran bagi anak usia dini termasuk TK di dalamnya
memiliki kekhasan tersendiri. Kegiatan pembelajaran di TK
mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain, dalam
hal ini pembelajaran tematik dipilih sebagai suatu metode pendekatan
pembelajaran. Menurut Suyanto, (2013: 253), pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai
pemersatu dan pengikat materi dari beberapa mata pelajaran secara
terintegrasi.
Dalam pembelajaran tematik diperlukan suatu metode yang
digunakan sebagai cara atau tekhnik dalam melakukan proses kegiatan
pembelajaran tersebut. Metode dalam pembelajaran tidak hanya berfungsi
sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, sebab pendidik dalam
kegiatan pembelajaran mempunyai tugas untuk mengelola kegiatan
pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar untuk mecapai tujuan
belajar secara cepat. ( Hatimah, 2014: 25 ).
Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru salah satunya yaitu
metode eksperimen, dalam penelitian ini dengan kegiatan bercocok tanam.
Menurut Roestiyah (2012: 80) mengungkapkan metode eksperimen adalah
salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan
tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan sebuah perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan suatu proses dan prosesnya
tidak sama, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Dari
kategori prosesnya tersebut, dalam memberikan pelayanan pendidikan
seorang guru harus menyesuaikan dengan keadaan peserta didik.
(Sutirna,2013:56). Tujuan pengembangan daya pikir (kognitif) secara rinci
adalah sebagai berikut :
3
a. Anak mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah diketahui
dengan pengetahuan baru yang diperolehnya.
b. Mengembangkan kemampuan memahami sesuatu dengan cara melihat
bermacam-macam hubungan antara satu objek dengan objek lain
berdasarkan perbedaan dan persamaan.
c. Mengembangkan imajinasi melalui bermacam-macam kegiatan.
d. Memberi kesempatan untuk mengolah lingkungan dan membangun
dunianya secara aktif.
e. Agar anak dapat menghargai dan mencintai isi alam sebagai ciptaan
Tuhan.
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka terdapat beberapa masalah dalam penelitian sebagai berikut:
a. Kurangnya perhatian dan pemahaman anak terhadap tumbuh-
tumbuhan. Dimana anak masih suka mencabuti tanaman saat bermain
di alam terbuka di sekolahnya. Disebabkan karena kurangnya
kepedulian terhadap lingkungan baik dari keluarga, lingkungan
masyarakat, sekolah dan diri anak itu sendiri.
b. Tidak adanya program komunikasi guru dan orang tua, sehingga
pembelajaran yang guru berikan kurang maksimal karena tidak
diterapkan oleh orang tua dirumah.
c. Tidak adanya pendidikan yang diberikan guru untuk orang tua dalam
mendidik anaknya.
d. Kurangnya kreativitas dan semangat guru dalam mendidik anaknya.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka batasan masalah
dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
a. Kegiatan bercocok tanam jagung yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah kegiatan yang digunakan oleh peneliti selama proses
pembelajaran dengan tema tertentu, dalam meningkatkan kecerdasan
4
anak dengan cara menanam macam-macam tanaman bunga
menggunakan pot.
b. Anak usia 5-6 tahun adalah masa dimana perkembangan fisik dan
kemampuan anak berlangsung dengan sangat cepat, pada usia ini anak
telah sampai pada tahap praoperasional dimana anak belajar melalui
pengalaman kongkrit, anak suka menyebutkan nama-nama benda yang
ada di sekitarnya dimana pada masa ini bahasa pada lisanya
berkembang sangat pesat dan anak memerlukan kegiatan yang jelas dan
spesifik.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi kegiatan
bercocok tanam jagung dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia
4-5 tahun di POS PAUD Kinasih Sejati Desa Jati?
5. Tujuan Penelitian
Tujuan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah implementasi kegiatan bercocok tanam jagung
dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun POS PAUD
Kinasih Sejati Desa Jati.
6. Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diketahui manfaat
penelitian ini, yaitu:
a) Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa
ilmu pengetahuan, bagi pemilihan kegiatan pembelajaran, khususnya
dalam kegiatan bercocok tanam jagung yang di lakukan di POS PAUD
Kinasih Sejati Desa Jati.
b) Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
5
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung
tentang cara meningkatkan kecerdasan naturalis anak usia dini.
6
B. Landasan Teori
1. Kajian Teori
i. Bercocok Tanam
1. Pengertian Bercocok Tanam
Bercocok tanam jagung memiliki dua arti, bercocok tanam
jagung bersal dari kata dasar cocok dan tanam. Bercocok tanam
jagung adalah sebuah homonim karena artinya-artinya memiliki
ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Bercocok
tanam jagung memiliki arti dalam kelas verbal atau kata kerja
sehingga bercocok tanam jagung dapat menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya atau kata
benda sehingga bercocok tanam jagung dapat menyatakan nama
dari seseorang, tempat atau semua benda dan segala yang
dibendakan. Yandianto, Bercocok Tanam Hortikultura (Bandung :
Penerbit M2S Bandung, 1990), h.14.
Bercocok tanam jagung merupakan pengertian pertanian
dalam arti sempit, yaitu kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan,
bahan baku industri, atau sumber energi serta mengelolah
lingkungan hidupnya. Redaksi Agromedia, Ensiklopedia Tanaman
Hias (Jakarta : PT. Agromedia Pustaka), h.10.
Adapun menurut para ahli pertanian atau bercocok
tanaman adalah sebagai berikut:
7
Hortikultura (Bandung : Penerbit M2S Bandung, 1990), h. 19.
Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa bercocok
tanam jagung adalah kegiatan menanam tanaman yang dilakukan
oleh manusia dalam rangka memproleh manfaat atau hasil dari
tanaman tersebut. Pada dasarnya kata bercocok tanam jagung
berasal dari kata cocok tanam yang memiliki dua arti yaitu:
a) Dalam kelas hanonim mempunyai arti tekhnologi untuk
menggarap tanah dan tanaman sampai menghasilkan
(panen) untuk keperluan hidup manusia.
b) Dalam kelas verba bercocok tanam jagung yaitu
mengusahakan sawah ladang atau tanaman-tanaman.
2. Tujuan Bercocok Tanam
Berikut ini beberapa tujuan positif aktivitas bercocok tanam
jagung bagi anak:
a) Menumbuhkan kecintaan anak terhadap alam dengan
mengenal tanaman dan hewan di sekitar rumah.
b) Membuatnya bergerak lebih aktif.
c) Belajar memahami proses pertumbuhan.
d) Anak juga bisa mengetahui proses menanam, memelihara,
memetik dan memasaknya menjadi hidangan lezat di meja
makan.
e) Dengan menanam di kebun sendiri, Ayah Bunda juga
otomatis bisa belajar untuk berkebun dengan benar agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik.
3. Bentuk-Bentuk Bercocok Tanam
Bentuk-bentuk kegiatan bercocok tanam jagung pertanian
yang dilakukan oleh penduduk:
a) Berladang
Berladang ialah bentuk kegiatan pertanian dengan
memanfaatkan lahan di sekitar hutan. Penduduk
membakar hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
8
b) Bertegalan
Bertegalan ialah bertani di tanah kering dengan
mengandalkan air hujan, tapi pengelolahannya sudah
menetap. Seperti umbi-umbian, jaung dan palawijaya
c) Bersawah
Bersawah ialah bertani dengan sistem pengairan dan
pemupukan yang teratur.
d) Bertanam dalam wadah
Berekebun atau bertanam dalam wadah sudah menjadi tren
sejak lima tahun yang lalu dan masih populer hingga saat ini.
Berkebun di dalam pot bisa menghemat ruang, membantu
mengontrol hama, mengatasi kendala keterbatasan lahan,
menghasilkan produk segar dari rumah sendiri.
4. Manfaat Kegiatan Bercocok Tanam
Kegiatan bercocok tanam jagung tentunya memiliki
banyak manfaat bagi anak, berikut manfat-manfaat yang kita
dapatkan saat melakukan kegiatan bercocok tanam:
a) Menumbuhkan minat makan sehat
Membiasakann makan sehat harus dimulai sejak dini, di
sinilah peran penting kegiatan bercocok tanam jagung atau
berkebun untuk mengenalkan dan menumbuhkan minat
anak pada makanan- makanan sehat. Degan adanya
kegiatan bercocok tanam jagung ini dapat menarik
perhatian anak terhadap apa yang mereka tanam sendiri,
oleh karena itu berkebun bisa menjadi salah satu solusi
jika anak suka pilih-pilih makanan atau sulit makan buah
dan sayur.
b) Meningkatkan daya tahan tubuh
Anak yang jarang main diluar rumah cenderung lebih
rentan terkena penyakit yang melemahkan sistem
9
kekebalan tubuh, seperti asma, alergi dan lain sebagainya.
Mengajak anak berkebun atau bercocok tanam jagung bisa
menjadi cara menyenangkan untuk melatih daya tahan
tubuh anak semakin kuat.
Teori ini sejalan dengan hipotesis higienis yang
mengusulkan bahwa paparan dari berbagai jenis mikroba
dibeberapa tahun pertama kehidupan anak akan menguatkan
sistem imun tubuh. Terpaan bakteri membantu tubuh anak
untuk terbiasa mendeteksi mana mikroba yang baik dan buruk
dan dapat melawan infeksi.
c) Mengasah motorik anak
Berkebun termaksut aktivitas fisik yang sangat baik untuk
mengasah kemampuan motorik anak. Saat berkebun, anak
banyak terlibat dalam kegiatan yang melibatkan otot dan
koordinasi tubuhnya. Menggali tanah dengan sekop, menyiram
air, dan memindahkan pot merupakan contoh kecil tindakan
yang dapat merangsang kemampuan motoriknya.
Anak yang kemampuan motoriknya terus dirangsang akan
tumbuh menjadi anak yang aktif. Dengan begitu sirkulasi
darah, pernafasan, da postur tubuhpun menjadi semakin baik,
bahkan merangsang kemampuan motorik anak juga
membantu meningkatkan kreativitas dan kecerdasan anak
secara keseluruhan.
d) Mengajarkan tanggung jawab
Berkebun mengajarkan anak akan pentingnya tanggung
jawab dengan mengajarkannya langsung. Pasalnya, berkebun
adalah kegiatan yang berkelanjutan. Anak akan diajarkan
bahwa setelah menanam tanaman atau bibit, mereka harus
terus merawatnya secra telaten. Agar membuahkan hasil, maka
tanaman yang di tanam perlu di rawat sedemikian rupa dan
tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
10
e) Mempertajam memori dan fokus
Manfaat berkebun untuk anak yang lainnya ialah
meningktakan memori dan fokus anak. Anak yang
menunjukan kecenderungan menyukai alam bisa lebih fokus
saat berada di taman atau ruangan (outdoor) serba hijau. Selain
itu berkebun juga dapat meningkatkan kewaspadaan dan
keterampilan kognitif sikecil, karena kegiaatan berkebun
adalah kegiatan yang cukup kompleks sehingga membantu
anak untuk tetap tenang dan fokus.
5. Indikator Kegiatan Bercocok Tanam
a) Menunjukan kesenangan terhadap tanaman
11
dibandingkan usia-usia selanjutnya, usia tersebut merupakan fase
kehidupan yang unik. Secara rinci dapat dijelaskan karateristik
anak usia dini sebagai berikut:
1. 0-1 tahun, pada masa bayi perkembangan fisik mengalami
kecepatan luar biasa, paling cepat dibandingkan usia selanjutnya.
Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar dipelajari anak usia
dini seperti merangkak, pancaindra, dan komunikasi sosial bayi.
2. Usia 2-3, pada usia ini anak memiliki beberapa kesamaan
karateristik dengan masa sebelumnya, artinya secara fisik anak
masih mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Beberapa
karakteristik anak usia 2-3 tahun adalah sebagai berikut.
a) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada
disekitarnya.
b) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Anak mulai belajar mengembangkan emosi.
3. Usia 4-6 tahun, pada usia ini seorang anak memiliki karakteristik
antara lain sebagai berikut. Anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan, hal itu bermanfaat mengembangkan fisik anak otot kecil
maupun otot besar.
a) Anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan
mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas
tertentu.
b) Perkembangan fisik sangat pesat, ditujukan dengan rasa
ingin tahu yang sangat besar terhadap lingkugan disekitarnya.
c) Bentuk permainan anak masih individu, bukan bermain secara
sosial walaupun bermain bersama.
4. Usia 7-8 tahun, karakteristik perkembangan anak pada usia ini
adalah sebagai berikut.
a) Perkembangan kognitif anak masih sangat pesat, anak sudah
mampu berfikir analisis dan sintesis, serta deduktif dan
indukatif.
12
b) Perkembangan sosial anak mulai melepas diri dari otoritas
orangtuanya.
c) Anak mulai menyukai permainan sosial.
d) Perkembangan emosional anak sudah mulai terbentuk dan
tampak sebagai kepribadian anak.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu
memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan
seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan
stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu
menjalani tugas perkembangannya dengan baik.
Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung
senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan
sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan
demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk
dikembangkan.
Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa,
sosialemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya. Anak usia dini
memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan
sebagainya. Karakteristik anak usia dini antara lain:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2. Merupakan pribadi yang unik.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi.
4. Masa paling potensial untuk belajar.
5. Menunjukkan sikap egosentris.
6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
7. Sebagai bagian dari makhluk social.
Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk
13
mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat
kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat.
Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus
bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap
anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik
atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam
hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya
belajar anak.
Anak pada usia 4-6 tahu ini kebanyakan sudah memasuki
Taman Kanak-kanak. Karakteristik adalah:
1. Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan
sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak.
2. Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan
dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya.
4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun
dilakukan anak secara bersama-sama.
Anak tampak senang berada di taman, tidak merusak tumbuh-tumbuhan
yang ada di dalamnya, mulai tertarik bertanya tentang nama-nama
bunga dan tanaman yang ada disekitarnya dan kadang-kadang anak
tampak berbicara dengan tumbuh-tumbuhan. Anak-anak juga mulai
tertarik mengamati gejala- gejala alam yang ada disekitarnya seperti,
bentuk awan, warna langit, panas, dan hujan.
Dengan perubahan-perubahan tingkah laku dan tindakan anak
terhadap tanaman dan alam yang ada diskitarnya dapat membuktikan
bahwa kegiatan bercocok tanam jagung memiliki pengaruh terhadap
perkembangan kecerdasan naturalis anak usia 5-6 tahun. Dimana
kegiatan ini memberikan pengalaman langsung pada anak mengenai
proses penanaman bunga dan menyatu dengan alam sekitarnya,
14
membuat anak lebih mudah mengerti dan memahami bagaimana
seharusnya kita menyayangi alam yang ada diskitar kita.
c. Perkembangan Kognitif
Menurut fatimah (dalam Fadlillah, 2012:41) menyatakan
“perkembangan kognitif merupkan perkembangan yang terkait
dengan kemampuan berfikir seseorang.”
Pakar Psikologi Swiss terkenal, Jean Piaget (1896-1980)
menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia
kognitif mereka sendiri; informasi tidak sekedar dituangkan ke
dalam pikiran merekan dari lingkungan. Piaget mengatakan
bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk
mencakup gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan
memajukan pemahaman. John W. Santrock (1995:44).
Melalui kognitif anak beradaptasi dan mengintepertasikan
kejadian-kejadian disekitar menurut Piaget (dalam McDevitt,
2010:195) menemukakan bahwa anak secara natural memiliki rasa
ingin tahu yang besar dan secara aktif mencari informasi untuk
diolah dan dipahami. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan
konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh
pengalamannya dengan dunia sekitarnya, namun anak juga aktif
mengiterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman,
serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.
Berdasarkan lingkup perkembangan kognitif pada
permendikbud nomor 137 tahun 2014, Eli Supartini, Dini wati
( 2016:128) meliputi:
a. Belajar dan pemecahan masalah , mencakup kemampuan
memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara fleksibel dan di terima sosial serta menerapkan
pengetahuan atau pengalaman dan konteks baru.
15
berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab akibat
c. Berfikir simbolik, mecakup kemampuan mengenal,
menyebutkan, dan ,menggunakan konsep bilangan, mengenal
huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan
imajinasinya dalam bentuk gambar.
2. Kajian Pustaka
16
optimal.
Pembelajaran tematik dengan metode bercocok tanam yang
dilaksanakan di TK Kartika XIX -43 merupakan salah satu cara
atau strategi dalam proses pembelajaran, dimana dalam proses
penyampaian materi disesuaikan dengan minat, kebutuhan anak
sehingga dapat tercapai aspek–aspek perkembangan anak. Dalam
penelitian ini aspek yang dinilai adalah aspek perkembangan
kognitif.
b. Ciri-ciri Perkembangan Kemampuan Kognitif Menurut Yusuf
(dalamYuliani,2012:30) adapun salah satu karakteristik
perkembangan kognitif anak masa prasekolah adalah anak sudah
mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas dasar satu
dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.
Sedangkan menurut Piaget (dalamPekerti, 2007:9.12) ciri-ciri
perkembangan kognitif anak usia prasekolah diantaranya adalah
anak mampu mengelompokkan benda berdasarkan warna,bentuk dan
ukurannya dan anak sudah mampu menghubungkan suatu konsep
sederhana dengan konseplain, misalnya dalam kegiatan mewarnai
gambar anak sudah tahu bahwa tanah berwarna coklat, daun
berwarna hijau, laut berwarna biru, awan berwarna putih dans
eterusnya.
17
menanam pohon pada kelompok A TK Tunas Harapan Taman, telah
memberikan hasil yang memuaskan. Hal tersebut terbukti dari
rekapitulasi penilaian kemampuan anak didik dalam berhitung
menggunakan media bermain menanam pohon. Pada studi awal
hanya 4-5 anak atau 52,52% dari 9 anak didik yang berkembang
sangat baik dalam pembelajaran kognitif.
Pada siklus I dalam hal memahami pembelajaran kognitif
anak didik yang berkembang sangat baik mencapai 63,09%, jadi
kemampuan kognitif anak didik dari studi awal ke siklus I
bertambah 10,57%. Sedangkan pada siklus II Kemampuan anak
dalam memahami pembelajaran kognitif bilangan meningkat
menjadi 75% dari 63,09% pada saat siklus I.
Motivasi anak didik dalam pembelajaran kognitif dengan
menggunakan permainan bermain menanam pohon pada anak
kelompok A TK Tunas Harapan Taman mengalami peningkatan, hal
ini dikarenakan berhitung dengan media bermain menanam pohon
dilakukan melalui permainan yang tidak membebani memori otak
anak, sehingga anak merasa senang dan tidak terbebani.
Berdasarkan pengamatan pada siklus I dan II dapat diambil
kesimpulan bahwa permainan dengan menggunakan media bermain
menanam pohon dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak
kelompok A TK Tunas Harapan Taman.
18
C. Metode Penelitian
19
dilakukan. Peneliti menyusun rencana tindakan yang meliputi :
a) Persiapan penelitian
b) Menentukan subyek penelitian
c) Mempersiapkan instrumen penelitian
20
d) Melakukan ijin penelitian di lokasi penelitian
e) Mempersiapkan tester untuk pelaksanaan penelitian
f) Pelaksanaan penelitian
2. Pengumpulan data
Tabel 3.1
Lembar Observasi Kegiatan Anak
21
percobaan yang
dilakukan
4. Mengambil Menyimpulkan
Kesimpulan percobaan yang
telah dilakukan
22
menanam
4 Guru menyuruh anak
untuk
mengkomunikasikan dan
menyimpulkan hasil
menanam
5 Guru memberikan
kesempatan anak untuk
bertanya
6 Menciptakan suasana
yang menyenangkan
Tahap 1 Melakukan evaluasi
Akhir 2 Mengakhiri pelajaran
Jumlah
Skor maksimal
Prosentase ketuntasan
Taraf keberhasilan
23
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto . 2017. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Bumi
Aksara Al-Qur’an Terjemahan. 2015. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
https://www.google.com/url?
sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=
0CAMQw7AJahcKEwig7c6Nk-
r7AhUAAAAAHQAAAAAQAg&url=https%3A%2F
%2Fjournal.ikipsiliwangi.ac.id%2Findex.php%2Fceria%2Farticle
%2Fdownload
%2F3074%2Fpdf&psig=AOvVaw2e4y9U4F0dhu13pcAPSjyt&ust=
1670592683281712
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/
2016/13.1.01.11.0315P.pdf
24
Maman Sutarman dan Asih. 2015. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Pustaka Setia
Muhammad Fadillah. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media.
25