Anda di halaman 1dari 239

i

KEEFEKTIFAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN


MIND MAPPING PADA KETERAMPILAN PROSES
SAINS DAN MOTIVASI SISWA SEKOLAH DASAR

TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan

Oleh
Dewi Prastiwi
0103516096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
ii
iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto
“Bersyukurlah atas apa yang telah kita miliki, berusahalah menjadi yang terbaik,
dan percaya Allah akan memberikan sesuatu yang indah di waktu yang tepat ”
(Penulis)

“ Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada jalan keluar (kemudahan) maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain “ (QS. Al-Insyirah: 6)

“Dan barang siapa menjadikan mudah urusan orang lain, maka Allah SWT akan
memudahkan urusannya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim)

Persembahan
Dengan mengucap rasa syukur karya ini kupersembahkan kepada:
Kedua orang tuaku tercinta (Ibunda Sri Yatun dan Ayahanda Jaslim )
Almamaterku Universitas Negeri Semarang
.

iv
iv
v

ABSTRAK

Prastiwi, Dewi. 2018. “Keefektifan Model Guided Inquiry dengan Mind Mapping
Pada Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Siswa Sekolah Dasar”.
Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi PGSD. Pascasarjana.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Dr. Sri Haryani, M.Si.,
Pembimbing II Dr. Lisdiana, M.Si.

Kata Kunci: Guided Inquiry; Keefektifan; KPS; Mind Mapping; Motivasi.

Abad 21 dikenal sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan


utama untuk berbagai aspek kehidupan. Selain unggul dalam kinerja dan prestasi
akademis, setiap siswa harus dapat mengaplikasikan keterampilan abad ke-21
dalam pendidikan sains. Pendidikan IPA di abad ke 21 bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran IPA pada
Kurikulum 2013 dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk mengembangkan kerja
ilmiah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan
keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran dengan model guided inquiry
dengan mind mapping; apakah model guided inquiry dengan mind mapping lebih
efektif terhadap KPS dan motivasi siswa; bagaimana deskripsi motivasi siswa
serta apakah terdapat hubungan antara KPS dan motivasi siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis keefektifan model guided inquiry disertai mind
mapping terhadap keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan model
quasi eksperimental dengan nonequivalent control group design. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode tes,
observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan metode analisis
deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di SDN Krobokan Kota Semarang.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA sejumlah 33 siswa sebagai
kelas kontrol dan siswa kelas IV B sejumlah 35 siswa pada kelas eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model guided inquiry
dengan mind mapping efektif pada keterampilan proses sains dan motivasi belajar
siswa kelas IV SDN Krobokan. Terdapat perbedaan rata-rata skor keterampilan
proses sains yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
taraf signifikansi 5% dengan N-gain kelas eksperimen mencapai nilai 0,47 dan
kelas kontrol 0,27. Didapatkan skor motivasi belajar kelas eksperimen sebesar 76
dengan kategori sangat baik dan kelas kontrol sebesar 72 dengan kategori baik.
Hasil uji korelasi menyatakan adanya hubungan yang sangat kuat antara
keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa, ditunjukkan dari nilai rhitung
sebesar 0,938 dengan taraf signifikansi 0,01 serta arah hubungan yang positif.
Simpulan pada penelitian ini adalah model pembelajaran guided inquiry
dengan mind mapping lebih efektif terhadap keterampilan proses sains dan
motivasi belajar siswa. Saran bagi guru untuk penelitian selanjutnya supaya
menerapkan model pembelajaran berbasis penyelidikan secara berkesinambungan
untuk mengasah keterampilan proses siswa.

v
vi

ABSTRACT

Prastiwi, Dewi. 2018. "The Effectiveness of Guided Inquiry Model with Mind
Mapping to Improve Science Process Skills and Learning Motivation of
Primary School Students". Thesis. Program of Basic Education. Magister
Program.. First Mentor Dr. Sri Haryani, M.Si., Second Mentor
Dr. Lisdiana, M.Si.

Key words: Effectiveness; Guided Inquiry; Mind Mapping; Motivation; SPS.


The 21st century is known as the century of knowledge which is the
main foundation for various aspects of life. In addition to excelling in
performance and academic achievement, every student should be able to apply
21st century skills in science education. Science education in the 21st century
aims to develop problem-solving skills. The science lesson in the 2013 Curriculum
is implemented in scientific inquiry to develop scientific work.
The problem formulation in this research whether the guided inquiry
model with mind mapping is more effective to improve science process skills and
student motivation; how the description of student motivation after following the
learning and whether there is a relationship between science process skills and
student motivation. This study aims to analyze the effectiveness of guided inquiry
model with mind mapping to improve SPS and student learning motivation.
This research is a quantitative research using quasi experimental
model with nonequivalent control group design. Data collection methods used in
this study include test methods, observation, interviews and documentation. Data
were analyzed by quantitative descriptive analysis method. The population in this
study were all students of SDN Krobokan, while the samples were grade IV A
students as control class and IV B as experiment class consisted of 33 and 35
students respectively.
The results showed that the use of guided inquiry model with mind
mapping effective to improve science process skill and motivation of fourth grade
student of SDN Krobokan. There is a significant difference of science skill score
between experimental and control class with significance level of 5%. The
acquisition of experimental class N-Gain value of 0.47 in medium category and
control class 0.27 in low category. The guided inquiry model with mind mapping
is also effective in student learning motivation. This is evidenced by the score of
motivation to learn in the experimental class that is 76 on the satisfied category
and control class of 72 in good category. The results of correlation test shows a
very strong relationship between the science process skills with student learning
motivation. It shown from the correlation value of 0.938 with 1% significance
level and the direction of positive relationships.
The conclusion of this research is guided inquiry model with mind
mapping more effective to improve science process skill and student learning
motivation. Suggestions for teachers for further research in order to familiarize
the application of an inquiry-based learning model to improve students’ process
skills.

vi
vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Keefektifan Model Guided Inquiry dengan Mind Mapping Terhadap

Ketrampilan Proses Sains dan Motivasi Siswa Sekolah Dasar”. Tesis ini disusun

sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:

Dr. Sri Haryani, M.Si. dan Dr.Lisdiana, M.Si.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah

membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Direksi Program Pascasarjana Unnes, yang telah memberikan kesempatan

serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Dasar

Pascasarjana Unnes yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam

penulisan tesis ini.

3. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana Unnes, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan .

vii
viii

4. Muhtar Hanafi, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN Krobokan Kota

Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

5. Isna Hidayat, S.Pd. dan Esron Lumbantoruan, S.Pd. selaku guru kelas IVA

dan IVB SDN Krobokan Kota Semarang yang telah bersedia menjadi

kolaborator.

6. Siswa kelas IVA dan IV B, guru dan karyawan SDN Krobokan Kota

Semarang yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang dan semua pihak yang membantu

penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat berkat dan karunia

yang berlimpah dari Allah Swt. Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih

terdapat kekurangan,baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga

hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan.

Semarang, Juli 2018

Dewi Prastiwi

viii
ix

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PENGESAHAN UJIAN TESIS ..................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT....................................................................................................... vi

PRAKATA ...................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


1.2 Identifikasi Masalah................................................................................. 7
1.3 Cakupan Masalah..................................................................................... 8
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................... 10
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................... 13


2.2 Kerangka Teoritis .................................................................................... 19
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 31
2.4 Hipotesis .................................................................................................. 34

ix
x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 35


3.2 Populasi dan sampel ................................................................................ 36
3.3 Variabel penelitian................................................................................... 37
3.4 Instrumen dan Teknik pengumpulan data................................................ 37
3.5 Validitas dan Teknik analisis data ........................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 52


4.2 Pembahasan ............................................................................................ 63

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................. 86


5.2 Saran ....................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89

LAMPIRAN..................................................................................................... 99

x
xi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Kegiatan Pembelajaran Guided Inquiry .................... 24

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Dasar.................................... 27

Tabel 3.1 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data........................... 37

Tabel 3.2 Hasil Validitas Uji Coba Soal Pilihan Ganda........................ 40

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda.................................................... 43

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal....................................... 43

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Soal.......................................................... 44

Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda......... 44

Tabel 3.7 Acuan pengubahan Nilai Skor Menjadi Nilai Kategori........ 46

Tabel 3.8 Kriteria Peningkatan Hasil Belajar........................................ 48

Tabel 3.9 Pedoman Wawancara Terpimpin Motivasi Belajar............... 49


Tabel 3.10 Acuan Pengubahan Nilai Skor Menjadi Nilai Kategori........ 49
Tabel 3.11 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan .................. 51

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest....................................... 54

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest..................................... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretest.......................... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest....................................... 57

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest................................... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest.......................... 59

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan N-Gain..................................................... 60

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains Aspek 61


Psikomotorik Kelas Eksperimen.........................................
Tabel 4.9 Hubungan antara KPS dengan Motivasi Belajar Siswa 62

xi
xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir................................................................. 33

Gambar 3.1 Desain penelitian................................................................... 35

Gambar 4.1 Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest....................................... 53

Gambar 4.2 Skor Rata-rata KPS Ranah Kognitif...................................... 69

Gambar 4.3 Skor Rata-rata KPS Ranah Psikomotorik.............................. 71

Gambar 4.4 Motivasi Belajar.................................................................... 81

xii
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Silabus dan RPP.................................................................... 100

Lampiran 2 Materi Ajar............................................................................ 142

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa.............................................................. 148

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Evaluasi.......................................................... 159

Lampiran 5 Soal Evaluasi......................................................................... 160

Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Penelitian...................................... 163

Lampiran 7 Kisi-kisi Soal Uji Coba......................................................... 168

Lampiran 8 Soal Uji Coba........................................................................ 170

Lampiran 9 Sebaran Data Soal Uji Coba.................................................. 180

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Soal uji coba........................................... 181

Lampiran 11 Daya Beda Soal Uji Coba...................................................... 182

Lampiran 12 Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba......................................... 183

Lampiran 13 Kisi-kisi Soal Pretest Posttest .............................................. 184

Lampiran 14 Soal Evaluasi Pretest Posttest................................................ 186

Lampiran 15 Rekapitulasi Ketuntassan Belajar Kelompok Kontrol........... 192

Lampiran 16 Rekapitulasi Ketuntassan Belajar Kelompok Eksperimen.... 193

Lampiran 17 Uji Statistik Nilai Pretest....................................................... 194

Lampiran 18 Rekapitulasi Ketuntassan Belajar Kelompok Kontrol........... 196

Lampiran 19 Rekapitulasi Ketuntassan Belajar Kelompok Eksperimen.... 197

Lampiran 20 Uji Statistik Nilai Posttest..................................................... 198

xiii
xiv

Halaman
Lampiran 21 Rubrik Penilaian KPS Ranah Psikomotorik.......................... 200

Lampiran 22 Rekapitulasi observasi keterampilan psikomotorik............... 202

Lampiran 23 Kisi-kisi Wawancara erpimpin............................................ 203

Lampiran 24 Daftar Pertanyaan Wawancara.............................................. 204

Lampiran 25 Rekapitulasi Hasil Wawancara Kelompok Kontrol.............. 206

Lampiran 26 Rekapitulasi Hasil Wawancara Kelompok Eksperimen....... 207

Lampiran 27 Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model Guided 208


Inquiry dengan Mind Mapping............................................

Lampiran 28 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Guided Inquiry dengan 210


Mind Mapping.......................................................................

Lampiran 29 Surat-surat Penelitian.......................................................... 211

Lampiran 30 Dokumentasi Pekerjaan Siswa dan Hasil Observasi............. 213

Lampiran 31 Dokumentasi Penelitian............................................................. 221

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Abad 21 dikenal sebagai abad pengetahuan yang merupakan landasan utama

untuk berbagai aspek kehidupan. Menghadapi tantangan abad 21 di bidang sains

dan teknologi, para siswa perlu dibekali dengan keterampilan abad ke-21 untuk

memastikan daya saing mereka di era globalisasi. Selain unggul dalam kinerja dan

prestasi akademis, setiap siswa harus dapat mengaplikasikan keterampilan abad

ke-21 dalam pendidikan sains. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Turiman (2012) menjelaskan bahwa dengan perkembangan teknologi dan ledakan

pengetahuan di era digital, kemampuan abad ke-21 dapat diupayakan melalui

keterampilan melek ilmiah dan sains. Pendidikan IPA di abad ke 21 bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan abad 21

yang perlu dimiliki setiap peserta didik mencakup 4 komponen yang dikenal

dengan istilah 4 Cs Skills meliputi: Communication, Collaboration, Critical

Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation.

Pembelajaran IPA merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan 4Cs

Skills. Melalui berbagai metode yang sesuai, kemampuan peserta didik dalam

berpikir logis dan kritis, berargumentasi secara rasional serta keterampilan

pemecahan masalah dapat dikembangkan melalui pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA pada hakikatnya terdiri atas produk, proses, dan sikap yang

1
2

menuntut siswa melakukan eksperimen dan pemecahan masalah. Pembelajaran

IPA merupakan ilmu yang lebih ditekankan pada kegiatan proses, karena siswa

dituntut aktif selama proses pembelajaran guna membangun pengetahuannya

melalui serangkaian kegiatan yang mendorong siswa menuju proses penemuan.

Proses ilmiah yang dilakukan dalam pembelajaran IPA untuk mencari

pengetahuan dan kebenaran ilmiah melalui penyelidikan disebut dengan

ketrampilan proses sains. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 dalam standar isi

mata pelajaran IPA kelas III dan IV yang tercantum pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 mengharapkan pembelajaran

IPA hendaknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk mengembangkan kerja

ilmiah yang mencakup proses dan sikap ilmiah. Peserta didik diharapkan mampu

mengkonstruksi konsep IPA melalui kerja ilmiah dan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa kelas IV SDN Krobokan

Kota Semarang, peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam pembelajaran

ipa, yaitu 1) Proses pembelajaran IPA kurang maksimal, masih ada beberapa

siswa yang mendapat nilai dibawah KKM, 2) siswa masih belum terbiasa

menggunakan proses ilmiah dalam berpikir, ditandai dengan kurangnya

ketrampilan proses berpikir ilmiah selama pembelajaran berlangsung, serta

3) pelaksanaan penerapan model pembelajaran Kurikulum 2013 yang belum

maksimal. Temuan terkait pencapaian prestasi IPA di Indonesia berdasarkan hasil

survei TIMSS tahun 2015, menunjukkan bahwa hasil skor IPA siswa Indonesia

berada pada ranking 45 dari 48 negara yang dievaluasi dengan pencapaian rerata

skor siswa 26% dalam domain penalaran. Hasil tes dan evaluasi PISA 2015
3

ketrampilan siswa Indonesia masih tergolong rendah dengan skor pencapaian

untuk sains, membaca, dan matematika berada di peringkat 62, 61, dan 63 dari 69

negara yang dievaluasi. Hasil observasi dan survei tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan dan keterampilan sains siswa Indonesia baru berada pada tahap

pengetahuan dasar dan belum mampu menganalisis serta menghubungkan dan

menerapkan topik sains melalui kerja ilmiah selama proses pembelajaran,

sehingga dapat disimpulkan keterampilan proses sains siswa masih rendah.

Penelitian ini enggunakan model guided inquiry karena dengan model

tersebut siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor keterampilan prosesnya

melalui kegiatan berbasis penyelidikan serta dengan perpaduan teknik mind

mapping untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Guided inquiry atau inkuiri

terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran inovatif dalam Kurikulum

2013 untuk memfasilitasi siswa mengembangkan keterampilan proses sains dalam

memecahkan suatu permasalahan. Model inkuiri terbimbing adalah model

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Melalui model pembelajaran inkuiri

terbimbing, siswa dituntut untuk memahami sendiri konsep dari suatu pelajaran.

Suduc (2015) dalam artikelnya yang berjudul inquiry based science learning in

primary education, menyatakan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri terbukti

merangsang kreativitas siswa, membantu siswa dalam mengkonstruksi makna dan

memperoleh pengetahuan ilmiah. Penerapan model inkuiri terbimbing juga

berdampak pada peningkatan pengetahuan ilmiah dan pemahaman makna dari

materi yang diajarkan, karena melatih siswa untuk mandiri dalam mencari dan

menemukan suatu konsep berdasarkan pengalaman yang dimiliki.


4

Menurut Anam (2016: 13) ciri utama model pembelajaran inkuiri adalah

menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan

yang artinya siswa ditempatkan sebagai subjek belajar dan seluruh aktivitas siswa

diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Dewi, et al, 2013)

yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap sikap

Ilmiah dan Pemahaman Konsep IPA”, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah antara

siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dan

model pembelajaran inkuiri”. Penelitian lain yang mendukung yakni penelitian

yang dilakukan oleh (Şimşek & Kabapinar, 2010) yang berjudul “The effects of

inquiry-based learning on elementary students’ conceptual understanding of

matter, scientific process skills and science attitudes”, dari hasil penelitiannya

membuktikan bahwa Inquiry Based Learning dapat meningkatkan pemahaman

konseptual siswa dan mengembangkan keterampilan proses ilmiah siswa. Penelitian

yang dilakukan Sever & Guven (2014) menunjukkan penerapan pembelajaran

inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan

sikap ilmiah yang ditunjukkan siswa kelas 7 terhadap pembelajaran sains dan

teknologi di Turki. Khan (2011) menyatakan model inkuiri terbimbing

memberikan dampak terhadap peningkatan pemahaman konsep dan

mengembangkan keterampilan berpfikir kreatif siswa. Didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Wanga (2015) yang menunjukkan bahwa penerapan

pembelajaran berbasis inquiri dapat meningkatkan minat belajar sains.


5

Selama proses pembelajaran inkuiri terbimbing, banyak sekali informasi yang

diterima dan diolah oleh siswa dalam proses inkuiri ilmiah. Situasi seperti ini

mengharuskan siswa untuk mencatat banyak hal penting dan di saat yang sama

mereka harus mengingat informasi tersebut untuk digunakan kembali (recall).

Long & Carlson (2011) menyatakan kesulitan siswa terletak pada kemampuan

membuat catatan dan menentukan hubungan antara konsep-konsep. Cara

mengatasi hal tersebut dengan menggunakan teknik yang dapat membekali siswa

dengan keterampilan menyimpan informasi yang diterima dalam memori jangka

panjangnya. Kesulitan memproses dan mengorganisasikan informasi ataupun

materi pelajaran di sekolah dapat diatasi dengan menggunakan teknik mind

mapping (peta pikiran). Penggunaan mind map membantu siswa dalam membuat

dokumentasi materi pelajaran dengan kreatif dan mengulangnya kembali di

rumah, memudahkan mengingat dan menghubungkan sebuah ide dengan ide

lainnya.

Menurut Buzan (2007:2), mind mapping adalah cara termudah untuk

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi keluar

dari otak”. Mind mapping merupakan cara membuat catatan yang kreatif, efektif

dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Buzan (2007: 5) juga

menerangkan bahwa mind map juga menjadi jembatan yang hebat bagi ingatan,

memungkinkan seseorang untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa

sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Hal tersebut menjadikan

proses mengingat informasi akan lebih mudah. Dengan mind map, daftar

informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat


6

teratur dan mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja otak dalam

melakukan berbagai hal. Kelebihan mind mapping menurut Bala (2018: 59) antara

lain: 1) informasi akan teridentifikasi secara lebih baik, 2) hubungan masing-

masing informasi secara mudah dapat dikenali, 3) lebih mudah dipahami dan

diingat, 4) informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak

keseluruhan struktur mind mapping sehingga mempermudah proses pengingatan

dan 5) Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci.

Penerapan tehnik mind mapping terhadap kemampuan meningkatkan

motivasi belajar siswa juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh oleh

Keles (2012) dengan judul elementary teacher’s views on mind mapping. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan peta pikiran membantu

guru meningkatkan proses pembelajaran, perencanaan dan mengevaluasi

pembelajaran serrta membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Batdi (2015)

juga mengemukakan dari hasil meta analitik menunjukkan bahwa pemetaan

pikiran memiliki pengaruh positif terhadap prestasi akademik, sikap dan retensi

(ingatan) siswa dalam pembelajaran. Adodo (2013) menjelaskan bahwa

penggunaan mind mapping dapat membantu siswa untuk mengasosiasikan

gagasan dan melatih siswa dalam berpikir kreatif.

Penerapan model inkuiri terbimbing disertai dengan teknik mind mapping

dimaksudkan agar siswa lebih mudah dalam memahami dan mengingat suatu

materi pembelajaran, kreatif dalam belajar serta memudahkan siswa dalam belajar

sehingga ketrampilan proses sains dan motivasi belajar siswa menjadi lebih

meningkat. Perpaduan antara inkuiri dengan mind map juga diharapkan dapat
7

memberikan pengalaman belajar bermakna terhadap siswa. Berdasarkan ulasan

latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti akan menguji keefektifan model

pembelajaran guided inquiry dengan teknik mind mapping dalam mengoptimalkan

keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Krobokan

Kota Semarang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil observasi dan survei (PISA dan TIMMS) menunjukkan bahwa

keterampilan proses sains siswa Indonesia masih rendah.

2. Kesulitan siswa dalam memahami dan mengingat materi serta menentukan

hubungan antara konsep-konsep dalam pembelajaran ditandai dengan

banyaknya siswa yang mendapat nilai dibawah KKM (70).

3. Keterampilan proses sains siswa belum optimal, siswa belum terbiasa

menggunakan proses berpikir ilmiah selama proses pembelajaran berlangsung

sehingga pembelajaran kurang bermakna.

4. Banyaknya materi yang dipelajari dengan metode mencatat sehingga siswa

kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran.


8

1.3 Cakupan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Inkuiri secara bahasa berasal dari kata inquiry yang berarti penyelidikan.

Menurut Anam (2016: 7), dalam model pembelajaran ini siswa diminta untuk

mencari dan menemukan sendiri. Siswa ditempatkan sebagai subyek

pembelajaran. Model Guided inquiry adalah model pembelajaran yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif terlibat dalam proses

pembelajaran dengan melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah secara

mandiri namun tetap dengan bimbingan dari guru agar siswa lebih mudah

dalam memahami konsep pelajaran. Trianto (2010: 168-169) menyebutkan

langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai

berikut: perumusan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data,

menganalisis data dan menyimpulkan

Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

model guided inquiry adalah suatu model pembelajaran dengan melakukan

penyelidikan masalah secara mandiri dalam proses pemecahan masalah dan

guru berperan sebagai pendamping/pembimbing.

2. Menurut Bala (2018: 53) mendefinisikan mind mapping sebagai proses

memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan

tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju

pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsng diatas kertas dengan

animasi yang disukai dan mudah dimengerti oleh pembuatnya.


9

Dapat disimpulkan bahwa pengertian mind mapping dalam penelitian ini

adalah suatu cara untuk memetakan sebuah informasi yang digambarkan ke

dalam bentuk cabang-cabang pikiran sesuai imajinasi dan kreativitas masing-

masing sehingga mudah untuk diingat kembali.

3. Keterampilan proses menekankan pada penumbuhan dan pengembangan

sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa sehingga mampu memproses

informasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun pengembangan konsep

dan nilai. Indikator keterampilan proses sains menurut Liliasari & Tawil

(2014: 37) meliputi mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan

mengkomunikasikan, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis,

merencanakan percobaan, menggunakan alat bahan, menerapkan konsep dan

melaksanakan percobaan.

Istilah keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah proses ilmiah

dalam pembelajaran IPA yang dilakukan untuk mencari pengetahuan dan

kebenaran ilmiah melalui penyelidikan. Dalam penelitian ini keteerampilan

proses sains yang diteliti adalah keterampilan memprediksi,

mengklasifikasikan, mengamati, mengkomunikasikan dan membuat

kesimpulan.

4. Motivasi menurut Uno (2009:8) adalah dorongan dan kekuatan dalam diri

seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya.menurut

teori motivasi belajar yang diungkapkan oleh uno bahwa individu dikatakan

memiliki motivasi belajar apabila individu memiliki suatu tujuan yang

diharapkan dalam kegiatan belajarnya.


10

Arti dari istilah motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan

internal maupun eksternal dari dalam diri seseorang dalam mengikuti

pembelajaran IPA. Indikator motivasi belajar yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi: 1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, 2)

semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, 3) tanggung

jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar, 4) reaksi yang

ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, 5) rasa senang dan

puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

5. Materi pembelajaran IPA di kelas IV semester 2 meliputi:siklus hidup mahluk

hidup, jenis-jenis gaya, hubungan gaya dan gerak, sumber energi dan bentuk

energi. Materi ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi

IPA tentang gaya dan gerak pada siswa kelas IV SD pada kompetensi dasar

3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana peningkatan ketrampilan proses sains pada siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model guided inquiry mind mapping ?

1.4.2 Apakah model pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping lebih

efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap

keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDN

Krobokan Kota Semarang?


11

1.4.3 Bagaimana deskripsi motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model guided inquiry mind mapping dan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional?

1.4.4 Apakah terdapat hubungan yang kuat antara keterampilan proses sains dan

motivasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran guided

inquiry dengan mind mapping di kelas IV SDN Krobokan Kota Semarang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.5.1 Menganalisis peningkatan keterampilan proses sains pada siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model guided inquiry mind mapping.

1.5.2 Mengetahui keefektifan model pembelajaran guided inquiry mind mapping

dengan model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan proses

sains siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Krobokan Kota

Semarang.

1.5.3 Mendeskripsikan motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model guided inquiry mind mapping dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

1.5.4 Mengetahui kekuatan hubungan antara keterampilan proses sains dan

motivasi belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran guided

inquiry dengan mind mapping di kelas IV SDN Krobokan Kota Semarang.


12

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan dukungan empiris

terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi

konsep pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping yang mendorong

pengkajian lebih dalam pada tataran praktis. Diharapkan dapat memberikan

acuan alternatif bagi praktisi pendidikan dalam mengembangkan proses

pembelajaran yang sesuai dengan teori-teori dan konsep baru yang

didasarkan pada dinamika dan tuntutan zaman.

1.6.2 Manfaat Secara Praktis

1.6.2.1 Bagi Siswa

Melalui pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping ini

diharapkan dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan

meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran sains.

1.6.2.2 Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman, pengetahuan dan

keterampilan guru dalam merancang model pembelajaran yang menarik

yaitu model guided inquiry dengan mind mapping.

1.6.2.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran untuk

meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan prestasi siswa pada

khususnya.
13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA

BERPIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Salah satu tujuan paling penting dari pendidikan sains adalah untuk melatih

siswa dalam melakukan penyelidikan. Siswa harus mengintegrasikan

keterampilan, pengetahuan, dan sikap untuk mengembangkan pemahaman

konsep ilmiah yang lebih baik. Keterampilan proses sains adalah alat yang

diperlukan untuk memproduksi dan menggunakan informasi ilmiah, melakukan

penelitian ilmiah, dan memecahkan masalah (Aktamis & Ergin, 2008). Penelitian

ini dilakukan berdasarkan beberapa rujukan penelitian terdahulu yang dijadikan

sebagai acuan maupun gambaran untuk mendukung proses penelitian. Penelitian

yang dilakukan oleh Zeidan (2015) dengan judul Science Process Skills and

Attitudes toward Science among Palestinian Secondary School Students,

menunjukkan bahwa sikap positif terhadap sains membuat siswa lebih tertarik

untuk fokus pada proses sains. Dengan demikian, saat siswa memahami

keterampilan proses sains, sains menjadi lebih menarik bagi mereka, yang

kemudian dapat meningkatkan motivasi belajar terhadap sains.

Maretasari (2012) mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya, penerapan

model inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah siswa. yang lebih efektif

terhadap keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa. Suduc (2015)

13
14

dalam artikel nya yang berjudul Inquiry Based Science Learning in Primary

Education, menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya pembelajaran berbasis

inkuiri terbukti merangsang motivasi siswa, membantu siswa dalam

mengkonstruksi makna dan memperoleh pengetahuan ilmiah. Penelitian yang

dilakukan Sever & Guven (2014) menunjukkan penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan sikap

ilmiah yang ditunjukkan siswa kelas 7 terhadap pembelajaran sains dan teknologi

di Turki. Khan et al (2011) menyatakan model inkuiri terbimbing memberikan

dampak terhadap peningkatan pemahaman konsep dan mengembangkan

keterampilan berpfikir kreatif siswa. Didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Wanga (2015) yang menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis

inquiri dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar sains. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa lingkungan yang berbeda sangat mempengaruhi efek

pengajaran berbasis penyelidikan di tiap sekolah. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Bekiroglu (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis

inquiry dapat meningkatkan kemampuan proses ilmiah siswa. Penelitian yang

dilakukan ole Adnyana (2017) juga menunjukkan respon tanggapan positif siswa

terhadap pembelajaran sains berbasis QBIM (Question-Based Inquiry Module).

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bayram (2013)

dengan judul Effect of inquiry based learning method on students’ motivation,

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis penyelidikan

berpengaruh pada sikap siswa dan menunjukkan adanya sikap positif terhadap

pembelajaran sains dengan model inquiry based learning.


15

Penelitian lain dilakukan oleh Gormally (2009) menunjukkan peningkatan

yang lebih besar dalam kemampuan melek sains dan penelitian siswa dengan

menggunakan instruksi lab inquiry serta terdapat peningkatan kepercayaan diri

pada diri siswa terhadap kemampuan ilmiah dibandingkan dengan penggunaan

model tradisional. Yildirim (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Effects Of

Inquiry Based Learning Activities On Scientific Process Skills And Academic

Achievement Of Preservice Classroom Teachers mengemukakan bahwa

lingkungan penelitian berbasis penyelidikan ilmiah mempengaruhi kemampuan

proses ilmiah dan meningkatkan prestasi akademik daripada metode tradisional.

Selain itu, para siswa dalam proses penyelidikan ilmiah menunjukkan sikap yang

lebih antusias dan pembelajaran lebih menyenangkan. Supriyatman (2014) juga

menjelaskan bahwa kemampuan proses sains dan penguasaan konsep siswa dapat

ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran inquiry dengan

menggunakan simulasi komputer interaktif. Abungu (2014) dalam hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa SPSTA (Science Process Skills Teaching

Approach) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Aydinli (2011) mengemukakan bahwa dalam penelitiannya menunjukkan tingkat

kinerja siswa terhadap keterampilan proses sains terpadu memiliki nilai rata-rata

cukup memuaskan. Selain itu, ada hubungan positif antara kinerja dan jenis

kelamin, tingkat kelas, latar belakang ekonomi, latar belakang pendidikan ibu

mereka, jumlah keluarga terhadap. Vlassi (2013) menyatakan perbandingan

antara metode penyelidikan terpadu dan metode tradisional menunjukkan

supremasi signifikan. Temuan juga menunjukkan skor kinerja yang lebih tinggi
16

dalam tes untuk anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Kurniawan (2013) menyatakan bahwa metode inquiry terbimbing dapat

meningkatkan pemahaman konsep siswa dan kreativitas siswa dalam membuat

media pembelajaran. Prabowo (2015) menunjukkan bahwa Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari penguasaan KPS

dengan menerapkan pembelajaran berbasis sains, dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Wardani (2016) yang menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan keaktifan siswa. Muna

(2016) menyatakan bahwa Guided inquiry learning ini dapat menjadi pilihan

model pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan metakognisi siswa.

Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan

guided inquiry learning terhadap keterampilan metakognisi siswa dengan

kontribusi pengaruh sebesar 16.48%. Rahmawati (2014) menyatakan berdasarkan

hasil penelitiannya bahwa praktikum berbasis inkuiri dapat meningkatkan KPS

siswa. Minawati (2014) mengemukakan berdasarkan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa penggunaan LKS IPA Terpadu berbasis inkuiri terbimbing

berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Hasil belajar IPA di

kurikulum 2013 mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, sehingga

menggunakan penilaian autentik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Triamijaya (2015) menunjukkan bahwa asesmen

autentik berbasis inkuiri dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran IPA


17

ditandai dengan ketuntasan klasikal lebih dari 85% siswa telah mencapai

ketuntasan belajar pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Langkah-langkah pembelajaran pada model inkuiri terbimbing terdiri dari

orientasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan

data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Selain menerapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing, peneliti juga menggunakan metode mind

mapping sebagai pendukung pembelajaran dalam meningkatkan motivasi siswa.

Pada langkah mengumpulkan data, siswa menuliskan hasil pengamatan melalui

mind mapping. Dengan menggunakan mind mapping, siswa akan lebih mudah

dalam menganalisis data. Keterlibatan siswa secara langsung untuk membuat

mind mapping sesuai dengan perkembangan kognitifnya diharapkan dapat

membuat pembelajaran lebih menarik sehingga motivasi siswa meningkat.

Penggunaan mind mapping dalam model guided inquiry didukung oleh

penelitian yang dilakukan Safitri (2016) bahwa penerapan metode mind map

dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD.

Penelitian lain yang mendukung yakni penelitian yang dilakukan oleh Parikh

(2016) dengan judul “Effectiveness of Teaching through Mind Mapping

Technique”. Dari hasil penelitian nya disimpulkan bahwa penggunaan teknik

Mind Mapping lebih efektif daripada metode tradisional dalam meningkatkan

prestasi akademik siswa. Batdi (2015) juga mengemukakan dari hasil meta

analitik menunjukkan bahwa pemetaan pikiran memiliki pengaruh positif

terhadap prestasi akademik, sikap dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Adodo (2013) menjelaskan bahwa penggunaan mind mapping dapat membantu


18

siswa untuk mengasosiasikan gagasan dan melatih siswa dalam berpikir kreatif.

Fatmawati (2016) menyatakan bahwa mind mapping dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa kelas 6 SD. Ziyadi (2017) dalam

penelitiannya yang berjudul “Use of Model Mind Mapping of Motivation to

Improve Student Achievementin Math Class Materials Integer V Elementary

School 200201 Padangsidimpuan State” menambahkan bahwa teknik mind

mapping memiliki pengaruh yang sinifikan terhadap motivasi belajar dengan

prestasi belajar siswa kelas 5. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Tuan, et al (2005) dengan judul “Investigating The Effectiveness

Of Inquiry Instruction On The Motivation Of Different Learning Styles Students”

yang menunjukkan bahwa pengajaran sains berbasis inquiry dapat memotivasi

siswa dengan gaya belajar yang berbeda dalam pembelajaran sains. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmad (2014), penerapan mind mapping

secara signifikan dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa. Ini

menunjukkan bahwa pemetaan pikiran dapat membantu mereka untuk

memahami, mengklarifikasi konsep, dan juga meningkatkan minat mereka dalam

belajar. Nopiyanti (2016) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

word square berbantuan mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar IPA siswa kelas IV SD. Fauziah (2017) mengemukakan penerapan model

mind map juga dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa.

Noviasari (2015) menyatakan hasil analisis penelitiannya terjadi peningkatan

skor rata-rata keterampilan subjek dalam membuat mind map sebesar 29,6 poin

atau 73,086% membuat adanya peningkatan skor kreativitas (Creativity Quotient)


19

subjek. Maka dari itu metode belajar menggunakan mind map dikatakan efektif

untuk meningkatkan kreativitas pada peserta didik. Penelitian yang dilakukan

oleh Priantini (2013) menunjukkan adanya perbedaan keterampilan berpikir

kreatif yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan

metode Mind Mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian kajian pustaka diatas, terdapat beberapa fokus penelitian

yang akan diambil pada penelitian ini, yaitu penelitian ini lebih menekankan pada

penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dengan mind mapping pada

pembelajaran IPA kelas 4 SD. Kajian penelitian diatas memberikan gambaran

kajian mengenai teori yang akan digunakan, pendekatan penelitian maupun hasil

yang ditemukan sehingga dapat menunjang penelitian yang akan dilakukan.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Teori Belajar yang Mendukung

2.2.1.1 Teori Piaget

Piaget dalam Rifa’i (2011: 27), berpendapat bahwa tahap-tahap

perkembangan kognitif meliputi tahap sensorimotorik, tahap praoperasional, tahap

opersional konkret, dan tahap operasional formal.

1. Tahap sensori motor

Pada tahap sensori motor (0-2 tahun), anak menyusun pemahaman dunia dengan

mengkoordinasikan pengalaman indera (sensori) dengan gerakan motorik.

2. Tahap pra-operasional

Pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi

oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia
20

belum mampu melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara

konsisten.

3. Tahap opersional konkret

Pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), seorang anak dapat membuat

kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda

konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara

bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).

4. Tahap operasional formal

Pada tahap operasional formal (11 tahun ke atas), kegiatan kognitif seseorang

tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar

secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara

deduktif. Pada tahap ini pula, seorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek

dari situasi secara bersama-sama.

Piaget (dalam Tawil dan Liliasari, 2014) mengemukakan bahwa kemampuan

berpikir anak akan berkembang bila dikomunikasikan secara jelas dan cermat

yang dapat disajikan berupa grafik, diagram, tabel, gambar atau bahasan isyarat

lainnya.

2.2.1.2 Teori Pemahaman Konsep Bruner

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap

yaitu: a) tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya

untuk memahami lingkungan sekitarnya, b) tahap ikonik, seseorang memahami

objekobjek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, c) tahap

simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak


21

yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika,

(Suprijono, 2012: 24)

Bruner (dalam Tawil dan Liliasari, 2014) mengemukakan bahwa dalam

pengajaran keterampilan proses sains melalui proses penyelidikan dan penemuan

anak akan menggunakan pikirannya untuk melakukan berbagai konsep.

2.2.1.3 Teori Belajar Bermakna

Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Belajar

bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-

konsep yang relevan yang terdapat padastruktur kognitif seseorang. Dengan

berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel

yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang

dipelajari. Menurut Ausubel, “ada dua dimensi belajar, yaitu dimensi belajar

penerimaan/ penemuan dan dimensi belajar hafalan, yang merupakan suatu kontinu

bukan dikotomi”. Belajar bermakna akan terjadi bila informasi baru dapat

dikaitkan pada konsep yang ada dalam struktur kognitif. Belajar hafalan terjadi bila

informasi tidak dapat dikaitkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur

kognitif, karena konsep-konsep ini tidak mirip dengan informasi baru itu.

Ausubel (dalam Tawil dan Liliasari 2014) berpendapat jika anak belajar

dengan perolehan informasi melalui penyelidikan dan penemuan, maka belajar ini

menjadi belajar yang bermakna. Hal ini termasuk apabila informasi yang

diperolehnya dapat berkaitan dengan konsep atau informasi yang sudah ada

sebelumnya.
22

Pendapat dari ketiga pakar diatas dapat diambil disimpulkan bahwa yang

menghubungkan ketiganya dalam suatu bentuk dukungan terhadap penggunaan

KPS yaitu adanya kemampuan dan tahap intelektual serta pandangan belajar

terhadap perkembangan pengetahuan anak, maka cara belajar anak menggunakan

berbagai aspek inquiry akan menyebabkan hasil belajar yang bermakna.

2.2.2 Pembelajaran Guided Inquiry

2.2.2.1 Pengertian Guided Inquiry

Guided inquiry merupakan model pembelajaran yang biasanya diawali

dengan pemberian pertanyaan awal atau permasalahan oleh guru.

Menurut Anam (2016: 11) pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh keampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritism logis, analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model

pembelajaran guided inquiry memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencari dan menemukan informasi melalui proses penyelidikan namun dengan

bimbingan dan petunjuk dari guru. Artinya dalam proses inquiry siswa tidak

dilepas begitu saja namun tetap mendapat petunjuk, arahan dan bimbingan dari

guru.

Proses pembelajaran diawali dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan atau

permasalahan oleh guru sehingga membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Siswa

merasa tertantang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga siswa

aktif terlibat dalam pemecahan masalah. Siswa berperan aktif dalam melakukan

penyelidikan dan dalam proses pemecahan masalah, hal ini membuat siswa lebih
23

memahami konsep-konsep pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran guided

inquiry menurut Trianto (2010: 141-142) adalah sebagai berikut:

1)perumusan masalah, 2)menyusun hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4)

menganalisis data dan 5) menyimpulkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa guided inquiry adalah model pembelajaran

yang memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif terlibat dalam proses

pembelajaran dengan melakukan penyelidikan dan pemecahan masalah secara

mandiri namun tetap dengan bimbingan dari guru agar siswa lebih mudah dalam

memahami konsep pelajaran.

2.2.2.2 Kelebihan Model Pembelajaran Guided Inquiry

Model pembelajaran berbasis inquiry memiliki beberapa keuntungan.

Menurut Bruner (dalam Anam, 2016: 16) model guided inquiry memiliki

beberapa keunggulan, yaitu: 1) siswa akan memahami konsep dasar dan ide-ide

dengan baik, 2) membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada

situasi-situasi proses belajar yang baru, 3) mendorong siswa untuk berpikir

inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, 4) memberikan kepuasan yang

bersifat intrinsik dan 5) situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

Jadi, pada dasarnya model pembelajaran berbasis inquiry dapat

mengkondisikan siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif, dan mendorong

siswa menarik kesimpulan sendiri berdasarkan hasil penemuan dan penyelidikan

yang mereka lakukan.


24

Tabel 2.1 Sintaks Kegiatan Pembelajaran Guided Inquiry

No Fase Perilaku Siswa Aspek KPS


1. Menyajikan Siswa mengidentifikasi masalah Keteramplilan Mengamati
pertanyaan atau dan bekerja dalam kelompok
permasalahan . dengan bimbingan guru.

2. Membuat Siswa membuat hipotesis, Keterampilan


hipotesis merumuskan hipotesis yang Memprediksi
relevan dengan permasalahan dan
menentukan hipotesis mana yang
menjadi prioritas dalam
penyelidikan.

3. Mengumpulkan Siswa mengumpulkan Keterampilan Mengamati,


data. informasi/data melalui percobaan Mengkomunikasikan.

4. Menganalisis Siswa menyampaikan hasil Keterampilan


data pengolahan data yang terkumpul. Memprediksi,
Mengklasifikasi.

5. Membuat Siswa dalam membuat kesimpulan Keterampilan


kesimpulan mengkomunikasikan

2.2.3 Mind Mapping

Mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

mengoptimalkan hasil belajar. Metode ini dikenalkan pertama kali oleh Tony

Buzan pada awal 1970an. Buzan (2007) mengungkapkan bahwa mind

mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan

“memetakan” pikiran - pikiran. Mind map atau peta pikiran adalah sebuah

diagram yang digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide (pikiran),

tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran

juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta

mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi,

pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Lebih lanjut

Buzan (2007) berpendapat bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali
25

informasi dari dalam dan dari luar otak. Sistem bekerja otak diatur secara alami

dengan menggunakan peta pikiran. Peta pikiran membuat otak manusia

tereksplor dengan baik, dan bekerja sesuai fungsinya. Dengan kombinasi

warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, akan merangsang secara visual.

Sehingga infomasi dari mind mapping mudah untuk diingat.

Peta pikiran/ mind mapping dapat digunakan untuk berbagai tujuan.

Buzan (2007: 6) mengemukakan beberapa manfaat penggunaan mind mapping,

antara lain: 1) membantu individu dalam merencana, 2) membantu seseorang

menjadi lebih kreatif, 3) Meningkatkan daya ingat, 4) menghemat waktu, 4)

belajar lebih cepat dan efisien dan 5) mengaktifkan seluruh bagian otak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi

mind mapping adalah suatu cara untuk memetakan sebuah informasi yang

digambarkan ke dalam bentuk cabang-cabang pikiran sesuai imajinasi dan

kreativitas masing-masing.

2.2.4 Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan proses dalam

melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains (Liliasari & Tawil,

2014:7). Keterampilan proses adalah keterampilan ilmiah yang melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial yang

diperlukan untuk memperoleh dan mengembangkan fakta, konsep dan prinsip

IPA (Rustaman, 2005:86). Keterampilan kognitif terlibat karena dengan

melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan

manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan


26

penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.

Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka

berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar,

misalnya mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu

dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman

belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses

atau kegiatan yang sedang dilakukan. KPS sangat penting bagi setiap siswa

sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains

serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan

pengetahuan yang telah dimiliki.

Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:

1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat

memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan,

tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu

pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif.

3. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan

sekaligus.

Funk (Trianto, 2010:144) membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan,

yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) dan

keterampilan proses terpadu (integrated science skill). Dimyati & Mudjiono

(2009), menguraikan keterampilan proses dasar yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.
27

Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Proses Dasar


Keterampilan Indikator
Proses
Pengamatan 1. Mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan indra,
2. Mengumpulkan data tentang tanggapan- tanggapan,
3. Muncul keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan tentang
lingkungan, dan meneliti lebih lanjut
Klasifikasi 1. Menentukan berbagai jenis golongan.
2. Menggolongkan dengan mengamati persamaan, perbedaan dan
hubungan,
3. Memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khusus.
Komunikasi 1. Mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan lain,
2. Menyampaikan perolehan dalam bentuk suara, visual atau suara
visual,
3. Mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta
dan sebagainya.
Prediksi 1. Membuat ramalan tentang segala hal yang dapat diamati diwaktu
mendatang,
2. Didasarkan atas observasi yang cermat, hungan antara fakta,
konsep dan prinsip ilmu pengetahuan.
Menyimpulkan 1. Menjabarkan dan menjelaskan sesuatu
berdasarkan fakta hasil pengamatan,
2. Memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan
fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
(Dimyati & Mudjiono, 2009)

Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains

Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

Pengukuran keterampilan proses memiliki karakteristik umum dan khusus

sebagaimana yang dikemukakan oleh Rustaman, et al. (2005) yaitu:

1. Karakteristik umum, yaitu:

a. Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep. Hal ini

diupayakan agar pokok uji tidak rancu dengan pengukuran penguasaan

konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji

sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.

b. Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa.

Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau

uraian, atau objek aslinya.


28

c. Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja,

misalnya interpretasi.

d. Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.

2. Karakteristik khusus, yaitu:

a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya

b. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola

c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan

perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan

atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk

d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan

atau ramalan

e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke

bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau

bentuk tabel ke bentuk grafik.

f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau

menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau

lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk

mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan,

urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan

peubah

h. Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/ prinsip yang akan

diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.


29

i. Mengajukan pertanyaan/rumusan masalah, harus memunculkan sesuatu yang

mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau

siswa termotivasi untuk bertanya.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka untuk mengukur keterampilan proses

IPA yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan bentuk tes tertulis, lisan dan

observasi. Keterampilan proses IPA bukanlah keterampilan tangan dengan

menggunakan alat-alat melainkan keterampilan berpikir proses dengan

menggunakan proses-proses IPA. Oleh karena itu, pokok ujinya pun dapat

berbentuk tes tertulis walaupun seringkali diperlukan alat untuk melengkapi

pokok uji tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses sains adalah

proses ilmiah dalam pembelajaran IPA yang dilakukan untuk mencari

pengetahuan dan kebenaran ilmiah melalui penyelidikan. Dalam penelitian ini

keterampilan proses sains yang diteliti adalah keterampilan memprediksi,

mengklasifikasikan, mengamati, mengkomunikasikan dan membuat kesimpulan.

2.2.5 Motivasi Belajar

Menurut Suprijono (2012: 163) hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal yang ada pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku ditandai dengan adanya indikator atau unsur yang

mendukung. Uno dalam Suprijono (2012: 163) indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan menjadi 6 yaitu : 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2)

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) adanya harapan dan cita-cita

masa depan, 4) adanya penghargaan dalam belajar, 5) adanya kegiatan yang


30

menarik dalam belajar, 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik

Menurut Sudjana (2009:61), motivasi belajar siswa pada saat melaksanakan

kegiatan belajar dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut: 1) minat dan perhatian

siswa terhadap pelajaran, 2) semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas

belajarnya, 3) tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar,

4)reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, 5) rasa

senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

2.2.6 Pembelajaran IPA SD

IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk

saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal

melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya

melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional1. Sedang

sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang

diperoleh. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu saintis memperoleh

penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori.

Menurut Muslichah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah

untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi dan

masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala alam,

sehingga siswa dapat berfikir kritis dan objektif.

Jadi, pada hakikatnya IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah,

proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa IPA tidak hanya terdiri
31

atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihafal, IPA juga

merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari

gejala-gejala alam yang belum dapat direnungkan

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA terdiri atas produk, proses dan sikap. Pendidikan IPA di

abad 21 telah mengalami pergeseran yang lebih menekankan proses belajar

mengajar dan metode penelitian yang menitikberatkan konsep bahwa dalam

belajar seseorang mengkontribusi pengetahuannya. Usaha mengoptimalkan

kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan, perlu diadakan model

pembelajaran yang inovatif. Siswa membentuk sendiri pengetahuan mereka secara

aktif melalui interaksi dengan lingkungannya, karena perkembangan konseptual

merupakan hasil dari interaksi antara konsep yang telah ada dengan pengalaman

yang baru. Oleh karena itu, suatu pendekatan proses dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau menyusun

suatu konsep sebagai suatu ketrampilan proses. Salah satu upaya mengoptimalkan

ketrampilan proses sains, dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran

guided inquiry yang merupakan sebuah model pembelajaran dimana siswa

diberikan kesempatan untuk menemukan konsep secara mandiri dengan

menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengetahuan baru yang

didapatkan melalui interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran ini

menekankan pada aktivitas siswa dan menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

Dengan demikian, penerapan model guided inquiry mampu meningkatkan

keterampilan proses sains siswa. Selain memiliki kelebihan, model guided inquiry
32

juga memiliki kelemahan,selama proses pembelajaran inkuiri terbimbing, banyak

informasi yang diterima dan diolah oleh siswa dalam proses inkuiri ilmiah. Hal

tersebut mengakibatkan siswa kesulitan membuat catatan materi pembelajaran.

Oleh karena itu, penerapan model guided inquiry dalam penelitian ini disertai

dengan teknik mind mapping dimaksudkan agar siswa lebih mudah dalam

memahami dan mengingat suatu materi pembelajaran serta membantu siswa

dalam mengorganisasikan atau memetakan materi IPA secara kreatif selama

proses pembelajaran. Perpaduan antara inkuiri dengan mind map diharapkan

memberikan pengalaman belajar bermakna dan menumbuhkan motivasi belajar

siswa. Secara ringkas gambaran kerangka penelitian yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:
33

Pembelajaran
IPA

Terdiri atas

 Produk
 Proses
 Sikap

Dikembangkan
Guided Inquiry Mind Mapping
dengan model
Karakteristik: Manfaat :
1)menekankan kepada aktivitas siswa 1) membantu individu dalam
(menempatkan siswa sebagai subjek belajar) merencana,
2)aktivitas belajar siswa diarahkan untuk 2) membantu seseorang menjadi lebih
kreatif,
mencari dan menemukan sendiri jawaban
3) Meningkatkan daya ingat,
3)mengembangkan kemampuan berpikir secara 4) menghemat waktu,
sistematis. 5) belajar lebih cepat dan efisien
Kelebihan : 6) mengaktifkan seluruh bagian otak.
1)siswa akan memahami konsep dasar dan ide-ide
dengan baik,
2) mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri,
3)situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.

dipadukan

Guided Inquiry Mind Mapping


(orientasi masalah, menyusun hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data
dan membuat simpulan dengan mind
mapping)

Efektif terhadap KPS dan motivasi belajar siswa

Gambar 2.1 Kerangka berpikir


34

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

Ha1: Terdapat peningkatan keterampilan proses sains pada siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model guided inquiry mind mapping.

Ha2: Model pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping lebih efektif

dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap keterampilan

proses sains siswa.

Ha3: Motivasi Belajar siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran

guided inquiry mind mapping lebih baik dibandingkan siswa yang diberi

perlakuan dengan model pembelajaran konvensional.

Ha4 : Terdapat hubungan yang kuat antara keterampilan proses sains dan motivasi

belajar IPA siswa.


35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi

Eksperimental Design dengan menggunakan bentuk Nonequivalent Control

Group Design. Desain penelitian ini digunakan karena peneliti tidak mampu

mengontrol secara penuh variabel-variabel yang dapat mempengaruhi penelitian.

Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design dapat digambarkan

sebagai berikut: (Sugiyono 2012: 118).

Gambar 3.1

Keterangan:
O1 = pretest kelas eksperimen
O2 = posttest kelas eksperimen
O3 = pretest kelas kontrol
O4 = posttest kelas kontrol
X = perlakuan yang diberikan, yaitu model guided inquiry dengan metode mind
mapping

Desain yang digunakan oleh peneliti adalah Nonequivalent Control Group

Design. Pada tahap pertama kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapat

perlakuan yang sama yaitu pelaksanaan tes awal. Tes awal digunakan untuk

menghitung kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas. Setelah itu

35
36

melaksanakan proses belajar mengajar pada kedua kelas tersebut. Kelompok

pertama (kelas eksperimen) diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran model guided inquiry dengan metode mind mapping, sedangkan

kelompok kedua (kelas kontrol) tidak diberi perlakuan dengan menggunakan

model guided inquiry dengan metode mind mapping hanya menggunakan model

pembelajaran konvensional. Tes akhir dilaksanakan di akhir pembelajaran untuk

mengetahui apakah penerapan model guided inquiry dengan metode mind

mapping lebih efektif terhadap keterampilan proses sains dan motivasi belajar

siswa.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN Krobokan gugus Arjuna

Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang.

3.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability

sampling yakni teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Penelitian ini

menggunakan Simple Random Sampling. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD N Krobokan Kota Semarang sebagai

kelas kontrol dan siswa kelas IV B SD N Krobokan Kota Semarang sebagai

kelas eksperimen.
37

3.3 Variabel Penelitian

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, dibedakan

menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Adapun penjelasannya sebagai

berikut.

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

guided inquiry dengan mind mapping dalam pembelajaran ipa.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah keterampilan proses sains dan

motivasi belajar siswa.

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpul Data

Tabel 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data Sumber data Teknik Instrumen


Studi lapangan Guru Non tes: Pedoman wawancara
Siswa Wawancara
Dokumentasi
Keterlaksanaan Guru Non Tes Lembar observasi
pembelajaran IPA Siswa
dengan model Guided
Inquiry mind mapping
Keterampilan proses Siswa Tes Soal Evaluasi
sains Non tes Lembar observasi
Motivasi belajar selama Siswa Non Tes Pedoman wawancara
pembelajaran IPA terpimpin.

3.4.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guided Inquiry

dengan Mind Mapping

Lembar observasi pada penelitian ini berupa daftar keterlaksanaan

pembelajaran yang digunakan oleh observer segai pedoman peneliti dalam


38

mngamati dan mencatat segala aktivitas guru dan siswa selama proses belajar

mengajar setiap pertemuan berlangsung. Datanya berupa hasil pengamatan dan

kritik/saran terkait jalnnya pembelajaran sehingga dapat diketahui aspek-aspek

yang perlu diperbaiki/ditingkatkan.

3.4.2 Dokumentasi

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk

mengumpulkan data nama siswa, daftar nilai, dan data penunjang lainnya. Selain

itu, peneliti menggunakan teknik dokumentasi sebagai bukti pelaksanaan

penelitian. Bukti tersebut berupa foto dan video selama proses pembelajaran.

3.4.3 Tes

Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur daya serap siswa

pada materi pembelajaran. Tes berfungsi untuk mengukur KPS siswa dari kedua

kelompok setelah memperoleh perlakuan.

3.4.4 Observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan

model guided inquiry dengan mind mapping. Observasi ini dilakukan untuk

mengetahui aktivitas ketrampilan proses sains siswa selama mengikuti

pembelajaran ipa di dalam kelas.

3.4.5 Wawancara

Ada beberapa kelebihan pengumpulan data melalui wawancara,

diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang

akan dinilai, data diperoleh secara mendalam, pertanyaan yang tidak jelas bisa

diulang dan diarahkan yang lebih bermakna.


39

Teknik wawancara terpimpin digunakan untuk mengungkapkan data

tentang motivasi belajar siswa sesudah mengikuti pembelajaran IPA pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang

dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang sudah disusun terlebih dahulu. Responden tinggal memilih jawaban yang

sudah dipersiapkan oleh penanya.

3.5 Validitas dan Teknik Analisis Data

3.5.1 Validitas Instrumen

Suatu alat ukur dikatakan valid jika alat ukur tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen diperoleh dari

hasil rata-rata dan keterangan para ahli (validator) pada saat melakukan uji ahli

dalam lembar validasi ahli berupa pendapat, saran dan kritikan. Instrumen yang

divalidasi yaitu RPP, silabus, lembar kerja siswa dan materi ajar.

3.5.2 Uji Prasyarat

3.5.2.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa saja yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2015:173).

Perhitungan validitas instrumen mengunakan software SPSS 16. SPSS adalah

sebuah program yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi.

Penghitungan validitas dengan SPSS dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Buka Program SPSS

2. Pada halaman SPSS yang terbuka, klik Variable View, pada


40

kolom Name baris pertama sampai 50 diganti dengan nama skor 1

sampai skor 50 dan pada baris ke 51 diganti dengan skor total.

3. Memasukkan data di halaman Data View. Isikan data pada

variabel skor 1, skor 2 dan seterusnya.

4. Selanjutnya melakukan analisis data, pada menu bar klik Analyze >

Correlate> Bivariate

5. Selanjutnya terbuka kotak dialog Biveriate Correlations.

Memindahkan semua variable skor ke variables. Correlation

Coefficients tetap memilih Pearson dan pada test of significance tetap

memilih Two tailed.

6. Selanjutnya Klik tombol OK (Priyatno, 2016: 146-149).

Uji coba soal terdiri dari 50 butir soal pilihan ganda. Hasil perhitungan

validitas uji coba soal disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Hasil Validitas Uji Coba Soal Pilihan Ganda

No Kriteria No soal

1. Valid 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,16,18,20,21,22,24,25,26,2
7,31,33,35,36,37,40,41,42,43,44,45,46,47,48,49,50
2. Tidak Valid 1,13,14,17,19,23,28,29,30,32,34,38,39

3.5.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument tersebut sudah baik. Hasil penelitian dikatakan reliabel apabila terdapat

kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2015:172). Uji reliabilitas
41

dilakukan pada soal yang telah memnuhi kriteria valid. Cara mengetahui

reliabilitas tes menggunakan bantuan software SPSS 16 dengan langkah-langkah

berikut.

1. Pada menu bar klik Analyze > Scale > Reliability Analysis.

2. Selanjutnya akan terbuka kotak dialog Reliability Analysis.

Memindahkan semua item pada kotak Items.

3. Pada kolom model biarkan terpilih klik Alpha.

4. Selanjutnya klik Statistics, memberi tanda centang pada Item untuk

menampilkan analisis deskriptif,

5. Klik Continue.

6. Klik OK (Priyatno, 2016: 155-157).

Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan hasil uji analisis

dengan spss dilihat pada tabel yang diperoleh.

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's Alpha Based


Alpha on Standardized Items N of Items

.894 .896 38

Diperoleh harga rtabel = 0,320 dengan jumlah responden 38 siswa dan taraf

signifikansi 5% dan alpha = 0,894. Kesimpulannya adalah alpha > rtabel, yang

artinya soal ulangan IPA kelas IV dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat

pengumpul data.
42

3.5.2.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal merupakan kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Angka penunjuk besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, dan disingkat (D) (Arikunto, 2012: 226). Peneliti melakukan

penggolongan kelompok atas dan kelompok bawah untuk mengetahui daya

pembeda. Kelompok atas dan kelompok bawah ditentukan dengan cara

mengurutkan hasil perolehan skor siswa, 50 % akan menjadi kelompok atas dan

50% akan menjadi kelompok bawah. Penentuan daya beda dilakukan melalui

penghitungan dengan rumus:

(Sumber: Arikunto, 2012: 228)

Keterangan:

J= jumlah peserta tes

JA= banyaknya peserta kelompok atas

JB= banyaknya peserta kelompok bawah

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


43

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda

Besarnya angka D Kriteria


0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat baik
(Sumber: Arikunto, 2012: 232)

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal

Keterangan Butir Soal


Jelek 3,15, 36,42
Cukup 4,5,7,11,12,16,18,20, 21,25,26,27, 40,46
Baik 2,6,8,9,22,24,31,33,35,41,43,44,45,47,48,49,50
Sangat Baik 10,37

Soal yang digunakan untuk instrumen terdiri dari 13 soal cukup, 15 soal

baik dan 2 soal sangat baik.

3.5.2.4 Taraf Kesukaran

Analisis taraf kesukaran digunakan sebagai penentu kesulitan soal. Soal

dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu sukar, sedang, dan mudah. Kriteria-kriteria

tersebut jmemiliki range nilai, yang dilambangkan dengan huruf P. Taraf

kesukarakan soal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

(Sumber: Arikunto, 2012: 223)

Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa tes
44

Hasil dari penghitungan akan diklasifikasikan berdasarkan Indeks

kesukaran soal sebagai berikut.

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Soal

Besarnya angka P Kriteria


0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Sumber: Arikunto, 2012: 225)

Analisis butir soal telah dilakukan pada soal uji coba dan dihasilkan 3 butir

soal termasuk dalam kriteria sukar, 25 butir soal termasuk dalam kriteria sedang

dan 22 soal termasuk dalam kriteria mudah. Hasil analisis taraf kesukaran soal

disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Pilihan Ganda

Keterangan Butir Soal


Sukar 25
Sedang 2,3,7,8,9,10,18,22 ,31,33,37,40,44,47, 48,49,50
Mudah 4,5,6,11,12 ,15,16,20,21,24,26,27,35,36,41,42,43,45,46

Soal yang digunakan untuk instrumen terdiri dari 1 soal sukar, 15 soal

sedang dan 14 soal mudah.

Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan

daya beda pada soal uji coba diperoleh 30 butir soal pilihan ganda yang baik dan

dapat digunakan sebagai soal pre test dan post test.

3.5.3 Analisis Statistik Data

3.5.3.1 Uji Normalitas

Penggunaan statisitik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel

yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum
45

pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian

normalitas data. Bila data tidak normal, maka statistik parametris tidak dapat

digunakan, untuk itu perlu digunakan statistik nonparametris.

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program software Statistical

Product and Service Solution (SPSS) versi 16. Menu yang digunakan untuk

mengetahui normalitas data adalah Analyze – Descriptive Statistics – Explore.

Untuk mengetahui normal atau tidaknya data, dengan melihat nilai signifikansi

pada kolom Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansinya >0,05 maka dapat

dikatakan data tersebut berdistribusi normal atau jika signifikansi < 0,05 maka

data tidak berdistribusi normal (Priyatno 2016: 73).

3.5.3.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kemampuan awal siswa,

apakah sama atau berbeda. Pada dasarnya uji homogenitas dilakukan untuk

menyelidiki terpenuhi atau tidaknya sifat homogen pada varians antar kelompok.

Jika data berdistribusi normal, data tersebut selanjutnya diuji homogenitasnya.

Jika data berdistribusi tidak normal, maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas.

Menu yang digunakan untuk mengetahui homogenitas adalah Analyze –

Compare Means – Independent sample T test. Setelah itu, lihat nilai signifikansi

dari kolom Levene Test for Equality of Variences. Jika nilai signifikansinya >

0,05 dikatakan hasilnya homogen (Priyatno 2016: 99).


46

3.5.4 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis)

3.5.4.1 Pengujian Peningkatan Keterampilan Proses Sains.

Nilai yang diperoleh dari hasil posttest merupakan data yang akan

dianalisis untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor keterampilan proses sains

aspek kognitif dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Keterampilan

proses sains pada aspek psikomotorik dianalisis berdasarkan data hasil observasi

selama mengikuti pembelajaran pada kelas eksperimen.

Skoring hasil observasi keterampilan proses sains aspek psikomotorik dari

lembar observasi untuk setiap pertemuan yaitu :

1. Skor 4 jika 4 indikator dilaksanakan

2. Skor 3, jika hanya 3 indikator yang dilaksanakan

3. Skor 2, jika hanya 2 indikator yang dilaksanakan

4. Skor 1, jika hanya 1 indikator yang dilaksanakan

Skor hasil observasi kemudian dijadikan dalam bentuk persen (%). Untuk

menentukan kriteria hasil pengukurannya digunakan klasifikasi berdasarkan rata-

rata ideal dan Standar Deviasi Ideal (SDI).

= 25 + 100 = 62,5 dan SDI = 100- 25 = 12,5


2 6
Adapun kriteria penilaian keterampilan proses sains menurut Eko (2014: 238)

acuan pengubahan skor menjadi skala empat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7 Acuan Pengubahan Nilai Skor Menjadi Nilai Kategori


No Interval Kategori Kriteria
1. X > +1. Sbi X > 75 Sangat terampil
2. <X ≤ +1. Sbi 62,5 < X ≤ 75 Terampil
3. - 1. Sbi < X ≤ 50 < X ≤ 62,5 Cukup terampil
4. X ≤ - 1. Sbi X ≤ 50 Kurang terampil
47

Untuk menguji perbedaan rata-rata skor kognitif antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol maka peneliti menggunakan uji independent sample t test. Peneliti

menggunakan software SPSS versi 16 untuk membantu mencari kesimpulan.

Berikut langkah-langkah melakukan uji t.

1. Buka program SPSS.

2. Pada halaman SPSS Statistic data editor klok variable view.

Selanjutnya membuat variabel.

3. Memasukkan data di halaman Data View.

4. Selanjutnya melakukan analisis data, pada menu bar klik

Analyze> Compare Mean>Independent Samples T test

5. Selanjutnya akan muncul kotak dialog, masukkanNilai ke kotak Test

Variable(s) dan masukkan nama Kelompok ke kotak Grouping Variables.

6. Klik tombol Define Groups kemudian masukkan kode 1 dan 2.

7. Klik Continue. Dan pada jendela utama klik OK kemudian lihat Output.

8. Klik tombol OK (Priyatno, 2016: 82-86).

3.5.4.2 Pengujian Keefektifan Model Pembelajaran Pada KPS


Nilai yang diperoleh dari hail pretest dan posttest merupakan data yang

akan dianalisis secara deskriptif persentase dengan menghitung persentase

ketuntasan belajar siswa menggunakan uji N-Gain. Berdasarkan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) belajar IPA di SDN Krobokan Kota Semarang siswa

dikatakan tuntas belajar apabila mencapai nilai minimal 70 untuk skala seratus.

Kriteria pencapaian tujuan pembelajaran aspek keterampilan proses sains

pembelajaran IPA ditetapkan 70 dan model pembelajaran dikatakan efektif jika

rata-rata posttest siswa mencapai nilai minimal 70.Jika nilai rata-rata posttest
48

siswa tidak mencapai KKM maka keefektifan pembelajaran ditentukan

berdasarkan nilai peningkatan atau skor gain dengan rumus sebagai berikut:

(Lestari dan Yudhanegara, 2015: 235)

Keterangan : SMI : Skor Maksimum Ideal

Hasil ini kemudian diklasifikasikan sesuai kriteria yang ditetapkan

sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Peningkatan Hasil Belajar

Nilai N-Gain Kriteria


N-gain ≥ 0,70 Tinggi
0,30 < N-gain < 0,70 Sedang
N-gain ≤ 0,30 Rendah

Tabel 3.8 menunjukkan kriteria peningkatan hasil belajar, maka siswa

dikatakan mengalami peningkatan hasil belajar apabila mendapatkan skor > 0,30

atau berada pada kriteria sedang dan tinggi.

3.5.4.3 Motivasi Belajar Siswa.

Data motivasi belajar siswa diperoleh dengan menggunakan instrumen non

tes dari hasil wawancara terpimpin yang berbentuk check list dengan skala Likert

kepada siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mengikuti

pembelajaran IPA pada pertemuan terakhir. Data tersebut kemudian dianalisis

dengan cara mengklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi fokus

analisis kriteria untuk memperoleh simpulan.


49

Tabel 3.9 Pedoman Penskoran Wawancara Terpimpin

Tingkat Kesesuaian
Jenis Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
Pernyataan Positif 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4

Penskoran yang digunakan dalam check list wawancara terpimpin sesudah

perlakuan adalah skor minimal 25 dan skor maksimal 100. Pemberian nilai pada

hasil skala dilakukan dengan mengkonversikannya terlebih dahulu dalam rerata

ideal dan simpangan baku. Untuk menentukan kriteria hasil pengukurannya

digunakan klasifikasi berdasarkan rata-rata ideal dan Standar Deviasi Ideal

(SDI). = 25 + 100 = 62,5 dan SDI = 100- 25 = 12,5

2 6

Menurut Eko (2014: 238) acuan pengubahan skor menjadi skala empat dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.10. Acuan Pengubahan Nilai Skor Menjadi Nilai Kategori

No Interval Kategori Kriteria


1. X > +1. Sbi X > 75 Sangat Baik
2. <X ≤ +1. Sbi 62,5 < X ≤ 75 Baik
3. - 1. Sbi < X ≤ 50 < X ≤ 62,5 Cukup
4. X ≤ - 1. Sbi X ≤ 50 Kurang

3.5.4.4.Pengujian Kekuatan Hubungan antara Keterampilan Proses Sains


dengan Motivasi Belajar Siswa.

Analisis korelasi pearson ini digunakan untuk mengetahui kekuatan

hubungan anatara korelasi kedua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap

berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Karena

variabel yang diteliti adalah data interval maka teknik statistik yang digunakan
50

adalah Pearson Correlation Product Moment (Sugiyono, 2013:216). Menurut

Sugiyono (2013:248) penentuan koefisien korelasi dengan menggunakan metode

analisis korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

= ∑ − (∑ )(∑ )
√{ ∑ 2 − (∑ )2} − { ∑ 2 − (∑ )2}
Keterangan:

= Koefisien korelasi pearson

= Variabel x

= Variabel y

= Banyak sampel

Dari hasil yang diperoleh dengan rumus di atas, dapat diketahui tingkat

pengaruh variabel X dan variabel Y. Pada hakikatnya nilai r dapat bervariasi dari -

1 hingga +1, atau secara matematis dapat ditulis menjadi -1 ≤ r ≤ +1. Hasil dari

perhitungan akan memberikan tiga alternatif, yaitu:

1. Bila r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antar kedua variabel sangat lemah

atau tidak terdapat hubungan antara variabel X terhadap variabel Y.

2. Bila r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antar kedua variabel adalah

kuat dan searah, dikatakan positif.

3. Bila r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antar kedua variabel adalah kuat

dan berlawanan arah, dikatakan negatif. Sebagai bahan penafsiran terhadap

koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman

pada ketentuan berikut ini:


51

Tabel 3.11 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval


Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah


0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2013:250)
52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Krobokan Kota Semarang pada semester

genap tahun ajaran 2017/2018. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV A dan

kelas IV B. Penelitian ini dilakukan pada 2 kelompok, kelompok pertama sebagai

kelompok kontrol yakni kelas 4A dan kelompok kedua sebagai kelompok

eksperimen yakni kelas 4B. Kegiatan pembelajaran membahas materi tema 8

pada pembelajaran IPA tentang hubungan antara gaya dan gerak dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pada kelas eksperimen menerapkan model

guided inquiry dengan mind mapping, sedangkan kelas kontrol menggunakan

model pembelajaran konvensional. Pada setiap kelas diberikan 3 kali pertemuan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keefektifan model pembelajaran

guided inquiry dengan mind mapping terhadap keterampilan proses sains dan

motivasi belajar siswa.

Pada awal pembelajaran setiap kelas diberikan pretest untuk menguji

keterampilan proses sains aspek kognitif anak sebelum diberikan perlakuan.

Selain itu, pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing

kelas. Setelah kedua kelas mengerjakan pretest, masing-masing kelas diberi

perlakuan sesuai dengan kelompok nya. Setelah mendapat perlakuan, kedua kelas

diberikan posttest yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains

setelah diberi perlakuan. Hasil pretest dan posttest akan dianalisis menggunakan

52
53

uji normalitas, uji homogenitas, uji N-Gain dan uji perbedaan dua rata-rata

menggunakan uji independent sample T-Test.

4.1.1 Peningkatan Keterampilan Proses Sains

Peningkatan keterampilan proses sains dari aspek kognitif dilihat dari hasil

pretest dan posttest. Perhitungan hasil pretest dan posttest keterampilan proses

sains aspek kognitif siswa dapat dilihat pada Gambar 4.1.

80
80
70
74
60
65 62
50
40
30
20
10
0
PRETEST POST TEST K E

(Data selengkapnya terdapat pada lampiran 15, 16, 18 dan 19)

Gambar 4.1 Rata-rata nilai pretest dan posttest

Hasil pretest pada kelas eksperimen didapatkan nilai rata-rata 62. Pada

kelas kontrol didapatkan nilai rata-rata yaitu 65. Hasil posttest pada kelas

eksperimen nilai rata-rata nya yakni 80 dan pada kelas kontrol didapatkan nilai

rata-rata 74. Hal ini menunjukkan pada masing-masing kelas mengalami

peningkatan.

4.1.1.1 Analisis Data Pretest

Analisis data tahap awal dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan.

Analisis data awal bertujuan untuk mengetahui apakah kondisi awal kelas
54

eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Data awal diperoleh dari nilai

pretest. Analisis data tahap awal meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji

kesamaan rata-rata.

4.1.1.1.1 Uji Normalitas Data Pretest

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apaka data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dihitung dengan berbantuan

program SPSS 16 dengan taraf signifikansi 5%. Untuk mengetahui normal atau

tidaknya data tersebut, kita melihat nilai signifikansi pada kolom Shapiro-wilk.

Jika nilai sig > 0,05 maka data dapat dikatakan normal. Hasil pengujian disajikan

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST KONTROL .131 33 .159 .970 33 .477
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PRETEST
.097 35 .200* .975 35 .583
EKSPERIMEN
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 17 halaman 194)

Kriteria analisis:
Ho: Data berdistribusi normal
Ha: Data tidak berdistribusi normal
55

Sampel yang diuji kurang dari 50, maka hasil uji normalitas ini dilihat

dari tabel shapiro-wilk dengan program berbantuan SPSS 16 taraf signifikansi >

0,05. Hasil perhitungan pada nilai pretest kelas kontrol diperoleh nilai sig = 0,477

> 0,05, maka Ho diterima sehingga data kelas kontrol berdistribusi normal. Kelas

eksperimen diperoleh nilai sig = 0,583 > 0,05 maka Ho diterima sehingga data

kelas eksperimen juga berdistribusi normal.

4.1.1.1.2 Uji Homogenitas Nilai Pretest

Uji homogenitas dilakukan setelah diketahui data berdistribusi normal.

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui data tersebut berasal dari

sampel yang homogen atau tidak. Uji homogenitas data awal menggunakan tes

Lavene’s melalui program SPSS 16. Jika nilai signifikan diatas 0,05 maka dapat

dikatakan hasilnya homogen.

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest


Levene's Test for Equality of Variances
Pretest
F Sig.
Equal variances
.153 .697
Assumed

Kriteria analisis yaitu:


Ho= varian data homogen
Ha= varian data tidak homogen

Berdasarkan perhitungan berbantuan SPSS menggunakan Uji Lavene Test

diperoleh nilai sig sebesar 0,697. Karena nilai sig 0,697 > 0,05 (5%) artinya Ho

diterima. Berdasarkan hasil analisis sampel dapat diketahui bahwa data pretest

diatas memiliki kelompok yang homogen.


56

4.1.1.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata dilaksanakan dengan membandingkan nilai awal

yang dilakukan pada kedua kelas. Jika nila rata-rata kelas pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol relatif sama dan tidak terpaut jauh, maka bisa dikatakan bahwa

kemampuan awal pada kedua kelas tersebut adalah sama. Uji kesamaan rata-rata

nilai pretest menggunakan independent sample t-test dengan bantuan program

SPSS 16. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Pretes

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. T df tailed) Difference Difference
PRE Equal variances
.153 .697 .846 66 .401 2.635 3.116
TEST assumed
Equal variances
.848 65.94 .400 2.635 3.108
not assumed
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 17 halaman 195)

Berdasarkan hasil perhitungan kedua sampel, dari daftar distribusi t

dengan dk = 33+35- 2= 66 dan α = 0,05 diperoleh ttabel = 1,99 dan thitung=0,846.

Sehingga untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol t hitung < ttabel dan nilai

signikansi pada kolom Sig (2-tailed) 0,401 > nilai sig 0,05 (5%) yang artinya Ho

diterima. Berdasarkan hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan awal siswa pada kedua kelas tersebut sama sehingga dengan kondisi

tersebut penelitian ini layak dilakukan.


57

4.1.1.2 Analisis Data Posttest

Analisis data tahap akhir dilakukan bertujuan untuk menjawab hipotesis

yang telah dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir yaitu

data nilai posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis nilai posttest

dilakukan dengan uji perbedaan dua rata-rata dan uji N-Gain.

4.1.1.2.1 Uji Normalitas Nilai Posttest

Uji normalitas menggunakan taraf signifikansi 0,05 (5%) dengan

berbantuan SPSS 16. Hasil uji normalitas nilai posttest kelas kontrol dan kelas

eksperimen disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
POST TEST
.139 33 .105 .957 33 .212
KONTROL
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
POST TEST
.125 35 .182 .961 35 .250
EKSPERIMEN
a. Lilliefors Significance Correction
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 20 halaman 198)

Kriteria analisis yaitu :


Ho= data berdistribusi normal
Ha = data tidak berdistribusi normal

Uji normalitas ini dihitung mengunakan uji Shapiro wilk dengan program

berbantuan SPSS 16. Hasil perhitungan pada nilai kelas eksperimen diperoleh

nilai sig =0,250. Karena nilai sig > 0,05 maka Ho diterima sehingga data kelas
58

eksperimen berdistribusi normal. Kelas kontrol diperoleh nilai sig 0,212, karena

nilai sig > 0,05 maka Ho diterima sehingga data kelas kontrol juga berdistribusi

normal.

4.1.1.2.2 Uji Homogenitas Nilai Posttest

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai posttest kedua

kelompok ada perbedaan atau tidak. Hasil uji omogenitas dihitung dengan

berbantuan program SPSS 16. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest

Levene's Test for Equality of Variances


Posttest
F Sig.
Equal variances
Assumed 3.417 .069

Kriteria analisis yaitu:


Ho= varian data homogen
Ha= varian data tidak homogen

Kriteria pengujiannya adalah bahwa data dikatakan homogen jika nilai

sig > 0,05. Berdasarkan perhitungan berbantuan SPSS 16 menggunakan Lavene

Test diperoleh nilai sig sebesar 0,069. Karena nilai sig 0,069 > 0,05 artinya Ho

diterima. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa data posttest diatas

memiliki varian data yang homogen.

4.1.1.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-rata KPS Aspek Kognitif

Skor keterampilan proses sains siswa (KPS) aspek kognitif diperoleh dari

hasil evaluasi posttest yang telah dilakukan oleh kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Uji perbedaan dua rata-rata menggunakan uji t dua pihak dengan

berbantuan SPSS 16. Cara mengetahui apakah Ho diterima atau Ha ditolak adalah
59

dengan melihat nilai t dalam kolom t-tst for equality of means. Nilai thitung

dibandingkan dengan nilai ttabel, jika nilai thitung lebih besar dari t tabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Pengambilan keputusan juga bisa dilihat dari nilai

signifikansinya. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima dan jika nilai sig < 0,05

maka Ho ditolak. Hasil perhitungan uji dua pihak dapat dilihat dari Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. T df tailed) Difference Difference
POST Equal variances
3.417 .069 2.618 66 .011 5.946 2.271
TEST assumed
Equal variances
2.599 60.424 .012 5.946 2.288
not assumed
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 20 halaman 199)

Apabila data yang diuji bersifat homogen, maka uji t menggunakan output

equal variances assumed. Jika data yang diuji tidak bersifat homogen, maka uji t

menggunakan output equal variances not assumed. Hasil uji homogenitas pada

kolom Lavene test diperoleh nilai sig 0,069 > 0,05 artinya data tersebut berasal

dari kelompok sampel yang homogen sehingga uji t menggunakan output equal

variances assumed. Hasil perhitungan menggunakan SPSS 16 berdasarkan

distribusi t dengan dk= 33 + 35 – 2= 66 dan α = 0,05 (5%) diperoleh ttabel = 1,99

sehingga thitung > ttabel yaitu 2,62 > 1,99 dan berdasarkan nilai signifikansi

0,01 < 0,05.

Berdasarkan daftar distribusi t diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,62 > 1,99 dan

berdasarkan nilai signifikansinya sebesar 0,01 < 0,05. Mengacu pda pengambilan
60

keputusan maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4.1.1.2.4 Perhitungan N-Gain

Perhitungan N-Gain bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan hasil

KPS siswa kelas IV A (kontrol) dan siswa kelas IV B (eksperimen) SDN

Krobokan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Hasil

perhitungan disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan N-Gain

Kelas Hasil Tes KPS <g> Kriteria


Pre test Post test
Kontrol 65 74 0,27 Rendah
Eksperimen 62 80 0,47 Sedang

Berdasarkan Tabel 4.7 dihasilkan data yang menunjukkan peningkatan

kelas eksperimen berada pada kategori sedang yaitu 0,47 sedangkan kelas kontrol

berada pada kriteria rendah yaitu 0,27.

4.1.1.2.5 Keterampilan Proses Sains Ranah Psikomotorik

Skor keterampilan proses sains ranah psikomotorik pada siswa kelas

eksperimen diperoleh dari kegiatan siswa selama pembelajaran IPA dengan

menerapkan model guided inquiry dengan mind mapping. Terdapat 3 kegiatan

praktikum yang dilakukan yaitu menganalisis gaya sentuh pada kehidupan

sehari-hari, menganalisis gaya tak sentuh pada kehidupan sehari-hari dan

menganalisis pengaruh gaya terhadap gerak dan bentuk benda dalam peristiwa

sehari-hari.

Data keterampilan proses sains siswa aspek psikomotorik diperoleh

melalui observasi kegiatan siswa. Observasi KPS aspek psikomotorik dilakukan


61

oleh 2 observer yang mengamati aspek-aspek KPS berdasarkan indikator yang

tercantum dalam lembar observasi. Aspek-aspek keterampilan proses sains yang

diteliti dalam peneilitian ini adalah memprediksi, mengklasifikasikan,

mengamati, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan. Hasil keterampilan

proses sains yang diperoleh berdasarkan lembar observasi disajikan pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains Aspek Psikomotorik


Kelas Eksperimen

Tingkat Penggunaan KPS


Rata-
pada Kelas Eksperimen
No Aspek KPS rata Kategori
(%)
(%)
1 2 3
1 Mengamati 78 83 89 82 Sangat Terampil
2 Mengklasifikasikan 72 75 86 77 Sangat Terampil
3 Memprediksi 72 72 83 75 Terampil
4 Membuat kesimpulan 75 86 86 83 Sangat Terampil
5 Mengkomunikasikan 81 81 86 83 Sangat Terampil
(data selengkapnya terdapat pada lampiran 21 halaman 202)

Berdasarkan Tabel 4.8 pada pertemuan 1 hingga pertemuan 3 diperoleh

hasil pada aspek keterampilan mengkomunikasikan dan membuat kesimpulan

memperoleh skor yang tertinggi dan keterampilan memprediksi memperoleh skor

yang paling rendah. Rata-rata keterampilan proses sains tiap pertemuan

mengalami. Terdapat 4 aspek dalam kategori sangat terampil dan 1 aspek pada

kategori terampil.

4.1.2 Motivasi Belajar

Motivasi belajar diukur menggunakan lembar wawancara terpimpin

setelah siswa diberikan perlakuan pada masing-masing kelas. Lembar wawancara

yang dilakukan terhadap 30% siswa dari masing-masing kelas dengan yang
62

terdiri dari kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah dari masing-

masing kelas. Lembar wawancara motivasi belajar dihitung persentase total skor

indikator yang ditanyakan dibagi dengan jumlah total indikator keseluruhan.

Lembar wawancara motivasi belajar memiliki empat skor dengan kriteri selalu,

sering, jarang, tidak pernah. Hasil lembar wawancara disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Motivasi Belajar


Kelompok Skor Kriteria
Kontrol 72 Baik
Eksperimen 76 Sangat Baik

Dari hasil wawancara terpimpin yang dilakukan terhadap kelas kontrol dan

kelas eksperimen, dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa kelas eksperimen

yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan mind

mapping lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model

pembelajaran konvensional

4.1.3 Hubungan antara Keterampilan Proses Sains dengan Motivasi


Belajar Siswa

Teknik menganalisis arah dan kekuatan hubungan antara keterampilan

proses sains dengan motivasi belajar siswa digunakan uji korelasi product

moment. Hasil perhitungan disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hubungan antara KPS dengan Motivasi Belajar Siswa


KPS Motivasi Belajar
KPS Pearson Correlation 1 .938
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
Motivasi Pearson Correlation .938 1
Belajar Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
63

Berdasarkan Tabel 4.9, di peroleh harga koefisian korelasi sebesar 0,938,

dengan signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan data tersebut, maka dapat

dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan rhitung dengan rtabel:

Jika r hitung > r tabel, maka Ho di tolak

Jika r hitung < r tabel, maka Ho di terima

Dengan taraf kepercayaan 0,01 (1%), maka dapat di peroleh harga r tabel

sebesar 0,461. Perolehan nilai rhitung lebih besar dari pada r tabel (0,938 > 0,361),

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikans

antara keterampilan proses sains dengan motivasi belajar siswa. Data dan harga

koefisien yang di peroleh mencerminkan keadaan populasi.

Berdasarkan hasil koefisien korelasi tersebut juga dapat di pahami bahwa

korelasinya bersifat positif, artinya semakin tinggi keterampilan proses sains

maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Dengan memperhatikan harga

koefisiaen korelasi sebesar 0,938 berarti bersifat korelasinya sangat kuat.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan penerapan model pembelajaran

guided inquiry dengan mind mapping efektif terhadap keterampilan proses sains

serta terhadap motivasi belajar siswa. Pembelajaran telah dilaksanakan di kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Di kelas eksperimen peneliti menerapkan model

pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping, sedangkan di kelas kontrol

peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional. Peneliti bertindak

sebagai guru selama pembelajaran berlangsung dengan 33 siswa pada kelas

kontrol dan 35 siswa pada kelas eksperimen. Pembelajaran dilaksanakan selama


64

3 kali pertemuan dengan materi ajar tema 8 daerah tempat tinggal ku pada

kompetensi dasar IPA 3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di

lingkungan sekitar.

4.2.1 Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran IPA pada kelas eksperimen dengan menggunakan model

guided inquiry dengan mind mapping dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan

materi ajar yang berbeda. Tahapan utama dalam model pembelajaran guided

inquiry dengan mind mapping adalah orientasi masalah, merumuskan hipotesis,

melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat

kesimpulan dengan mind mapping. Pada tahapan orientasi masalah siswa

diberikan sebuah masalah yang berkaitan dengan materi dan sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya merumuskan hipotesis dengan

menjawab pertanyaan yang berupa prediksi awal dari percobaan yang akan

dilakukan. Langkah yang ketiga yakni mengumpulkan data hasil percobaan

kemudian menganalisis data dengan menjawab beberapa soal yang berkaitan

dengan hasil percobaan dan yang terakhir membuat kesimpulan disertai dengan

bagan mind mapping untuk kelas eksperimen. Adhitama (2015) menyatakan

bahwa penggunaan mind mapping memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat kemampuan komunikasi dan motivasi peserta didik. Peta pikiran

merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan

masalah yang dihadapi ke dalam peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah

memahaminya dan menuangkan gagasan dalam bentuk lisan dan tulisan dalam
65

rangka mengatasi rendahnya kemampuan komunikasi peserta didik Sari (2016)

menyatakan bahwa pembelajaran dengan model penemuan lebih efektif dalam

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, pengambilan keputusan,

berpikir kritis, berpikir kreatif, dan melatih keterampilan interpersonal siswa.

Pembelajaran ini mampu mendorong siswa untuk meningkatkan kualitasnya

dalam belajar, konstan dalam belajar, serta belajar dengan berpikir kritis,

sehingga nantinya akan menumbuhkan kepuasan siswa dalam proses

pembelajaran. Penggunaan teknik mind map yang dipadukan dengan

pembelajaran berbasis penemuan mampu menambah partisipasi aktif siswa

dalam pembelajaran dan mendukung pemahaman siswa.

Pada kelas kontrol, pembelajarannya menggunakan model konvensional

dimulai guru menyampaikan materi ajar dengan metode ceramah, kemudian

melakukan tanya jawab dan siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil

untuk mendiskusikan pertanyaan yang ada dalam LKS. Siswa mempresentasikan

hasil diskusi dan guru membantu menyimpulkan hasil pembelajaran.

Penyelidikan pertama yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen adalah

menganalisis jenis-jenis pemanfaatan gaya sentuh dalam kehidupan sehari-hari.

Awalnya siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok

mengamati gambar permasalahan yang ada di dalam LKS, setelah itu siswa

membuat sebuah hipotesis atau prediksi jawaban melalui pertanyaan yang

diberikan. Selanjutnya siswa melakukan sebuah penyelidikan terhadap beberapa

gambar peristiwa yang ada di dalam LKS untuk mengumpulkan data lewat tabel

pengamatan, siswa mencari informasi melalui sumber belajar (buku siswa).


66

Setelah melaksanakan penyelidikan siswa menganalisis data dengan menjawab

pertanyaan yang diberikan kemudian membuat sebuah kesimpulan. Kelas

eksperimen kesimpulan juga dibuat menggunakan mind mapping. Fauzia (2015)

menambahkan strategi mencatat kreatif mind mapping digunakan untuk

meningkatkan kualitas mencatat siswa dan mengefisienkan waktu pembelajaran.

Penerapan strategi mencatat kreatif mind mapping juga efektif dalam

meningkatkan daya ingat siswa.

Penyelidikan pada pertemuan yang kedua adalah menganalisis

pemanfaatan gaya tak sentuh dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahap pertama

siswa mengamati permasalahan yang terdapat dalam LKS apakah benda besi/baja

dapat ditarik magnet tanpa bersentuhan secara langsung. Kemudian siswa

membuat hipotesis dari pertanyaan yang ada, selanjutnya siswa melakukan

percobaan dengan menggunakan alat dan bahan berupa penggaris, potongan

kertas kecil, magnet dan klip kertas untuk membuktikan adanya gaya tak sentuh

dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kelompok melaksanakan percobaan sesuai

petunjuk yang terdapat di dalam LKS. Siswa menganalisis data hasil percobaan

dan membuat sebuah kesimpulan untuk dapat dipresentasikan di depan kelas.

Percobaan yang terakhir pada pertemuan ketiga yakni tentang

menganalisis pengaruh gaya yang diberikan terhadap gerak dan bentuk benda

dalam kehidupan sehari hari. Pada percobaan ini siswa menyediakan alat berupa

kelereng, balok kayu, serta karet gelang, dan penggaris. Pada awal pengamatan

siswa diminta untuk mengingat kembali jenis jenis gaya yang termasuk dalam

gaya sentuh dan gaya tak sentuh yang telah dipelajari sebelumnya, kemudian
67

siswa diminta untuk mengamati permasalahan yang terdapat di LKS, jenis gaya

apa yang bekerja pada gambar tersebut dan apa pengaruhnya terhadap benda

yang dikenai gaya itu. Selanjutnya siswa membuat sebuah hipotesis awal. Siswa

melaksanakan percobaan secara berkelompok sesuai petunjuk, menjawab

pertanyaan untuk menganalisis data dan yang terakhir siswa mebuat sebuah

simpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model guided inquiry dengan

mind mapping lebih menekankan pada cara belajar siswa aktif dengan

melaksanakan penyelidikan terbimbing untuk membuktikan hipotesis awal.

Pelaksanaan model pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping oleh guru

sudah terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diketahui

bahwa rata-rata tingkat keterlaksanaan model pembelajaran guided inquiry

dengan mind mapping sebesar 87% pada kategori sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa rencana pembelajaran yang telah disusun sudah terlaksana

semua meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak berpartisipasi dalam

kegiatan tertentu karena terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dalam

pelaksanaan pembelajaran, seperti siswa yang kurang memiliki motivasi untuk

belajar dan kendala dalam melaksanakan model pembelajaran guided inquiry

dengan mind mapping. Salah satu kendala yang dihadapi di kelas yaitu

pembelajaran memerlukan waktu cukup lama sehingga membuat guru kurang

dapat mengontrol berjalannya kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga beberapa

siswa menjadi kurang tertib di dalam pembelajaran.


68

4.2.2. Keterampilan Proses Sains

Penanaman KPS ini dilaksanakan melalui metode ceramah untuk bagian

tertentu, tanya jawab interaktif dan praktek penyelidikan. Didukung oleh

Wijanarko (2017) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis proyek

dan penyelidikan efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan keterampilan

proses siswa serta membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan,

menghibur, dan bermakna Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memunculkan gagasan melalui diskusi baik secara lisan maupun tertulis,

memberikan kesempatan berhipotesis, menganalisis serta menyelesaikan

masalah. Siswa juga dibimbing untuk dapat membuat kesimpulan secara kreatif

menggunakan teknik mind mapping. Pada proses pembelajaran guru juga

mengutamakan pengalaman langsung kepada siswa dalam kegiatan

pembelajaran, hal ini sesuai dengan tujuan model guided inquiry dimana siswa

bisa mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman belajar. Hal ini

didukung oleh Udiani (2017) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri terbimbing yang berorientasi pada aktivitas kelas

yang berpusat pada siswa memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai

sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber

belajar. Pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat

memacu keinginan siswa untuk mengembangkan ide dan gagasan mereka sendiri

melalui percobaan percobaan ilmiah secara mandiri dan memiliki keterampilan

proses sains. Didukung oleh Nugraha (2017) yang mengemukakan bahwa Peserta

didik dengan KPS tinggi dan kemampuan berpikir kritis tinggi ditandai dengan
69

dapat berpikir mendalam secara konsisten dalam pemecahan masalah dan mampu

menggunakan kemampuan intuitif dari konsep yang ia miliki kemudian ia

mengaitkan konsep tersebut untuk memecahkan masalah.

Keterampilan proses sains yang diukur dalam penelitian ini meliputi ranah

kognitif yang diperoleh berdasarkan hasil pretest dan posttest siswa, serta ranah

psikomotorik yang diperoleh berdasarkan observasi selama siswa melaksanakan

dan mengikuti proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti

melakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap sampel yang akan diteliti.

Didapatkan hasil bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan homogen sehingga

layak untuk diteliti.

Keterampilan proses sains yang diukur terdiri atas 5 aspek yakni aspek

mengamati, mengklasifikasikan, memprediksi, membuat kesimpulan dan

mengkomunikasikan. Berdasarkan data nilai posttest, perolehan skor rata-rata

KPS ranah kognitif per aspek disajikan pada Gambar 4.2.

100
82 86
90 80 81
80 71 72 76 74 78 72
70
60
Skor 50
(%)
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5

Aspek KPS
K E
Gambar 4.2 Skor Rata-rata KPS Ranah Kognitif

1.Mengamati; 2. Mengklasifikasi; 3. Memprediksi; 4. Menyimpulkan; 5. Mengkomunikasikan


70

Pemaparan perolehan skor per aspek KPS dalam ranah kognitif

berdasarkan nilai posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, dapat dilihat

pada Gambar 4.2. Perolehan rata-rata skor kognitif yang tertinggi yakni pada

aspek mengkomunikasikan untuk kelas eksperimen dan aspek mengamati untuk

kelas kontrol. Skor yang terendah terdapat pada aspek memprediksi untuk kelas

eksperimen dan mengklasifikasikan pada kelas kontrol. Dewi (2013) menyatakan

bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan

pengaruh positif terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Model

pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diakomodasi oleh semua siswa sehingga

perolehan hasil belajar siswa mencapai kriteria keberhasilan yang maksimal.

Aspek mengamati pada lembar posttest terdapat pada soal nomor 3,6,8

dan 11. Aspek mengklasifikasikan terdapat pada soal nomor 2, 4,

7,12,14,17,18,21,22,28 dan 30. Aspek memprediksi terdapat pada soal no

5,9,13,16 dan 26. Serta aspek mengkomunikasikan terdapat pada soal nomor 24.

Secara keseluruhan kelas eksperimen mendapatkan skor yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dilihat dari uji perbedaan dua rata-

rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan uji independet

sample t test diperoleh perbedaan skor rata-rata sebesar 5.946. Hal ini

membuktikan pembelajaran model guided inquiry dengan mind mapping dapat

membantu siswa dalam mengeksplorasi keterampilan proses sainsnya pada ranah

kognitif. Usmeldi (2016) juga menunjukkan berdasarkan hasil penelitiannya

bahwa penerapan pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik dapat secara

efektif meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa.


71

Didukung oleh Saviyanah (2017) yang menyatakan penggunaan LKS berbasis

sains efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan mendapatkan

respon positif dari siswa. Chusnul (2013) menyatakan berdasarkan penelitian

yang telah dilaksanakan dan analisis data hasil penelitian, dapat disimpulkan

bahwa model mind mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

Keterampilan proses sains untuk ranah psikomotorik diperoleh melalui

lembar observasi. Sesuai dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada

pembelajaran IPA pada kelas eksperimen, skor rata-rata KPS ranah psikomotorik

siswa mengalami peningkatan setiap pertemuan. Peningkatan tersebut terjadi

karena guru senantiasa memperbaiki kekurangan yang terjadi pada setiap

pembelajaran, sehingga pembelajaran berikutnya lebih baik. Data skor KPS ranah

psikomotor per aspek siswa disajikan pada Gambar 4.3.

100 89
83 86 83 86 86 86
90 78 81 81
80 72 75 72 72 75
70
Skor 60
(%) 50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
Aspek KPS
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 4.3 Skor Rata-rata KPS Ranah Psikomotorik

1.Mengamati; 2. Mengklasifikasi; 3. Memprediksi; 4. Menyimpulkan; 5. Mengkomunikasikan

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui perolehan skor keterampilan


72

proses sains ranah psikomotorik yang tertinggi yakni pada aspek membuat

kesimpulan dan mengkomunikasikan dengan rata-rata sebesar 83%. Perolehan

skor terendah pada aspek memprediksi dengan rata-rata sebesar 73%.

Aspek mengamati terdiri dari 4 indikator yakni menggunakan beberapa

alat indra, menjawab pertanyaan yang diberikan dari pengamatan gambar,

mencatat setiap pengamatan atau gejala yang diamati, tepat waktu dalam

melakukan proses pengamatan. Secara keseluruhan aspek mengamati mengalami

peningkatan pada setiap pertemuan. Indikator menggunakan alat indera

merupakan hal dasar dalam melakukan pengamatan, semua siswa mampu

mencocokan alat indera apa yang harus digunakan untuk mengamati. Hal ini

sesuai dengan pendapat Anifah (2015) bahwa keterampilan mengamati

merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam

melakukan penyelidikan ilmiah. Proses mengamati dilakukan dengan

menggunakan panca indera. Septikasari (2011) menambahkan bahwa

keterampilan mengamati juga sangat penting untuk pengembangan keterampilan

proses yang lainnya, seperti keterampilan prediksi, klasifikasi, komunikasi, dan

infensi. Kebenaran ilmu yang didapat bergantung pada kebenaran dan

kecermatan hasil mengamati.

Aspek mengklasifikasikan terdiri atas 4 indikator yaitu meliputi

menggolongkan jenis gaya dan pengaruhnya, memberikan alasan penggolongan.,

menyebutkan persamaan dan perbedaan yang terjadi serta memberikan contoh

lain tentang penggunaan jenis gaya yang diamati. Aspek mengklasifikasikan ini

dilihat dari observasi jawaban peserta didik ketika mempresentasikan hasil


73

diskusinya di depan kelas. Pada aspek mengklasifikasikan siswa secara

berkelompok menganalisis data hasil percobaan dengan menjawab beberapa

pertanyaan dalam LKS yang diberikan oleh guru.

Aspek memprediksi terdiri dari 4 indikator pada lembar observasi yakni

meliputi membuat hipotesis percobaan dengan tepat, menghubungkan data

percobaan dengan tujuan percobaan, memberikan alternatif jawaban dengan

kreatif dan memprediksi peristiwa yang akan terjadi setelah diberikan perlakuan.

Pada pertemuan pertama aspek memprediksi masih mendapatkan nilai terendah

dikarenakan siswa masih awal mengenal aspek memprediksi. Akan tetapi

penggunaan keterampilan proses sains aspek memprediksi mengalami

peningkatan pada pertemuan selanjutnya.

Skor aspek memprediksi merupakan skor yang terendah dibandingkan

dengan empat aspek KPS lainnya. Rendahnya perolehan skor pada aspek

memprediksi diakibatkan siswa kurang kreatif dalam memberikan alternatif

jawaban, hal ini juga disebabkan karena sumber belajar siswa yang masih

terbatas dengan buku siswa saja. Siswa kurang menambah wawasan dari sumber

bacaan yang lain. Meskipun guru sudah memberikan penjelasan di awal, namun

ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru.

Sholekhah (2014) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat pengaruh

yang positif antara fasilitas belajar terhadap motivasi belajar sebesar 63,8%.

Guru sebaiknya menyediakan sumber belajar lain yang memadai di dalam kelas

sehingga siswa bisa lebih mengeksplor pengetahuan dan menambah

wawasannya. Hal serupa diungkapkan pula dalam penelitian yang dilakukan oleh
74

Dewi (2015) yang menyatakan bahwa hambatan siswa dalam memprediksi salah

satunya adalah siswa kesulitan dalam menginterpretasikan data.

Sesuai dengan penelitian Kibirige (2014) menyatakan bahwa pemberian

prediksi ini memiliki keuntungan yaitu siswa menjadi lebih aktif karena siswa

harus menggunakan daya nalar dan pengetahuan yang dimiliki untuk membuat

suatu dugaan dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah

didapatkan saat pembelajaran.

Aspek membuat kesimpulan memiliki skor rata-rata yang paling tinggi

dengan perolehan skor 83%. Empat indikator dalam aspek membuat kesimpulan

antara lain simpulan didasarkan pada hasil pengamatan, terdapat keterkaitan

antara simpulan, terdapat bagan/tabel simpulan serta menggunakan kalimat yang

singkat, jelas dan mudah dipahami. Secara keseluruhan siswa sudah

melaksanakan keempat indikator dengan baik. Hal ini juga dikarenakan siswa

memperhatian penjelasan guru dalam memberikan penguatan di setiap tahap

pembelajaran. Pemberian penguatan juga dimaksudkan agar siswa lebih

meningkatkan perhatiannya dalam pembelajaran.

Aspek mengkomunikasikan terdiri atas empat indikator antara lain

mendiskusikan hasil pengamatan secara berkelompok, menjelaskan hasil analisis

data dengan kata-kata yang sesuai, mempresentasikan hasil percobaan dengan

bahasa yang baik dan sopan serta menanggapi jika terdapat perbedaan pendapat

dengan kelompok lain. Pada kelas eksperimen aspek mengkomunikasikan

mendapatkan skor tertinggi dengan hasil mencapai 83%. Perolehan skor tertinggi

ini didukung dengan penggunaan mind mapping dalam menuliskan sebuah


75

simpulan. Hal ini akan mempermudah siswa dalam mengkomunikasikan hasil

percobaan yang telah dilakukannya. Penelitian lain yang mendukung yakni

penelitian yang dilakukan oleh Parikh (2016) yang menyatakan bahwa

penggunaan teknik Mind Mapping lebih efektif daripada metode tradisional

dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Adodo (2013) juga menjelaskan

bahwa penggunaan mind mapping dapat membantu siswa untuk mengasosiasikan

gagasan dan melatih siswa dalam berpikir kreatif.

Keterampilan mengkomunikasikan merupakan keterampilan untuk

menginformasikan hasil pengamatan siswa secara tertulis maupun lisan. Setelah

siswa melakukan percobaan dan penyelidikan, siswa saling bertukar informasi

dengan anggota sesama kelompok. Kemudian siswa secara berkelompok

mempresentasikan di depan kelas secara bergantian. Pada saat siswa menemukan

suatu konsep dibutuhkan komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan kepada

orang lain. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2016) yang

menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap

pemahaman konsep dan keaktifan siswa. Ambarsari (2016) menunjukkan bahwa

keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA meningkat setelah

diberikan tindakan melalui model pembelajaran berbasis sains dan penyelidikan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Muna (2016) juga menyatakan bahwa guided

inquiry learning dapat menjadi pilihan model pembelajaran untuk

mengembangkan keterampilan metakognisi siswa. Berdasarkan hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan guided inquiry

learning terhadap keterampilan metakognisi siswa.


76

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi hasil

presentasi dengan cara menanggapi atau memberikan pertanyaan. Aspek ini

dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami konsep

dan menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh

Juhji (2016) bahwa dengan membiasakan siswa aktif didalam proses

pembelajaran membantu siswa untuk bisa menemukan konsep-konsep, prinsip

ilmiah, serta mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah-masalah

sains yang dalam pelaksanaannya dalam dibimbing guru secara intensif.

Kreativitas pemecahan maalah ini mendorong siswa untuk membangun

pengetahuannya secara mandiri. Hal serupa didukung oleh penelitian

Ompusunggu (2016) yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran

inquiry membantu mengoptimalkan keterampilan proses sains siswa sehingga

dengan adanya penggunaan model inquiry dalam pembelajaran yang dilakukan

bisa memberikan jalan bagi siswa untuk mengkonstrusikan pengetahuannya

dalam kegiatan ilmiah sehingga komponen-komponen keterampilan sains dapat

dikembangkan. Nursidik (2017) juga menyatakan bahwa metode inquiry

berpengaruh pada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.

Dari uraian hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan keterampilan proses sains siswa ranah kognitif maupun

psikomotorik dengan menerapkan model pembelajaran guided inquiry disertai

mind mapping lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa

dengan model konvensional.


77

4.2.2 Keefektifan Model Pembelajaran Guided Inquiry dengan Mind


Mapping terhadap Keterampilan Proses Sains

Setelah mendapatkan nilai keterampilan proses sains pada ranah kognitif

dan ranah psikomotorik, peneliti kemudian menguji keefektifan model

pembelajaran guided inquiry mind mapping terhadap keterampilan proses sains

berdasarkan kajian analisis berikut:

Ketercapaian keterampilan proses sains pada ranah psikomotorik

berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran dengan model guided

inquiry mind mapping pada kelas eksperimen didapatkan hasil bahwa rata-rata

skor sebesar 80,28% dengan kategori sangat terampil. Hal ini berarti bahwa

penggunaan model guided inquiry mind mapping efektif dalam meningkatkan

keterampilan proses sains ranah psikomotorik, dikarenakan model pembelajaran

tersebut menuntut siswa untuk aktif dalam melakukan praktikum. Sehingga lebih

banyak menggunakan keterampilan proses sains selama proses pembelajaran

berlangsung. Sarwi (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa

pengimplementasian model guided inquiry efektif untuk meningkatkan

penguasaan konsep dan pengembangan karakter konservasi siswa. didukung oleh

Lestari (2018) yang menyatakan bahwa sebuah pembelajaran yang mengkaitkan

dengan pengalaman dalam kehidupan nyata dapat meningkatkan keterampilan

proses sains dan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran guided inquiry mind

mapping merupakan salah satu model yang memberikan pengalaman nyata bagi

siswa untuk dapat membangun sendiri pengetahuan yang telah dimiliki nya

dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui pengalaman langsung dari

proses penyelidikan.
78

Kajian analisis selanjutnya adalah nilai rata-rata keterampilan proses sains

pada ranah kognitif yang didasarkan pada hasil posttest yang telah dikerjakan

siswa setelah mendapat perlakuan baik pada kelas kontrol maupun kelas

eksperimen. Rata-rata skor posttest keterampilan proses sains ranah kognitif pada

kelas kontrol setelah diberikan perlakuan sebesar 74,34. Rata-rata skor posttest

kelas eksperimen setelah diberi perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol yaitu sebesar 80,28. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

guided inquiry dengan mind mapping menghasilkan skor rata-rata yang lebih

tinggi dibandingkan penerapan model pembelajaran konvensional. Didukung

oleh Dwianto (2017) yang menjelaskan bahwa media pembelajaran berbasis sains

efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa.

Putri (2016) mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing

disertai teknik peta konsep berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika.

Retensi hasil belajar siswa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing

disertai teknik peta konsep termasuk dalam kategori tinggi.

Perbedaan skor rata-rata keterampilan proses sains ranah kognitif antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen dihitung menggunakan rumus independent

sample t test berdasarkan nilai posttest siswa. Hasil yang didapatkan adalah nilai

signifikasinya sebesar 0,01 < sig 0,05, artinya terdapat perbedaan yang signifikan

antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model guided inquiry dengan

mind mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

konvensional. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian

Nurhudayah (2016) yang menyebutkan keterampilan proses sains siswa selama


79

mengikuti pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing termasuk dalam

kategori baik, serta berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar.

Selanjutnya kajian analisis terhadap peningkatan keterampilan proses

sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dihitung menggunakan rumus N-

Gain. Peningkatan keterampilan proses sains pada kelas kontrol sebesar 0,27

pada kategori rendah. Peningkatan keterampilan proses sains kelas eksperimen

sebesar 0,47 pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan

keterampilan proses sains pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2018)

menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry berguna untuk mendorong

motivasi siswa dan meningkatkan prestasi siswa. Hal yang sama juga dinyatakan

oleh Surya (2017) bahwa penerapan model inquiry dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SD. Penelitian sebelumnya, Minawati (2014)

mengemukakan berdasarkan bahwa penggunaan LKS IPA Terpadu berbasis

inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan lembar kerja siswa yang memuat langkah-langkah

guided inquiry, sehingga dapat membimbing siswa dalam melaksanakan

pemecahan masalah berdasar proses ilmiah secara runtut. Didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2015) yang menyatakan bahwa ada

pengaruh antara motivasi belajar dan kedisiplinan belajar terhadap prestasi

belajar (89,5%). Pemberian LKS yang terperinci membantu siswa dalam

meningkatkan pengetahuan mereka secara lebih mendalam.


80

Berdasarkan kajian analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model guided inquiry dengan mind mapping lebih efektif dalam meningkatkan

keterampilan proses sains dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan ketercapaian KPS ranah psikomotorik

pada kelas eksperimen mencapai 80,28% pada kategori sangat terampil,

perolehan skor rata rata KPS ranah kognitif sebesar 80,28 dengan perbedaan

sebesar 5,94 terhadap kelas kontrol serta adanya peningkatan yang lebih baik

pada kelas eksperimen dengan nilai N-Gain sebesar 0,47 dengan kategori sedang.

4.2.3 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa

Selain mengukur keterampilan proses sains, model pembelajaran guided inquiry

mind mapping ini juga diterapkan untuk mengukur tingkat motivasi siswa

terhadap pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara terhadap motivasi

belajar siswa SDN Krobokan Kota Semarang perolehan skor rata-rata pada kelas

eksperimen sebesar 76 dan berada pada kategori sangat baik, sedangkan

perolehan skor kelas kontrol sebesar 72 dan berada pada kategori baik. Tingkat

motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan motivasi

kelas kontrol selama mengikuti pembelajaran IPA. Terdapat 5 indikator motivasi

belajar antara lain: minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa

dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam

melaksanakan tugas-tugas belajar, respon yang ditunjukkan siswa terhadap

stimulus yang diberikan guru dan rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas

yang diberikan. Data masing-masing indikator disajikan pada Gambar 4.4.


81

80
78
78
76 76 76
76 75
74 74
74
Skor 72
72 71
70
70
68
66
1 2 3 4 5
Indikator Motivasi
K E

Gambar 4.4 Motivasi Belajar


Keterangan :
1 : Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
2 : Semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.
3 : Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar.
4 : Respon yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
5 : Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Pada kelas kontrol, kelima indikator motivasi belajar berada pada kategori

baik. Perolehan skor terendah yakni pada indikator respon yang ditunjukkan

siswa terhadap stimulus yang diberikan guru. Sebagian besar siswa kurang aktif

dalam menanggapi stimulus yang diberikan oleh guru. Hanya ada beberapa siswa

yang memberikan pendapatnya ketika ditanya oleh guru. Hal ini disebabkan

karena model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah kurang

memaksimalkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Siswa hanya

mendengarkan penjelasan materi dari guru, sehingga banyak siswa yang belum

berani mengeluarkan pendapatnya selama proses pembelajaran berlangsung.

Skor tertinggi pada kelas kontrol terdapat pada indikator tanggung jawab siswa

yang terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Pada kelas eksperimen, skor terendah terdapat pada indikator tanggung

jawab siswa terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Skor tertinggi pada
82

kelas eksperimen terdapat pada rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas

yang diberikan. Siswa pada kelas eksperimen lebih senang terhadap hasil catatan

yang dibuat dikarenakan penggunaan teknik mind mapping untuk membuat

simpulan. Tasiwan (2016) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan model

pembelajaran mindmap edukatif dapat meningkatkan kemampuan inkuiri siswa

sebesar 63,27%. Dengan mind mapping siswa lebih antusias dan semangat dalam

membuat catatan materi yang lebih kreatif dengan kombinasi warna pada peta

yang dibuat. Hal ini juga memudahkan siswa untuk mengingat materi yang

dipelajari dan membantu siswa dalam mengkomunikasikan simpulan dan hasil

diskusi saat presentasi didepan kelas. Ristiasari (2012) mengemukakan hal yang

serupa berdasarkan hasil penelitiannya, bahwa melalui mind mapping siswa

menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menemukan dan mengembangkan ide atau

gagasan hasil pemikirannya menjadi sebentuk catatan sehingga mempermudah

mereka dalam belajar. Mind mapping dapat meningkatkan keaktifan dan

keberanian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sesuai dengan teori Buzan (2007) tujuan penggunaan mind mapping

dapat membantu individu dalam merencana dan menjadikan seseorang lebih

kreatif serta meningkatkan daya ingat. Fauziah (2017) mengemukakan penerapan

model mind map juga dapat meningkatkan kreativitas dan pemahaman siswa.

Penggunaan media sangat mendukung motivasi belajar siswa dalam

pembelajaran di kelas. Agustiya (2017) menyatakan bahwa motivasi adalah

faktor utama yang menentukan prestasi belajar seseorang. Motivasi sangat

penting untuk dikembangkan selama mengikuti pembelajaran dikelas.


83

Batdi (2015) juga mengemukakan dari hasil meta analitik menunjukkan bahwa

pemetaan pikiran (mind mapping) memiliki pengaruh positif terhadap prestasi

akademik, sikap dan motivasi siswa dalam pembelajaran.

Penggunaan model guided inquiry dalam proses pembelajaran mendorong

siswa untuk melaksanakan proses penyelidikan yang melibatkan keterampilan

proses sains. Hal ini dapat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam

mengikuti proses belajar. Na'im (2015) menyatakan dalam kesimpulan

penelitiannya bahwa ada peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan ada respon

positif pada pelaksanaan model pelatihan inkuiri. Selain menggunakan model

berbasis penyelidikan, dalam penelitian ini juga disertai dengan teknik mind

mapping yang merangsang kreativitas dan motivasi belajar siswa. Hal serupa juga

didukung oleh Rohmad (2014), bahwa penerapan mind mapping secara signifikan

dapat meningkatkan kemampuan berpikir reflektif siswa. Ini menunjukkan bahwa

pemetaan pikiran dapat membantu siswa untuk memahami, mengklarifikasi

konsep dan juga meningkatkan minat siswa dalam belajar.

4.2.4 Hubungan Keterampilan Proses Sains dengan Motivasi Belajar Siswa

Analisis korelasional data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif

yang signifikan antara keterampilan proses sains dengan motivasi belajar siswa

kelas IV SD Negeri Krobokan Kota Semarang. Hal ini dibuktikan dengan hasil

perhitungan uji korelasi yang telah dilakukan menggunakan rumus korelasi

product moment dengan bantuan program Microsoft Excel menunjukkan nilai

rhitung sebesar 0,938 lebih besar dari rtabel 0,461 pada taraf siginfikan (ɑ) = 0,01 dan

jumlah responden (n) = 30 siswa. Selain itu, penghitungan tingkatan hubungan


84

antara variabel keterampilan proses sains dengan variabel motivasi belajar siswa

juga sangat kuat. Astuti (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar dengan

nilai kontribusi simultan sebesar 48,3 %. Handhika (2012) menemukan bahwa

dalam penelitiannya terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa dengan

motivasi yang tinggi dengan motivasi yang rendah terhadap prestasi belajar IPA.

Anisa (2014) mengemukakan bahwa Pendekatan keterampilan proses sains

diperlukan dalam pembelajaran IPA yang efektif. Dari hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains berbantuan lembar

kerja siswa terbukti efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa serta rata-rata

keterampilan proses sains siswa sudah cukup baik.

Siswa dengan motivasi yang tinggi akan menghasilkan prestasi yang tinggi

pula. Dengan model pembelajaran yang tepat maka motivasi belajar siswa pun

akan semakin meningkat sehingga memperoleh hasil yang maksimal. Didukung

oleh Nutrisiana (2013), yang menyimpulkan dari penelitiannya bahwa terdapat

pengaruh motivasi belajar, cara belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar

dengan pengaruh sebesar 89,7%. Salipah (2016) juga menyatakan bahwa model

pembelajaran inquiry berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Siswa

kelas eksperimen merasa tertarik dan senang terhadap pembelajaran menggunakan

model inquiri.

Pembelajaran berbasis penyelidikan membantu siswa untuk dapat

menyelesaikan masalah berdasarkan pengalaman mereka secara mandiri. Hal ini

merangsang rasa ingin tahu dan keterampilan siswa dalam mencari jawaban,
85

sehingga motivasi siswa pun meningkat seiring dengan aktivitasnya dalam

penyelidikan. Febrianti (2013) juga mengemukakan bahwa terdapat pengaruh

yang positif linier dan signifikan antara motivasi belajar dan keterampilan proses

sains terhadap pemahaman konsep dengan menggunakan model berbasis

penyelidikan (LC 5E). Penggunaan media mind mapping juga menambah

semangat siswa dalam berkreasi dalam mentransfer pengetahuan yang

didapatkannya. Agustin (2014) menyatakan ada pengaruh positif pada aktivitas

belajar dan motivasi dalam pembelajaran menggunakan model CPS berbantuan

multimedia terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Dalam

meningkatkan keterampilan proses sains, siswa juga dibimbing untuk dapat

mengamati peristiwa yang sedang terjadi di lapangan dengan harapan siswa bisa

mengeksplore wawasannya. Wahyuni (2017) menunjukkan bahwa penerapan

outdor learning dapat digunakan guru sebagai alternatif pembelajaran, sehingga

cukup efektif dalam mengembangkan keterampilan proses sains dan kemampuan

memecahkan masalah.
86

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan tentang

keefektifan model pembelajaran guided inquiry mind mapping terhadap

keterampilan proses sains dan motivasi belajar siswa. Secara rinci simpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains pada kelas eksperimen. Hal

ini dibuktikan dengan perolehan nilai posttest setelah diberi perlakuan dan

dilakukan uji independent sample t test dengan hasil daftar distribusi t

diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,62 > 1,99 dan berdasarkan nilai signifikansinya

sebesar 0,01 < 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

2. Model pembelajaran guided inquiry mind mapping lebih efektif terhadap

keterampilan proses sains dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai N-Gain kelas

eksperimen berada pada kategori sedang dengan skor mencapai 0,47.Nilai

N-Gain tersebut lebih tinggi dari perolehan nilai N-Gain pada kelas kontrol

yang berada pada kategori rendah dengan skor mencapai 0,27.

3. Motivasi belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol. Dari hasil wawancara terpimpin yang telah dilakukan terhadap 2

86
87

kelompok didapatkan hasil perolehan skor sebesar 76 pada kelas eksperimen

dengan kategori sangat baik dan perolehan skor sebesar 72 pada kelas kontrol

dengan kategori baik. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model guided

inquiry mind mapping lebih efektif terhadap motivasi belajar siswa

dibandingkan model pembelajaran konvensional.

4. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara keterampilan proses sains dengan

motivasi belajar siswa. Ditunjukkan dengan nilai r hitung dengan taraf

kepercayaan 0,01 (1%) diperoleh 0,938 lebih besar dibandingkan dengan

harga r tabel sebesar 0,461 Artinya ada hubungan yang signifikan antara

keterampilan proses sains dengan motivasi belajar siswa serta bernilai positif,

semakin tinggi keterampilan proses sains siswa maka motivasi belajar siswa

pun akan meningkat.

Berdasarkan kajian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

guided inquiry dengan mind mapping lebih efektif terhadap keterampilan proses

sains dan motivasi belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional.

5.2 Saran

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Sebaiknya guru selalu menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan materi

dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Salah satunya model

pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping agar bermanfaat untuk

dan efektif terhadap keterampilan proses sains dan motivasi belajar.


88

2. Berdasarkan hasil penelitian, ada aspek keterampilan proses sains yang masih

rendah yakni aspek memprediksi. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya

disarankan untuk lebih memberikan stimulus dan sumber belajar yang

lengkap pada aspek memprediksi.

3. Model pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping membutuhkan

ketepatan dalam memahami materi sehingga perlu diperhatikan dalam

merancang kaitan materi yang akan disampaikan dengan teknik mind

mapping.

4. Tahapan pembelajaran guided inquiry dengan mind mapping serta

keterampilan proses sains memerlukan pembiasaan dalam setiap tahapannya

supaya siswa mampu memahami kegiatan yang akan dilaluinya sehingga guru

harus menerapkan model ini secara berkelanjutan.


89

DAFTAR PUSTAKA

Abungu, H E. 2014. The Effect of Science Process Skills Teaching Approach


on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando
District, Kenya. Journal of Educational and Social Research.
4 (6):359-372.
Adhitama, N., Parmin., & Sudarmin. 2015. Implementasi Quantum Learning
Berbantuan Mind Mapping Worksheet untuk Mengukur Kemampuan
Komunikasi dan Hasil Belajar Peserta Didik. Unnes Science
Education Journal 4 (3): 1022-1030.
Adnyana, P B & Citrawadhi, D M. 2017. The Effectiveness of Question-
Based Inquiry Module in Learning Biological Knowledge and Science
Process Skills. International Journal of Environmental & Science
Education . 12 (8) : 1871-1878.
Adodo, S O. 2013. Effect of Mind-Mapping as a Self-Regulated Learning
Strategy on Students’ Achievement in Basic Science and Technology
Mediterranean Journal of Social Sciences. 4 (6): 2039-9340.
Agustin, R N., Wijayanti, K., & Winarti, E R. 2014. Pengaruh Motivasi dan
Aktivitas Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes
Journal of Mathematics Education, 3 (2): 138-144.
Agustiya, F., Sunarso A.,& Haryani S. 2017. Influence of CTL Model by
Using Monopoly Game Media to The Students’ Motivation and
Science Learning Outcomes. Journal of Primary education. 6 (2):
114-119.
Ahmad, S. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Aktamis, H & Ergin, O. 2008. The Effect of Scientific Process Skills
Education on Student’s Scientific Creativity, Science Attitudes and
Academic Achivements. Asia-pasific Forum on Science Learning and
Teaching, 9 (1).
Ambarsari, D. 2016. The Implementation of Scientific Aproach to Improve
Communicating and Science Learning Achievement on 4th Grade
Students. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5 (12):112-121.
Anam, K. 2016. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi.
Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Anifah, N. 2015. The Improvement of Observation Skill and Result Learning
of Science Through Guided Discovery Method for Fifth Grade

89
90

Student of SDN Kepuhan, Sewon Jurnal Pendidikan Guru Sekolah


Dasar. 4 (5):1-10.
Anisa, T M., Supardi K I., & sedyawati S M R. 2014. Keefektifan Pendekatan
Keterampilan Proses Sains Berbantuan Lembar Kerja Siswa pada
Pembelajaran Kimia, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (2): 1398-
1408.
Aqib, Z. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Astuti, W W., Sukardi, F X & Partono. 2012. Pengaruh Motivasi Belajar dan
Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII
SMP PGRI 16 Brangsong Kabupaten Kendal. Economic Education
Analysis Journal. 1 (2) : 1-6.
Aunillah, N I. 2017. Trik Dahsyat Mempertajam Daya Ingat. Yogyakarta:
Araska Publisher
Aydinli, E. 2011. Turkish Elementary School Students’ Performance on
Integrated Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral
Sciences 15: 3469–3475.
Bala, R. 2018. Creative Teaching Mengajar Mengikuti Kemauan Otak.
Jakarta: PT.Grasindo.
Basam, F., Rusilowati, A., & Ridlo, S. 2017. Analysis of Science Literacy
Learning with Scientific Inquiry Approach in Increasing Science
Competence of Students. Journal of Primary education. 6 (3): 174-
184.
Batdi, V. 2015. A Meta-analysis Study of Mind Mapping Techniques and
Traditional Learning Methods. Anthropologist, 20 (1,2): 62-68.
Bayram, Z., Oskay, O O., Erdem E., Ozgur S D., & Sen S. 2013. Effect of
inquiry based learning method on students’ motivation. Procedia
Social and Behavioral Sciences, 106 :988-996.
Bekiroğlu, F O & Arslan, A. 2014. Examination of the Effects of Model-
Based Inquiry on Students’ Outcomes: Scientific Process Skills and
Conceptual Knowledge. Procedia - Social and Behavioral Sciences
141:1187 – 119.
Buzan, T. 2007. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka
Chusnul, N. 2013. Keefektifan Penggunaan Model Mind Mapping Terhadap
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA. Journal of Elementary Education,
2 (1): 54-60.
91

Dewi, R A K., Nugroho S E., & Sulhadi. 2015. Pengaruh Media Computer
Based Instruction (CBI) Berorientasi Poe dalam Meningkatkan
Motivasi dan Keterampilan Memprediksi Ipa Siswa Kelas IV. Journal
of Primary Education, 4 (2) : 139 – 146.
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Dwianto, A., Wilujeng, I., Prasetyo, Z K & Suryadarma, I G P. 2017. The
Development of Science Domain Based Learning Tool Which Is
Integrated With Local Wisdom To Improve Science Process Skill and
Scientific Attitude. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6 (1): 23-31.
Fatmawati. B, 2016. The Analysis of Students’ Creative Thinking Ability
Using Mind Map in Biotechnology Course. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia (JPII), 5 (2): 216-221.
Fauzia, M Y & Purwantoyo, E. 2015. Efektivitas Strategi Mencatat Kreatif
Mind Mapping untuk Meningkatkan Daya Ingat Siswa SMP Islam
Cepu pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup. Unnes Journal
of Biology Education, 4 (2): 215-219.
Fauziah, D N. 2017. Penerapan Model Mind Map untuk Meningkatkan
Kreativitas dan Pemahaman Siswa pada Materi Sejarah Kerajaan
Islam di Indonesia. Mimbar Sekolah Dasar, 4 (2): 128-138.
Fathoni, I M., Isnarto., Haryani S. 2018. Mathematically Creative Thinking
Abilities Students of Elementary School on Learning Inquiry Training
Based on Learningstyle. Journal of Primary Education, 7 (2) : 121 –
128.
Febrianti, M., Nyeneng, I D P., & Maharta N. 2013. Pengaruh Motivasi
Belajar dan Keterampilan Proses Sains Terhadap Pemahaman Konsep
Fisika Siswa. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1 (2): 55-66.
Gormally, C., Brickman P., Hallar B., & Armstrong N. 2009. Effects of
Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skills and
Confidence. International Journal for the Scholarship ofTeaching and
Learning. 3 (2): 1-22.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani
Handhika, J. 2012. Efektivitas Media Pembelajaran IM3 Ditinjau Dari
Motivasi Belajar. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 1 (2):109-114.
Jauhar, M. (2011). Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Juhji. 2016. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui
Pendekatan Inkuiri Terbimbing. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
IPA, 2 (1) :58-70.
92

Keles, O. 2012. Elementary Teacher’s Views on Mind Mapping. International


Journal of education, 4(1): 1948-5476
Khan, M., S., Hussain S., Ali R., Majoka I., & Ramzan M. 2011. Effect of
Inquiry Method on achivement Student in chemistry at Secondary
Level. International Journal of Academic Research. 3(1):955-959.
Kibirige I., Osodo J & Tlala K M. 2014. The Effect of Predict-Observe-
Explain Strategy on Learners’ Misconceptions about Dissolved Salts.
Mediterranean Journal of Social Sciences MCSER Publishing, Rome-
Italy, 5 (4).
Kurniawan, A.D. 2013. Metode Inkuiri Terbimbing dalam Pembuatan Media
Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Kreativitas Siswa SMP. JPII, 2 (1): 8-11
Kusuma, Z L., & Subkhan. 2015. Pengaruh Motivasi Belajar dan Kedisiplinan
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansisiswa
Kelas XI IPS SMA N 3 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014. Economic
Education Analysis Journal, 4 (1) : 164-171.
Lestari, K A. & Mokhamad, R Y. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Lestari, T P., Sarwi., & Sumarti S S. 2018. STEM-Based Project Based
Learning Model to Increase Science Process and Creative Thinking
Skills of 5 Grade. Journal of Primary Education. 7 (1): 18-24.
Long, D. & Carslon, D. 2011. Mind the Map: How Thinking Maps Affect
Student Achievment. An Online Journal for Teacher Research. 13 (2);
1-6.
Maretasari, E., Subali, B., & Hartono. 2012. Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil
Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. Unnes Physics Education Journal,
1 (2): 27-31.
Minawati, Z., Haryani,S dan Pamelasari, S D. 2014. Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Ipa Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema
Sistem Kahidupan dalam Tumbuhan untuk SMP Kelas VIII. Unnes
Sains Education Journal, 3 (3): 587-592.
Muna, K., Haryani S., & Susilaningsih E. 2016. Pengaruh Guided Inquiry
Learning terhadap Keterampilan Metakognisi Siswa dalam Materi
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Journal of Innovative Science
Education, 5 (1) : 19-27.
Munandar, U. 2014. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta.
93

Muslichah, A. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat dalam


Pembelajaran Sainis di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat
Ketenagaan.
Na’im, M. A., Sopyan, A., Linuwih, S. 2015. Implementasi Model Discovery-
Inquiry Berbasis Pendekatan Scientific pada Pembelajaran IPA di
Kelas V Sekolah Dasar. Journal of Primary Education, 4 (2): 104-
111.
Nopiyanti & Santi, N K. 2016. Penerapan Model Word Square Berbantuan
Mind Mapping untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Ipa
Siswa Kelas IV SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan PGSD, 4(1).
Noviasari, K. 2015. Keefektifan Mind Map untuk Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik SMP. CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan
dan Konseling First Published . 3 (1).
Nugraha, A J., Suyitno H & Susilaningsih, E. 2017. Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Motivasi
Belajar melalui Model PBL. Journal of Primary Education, 6 (1) : 35-
43.
Nurhudayah, M., Lesmono, A D., & Subiki. 2016. Penerapan Model Inkuiri
Terbimbing (Guided Inquiry) dalam Pembelajaran Fisika SMA di
Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5 (1) :82-88.
Nursidik., Supardi K I., & Purwati E.2017.Effect of Tematic Learning Inquiry
Method Based on Peer Assessment on Activity and Result Learning
Student Grade IV. Journal of Primary Education, 6 (3): 185 – 191.
Nutrisiana, D. 2013. Pengaruh Motivasi Belajar, Cara Belajar, dan
Kemampuan Sosial-Ekonomi Orang Tua terhadap Hasil Belajar Mata
Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Ma Al-Asror Semarang Tahun
Ajaran 2012/2013. Economic Education Analysis Journal, 2 (2): 97-
102.
OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume I): Excellence and Equity in
Education, PISA, OECD Publishing, Paris.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264266490-en (diunduh 10 Februari
2018)
Ompusunggu, T., Turnip B M., & Sirait M. 2016. Effects of Inquiry on
Training and Critical Thinking Process Skill Science Physics. Jurnal
Pendidikan Fisika, 5 (2) :96-100.
Parikh, N D. 2016. Effectiveness of Teaching through Mind Mapping
Technique. The International Journal of Indian Psychology.
3 (3):148-156.
94

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 tentang


Standar Isi IPA.
Prabowo, S. A. 2015. The Effectiveness of Scientific Based Learning Towards
Science Process Skill Mastery of Pgsd Students. JPII, 4 (1): 15-19.
Priantini, D A.2016 Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap Keterampilan
Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar IPS. . e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Dasar, 6 (2) : 118-131.
Priyatno, D. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS Plus!
Tata Cara dan Tips Menyusun Skripsi dalam Waktu Singkat!
Jakarta: MediaKom.
Priyatno, D. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data
Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran.
Yogyakarta: Gava Media.
Priyatno, D.. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya
dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Pusat Penelitian Pendidikan. 2016. Badan Penelitian dan Pengembangan.
Hasil Temuan TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) 2015
https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/.../TIMSS%20info
graphic.pdf (diunduh 10 Februari 2018)
Putri, H K., Indrawati., & Mahardika, I K. 2016. Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika
di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4 (4) : 321 – 326.
Rahmawati, R., Haryani, S & Kasmui. 2014. Penerapan Praktikum Berbasis
Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 8 (2):1390-139.
Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Riduwan. 2012. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rifa’i, A & Anni, C T. 2011. Psikologi Pendidikan. Pusat Pengembangan
MKU&MKDK LP3: UNNES.
Ristiasari, T., Priyono, B & Sukaesih, S. 2012. Model Pembelajaran Problem
Solving dengan Mind Mapping terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Unnes Journal of Biology Education, 1 (3): 34-41.
Rochmad. 2014. Mind Mapping Learning to Increase Mathematical Reflective
Thinking Ability of Junior High School Students. International
Conference on Mathematics, Science, and Education 2014 (ICMSE
2014):17-22.
95

Rustaman. 2005. Strategi belajar Mengajar Biologi. Bandung : UPI


Safitri, D. 2016. Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan
Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N Balangan 1. Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5 (3).
Salipah, Sudarmin & Haryani S. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry
Berbantuan Playing Card Terhadap Hasil Belajar Siswa. Chemistry in
Education, 5 (1) : 1-7.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Pers.
Sari, E N., Ridlo, S., & Utami, N R. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning dengan Mind Mapping terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Sel di SMA. Unnes Science Education Journal,
5 (3) : 1403-1407.
Sarwi., Sutardi, & Prayitno W W. 2016. Implementasi Pembelajaran Fisika
Guided Inquiry untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Pengembangan Karakter Konservasi Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 12 (1) : 1-7.
Saviyanah, E N., Mulyani S., & Linuwih S. 2017. Pengembangan Workbook
Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar
Siswa SMP. Journal of Primary Education, 6 (1) : 50-56.
Septikasari, Z. 2011. Application Methods Guided Discovery in The Effort
Improving Skills Observing Student Learning IPA in The Fourth
Grades in Primary School. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 1 (2):1-
11.
Sever, D & Guven, M. 2014. Effect of Inquiry-based Learning Approach on
Student Resistance in a Science and Technology Course. Educational
Sciences: Theory & Practice 14(4) : 1601-1605
Şeyihoğlu, A & Kartal, A. 2010. The Views of the Teachers about The Mind
Mapping Technique in The Elementary Life Science and Social
Studies lessons Based on the Constructivist Method. Educational
Sciences: Theory & Practice, 10 (3):1637-1656.
Simşek & Kabapinar. 2010. The Effects of Inquiry-Based Learning on
Elementary Students’ Conceptual Understanding of Matter, Scientific
Process Skills and Science Attitudes. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2: 1190–1194.
Sholekhah, I M,. & Hadi, S. 2014. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Lingkungan
Keluarga terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu melalui Motivasi Belajar
SMP Negeri 1 Ambarawa. Economic Education Analysis Journal, 3
(2) : 372-378.
96

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.
Suduc, A M 2015. Inquiry Based Science Learning in Primary Education.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 205 : 474 – 479.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: C.V Alfabeta
Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supriyatman & Sukarno. 2014. Improving Science Process Skills (SPS)
Science Concepts Mastery (SCM) Prospective Student
Teachers Through Inquiry Learning Instruction Model by using
Interactive Computer Simulation. International Journal of Science
and Research (IJSR),3 (2).
Surya, Y.F. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa menggunakan Model
Inkuiri Sekolah Dasar. Lembaran Ilmu Kependidikan, 46 (1): 12-15.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana
Surya, Y.F. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa menggunakan Model
Inkuiri Sekolah Dasar. Lembaran Ilmu Kependidikan, 46 (1): 12-15.
Tasiwan. 2016. Transformation of The Students’ Inquiry Capability Through
Mindmap Educative by using Game Observation Normatively
(Megono) Learning Model. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 5 (1)
123-133.
Tawil, M & Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan
Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit
UNM
Triamijaya, S & Haryani, S. 2015. Pengembangan Asesmen Autentik Berbasis
Inkuiri pada Materi Klasifikasi Benda. USEJ, 4 (2) (2015)
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi Pustaka.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :
Kencana Premada Media Group.
97

Trilling, B & Charles, F. 2009. 21st Century Skills: Learning for life in
ourtimes. San Francisco: Jossey-Bass.
Tuan, H L. 2005. Investigating The Effectiveness of Inquiry Instruction on
The Motivation of Different Learning Styles Students. International
Journal of Science and Mathematics Education, 3: 541–566
Turiman, P., Omar J., Daud A M., & Osman K. 2012. Fostering the 21st
Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills.
Procedia - Social and Behavioral Sciences 59 : 110 – 116
Uno, H B. 2009. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Usmeldi. 2016. The Development of Research-Based Physics Learning
Model with Scientific Approach to Develop Students’ Scientific
Processing Skill. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 5 (1) 134-139.
Vlassi, M. 2013. The Comparison Between Guided Inquiry and Traditional
Teaching Method. A Case Study for The Teaching of The Structure of
Matter 8th Grade Greek Students. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 93: 494–497.
Wanga, P H. 2015. Influence of Implementing Inquiry-Based Instruction on
Science Learning Motivation and Interest: A Perspective of
Comparison. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174: 1292 –
1299
Wahyuni, S., Indrawati., Sudarti & Suana W. 2017. Developing Science
Process Skills and Problem Solving Abilities Based on Outdoor
Learning In Junior High School. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6
(1) 165-169.
Wardani, S. 2016. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap
Pemahaman Konsep dan Oral Activities pada Materi Pokok
Reaksi Reduksi dan Oksidasi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
10 (2):1743 – 1750
Wijanarko, A G., Supardi, K I. & Marwoto, P. 2017. Keefektifan Model
Project Based Learning Terbimbing untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA. Journal of Primary
Education, 6 (2) : 120-125.
Yildirim, N. 2014. Effects of Inquiry Based Learning Activities on
Scientific Process Skills And Academic Achievement of Preservice
Classroom Teachers. International Journal Of Academic Research,
6 (6) : 46-54.
Zeidan, A H & Jayosi, M R. 2015. Science Process Skills and Attitudes
toward Science among Palestinian Secondary School Students. World
Journal of Education, 5 (1).
98

Ziyadi, A and Surya, E. 2017. Use of Model Mind Mapping of Motivation to


Improve Student Achievementin Math Class Materials Integer V
Elementary School 200201 Padangsidimpuan State. International
Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 34 (3):
124-133.
99

LAMPIRAN
100

LAMPIRAN 1 SILABUS PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :1
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR MATERI POKOK PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.1 Mengemukakan Gaya Sentuh Menyajikan pertanyaan Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengertian gaya atau masalah menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak sentuh.  Mengajukan Non tes/unjuk Buku Siswa kelas
pada peristiwa di pertanyaan : kerja/rubrik IV Tema 8
lingkungan sekitar. 3.4.2 Menganalisis jenis– “Daerah Tempat
Untuk memindahkan
jenis gaya sentuh Tinggalku”.
pada peristiwa meja, apa yang
harus kamu Buku Tematik
sehari-hari. Terpadu
lakukan? Apakah
3.4.3 Mengklasifikasikan meja bisa bergerak Kurikulum 2013
contoh peristiwa edisi revisi 2016.
tanpa sentuhan?
seharik-hari yang Jakarta:
Mengapa demikian?
Kementrian
101

KOMPETENSI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR MATERI POKOK PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
memanfaatkan gaya  Menyampaikan tujuan Pendidikan dan
sentuh. pembelajaran Kebudayaan.
 Membimbing siswa Subekti, Ari. 2016.
dalam membentuk Buku Guru kelas
kelompok dan IV Tema 8
membagikan LKS “Daerah Tempat
 Menyajikan Tinggalku”.
permasalahan yang Buku Tematik
terkait dengan gaya Terpadu
sentuh yang terdapat Kurikulum 2013
dalam LKS edisi revisi 2016.
Membuat hipotesis Jakarta:
 Menyajikan Kementrian
pertanyaan berupa Pendidikan dan
hipotesis yang Kebudayaan.
terdapat dalam LKS Sulistyanto, Heri,
Merancang percobaan 2008. Buku
 Mengamati gambar Sekolah
yang disajikan oleh Elektronik (BSE)
guru “IPA Kelas
 Memberikan 4”Jakarta:
kesempatan pada Departemen
siswa untuk Pendidikan
menganalisis tiap Nasional,
Wahyono, Budi.
gambar
2008. Ilmu
Melakukan percobaan Pengetahuan Alam
 Membimbing siswa 4: untuk SD/MI
102

KOMPETENSI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR MATERI POKOK PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
melakukan kelas IV. Jakarta:
pengamatan tentang Pusat Perbukuan,
jenis-jenis gaya Departemen
sentuh. Pendidikan
Nasional
Mengumpulkan dan
menganalisis data
 Membimbing siswa
dalam diskusi
kelompok
 Memberi kesempatan
pada kelompok untuk
menyampaikan hasil
pengamatan data yang
terkumpul
Memberikan
kesimpulan
 Membimbing siswa
dalam membuat
kesimpulan mengenai
jenis gaya sentuh
 Membimbing siswa
dalam membuat peta
pikiran / mind
mapping mengenai
jenis gaya sentuh.
103

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :1
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

C. INDIKATOR
3.4.1 Mengemukakan pengertian gaya sentuh.
3.4.2 Menganalisis jenis – jenis gaya sentuh pada peristiwa sehari-hari.
104

3.4.3 Mengklasifikasikan contoh peristiwa seharik-hari yang memanfaatkan


gaya sentuh.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui diskusi kelompok, siswa mampu mengemukakan pengertian gaya
sentuh dengan benar.
2. Melalui kegiatan pengamatan gambar, siswa dapat menganalisis jenis-jenis
gaya sentuh pada peristiwa sehari-hari dengan tepat.
3. Melalui penyelidikan kelompok, siswa dapat mengklasifikasikan contoh
peristiwa seharik-hari yang memanfaatkan gaya sentuh dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Jenis-jenis dan contoh pemanfaatan gaya sentuh

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1) Pendekatan :Scientific
2) Model : Guided Inquiry dengan mind mapping
3) Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya Jawab, eksperimen/pengamatan,
penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1) Media : Lembar kerja dan bahan tayang (PPT)
2) Alat : Alat dan bahan percobaan gaya sentuh.
3) Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat


Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas


4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
105

Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka pelajaran  Berdoa sebelum Religius 10
dengan berdoa dan belajar menit
memfokuskan
Motivasi
perhatian siswa serta
memberikan motivasi
belajar
 Mengajukan  Menjawab Rasa Ingin 10
pertanyaan : pertanyaan yang tahu. menit
PENDAHU
Untuk memindahkan diberikan oleh
LUAN
meja, apa yang harus guru Berpikir
kamu lakukan?  Memperhatikan kritis,
Apakah meja bisa informasi yang kreatif,
bergerak tanpa disampaikan oleh Communica
sentuhan? Mengapa guru tion
demikian?
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
 Membimbing siswa  Membentuk Kerjasama 60
dalam membentuk kelompok dan Integritas, menit
kelompok dan menerima LKS rasa ingin
membagikan LKS  Memahami tahu
Menyajikan
pertanyaan  Menyajikan permasalahan
permasalahan yang yang terkait Berpikir
atau
terkait dengan dengan pengaruh kritis dan
masalah
pengaruh gaya pegas gaya pegas kreatif,
terhadap gerak benda terhadap benda Collaborati
yang terdapat dalam on
INTI LKS
 Menyajikan  Menjawab Rasa ingin
pertanyaan berupa pertanyaan tahu, saling
hipotesis yang hipotesis menghargai,
terdapat dalam LKS kerjasama
Membuat Berpikir
hipotesis kreatif,
kritis
106

Guided Langkah-langkah kegiatan pembelajaran


Tahapan Inquiry Guru Siswa PPK & 4Cs
Pembelaja dengan Skills
ran mind
mapping
 Menyediakan bahan  Menentukan Kerjasama
pengamatan langkah-langkah
 Memberikan pengamatan
Merancang Kreatif dan
percobaan kesempatan pada  Melakukan
siswa untuk pengamatan. Inovatif
menentukan langkah-
langkah percobaan
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
dalam penyelidikan
Melakukan
menyelidiki/mengam secara Berpikir
percobaan
ati peristiwa yang berkelompok kritis dan
disajikan oleh guru kreatif
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
dalam diskusi diskusi
Mengumpul kelompok  Menyampaikan Collaborati
kan dan  Memberi kesempatan hasil pengamatan on,
menganalisi pada kelompok untuk di depan kelas communicat
s data menyampaikan hasil melalui ion
INTI pengamatan yang perwakilan
terkumpul kelompok
 Membimbing siswa  Memberikan Kerjasama
dalam membuat kesimpulan
kesimpulan mengenai mengenai jenis Berpikir
Memberika jenis dan contoh gaya dan contoh gaya kritis,
n sentuh dalam sentuh dalam kreatif,
kesimpulan kehidupan sehari- kehidupan sehari- kolaboratif
hari. hari dan
komunikatif
.
 Membimbing siswa  membuat peta Kerjasama
dalam membuat peta pikiran / mind
Membuat pikiran / mind mapping Berpikir
peta pikiran mapping mengenai mengenai jenis kreatif,
/ mind jenis dan contoh gaya dan contoh gaya kolaboratif
mapping sentuh dalam sentuh dalam
kehidupan sehari-hari kehidupan sehari-
hari
 Memberikan tes  Mengerjakan soal Mandiri 25
PENUTUP kepada siswa tentang evaluasi yang menit
materi yang telah diberikan oleh
107

dipelajari secara guru


tertulis  Memperhatikan Berpikir
 Menginformasikan informasi yang kritis dan
materi yang akan disampaikan oleh kreatif
dipelajari pada guru dan menutup
pertemuan pembelajaran
selanjutnya dan
menutup
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
IPA
b. Non Tes
Penilaian Keterampilan Proses Sains
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja
3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik
Mengetahui, Semarang, April 2018
Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
108

SILABUS PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :2
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
5. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
6. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
7. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
8. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.1 Menjelaskan Jenis-jenis gaya Menyajikan pertanyaan Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengertian gaya tak tak sentuh dalam atau masalah menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak sentuh kehidupan sehari-  Mengajukan pertanyaan : Non tes/unjuk Buku Siswa kelas
pada peristiwa di hari. Untuk menarik benda dari kerja/rubrik IV Tema 8
lingkungan sekitar. 3.4.2 Menganalisis jenis
besi/baja, bagaimana “Daerah Tempat
gaya tak sentuh
caramu dalam Tinggalku”.
dalam perisiwa
menggunakan magnet? Buku Tematik
sehari-hari.
Apakah benda dapat Terpadu
3.4.3 Mengklasifikasikan tertarik tanpa sentuhan Kurikulum 2013
peristiwa sehari- langsung dari magnet?
edisi revisi 2016.
hari yang Mengapa demikian?
Jakarta:
109

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
memanfaatkan  Menyampaikan tujuan Kementrian
gaya tak sentuh. pembelajaran Pendidikan dan
 Membimbing siswa dalam Kebudayaan.
membentuk kelompok dan Subekti, Ari. 2016.
membagikan LKS Buku Guru kelas
 Menyajikan permasalahan IV Tema 8
yang terkait dengan jenis “Daerah Tempat
dan contoh gaya tak Tinggalku”.
sentuh yang terdapat Buku Tematik
dalam LKS Terpadu
Membuat hipotesis
Kurikulum 2013
 Menyajikan pertanyaan
edisi revisi 2016.
berupa hipotesis yang
Jakarta:
terdapat dalam LKS
Merancang percobaan Kementrian
 Menyediakan alat dan Pendidikan dan
bahan percobaan Kebudayaan.
 Memberikan kesempatan Sulistyanto, Heri,
pada siswa untuk 2008. Buku
menentukan langkah- Sekolah
langkah percobaan Elektronik (BSE)
Melakukan percobaan “IPA Kelas
 Membimbing siswa 4”Jakarta:
melakukan percobaan Departemen
mengenai jenis dan contoh Pendidikan
gaya tak sentuh Nasional,
Mengumpulkan dan Wahyono, Budi.
110

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
menganalisis data 2008. Ilmu
 Membimbing siswa dalam Pengetahuan Alam
diskusi kelompok 4: untuk SD/MI
kelas IV. Jakarta:
 Memberi kesempatan
Pusat Perbukuan,
pada kelompok untuk Departemen
menyampaikan hasil Pendidikan
percobaan data yang Nasional
terkumpul
Memberikan kesimpulan
 Membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan
mengenai pengaruh gaya
gesek terhadap benda
 Membimbing siswa dalam
membuat peta pikiran /
mind mapping mengenai
jenis dan contoh gaya tak
sentuh
111

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :2
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

C. INDIKATOR
3.4.1 Menjelaskan pengertian gaya tak sentuh
3.4.2 Menganalisis jenis gaya tak sentuh dalam perisiwa sehari-hari.
3.4.3 Mengklasifikasikan peristiwa sehari-hari yang memanfaatkan gaya tak
sentuh.
112

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi kelompok, siswa mampu
menjelaskan pengertian gaya tak sentuh dengan benar.
2. Melalui kegiatan eksperimen sederhana, siswa dapat menganalisis jenis
gaya tak sentuh dalam perisiwa sehari-hari dengan tepat.
3. Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu mengklasifikasikan
peristiwa sehari-hari yang memanfaatkan gaya tak sentuh dengan benar.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Jenis dan contoh gaya tak sentuh.

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan :Scientific
2. Model : Guided Inquiry dengan mind mapping
3. Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya Jawab, eksperimen, penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1. Media : Lembar kerja
2. Alat : Alat dan bahan percobaan gaya tak sentuh.
3. Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat


Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas


4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,

Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
113

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka pelajaran  Berdoa Religius 10
dengan berdoa dan sebelum belajar menit
memfokuskan
Motivasi
perhatian siswa serta
memberikan motivasi
belajar
 Mengajukan  Menjawab Rasa Ingin 10
pertanyaan : pertanyaan tahu. menit
Untuk menarik benda yang diberikan
PENDAH dari besi/baja, oleh guru Berpikir
ULUAN bagaimana caramu  Memperhatikan kritis,
dalam menggunakan informasi yang kreatif,
magnet? Apakah disampaikan Communica
Apersepsi
benda dapat tertarik oleh guru tion
tanpa sentuhan
langsung dari
magnet? Mengapa
demikian?
 Menyampaikan
tujuan pembelajaran
 Membimbing siswa  Membentuk Kerjasama
dalam membentuk kelompok dan Integritas,
kelompok dan menerima LKS rasa ingin
membagikan LKS  Memahami tahu
Menyajikan
pertanyaan  Menyajikan permasalahan
permasalahan yang yang terkait Berpikir
atau
terkait dengan jenis dengan jenis kritis dan
masalah
dan contoh gaya tak dan contoh kreatif,
sentuh yang terdapat gaya tak sentuh Collaborati 60
dalam LKS on menit

INTI  Menyajikan  Menjawab Rasa ingin


pertanyaan berupa pertanyaan tahu, saling
hipotesis yang hipotesis menghargai
terdapat dalam LKS , kerjasama

Membuat Berpikir
hipotesis kreatif,
kritis,
Collaborati
on
114

PPK & 4Cs Alokasi


Tahapan Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Skills Waktu
Kegiatan
Guru Siswa
 Menyediakan alat  Mengambil alat Kerjasama
dan bahan percobaan dan bahan
 Memberikan  Menentukan Kreatif dan
Merancang Inovatif
percobaan kesempatan pada langkah-
siswa untuk langkah
menentukan langkah- percobaan
langkah percobaan
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
melakukan percobaan percobaan
Melakukan
mengenai jenis dan secara Berpikir
percobaan
contoh gaya tak berkelompok kritis dan
sentuh kreatif
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
dalam diskusi diskusi
Mengumpul kelompok  Menyampaikan Collaborati
INTI kan dan  Memberi kesempatan hasil percobaan on,
menganalisi pada kelompok untuk di depan kelas communicat
s data menyampaikan hasil melalui ion
percobaan data yang perwakilan
terkumpul kelompok
 Membimbing siswa  Memberikan Kerjasama
dalam membuat kesimpulan
kesimpulan mengenai mengenai jenis Berpikir
Memberika jenis dan contoh gaya dan contoh kritis,
n tak sentuh gaya tak sentuh kreatif,
kesimpulan kolaboratif
dan
komunikatif
.
 Membimbing siswa  membuat peta Kerjasama
Membuat dalam membuat peta pikiran / mind
peta pikiran pikiran / mind mapping Berpikir
/ mind mapping mengenai mengenai jenis kreatif,
mapping jenis dan contoh gaya dan contoh kolaboratif
tak sentuh gaya tak sentuh
 Memberikan tes  Mengerjakan 25
kepada siswa tentang soal evaluasi menit
materi yang telah yang diberikan
PENUTUP dipelajari secara oleh guru
tertulis  Memperhatikan
 Menginformasikan informasi yang
materi yang akan disampaikan
115

dipelajari pada oleh guru dan


pertemuan menutup
selanjutnya dan pembelajaran
menutup
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
b. Non Tes
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja
3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik

Mengetahui, Semarang, April 2018


Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
116

SILABUS PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :3
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
9. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
10. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya.
11. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
12. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.4 Menganalisis Pengaruh gaya Menyajikan pertanyaan atau Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengaruh gaya terhadap gerak masalah menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak terhadap bentuk dan bentuk  Mengajukan pertanyaan : Non tes/unjuk Buku Siswa kelas
pada peristiwa di suatu benda suatu benda Pernahkan kamu bermain kerja/rubrik IV Tema 8
lingkungan sekitar. bola? Jika kamu menendang “Daerah Tempat
3.4.5 Menganalisis
pengaruh gaya bola, apakah yang akan Tinggalku”.
terhadap gerak terjadi dengan bola Buku Tematik
suatu benda tersebut?Bagaimana jika Terpadu
kamu menendang bola yang Kurikulum 2013
sedang dalam posisii edisi revisi 2016.
bergerak? Jakarta:
117

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
Ketika bermain ketapel, Kementrian
apakah yang terjadi pada Pendidikan dan
karet ketapel saat anak Kebudayaan.
menariknya? Mengapa hal Subekti, Ari. 2016.
tersebut bisa terjadi? Buku Guru kelas
 Menyampaikan tujuan IV Tema 8
pembelajaran “Daerah Tempat
 Membimbing siswa dalam Tinggalku”.
membentuk kelompok dan Buku Tematik
membagikan LKS Terpadu
 Menyajikan permasalahan Kurikulum 2013
yang terkait dengan pengaruh edisi revisi 2016.
gaya terhadap gerak dan Jakarta:
bentuk suatu benda yang Kementrian
terdapat dalam LKS Pendidikan dan
Membuat hipotesis Kebudayaan.
 Menyajikan pertanyaan Sulistyanto, Heri,
berupa hipotesis yang
2008. Buku
terdapat dalam LKS
Sekolah
Merancang percobaan
Elektronik (BSE)
 Menyediakan alat dan bahan
percobaan “IPA Kelas
 Memberikan kesempatan 4”Jakarta:
pada siswa untuk Departemen
menentukan langkah-langkah Pendidikan
percobaan Nasional,
Wahyono, Budi.
118

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
Melakukan percobaan 2008. Ilmu
 Membimbing siswa Pengetahuan Alam
melakukan percobaan 4: untuk SD/MI
mengenai pengaruh gaya kelas IV. Jakarta:
Pusat Perbukuan,
terhadap gerak dan bentuk
Departemen
suatu benda Pendidikan
Mengumpulkan dan Nasional
menganalisis data
 Membimbing siswa dalam
diskusi kelompok
 Memberi kesempatan pada
kelompok untuk
menyampaikan hasil
percobaan data yang
terkumpul
Memberikan kesimpulan
 Membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan
mengenai pengaruh gaya
terhadap gerak dan bentuk
suatu benda
 Membimbing siswa dalam
membuat peta pikiran / mind
mapping mengenai pengaruh
gaya terhadap gerak dan
bentuk suatu benda
119

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :3
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

C. INDIKATOR
3.4.1 Menganalisis pengaruh gaya terhadap bentuk suatu benda
3.4.2 Menganalisis pengaruh gaya terhadap gerak suatu benda
120

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan percobaan, siswa mampu mengidentifikasikan pengaruh
suatu gaya yang diberikan terhadap bentuk suatu benda dengan benar.
2. Melalui kegiatan percobaan, siswa mampu mengidentifikasikan pengaruh
suatu gaya yang diberikan terhadap gerak suatu benda dengan benar.
E. MATERI PEMBELAJARAN
 Pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1) Pendekatan :Scientific
2) Model : Guided Inquiry dengan mind mapping
3) Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya Jawab, eksperimen, penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1) Media : Lembar kerja dan bahan tayang (PPT)
2) Alat : Alat dan bahan percobaan pengaruh gaya terhadap benda.
3) Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat


Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas


4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,

Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
121

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka pelajaran  Berdoa Religius 10
dengan berdoa dan sebelum belajar menit
memfokuskan
Motivasi
perhatian siswa serta
memberikan motivasi
belajar
 Mengajukan  Menjawab Rasa Ingin tahu. 10
pertanyaan : pertanyaan menit
Pernahkan kamu yang diberikan Berpikir kritis,
bermain bola? Jika oleh guru kreatif,
kamu menendang  Memperhatikan Communication
bola, apakah yang informasi yang
akan terjadi dengan disampaikan
bola tersebut? oleh guru
PENDAH Bagaimana jika kamu
ULUAN menendang bola yang
sedang dalam posisii
bergerak?
Apersepsi
Ketika bermain
ketapel, apakah yang
terjadi pada karet
ketapel saat anak
menariknya?
Mengapa hal tersebut
bisa terjadi?

 Menyampaikan
tujuan pembelajaran

 Membimbing siswa  Membentuk Kerjasama 60


dalam membentuk kelompok dan Integritas, rasa menit
kelompok dan menerima LKS ingin tahu
membagikan LKS  Memahami
Menyajika Berpikir kritis
 Menyajikan permasalahan
n dan kreatif,
permasalahan yang yang terkait
INTI pertanyaan Collaboration
terkait dengan dengan
atau
pengaruh gaya pengaruh gaya
masalah
terhadap gerak dan pegas terhadap
bentuk suatu benda benda
yang terdapat dalam
LKS
122

Tahapan Guided Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs


Inquiry dengan mind  Guru  Siswa Skills
mapping
 Menyajikan  Menjawab Rasa ingin tahu,
pertanyaan berupa pertanyaan saling
hipotesis yang hipotesis menghargai,
Membuat
terdapat dalam LKS kerjasama
hipotesis
Berpikir kreatif,
kritis,
Collaboration
 Menyediakan alat  Mengambil alat Kerjasama
dan bahan percobaan dan bahan
Merancan  Memberikan  Menentukan
g kesempatan pada langkah- Kreatif dan
percobaan siswa untuk langkah Inovatif
menentukan langkah- percobaan
langkah percobaan
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
melakukan percobaan percobaan
Melakuka
mengenai pengaruh secara Berpikir kritis
n
gaya terhadap gerak berkelompok dan kreatif
percobaan
dan bentuk suatu
benda
 Membimbing siswa  Melakukan Kerjasama
INTI
dalam diskusi diskusi
Mengump kelompok  Menyampaikan Collaboration,
ulkan dan  Memberi kesempatan hasil percobaan communication
menganali pada kelompok untuk di depan kelas
sis data menyampaikan hasil melalui
percobaan data yang perwakilan
terkumpul kelompok
 Membimbing siswa  Memberikan Kerjasama
dalam membuat kesimpulan
Memberik
kesimpulan mengenai mengenai Berpikir kritis,
an
pengaruh gaya pengaruh gaya kreatif,
kesimpula
terhadap gerak dan terhadap gerak kolaboratif dan
n
bentuk suatu benda dan bentuk komunikatif.
suatu benda
 Membimbing siswa  membuat peta Kerjasama
Membuat dalam membuat peta pikiran / mind
peta pikiran / mind mapping Berpikir kreatif,
pikiran / mapping mengenai mengenai kolaboratif
mind pengaruh gaya pengaruh gaya
mapping terhadap gerak dan terhadap suatu
bentuk suatu benda. benda
123

 Memberikan tes  Mengerjakan Mandiri 25


kepada siswa tentang soal evaluasi menit
materi yang telah yang diberikan Berpikir kritis
dipelajari secara oleh guru dan kreatif
tertulis  Memperhatikan
 Menginformasikan informasi yang
PENUTUP
materi yang akan disampaikan
dipelajari pada oleh guru dan
pertemuan menutup
selanjutnya dan pembelajaran
menutup
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
IPA
b. Non Tes
Penilaian Keterampilan Proses Sains
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja
3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik

Mengetahui, Semarang, April 2018


Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
124

SILABUS PEMBELAJARAN
KELAS KONTROL

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar


Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :1
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
13. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
14. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya.
15. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
16. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.4 Mengemukakan Gaya Sentuh  Mengajukan Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengertian gaya pertanyaan : menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak sentuh. Untuk memindahkan Non tes/unjuk Buku Siswa kelas IV
pada peristiwa di meja, apa yang harus kerja/rubrik Tema 8 “Daerah
lingkungan sekitar. 3.4.5 Menganalisis Tempat Tinggalku”.
kamu lakukan? Apakah
jenis–jenis gaya Buku Tematik
meja bisa bergerak
sentuh pada Terpadu Kurikulum
tanpa sentuhan?
peristiwa sehari- 2013 edisi revisi
Mengapa demikian??
hari. 2016. Jakarta:
 Menyampaikan tujuan
3.4.6 Mengklasifikasika pembelajaran Kementrian
125

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
n contoh peristiwa  Guru menyampaikan Pendidikan dan
seharik-hari yang materi pembelajaran Kebudayaan.
memanfaatkan Subekti, Ari. 2016.
gaya sentuh.  Membimbing siswa Buku Guru kelas IV
dalam membentuk Tema 8 “Daerah
kelompok dan Tempat Tinggalku”.
membagikan LKS Buku Tematik
Terpadu Kurikulum
 Membimbing siswa 2013 edisi revisi
dalam diskusi 2016. Jakarta:
kelompok Kementrian
Pendidikan dan
 Memberi kesempatan Kebudayaan.
pada kelompok untuk Sulistyanto, Heri, 2008.
menyampaikan hasil Buku Sekolah
diskusinya Elektronik (BSE)
 Bersama dengan siswa “IPA Kelas 4”Jakarta:
menyimpulkan materi Departemen
pembelajaran. Pendidikan Nasional,
Wahyono, Budi. 2008.
 Memberikan tes kepada Ilmu Pengetahuan Alam
siswa tentang materi 4: untuk SD/MI kelas
yang telah dipelajari IV. Jakarta: Pusat
secara tertulis Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
126

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP) KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :1
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
a. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
b. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
c. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
d. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

C. INDIKATOR
3.4.1 Mengemukakan pengertian gaya sentuh.
3.4.2 Menganalisis jenis–jenis gaya sentuh pada peristiwa sehari-hari.
127

3.4.3 Mengklasifikasikan contoh peristiwa seharik-hari yang memanfaatkan


gaya sentuh.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Melalui diskusi kelompok, siswa mampu mengemukakan pengertian gaya
sentuh dengan benar.
b. Melalui kegiatan pengamatan gambar, siswa dapat menganalisis jenis-jenis
gaya sentuh pada peristiwa sehari-hari dengan tepat.
c. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat mengklasifikasikan contoh
peristiwa seharik-hari yang memanfaatkan gaya sentuh dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN
Jenis-jenis dan contoh pemanfaatan gaya sentuh

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1) Model : Konvensional (Ceramah )
2) Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, eksperimen, penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1) Media : Buku Siswa, buku guru, BSE IPA kelas IV
2) Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas
4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
128

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka  Berdoa sebelum Religius 10 menit
pelajaran dengan belajar
berdoa dan
Motivasi memfokuskan
perhatian siswa
serta memberikan
motivasi belajar
 Mengajukan  Menjawab Rasa ingin 10 menit
pertanyaan : pertanyaan yang tahu
PENDAH Ketika bermain diberikan oleh
ULUAN ketapel, apakah guru
yang terjadi saat  Memperhatikan Berpikir
anak menarik informasi yang kritis
Apersepsi karet ketapelnya? disampaikan oleh
Mengapa hal guru
tersebut bisa
terjadi?
 Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
 Guru Kerjasama
menyampaikan
materi
 Siswa
pembelajaran
mendengarkan Kolaboratif
 Membimbing materi yang
siswa dalam disampaikan guru.
membentuk Berpikir
 Membentuk kritis dan
kelompok dan
kelompok dan kreatif
membagikan
KEGIATAN INTI menerima LKS Komunikatif 60 menit
LKS
 Melakukan diskusi
 Membimbing
siswa dalam  Menyampaikan
hasil diskusi di
diskusi kelompok
depan kelas
 Memberi
melalui perwakilan
kesempatan pada
kelompok
kelompok untuk
menyampaikan
hasil diskusinya
 Bersama dengan  Menyimpulkan Berpikir 25 menit
siswa materi kritis,
PENUTUP
menyimpulkan pembelajaran pada Komunikatif
materi hari itu.
129

pembelajaran.  Mengerjakan soal Mandiri


 Memberikan tes evaluasi yang
kepada siswa diberikan oleh Berpikir
tentang materi guru kritis dan
yang telah  Memperhatikan kreatif.
dipelajari secara informasi yang
tertulis disampaikan oleh
 Menginformasika guru dan menutup
n materi yang pembelajaran
akan dipelajari
pada pertemuan
selanjutnya dan
menutup
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
IPA
b. Non Tes
Penilaian Keterampilan Proses Sains
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja

3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik
Mengetahui, Semarang, April 2018
Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
130

SILABUS PEMBELAJARAN KELAS KONTROL


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :2
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.1 Menjelaskan Jenis-jenis  Mengajukan pertanyaan : Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengertian gaya gaya tak Untuk menarik benda dari menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak tak sentuh sentuh dalam besi/baja, bagaimana Non tes/unjuk Buku Siswa kelas IV
pada peristiwa di kehidupan caramu dalam kerja/rubrik Tema 8 “Daerah
lingkungan sekitar. 3.4.2 Menganalisis jenis sehari-hari.
menggunakan magnet? Tempat Tinggalku”.
gaya tak sentuh
Apakah benda dapat Buku Tematik
dalam perisiwa
tertarik tanpa sentuhan Terpadu Kurikulum
sehari-hari.
langsung dari magnet? 2013 edisi revisi
3.4.3 Mengklasifikasikan Mengapa demikian? 2016. Jakarta:
peristiwa sehari-  Menyampaikan tujuan Kementrian
hari yang pembelajaran
Pendidikan dan
131

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
memanfaatkan  Guru menyampaikan Kebudayaan.
gaya tak sentuh. materi pembelajaran Subekti, Ari. 2016.
Buku Guru kelas IV
 Membimbing siswa dalam Tema 8 “Daerah
membentuk kelompok dan Tempat Tinggalku”.
membagikan LKS Buku Tematik
 Membimbing siswa dalam Terpadu Kurikulum
diskusi kelompok 2013 edisi revisi
2016. Jakarta:
 Memberi kesempatan pada Kementrian
kelompok untuk Pendidikan dan
menyampaikan hasil Kebudayaan.
diskusinya Pendidikan Nasional,
 Bersama dengan siswa Wahyono, Budi. 2008.
menyimpulkan materi Ilmu Pengetahuan Alam
pembelajaran. 4: untuk SD/MI kelas
IV. Jakarta: Pusat
 Memberikan tes kepada Perbukuan, Departemen
siswa tentang materi yang Pendidikan Nasional
telah dipelajari secara
tertulis
132

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :2
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.
C. INDIKATOR
3.4.1 Menjelaskan pengertian gaya tak sentuh
3.4.2 Menganalisis jenis gaya tak sentuh dalam perisiwa sehari-hari.
3.4.3 Mengklasifikasikan peristiwa sehari-hari yang memanfaatkan gaya tak
sentuh.
133

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan tanya jawab, siswa mampu menjelaskan pengertian gaya
tak sentuh dengan benar.
2. Melalui kegiatan eksperimen sederhana, siswa dapat menganalisis jenis
gaya tak sentuh dalam perisiwa sehari-hari dengan tepat.
3. Melalui kegiatan tanya jawab, siswa mampu mengklasifikasikan peristiwa
sehari-hari yang memanfaatkan gaya tak sentuh dengan benar.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Jenis-jenis gaya tak sentuh dalam kehidupan sehari-hari.

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1) Model : Kontekstual
2) Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya Jawab, penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1) Media : Buku Siswa, buku guru, BSE IPA kelas IV, alat dan bahan
percobaan gaya tak sentuh.
2) Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas
4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
134

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka pelajaran  Berdoa sebelum Religius 10 menit
dengan berdoa dan belajar
memfokuskan
Motivasi
perhatian siswa serta
memberikan motivasi
belajar
Mengajukan  Menjawab Rasa ingin 10 menit
pertanyaan : Untuk pertanyaan yang tahu
menarik benda dari diberikan oleh
PENDAH besi/baja, bagaimana guru Berpikir
ULUAN caramu dalam  Memperhatikan kritis
menggunakan informasi yang
magnet? Apakah disampaikan oleh
Apersepsi
benda dapat tertarik guru
tanpa sentuhan
langsung dari
magnet? Mengapa
demikian?
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
 Siswa Kerjasama
 Guru menyampaikan
mendengarkan
materi pembelajaran
materi yang
 Membimbing siswa disampaikan
dalam membentuk guru.
kelompok dan Kolaboratif
 Membentuk
membagikan LKS Berpikir
kelompok dan
 Membimbing siswa menerima LKS kritis dan
dalam diskusi kreatif
 Melakukan 60 menit
KEGIATAN INTI kelompok
diskusi
 Memberi kesempatan Komunikatif
 Menyampaikan
pada kelompok untuk
hasil diskusi di
menyampaikan hasil
depan kelas
diskusinya
melalui
perwakilan
kelompok

 Bersama dengan  Menyimpulkan Berpikir 25 menit


siswa menyimpulkan materi kritis,
PENUTUP Komunikatif
materi pembelajaran. pembelajaran
 Memberikan tes pada hari itu.
135

kepada siswa tentang  Mengerjakan soal Mandiri


materi yang telah evaluasi yang
dipelajari secara diberikan oleh Berpikir
tertulis guru kritis dan
 Menginformasikan  Memperhatikan kreatif.
materi yang akan informasi yang
dipelajari pada disampaikan oleh
pertemuan guru dan
selanjutnya dan menutup
menutup pembelajaran
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
IPA
b. Non Tes
Penilaian Keterampilan Proses Sains
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja

3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik

Mengetahui, Semarang, April 2018


Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
136

SILABUS PEMBELAJARAN KELAS KONTROL


Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :3
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit
Kompetensi Inti :
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER
INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
IPA 3.4.6 Menganalisis Pengaruh gaya  Mengajukan pertanyaan : Tes / Tes tulis 3 x 35 Sumber Belajar:
3.4 menghubungkan pengaruh gaya terhadap gerak Pernahkan kamu menit Subekti, Ari. 2016.
gaya dengan gerak terhadap bentuk dan bentuk bermain bola? Jika kamu Non tes/unjuk Buku Siswa kelas IV
pada peristiwa di suatu benda suatu benda menendang bola, apakah kerja/rubrik Tema 8 “Daerah
lingkungan sekitar. yang akan terjadi dengan Tempat Tinggalku”.
3.4.7 Menganalisis
pengaruh gaya bola Buku Tematik
terhadap gerak tersebut?Bagaimana jika Terpadu Kurikulum
suatu benda kamu menendang bola 2013 edisi revisi
yang sedang dalam 2016. Jakarta:
posisii bergerak? Kementrian
Pendidikan dan
137

KOMPETENSI MATERI KEGIATAN ALOKASI SUMBER


INDIKATOR PENILAIAN
DASAR POKOK PEMBELAJARAN WAKTU BELAJAR
Ketika bermain ketapel, Kebudayaan.
apakah yang terjadi pada Subekti, Ari. 2016.
karet ketapel saat anak Buku Guru kelas IV
menariknya? Mengapa Tema 8 “Daerah
hal tersebut bisa terjadi? Tempat Tinggalku”.
Buku Tematik
 Menyampaikan tujuan Terpadu Kurikulum
pembelajaran 2013 edisi revisi
 Guru menyampaikan 2016. Jakarta:
materi pembelajaran Kementrian
 Membimbing siswa dalam Pendidikan dan
membentuk kelompok dan Kebudayaan.
membagikan LKS Sulistyanto, Heri, 2008.
 Membimbing siswa dalam Buku Sekolah
diskusi kelompok Elektronik (BSE)
 Memberi kesempatan pada “IPA Kelas
kelompok untuk 4”Jakarta:
menyampaikan hasil Departemen
diskusinya Pendidikan Nasional,
 Bersama dengan siswa Wahyono, Budi. 2008.
menyimpulkan materi Ilmu Pengetahuan Alam
pembelajaran. 4: untuk SD/MI kelas
 Memberikan tes kepada IV. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen
siswa tentang materi yang
Pendidikan Nasional
telah dipelajari secara
tertulis
138

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
KELAS KONTROL
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku
Mata Pelajaran : IPA
Pertemuan ke- :3
Kelas/Semester : IV /II (Genap)
Alokasi Waktu : 3 x 35 menit

A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia

B. KOMPETENSI DASAR
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

C. INDIKATOR
3.4.1 Menganalisis pengaruh gaya terhadap bentuk suatu benda
3.4.2 Menganalisis pengaruh gaya terhadap gerak suatu benda
139

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui kegiatan percobaan, siswa mampu mengidentifikasikan pengaruh
suatu gaya yang diberikan terhadap arah gerak suatu benda dengan benar.
2. Melalui kegiatan membuat peta pikiran sederhana, siswa dapat
menganalisis hubungan antara pengaruh gaya terhadap arah gerak suatu
benda dengan tepat.

E. MATERI PEMBELAJARAN
 Pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda

F. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


1) Model : Kontekstual
2) Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya Jawab, eksperimen, penugasan.

G. MEDIA, ALAT DAN SUMBER


1) Media : Buku Siswa, buku guru, BSE IPA kelas IV, alat dan bahan
percobaan gaya terhadap bentuk dan gerak benda.
2) Sumber Belajar:
Subekti, Ari. 2016. Buku Siswa kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Subekti, Ari. 2016. Buku Guru kelas IV Tema 8 “Daerah Tempat
Tinggalku”. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi
2016. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sulistyanto, Heri, 2008. Buku Sekolah Elektronik (BSE) “IPA Kelas
4”Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Wahyono, Budi. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
140

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAPAN Langkah-langkah kegiatan pembelajaran PPK & 4Cs Alokasi
PEMBELAJARAN Guru Siswa Skills Waktu
 Membuka pelajaran dengan  Berdoa Religius 10 menit
berdoa dan memfokuskan sebelum
Motivasi
perhatian siswa serta belajar
memberikan motivasi belajar
 Mengajukan pertanyaan :  Menjawab Rasa ingin 10 menit
Pernahkan kamu bermain pertanyaan tahu
bola? Jika kamu menendang yang
bola, apakah yang akan diberikan oleh
terjadi dengan bola guru Berpikir
tersebut?Bagaimana jika  Memperhatika kritis
PENDAH
kamu menendang bola yang n informasi
ULUAN
sedang dalam posisii yang
Apersepsi bergerak? disampaikan
oleh guru
Ketika bermain ketapel,
apakah yang terjadi pada
karet ketapel saat anak
menariknya? Mengapa hal
tersebut bisa terjadi?
 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
 Siswa Kerjasama
 Guru menyampaikan materi mendengarkan
pembelajaran materi yang
 Membimbing siswa dalam disampaikan
membentuk kelompok dan guru.
membagikan LKS  Membentuk Kolaboratif
 Membimbing siswa dalam kelompok dan
diskusi kelompok menerima Berpikir
KEGIATAN INTI  Memberi kesempatan pada LKS kritis dan 60 menit
kelompok untuk  Melakukan kreatif
menyampaikan hasil diskusi
diskusinya  Menyampaika Komunikati
n hasil diskusi f
di depan kelas
melalui
perwakilan
kelompok
 Bersama dengan siswa  Menyimpulka Berpikir 25 menit
menyimpulkan materi n materi kritis,
PENUTUP Komunikati
pembelajaran. pembelajaran
 Memberikan tes kepada siswa pada hari itu. f
141

tentang materi yang telah  Mengerjakan


dipelajari secara tertulis soal evaluasi Mandiri
 Menginformasikan materi yang Berpikir
yang akan dipelajari pada diberikan oleh kritis dan
pertemuan selanjutnya dan guru kreatif.
menutup pembelajaran  Memperhatika
n informasi
yang
disampaikan
oleh guru dan
menutup
pembelajaran

I. PENILAIAN
1. Teknik Penilaian
a. Tes
IPA
b. Non Tes
Penilaian Keterampilan Proses Sains
2. Jenis Penilaian
a. Tes : Tulis
b. Non Tes : Pengamatan, unjuk kerja

3. Bentuk Penilaian
a. Tes : Tertulis, pilihan ganda
b. Nontes : Rubrik

Mengetahui, Semarang, April 2018


Kepala Sekolah, Peneliti,

Muhtar Hanafi, S.Pd. Dewi Prastiwi


NIP. 19631031 198304 1 002 NIM. 0103516096
142
LAMPIRAN 2

MATERI AJAR
A. PENGERTIAN GAYA
Gaya didefinisikan sebagai suatu tarikan atau suatu dorongan yang
dikerahkann sebuah benda terhadap benda lain.
B. JENIS GAYA
Gaya berdasarkan sifat nya dibedakan menjadi 2 yakni gaya sentuh dan gaya
tak sentuh.
1. Gaya Sentuh
Gaya sentuh adalah gaya yang bekerja pada suatu benda dengan melalui
sentuhan pada permukaan benda tersebut.

Contoh: gaya sentuh antara lain seorang anak yang mendorong meja, seorang
ibu yang mengangkat barang belanjaannya, seorang anak yang mengayuh
sepeda, dan pemain basket yang melempar bola basket (gaya otot).
Jenis gaya sentuh
a. Gaya Otot
Gaya otot adalah gaya yang ditimbulkan oleh otot manusia atau hewan.
Contoh seorang pemain bola menendang bola, saat kita mendorong meja atau
lemari, dan sapi menarik gerobak.
143

b. Gaya Gesek
Gaya gesek yaitu gaya yang menimbulkan hambatan ketika dua
permukaan saling bersentuhan. Semakin kasar permukaan benda semakin
besar gaya gesek yang ditimbulkan.
Contoh :
 Sepeda yang melaju kemudian di rem akan berhenti, gaya gesek antara
rem dan ban sepeda mengakibatkan sepeda berhenti
 Mengasah pisau menggunakan gerinda, Adanya gaya gesek antara
mata pisau dengan gerinda mengakibatkan mata pisau menjadi tajam.

c. Gaya Pegas
Gaya pegas adalah gaya yang terjad pada pegas. Gaya pegas ini berupa
tarikan atau regangan dan rapatan.
Contoh :
 Orang melompat-lompat di atas trampolin;
 Karet gelang yang ditarik;
 Anak panah melesat dari busur;
 Batu terlempar dari katapel
2. Gaya tak sentuh
Gaya tak sentuh dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada benda
tanpa menyentuh benda tersebut.
Contoh: Jika kamu melepaskan kapur dari ketinggian tertentu, maka kapur itu
akan jatuh ke bawah, ditarik oleh gaya gravitasi Bumi. Gaya gravitasi
termasuk gaya tak sentuh, karena tanpa harus melalui sentuhan kapur dan
Bumi. Gaya listrik dan gaya magnet adalah contoh lain gaya tak sentuh.
144

Jenis Gaya Tak Sentuh


Gaya tak sentuh merupakan gaya yang dikenakan pada suatu benda tidak secara
langsung. Dengan kata lain, tidak ada kontak langsung antara benda yang
mengerjakan gaya dengan benda yang dikenai gaya. Jenis gaya tak sentuh adalah
sebagai berikut :
a. Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh benda untuk menarik
benda lain ke arah pusat gaya yang berangkutan. Contoh gaya gravitasi
adalah buah kelapa yang jatuh ke bawah karena pengaruh gaya gravitasi
bumi

b. Gaya Magnet
Gaya magnet adalah gaya yang ditimbulkan oleh magnet. Paku yang
didekatkan ke magnet akan bergerak menuju magnet kemudian akan
menempel pada magnet. Hal ini disebabkan karena adanya gaya magnet.
Contoh gaya magnet adalah mengangkat barang-barang rongsokan besi
dengan menggunakan magnet.
145

c. Gaya Coulomb/Gaya Listrik


Gaya coulomb adalah gaya yang timbul karena adanya muatan listrik yang
terpisah dengan jarak tertentu. Muatan listrik bisa memiliki jenis muatan
yang sama (gaya tolak menolak) dan jenis muatan yang berbeda (gaya
tarik menarik)

C. PENGARUH GAYA TERHADAP BENDA


1. Gaya dapat mempengaruhi gerak benda
Sebuah meja dapat bergerak jika kita beri gaya berupa dorongan atau tarikan.
Kelereng juga dapat bergerak jika kita beri gaya berupa sentilan dan
sebagainya.
a. Gaya menyebabkan benda diam menjadi bergerak
Contoh : pada saat mendorong mobil yang mogok, mendorong meja,
menarik gerobak, ataupun menendang bola
146

b. Gaya menyebabkan benda bergerak menjadi diam


Contoh : pada saat menangkap bola

2. Gaya Dapat Mengubah Bentuk dan Ukuran Benda


Ambillah sebuah lilin mainan atau plastisin. Kemudian, buatlah bola dari
plastisin tersebut. Lalu, tekanlah oleh jarimu bola plastisin tersebut. Bola
plastisin akan berubah bentuk tidak bulat lagi. Selain contoh diatas gambar-
gambar berikut juga membuktikan bahwa gaya dapat merubah bentuk benda

3. Gaya Dapat Mengubah Arah Gerakan Benda


Dalam pertandingan sepak bola, seorang pemain menendang bola ke
pemain lainnya dengan arah tendangan yang berbeda-
beda. Ada yang arahnya ke depan, ke belakang, dan ke samping.
Tendanganyang dilakukan pemain itu menyebabkan arah bola berubah.
147

D. HUBUNGAN GAYA dan GERAK

Perhatikan gambari di atas!


Ketika kita mendorong lemari, kita memberikan gaya. Gaya dapat berupa
dorongan atau tarikan. Kita memberikan gaya kepada lemari agar lemari
dapat bergerak. Lemari dikatakan bergerak jika terjadi perubahan posisinya.
148
LAMPIRAN 3

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 1

Kelompok :
Kelas :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.

A. Tujuan :
Menganalisis gaya sentuh pada peristiwa sehari-hari.

B. Langkah kegiatan:
Tahap 1: Menyajikan Masalah
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati.
Untuk memindahkan meja, apa yang harus kamu lakukan? Apakah meja
bisa bergerak tanpa sentuhan? Mengapa demikian?

Untuk dapat memahaminya marilah kita membuat hipotesis dan


melakukan pengamatan.

Tahap 2: Hipotesis
Aspek KPS yang diajarkan yaitu memprediksi.
Sebelum memulai percobaan, jawablah pertanyaan berikut:
“Apa yang dapat menyebabkan meja bergerak? Apakah meja dapat
bergerak tanpa sentuhan?”
Jawab :
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
149

Tahap 3: Mengumpulkan Data


Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati dan berkomunikasi.
1. Perhatikan peristiwa berikut

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


2. Amati posisi antara benda dengan lantai dan anak yang melakukan
aktivitas. Apakah saling bersentuhan?
3. Apakah terdapat kesamaan pada ketiga gambar tersebut?
4. Amati gaya yang bekerja pada setiap aktivitas!
5. Catat hasil pengamatan mu pada tabel

Tabel hasil pengamatan


Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Posisi
(bersentuhan/tidak)
Yang bersentuhan
Gaya yang bekerja

Tahap 4: Menganalisis Data


Pertanyaan :
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengklasifikasikan dan memprediksi.

1. Apakah terdapat persamaan dalam ketiga gambar peristiwa tersebut?


Jelaskan?
Jawab :

2. Apa yang akan terjadi jika posisi masing-masing benda pada gambar 1,
2 dan 3 tidak saling bersentuhan dengan lantai dan anak yang
memberi gaya? Berikan alasanmu!
Jawab:

3. Berikan contoh peristiwa lain dari masing-masing gaya tersebut?


Jawab :
150

Tahap 5: Membuat Kesimpulan


Aspek KPS yang diajarkan yaitu berkomunikasi dan membuat
kesimpulan.

Buatlah kesimpulan dari pengamatan tersebut kemudian gambarkan


sebuah bagan yang berkaitan dengan gaya dan gerak dari peristiwa
tersebut!
Jawab:
151

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK 2


Kelompok :
Kelas :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.

A. Tujuan :
 Menganalisis gaya tak sentuh pada peristiwa sehari-hari.
B. Langkah kegiatan:
Tahap 1: Menyajikan Masalah
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati

Untuk menarik benda dari besi/baja, bagaimana caramu dalam


menggunakan magnet? Apakah benda dapat tertarik tanpa sentuhan
langsung dari magnet? Mengapa demikian?

Untuk dapat memahaminya marilah kita membuat hipotesis dan


melakukan pengamatan.

Tahap 2: Hipotesis
Aspek KPS yang diajarkan yaitu memprediksi
Sebelum memulai percobaan, jawablah pertanyaan berikut:
Apa yang menyebabkan benda dapat bergerak jatuh dan benda besi
dapat tertarik magnet? apakah benda tersebut dapat bergerak tanpa
diberi sentuhan?
Jawab :
152

Tahap 3: Mengumpulkan Data


Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati dan berkomunikasi.
Kegiatan 1
Alat dan bahan :
1. Penggaris plastik
2. Rambut kering
3. Potongan kertas kecil-kecil

Langkah Kegiatan :
1. Gosok-gosokkan penggaris plastik ke rambut kering selama 3 menit.
2. Kemudian dekatkan penggaris plastik ke potongan kertas-kertas kecil.
3. Amati posisi penggaris & potongan kertas kecil (bersentuhan/tidak
bersentuhan)!
4. Amati apa yang terjadi! Catat pada tabel pengamatan!

Tabel Pengamatan
No. Kriteria Penggaris Potongan kertas
plastik kecil
1 Keadaan sebelum
digosok
2 Keadaan setelah
digosok
3. Posisi penggaris
dan potongan
kertas

Kegiatan 2
Alat dan bahan :
1. Magnet
2. Klip
3. Kertas karton
Langkah kegiatan :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Letakkan magnet dibawah kertas karton dan klip diatas kertas karton.
3. Amati posisi antara magnet dan klip! Apakah bersentuhan langsung
ataukan tidak, catat hasil pengamatan mu!
4. Gerakkan magnet kesamping kanan dan kiri.
5. Amati gerakan klip yang terjadi. Catat pada tabel pengamatanmu!

Tabel Pengamatan
NO. KRITERIA MAGNET KLIP
1 Keadaan sebelum
digerakkan
2 Keadaan setelah
digerakkan
3. Posisi magnet dan klip
153

Tahap 4: Menganalisis Data


Pertanyaan :
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengklasifikasikan dan memprediksi.
1. Apakah terdapat persamaan dalam kedua kegiatan tersebut? Jelaskan?
Jawab :

2. Apakah posisi awal masing-masing benda harus menempel/bersentuhan


terlebih dahulu untuk bisa bergerak? Mengapa demikian? Berikan
alasanmu!
Jawab:

3. Gaya apa saja yang bekerja pada kedua kegiatan tersebut?


Jawab :

4. Berikan contoh peristiwa lain yang memanfaatkan gaya tak sentuh!


Jawab :

Tahap 5: Membuat Kesimpulan


Aspek KPS yang diajarkan yaitu berkomunikasi dan membuat kesimpulan.
Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut kemudian gambarkan sebuah
bagan yang berkaitan dengan gaya dan gerak dari peristiwa tersebut!
Jawab :
154

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)


3
Kelompok :
Kelas :
Nama anggota :
1.
2.
3.
4.

A. Tujuan :
 Mengetahui pengaruh gaya terhadap gerak dan bentuk benda dalam
peristiwa sehari-hari.
B. Langkah kegiatan:
Tahap 1: Menyajikan Masalah
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati
Kegiatan 1:
Pernahkan kamu bermain bola? Jika kamu menendang bola, apakah
yang akan terjadi dengan bola tersebut? Bagaimana jika kamu
menendang bola yang sedang dalam posisii bergerak?

Kegiatan 2 :
Ketika bermain ketapel, apakah yang terjadi pada karet ketapel saat
anak menariknya? Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
155

Untuk mengetahuinya kedua hal tersebut, lakukan kegiatan berikut!

Tahap 2: Hipotesis
Aspek KPS yang diajarkan yaitu memprediksi
Sebelum memulai percobaan, jawablah pertanyaan berikut:
Kegiatan 1 : Apa yang akan terjadi ketika suatu benda yang bergerak
dikenai gaya?
Kegiatan 2 : Apa yang akan terjadi ketika suatu benda yang bersifat
elastis mendapat tekanan/gaya?
Jawab :

Tahap 3: Mengumpulkan Data


Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengamati dan berkomunikasi.
Kegiatan 1
Alat dan Bahan : kelereng, balok kayu, dan meja.
Langkah Kerja :
1. Letakkan balok kayu di atas meja!
2. Gelindingkan kelereng di atas meja menuju ke arah balok kayu!
3. Setelah kelereng menumbuk balok kayu, amati yang terjadi!
4. Saat kelereng bergerak, doronglah ke arah samping. Amati yang
terjadi!
5. Catat hasil pengamatan mu ke dalam tabel !
156

Keadaan kelereng Hal yang terjadi


No
1. Sebelum didorong

2. Setelah didorong menuju ke arah


balok kayu

3. Setelah kelereng menumbuk balok


kayu

Kegiatan 2
Alat dan bahan :
1. Gelang karet
2. Penggaris
3. Kapur
Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Amati bentuk karet mula-mula.
3. Mainkan karet gelang pada jari-jari tanganmu. Apakah terjadi
perbedaan?
4. Ukur panjang karet mula-mula.
5. Renggangkan (tarik) gelang karet sesuai dengan pertambahan
panjang yang telah ditentukan pada tabel (ukur menggunakan
penggaris). Kemudian lepaskan tarikan pada karet.
6. Tandai jarak yang dihasilkan oleh karet.
7. Ukur jaraknya dengan penggaris
8. Catat hasil pengamatan mu pada tabel pengamatan.

Tabel hasil pengamatan


Panjang karet Pertambahan +2 cm +3 cm +4 cm +5 cm
semula panjang tarikan
.... cm Jarak yang
dihasilkan
157

Tahap 4: Menganalisis Data


Pertanyaan :
Aspek KPS yang diajarkan yaitu mengklasifikasikan dan memprediksi.
1. Bagaimanakah posisi kelereng sebelum didorong dan setelah didorong
menuju balok kayu? Apakah terdapat perbedaan? Mengapa
demikian?
Jawab :

2. Apa yang terjadi setelah kelereng menumbuk balok kayu? Mengapa


demikian!
Jawab:

3. Sebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang


mennjukkan bahwa gaya dapat merubah arah gerak benda!
Jawab :

4. Apakah yang terjadi saat karet tidak ditarik dan saat karet ditarik?
Apakah terdapat perbedaan?
Jawab :

5. Bagaimanakah bentuk karet sebelum dab setelah dikenai gaya tarik?


Apakah terdapat perbedaan?
Jawab :

6. Bagaimana jarak yang dihasilkan ketika karet mendapat tarikan yang


ringan dan tarikan yang kuat? Apakah terdapat perbedaan? Mengapa
demikian?
Jawab:

7. Sebutkan contoh peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang


mennjukkan bahwa gaya dapat merubah bentuk benda!
Jawab :
158

Tahap 5: Membuat Kesimpulan


Aspek KPS yang diajarkan yaitu berkomunikasi dan membuat kesimpulan.

Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut kemudian gambarkan


sebuah bagan yang berkaitan dengan gaya dan gerak dari peristiwa
tersebut!
Jawab :
159
LAMPIRAN 4
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Satuan Pendidikan : SDN Krobokan
Kelas / Semester : IV / II
Materi : Hubungan gaya dan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.
Kompetensi Inti :
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar : IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR KPS
INDIKATOR Ranah Soal Bentuk tes / Teknik
Kognitif Penilaian
3.4.1 Mengemukakan pengertian gaya sentuh. Mengamati C2 1, 3 Tes Tertulis /Tes
3.4.2 Menganalisis jenis – jenis gaya sentuh pada peristiwa
sehari-hari. Mengklasifikasi C3 2
3.4.3 Mengklasifikasikan contoh peristiwa sehari-hari yang
memanfaatkan gaya sentuh. Memprediksi C2 4
3.4.4 Menjelaskan pengertian gaya tak sentuh
3.4.5 Menganalisis jenis gaya tak sentuh dalam perisiwa sehari- Membuat Kesimpulan C4 5
hari.
3.4.6 Mengklasifikasikan peristiwa sehari-hari yang Mengkomunikasikan C4 5
memanfaatkan gaya tak sentuh.
3.4.7 Menganalisis pengaruh gaya terhadap bentuk suatu benda
3.4.8 Menganalisis pengaruh gaya terhadap gerak suatu benda
160

LAMPIRAN 5 SOAL EVALUASI

Kerjakan soal berikut dengan jawaban yang tepat dan singkat pada lembar jawab yang sudah
disediakan!
1. Jelaskan pengertian gaya sentuh yang kamu ketahui!
2. Perhatikan kegiatan berikut ini!
a. Mendorong gerobak sayur
b. Buah mangga jatuh dari pohonnya
c. Bermain busur panah
d. Menyalakan kipas angin
e. Bermain tarik tambang
Dari kelima kegiatan diatas, manakah yang termasuk dalam kategori gaya sentuh? Jelaskan
gaya yang bekerja dari setiap kegiatan!
3. Perhatikan Gambar Berikut!

Suatu hari andi ingin melakukan gerakan berselancar. Kemudian andi ingin melakukan di
dua tempat yang berbeda. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan andi,
a. Gaya apa yang bekerja pada kegiatan tersebut?
b. Apakah terdapat perbedaan? Jelaskan alasanmu!
4. Perhatikan gambar dibawah !

a. Ketika anak bermain trampolin perubahan apa yang terjadi?


b. Apa yang terjadi ketika anak memberikan tekanan yang semakin kuat pada trampolin?
c. Gaya apa yang dimanfaatkan dari permainan tersebut?
5. Lengkapilah kesimpulan berikut!
Gaya dapat mempengaruhi .......................... benda. Salah satunya melalui .............
yang diberikan. Gaya yang terjadi akibat sentuhan dinamakan gaya .............
Jenis gaya sentuh ada ......, yaitu .........................., ..........................., ........................
Jenis gaya Terdiri dari
berdasarkan sifatnya
1.
2.
3.
161

SOAL EVALUASI

Kerjakan soal berikut dengan jawaban yang tepat dan singkat pada lembar jawab yang sudah
disediakan!
1. Jelaskan pengertian gaya tak sentuh!
2. Perhatikan peristiwa berikut ini!
a. Menutup pintu kulkas
b. Mengangkat meja dan kursi
c. Bermain ketapel
d. Menyalakan televisi
e. Kertas yang dilempar keatas kemudian jatuh perlahan lahan.
Dari kelima kegiatan diatas, manakah yang termasuk dalam kategori gaya tak sentuh?
Jelaskan gaya yang bekerja dari setiap kegiatan!
3. Perhatikan gambar dibawah !

a. Gaya apa yang bekerja pada kegiatan tersebut!


b. Apakah terjadi sentuhan pada awal percobaan? Jelaskan !
4. Perhatikan gambar dibawah :

a. Apakah terdapat persamaan pada kedua gambar diatas? Jelaskan !


b. Apa yang akan terjadi jika lemparan yang diberikan semakin tinggi? Jelaskan
alasanmu!
c. Gaya apa yang bekerja pada kegiatan tersebut?
5. Lengkapilah kesimpulan berikut!
Gaya dapat mempengaruhi .......................... benda tanpa
............................................ Gaya yang terjadi tanpa adanya sentuhan dinamakan gaya
......................................................
Jenis gaya tak sentuh ada ......, yaitu ...........................................,
..........................................., .............................................
Terdiri dari
Jenis gaya
berdasarkan sifatnya
1.
2.
3.
162

SOAL EVALUASI
Kerjakan soal berikut dengan jawaban yang tepat dan singkat pada lembar jawab yang sudah
disediakan!
1. Perhatikan gambar berikut!

Gambar X Gambar Y Gambar Z


Jelaskan pengaruh gaya yang diberikan pada gambar !
2. Perhatikan kegiatan berikut ini
a. Anik menginjak botol air mineral d. Andre menendang bola ke tengah lapangan.
b. Bowo dan wahyu bermain bulu tangkis e. Santi menimba air dengan katrol
c. Riko membentuk plastisin menjadi pesawat f. Adik menarik karet gelang
Dari kegiatan diatas, manakah yang termasuk kegiatan yang menunjukkan bahwa gaya dapat
mengubah bentuk benda?
3. Andi sedang bermain kelereng di lantai yang dibatasi oleh balok.
Kemudian dia mendorong kelereng itu menuju ke arah balok kayu didepannya.
a. Menurut pendapat mu, bagaimanakah arah gerak kelereng sebelum menumbuk balok
kayu dan setelah menumbuk balok kayu?
b. Apakah terdapat perbedaan? Mengapa demikian?
4. Lengkapi bagan berikut ini!
Kegiatan Pengaruh Gaya
a.

b.

c.

d.

5. Lengkapi kesimpulan berikut ini!


Gaya dapat mempengaruhi benda. Pengaruh gaya terhadap benda ada ...................., yaitu
......................................................................................................................
PENGARUH GAYA CONTOH
1.
2.
3.
163

LAMPIRAN 6

HASIL VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN


SILABUS PEMBELAJARAN
A. PENILAIAN
Validator
No Aspek yang dinilai
1 2 3
1. ISI YANG DISAJIKAN
1. Mengkaji keterkaitan antar Kompetensi Inti (KI) 4 4 4
dan Kompetensi Dasar (KD) dalam setiap mata
pelajaran
2. Mengidentifikasi materi yang menunjang 4 4 4
pencapaian Kompetensi Dasar (KD)
3. Aktifitas kedalaman dan keluasan materi 3 4 3
1. Pemilihan materi ajar 3 4 3
2. Kegiatan pembelajaran dirancang dan 4 4 4
dikembangkan berdasarkan KI,KD, potensi
siswa
3. Merumuskan indikator pencapaian 3 3 3
4. Menentukan sumber belajar yang disesuaikan 4 4 4
dengan KI, KD serta materi pokok, kegiatan
pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi
5. Penentuan jenis penilaian 3 3 4
II BAHASA
6. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 4 4 4
7. Kesederhanaan struktur kalimat 4 4 4
III WAKTU
8. Kesesuaian alokasi yang digunakan 4 3 4
9. Pemilihan alokasi waktu didasarkan pada tuntutan 4 3 4
kompetensi dasar
Jumlah skor 44 44 45
Rata-rata skor 44
Kriteria Sangat baik
164

HASIL VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. PENILAIAN

Validator
No Aspek yang dinilai
1 2 3
I PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kejelasan Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar 3 4 4
2. Kesesuaian Standar Kompetensi dan Kompetensi 3 3 3
Dasar dengan tujuan pembelajaran
3. Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar ke 4 3 4
dalam indikator
4. Kesesuaian indikator dengan tujuan 3 3 3
pembelajaran
II ISI YANG DISAJIKAN
5. Sistematika Penyusunan RPP 4 4 4
6. Kesesuaian urutan kegiatan pembelajaran IPA 3 3 3
dengan model Guided Inquiry dengan mind
mapping
7. Kesesuaian uraian kegiatan siswa dan guru 3 3 3
untuk setiap tahap pembelajaran dengan
aktivitas pembelajaran IPA model Guided Inquiry
dengan mind mapping
8. Kejelasan skenario pembelajaran (tahap-tahap 3 3 3
kegiatan pembelajaran; awal, inti penutup)
III BAHASA
9. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 3 3 3
10. Bahasa yang digunakan komunikatif 3 3 3
11. Kesederhanaan struktur kalimat 3 3 3
IV WAKTU
12. Kesesuaian alokasi yang digunakan 3 3 3
13. Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran 4 4 4
14. Pemilihan alokasi waktu didasarkan pada tuntutan 3 4 3
kompetensi dasar
Jumlah skor 45 46 46
Rata-ratal skor 46
Kriteria Sangat Baik
165

HASIL VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
A. PENILAIAN

Validator
No Aspek yang dinilai
1 2 3
I ISI YANG DISAJIKAN
1. LKS disajikan secara sistematis 4 3 4
2. Merupakan materi/ tugas yang esensial 4 3 3
3. Masalah yang diangkat sesuai dengan tingkat 3 4 3
kognisi siswa
4. Setiap kegiatan yang disajikan mempunyai 3 3 3
tujuan yang jelas
5. Kegiatan yang disajikan dapat menumbuhkan 3 3 3
rasa ingin tahu siswa
6. Penyajian LKS dilengkapi dengan gambar dan 4 4 4
ilustrasi
II BAHASA
7. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 3 3 3
8. Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat 3 3 3
perkembangan kognisi siswa
9. Bahasa yang digunakan komunikatif 3 3 3
10. Kalimat yang digunakan jelas,dan mudah 4 3 3
dimengerti
11. Kejelasan petunjuk atau arahan 3 3 3
Jumlah skor 40 35 35
Rata-ratal skor 37
Kriteria Sangat baik
166

HASIL VALIDASI AHLI INSTRUMEN PENELITIAN


SOAL EVALUASI
A. PENILAIAN

Validator
No Aspek yang dinilai
1 2 3
I ISI YANG DISAJIKAN
1. Kesesuaian soal dengan indikator pencapaian hasil 3 3 3
belajar.
2. Kejelasan petunjuk pengerjaan soal 3 3 3
3. Kejelasan maksud dari soal 4 4 3
4. Kemungkinan soal dapat terselesaikan 3 3 3
II BAHASA
5. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 3 3 3
6. Kalimat soal komunikatif, menggunakan bahasa 4 3 4
yang sederhana bagi siswa, mudah dipahami dan
menggunakan bahasa yang dikenal siswa.
Jumlah skor 20 19 19
Rata-ratal skor 19
Kriteria Sangat baik
167

HASIL VALIDASI AHLI INSTRUMEN PENELITIAN


MATERI AJAR
A. PENILAIAN

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3
I STRUKTUR MATERI AJAR
1. Organisasi penyajian (gambar, tulisan, bahasa, 3 3 3
warna dan judul materi)
2. Tampilan gambar, tulisan, bahasa, warna dan judul 3 3 3
materi yang menarik.
3. Keterkaitan yang konsisten antara materi bahasan. 4 3 4
II ORGANISASI PENULISAN MATERI
4. Cakupan materi 3 4 4
5. Kejelasan dan urutan materi 4 3 3
6. Ketepatan materi dengan KD 3 4 3
III BAHASA
7. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD 3 3 3
8. Bahasa yang digunakan komunikatif 4 3 4
9. Kesederhanaan struktur kalimat 3 3 4
Jumlah skor 30 29 31
Rata-rata skor 30
Kriteria Sangat baik
168
LAMPIRAN 7
KISI-KISI SOAL UJI COBA
Satuan Pendidikan : SDN Krobokan
Kelas / Semester : IV / II
Materi : Hubungan gaya dan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.
Kompetensi Inti :
5. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
6. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya.
7. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
8. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar :
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR Ranah Soal Bentuk tes / Teknik
Kognitif Penilaian
3.4.8 Mengemukakan pengertian gaya sentuh. C2 1,12,13,16,28 Tes Tertulis /Tes
3.4.9 Menganalisis jenis – jenis gaya sentuh C4 3,7,11,19,26,29,34,46,48,50
pada peristiwa sehari-hari.
3.4.10 Mengklasifikasikan contoh peristiwa C3 2,4,5,22,23,25,39,47,49
sehari-hari yang memanfaatkan gaya
sentuh.
3.4.11 Menjelaskan pengertian gaya tak sentuh C2 6
3.4.12 Menganalisis jenis gaya tak sentuh C4 9,10
169

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR Ranah Soal Bentuk tes / Teknik
Kognitif Penilaian
dalam perisiwa sehari-hari.
3.4.13 Mengklasifikasikan peristiwa sehari- C3 8,30
hari yang memanfaatkan gaya tak sentuh.
3.4.14 Menganalisis pengaruh gaya terhadap C4 17,18,20,24,31,35,37,40,43,45
bentuk suatu benda
3.4.15 Menganalisis pengaruh gaya terhadap C4 14,15,21,27,32,33,36,38,41,42,44
gerak suatu benda

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR KPS Soal Bentuk tes / Teknik
Penilaian
Keterampilan Mengamati 4,7,9,12,14,18,30,36,43 Tes Tertulis /Tes
Keterampilan Mengklasifikasikan 1,3,5,8,13,16,18,23,24,25,26
,31,33,35,45,46,47,50
Keterampilan Memprediksi 2,11,19,21,29,34,40,42,44,
49
Keterampilan Menyimpulkan 6,10,13,15,20,22,27,32,39,
41,48
Keterampilan Mengkomunikasikan 17,37,38
170

LAMPIRAN 8

SOAL UJI COBA


Nama :
Kelas :
No urut :

Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d yang kamu anggap benar!
1. Gaya yang bekerja karena adanya sentuhan disebut dengan gaya ....
a. Gaya magnet
b. Gaya sentuh
c. Gaya listrik
d. Gaya gravitasi
2. Ridwan membuat mainan dari pesawat kertas. Setelah itu Ridwan menerbangkan
pesawatnya, kemudian berbelok arah dan akhirnyza jatuh. Peristiwa tersebut
menunjukkan adanya gaya ....
a. Gaya sentuh
b. Gaya tak sentuh
c. Gaya magnet
d. Gaya listrik
3. Perhatikan beberapa kegiatan berikut:
i. Memukul bola pingpong diatas meja
ii. Menendang bola kegawang.
Kedua kegiatan tersebut membutuhkan gaya, pernyataan yang benar mengenai jenis dan
pengaruh gaya yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah....
a. Gaya sentuh
b. Gaya tak sentuh
c. Gaya magnet
d. Gaya listrik
4. Perhatikan gambar berikut!
Kegiatan tersebut menunjukkan salah satu contoh jenis gaya ....
a. alami c. sentuh
b. buatan d. tak sentuh
5. Perhatikan pernyataan di bawah ini :
a. Kelapa jatuh dari pohonnya.
b. Mendorong meja.
c. Magnet menarik paku kecil yang jatuh.
d. Kuda menarik gerobak.
Peristiwa tersebut yang berhubungan dengan gaya sentuh adalah ....
a. a dan b
b. c dan a
c. b dan d
d. c dan d
171

6. Yang dimaksud dengan gaya tak sentuh adalah ...


a. Gaya yang bekerja tanpa adanya sentuhan
b. Gaya yang bekerja karena adanya sentuhan
c. Gaya yang bekerja tanpa adanya listrik
d. Gaya yang bekerja karena adanya gesekan
7. Perhatikan tabel berikut!
Jenis gaya Kegiatan
1. Gaya Sentuh Paku yang bergerak karena magnet
2. Gaya Tak sentuh Buah yang jatuh dari pohon
3. Gaya Sentuh Ayah mengasah pisau
4. Gaya Tak sentuh Sapi menarik pedati
Pasangan jenis gaya dan kegiatan yang sesuai ditunjukkan oleh nomor ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
8. Berikut ini contoh kegiatan yang memanfaatkan gaya tak sentuh, kecuali ....
a. Bergeraknya kipas karena dihubungkan sumber listrik
b. Anak yang sedang bermain mobil-mobilan remote control
c. Ibu yang membawa barang belanjaan
d. Bola yang melambung kemudian jatuh.
9. Cara kerja pada alat tersebut menggunakan jenis gaya .....
berupa gaya .....
a. Gaya sentuh – gaya magnet
b. Gaya tak sentuh – gaya pegas
c. Gaya sentuh – gaya gesek
d. Gaya tak sentu- gaya magnet
10. Penggaris plastik yang digosokkan ke rambut dapat menarik
potongan-potongan kertas karena memiliki gaya ...
a. Tak sentuh – gaya magnet
b. Tak sentuh – gaya listrik
c. Sentuh – gaya magnet
d. Sentuh- gaya listrik
11. Jika sepeda yang sedang melaju kita biarkan tidak dikayuh lagi maka lama kelamaan
akan berhenti,karena ....
a. Terdapat gaya gesekan antara ban dengan tanah
b. Terdapat gaya gesekan antara As sepeda dengan bagian luarnya
c. Terdapat gaya gesekan antara kaki dengan pedal.
d. Karena jalan tidak rata
172

12. Perhatikan gambar berikut ini!

A B

C D

Gambar yang termasuk gaya sentuh adalah…


b. A d. C
c. B e. D
13. Benda-benda yang prinsip kerjanya menggunakan gaya pegas adalah . . . .
a. gunting dan engsel c. ketepel dan panah
b. katrol dan roda d. jungkat-jungkit dan panah
14. Amati gambar berikut. Mobil mogok akan bergerak maju jika didorong. Dalam hal ini gaya
memengaruhi ... .
a. bentuk benda
b. benda bergerak makin lambat
c. benda diam menjadi bergerak
d. benda bergerak makin cepat
15. Perhatikan gambar disamping! Andi sedang bersepeda dengan asyik, tiba-tiba ada seekor
ayam yang berjalan di depannya. Andi mengerem sepedanya secara mendadak, sehingga
sepeda Andi bisa berhenti.
Dari peristiwa diatas, membuktikan bahwa gaya dapat ....
a. Membuat benda bergerak menjadi diam
b. Menggerakkan benda diam
c. Mengubah kecepatan gerak benda
d. Mengubah arah gerak benda
16. Benda-benda yang prinsip kerjanya menggunakan gaya pegas adalah . . . .
a. gunting dan engsel c. katrol dan roda
b. ketepel dan panah d. jungkat-jungkit dan panah
173

17. Perhatikan gambar berikut!

Gambar X Gambar Y Gambar Z


Berkaitan dengan pengaruh gaya, pernyataan yang benar tentang pengaruh gaya adalah....
Gambar X Gambar Y Gambar Z
a. Mobil ringsek karena Bola menggelinding Kaleng penyok karena
menabrak pohon karena ditendang ditekan
b. Mobil ringsek karena Bola menggelinding Kaleng penyok karena
menabrak pohon karena bundar ditekan
c. Mesin mobil mati Bola menggelinding Kaleng penyok karena
karena menabrak karena ditendang isinya habis
pohon
d. Mobil berhenti Bola menggelinding Kaleng penyok karena
karena rusak karena ditendang dipegang
18. Berikut ini yang bukan akibat dari gaya adalah ….
a. Bola yang bergerak menjadi berhenti ketika ditangkap
b. Mobil-mobilan yang didorong akan bergerak
c. Lilin mainan yang ditekan akan berubah bentuknya
d. Angin yang dapat dirasa tapi tidak dapat dilihat
19. Perhatikan gambar berikut ini!

A
B C D

Diantara gambar diatas, yang memiliki gaya gesek yang kecil ditunjukkan pada gambar…
a. A dan B c. A dan C
b. C dan D d. B dan D
20. Gaya yang bekerja pada sebuah mobil yang berjalan kemudian menabrak pohon
dan mobil itu penyok, selain mempengaruhi gerak benda, gaya juga mengubah ....
a. bentuk benda c. isi benda
b. jarak benda d. warna benda
174

21. Sebuah mobil melaju di jalan yang lurus dengan kecepatan tetap. Namun terdapat bagian
jalan yang berlubang. Jika tidak ingin mobil mengalami goncangan yang keras ketika
melewati jalan berlubang, maka yang harus dilakukan oleh pengemudi adalah…
a. Mobil dipercepat c. Mobil tetap kecepatannya
b. Mobil diperlambat d. Mobil tidak berubah
22. Semakin kasar permukaan ban mobil yang saling bersentuhan dengan jalan, gaya
gesekan akan semakin ...
a. kecil c. besar
b. berkurang d. cepat
23. Pernyatan berikut yang tepat adalah …
a. Gaya gesek antara ban dan jalan berbatu lebih besar daripada gaya gesek antara ban
dan jalan raya
b. Gaya gesek antara ban dan jalan raya lebih besar daripada gaya gesek antara ban dan
jalan berbatu
c. Gaya gesek antara ban dan jalan sama besar, baik dijalan raya maupun dijalan yang
berbatu
d. Gaya gesek antara ban dan jalan tidak berbeda, baik di jalan raya maupun di jalan
yang berbatu
24. Contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda dapat ditemukan pada kegiatan…
b. Sapi yang sedang menarik gerobak
c. Bola yang ditendang lama kelamaan akan berhenti
d. Tanah liat yang dibuat menjadi vas bunga
e. Kelapa yang jatuh dari pohonnya
25. Contoh gaya sentuh yang menguntungkan adalah…
a. Ban sepeda yang sudah lama dipakai menjadi gundul
b. Mesin kendaraan menjadi aus
c. Alas kaki dibuat kasar
d. Alas kaki dibuat halus
26. Berikut ini yang merupakan contoh olahraga yang memanfaatkan gaya sentuh berupa
gaya tarik dan kekuatan otot adalah…
a. Tarik tambang c. Basket
b. Sepak bola d. Lari
27. Seorang anak menendang bola mengenai tiang gawang. Bola kemudian memantul ke
arah lain. Hal ini menunjukkan bahwa gaya ...
a. Mengubah bentuk benda c. Menghentikan arah gerak benda
b. Mengubah arah gerak benda d. Mengubah kecepatan gerak benda
28. Berikut ini pristiwa yang menunjukkan prinsip gaya gesek adalah ...
a. Paku dapat ditarik oleh magnet
b. Buah mangga jatuh dari pohon
c. Sepeda yang direm akan berhenti
d. Bola menggelinding dilantai yang miring
29. Mengolesi rantai sepeda dengan oli dapat menyebabkan ...
a. Mempercepat laju sepeda c. Memperkecil gaya gesek
b. Memperbesar gaya gesek d. Menghindari tabrakan
175

30. Perhatikan gambar berikut.

Alat pada gambar tersebut memanfaatkan gaya ....


a. Sentuh c. Magnet
b. Gesek d. Gravitasi
31. Berikut ini merupakan contoh gaya yang dapat mengubah bentuk benda adalah ....
a. Menimba air dengan katrol c. Bermain sepatu roda
b. Menarik karet gelang d. Bermain bola
32. Saat ketapel ditarik dan dilepas, maka kerikil yang berada pada ketapel akan
terlempar ke luar. Hal ini membuktikan bahwa gaya dapat mempengaruhi ....
a. Berat benda c. Bentuk benda
b. Gerak benda d. Wujud benda
33. Kegiatan berikut yang menunjukkan gaya dapat mengubah arah benda adalah ....
a. Mendorong gerobak sayur
b. Mencuci peralatan memasak
c. Mengambil buah mangga dari pohon
d. Memukul bola kasti dengan tongkat
34. Kelereng yang menggelinding pada bidang miring bergerak lebih cepat daripada kelereng
yang bergerak pada bidang datar. Hal ini karena pengaruh gaya ....
a. Magnet c. Pegas
b. Listrik d. Gesek
35. Perhatikan beberapa kegiatan berikut.
1) Anik menginjak botol air mineral
2) Bowo dan wahyu bermain bulu tangkis
3) Riko membentuk plastisin menjadi pesawat
4) Andre menendang bola ke tengah lapangan.
Kegiatan yang memerlukan gaya dapat mengubah bentuk benda ditunjukkan oleh angka
....
a. 1) dan 2) c. 2) dan 3)
b. 1) dan 3) d. 2) dan 4)
176

36. Gambar yang menunjukkan benda diam menjadi bergerak ditunjukkan oleh gambar....

a. c.

d. d.

37. Perhatikan tabel berikut.


Kegiatan Pengaruh Gaya

1. Beni menangkis bola voli K. Mengubah bentuk benda


dari lawan

2. Rasya mengerem mobil L. Mengubah arah benda


agar berhenti.

3. Ridwan membuat mainan M. Mengubah gerak benda


kupu-kupu dari plastisin

Pasangan yang benar antara kegiatan yang membutuhkan gaya dengan pengaruh gaya
adalah ....
a. 1-K, 2-L dan 3-M c. 1-L, 2-K, dan 3-M
b. 1-K, 2-M, dan 3-L d. 1-L, 2-M, dan 3-K
38. Pasangan antara kegiatan manusia dengan pengaruh gaya yang ditimbulkan dalam tabel
berikut yang benar adalah ....
Kegiatan Pengaruh Gaya

a. Mengubah arah benda


177

b. Mengubah gerak benda

c. Mengubah bentuk benda

d. Mengubah ukuran benda

39. Pernyataan berikut yang benar adalah ...


a. Mengayuh sepeda dijalan tanjakan membutuhkan gaya lebih besar daripada di jalan
datar.
b. Mengayuh sepeda di jalan menurun membutuhkan gaya yang lebih besar daripada di
jalan datar.
c. Mengayuh sepeda di jalan tanjakan membutuhkan gaya yang lebih kecil daripada di
jalan menurun.
d. Mengayuh sepeda di jalan menurun dan jalan tanjakan membutuhkan gaya yang
sama besar.
40. Cermati benda yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Meja 4) Karet
3) Kursi 5) Per
Benda yang dapat berubah bentuk apabila diberi gaya yang benar ditunjukkan oleh angka
....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 4
b. 2 dan 3 d. 3 dan 4
41. Ridwan membuat mainan pesawat dari kertas. Setelah itu, Ridwan menerbangkan
pesawat tersebut. Tetapi pesawat berbelok melawan arah angin . peristiwa tersebut
membuktikan bahwa angin menimbulkan gaya yang bersifat ....
a. Tidak mengenai benda c. Mengubah arah gerak benda
b. Mengubah bentuk benda d. Tidak berpengaruh terhadap benda
42. Pada saat cahyo bermain bola, semakin kuat Cahyo menendang bola maka gerakan bola ....
a. Tidak terarah c. Semakin cepat
b. Tidak berubah d. Semakin lambat
178

43. Perhatikan gambar berikut !

Untuk dapat membuat benda seperti gambar diatas memerlukan gaya yang dapat
mengubah ....
a. Bentuk benda c. Benda bergerak menjadi diam
b. Arah gerak benda d. Benda diam menjadi bergerak
44. Apabila gaya yang diberikan pada saat mendorong lemari diperbesar, kecepatannya ....
a. Tidak tetap c. Semakin berkurang
b. Tetap sama d. Semakin bertambah
45. Kegiatan berikut ini menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda, kecuali ,,,,
a. Mencetak kue donat dari adonan c. Membuat ukiran dari kayu
b. Membuat patung ‘dari tanah liat d. Mengoper bola saat bermain basket
46. Benda-benda berikut yang menggunakan gaya pegas adalah ....
a. Gunting c. Katrol
b. Ketapel d. Roda
47. Disajikan beberapa kegiatan berikut.
P Q R S

Kegiatan yang dipengaruhi oleh gaya pegas terdapat pada gambar ....
a. P c. R
b. Q d. S
48. Ban mobil atau motor dibuat kasar agar tidak tergelincir di jalan raya. Selain hal
tersebut dimaksudkan untuk menghindari kecelakaan. Penyataan tersebut merupakan
manfaat dari gaya ....
a. Listrik
b. Gesek
c. Pegas
d. Gravitasi
179

49. Suatu hari mobil yang dikendarai Pak Ali mogok, Pak Ali mencoba
mendorong mobil, namun mobil tidak dapat bergerak. Hal ini dikarenakan
....
a. Tidak ada gaya yang diberikan
b. Gaya yang diberikan kepada mobil terlalu kecil
c. Gaya yang diberikan kepada mobil terlalu besar
d. Gaya menyebabkan mobil diam
50. Pernyataan berikut ini merupakan cara untuk memperkecil gaya gesek,
kecuali ....
a. Mengolesi rantai sepeda dengan oli
b. Membuat pesawat terbang yang ramping
c. Membuat alas yang bergerigi pada sepatu bola
d. Menaburkan tepung pada permainan karambol
LAMPIRAN 9 180

SEBARAN DATA HASIL PENGERJAAN SOAL UJI COBA


NO SISWA JUMLAH BENAR NILAI KETERANGAN
1 AHS 35 70 Lulus
2 AGN 27 54 Tidak Lulus
3 AD 39 78 Lulus
4 AFK 38 76 Lulus
5 BAR 40 80 Lulus
6 BNS 13 26 Tidak Lulus
7 CNS 33 66 Tidak Lulus
8 DIAF 13 26 Tidak Lulus
9 DDR 31 62 Tidak Lulus
10 DNAZ 37 74 Lulus
11 DNA 38 76 Lulus
12 DWP 30 60 Tidak Lulus
13 DJZ 28 56 Tidak Lulus
14 FLA 29 58 Tidak Lulus
15 IAP 40 80 Lulus
16 KOR 38 76 Lulus
17 LSAR 42 84 Lulus
18 MDNS 24 48 Tidak Lulus
19 MAM 45 90 Lulus
20 MHSN 28 56 Tidak Lulus
21 MNAY 31 62 Tidak Lulus
22 MSBA 37 74 Lulus
23 MSM 43 86 Lulus
24 NVP 42 84 Lulus
25 NF 22 44 Tidak Lulus
26 NYP 21 42 Tidak Lulus
27 NFS 23 46 Tidak Lulus
28 PHK 43 86 Lulus
29 RDP 21 42 Tidak Lulus
30 RSZ 35 70 Lulus
31 RPS 42 84 Lulus
32 SZH 25 50 Tidak Lulus
33 SI 26 52 Tidak Lulus
34 SIL 30 60 Tidak Lulus
35 TPA 29 58 Tidak Lulus
36 ZDR 31 62 Tidak Lulus
37 CAP 32 64 Tidak Lulus
38 ENH 33 66 Tidak Lulus
181

LAMPIRAN 10

HASIL UJI VALIDITAS SOAL UJI COBA


SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL
SOAL1 SOAL2 SOAL3 SOAL4 SOAL5 SOAL6 SOAL7 SOAL8 S0AL9
10 11 12 13 14 15 16 17
TOTAL Pearson
-,005 ,394* ,348* ,344* ,376* ,632** ,343* ,410* ,535** ,643** ,367* ,395* ,301 ,230 ,322* ,336* ,206
Correlation
Sig. (2-
,978 ,014 ,032 ,035 ,020 ,000 ,035 ,011 ,001 ,000 ,024 ,014 ,066 ,164 ,049 ,039 ,215
tailed)
N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
TOTAL Pearson
,334* -,034 ,412* ,357* ,455** ,004 ,498** ,392* ,339* ,505** ,279 ,014 ,506** ,341* -,094 ,410* ,256
Correlation
Sig. (2-
,040 ,838 ,010 ,028 ,004 ,981 ,001 ,015 ,037 ,001 ,090 ,932 ,001 ,036 ,573 ,011 ,121
tailed)
N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38

SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL SOAL
TOTAL
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
TOTAL Pearson
,466** ,444** ,542** ,006 ,250 ,379* ,482** ,436** ,648** ,541** ,488** ,395* ,532** ,595** ,542** ,477** 1
Correlation
Sig. (2-
,003 ,005 ,000 ,972 ,130 ,019 ,002 ,006 ,000 ,000 ,002 ,014 ,001 ,000 ,000 ,002
tailed)
N 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38 38
224
182
LAMPIRAN 11

DAYA BEDA SOAL UJI COBA

NO DAYA NO DAYA
KESIMPULAN KESIMPULAN
SOAL BEDA SOAL BEDA
1 0,076923077 JELEK 26 0,307692308 CUKUP
2 0,461538462 BAIK 27 0,230769231 CUKUP
3 0 JELEK 28 0,230769231 CUKUP
4 0,384615385 CUKUP 29 0 JELEK
5 0,615384615 CUKUP 30 0,538461538 BAIK
6 0,615384615 BAIK 31 0,615384615 BAIK
7 0,461538462 CUKUP 32 0,230769231 JELEK
8 0,692307692 BAIK 33 0,384615385 CUKUP
9 0,846153846 BAIK 34 0,307692308 JELEK
10 1 SANGAT BAIK 35 0,692307692 BAIK
11 0,461538462 CUKUP 36 0,230769231 JELEK
12 0,384615385 CUKUP 37 0,846153846 SANGAT BAIK
13 0,230769231 CUKUP 38 0,076923077 JELEK
14 0,230769231 CUKUP 39 0,307692308 CUKUP
15 0,153846154 JELEK 40 0,461538462 BAIK
16 0,384615385 CUKUP 41 0,538461538 BAIK
17 0,461538462 JELEK 42 0,153846154 JELEK
18 0,307692308 CUKUP 43 0,538461538 BAIK
19 0,153846154 JELEK 44 0,538461538 BAIK
20 0,230769231 CUKUP 45 0,538461538 BAIK
21 0,230769231 CUKUP 46 0,230769231 CUKUP
22 0,384615385 BAIK 47 0,538461538 BAIK
23 0,307692308 JELEK 48 0,769230769 BAIK
24 0,538461538 BAIK 49 0,846153846 BAIK
25 0,384615385 CUKUP 50 0,615384615 BAIK
183

LAMPIRAN 12

TINGKAT KESUKARAN SOAL UJI COBA


NO NO
TK KESIMPULAN TK KESIMPULAN
SOAL SOAL
1 0,657894737 Sedang 26 0,842105263 Mudah
2 0,473684211 Sedang 27 0,815789474 Mudah
3 0,684210526 Sedang 28 0,657894737 Sedang
4 0,763157895 Mudah 29 0,578947368 Sedang
5 0,736842105 Mudah 30 0,763157895 Mudah
6 0,789473684 Mudah 31 0,684210526 Sedang
7 0,315789474 Sedang 32 0,131578947 Sukar
8 0,657894737 Sedang 33 0,552631579 Sedang
9 0,552631579 Sedang 34 0,473684211 Sedang
10 0,5 Sedang 35 0,710526316 Mudah
11 0,789473684 Mudah 36 0,868421053 Mudah
12 0,815789474 Mudah 37 0,552631579 Sedang
13 0,815789474 Mudah 38 0,447368421 Sedang
14 0,868421053 Mudah 39 0,526315789 Sedang
15 0,947368421 Mudah 40 0,368421053 Sedang
16 0,710526316 Mudah 41 0,763157895 Mudah
17 0,631578947 Sedang 42 0,894736842 Mudah
18 0,684210526 Sedang 43 0,815789474 Mudah
19 0,421052632 Sedang 44 0,657894737 Sedang
20 0,921052632 Mudah 45 0,710526316 Mudah
21 0,710526316 Mudah 46 0,815789474 Mudah
22 0,394736842 Sedang 47 0,605263158 Sedang
23 0,263157895 Sukar 48 0,684210526 Sedang
24 0,763157895 Mudah 49 0,552631579 Sedang
25 0,184210526 Sukar 50 0,421052632 Sedang
LAMPIRAN 13 184
224
KISI-KISI SOAL PRETEST POSTTEST
Satuan Pendidikan : SDN Krobokan
Kelas / Semester : IV / II
Materi : Hubungan gaya dan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.
Kompetensi Inti :
9. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
10. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, guru, dan tetangganya.
11. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
12. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar :
IPA
3.4 menghubungkan gaya dengan gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar.

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR Ranah Soal Bentuk tes / Teknik
Kognitif Penilaian
3.4.16 Mengemukakan pengertian gaya sentuh. C2 11,14 Tes Tertulis /Tes
3.4.17 Menganalisis jenis – jenis gaya sentuh C4 2,6,10,12,18,19,30
pada peristiwa sehari-hari.
3.4.18 Mengklasifikasikan contoh peristiwa C3 1,3,4,16,17,28,29
sehari-hari yang memanfaatkan gaya
185

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR Ranah Soal Bentuk tes / Teknik
Kognitif Penilaian
sentuh.
3.4.19 Menjelaskan pengertian gaya tak sentuh C2 5
3.4.20 Menganalisis jenis gaya tak sentuh C4 8, 9
dalam perisiwa sehari-hari.
3.4.21 Mengklasifikasikan peristiwa sehari- C3 7,20
hari yang memanfaatkan gaya tak sentuh.
3.4.22 Menganalisis pengaruh gaya terhadap C4 22,24,25
bentuk suatu benda
3.4.23 Menganalisis pengaruh gaya terhadap C4 13,15,21,23,26,27
gerak suatu benda

Ranah /Nomor Soal


INDIKATOR KPS Soal Bentuk tes /
Teknik Penilaian
Keterampilan Mengamati 3,6,8,11,20,23 Tes Tertulis /Tes
Keterampilan Mengklasifikasikan 2,4,7,12,14,17,18,21,22,28,30
Keterampilan Memprediksi 1,10,15,19,25,27,29
Keterampilan Menyimpulkan 5,9,13,16,26
Keterampilan Mengkomunikasikan 24
186

LAMPIRAN 14

SOAL EVALUASI PRETEST POSTTEST


Nama :
Kelas :
No urut :

Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, atau d yang kamu anggap benar!
1. Ridwan membuat mainan dari pesawat kertas. Setelah itu Ridwan menerbangkan
pesawatnya, kemudian berbelok arah dan akhirnya jatuh. Peristiwa tersebut menunjukkan
adanya gaya ....
a. Gaya sentuh
b. Gaya tak sentuh
c. Gaya magnet
d. Gaya listrik
2. Perhatikan beberapa kegiatan berikut:
i. Memukul bola pingpong diatas meja
ii. Menendang bola kegawang.
Kedua kegiatan tersebut membutuhkan gaya, pernyataan yang benar mengenai jenis dan
pengaruh gaya yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah....
a. Gaya sentuh
b. Gaya tak sentuh
c. Gaya magnet
d. Gaya listrik
3. Perhatikan gambar berikut!
Kegiatan tersebut menunjukkan salah satu contoh jenis gaya ....
a. alami c. sentuh
b. buatan d. tak sentuh
4. Perhatikan pernyataan di bawah ini :
i.Kelapa jatuh dari pohonnya.
ii.Mendorong meja.
iii.Magnet menarik paku kecil yang jatuh.
iv.Kuda menarik gerobak.
Peristiwa tersebut yang berhubungan dengan gaya sentuh adalah ....
a. i dan ii
b. iii dan i
c. ii dan iv
d. iii dan iv
5. Yang dimaksud dengan gaya tak sentuh adalah ...
a. Gaya yang bekerja tanpa adanya sentuhan
b. Gaya yang bekerja karena adanya sentuhan
c. Gaya yang bekerja tanpa adanya listrik
d. Gaya yang bekerja karena adanya gesekan
187

6. Perhatikan tabel berikut!


Jenis gaya Kegiatan
5. Gaya Sentuh Paku yang bergerak karena magnet
6. Gaya Tak sentuh Buah yang jatuh dari pohon
7. Gaya Sentuh Ayah mengasah pisau
8. Gaya Tak sentuh Sapi menarik pedati
Pasangan jenis gaya dan kegiatan yang sesuai ditunjukkan oleh nomor ....
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
7. Berikut ini contoh kegiatan yang memanfaatkan gaya tak sentuh, kecuali ....
a. Bergeraknya kipas karena dihubungkan sumber listrik
b. Anak yang sedang bermain mobil-mobilan remote control
c. Ibu yang membawa barang belanjaan
d. Bola yang melambung kemudian jatuh.
8. Cara kerja pada alat tersebut menggunakan jenis gaya .....
berupa gaya .....
a. Gaya sentuh – gaya magnet
b. Gaya tak sentuh – gaya pegas
c. Gaya sentuh – gaya gesek
d. Gaya tak sentu- gaya magnet
9. Penggaris plastik yang digosokkan ke rambut dapat menarik
potongan-potongan kertas karena memiliki gaya ...
a. Tak sentuh – gaya magnet
b. Tak sentuh – gaya listrik
c. Sentuh – gaya magnet
d. Sentuh- gaya listrik
10. Jika sepeda yang sedang melaju kita biarkan tidak dikayuh lagi maka lama kelamaan
akan berhenti,karena ....
a. Terdapat gaya gesekan antara ban dengan tanah
b. Terdapat gaya gesekan antara As sepeda dengan bagian luarnya
c. Terdapat gaya gesekan antara kaki dengan pedal.
d. Karena jalan tidak rata
11. Perhatikan gambar berikut ini!

A B
188

C D

Gambar yang termasuk gaya sentuh adalah…


f. A h. C
g. B i. D
12. Perhatikan gambar disamping! Andi sedang bersepeda dengan asyik, tiba-tiba ada seekor
ayam yang berjalan di depannya. Andi mengerem sepedanya secara mendadak, sehingga
sepeda Andi bisa berhenti.
Dari peristiwa diatas, membuktikan bahwa gaya dapat ....
a. Membuat benda bergerak menjadi diam
b. Menggerakkan benda diam
c. Mengubah kecepatan gerak benda
d. Mengubah arah gerak benda
13. Benda-benda yang prinsip kerjanya menggunakan gaya pegas adalah . . . .
a. gunting dan engsel c. katrol dan roda
b. ketepel dan panah d. jungkat-jungkit dan panah

14. Sebuah mobil melaju di jalan yang lurus dengan kecepatan tetap. Namun terdapat bagian
jalan yang berlubang. Jika tidak ingin mobil mengalami goncangan yang keras ketika
melewati jalan berlubang, maka yang harus dilakukan oleh pengemudi adalah…
e. Mobil dipercepat g. Mobil tetap kecepatannya
f. Mobil diperlambat h. Mobil tidak berubah
15. Semakin kasar permukaan ban mobil yang saling bersentuhan dengan jalan, gaya
gesekan akan semakin ...
a. kecil c. besar
b. berkurang d. cepat
16. Contoh gaya sentuh yang menguntungkan adalah…
e. Ban sepeda yang sudah lama dipakai menjadi gundul
f. Mesin kendaraan menjadi aus
g. Alas kaki dibuat kasar
h. Alas kaki dibuat halus
17. Berikut ini yang merupakan contoh olahraga yang memanfaatkan gaya sentuh berupa
gaya tarik dan kekuatan otot adalah…
e. Tarik tambang g. Basket
f. Sepak bola h. Lari
18. Mengolesi rantai sepeda dengan oli dapat menyebabkan ...
a. Mempercepat laju sepeda c. Memperkecil gaya gesek
b. Memperbesar gaya gesek d. Menghindari tabrakan
189

19. Perhatikan gambar berikut.

Alat pada gambar tersebut memanfaatkan gaya ....


a. Sentuh c. Magnet
b. Gesek d. Gravitasi
20. Kegiatan berikut yang menunjukkan gaya dapat mengubah arah benda adalah ....
a. Mendorong gerobak sayur
b. Mencuci peralatan memasak
c. Mengambil buah mangga dari pohon
d. Memukul bola kasti dengan tongkat
21. Perhatikan beberapa kegiatan berikut.
5) Anik menginjak botol air mineral
6) Bowo dan wahyu bermain bulu tangkis
7) Riko membentuk plastisin menjadi pesawat
8) Andre menendang bola ke tengah lapangan.
Kegiatan yang memerlukan gaya dapat mengubah bentuk benda ditunjukkan oleh angka
....
a. 1) dan 2) c. 2) dan 3)
b. 1) dan 3) d. 2) dan 4)
22. Gambar yang menunjukkan benda diam menjadi bergerak ditunjukkan oleh gambar....

a. b.
190

e. d.

23. Perhatikan tabel berikut.


Kegiatan Pengaruh Gaya

1. Beni menangkis bola voli K. Mengubah bentuk benda


dari lawan

2. Rasya mengerem mobil L. Mengubah arah benda


agar berhenti.

3. Ridwan membuat mainan M. Mengubah gerak benda


kupu-kupu dari plastisin

Pasangan yang benar antara kegiatan yang membutuhkan gaya dengan pengaruh gaya
adalah ....
a. 1-K, 2-L dan 3-M c. 1-L, 2-K, dan 3-M
b. 1-K, 2-M, dan 3-L d. 1-L, 2-M, dan 3-K
24. Cermati benda yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
1) Meja 3) Karet
2) Kursi 4) Per
Benda yang dapat berubah bentuk apabila diberi gaya yang benar ditunjukkan oleh angka
....
a. 1 dan 2 c. 2 dan 4
b. 2 dan 3 d. 3 dan 4
25. Ridwan membuat mainan pesawat dari kertas. Setelah itu, Ridwan menerbangkan
pesawat tersebut. Tetapi pesawat berbelok melawan arah angin . peristiwa tersebut
membuktikan bahwa angin menimbulkan gaya yang bersifat ....
a. Tidak mengenai benda c. Mengubah arah gerak benda
b. Mengubah bentuk benda d. Tidak berpengaruh terhadap benda
26. Apabila gaya yang diberikan pada saat mendorong lemari diperbesar, kecepatannya ....
a. Tidak tetap c. Semakin berkurang
b. Tetap sama d. Semakin bertambah
27. Kegiatan berikut ini menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda, kecuali ,,,,
a. Mencetak kue donat dari adonan c. Membuat ukiran dari kayu
b. Membuat patung ‘dari tanah liat d. Mengoper bola saat bermain basket
191

28. Disajikan beberapa kegiatan berikut.


P Q R S

Kegiatan yang dipengaruhi oleh gaya pegas terdapat pada gambar....


a. P c. R
b. Q d. S
29. Suatu hari mobil yang dikendarai Pak Ali mogok, Pak Ali mencoba mendorong mobil,
namun mobil tidak dapat bergerak. Hal ini dikarenakan ....
a. Tidak ada gaya yang diberikan
b. Gaya yang diberikan kepada mobil terlalu kecil
c. Gaya yang diberikan kepada mobil terlalu besar
d. Gaya menyebabkan mobil diam
30. Pernyataan berikut ini merupakan cara untuk memperkecil gaya gesek, kecuali ....
a. Mengolesi rantai sepeda dengan oli
b. Membuat pesawat terbang yang ramping
c. Membuat alas yang bergerigi pada sepatu bola
d. Menaburkan tepung pada permainan karambol
192
224
LAMPIRAN 15

REKAP KETUNTASAN PRETEST KELAS


KONTROL
NO NAMA NILAI KETERANGAN
1 ABS 53,33 TIDAK TUNTAS
2 AFPF 80 TUNTAS
3 ASK 73,33 TUNTAS
4 AP 70 TUNTAS
5 BA 70 TUNTAS
6 DR 73,33 TUNTAS
7 ECPA 60 TIDAK TUNTAS
8 FIM 66,67 TIDAK TUNTAS
9 FAW 60 TIDAK TUNTAS
10 GAK 80 TUNTAS
11 HAZ 63,33 TIDAK TUNTAS
12 KON 76,67 TUNTAS
13 LAZR 90 TUNTAS
14 MSPM 66,67 TIDAK TUNTAS
15 MCI 50 TIDAK TUNTAS
16 MTAA 46,67 TIDAK TUNTAS
17 NAF 56,67 TIDAK TUNTAS
18 NRP 50 TIDAK TUNTAS
19 NRF 63,33 TIDAK TUNTAS
20 PAN 56,67 TIDAK TUNTAS
21 RSP 66,67 TIDAK TUNTAS
22 RA 50 TIDAK TUNTAS
23 RCP 76,67 TUNTAS
24 SPV 70 TUNTAS
25 SR 80 TUNTAS
26 SM 86,67 TUNTAS
27 SPV 66,67 TIDAK TUNTAS
28 SHA 66,67 TIDAK TUNTAS
29 SH 43,33 TIDAK TUNTAS
30 VFR 66,67 TIDAK TUNTAS
31 WAN 43,33 TIDAK TUNTAS
32 YGF 50 TIDAK TUNTAS
33 YRS 70 TUNTAS
193
224

LAMPIRAN 16

REKAP KETUNTASAN PRETEST KELAS


EKSPERIMEN
NO NAMA NILAI KETERANGAN
1 JRK 43,33 TIDAK TUNTAS
2 NAP 40 TIDAK TUNTAS
3 AKSA 66,67 TIDAK TUNTAS
4 AWPD 63,33 TIDAK TUNTAS
5 ARPW 80 TUNTAS
6 AF 80 TUNTAS
7 AAQA 70 TUNTAS
8 AFH 70 TUNTAS
9 AMS 63,33 TIDAK TUNTAS
10 ASA 73,33 TUNTAS
11 AYP 70 TUNTAS
12 AID 60 TIDAK TUNTAS
13 AM 90 TUNTAS
14 CA 76,67 TUNTAS
15 DPK 60 TIDAK TUNTAS
16 DOA 53,33 TIDAK TUNTAS
17 GBY 43,33 TIDAK TUNTAS
18 KAN 70 TUNTAS
19 LC 63,33 TIDAK TUNTAS
20 MAB 43,33 TIDAK TUNTAS
21 MAP 53,33 TIDAK TUNTAS
22 MR 60 TIDAK TUNTAS
23 MDM 56,67 TIDAK TUNTAS
24 NTN 53,33 TIDAK TUNTAS
25 MA 43,33 TIDAK TUNTAS
26 MF 63,33 TIDAK TUNTAS
27 RA 70 TUNTAS
28 SAA 56,67 TIDAK TUNTAS
29 VA 56,67 TIDAK TUNTAS
30 ZM 80 TUNTAS
31 ZC 66,67 TIDAK TUNTAS
32 SAA 80 TUNTAS
33 DAR 76,67 TUNTAS
34 TFW 33,33 TIDAK TUNTAS
35 ADPF 60 TIDAK TUNTAS
194
226

LAMPIRAN 17

UJI STATISTIK NILAI PRETEST

UJI NORMALITAS
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST KONTROL .131 33 .159 .970 33 .477

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST EKSPERIMEN .097 35 .200* .975 35 .583

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Group Statistics

PRETEST N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

KPS KOGNITIF KONTROL 33 64.95 12.251 2.133

EKSPERIMEN 35 62.31 13.374 2.261


227
195

UJI KESAMAAN RATA-RATA DAN HOMOGENITAS


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the

Sig. (2- Mean Std. Error Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

PRE TEST Equal variances


.153 .697 .846 66 .401 2.635 3.116 -3.586 8.856
assumed

Equal variances
.848 65.948 .400 2.635 3.108 -3.570 8.840
not assumed
196224
LAMPIRAN 18

REKAP KETUNTASAN POSTTEST KELAS KONTROL

NO NAMA NILAI KETERANGAN


1 ABS 76,67 TUNTAS
2 AFPF 83,33 TUNTAS
3 ASK 70 TUNTAS
4 AP 63,33 TIDAK TUNTAS
5 BA 76,67 TUNTAS
6 DR 63,33 TIDAK TUNTAS
7 ECPA 76,67 TUNTAS
8 FIM 80 TUNTAS
9 FAW 56,67 TIDAK TUNTAS
10 GAK 90 TUNTAS
11 HAZ 90 TUNTAS
12 KON 86,67 TUNTAS
13 LAZR 90 TUNTAS
14 MSPM 83,33 TUNTAS
15 MCI 66,67 TIDAK TUNTAS
16 MTAA 83,33 TUNTAS
17 NAF 80 TUNTAS
18 NRP 73,33 TUNTAS
19 NRF 86,67 TUNTAS
20 PAN 63,33 TIDAK TUNTAS
21 RSP 63,33 TIDAK TUNTAS
22 RA 63,33 TIDAK TUNTAS
23 RCP 73,33 TUNTAS
24 SPV 76,67 TUNTAS
25 SR 83,33 TUNTAS
26 SM 76,67 TUNTAS
27 SPV 56,67 TIDAK TUNTAS
28 SHA 60 TIDAK TUNTAS
29 SH 70 TUNTAS
30 VFR 60 TIDAK TUNTAS
31 WAN 80 TUNTAS
32 YGF 83,33 TUNTAS
33 YRS 66,67 TIDAK TUNTAS
224
197
LAMPIRAN 19

REKAP KETUNTASAN POSTTEST


KELAS EKSPERIMEN
NO NAMA NILAI KETERANGAN
1 JRK 86,67 TUNTAS
2 NAP 86,67 TUNTAS
3 AKSA 73,33 TUNTAS
4 AWPD 73,33 TUNTAS
5 ARPW 86,67 TUNTAS
6 AF 80 TUNTAS
7 AAQA 80 TUNTAS
8 AFH 66,67 TIDAK TUNTAS
9 AMS 66,67 TIDAK TUNTAS
10 ASA 80 TUNTAS
11 AYP 76,67 TUNTAS
12 AID 76,67 TUNTAS
13 AM 90 TUNTAS
14 CA 76,67 TUNTAS
15 DPK 80 TUNTAS
16 DOA 73,33 TUNTAS
17 GBY 76,67 TUNTAS
18 KAN 93,33 TUNTAS
19 LC 66,67 TIDAK TUNTAS
20 MAB 73,33 TUNTAS
21 MAP 96,67 TUNTAS
22 MR 80 TUNTAS
23 MDM 83,33 TUNTAS
24 NTN 96,67 TUNTAS
25 MA 83,33 TUNTAS
26 MF 86,67 TUNTAS
27 RA 80 TUNTAS
28 SAA 76,67 TUNTAS
29 VA 70 TUNTAS
30 ZM 86,67 TUNTAS
31 ZC 86,67 TUNTAS
32 SAA 86,67 TUNTAS
33 DAR 73,33 TUNTAS
34 TFW 70 TUNTAS
35 ADPF 90 TUNTAS
230
198

LAMPIRAN 20

UJI STATISTIK NILAI POSTTEST

UJI NORMALITAS
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

POSTTEST KONTROL .139 33 .105 .957 33 .212

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

POSTTEST EKSPERIMEN .125 35 .182 .961 35 .250

a. Lilliefors Significance Correction


199
231

UJI PERBEDAAN DUA RATA- RATA DAN HOMOGENITAS


Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence
Interval of the

Sig. (2- Mean Std. Error Difference

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

POST TEST Equal


variances 3.417 .069 2.618 66 .011 5.946 2.271 1.411 10.481
assumed

Equal
variances not 2.599 60.424 .012 5.946 2.288 1.370 10.523
assumed
200224

LAMPIRAN 21

LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS


PSIKOMOTORIK

Nama Sekolah : SDN KROBOKAN


Kelas/ Semester : IV B/ 2
Pertemuan :
Nama Kelompok :
Tujuan : Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa selama
mengikuti pembelajaran. Pengamatan ini akan memusat
bagaimana perilaku siswa pada saat proses pembelajaran
dalam kelas.
Petunjuk Pengisisan:
 Amati seluruh aktivitas siswa di dalam kelas mulai dari kegiatan awal
sampai kegiatan akhir pelajaran.
 Berilah tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan hasil lembar
penilaian kinerja dengan mengacu pada rubrik penilaian yang sudah
ada.
No Keterampilan Indikator Ket. Skor
Proses Sains
1. Keterampilan  Menggunakan sebanyak mungkin
Mengamati indra (melihat, mendengar,
merasa, meraba, menyimak,
mengukur, membaca)
 Menjawab pertanyaan yang
diberikan dari pengamatan
gambar.
 mencatat setiap pengamatan atau
gejala yang diamati
 Tepat waktu dalam melakukan
proses pengamatan
2. Keterampilan  Menggolongkan jenis gaya dan
Mengklasifikasikan pengaruhnya
 Memberikan alasan penggolongan.
 Menyebutkan persamaan dan
perbedaan yang terjadi.
 Memberikan contoh lain tentang
penggunaan jenis gaya yang diamati.
3. Keterampilan  Membuat hipotesis percobaan dengan
Memprediksi tepat.
 Menghubungkan data percobaan
dengan tujuan percobaan
 Memberikan alternatif jawaban dengan
233
201

kreatif.
 Memprediksi peristiwa yang akan
terjadi setelah diberikan perlakuan
4. Keterampilan  Membuat kesimpulan berdasarkan
Menyimpulkan hasil pengamatan.
 Terdapat keterkaitan antara
pengamatan dan simpulan yang
dihasilkan.
 Terdapat bagan/tabel simpulan.
 Menggunakan kalimat yang singkat,
jelas dan mudah dipahami.
5. Keterampilan  Mendiskusikan hasil pengamatan
Mengkomunikasikan secara berkelompok
 Menjelaskan hasil analisis data dengan
kata-kata yang sesuai.
 Mempresentasikan hasil percobaan
dengan bahasa yang baik dan sopan
 Menanggapi jika terdapat perbedaan
pendapat dengan kelompok lain.

Semarang, April 2018


Observer

..........................................
202
224

LAMPIRAN 22

REKAPITULASI OBSERVASI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK


ASPEK
MEMBUAT
NO NAMA
MENGAMATI MENGKLASIFIKASI MEMPREDIKSI KESIMPULAN MENGKOMUNIKASIKAN
I II III I II III I II III I II III I II III
1 KELOMPOK I 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 4 2 3 3
2 KELOMPOK II 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4
3 KELOMPOK III 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4
4 KELOMPOK IV 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
5 KELOMPOK V 4 4 4 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4
6 KELOMPOK VI 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4
7 KELOMPOK VII 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3
8 KELOMPOK VIII 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3
9 KELOMPOK IX 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3
Rata-rata 3,1 3,33 3,56 2,89 3 3,44 2,89 2,89 3,33 3 3,44 3,44 3,22 3,22 3,44
Rata-rata (%) 77,78 83,33 88,89 72,22 75 86,11 72,22 72,22 83,33 75 86,11 86,11 80,56 80,56 86,11
203
224
LAMPIRAN 23

KISI KISI WAWANCARA TERPIMPIN


MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

No Indikator No item
Positif Negatif
1. Minat dan perhatian siswa 1,2 3,4
terhadap pelajaran,
2. Semangat siswa dalam 5,6 7,8,21,22
mengerjakan tugas-tugas
belajarnya,
3. Tanggung jawab siswa dalam 9,10 11,12,13
melaksanakan tugas-tugas
belajar,
4. Reaksi yang ditunjukkan siswa 14,15 16,17,23,24
terhadap stimulus yang
diberikan guru,
5. Rasa senang dan puas dalam 18,19,20,25 -
mengerjakan tugas yang
diberikan
204

LAMPIRAN 24

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERPIMPIN


Pilihan jawaban
No Pernyataan Tidak Jarang Sering Selalu
pernah
1. Apakah kamu mengerjakan tugas-tugas IPA yang
diberikan oleh guru?
2. Apakah kamu memperhatikan guru ketika
memberikan penjelasan materi?
3 Apakah kamu meminta bantuan teman dalam
mengerjakan tugasmu?
4 Apakah kamu mencontek pekerjaan teman dalam
mengerjakan tugas IPA?
5 Apakah kamu mengerjakan tugas IPA sampai
selesai?
6 Apakah kamu tetap berusaha menjawab walaupun
materi yang diberikan kurang dipahami?
7 Apakah kamu terlambat mengumpulkan tugas
IPA?
8 Apakah kamu menyerah/putus asa ketika
mendapat soal yang sulit?
9 Apakah kamu senang berdikusi tentang materi
IPA?
10 Apakah kamu menanyakan sesuatu yang belum
diketahui hingga jelas terkait dengan pelajaran
IPA?
11 Apakah kamu mengosongi jawaban dari soal yang
belum dipahami?
12 Apakah kamu tidak mencari sumber bacaan lain
dalam belajar IPA?
13 Apakah kamu malas mengerjakan tugas IPA?
14 Apakah kamu menyukai pembelajaran dengan
model yang diterapkan?
15 Apakah kamu menyelesaikan tugas dalam setiap
pembelajaran?
16 Apakah kamu bosan dalam mencatat materi
dengan teknik yang diajarkan dalam
pembelajaran?
17 Apakah kamu merasa sulit dengan model
pembelajaran yang diajarkan?
205

18 Apakah kamu melakukan proses percobaan


dengan menggunakan keterampilan belajar IPA?
19 Apakah kamu puas dengan hasil catatan yang
dibuat?
20 Apakah catatan yang dibuat dengan teknik baru
membantu dalam mengingat materi?
21 Apakah kamu kesulitan dalam membuat catatan?
22 Apakah kamu merasa bingung dengan
pembelajaran IPA model pembelajaran yang
diterapkan?
23 Apakah kamu kurang memahami tugas yang
diberikan oleh guru?
24 Apakah kamu malas mengerjakan langkah-
langkah kegiatan percobaan IPA pada model yang
diberikan?
25 Apakah kamu menginginkan pembelajaran IPA
dengan menggunakan model yang sama untuk
diterapkan pada pembelajaran selanjutnya ?
206
224
LAMPIRAN 25

REKAPITULASI WAWANCARA TERPIMPIN MOTIVASI SISWA KELAS KONTROL

ITEM PERTANYAAN Total


NO NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 GAK 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 2 2 3 2 4 3 3 78
2 HAZ 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 78
3 LAZR 3 2 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 77
4 KON 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 76
5 NRF 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 74
6 BA 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 2 73
7 ECPA 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72
8 SPV 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 2 3 72
9 SM 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 72
10 NRP 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 4 2 3 3 3 4 4 3 2 3 72
11 RA 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 4 2 4 2 4 2 4 3 70
12 SHA 2 3 3 2 4 4 3 2 3 2 3 4 2 2 3 2 2 4 4 2 3 3 3 2 3 70
13 VFR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 67
14 FAW 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 67
15 SPV 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 65
Jumlah 73 68 72 70 73 72 77 77 73 72 73 78 62 73 77 65 67 77 75 70 73 73 73 68 73 1805
Rata-rata 72
207

LAMPIRAN 26

REKAPITULASI WAWANCARA TERPIMPIN MOTIVASI SISWA KELAS EKSPERIMEN

No NAMA ITEM PERTANYAAN Total


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 MAP 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 81
2 NTN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 81
3 KAN 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 80
4 AM 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 80
5 ADPF 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 80
6 AAQA 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 77
7 ASA 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 77
8 DPK 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 77
9 MR 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 75
10 RA 3 2 4 3 2 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 74
11 VA 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 73
12 TFW 3 2 3 4 3 4 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 73
13 AFH 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 72
14 AMS 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 4 2 72
15 LC 3 2 4 3 2 2 4 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 69
Jumlah 77 70 78 78 73 78 75 80 83 75 72 75 78 73 75 77 78 83 77 78 72 72 73 78 72 1141
Rata-rata 76
224
208

LAMPIRAN 27

LEMBAR PENGAMATAN
KETERLAKSANAAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN MIND
MAPPING
Nama Sekolah : SDN KROBOKAN
Kelas/ Semester : IV/ 2
Tujuan : Agar pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri berhasil, guru
harus mengikuti langkah-langkah model pembelajaran inkuiri dalam proses
pembelajaran di kelas. Pengamatan ini akan memusat bagaimana perilaku guru
pada saat proses pembelajaran dalam kelas.
Petunjuk Pengisisan:
 Amati seluruh kegiatan guru di dalam kelas mulai dari kegiatan awal
sampai kegiatan akhir pelajaran.
 Berilah tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan hasil lembar
penilaian kinerja dengan mengacu pada rubrik penilaian yang sudah
ada.

Aspek
No. Indikator Skor
Pengamatan

1 Melakukan 1. Menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran


orientasi 2. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan belajar
3. Memberikan apersepsi dan motivasi belajar
siswa.
2 Merumuskan 1. Menyajikan materi dan konsep
masalah pembelajaran
2. Memberikan suatu permasalahan
3. Membimbing siswa merumuskan
permasalahan.
3 Merumuskan 1. Mengajukan pertanyaan yang dapat
hipotesis mendorong siswa untuk dapat merumuskan
hipotesis
2. Memotivasi siswa untuk memberikan
hipotesis
3. Membimbing siswa merumuskan hipotesis.
4 Mengumpulkan 1. Membimbing siswa merencanakan
data dan pemecahan masalah,
analisis 2. Memfasilitasi siswa dalam melakukan
observasi
3. Membimbing siswa mengumpulkan data
penelitian menggunakan teknik mind
mapping.
5 Merumuskan 1. Membimbing siswa dalam menentukan
kesimpulan data yang relevan
2. Merumuskan kesimpulan berdasarkan data
dan fakta
3. Menunjukkan kesimpulan yang tepat.
209

Jumlah
Rata-rata
Persentase (%)
Keterangan:
Kriteria Penskoran:
Skor 3 : jika guru melaksanakan semua indikator
Skor 2 : jika guru melaksanakan dua indikator
Skor 1 : jika guru melaksanakan hanya satu indikator
Skor 0 : jika guru tidak melaksanakan satu pun indikator
Penafsiran Kriteria:
Baik Sekali (BS) = jika persentase yang diperoleh 81%-100%
Baik (B) = jika persentase yang diperoleh 61%-80%
Cukup (C) = jika persentase yang diperoleh 41%-60%
Kurang (K) = jika persentase yang diperoleh 21%-40%
Kurang Sekali (KS) = jika persentase yang diperoleh 0%-20%

Semarang, April 2018


Observer

.........................................
210

LAMPIRAN 28

KETERLAKSANAAN GUIDED INQUIRY DENGAN MIND MAPPING

Pertemuan
No INDIKATOR 1 2 3
1 MELAKUKAN ORIENTASI 3 3 3
2 MERUMUSKAN MASALAH 2 3 3
3 MERUMUSKAN HIPOTESIS 2 2 3
4 MENGUMPULKAN DAN MENGANALISIS DATA 2 3 3
5 MEMBUAT KESIMPULAN 2 2 3
Jumlah 11 13 15
Rata-rata 13 (87%)
Sangat
Kategori Baik
211

LAMPIRAN 29

SURAT IJIN PENELITIAN


212

SURAT BUKTI PENELITIAN


213

LAMPIRAN 30

DOKUMENTASI PEKERJAAN SISWA DAN HASIL OBSERVASI

Nilai Pretest

Nilai Posttest
214

Nilai Pre test

Nilai Posttest
215

Nilai Pretest

Nilai Posttest
216
217
218

Simpulan Mind Mapping


219

Hasil Observasi pelaksanaan model Guided Inquiry dengan Mind Mapping


220

Hasil Observasi KPS Psikomotorik Siswa


221

LAMPIRAN 31

DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN

KELAS EKSPERIMEN

Orientasi Masalah

Membimbing Pembentukan Kelompok

(Membimbing penyusunan hipotesis)


222

(Membimbing diskusi kelompok)

(Pelaksanaan Diskusi Kelompok)

(Mengumpulkan data)
223

Menganalisis Data

Mengkomunikasikan dengan Mind Mapping dan Menyimpulkan

Mengerjakan Soal Evaluasi


224

KELAS KONTROL

Ceramah penyampaian materi

Diskusi Kelompok

Presentasi

Mengerjakan Evaluasi
225

WAWANCARA TERPIMPIN

Wawancara Terpimpin Motivasi Belajar Siswa

Anda mungkin juga menyukai