PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di
alam, peristiwa dan gejala - gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat obyektif.
Bidang miring merupakan , bidang yang miring suatu lintasan yang memiliki
kemiringan tertent dan membuat sudut terhadap permukaan mendatarnya
( Depdiknas 2000 ) Bidang miring memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan manusia . Banyak kegiatan yang dilakukan manusia sangat terbantukan
dengan adanya bidang miring.
Etnosains merupakan pembelajaran yang bermakna memungkinkan siswa
belajar sambil melakukan atau “ learning by doing “ (Alvanco 2018 ) (https ://Sej.
Umsida.ac,id ) learning by doing memungkinkan siswa mampu
menghubungkan materi pembelajaran yang dipelajari dengan konteks
kehidupan sehari - hari Etnosains menurut para ahli secara umum yaitu
pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa, atau suku bangsa atau kelompok
tertentu. Pembelajaran pada konteks etnosains merupakan kegiatan
mentranspormasikan sains asli (Pengetahuan yang berkembang di asysarakat )
menjadi sains ilmia. Sains asli berkaitan dengan pengetahuan sains yang
diperolehnya melalui budaya oral ditempat yang sudah lama ditempatinya. Bidang
sains asli adalah semua bidang berhubungan dengan lingkungan baik
hewan maupun tumbuhan. Dalam pemahaman masyarakat adalah bagian dari
sains asli dan dapat mempelajari sains ilmiah. Sains ilmia adalah konsep ,
prinsif teori ataupun hukum - hukum yang reproduksibel dan telah diakui oleh
komunitas ilmiah. Pada saat ini sains asli yang merupakan sub budaya dari
kelompok masyarakat mulai mendapat perhatian dari para pakar Pendidikan sains
maupun guru-guru sains di Indonesia. Adanya pemaknaan pengetahuan lokal
menjadi ilmiah bermamfaat dalam mendukung pencapaian konsep- kondep
sains dalam pembelajaran . Pembelajaran etnosains merupakan salah satu terobosan
baru dalam dunia pendidikan yang menggabungkan antara budaya dengan sains.
Etnosains mengikat budaya dan kearifan local untuk dijadikan obyek
pembelajaran sehingga membuat pembelajaran lebih bermakna.
Menurut (pertiwi & Firdausi dalam aza nuralita 2020) dalam kegiatan
pembelajaran etnosains diharapkan siswa mampu melakukan observasi, diskusi
dan praktikum selama pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains
diiringi dengan keterampilan proses siswa yang menunjukan adanya
peningkatan. Sehingga implementasi pembelajaran berbasis etnosains
menuntut pergeseran model pembelajaran yang berpusat dari guru ke
pembelajaran berpusat pada siswa, dari pembelajaran individu ke arah
pembelajaran kolaboratif dan menekankan aplikasi pengetahuan sains,
kreativitas, serta pemecahan masalah dalam proses merekontruksi sains asli
(pengetahuan yang berkembang dimasyarakat ) menjadi sains ilmiah.
Sehinggah dalam pembelajaran etnosains dapat diintegrasikan dalam berbagai model
pembelajaran, diantaranya yaitu model pembelajaran discovery learning,
problem based learning (PBL), project besed learning (PjBL), pendekatan
konstruktivisme, pembelajaran kontekstual, pembelaran snowball throwing, dll.
B. Rumusan Masalah
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan pada Penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermamfaat bagi siswa untuk mengetahui
budaya lokal yang berkaitan dengan sains diwilayah Sulawesi Tengah
khususnya budaya kaili.
2. Hasil penelitian ini juga bermamfaat bagi pendidik karena dapat
mengetahui budaya lokal /etnosais dapat diintegrasikan model pembelajaran .
3. Dapat memberikan pengalaman langsung bagi peneliti / penulis karya
ilmiah, karena menambah pengetahuan serta pemahaman mengenai model
pembelajaran Snowball Throwing terintegrasi Etnosains.
4. Dapat dijadikan bahan masukan pada Sekolah / Universitas
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian terdahulu.
Sebelum penelitian ini dilaksanakan ada banyak peneliti yang mengkaji tentang
etnosains. Berikut adalah karya ilmiah yang sempat peneliti telaah :
1. Rosvina, dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan hasi belajar siswa melalui
Metode Analisis dengan menggunakan Model pembelajaran Snowball
Throwing “ Persamaan penelitian yang digunakan adalah sama-sama
membahas model pembelajaran Snowball Throwing sebagai pembahasan .
Para peneliti yang dilakukan oleh Rosvina perbedaannya adalah peneliti
sebelum membahas metode analisis sedangkan peneliti sekarang membahas
keterkaitan materi Bidang Miring dengan etnosains.
2. Aza Nuralita, dalam penelitian yang berjudul “Analisis penerapan Model
Pembelajaran berbasis Etnosains dalam Pembelajaran Tematik SD” Persamaan
peneliti adalah sama-sama membahas etnosains sebagai pembahasannya. Pada
peneliti yang dilakukan oleh Aza Nuralita perbedaannya yaitu peneliti
sebelumnya membahas pengaruh model pembelajaran terintegrasi etosains
secara umum sdangkan peneliti sekarang membahas desain pembelajaran
dengan model Snwoball throwing pada materi bidang miring terintegrasi
dengan etnosains.
B. Kajian Teori
1. Model pembelajaran Snowball Throwing
3. Bidang Miring.
Dalam melakukan usaha, aka lebih mudah jika menggunakan alat Misalnya untuk
memindahkan beban yang berat keatas truk akan lebih mudah jika menggunakan
Bidang Miring dari pada diangkat secara langsung dan untuk mencabut paku pada
kayu akan lebih mudah jika mengunakan alat pencabut dari pada dicabut secara
langsung. Alat-alat yang digunakan untuk memudahkan usaha seperti contoh di atas
dinamakan pesawat sederhana (Budi Purwanto 2008 )
Ada beberapa pesawat sederhana yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-
hari, tuas, katrol, roda gigi, dan bidang miring. Sesuai judul penulisan ini maka yang
akan dibahas adalah bidang miring.
Bidang Miring adalah berupa permukaan suatu bidang yang dimiringkan (Depdiknas
2019 ). Dengan menggunakan bidang miring gaya makin kecil, tetapi lintasanya makin
panjang. Nilai perbandingan antara usaha dan gaya atau antara panjang dan lintasan
dan tinggi bidang merupakan keuntungan mekanis pada bidang miring . Adapun
contoh bidang miring lain ialah pasak, sekrup kayu dan dongkrak. Bila benda diangkut
secara langsung, cara ini memerlukan usaha sebesar W = wb . Bila benda diangkat
melalui bidang miring sepanjang S. Cara ini memerlukan usaha sebesar W=F s
F = W ----- -----
Dengan demikian, usaha untuk mengangkat balok secara langsung dengan melalui
bidang miring untuk ketinggian yang sama adalah sama, yaitu sebesar W = wb
4. Etnosains
a. Definisi etnosains
Etnosains berasal dari bahasa yunani yaitu etnos yang memiliki arti bangsa
dan sciantia dari bahasa latin yang memiliki arti pengetahuan. Oleh karena itu
etnosains adalah ilmu pengetahuan yang khas di miliki oleh suatu komunitas budaya.
Pendekatan etnosains bertujuan menggambarkan suatu lingkungan yang di lihat oleh
masyarakat yang di teliti sedangkan pengaplikasian dalamkegiatan pembelajaran
yaitu memadukan antara budaya lokal dengan materi pembelajaran agar membantu
siswa dalam mempelajari materi pembelajaran yang sangat dekat dengan siswa dan
di kaji secara ilmiah (berdasarkan materi yang di pelajari) sehingga proses belajar
lebih optimal.
Menurut halbrook dan rannikmal (2009) dalam dwi (2022) salah satu
karakteristik pembelajaran etnosains adalah pengembangan sikap positif terhadap
sains. Pembelajaran menggunakan pendekatan etnosains lebih menekankan
tercapainya pemahaman yang terpadu dari pada sekedar pemahaman mendalam.
Siswa belajar untuk menghubungkan materi yang dipelajaridi kelas dengan konteks
METODE PENELITIAN
B. Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah siswa yang menggunakan desain
pembelajaran IPA dengan model Snowball Throwing pada materi bidang miring
terintegrasi etnosains. Lokasi penelitian ini terdapat dirumah adat Kaili jl. Pangeran
Hidayat, Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa alasan penelitian yaitu lokasi
penelitian relative terjangkau serta belum pernah diteliti oleh mahasiswa lain yang
membahas tentang desain pembelajaran Snowball Throwing terintegrasi etnosains.
C. Kehadiran Peneliti
Penelitian ini bersifa kualitatif, kehadiran peneliti mutlak adanya sebagai upaya
untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang akurat serta relevan dengan pokok
permasalahan yang dibahas. Dalam sebuah penilitian, kedudukan peneliti merupakan
rencana, instrument utama, pengumpulan data, menganalisis data sampai pada akhit
penelitian melaporkan hasil penelitiannya.
S. Margono mengemukakan bahwa kehadiran peneliti dilokasi penelitian selaku
instrument utama adalah sebagai berikut :
D. Data dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Pengecekan dan Keabsahan Data