Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di
alam, peristiwa dan gejala - gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat obyektif.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang membuat siswa


memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan siswa
untuk menerima , menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap
ilmiah.

Model pembelajaran Snowball throwing merupakan model pembelajaran


yang dapat menggali potensi kepemimpinan dalam kelompok dan
keterampilan mebuat serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dipadukan
melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju
(http://www.uny.ac.id). Pembelajaran dengan model Snowball throwing
adalah salah satu model yang efektifditerapkan di Sekolah ( Depdiknas 2010 )
Dalam pembelajaran ini siswa siswa dilatih secara aktif, selain itu dapat
membuat siswa nyaman dan menyenangkan selama menerima informasi
pengetahuan baik dari guru atau dari sesama mereka. Untuk itu guru dituntut
dapat melaksanakan variasi metode/model pembelajaran bertujuan agar dapat
membantu siswa lebih menyenangi kegiatan belajar mengajar, agar tercipta
suasana kelas kondusif dan harmonis.

Bidang miring merupakan , bidang yang miring suatu lintasan yang memiliki
kemiringan tertent dan membuat sudut terhadap permukaan mendatarnya
( Depdiknas 2000 ) Bidang miring memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan manusia . Banyak kegiatan yang dilakukan manusia sangat terbantukan
dengan adanya bidang miring.
Etnosains merupakan pembelajaran yang bermakna memungkinkan siswa
belajar sambil melakukan atau “ learning by doing “ (Alvanco 2018 ) (https ://Sej.
Umsida.ac,id ) learning by doing memungkinkan siswa mampu
menghubungkan materi pembelajaran yang dipelajari dengan konteks
kehidupan sehari - hari Etnosains menurut para ahli secara umum yaitu
pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa, atau suku bangsa atau kelompok
tertentu. Pembelajaran pada konteks etnosains merupakan kegiatan
mentranspormasikan sains asli (Pengetahuan yang berkembang di asysarakat )
menjadi sains ilmia. Sains asli berkaitan dengan pengetahuan sains yang
diperolehnya melalui budaya oral ditempat yang sudah lama ditempatinya. Bidang
sains asli adalah semua bidang berhubungan dengan lingkungan baik
hewan maupun tumbuhan. Dalam pemahaman masyarakat adalah bagian dari
sains asli dan dapat mempelajari sains ilmiah. Sains ilmia adalah konsep ,
prinsif teori ataupun hukum - hukum yang reproduksibel dan telah diakui oleh
komunitas ilmiah. Pada saat ini sains asli yang merupakan sub budaya dari
kelompok masyarakat mulai mendapat perhatian dari para pakar Pendidikan sains
maupun guru-guru sains di Indonesia. Adanya pemaknaan pengetahuan lokal
menjadi ilmiah bermamfaat dalam mendukung pencapaian konsep- kondep
sains dalam pembelajaran . Pembelajaran etnosains merupakan salah satu terobosan
baru dalam dunia pendidikan yang menggabungkan antara budaya dengan sains.
Etnosains mengikat budaya dan kearifan local untuk dijadikan obyek
pembelajaran sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna.

Budaya lokal disetiap wilayah mempunyai etnosains berbeda sesuai


dengan karakteristik masing - masing. Salah satu budaya local etnosains yang
terdapat di kabupaten sigi yaitu Kampak (baliu). Kampak merupakan salah satu benda
yang digunakan untuk memotong atau membelah kayu menebang pohon yang
berukuran besar bahkan sesekali digunakan untuk memotong tulang hewan, hal ini
sangat terlihat di masyarakat di jaman dahulu dan masih digunakan sampai sekarang.
Etnosains yang masih digunakan khusus di kabupaten sigi yaitu kampak (baliu)
dapat dikaitkan dengan konsep dasar fisika dengan materi bidang miring, materi
ini terkait dengan pesawat sederhana yang membantu aktivitas manusia
dalam melakukan usaha sehingga lebih mudah.

Tingkatan SMP sangat diharapkan memahami istilah literasi lingkungan,


karena berkaitan dengan peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar. Siswa
diharapkan mampu menerapkan konsep IPA yang dipelajari dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Harapan ini bertujuan agar
siswa dapat mengimbangi kemajuan teknologi saat ini dengan kebudayaan dan
kearifan local yang dimiliki masyarakat Indonesia, hingga rasa nasionalisme
siswa tetap seimbang dan terjaga dengan terus menerus rasa cinta terhadap
kebudayaan kearifan lokal dengan cara mengintegrasikan pengetahuan budaya
dalam proses pembelajaran. Melihat kebudayaan dan kearifan lokal serta
lingkungan sekitar yang sangat mendukung dapat memberi kontribusi tertentu
terhadap pengalaman belajar siswa yang dapat dilihat pada aspek pikiran
(kognitif), aspek sikap (efektif), dan aspek perilaku (psikomotorik). Sesuai standar
evaluasi dalam kurikulum 2013. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, pengembangan kurikulum 2013 haruslah berakar pada budaya bangsa,
kehidupan bangsa masa kini dan kehidupan bangsa mendatang. Siswa
diharapkan memiliki tiga aspek penilaian untuk bisa menghasilkan suatu ide /
gagasan yang bisa digunakan dalam belajar sains (IPA) seperti pembelajaran
bidang miring berbasis etnosains yang mengangkat tentang kedaerahan dan
penelitian sebagai media penyebarluasan pengetahuan terhadap genersi
berikutnya.

Menurut (pertiwi & Firdausi dalam aza nuralita 2020) dalam kegiatan
pembelajaran etnosains diharapkan siswa mampu melakukan observasi, diskusi
dan praktikum selama pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains
diiringi dengan keterampilan proses siswa yang menunjukan adanya
peningkatan. Sehingga implementasi pembelajaran berbasis etnosains
menuntut pergeseran model pembelajaran yang berpusat dari guru ke
pembelajaran berpusat pada siswa, dari pembelajaran individu ke arah
pembelajaran kolaboratif dan menekankan aplikasi pengetahuan sains,
kreativitas, serta pemecahan masalah dalam proses merekontruksi sains asli
(pengetahuan yang berkembang dimasyarakat ) menjadi sains ilmiah.
Sehinggah dalam pembelajaran etnosains dapat diintegrasikan dalam berbagai model
pembelajaran, diantaranya yaitu model pembelajaran discovery learning,
problem based learning (PBL), project besed learning (PjBL), pendekatan
konstruktivisme, pembelajaran kontekstual, pembelaran snowball throwing, dll.

Desain penelitian ini adalah desain penelitian deskrikptik menganalisis


penerapan model pembelajaran berbasis etnosains yang dilakukan oleh guru dalam
mata pelajaran IPA yang menggunakan model snowball throwing disekolah.
Penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada penerapan diskritif yang
ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik
fenomena bersifat ilmiah atau rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji
bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya
dengan fenomena lain (sukmadinata, dalam aza nur alita (2020) dalam penelitian
kualitatif, peneliti hadir secara langsung kelapangan dengan tujuan memperoleh
data yang akurat berdasarkan subyek dan sampel penelitian.

Dari pemaparan diatas pembelajaran berbasis etnosains sangat


menguntungkan karena dapat melatih siswa untuk mencari tau, melatih berpikir
kritis dalam membuat soal serta menentukan jawaban yang tepat. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang
desain pembelajaran IPA. Dengan model pembelajaran snowball throwing
pada bidang miring terintegrasi etnosains.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan


masalah adalah “ Apakah terdapat pengaruh model Snowball throwing pada
materi bidang miring terintegrasi Etnosains terhadap hasil belajar IPA pada siswa
di SMP kelas VIII ? “
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan


yang akan dicapai dalam penelitian ini, adalah : untuk mengetahui Apakah
terdapat pengaruh model pembelajaran Snowball throwing pada materi
bidang miring terintegrasi Etnosains terhadap belajar siswa di SMP kelas VIII.

2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan pada Penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermamfaat bagi siswa untuk mengetahui
budaya lokal yang berkaitan dengan sains diwilayah Sulawesi Tengah
khususnya budaya kaili.
2. Hasil penelitian ini juga bermamfaat bagi pendidik karena dapat
mengetahui budaya lokal /etnosais dapat diintegrasikan model pembelajaran .
3. Dapat memberikan pengalaman langsung bagi peneliti / penulis karya
ilmiah, karena menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai model
pembelajaran Snowball Throwing terintegrasi Etnosains.
4. Dapat dijadikan bahan masukan pada Sekolah / Universitas

D. Penegasan Istilah /Devinisi Operasional

Proposal ini berjudul : “ Desain Pembelajaran IPA dengan Model


Pembelajaran Snowball Throwing pada materi Bidang Miring terintegrasi
Etnosains.”

Untuk menghindari kekeliruan dan pemahaman terkait judul wtersebut, maka


penulis akan memberikan penjelasan yaitu :

1. Desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesipikasi


pengembangan, pelaksanaan, penilaian serta pengelolaan situasi yang
memberikan layanan fasilitas pembelajaran dalam skala makro dan mikro
untuk berbagai tingkatan
2. Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan metode pembelajaran
yang dapat menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan
keterampilan membuat dan membuat pertanyaan dengan cara membentuk
dan melempar bola salju
3. Materi IPA dalam penelitian ini adalah bidang miring. Dalam melakukan
setiap aktivitas manusia membutuhkan suatu alat yang dapat membantu
melakukan usaha sehingga lebih mudah dilakukan. Alat-alat yang dibuat untuk
mempermudah aktivitas manusia disebut pesawat sederhana. Salah satu contoh
dari pesawat sederhana adalah kampak (baliu)
4. Merupakan salah satu bendah untuk memotong membelah benda lain seperti
pohon, hewan dll. Yang digunakan lingkungan masyarakat kaili pada zaman dahulu
dan sbahkan smpai sekarang.
5. Etnosains merupakan pendekatan pembelajaran yang mengimpementasikan
budayadaerah sebagai obyek pembelajaran sains.
E. Garis –Ggaris Besar Isi

Proposal ini berjudul : “Desain Pembelajaran IPA dengan Model Snowball


Throwing pada materi Bidang Miring terintegrasi Etnosains “ terdiri dari dua Bab, 1
yang Meliputi awal pendahuluan, yang berisi Latar Belakang, rumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian, penggunaan istilah dan garis-garis besar isi. Pada bab
2 yang meliputi penelitian terdahulu kajian teoti dan kerangkaberpikir.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian terdahulu.

Sebelum penelitian ini dilaksanakan ada banyak peneliti yang mengkaji tentang
etnosains. Berikut adalah karya ilmiah yang sempat peneliti telaah :

1. Rosvina, dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan hasi belajar siswa melalui
Metode Analisis dengan menggunakan Model pembelajaran Snowball
Throwing “ Persamaan penelitian yang digunakan adalah sama-sama
membahas model pembelajaran Snowball Throwing sebagai pembahasan .
Para peneliti yang dilakukan oleh Rosvina perbedaannya adalah peneliti
sebelum membahas metode analisis sedangkan peneliti sekarang membahas
keterkaitan materi Bidang Miring dengan etnosains.
2. Aza Nuralita, dalam penelitian yang berjudul “Analisis penerapan Model
Pembelajaran berbasis Etnosains dalam Pembelajaran Tematik SD” Persamaan
peneliti adalah sama-sama membahas etnosains sebagai pembahasannya. Pada
peneliti yang dilakukan oleh Aza Nuralita perbedaannya yaitu peneliti
sebelumnya membahas pengaruh model pembelajaran terintegrasi etosains
secara umum sdangkan peneliti sekarang membahas desain pembelajaran
dengan model Snwoball throwing pada materi bidang miring terintegrasi
dengan etnosains.

B. Kajian Teori
1. Model pembelajaran Snowball Throwing

Model Pembelajaran pada dasar merupakan bentuk pelajaran yang


tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode dan teknik pembelajaran (Sudrat dalam Rosvina 2012 ).
Snowball secara etimologi berarti bola salju sdangkan throwing artinya
melempar Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola
salju . Dalam pembelajaran Snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang
berarti pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilemparkan kepada
temannya sendiri untuk dijawab (alsabila ( 2011 ) , dalam Rosvina ( 2012 ).

Snowball Throwing Merupakan salah satu model pembelajaran yang


efektif diterapkan di Sekolah , dapat melatih dan memotivasi siswa dalam
mengikuti proses belajar di kelas (Depdiknas 2010 ) . Dengan Snowball throwing
pelajaran akan semakin menarik dan bermakna bagi siswa , selain itu dapat
memacu siswa untuk mencari dan menemukan jawaban , sehingga dengan
menerapkan model pembelajaran yang demikian siswa akan tertarik dan
termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas.

Pembelajaran dengan model Snowball Throwing menggunakan tiga tipe


penerapan pembelajaran antara lain : Pengetahuan dibangin sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sesuai pengalaman
yang nyata, dan keterampilan yang diperoleh dan diharapkan bukan hasil
mengingat seperangat fakta-fakta tetapi dari hasil menemukan sendiri
( Inquiry ), pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya,
siswa dapat menggali informasi , apa yang sudah diketahui dan menghapkan
perhatian pada aspek yang belum diketahui (Ros 2012 ) .

Prinsip pembelajaran Snowball termasuk didalam prinsip pendekatan


konperatif yang didasarkan pada lima prinsip yaitu Prinsip belajar siswa aktif
(Student active learning ) , belajar kerja sama ( Cooperative lwarning ) ,
pembelajaran partisipatorik , mengajar reaktif (reactive teacing ), dan
pembelajaran menyenangkan ( joyfull learning ) Salsabila 2011 dalam Rosvina
(2012)

2. Langkah –langkah Snowball throwing

Adapun langkah-langah Snowball throwing sebagai berikut :


a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi
pembelajaran tersebut memberi motivasi siswa belajar.
b. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan menjelaskan materi yang
mendasar, membentuk kelompok, ketua dan anggota. Kemudian membagi
kertas perlembar setiap siswa untuk menuliskan pertanyaan terhadap materi
yang sudah dijelaskan. Setelah pertanyaan ditulis , siswa disuruh untuk
menggulung kertas untuk membentuk bola dan mengarahkan siswa agar
melempar bola tersebut kearah temannya, menyuruh siswa agar membacakan
soalnya dan menjawab secara bergantian .
c. Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan pelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran .
d. Memberi evaluasi hasil belajar agar diketahui apakah materi yang disampaikan
secara klasikal dapat dipahami oleh siswa.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Snowball throwing :

a. Kelebihan model pembelajaran Snowball throwing (Depdiknas 2010 ) :


1. Melati kesiapan siswa dalam kegiatan belaajar mengajar di kelas
2. Saling memberikan pengetahuan antara siswa yang menonjol prestasi dan belajarnya
dengan yang kurang
3. Siswa saling berinteraksi,
4. Kekerabatan antar siswa meningkat
5. Siswa lebih aktif, karena berusaha
6. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam bertanya
7. Melati siswa menjawab pertanyaan dari temannya
8. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai topic.
9. Siswa akan lebih mengerti makna tanggung jawab
10. Siswa akan memahami dan menerima keragaman masing-masing latar teman-
temannya.
B. Kekurangan Model Snowball throwing (Dipdiknas 2010 )

1. Pngetahuan tidak luas hanya berputar pada pengetahuan sekitar siswa.

2. Tidak efekti diterapkan di semua matapelajaran


3. Tidak semua siswa menjawa

4. Adanya siswa bergantung pada siswa lain.

3. Bidang Miring.

Dalam melakukan usaha, aka lebih mudah jika menggunakan alat Misalnya untuk
memindahkan beban yang berat keatas truk akan lebih mudah jika menggunakan
Bidang Miring dari pada diangkat secara langsung dan untuk mencabut paku pada
kayu akan lebih mudah jika mengunakan alat pencabut dari pada dicabut secara
langsung. Alat-alat yang digunakan untuk memudahkan usaha seperti contoh di atas
dinamakan pesawat sederhana (Budi Purwanto 2008 )

Ada beberapa pesawat sederhana yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari, tuas, katrol, roda gigi, dan bidang miring. Sesuai judul penulisan ini maka yang
akan dibahas adalah bidang miring.

Bidang Miring adalah berupa permukaan suatu bidang yang dimiringkan (Depdiknas
2019 ). Dengan menggunakan bidang miring gaya makin kecil, tetapi lintasanya makin
panjang. Nilai perbandingan antara usaha dan gaya atau antara panjang dan lintasan
dan tinggi bidang merupakan keuntungan mekanis pada bidang miring . Adapun
contoh bidang miring lain ialah pasak, sekrup kayu dan dongkrak. Bila benda diangkut
secara langsung, cara ini memerlukan usaha sebesar W = wb . Bila benda diangkat
melalui bidang miring sepanjang S. Cara ini memerlukan usaha sebesar W=F s

Dari dua persamaan tersebut didapat W.b = F.S

F = W ----- -----

Dengan demikian, usaha untuk mengangkat balok secara langsung dengan melalui
bidang miring untuk ketinggian yang sama adalah sama, yaitu sebesar W = wb

4. Etnosains
a. Definisi etnosains
Etnosains berasal dari bahasa yunani yaitu etnos yang memiliki arti bangsa
dan sciantia dari bahasa latin yang memiliki arti pengetahuan. Oleh karena itu
etnosains adalah ilmu pengetahuan yang khas di miliki oleh suatu komunitas budaya.
Pendekatan etnosains bertujuan menggambarkan suatu lingkungan yang di lihat oleh
masyarakat yang di teliti sedangkan pengaplikasian dalamkegiatan pembelajaran
yaitu memadukan antara budaya lokal dengan materi pembelajaran agar membantu
siswa dalam mempelajari materi pembelajaran yang sangat dekat dengan siswa dan
di kaji secara ilmiah (berdasarkan materi yang di pelajari) sehingga proses belajar
lebih optimal.

Ilmu pengetahuan di artikan sebagai pengetahuan yang di harapkan dengan


menggunakan metode-metode tertentu serta mengikuti tata urut tertentu dalam
mendapatkannya. Pengetahuan yang di dapat oleh orang lain, sehingga kebenaran
pengetahuan ini tidak lagi bersifat subjekti, tetapi inter subjektif. Etnosains dalam
pengetahuan berarti perangkat ilmu pengetahuan yang di miliki suatu
masyarakat/suku bangsa yang di dapatkan dengan menggunakan metode-metode
tertentu mengikuti prosedur tertentu yang merpakan bagian tradisi masyarakat
tertentu dan dapat di uji secara empiris.

Menurut halbrook dan rannikmal (2009) dalam dwi (2022) salah satu
karakteristik pembelajaran etnosains adalah pengembangan sikap positif terhadap
sains. Pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains lebih menekankan
tercapainya pemahaman yang terpadu dari pada sekedar pemahaman mendalam.
Siswa belajar untuk menghubungkan materi yang dipelajaridi kelas dengan konteks

dalam kehidupannya serta kaitan antara ilmu pengetahuandan teknologi sehingga


pembelajaran disekolah bukan hanya bersifat informatif tetapi juga bersifat praktis
dan bermanfaat bagi kehidupan.

Etnosains memberi ruang bagi siswa untuk memahami dan mengaplikasikan


sains yang mempelajari didalam sebagai salah satu langkah untuk memcahkan
masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Konteks ini sama dengan
pendapat wahyu (2017) dasar dari (2022) yang mengatakan bahwa bentuk etnosains
akan lebih mudah di melalui proses pendidik tentang kehidupan sehari-hari yang
dikembangkan oleh budaya, baik proses, cara, metode, maupun isinya.

Etnosains dapat dikembangkan dengan mengaitkan pengalaman dan


pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki atas dasar keingintahuan dan
kesadaran setiap individu atau kelompok untuk mewujudkan gambaran suatu
lingkungan sehingga terlihat oleh masyarakat perpaduan antara budaya lokal dengan
sains umumnya dan lebih khusus dengan materi IPA fisika. Pemahaman konsep,
keterampilan sains dan penerapan konsep lebih terpadu dalam pembelajaran sains,
maka konsep-konsep pengetahuan sebelumnya perlu dijelaskan budaya sebab
akibatnya dalam pembelajaran sains.

b. Kelebihan dan kekurangan


Etnosains memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
1) Kelebihan etnosains
Adapun kelebihan etnosains dalam pembelajaran yaitu :
a) Pembelajaran yang disampaikan lebih
b) Dapat menghadirkan kearifan lokal dalam pembelajaran
c) Siswa memahami kaitannya antara kebudayaan atau kearifan lokal
yang berkembang dengan sains.
d) Siswa lebih bijak terhadap lingkungannya.
2) Kekurangan etnosains
Adapun kekurangannya etnosains ketika diintegrasikan dalam
pembelajaran fisika, yaitu tidak semua pembelajaran fisika dapat
dipelajari atau dihubungkan dengan etnosains.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain


Adapun pendekatan dan desain penelitian ini, adalah menggunakan penelitian
deskriptif kualitatif, yakni memaparkan secara praktis tentang obyek yang diteliti.
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan edukatif. Proses dan makna (perspektif sebjek) lebih
ditonjolkan pada penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai penanda
agar focus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan (http://yusuf.staff.ub.ac.id).
Analisis data yang dilakukan dengan mengawali pemaparan gambaran dari setiap
bagian poin yang diteliti satu demi satu secara tersturktur dengan menjawab
pertanyaan apa, mengapa, bagaimana suatu fenomena itu terjadi tentang lingkungan.
Obyektifitas pemaparan harus dijaga agarsubjektifitas penentu dalam membuat
interprestasi pada fenomena-fenomena yang bersifat alami dan dilakukan untuk
mengasilkan data yang efektif sesuai dengan kejadian.

B. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah siswa yang menggunakan desain
pembelajaran IPA dengan model Snowball Throwing pada materi bidang miring
terintegrasi etnosains. Lokasi penelitian ini terdapat dirumah adat Kaili jl. Pangeran
Hidayat, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa alasan penelitian yaitu lokasi
penelitian relative terjangkau serta belum pernah diteliti oleh mahasiswa lain yang
membahas tentang desain pembelajaran Snowball Throwing terintegrasi etnosains.

C. Kehadiran Peneliti
Penelitian ini bersifa kualitatif, kehadiran peneliti mutlak adanya sebagai upaya
untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang akurat serta relevan dengan pokok
permasalahan yang dibahas. Dalam sebuah penilitian, kedudukan peneliti merupakan
rencana, instrument utama, pengumpulan data, menganalisis data sampai pada akhit
penelitian melaporkan hasil penelitiannya.
S. Margono mengemukakan bahwa kehadiran peneliti dilokasi penelitian selaku
instrument utama adalah sebagai berikut :
D. Data dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengecekan dan Keabsahan Data

Anda mungkin juga menyukai